kebijakan konversi penyaluran dbh dan/ atau dau dalam bentuk non

advertisement
KEBIJAKAN KONVERSI PENYALURAN DBH DAN/
ATAU DAU DALAM BENTUK NON TUNAI
1
DASAR HUKUM
 Pasal 15 ayat (2) dan (3) UU Nomor 14 Tahun 2015 tentang APBN Tahun 2016
(1) Ketentuan mengenai penyaluran anggaran TKD dan DD diatur sebagai berikut:
a. penyaluran anggaran TKD dan DD dapat dilakukan dalam bentuk tunai dan
nontunai;
b. bagi daerah yang memiliki uang kas dan/atau simpanan di bank dalam
jumlah tidak wajar, dilakukan konversi penyaluran DBH dan/atau DAU
dalam bentuk nontunai;
c. penyaluran DAK Fisik dilakukan berdasarkan kinerja penyerapan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran anggaran TKD dan DD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
 PMK Nomor 235/PMK.07/2015 tentang Konversi Penyaluran DBH dan/ atau DAU
Dalam Bentuk Nontunai.
 Perdirjen Perimbangan Keuangan Nomor 3/PK/2016 tentang Perubahan atas
Perdirjen Perimbangan Keuangan Nomor 1/PK/2016 tentang Tata Cara Penundaan
Penyaluran DBH dan /Atau DAU Bagi Daerah Yang Tidak Menyampaikan Data
Perkiraan Belanja Operasi dan Belanja Modal Bulanan, Laporan Posisi Kas Bulanan,
dan Ringkasan Realisasi APBD Bulanan.
2
LATAR BELAKANG
 Dana Transfer ke Daerah dan dana Desa (TKD dan DD) terus
meningkat, posisi terakhir dalam APBN 2016 mencapai Rp770,2
triliun, atau naik 14% dari tahun 2015 Rp664,6 triliun.
 SILPA mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, jika pada tahun
2010 mencapai Rp56,6 triliun (13,3% dari total belanja daerah),
maka pada tahun 2014 menjadi Rp124,5 triliun (16,3% dari total
belanja daerah).
 Simpanan Pemda di perbankan mengalami kenaikan dari tahun
ke tahun, jika di tahun 2013 mencapai Rp92,4 triliun, naik
menjadi Rp113,1 triliun di tahun 2014. Namun demikian, posisi
s.d. bulan Desember 2015 menjadi Rp99,68 triliun, menurun
sebesar Rp147,66 triliun dari bulan sebelumnya November
Rp247,36 triliun.
3
PENGERTIAN, BENTUK, DAN TUJUAN KONVERSI PENYALURAN
DBH DAN /ATAU DBH DALAM BENTUK NONTUNAI

Uang kas dan/atau simpanan di bank dalam jumlah tidak wajar, yaitu daerah yang
mempunyai posisi kas dan/simpanan pada periode tertentu melebihi perkiraan
kebutuhan belanja operasi dan belanja modal 3 (tiga) bulan berikutnya dan
besarannya diatas rata-rata nasional.

Tujuan Kebijakan Konversi Penyaluran DBH dan/atau DAU dalam bentuk Nontunai :
1. Mendorong pengelolaan APBD yang sehat, efisien, dan efektif;
2. Mendorong penyerapan APBD yang optimal dan tepat waktu;
3. Mengurangi uang kas dan/atau simpanan pemerintah daerah di bank dalam jumlah tidak
wajar .

Konversi Penyaluran DBH dan/atau DAU dalam bentuk Nontunai dilakukan melalui
Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) berupa Surat Perbendaharaan Negara (SPN) /
Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPN-S).

DBH yang dikonversi meliputi : DBH PBB Migas, DBh PPh Perorangan, DBH SDA Minyak Bumi,
DBH SDA Gas Bumi, dan DBH SDA Mineral dan Batu Bara

Jangka waktu SBN ditetapkan selama 3 bulan dengan tingkat yield 50% dari tingkat suku
bunga penempatan kas Pemerintah Pusat di Bank Indonesia. (65% dari BI Rate)
4
KETENTUAN KONVERSI PENYALURAN DBH DAN/ATAU
DAU DALAM BENTUK NONTUNAI
MEKANISME KONVERSI DAN SETELMEN
 Konversi penyaluran DBH dilakukan pada akhir
Triwulan I (Bulan Maret) dan akhir Triwulan II
(Bulan Juni), sedangkan konversi penyaluran DAU
dilakukan pada awal Triwulan II (Tgl.1 April) dan
awal Triwulan III (Tgl. 1 Juli).
 Setelmen untuk penerbitan SBN dilakukan sesuai
dengan jadwal pelaksanaan penyaluran DBH
dan/atau DAU, yang teknis pelaksanaannya
mengikuti aturan/ketentuan yang berlaku di Bank
Indonesia.
PENGUMUMAN SETELMEN
 Konversi penyaluran DBH dan/atau DAU dalam
bentuk SBN diumumkan kepada publik pada
tanggal setelmen.
 Pengumuman Setelmen paling kurang memuat:
1. Jenis SBN;
2. Seri SBN;
3. Nilai nominal SBN;
4. Jangka waktu; dan
5. Tanggal setelmen.
PELUNASAN SBN
 Pada saat jatuh tempo:
1. Pelunasan secara tunai
2. Penerbitan SBN seri baru
 Sebelum jatuh tempo (early redemption),
pelunasan hanya dapat dilakukan secara
tunai.
KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH
 Pemerintah daerah menyampaikan data:
1. Perkiraan Belanja Operasi dan Belanja Modal
Bulanan;
2. Laporan Posisi Kas Bulanan;
3. Ringkasan Realisasi APBD Bulanan.
 Pemerintah daerah membuka Sub Registry
(Rekening untuk penampungan SBN ) pada
Lembaga Kustodian).
5
KEWAJIBAN DAERAH TERKAIT PELAKSANAAN KONVERSI (1)

