Pengantar Umum Pengadaan Barang Jasa

advertisement
PERMASALAHAN
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Fadli Arif
Direktur Advokasi dan Penyelesaian Sanggah Wil. II
Disampaikan pada
Seminar Permasalahan Pengadaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Antara Regulasi dan Implementasi di Lapangan
Samarinda, 14 April 2015
Materi Presentasi
• Latar Belakang Reformasi PBJ
• Permasalahan Pengadaan Barang/jasa
• Kerugian Negara dalam Pengadaan Barang/jasa
LATAR BELAKANG
Korupsi Pengadaan
• Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah aktifitas
pemerintah yang paling rawan dengan korupsi (Kaufmann,
World Bank 2006)
Korupsi seperti penyakit
menular yang menjalar pelan,
tetapi mematikan dan
menciptakan kerusakan sangat
luas dimasyarakat. Korupsi
merusak demokrasi dan
supremasi hukum, mendorong
pelanggaran hak asasi manusia,
juga mendistorsi perekonomian
Kofi Annan, saat menjabat Sekjen
PBB
Korupsi Pengadaan
Kasus korupsi pengadaan BJP sebanyak 38% dari kasus
yang ditangani oleh KPK (Sumber : Lap Tah KPK 2012)
85%
70%
90%
85% kasus korupsi yang melibatkan
minimal 176 gubernur/bupati/walikota
adalah kasus PBJ (Mendagri pada raker
DPD RI 2011)
70% kasus Korupsi berasal
dari PBJ (penelitian KPK)
90% kasus penyimpangan PBJ
terkait tahap perencanaan
Sumber : Presentasi UKP4 pada Sosialisasi Epurchasing pada Pemda DKI
Pertumbuhan APBN
Pengadaan barang/jasa pemerintah terus meningkat dari tahun ke tahun
seiring peningkatan belanja pemerintah (APBN 2014 Rp. 1.842,5 T).
PBJP lebih kurang 30% dari APBN
Triliun Rupiah
2500.00
2000.00
1500.00
1000.00
1984.00
1876.87
1579.79
1418.50
1320.75
1042.12
985.73
937.38
757.65
667.13
500.00
0.00
2004
2006
2008
2010
2012
Sumber : 2006-2012 Data Pokok APBN, Kementerian Keuangan
2014
2016
Proses pengadaan terlambat
• Proses pelelangan membutuhkan waktu yang cukup panjang,
menyebabkan penyerapan anggaran terlambat.
4 Pilar Reformasi PB/J Pemerintah
Legislative &
Regulatory
Framework
1
Procurement
Operation and
Market Practice
• Kewenangan
Pengadaan Langsung
• E-Procurement (terdiri
dari e-Tendering dan
3
e-Purchasing)
• Perpres 54/2010 – Perpres 4/2015
• Berbagai PerKa LKPP (SBD, dsb)
• RUU
Sistem
Pengadaan
Publik
2
Institutional Framework
& Management Capacity
*Based on Indicators Form OECD DAC
4
Integrity &
Transparancy
(Anti Corruption)
Tranparansi
Pakta Integritas
Kode Etik
• LKPP
• PA/KPA – PPK – dsb
• ULP/Pejabat Pengadaan
• LPSE (E-Procurement)
• Sertifikasi Ahli Pengadaan
• Jabfung PB/J
(Professionalizing the Field)
PERMASALAHAN PENGADAAN
BARANG/JASA
Permasalahan dalam Pengadaan




Perencanaan
Pemilihan
Pelaksanaan Kontrak
Serah Terima
Perencanaan
Pemilihan
Pelaksanaan
Kontrak
Serah Terima
Permasalahan Tahap Perencanaan 1/3
 Rencana Umum Pengadaan (RUP)
• Rencana pengadaan tidak berdasarkan kebutuhan institusi,
tetapi berdasarkan keinginan sesorang atau kelompok
• Rencana pengadaan tidak diumumkan secara terbuka pada
awal tahun anggaran.
