2 WACANA MedanBisnis Penanggung Ja wab RRubrik ubrik ::YYs RRat at Jaw Selasa, 21 Maret 2017 MedanBisnis Membangun Indonesia yang Lebih Baik PEMIMPIN UMUM: Paulus M Tjukrono,WAKIL PEMIMPIN UMUM: Paul Kusuma, PEMIMPIN PERUSAHAAN: Johan, PENANGGUNG JAWAB / PEMIMPIN REDAKSI: Bersihar Lubis, WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: Sarsin Siregar, REDAKTUR SENIOR: Bambang Sulaksono, REDAKTUR PELAKSANA: Nurhalim Tanjung, REDAKTUR PELAKSANA KOMPARTEMEN: Diurnanta Qelanaputra, REDAKTUR: Selamat Riady, YS. Rat, Sasli Pranoto Simarmata, Rizanul, Junita Sianturi SP, Umry Effendy, Yayuk Masitoh, Anang Anas Azhar, Mulyadi Hutahaean, Jones Gultom, Tarwiyah AR, Hisar Hasibuan, Zainul Abdi, Iwan Guntara, Hermy Edwison, Eko Hendro, Herman Saleh, Hendrik Hutabarat, Tonggo Simangungsong, Chairul Anwar SEKRETARIS REDAKSI: Sri Wahyuni. REDAKTUR FOTO: Ariandi STAF REDAKSI: David Siagian, Benny Pasaribu, Zahendra, Sri Wahyuni Naibaho, Ramita Harja, Sulaiman Achmad, Irvan Sugito, Khairunnas, Elvidaris Simamora,Daniel Pekuwali,Zulfadli Siregar, Iskandar Zulkarnain Siahaan, Dewantoro, Wina Vahluvi, Ledi H. Munthe, Edward F. Bangun, Prawira Setia Budi, M Rozie Winata,Rizky Abi Manyu, Dewi Syaruni Lubis, Auda Zaschkya KO RESPONDEN: Wismar Simanjuntak (Belawan), Misno (Langkat), Ilyas Effendy (Pangkalan Brandan), Arma Delisa Budi, Meila Astuti (Binjai), Rinaldi Samosir (Deliserdang), Sujarwedi (Tanjung Morawa), Ali Yustono (Tebing Tinggi), Jhonni Sitompul (Sergai), Fajar Dame Harahap (Labuhanbatu), Indra Sikoembang (Kisaran), Arsyad Yus (Tanjung Balai), Tumpal Sijabat (Samosir), Juniwan (Sibolga), Fadli Putra Hutagalung (Tapteng), Zamharir Rangkuti, Henri (Penyabungan), Samsudin Harahap (Simalungun), Jannes Silaban (Pematang Siantar), Bistok Siagian (Batubara/Perdagangan), Tumbur Samuel Tumanggor (Balige), Rudi H Sitanggang (Dairi), Maulana Syafii (Palas), Ikhwan Nasution (Tapsel/P Sidimpuan), Ht Anwar Ibr Riwat, Dedi irawan (Banda Aceh), Sugito Tassan (Lhokseumawe), Hidayat (Kuta Cane),Riandi Armi (Sabang),M Syafrizal (Langsa), Wen Y. Rahman (Aceh Tengah), Hendri Z (Aceh Selatan), Indra (Aceh Tamiang). FOTOGRAFER: Hermansyah KARTUNIS: Gom Tobing DESAINER: Rizal, M Salim, Fahmi Nurdin Koto, Dodi Isbandi, Fitriadi, Sahat Simorangkir, Efendi Syahputra. KANTOR REDAKSI/TATA USAHA: Jl. S. Parman Kompleks MedanBisnis Centre Blok A No. 5 - 6 Medan 20112, Kotak Pos 1818 Medan 20000, Telepon (061) 4521133 (hunting), Fax (061) 4522885, e-mail redaksi : [email protected], e-mail iklan : [email protected], . PENERBIT: PT Kasih Karunia MedanBisnis. PERWAKILAN: Prijana Gunawan (Rantau Parapat), Hendra Sahputra (Sibolga). PERCETAKAN: PT. Surya Mas Abadi Makmur Jl. Pulau Solor KIM II Mabar Medan (Isi di luar tanggung jawab percetakan). TARIF IKLAN: Umum/hitam putih Rp 11.000,-/kolom/mm, berwarna Rp 33.000,-/kolom/mm SUARA HATI Syarat Saldo Rp 25 Juta Dicabut Persyaratan harus ada saldo Rp 25 juta bagi pemohon paspor baru dengan dalih untuk menyasar TKI ilegal akhirnya urung dilaksanakan. Setelah menuai reaksi keras dari masyarakat, Direktorat Jenderal (Dirjen) Imigrasi akhirnya mencabut persyaratan saldo Rp 25 juta tersebut, Senin (20/3). Kabag Humas dan Umum Ditjen Imigrasi Agung Sampurno dalam jumpa pers di gedung Ditjen Imigrasi, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, kemarin