Dalam rangka pelaksanaan konversi DBH dan/atau DAU dalam bentuk Nontunai setiap pemerintah
daerah wajib menyampaikan data:
-
Perkiraan belanja operasi dan belanja modal 3 (tiga) bulanan
-
Laporan posisi kas bulanan
-
Ringkasan realisasi APBD bulanan

Data disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah bulan bersangkutan berakhir.

Dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian data, akan dilakukan penundaan penyaluran DBH
atau DAU setinggi-tingginya 50%.

Penentuan besaran persentase penundaan DBH dan/atau DAU berdasarkan klaster kemampuan
keuangan daerah, dan berjenjang sebagai berikut:
No
Klaster Kemampuan
Keuangan Daerah (KKD)
1
2
3
Rendah
Sedang
Tinggi
Tidak Menyampaikan Data
Bulan Januari
5,0%
7,5%
10,0%
Tidak Menyampaikan Data
Bulan Februari
7,5%
10,0%
12,5%
Catatan: Persentase akan ditingkatkan setiap bulannya sampai mencapai batas tertinggi 50%.

Penentuan besaran persentase penundaan DBH dan/atau DAU dimaksud diperkirakan tidak
mempengaruhi pelayanan publik dan operasional pemerintah daerah. Selanjutnya penundaan akan
dicabut dan akan dicairkan apabila daerah telah menyampaikan data yang dimaksud.
KEWAJIBAN DAERAH TERKAIT PELAKSANAAN KONVERSI (2)
 Dalam rangka pelaksanaan Konversi, daerah wajib membuka dan menyampaikan rekening
SBN pada Sub Registry di Bank/Lembaga Kustodian.
 Bank Kustodian di Indonesia adalah bank umum yang telah mendapatkan persetujuan
dari Badan Pengawas Pasar Modal (OJK) sebagai Kustodian
 Sub-Registry adalah Bank dan lembaga yang melakukan kegiatan Kustodian yang
memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank Indonesia melakukan fungsi
Penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan nasabah.
 Daftar Sub-Registry :
No
Nama Bank
1
2
3
4
5
6
PT Bank BRI (Persero), Tbk
PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
PT Bank BNI (Persero), Tbk
PT. Bank Danamon Tbk
PT. Bank Permata, Tbk
PT. Bank Central Asia, Tbk
PT Maybank International
(d/h. PT Bank Bank
International Indonesia)
PT Bank Panin
PT Bank CIMB Niaga
7
8
9
Sub Registry (SR)
BRI SR
Mandiri SR
BNI SR
Danamon SR
Permata SR
BCA SR
Maybank SR
Panin SR
CIMB Niaga SR
No
Nama Bank
10 Citibank
Hongkong Shanghai Bank
11
Corporation (HSBC)
12 PT Bank DBS Indonesia
13 Standard Chartered
14 Deutsche Bank
15 PT Bank Mega
Kustodian Sentral Efek
16
Indonesia
17 Bank Indonesia
Sub Registry (SR)
Citibank SR
HSBC SR
DBS SR
Standard Chartered SR
Deutsche SR
Mega SR
KSEI SR
Bank Indonesia
ARAH KEBIJAKAN FISKAL KE DEPAN
8
ARAH KEBIJAKAN FISKAL JANGKA MENENGAH
2017—2020
Jangka Menengah
2018—2020
2017
•
Defisit
Anggaran
Pembiayaan
Anggaran
•
Defisit Anggaran dikendalikan pada
kisaran 2,3-2,6% PDB.
kebijakan fiskal ekspansi dalam
rangka memberikan stimulus bagi
perekonomian
•
Mendukung pembangunan
infrastruktur PMN dan BLU
manajemen aset
•
Mendukung program sejuta
rumah BLU PPDPP
•
Menyediakan pembiayaan untuk
BPJS melalui PMN
•
Defisit Anggaran dikendalikan pada
kisaran 1,5-2,5% PDB.
•
Keseimbangan primer menuju positif
dalam jangka menengah.
•
Melanjutkan kebijakan fiskal ekspansi
dengan tetap menjaga keberlanjutan
fiskal.
• Rasio utang pemerintah dijaga pada
batas aman pada kisaran 27—28%
PDB;
• Optimalisasi potensi pendanaan utang
dari sumber dalam negeri.
• Memilih sumber utang yang lebih
sesuai dengan kebutuhan, dengan biaya
yang minimal dan risiko terkendali.
9
ARAH KEBIJAKAN FISKAL JANGKA MENENGAH
2017—2020
2017
Jangka Menengah
2018-2010
Pendapatan
Negara