• Tidak dilakukan Kaji Ulang RUP (Pemaketan, Anggaran, dll)
• Rencana pengadaan tidak disusun secara sistematik
terhadap; apa (spesifikasi dan kualitas), kapan (jadwal,
waktu diterima), bagaimana (sumber, sistem), berapa
(kuantitas) dan biaya.
Permasalahan Tahap Perencanaan 2/3
 Kesalahan dalam Penyusunan Rencana Teknis :
• menyusun Spesifikasi:
• mengarah kepada produk tertentu
• Spesifikasi terlalu tinggi (over specification)
• Tidak menggunakan standar Nasional
• menyusun HPS:
• Penyusunan HPS tidak sesuai ketentuan
• Nilai HPS digelembungkan (mark-up)
• Nilai HPS diatur oleh pelaku usaha
• menyusun Rancangan Kontrak:
• Rancangan kontrak belum dibuat saat pelelangan
• Penetapan jenis kontrak tidak sesuai
• Tata cara pembayaran tidak jelas
Permasalahan Tahap Perencanaan 3/3
 Kesalahan dalam Penyusunan Rencana Pemilihan
• Kesalahan menetapkan Sistem Pengadaan (Metode dan
kriteria evaluasi, metode penyampaian dokumen)
• menetapkan syarat penyedia yang sudah diarahkan kepada
penyedia tertentu
• menyusun jadwal yang terlalu cepat, sehingga penyedia
yang sudah dipersiapkan yang dapat menyampaikan
penawaran
• Pembatasan informasi , sehingga penyedia tertentu saja
yang mendapatkan informasi lengkap
• Menggunakan dokumen pemilihan yang tidak standar.
Permasalahan Tahap Pemilihan
 Pengumuman Pelelangan (semu atau fiktif, isi tidak
lengkap, waktu pengumuman singkat)
 Pokja tidak menguasai substansi teknis dan informasi
penting yang akan dijelaskan dalam aanwijzing
 Tidak melakukan adendum dokumen pemilihan
dalam hal terjadi perubahan pada saat aanwizjing
 Postbidding pada saat evaluasi
 Tidak melakukan koreksi aritmatik untuk kontrak
harga satuan,
 Menggugurkan penawaran <80% HPS
 Tidak melakukan klarifikasi dalam proses evaluasi
 Tidak menjawab sanggah
1/2
Permasalahan Pelaksanaan Kontrak
 Pembayaran uang muka, tetapi penyedia tidak
menyampaikan jaminan uang muka
 Penyerahan pekerjaan utama kepada perusahaan
lain/sub kontraktor
 Pengawas atau pemeriksa pekerjaan membuat
laporan yang tidak benar atau memalsukan laporan
untuk menutupi kondisi yang tidak benar
 Perpanjangan masa waktu kontrak
 Tata cara pembayaran tidak sesuai dengan kontrak
Permasalahan Pelaksanaan Kontrak 2/2
 Addendum kontrak lumpsum
 Pembayaran melebihi progres, atau pembayaran
100% untuk pekerjaan yang belum selesai
 Tidak mengenakan sanksi kepada penyedia yang
terlambat
 Penyesuaian Harga
 Pemutusan Kontrak
 Tidak memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
pekerjaan selama 50 hari setelah masa kontrak
selesai.
Permasalahan Serah Terima
 Pekerjaan fisik belum selesai 100%
 Kualitas barang/jasa tidak sesuai standar dan
spesifikasi yang tercantum dalam kontrak
 Perubahan spesifikasi dan volume yang diubah
berdasarkan permintaan penyedia atau kemauan
bersama
 Pekerjaan tidak dilaksanakan atau hanya sebagian
yang dikerjakan (fiktif), namun telah memperoleh
bayaran penuh.
 Penundaan atau memperlambat pembayaran oleh
PPK
KKN pada proses pengadaan
pemerintah
KERUGIAN NEGARA DALAM
PENGADAAN BARANG/JASA
Ihwal Kerugian Negara*
“Apakah kerugian negara selalu berkolerasi dengan Korupsi?