mengatakan, pencabutan persyaratan itu karena banyaknya respon dari masyarakat. Dari hasil analisa media, masyarakat menurut Agung, memberikan respons negatif atas persyaratan menunjukkan rekening koran Rp 25 juta. Syarat ini sebelumnya diberlakukan kepada pemohon paspor baru yang bertujuan wisata namun tak punya pekerjaan tetap. Penentuan diminta tidaknya syarat tambahan ini sebelumnya diserahkan kepada penilaian petugas imigrasi. Sebelumnya keputusan ini memang terasa kontroversi dengan kondisi kekinian di jajaran kementerian era Presiden Jokowi. Alih-alih semua urusan dipermudah –termasuk di Imigrasi dengan sistem pengurusan paspor online - eh tiba-tiba `nyelonong` peraturan yang mengesankan mempersulit masyarakat. Jika melihat pada Surat Edaran Nomor IMI0277.GR.02.06 Tahun 2017 tentang Pencegahan TKI Nonprosedural sebelum akhirnya dinyatakan dicabut itu memang terasa urusannya bertele-tele bahkan terkesan hanya memunculkan peluang korup dan pungli jenis baru bagi oknum terkait. Menurut hemat kita, kebijakan ini terburu-buru diambil. Pertanyaan paling sederhana adalah, apakah semua orang yang mengurus paspor niatnya untuk jadi TKI nonprosedural? Bagaimana halnya dengan pengusaha yang memang tidak berpenghasilan tetap (tidak terima gaji bulanan) tapi mau ke luar negeri untuk urusan bisnis ataupun berwisata? Begitu juga dengan backpacker yang akan jalan-jalan ke luar negeri yang duitnya terbatas? Salah satu klausul yang terasa tidak tepat dalam surat edaran itu adalah untuk memperoleh keyakinan, petugas imigrasi diberi kewenangan untuk meminta persyaratan tambahan seperti kalau akan wisata meminta bukti jaminan hidup, buku tabungan dengan nominal minimal Rp 25 juta. Lah, untuk apa? Masa orang mau jalan-jalan tiga hari misalnya ke Malaysia harus punya tabungan Rp 25 juta sementara harga tiket malah Rp 500an PP? Mengurus visa ke China saja tidak sampai harus menunjuknunjukkan buku tabungan. Lagi pula, adakalanya seorang TKI juga tidak serta-merta mendapat pekerjaan di luar negeri. Bisa saja tadinya baru sebatas survei, bagaimana mungkin ia harus mengumpulkan uang sebesar Rp25 juta sebagai deposit? Yang harus dilakukan pemerintah sebenarnya membuka lapangan kerja yang luas kepada masyarakat dan membayar upah yang lebih dari cukup supaya tidak lagi mencari kerja ke luar negeri. Kalau tidak mampu memberikan lapangan kerja, mbok urusan cari kerja di luar negeri yang dipermudah. Bukan malah dipersulit. Kebijakan saldo rekening seseorang biasanya diberlakukan oleh pihak kedutaan beberapa negara maju terhadap pemohon visa. Misalnya visa ke negara Jepang, Korea, negara Australia, negara negara Eropa dan AS. Kebijakan itupun variatif dan fleksibel. Tujuan dari mengetahui berapa jumlah uang di rekening bertujuan untuk kebaikan si pengurus visa jangan sampai telantar di negara mereka. Maka itu, kebijakannya kerap terkait dengan biaya hidup sehari dikali berapa lama si pemohon visa menetap. Syukurlah bahwa kebijakan ini akhirnya dicabut sebelum menimbulkan keresahan dari masyarakat. Wajarlah resah, selain memberatkan juga banyak pihak menilai kebijakan ini hanya membuka peluang untuk pungli gaya baru. Kita sadari, banyak sekali peraturan di negeri ini tapi hanya jadi alat untuk pungli dan korupsi oleh oknum aparat. + Kontrak Karya Freeport, Kontrak