pentingnya memahami jenis kontrak pengadaan barang/jasa

advertisement
PENTINGNYA MEMAHAMI JENIS KONTRAK
PENGADAAN BARANG/JASA
Ada berbagai macam jenis kontrak yang digunakan dalam proses pengadaan
barang/jasa pemerintah seperti kontrak lump sum, kontrak harga satuan,
kontrak gabungan lump sum dan harga satuan, kontrak persentase, dan
kontrak terima jadi (turnkey contract). Pejabat Pembuat Komitmen harus
memilih jenis kontrak yang tepat sesuai dengan jenis kegiatan/pekerjaan yang
akan dilaksanakan. Kesalahan dalam menentukan jenis kontrak bukan saja
akan menimbulkan permasalahan dalam pelaksanaan kontrak terkait dengan
kesepakatan antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia barang/jasa
seperti cara pembayaran dan kemungkinan perubahan kontrak, tetapi juga
dapat menyebabkan kesalahan dalam menentukan pemenang lelang oleh
Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan.
Tulisan ini mencoba menguraikan tentang perlunya para pihak yang terkait
dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah untuk memahami setiap jenis
kontrak.
A. Jenis Kontrak
Peraturan Presiden R.I nomor 70 tahun 2012 tentang Revisi Kedua Peraturan
Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
pasal 50 menggolongkan jenis kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah
berdasarkan:
a. Cara pembayaran;
b. Pembebanan tahun anggaran;
c. Sumber pendanaan; dan
d. Jenis pekerjaan
Berdasarkan cara pembayaran, kontrak dikelompokkan dalam 5 (lima) jenis
konrak yaitu:
1) Kontrak Lump sum;
2) Kontrak Harga Satuan;
3) Kontrak gabungan Lump sum dan Harga satuan;
4) Kontrak Persentase; dan
5) Kontrak terima jadi (turnkey contract).
Berdasarkan pembebanan tahun anggaran, kontrak digolongkan dalam 2 (dua)
jenis kontrak yaitu:
1) kontrak tahun tunggal; dan
2) kontrak tahun jamak.
Berdasarkan sumber pendanaan, kontrak digolongkan dalam 3 (tiga) jenis
kontrak yaitu:
1) kontrak pengadaan tunggal;
2) kontrak pengadaan bersama; dan
3) kontrak payung (Framework contract).
Berdasarkan jenis pekerjaan, kontrak digolongkan dalam 2 (dua) jenis kontrak
yaitu:
1) kontrak pengadaan pekerjaan tunggal; dan
2) kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi.
Kontrak Lump sum diuraikan dalam pasal 51 ayat (1) Perpres 70 yaitu kontrak
pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
b. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa
c. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan isi kontrak;
d. Sifat pekerjaan berorientasi pada keluaran (output based);
e. Total harga penawaran bersifat mengikat;
f. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
Kontrak harga satuan diuraikan dalam pasal 51 ayat (2) Perpres 70 yaitu
kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
batas waktu tertentu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan
dengan spesifikasi teknis tertentu;
b. Volume atau kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada saat
kontrak ditandatangani;
c. Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa;
dan
d. Dimungkingkan adanya pekerjaan tambah kurang berdasarkan hasil
pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.
Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan diuraikan dalam pasal 51 ayat
(3) Perpres 70 yaitu kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga
satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan.
Kontrak persentase diuraikan dalam pasal 51 ayat (4) Perpres 70 yaitu
merupakan kontrak pengadaan konsultansi/jasa lainnya, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Penyedia jasa konsultansi/jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan
persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan
b. Pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan isi kontrak.
Kontrak terima jadi diuraikan dalam pasal 51 ayat (5) Perpres 70 merupakan
kontrak pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai
dilaksanakan; dan
b. Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang
menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria
kinerja yang ditetapkan.
Kontrak tahun tunggal diuraikan dalam pasal 52 ayat (1) Perpres 70 yaitu
merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran
selama 1 (satu) tahun anggaran.
