BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENGUMPULAN DATA Agar tujuan penelitian ini tercapai, perlu diketahui penggunaan konsumsi daya yang ada di hotel Permai ini, data-data yang akan dicari adalah data-data yang sedang terjadi saat ini, dari penggunaan daya listrik terbesar sampai yang terkecil. Dari urutan penggunaan energi terbesar adalah pada penggunaan energi listrik sebanyak 90%, energi solar untuk mengoperasikan genset sebesar 10%. Untuk konsumsi solar karena di hotel Permai jarang terjadi pemadaman listrik oleh PLN maka pada generator set pemakaian solar terbanyak pada pemanasan mesin saja, dan perhitungan pemakaian solar berdasarkan data rata-rata selama satu tahun. 3.1.1 Tempat dan Jenis Penelitian Penelitian dilakukan dengan bertempat di hotel Permai Jakarta. Metode penelitian untuk tugas akhir ini adalah explorasi dan studi literatur untuk menghasilkan konservasi energi, yaitu peningkatan efisiensi energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi, yaitu metode untuk menghitung tingkat konsumsi energi suatu gedung. 3.1.2 Variabel Pengumpulan Data Pengumpulan data yang akan dilakukan meliputi jumlah pemakaian energi berdasarkan audit energi awal dan audit energi rinci serta peluang penghematan energi yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan. Pada audit energi awal akan dihitung besarnya intensitas konsumsi energi tiap satuan luas yang akan diteliti berdasarkan pemakaian dari data hunian hotel. 31 Intensitas konsumsi energi (IKE) listrik merupakan variabel matematis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi listrik pada suatu sistem (bangunan). Intensitas konsumsi energi listrik didapat dari hasil pembagian antara konsumsi energi listrik pada suatu periode tertentu dengan luas bangunan, dengan satuannya adalah kWh/m²/tahun. Penggunaan standar intensitas energi listrik ini telah ditetapkan oleh berbagai negara seperti ASEAN dan APEC. Menurut hasil dari penelitian ASEAN-USAID pada tahun 1987 (hasil penelitian baru dipublikasikan pada tahun 1992), target dari besaran konsumsi intensitas listrik (IKE) untuk Indonesia (Departemen Pertambangan dan Energi) adalah: a. Perkantoran komersil : 240 kWh/m² pertahun b. Pusat belanja : 330 kWh/m² pertahun c. Hotel dan apartemen : 300 kWh/m² pertahun d. Rumah sakit : 380 kWh/m² pertahun Beberapa istilah lainnya dalam menghitung konsumsi energi listrik pada bangunan gedung, diantaranya: a. Konsumsi intensitas listrik tiap satuan luas kotor gedung. b. Luas kotor (gross) sama dengan luas total gedung yang menggunakan energi listrik ditambah luas total gedung yang tidak menggunakan energi listrik. c. Intensitas konsumsi energi listrik per satuan luas total gedung yang menggunakan energi listrik (net). d. Intensitas konsumsi energi listrik per satuan luas ruang dari gedung yang disewakan. 3.2 AUDIT ENERGI Pada audit energi rinci akan dihitung intensitas konsumsi energi berdasarkan pengamatan langsung dari penggunaan peralatan listrik pada aea target serta waktu penggunaan dari energi listriknya secara rinci. 32 Gambar 3.1 Bagan alur proses audit energi 33 Audit energi rinci perlu dilakukan: a. Jika nilai IKE bangunan lebih besar dari nilai IKE yang sudah ditetapkan. b. Untuk mengetahui profil penggunaan energi pada bangunan. Tabel 3.1 Profil penggunaan energi listrik bangunan pada hotel (penelitian badan standarisasi nasional) No. Jenis Peralatan Listrik Penggunaan Energi (%) 1. Air conditioning 48,50 2. Pencahayaan 16,97 3. Eskalator 8,05 4. Cleaning dan laundry 5,32 5. Utilitas 18,67 6. Lain-lain 2,49 Total 100 Tabel 3.2 Profil penggunaan energi listrik pada peralatan kantor (penelitian badan standarisasi nasional) No. Jenis Peralatan Listrik Penggunaan Energi (%) 1. Air conditioning 2. Pencahayaan 17,4 3. Eskalator 3,0 4. Pompa air 4,9 5. Lain-lain 8,7 Total 100 3.2.1 66 Pengukuran Energi Pada setiap ruangan yang ada di hotel Permai memiliki konsumsi energi yang berbeda-beda berdasarkan pada jenis ruang serta aktifitas yang terjadi pada ruangan tersebut. Konsumsi ruangan tiap meter persegi yang teridentifikasi dapat didefinisikan sebagai intensitas energi ruangan, dan hasil dari data tersebut akan 34 dibandingkan dengan data yang telah terstandarisasi sebagai standar nasional intensitas energi pada hotel di Indonesia, sehingga diketahui berapa besar tingkat efisiensinya. Pengukuran