Publik atau Privat? OLEH MARDIANA SH MH AKHIR-akhir ini berkembang diskursus menarik mengenai status hukum kontrak karya (KK) antara Pemerintah RI dengan PT Freeport Indonesia (PT FI) yang ditandatangani pada 1991 untuk masa waktu 30 tahun atau sampai 2021. Seiring dengan adanya keinginan Pemerintah Indonesia untuk menerapkan legislasi dan regulasi di bidang mineral kepada PT FI, terdapat penolakan dari PT FI. Alasan utamanya, KK tidak dapat serta merta diubah tanpa ada kesepakatan kedua belah pihak. Padahal, pemerintah telah berupaya mengakomodir segala kepentingan PT FI meski memiliki potensi melanggar peraturan perundang-undangan yang ada. Seolah bekeras pada sikapnya, PT FI berencana mengajukan gugatan arbitrase dengan dugaan wanprestasi pemerintah atas KK. Dalam peraturan hukum perjanjian, benarkah sikap pemerintah dan PT FI mendudukkan secara hukum posisi KK? Dalam hukum perjanjian, dikenal asas pacta sunt servanda. Pacta sunt servanda pertama kali diperkenalkan oleh Grotius, yang menjadi dasar hukum perikatan dengan mengambil prinsip-prinsip dalam hukum alam. Bahwa seseorang yang mengikatkan diri pada sebuah janji, mutlak untuk memenuhi janji tersebut (promissorum implendorum obligati). Pacta sunt servanda atau aggrements must be kept merupakan asas hukum yang menyatakan; "Setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak yang melakukan perjanjian". Asas ini menjadi juga dasar hukum internasional karena termaktub dalam pasal 26 Konvensi Wina 1969 yang menyatakan; "Every treaty in force is binding upon the parties to it and must be performed by them in good faith". Dalam hukum nasional Indonesia, asas ini tertuang pada pasal 1338 Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUHPer) yang menyatakan; "Semua persetujuan yang dibuat secara sah sesuai dengan undangundang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya". Itulah mengapa, perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus dianggap suci. Ada sanctity of contract yang berlaku dalam sebuah kontrak. Kesucian kontrak ini menyangkut pula relasi pembentukan kontrak dengan syarat sah perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUHPer. Salah satu syarat sah perjanjian yaitu adanya suatu sebab yang halal (lebih tepat disebut sebab yang diperbolehkan). Sebab yang diperbolehkan tersebut, ditegaskan dalam pasal 1337 KUHPer yaitu suatu sebab adalah terlarang jika sebab itu dilarang oleh undang-undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan baik atau dengan ketertiban umum. Artinya, ketika kontrak sudah ditandatangani maka kontrak mengikat kedua belah pihak, kecuali bila kontrak batal demi hukum atau dibatalkan karena tidak memenuhi syarat objektif atau subjektif sahnya sebuah perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUHPer. Memaknai hal di atas, KK PT FI sebagai sebuah kontrak tunduk pada ketentuan di atas. KK PT FI pun harus dianggap memiliki sanctity of contract dan atasnya berlaku asas pacta sunt servanda. ak P ublik vs Kontr ak P riv at Kontr Kontrak Priv riva Kontrak Publik Negara sebagai sebuah badan hukum, terpersonifikasi ke dalam dua bentuk badan hukum yaitu sebagai badan hukum publik dan badan hukum privat (perdata). Pemerintah sebagai legal entity dapat berada dalam kedudukan badan hukum sebagaimana diatur dalam pasal 