Kontrak tahun jamak diuraikan dalam pasal 52 ayat (2) Perpres 70 merupakan
kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran atas beban anggaran, yang dilakukan setelah mendapat persetujuan:
a. Menteri
Keuangan
untuk
kegiatan
yang
nilainya
di
atas
Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah);
b. Menteri/Pimpinan lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang nilai
kontraknya sampai dengan Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah)
bagi kegiatan: penanaman bibit dan pengadaan obat di rumah sakit,
makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan pita
cukai, layanan pembuangan sampah, dan pengadaan jasa cleaning service.
Khusus untuk kontrak tahun jamak pada pemerintah daerah menurut pasal 52
ayat (3) harus disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Kontrak pengadaan tunggal diuraikan dalam pasal 53 ayat (1) Perpres 70 yaitu
merupakan kontrak yang dibuat oleh 1 (satu) PPK dengan 1 (satu) penyedia
barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu
tertentu.
Kontrak pengadaan bersama diuraikan dalam pasal 53 ayat (2) Perpres 70 yaitu
merupakan kontrak antara beberapa PPK dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa
untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan
kebutuhan masing-masing PPK yang menandatangani kontrak.
Kontrak payung (Framework contract) diuraikan dalam pasal 53 ayat (3)
Perpres 70 merupakan kontrak harga satuan antara pemerintah dengan
penyedia barang/jasa yang dapat dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah/Institusi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diadakan untuk menjamin harga barang/jasa yang lebih efisien,
ketersediaan barang/jasa terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara berulang
dengan volume atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat ditentukan pada
saat kontrak ditandatangani; dan
b. Pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/satuan kerja yang didasarkan
pada hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas
pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa secara nyata.
Kontrak pengadaan pekerjaan tunggal diuraikan dalam pasal 54 ayat (1)
Perpres 70 yaitu kontrak pengadaan barang/jasa yang hanya terdiri dari 1
(satu) pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan.
Kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi diuraikan dalam pasal 54 ayat (2)
Perpres 70 merupakan kontrak pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat
kompleks dengan menggabungkan kegiatan perencanaan,
pelaksanaan
dan/atau pengawasan.
Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah para pihak yang
terkait khususnya Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kelompok Kerja Unit
Layanan Pengadaan (Pokja ULP) perlu memahami setiap jenis kontrak
terutama jenis kontrak berdasarkan cara pembayaran, yaitu:
a. kontrak lump sum;
b. kontrak harga satuan;
c. kontrak gabungan lump sum dan harga satuan;
d. kontrak persentase; dan
e. kontrak terima jadi.
Bagaimana perlakuan terhadap penawaran peserta lelang (dalam proses
pemilihan penyedia barang/jasa) dan bagaimana pula perlakuan terhadap
kontrak (dalam pelaksanaan kontrak) dikaitkan dengan salah satu jenis kontrak
yang telah dipilih untuk digunakan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah
dapat dicermati dari uraian berikut.
B. Keharusan memilih jenis kontrak yang tepat.
Pemilihan jenis kontrak untuk pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan
oleh PPK. Perpres nomor 70 tahun 2012 mewajibkan PPK menentukan bahwa
pada tahap perencanaan pengadaan barang/jasa PPK harus menentukan jenis
kontrak yang akan digunakan. Jenis kontrak yang akan digunakan harus sesuai
dengan kegiatan pengadaan barang/jasa yang akan dilaksanakan. Sebagai
contoh untuk pekerjaan pembangunan gedung kantor atau rumah dinas tidak
mungkin digunakan kontrak harga satuan melainkan harus menggunakan
kontrak lump sum. Hal ini disebabkan perbedaan lokasi, type/model, ukuran
dan struktur tanah
tempat rumah akan dibangun akan menyebabkan
perbedaan jenis pekerjaan yang harus dikerjakan dan akan berpengaruh pada
total biaya yang diperlukan untuk masing masing bangunan. Demikian juga
pengadaan bahan makanan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dan
pengadaan bahan makanan untuk tahanan/narapidana pada rumah tahanan
dan lembaga pemasyarakatan tidak tepat kalau menggunakan kontrak lump
sum melainkan harus menggunakan kontrak harga satuan karena jumlah
pasien dan narapidana/tahanan yang akan diberi makan belum dapat
dipastikan.