 4 Jenis Kerugian Negara :
1.
2.
3.
4.
Akibat dari hubungan yang bersifat perdata, misalkan cedera janji
dalam pengadaan barang jasa
Disebabkan masalah administratif, misalkan karena prosedur secara
tidak sengaja atau lalai tak terpenuhi
Disebabkan kebijakan dan keputusan yang diambil yang melibatkan
uang APBN
Kerugian yang terjadi pada lembaga /badan yang menggunakan
APBN, seperti BUMN, BHMN (PTN). Kerugian lembaga merupakan
kerugian negara
 Pada Prinsipnya ke-4 jenis kerugian negara tidak bisa masuk
dalam ranah pidana
*Prof. Hikmahanto Juwana, Kompas 15 Januari 2015
Ihwal Kerugian Negara*
 Penyelesaian Kerugian Negara :
1. Akibat dari hubungan yang bersifat perdata, dapat dilakukan
musyawarah mufakat. Jika tidak berhasil gugatan ke pengadilan
atau arbitrase
2. Disebabkan masalah administratif, diselesaikan secara
administratif dengan meminta pelaku mengembalikan. Apabila
dilakukan oleh pejabat dapat juga diberikan sanksi administratif
3. Disebabkan kebijakan dan keputusan yang diambil, dilakukan
evaluasi yang dapat menunjukan keputusan tersebut benar atau
salah. Dan ini tidak ada sanksinya.
4. Kerugian yang terjadi pada lembaga /badan yang juga tidak bisa
diberi sanksi. Karena investasi bisa untung, bisa juga rugi.
lembaga merupakan kerugian negara
*Prof. Hikmahanto Juwana, Kompas 15 Januari 2015
Ihwal Kerugian Negara*
 Kapan mekanisme hukum pidana berlaku?
1. Jika dalam kerugian negara terdapat perbuatan yang memenuhi
unsur pidana.
2. Jika terdapat tindak pidana korupsi
 Kerugian negara tidak bisa dijadikan dasar atau fokus
utama dalam menjerat pelaku
*Prof. Hikmahanto Juwana, Kompas 15 Januari 2015
Solusi Mengatasi Tindak
Pelanggaran Pengadaan
1. Patuh pada ketentuan dan peraturan pengadaan
serta taat azas, norma dan etika pengadaan.
2. Melaksanakan sistem dan prinsip pengadaan
secara tepat dan dengan sebaik-baiknya.
3. Organisasi, birokrasi dan manajemen pengadaan
yang baik.
4. Profesionalisme dan kompetensi dari pejabat
dan pelaksana pengadaan.
5. Keteladanan dari pimpinan tertinggi
6. Penerapan sanksi yang tegas dan pengendalian
serta pengawasan yang ketat
Solusi Mengatasi Tindak
Pelanggaran Pengadaan
7. Meningkatkan transparansi dalam proses
pelaksanaan pengadaan
8. Melaksanakan proses pengadaan secara
elektronik (e-Procurement)
9. Memberikan akses ke publik dalam
memperoleh informasi tentang proses
pelaksanaan kegiatan pengadaan
10.Menghindari belanja mendesak di akhir
tahun anggaran
Penutup
Pemberantasan korupsi tentu harus didengungkan
dan diimplementasikan.
Namun Indonesia harus mengakhiri praktik
mengkriminalkan semua yang diindikasikan adanya
“kerugian negara”.
Siapapun yang bersentuhan dengan keuangan
negara sepanjang tidak melakukan perilaku koruptif
akan dapat bekerja dengan tenang untuk
kesejahteraan rakyat.
Jika tidak, negeri ini akan stagnan.
-------Hikmahanto Juwana, Guru Besar Ilmu Hukum UI
Terima kasih
Direktorat Advokasi dan Penyelesaian Sanggah Wilayah II
Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Sanggah
SME Tower – Lantai 7
Jln. Jend Gatot Subroto Kav.94 – Jakarta Selatan 12780
Tel/Fax 021-7989517
[email protected]
Konsultasi.lkpp.go.id
Download