1653 KUHPer yaitu dalam keadaan tiga macam, yakni manakala: (1) badan hukum yang diadakan oleh kekuasaan umum; (2) badan hukum yang diakui oleh kekuasaan umum; dan (3) badan hukum yang diperkenankan dan yang didirikan dengan tujuan tertentu yang tidak bertentangan dengan undangundang atau kesusilaan (badan hukum dengan konstruksi keperdataan). Selain sebagai badan hukum publik, pemerintah pun dapat bertransformasi menjadi badan hukum privat sebagaimana dipertegas dalam pasal 1654 KUHPer, yang menyatakan: "Semua badan hukum yang berdiri dengan sah, begitu pula orang-orang swasta, berkuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan perdata, tanpa mengurangi perundang-undangan yang mengubah kekuasaan itu, membatasi atau menundukkannya kepada tata cara tertentu". Sebagai badan hukum privat, pemerintah dapat melakukan tindakan dalam pergaulan hukum privat antara lain tindakan menjual dan membeli, menyewa dan menyewakan, menggadai dan menggadaikan, serta membuat perjanjian. Pada saat pemerintah bertindak sebagai badan hukum privat maka pemerintah tunduk pada peraturan hukum perdata. Pemerintah pun bertindak sebagai wakil dari badan hukum, bukan wakil dari jabatan. Begitu pula posisi pemerintah sebagai pihak dalam KK. Pemerintah menjadi badan hukum privat yang memiliki posisi setara dengan PT FI sebagai pihak di sisi lain. Pemerintah menjadi wakil dari badan hukum, bukan wakil dari jabatan. Aturan-aturan mengenai hukum kontrak berlaku bagi pemerintah. Hal ini terbukti dalam pasal 169 huruf a UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba yang mengatur bahwa KK tetap diakui sampai berakhirnya KK. Dalam pasal 169 huruf b UU No. 4 Tahun 2009 pun diatur bahwa pemegang KK harus menyesuaikan isi KK dengan UU Minerba. Ketentuan pasal 169 huruf b UU No. 4 Tahun 2009 ini ditindaklanjuti dengan adanya renegosiasi KK yang hingga saat ini, telah lebih delapan tahun, belum menemui kesepakatan antara pemerintah dengan PT FI. KK: N egar aT adasi Negar egara Terdegr erdegradasi erdegr Praktik transformasi negara sebagai badan hukum privat, cenderung merugikan. KK mendegradasikan kedaulatan negara, kedaulatan ekonomi, dan kedaulatan hukum sehingga menjadikan KK bersikap tidak adil terhadap bangsa Indonesia sendiri. Mineral yang merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui yang sejak dahulu diharapkan untuk dapat memberikan kesejahteraan umum dan dipergunakan untuk kemak- muran rakyat dalam kehidupan berbangsa menjadi dikerdilkan dengan dogma pacta sunt survanda. Negara seharusnya berdaulat atas kekayaan mineral dalam perut bumi Indonesia, ternyata harus tersandera dan terdikte oleh tamu yang seharusnya patuh dengan aturan tuan rumah. Kontrak yang dilakukan oleh pemerintah dengan korporasikorporasi internasional tak ubahnya seperti membentuk konstitusi di atas UUD. Hal demikian, dipertegas oleh Mahkamah Konstitusi dalam Putusan No.36/ PUU-X/2012, dalam putusan pengujian UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas. Mahkamah berpendapat bahwa kontrak keperdataan akan mendegradasi kedaulatan negara atas sumber daya alam. Tentang kemungkinan negara dapat mengontrol sepenuhnya memang menjadi persoalan sendiri kalau hanya mungkin dengan hukum publik berupa konsesi dan perizinan. Konsesi telah lama ditinggalkan karena justru konsesi sangat