PPK harus secara tegas menetapkan nama jenis kontrak yang akan digunakan
dalam pengadaan barang/jasa. Jenis kontrak tersebut harus dicantumkan oleh
Pokja ULP dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan harus
dijelaskan kepada peserta lelang dalam acara penjelasan dokumen lelang
(aanwijzing) serta dijadikan salah satu acuan dalam menetapkan pemenang
lelang. Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa Pokja ULP dan peserta
lelang harus memiliki persepsi yang sama terhadap jenis kontrak yang
digunakan karena perbedaan jenis kontrak akan mempengaruhi proses evaluasi
dokumen penawaran.
Perlunya PPK memahami jenis kontrak karena pelaksanaan kontrak pengadaan
barang/jasa akan terkait dengan kemungkinan penyesuaian pekerjaan serta
perubahan kontrak. Sedangkan bagi Pokja ULP, pemahaman terhadap jenis
kontrak merupakan salah satu pengetahuan penting yang diperlukan dalam
mengevaluasi dokumen penarawan. Perbedaan jenis kontrak berarti berbeda
pula cara mengevaluasi dokumen. Sebagai contoh jika menggunakan kontrak
lump sum maka hasil koreksi aritmatik tidak boleh merubah urutan penawaran
karena yang diberlakukan bukan harga terkoreksi melainkan harga yang
tercantum dalam surat penawaran. Sebaliknya jika menggunakan kontrak
harga satuan harga yang digunakan untuk menentukan urutan harga
penawaran didasarkan pada hasil koreksi aritmatika.
C. Kesesuaian antara jenis kontrak dengan jenis pekerjaan
PPK harus memilih salah satu jenis kontrak yang tepat yang akan dicantumkan
dalam dokumen lelang oleh Pokja ULP. Dilihat dari pembebanan tahun
anggaran, sumber pendanaan, dan jenis pekerjaan, pada umumnya kontrak
yang dipilih adalah kontrak tahun tunggal, kontrak pengadaan tunggal, dan
kontrak pekerjaan tunggal.
Konsekuensi dari perbedaan jenis kontrak
berdasarkan pembebanan tahun anggaran, sumber pendanaan, dan jenis
pekerjaan tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap jalannya proses lelang.
Karena semua jenis kontrak tersebut dapat digunakan untuk hampir setiap
jenis pekerjaan. Pengaruh dari pemilihan jenis kontrak lainnya yaitu kontrak
tahun jamak, kontrak pekerjaan bersama, kontrak payung, dan kontrak
pekerjaan terintegrasi akan terjadi pada tahapan setelah proses lelang sebagai
berikut:
Kontrak tahun jamak mengharuskan penandatangan kontrak dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari:
a. Menteri/Pimpinan Lembaga untuk kontrak yang bernilai sampai dengan
Rp10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) bagi penanaman benih/bibit,
penghijauan, pelayanan perintis darat/laut/udara, makanan dan obat di
rumah sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pita
cukai, layanan pembuangan sampah, dan pengadaan cleaning service.
b. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya di atas Rp10.000.000.000
(sepuluh miliar rupiah) yang tidak termasuk dalam kriteria kegiatan tersebut
pada huruf a di atas.
c. Kepala daerah untuk kontrak tahun jamak pada pemerintah daerah.
Kontrak pekerjaan bersama ditandatangani oleh lebih dari satu PPK dan satu
penyedia barang/jasa. Kontrak payung dilakukan antara pihak yang mewakili
pemerintah dengan penyedia barang/jasa untuk digunakan sebagai acuan
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Insitusi dalam melaksanakan
barang/jasa. Kontrak payung menetapkan item barang serta harga setiap item
barang namun tidak membebankan pelaksanaan kontrak kepada salah satu
DIPA atau instansi tertentu. Karena itu kontrak payung dapat dimanfaatkan
oleh semua Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah/Insitusi.