• Tax ratio (definisi luas) diarahkan
mencapai 11% PDB;
• Memperluas Tax base;
• Meningkatkan kepatuhan WP melalui
law enforcement
• Optimalisasi sumber PNBP lainnya
(SDA Nonmigas dan Laba BUMN).
• Tax ratio (definisi luas) diarahkan
mencapai 11-12% PDB;
• Kebijakan perpajakan untuk
mengendalikan konsumsi dan
barang yang bersifat eksternalitas
negatif.
• menyempurkan administrasi
pengelolaan PNBP berbasis IT
Belanja
Negara
1. Mendukung pembangunan di bidang
infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan,
terutama di daerah perbatasan
2. Melanjutkan efisiensi belanja operasional
dan modal non infrastruktur di K/L
3. Pengalokasian subsidi yang tepat sasaran
4. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
kenaikannya lebih besar dari kenaikan
Belanja K/L
5. Pengalokasian DAK untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah
6. Meningkatkan alokasi Dana Desa
mencapai 10% dari dan di luar Transfer ke
Daerah.
• Alokasi belanja negara pada kisaran
13,8—15,4% PDB.
• Mendukung pendanaan penyelenggaraan
pemerintahan dan program-program
prioritas nasional (infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, hankam, dll).
• Mempertahankan kebijakan subsidi yang
tepat sasaran.
• Mengarahkan DAK untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
daerah yang sejalan dengan prioritas
nasional.
10
POSTUR TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
TA 2015 DAN TA 2016
(dalam triliun rupiah)
POSTUR 2015
Transfer ke Daerah
I.
Dana Perimbangan
APBN
2015
APBNP
2015
637,9
643,8
516,4
521,7
POSTUR 2016
Transfer ke Daerah
I. Dana Perimbangan
A. Dana Transfer Umum
A. Dana Bagi Hasil
APBN
2016
SELISIH
735,2
723,2
(12,0)
710,7
700,4
(10,3)
495,5
491,5
(4,0)
107,2
106,1
(1,1)
127,6
110,0
1. Pajak
50,5
54,2
a. Pajak
51,7
51,5
(0,205)
2. Sumber Daya Alam
77,1
55,8
b. Sumber Daya Alam
55,5
54,6
(0,915)
352,8
352,8
2. Dana Alokasi Umum
388,2
385,4
(2,8)
B. Dana Transfer Khusus
215,2
208,9
(6,3)
91,7
85,4
(6,3)
123,4
123,5
-
II. Dana Insentif Daerah
5,0
5,0
III. Dana Otsus dan Dana
Keistimewaan DIY
19,4
17,7
(1,6)
18,9
17,2
(1,6)
0,547
0,547
-
46,9
46,9
-
782,2
770,1
(12,0)
B. Dana Alokasi Umum
C. Dana Alokasi Khusus
35,8
58,8
II. Dana Transfer Lainnya
104,4
104,4
III. Dana Otonomi Khusus
IV. Dana Keistimewaan DIY
Dana Desa
JUMLAH
16,6
17,1
0,547
0,547
9,0
20,7
647,0
664,6
1. Dana Bagi Hasil
RAPBN
2016
a. DAK Fisik
b. DAK Non Fisik
A. Dana Otonomi Khusus
B. Dana Keistimewaan DIY
Dana Desa
JUMLAH
-
11
Proporsi DAU TA 2016 terhadap Total Transfer ke Daerah
dan Dana Desa masih yang terbesar di semua daerah...
Proporsi DAU terhadap Total TKDD masih yang paling besar dibanding dengan jenis transfer lainnya. Selain DAU,
untuk Kalimantan peran DBH SDA terdapat total Transfer ke Daerah cukup signifikan terhadap total TKDDnya
mencapai 29,7%.
Triliun rupiah
WILAYAH
Sumatera
Jawa
Bali Nusa
Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Papua
DBH SDA
DBH PAJAK
DAU
DID
DANA DESA
DAK FISIK
DAK NON
FISIK
DK
TAMBAHAN
YOGYAKART JUMLAH
INFRA
OTSUS
A
13,451
4,418
12,317
26,852
103,451
120,549
1,193
2,097
14,093
14,619
22,781
16,127
30,744
57,979
7,707
,
,
,
, 205,737
0,547 243,188
0,993
1,381
28,01
0,425
2,943
6,769
7,859
,
,
,
48,38
27,451
1,419
0,327
6,471
5,18
1,946
,502
2,059
37,036
52,331
13,602
30,382
0,24
0,69
0,231
0,126
4,103
5,356
1,408
4,46
10,112
15,643
4,077
9,944
8,427
11,814
1,838
1,799
,
,
,
7,707
,
,
,
1,8
,
,
,
,
92,549
89,198
12
21,985
64,747
Download