merugikan negara dan dapat menciptakan penguasaan wilayah secara de facto. Sedangkan perizinan memungkinkan negara untuk mengontrol sepenuhnya namun tetap "terbatas", karena Negara Indonesia adalah negara hukum, maka demi adanya kepastian hukum dan perlindungan hukum perbuatan negara yang dilakukan oleh administrasi negara pun dapat dipersengketakan secara hukum melalui peradilan tata usaha negara, sehingga negara tidak dapat sewenang-wenang menggunakan kekuasaannya termasuk dalam hal perizinan. Akhirnya, KK PT FI sebaiknya disudahi pasca 2021, sesuai UU Minerba dengan skema izin usaha. Pemerintah pun sebaiknya mengevaluasi cost and benefit atas keberadaan PT FI di Indonesia mengingat sumber kekayaan di negeri ini berasaskan kemerataan secara berkelanjutan. Sebaiknya, potensi Indonesialah (BUMN) yang meneruskan operasi bekas PT FI pasca 2021. Semoga! z dtc Penulis dosen F akultas H ukum Fakultas Hukum engurus Pengurus Universitas Sriwijaya, P Bidang K ajian Str ategis DPP Ikatan Kajian Strategis Alumni F akultas H ukum U niversitas Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Penyaluran KUR Jangan Hanya di Pulau Jawa OLEH DALAM rapat kerja Komisi XI DPR RI dan pemerintah, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution memberikan laporan mengejutkan. Penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) yang mencapai Rp 94,4 triliun hingga akhir 2016 sekitar 54,6% tersebar hanya di Pulau Jawa. Dia mengatakan, hal tersebut terjadi karena 54% orang miskin berada di Pulau Jawa. KUR idealnya disalurkan merata, bukan menumpuk di wilayah tertentu, karena KUR untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Ke depan pemerintah harus lebih intensif melakukan pengawasan terhadap penyaluran KUR, sehingga bisa dinikmati merata oleh masyarakat Indonesia yang memang membutuhkan. Berdasarkan data Kementerian Perekonomian, total realisasi KUR Rp 94,4 triliun pada 2016, meliputi Jawa Tengah Rp 16,9 triliun (17,9%), Jawa Timur Rp 14,6 triliun (15,5%) dan Jawa Barat Rp 11,9 triliun (12,6%). Kemudian, Sulawesi Selatan Rp 5,1 triliun (5,4%), Sumatera Selatan Rp 4,3 triliun (4,6%), Bali sekitar 7,4%, Kalimantan 6,1%, Papua 1,6% dan Maluku 0,7%. Data tersebut jelas memperlihatkan ketidakmerataan penyaluran KUR, padahal pemerintah mengatakan akan mendukung munculnya penggerak-penggerak usaha baru. Bagaimana bisa muncul, jika penyaluran dana bantuan tidak merata? Dalam hal ini pemerintah melalui Kementerian Perekonomian harus membuat strategi-strategi, sehingga KUR disalurkan merata dan tepat sasaran. Berdasarkan data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Kompas, 13/1/ 2017), penyaluran KUR masih didominasi sektor perdagangan yang mencapai 66%. Sedangkan sektor pertanian hanya 17%, industri jasa 10%, industri pengolahan 4% dan perikanan 1,5%. Idealnya semua sektor mendapatkan bagian yang sama. Jika ditelusuri, bisa saja karena ada ketidaktahuan terkait program KUR. Apabila hal tersebut yang menjadi masalah, maka salah satu strategi yang bisa dilakukan sosialisasi. Sosialisasi bisa dilakukan langsung ke lapangan atau melalui berbagai media. Dengan demikian, semakin banyak pihak yang menyetahui program KUR dan segera bisa mengajukan penambahan modal untuk lebih meningkatkan usahanya. Pemerintah harus mendorong penyaluran KUR pada