Penyesuaian jenis pekerjaan dengan jenis kontrak perlu dilakukan terhadap
jenis kontrak yang dibedakan berdasarkan cara pembayaran (kontrak lump
sum, kontrak harga satuan, kontrak gabungan, kontrak persentase, dan kontrak
terima jadi). Contoh kesesuian jenis pekerjaan dengan jenis kontrak tersebut
adalah sebagai berikut:
Jenis kontrak
Kontrak lump sum
Kontrak harga satuan
Jenis pekerjaan
Pekerjaan konstruksi, perbaikan kendaraan,
pengadaan peralatan kantor, pengadaan alat tulis
kantor.
Pengadaan bahan makanan pasien di rumah sakit,
pengadaan bahan makanan narapidana, pengadaan
konsumsi peserta diklat, pengadaan jasa pencucian
pakaian (loundry) untuk peserta diklat.
Kontrak gabungan lump Pekerjaan pembangunan yang menggunakan
sum dan harga satuan.
pondasi pancang (pondasi pancang menggunakan
kontrak harga satuan, bangunannya menggunakan
kontrak lumpsum). Pekerjaan memasang batu
penahan sisi kiri dan kanan jalan serta pengadaan
tanah penimbunan jalan (pemasangan batu
penahan menggunakan kontrak lump sum,
pekerjaan pengadaan tanah penimbunan
menggunakan kontrak harga satuan).
Kontrak persentase
Penkerjaan pengadaan jasa konsultan perencanaan
dan konsultan pengawasan pembangunan gedung.
Kontrak terima jadi
Pekerjaan pembelian suatu barang atau instalasi
jadi yang hanya diperlukan sekali saja, dan tidak
mengutamakan kepentingan untuk alih (transfer)
teknologi selanjutnya.
D. Perbedaan cara evaluasi penawaran berdasarkan jenis kontrak
Pada umumnya setiap surat penawaran peserta lelang disertai dengan lampiran
berupa daftar kuantitas dan harga yang memuat semua item barang, jumlah
unit setiap item barang, harga satuan masing unit barang, jumlah harga setiap
item barang, serta total harga seluruh item barang. Untuk mengetahui
kebenaran hitungan yang mendasari nilai penawaran dari setiap peserta lelang,
Pokja ULP harus melakukan koreksi aritmatik terhadap daftar kuantitas dan
harga yang merupakan lampiran dari surat penawaran. Koreksi aritmatik
adalah koreksi terhadap hitungan-hitungan seperti perkalian, pembagian, dan
penjumlahan yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Pelaksanaan
koreksi aritmatik memiliki keterkaitan dengan jenis kontrak karena perbedaan
jenis kontrak menyebabkan perbedaan perlakuan terhadap hasil koreksi
aritmatik sebagai berikut:
1. Jika terdapat perbedaan harga penawaran yang tertulis dengan angka
dengan nilai penawaran yang tertulis dengan huruf, maka perlakuannya
adalah:
- Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum maka yang
berlaku adalah nilai yang tertulis dengan huruf. Nilai penawaran
tersebut diberlakukan sebagai dasar penentuan urutan pemenang. Hasil
koreksi aritmatik tidak dapat merubah nilai penawaran, meskipun
ternyata terdapat kesalahan hitungan aritmatik dalam daftar kuantitas
dan harga yang jika dikoreksi menyebabkan perubahan nilai total yang
terdapat dalam daftar kuantitas dan harga tersebut.
- Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan maka yang
berlaku adalah hasil koreksi aritmatik. Hasil koreksi aritmatik dapat
menyebabkan perubahan urutan peserta berdasarkan harga penawaran.
2. Jika terdapat harga satuan barang yang lebih dari 110% harga satuan dalam
HPS, maka perlakuannya adalah:
- Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum hal tersebut
tidak perlu diklarifikasi.
- Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan, harga satuan
yang lebih dari 110% HPS tersebut disebut harga timpang. Jika peserta
dengan penawaran tersebut akhirnya ditunjuk sebagai pemenang lelang
terhadap harga timpang tersebut harus dilakukan klarifikasi. Kontrak
antara PPK dengan Penyedia untuk item barang yang harganya timpang
tersebut hanya sebanyak unit yang tercantum dalam HPS. Dalam hal
terjadi perubahan kontrak dengan penambahan unit barang maka untuk
tambahan barang yang harganya timpang tersebut harganya harus
menggunakan harga satuan dalam HPS.
3. Jika jumlah unit barang yang ditawarkan dalam daftar kuantitas dan harga
berbeda dengan jumlah unit barang yang diinginkan/dicantumkan dalam
dokumen pemilihan maka perlakuannya adalah:
- Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum maka dalam
koreksi aritmatik Pokja ULP hanya memperbaiki jumlah unit barang
tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen lelang tanpa
merubah jumlah harga barang yang merupakan hasil perkalian antara
jumlah unit barang dengan harga satuan barang. Total harga penawaran
dalam daftar kuantitas dan harga tidak perlu dikoreksi.
- Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan maka apabila
jumlah barang yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga
melebihi yang diinginkan/tercantum dalam dokumen lelang, maka
jumlah barang tersebut diganti sesuai dengan yang diinginkan dan
jumlah harga barang tersebut dikoreksi berdasarkan jumlah unit barang
dikali dengan harga satuan yang ditawarkan oleh penyedia dalam daftar
kuantitas dan harga. Hasil koreksi aritmatik tersebut dapat merubah
urutan peserta berdasarkan harga penawaran.
Untuk lebih jelasnya dikemukakan ilustrasi berikut:
Rincian harga dan total harga HPS pengadaan barang tercantum sbb:
Harga Satuan
Jumlah Harga
No. Item barang
Jumlah Unit
(Rp)
(Rp)
1
Barang A
326 buah
125.500,40.913.000
2
Barang B
375 buah
152.000,57.000.000
3
Barang C
800 buah
140.000,112.000.000
4
Barang D
750 buah
175.000,131.250.000
Jumlah
341.163.000
PPN 10 %
34.116.300
Total Harga Penawaran
375.279.300
Dalam dokumen pemilihan penyedia barang, ULP mencantumkan jenis dan
jumlah barang yang diinginkan adalah sebagai berikut:
Barang A 326 unit
Barang B 375 unit
Barang C 800 unit
Barang D 750 unit
Dalam surat penawaran PT. A
tercantum harga penawaran
Rp372.295.000,- (Tiga ratus tujuh puluh dua juta dua ratus sembilan
puluh lima ribu rupiah) dengan lampiran berupa daftar kuantitas dan harga
sebagai berikut:
No.