sektor-sektor yang masih minim RAMEN ANTONOV PURBA dibiayai, atpi juga harus memperhatikan faktor risiko. Ibarat menanam padi, jangan di padang pasir, karena padi tersebut tidak akan tumbuh dan biaya yang dipergunakan juga tidak akan kembali. Memang ada beberapa sektor usaha yang potensial memiliki risiko, seperti sektor pertanian, perkebunan dan perikanan. Sektor-sektor ini potensial risiko karena tergantung ragam kondisi seperti musim, alam, cuaca, iklim dan beberapa faktor lainnya. Terhadap ini pemerintah juga harus memiliki strategi, sehingga potensi risiko dapat diminimalkan. Misalnya, memberikan pinjaman sesuai dengan produksi atau memberikan suntikan dana, sekaligus memberikan penyuluhan terkait dengan strategistrategi untuk meminimalkan risiko. Harus Fleksibel Mulai 2017, KUR harus fleksibel, dengan menjangkau segala jenis usaha. Memang hal ini cukup berat dilakukan, namun diyakini pemerintah mampu menjadikan hal tersebut kenyataan. Semisal mendorong agar para petani tergabung ke dalam satu kelompok dan bisa menggunakan alat-alat pertanian bersama di dalam kelompok. Dengan demikian risiko potensial terkait pengembalian pinjaman dapat diatasi. Selain itu, pemerintah dapat mendorong koperasi unit desa (KUD) yang sehat untuk bisa terlibat langsung dalam penyaluran KUR. Dengan demikian para petani yang menjadi anggota KUD bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah. Ada banyak lagi strategi yang dapat menjadikan hakikat KUR fleksibel dan dapat memfasilitasi semua sektor yang digerakkan masyarakat. Jika sudah fleksibel dan dapat menyasar seluruh sektor, diyakini usaha-usaha baru akan semakin banyak muncul. Keterkaitannya, lapangan pekerjaan diharapkan semakin banyak terbuka. Hasil utamanya, kesejahteraan masyarakat akan terjamin dan masyarakat semakin makmur. Karenanya, pemerintah harus serius agar sektor produktif terutama di luar Pulau Jawa yang selama ini belum secara maksimal tersentuh pembiayaan oleh perbankan ke depan bisa merasakan KUR. Banyak juga pihak yang ingin mengajukan KUR, namun urung melakukannya, karena beberapa persyaratan dirasa berat untuk dipenuhi. Dengan demikian ke depan harus ada kemudahan pengurusan. Jangan lagi ada syaratsyarat yang memberatkan, tapi bukan pula terlalu dimudahkan sehingga rawan disalahgunakan. Rencana pemerintah meluncurkan kartu yang merekam secara lengkap identitas dan penyaluran kredit sesuai kebutuhan debitur patut diapresiasi. Kartu ini akan memudahkan penyalur mengetahui lebih jelas kebutuhan debitur, misalnya debitur bisa mengajukan pinjaman dengan batas waktu sesuai kebutuhan. Ini merupakan salah satu solusi yang memberikan kemudahan. Diharapkan ke depan penyaluran KUR akan semakin merata, juga tak hanya bisa disalurkan melalui perbankan, namun ada badan lain yang diberikan wewenang mengucurkannya, sehingga cakupan penyalurannya juga akan semakin luas dan menyasar semakin banyak sektor. Masyarakat harus mendukung KUR, dengan menjadi peminjam yang baik. KUR yang sudah disalurkan jangan dimanipulasi dan disalahgunakan. Semuanya untuk kesejahteraan dan kemakmuran yang semakin baik ke depan. Untuk menjadikan Indonesia lebih maju. z Penulis staf UPT Lembaga P enelitian Penelitian dan P engabdian K epada M asyar akat Pengabdian Kepada Masyar asyarakat Politeknik U nggul LP3M M edan Unggul Medan