1
2
3
4
Item barang
Jumlah Unit
Barang A
326 buah
Barang B
375 buah
Barang C
800 buah
Barang D
750 buah
Jumlah
PPN 10 %
Total Harga Penawaran
Harga Satuan
(Rp)
125.000,150.000,140.000,175.000,-
Jumlah Harga
(Rp)
38.950.000
56.250.000
112.000.000
131.250.000
338.450.000
33.845.000
372.295.000
Dalam surat penawaran PT. B
tercantum harga penawaran
Rp364.925.000,- (Tiga ratus enam puluh empat juta sembilan ratus dua
puluh lima ribu rupiah) dengan lampiran berupa daftar kuantitas dan harga
sebagai berikut:
Harga Satuan
Jumlah Harga
No. Item barang
Jumlah Unit
(Rp)
(Rp)
1
Barang A
326 buah
125.000,38.950.000
2
Barang B
357 buah
150.000,53.550.000
3
Barang C
800 buah
135.000,108.000.000
4
Barang D
750 buah
175.000,131.250.000
Jumlah
331.750.000
PPN 10 %
33.175.000
Total Harga Penawaran
364.925.000
Dalam surat penawaran PT. C
tercantum harga penawaran
Rp378.675.000,- (Tiga ratus delapan puluh tujuh juta tujuh ratus enam
puluh lima ribu rupiah) dengan lampiran berupa daftar kuantitas dan
harga sebagai berikut:
Harga Satuan
Jumlah Harga
No. Item barang
Jumlah Unit
(Rp)
(Rp)
1
Barang A
326 buah
125.000,40.750.000
2
Barang B
375 buah
150.000,56.250.000
3
Barang C
800 buah
145.000,116.000.000
4
Barang D
750 buah
175.000,131.250.000
Jumlah
344.250.000
PPN 10 %
34.425.000
Total Harga Penawaran
378.675.000
Berdasarkan acara pembukaan penawaran maka dalam Berita Acara
Pembukaan Penawaran tentu saja dicantumkan urutan peserta berdasarkan
harga penawaran peserta sebagai berikut:
1. PT. B dengan penawaran Rp364.925.000,2. PT. A dengan penawaran Rp372.295.000,3. PT. C dengan penawaran Rp387.765.000,- (sama dengan yang tertulis
dengan huruf dalam surat penawaran)
Jika jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum, maka hasil
koreksi aritmatik tidak akan merubah urutan penawaran tersebut. Dengan
demikian PT. B akan ditetapkan sebagai pemenang pertama jika
persyaratan kualifikasi terpenuhi, walaupun dalam daftar kuantitas dan
harga masing-masing peserta tersebut terdapat kesalahan perhitungan
aritmatik. Koreksi aritmatik hanya dilakukan terhadap volume pekerjaan
tanpa merubah harga penawaran. Jika ada kesalahan perkalian dan/atau
penjumlahan maka hal itu dibiarkan saja. Jika akibat dari perbaikan
volume pekerjaan tanpa merubah jumlah harga barang menyebabkan hasil
perkalian yang tadinya benar menjadi salah, maka hal itu dibiarkan saja
salah.
Jika jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan, urutan
peserta berdasarkan harga penawaran tersebut belum dapat dijadikan
indikator untuk menetapkan peserta yang akan ditetapkan sebagai
pemenang lelang. Urutan peserta berdasarkan penawaran harga ditentukan
berdasar harga penawaran terkoreksi.
E. Hasil Koreksi Aritmatik
Pada surat penawaran PT A, PT B, dan PT C ternyata terdapat kesalahan
sebagai berikut:
Surat penawaran PT A Rp372.295.000,- pada daftar kuantitas dan harga
terdapat kesalahan:
1. jumlah harga barang A seharusnya 40.750.000,2. total penawaran seharusnya Rp374.275.000,Surat penawaran PT B Rp364.925.000,- pada daftar kuantitas dan harga
terdapat kesalahan:
1. jumlah harga barang A seharusnya 40.750.000,2. jumlah unit barang B yang seharusnya 375 tertulis 357
3. jumlah harga barang B seharusnya Rp56.250.000,4. total penawaran seharusnya Rp369.875.000,Surat penawaran PT C terdapat perbedaan antara yang tertulis dengan
angka dengan yang tertulis dengan huruf sehingga yang diakui pada saat
pembukaan penawaran adalah yang tertulis dengan huruf senilai
Rp387.765.000,-.
Jika jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum, koreksi
aritmatik hanya dilakukan terhadap volume pekerjaan tanpa merubah harga
penawaran. Dengan demikian berdasarkan hasil koreksi aritmatik urutan
pemenang adalah:
Pemenang pertama
Pemenang cadangan I
Pemenang cadangan II
: PT B dengan penawaran Rp364.925.000,: PT. A dengan penawaran Rp372.295.000,: PT. C dengan penawaran Rp387.765.000,-
Jika menggunakan kontrak harga satuan koreksi aritmatik dapat merubah
harga penawaran dan dapat menyebabkan penawaran peserta dinyatakan
gugur. Perhitungan koreksi aritmatik terhadap daftar kuantitas dan harga
pada penawaran di atas adalah sebagai berikut:
Daftar kuantitas dan harga PT. A
1
Barang A
326 buah
Harga Satuan
(Rp)
125.000,-
2
3
4
Barang B
Barang C
Barang D
Jumlah
375 buah
800 buah
750 buah
150.000,140.000,175.000,-
No.
Item barang
Jumlah Unit
PPN 10 %
Total Harga Penawaran
Jumlah Harga
(Rp)
38.950.000
40.750.000
56.250.000
112.000.000
131.250.000
338.450.000
340.250.000
33.845.000
34.025.000
372.295.000
374.275.000
Daftar kuantitas dan harga PT. B
No.
Item barang
Jumlah Unit
1
Barang A
326 buah
2
Barang B
3
4
Barang C
Barang D
Jumlah
357 buah
375 buah
800 buah
750 buah
Harga Satuan
(Rp)
125.000,150.000,135.000,175.000,-
PPN 10 %
Total Harga Penawaran
Jumlah Harga
(Rp)
38.950.000
40.750.000
53.550.000
56.250.000
108.000.000
131.250.000
331.750.000
336.250.000
33.175.000
33.625.000
364.925.000
369.875.000
Daftar kuantitas dan harga PT. C
No.
1
2
3
4
Item barang
Jumlah Unit
Barang A
326 buah
Barang B
375 buah
Barang C
800 buah
Barang D
750 buah
Jumlah
PPN 10 %
Total Harga Penawaran
Harga Satuan
(Rp)
125.000,150.000,145.000,175.000,-
Jumlah Harga
(Rp)
40.750.000
56.250.000
116.000.000
131.250.000
344.250.000
34.425.000
378.675.000
Berdasarkan hasil koreksi aritmatik tersebut jika menggunakan kontrak
harga satuan maka PT B akan dinyatakan gugur dalam evaluasi teknis
karena jumlah barang yang ditawarkan tidak cukup. PT B tidak memenuhi
salah satu kriteria lulus evaluasi teknis yaitu:
a. Jumlah barang yang ditawarkan tidak kurang dari yang diinginkan/
dicantumkan dalam dokumen pemilihan;
b. Spesifikasi teknis barang/jasa yang dicantumkan dalam dokumen lelang
terpenuhi; dan
c. Penyelesaian pekerjaan tidak terlambat dari yang ditetapkan dalam
dokumen lelang.
Dengan demikian urutan pemenang jika menggunakan kontrak harga satuan
adalah sebagai berikut:
1. PT. A dengan penawaran terkoreksi sebesar Rp374.275.000,00
2. PT. C dengan penawaran terkoreksi sebesar Rp378.675.000,00
F. Perubahan kontrak
Ketentuan tentang perubahan kontrak diatur dalam pasal 87 Perpres nomor 70
tahun 2012. Keterkaitan antara perbedaan jenis kontrak dengan ketentuan
tentang perubahan kontrak adalah :
a. untuk kontrak harga satuan dapat dilakukan perubahan.
b. untuk kontrak gabungan lump sum dan harga satuan dapat dilakukan
perubahan, pada bagian kontrak yang menggunakan harga satuan,
sedangkan bagian kontrak yang menggunakan kontrak lump sum tidak
boleh dilakukan perubahan.
c. untuk lump sum tidak boleh dilakukan perubahan, kecuali perubahan yang
disebabkan oleh masalah administrasi.
Hal-hal yang dapat dijadikan alasan perubahan kontrak adalah perbedaan
kondisi lapangan pada saat pelaksanaan kontrak dengan gambar dan/atau
spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak. Sedangkan bentuk
perubahan kontrak sebagaimana diatur dalam pasal 87 ayat (1) meliputi:
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak;
b. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan;
d. Mengubah jadwal pelaksanaan.
G. Daftar Pustaka/Daftar Bacaan:
1. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010
2. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012
3. Peraturan Kepala LKPP nomor 14 tahun 2012
Download