terhadap penggunaan energi listrik dilakukan dengan cara pengukuran pada tiap ruangan maupun area untuk umum yang memiliki peralatan listrik di hotel Permai Jakarta. Pengukuran dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut: a. Faktor daya, adalah perbandingan antara daya sebenarnya yang digunakan dalam satuan watt dengan daya yang diambil dari sumber dengan satuan volt amper. Angka faktor daya yang tinggi mengindikasikan distribusi listrik yang baik. Nilai faktor daya harus lebih dari o,85 agar terdari denda PLN, biasanya untuk meningkatkan faktor daya dengan mengunakan bank kapasitor. b. Faktor kebutuhan, adalah perbandingan antar permintaan maksimum pada sistem pembangkit listrik dan distribusinya dengan total beban yang terpasang, dengan satuannya persen. Faktor kebutuhan menunjukkan jumlah total energi listrik yang digunakan dari total energi listrik yang tersedia. Bila ternyata hasilnya rendah maka ada kemungkinan kontrak daya dengan PLN telalu tinggi dan bisa dikurangi dengan agar mendekatai kondisi ideal.tindakan ini akan mengurangi biaya berlangganan bulanan. Faktor kebutuhan yang ideal adalah antara 60-80%. c. Faktor beban, merupakan perbandingan antara rata-rata beban listrik dengan beban maksimal dalam satu periode tertentu. Angka ini menunjukkan turun naiknya beban listrik dalam satu periode tertentu. Semakin rendah inilai faktor beban, semakin besar fluktuasi pengguanaan listriknya. Karena PLN menerapkan tarif yang berbeda untuk untuk waktu off peak dan peak, maka sebaiknya melakukan pengaturan faktor beban agar menghindari beban tinggi pada jam-jam beban puncak (peak hours) yaitu antara jam 18.00 sampai 22.00, dengan cara mengalihkan penggunaan dari peralatan listrik pada saat off peak hours. Nilai faktor beban yang ideal antara 80-90%. 35 d. Kualitas listrik, adalah frekuwensi dan besarnya deviasi daya yang masuk ke peraltan listrik. Deviasi dapat mempengaruhi kerja dari peralatan listrik seperti komputer, televisi, pendingin udara (peralatan-peralatan yang menggunakan rangkaian elektronika) yang mengakibatkan terhambatnya produktifitas kerja. 3.2.2 Data Pengeluaran Energi Sumber pemanfaatan dari energi yang digunakan oleh sebuah hotel bisa bermacam-macam, dan oleh sebab itu data yang dikumpulkan untuk penelitian kali ini adalah hanya penggunaan energi listriknya saja. Data yang dikumpulkan dicatat dalam satuan jenisnya. Perlunya mencatat data-data mengenai penggunaan energi listrik tiap ruangan seperti kamar tamu, dapur, lobi, ruang rapat, kantor dan lainnya, karena sudah tentu memiliki peralatan listrik yang berbeda tergantung dari masing-masing jenis maupun kegunaan dari ruangan yang membutuhkannya. Hampir seluruh pelayanan yang diberikan oleh hotel menggunakan peralatan-peralatan listrik dengan konsumsi energi listrik tinggi, seperti peralatan tata udara, lift, chiller dan sebagainya. Jadi harus diawasi sesuai penggunaan dan kebutuhan. Pada setiap penggunaan energi listrik yang tidak benar, dapat membuat kemungkinan pemborosan terjadi, dapat diakibatkan dari kesalahan pemakainya atau peralatan listrik yang digunakan tidak sesuai/menerapkan fungsi hemat energi, hingga akhirnya pemborosan penggunaan energi listrik tidak dapat dihindarkan. Untuk dapat melakukan perbaikan-perbaikan mengenai penggunaan energi listrik yang lebih hemat harus diketahui dahulu masing-masing penggunaan peralatan listrik secara umum, masalah-masalah yang sering timbul saat mengoperasikan peralatan listrik ini akan dimasukan dalam sebuah daftar. Dalam daftar ini akan diuraikan tentang beberapa permasalahan yang sering terjadi dalam penggunaan energi listrik di gedung hotel Permai Jakarta, hingga akhirnya dapat dijadikan peluang sebagai penghematan energi awal. 36 Peralatan-peralatan listrik yang mengkonsumsi daya perlu diketahui dengan cara mencatat masing-masing lantai yang ada di hotel Permai sesuai dengan tipe dan penggunaannya. Penggunaan energi yang ada tiap lantai maupun ruangan akan bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing ruangan. Data-yang detil mengenai konsusi energi listrik yang ada pada tiap ruangan maupun lantai akan menunjukan konsumsi energi tiap m² akan dapat diketahui. Tabel 3.3 Identifikasi Masalah No. Penggunaan Daya Listrik 1 Peralatan tata udara Masalah yang ditemui Pada ruang tamu, sering ditinggalkan dalam keadaan hidup bahkan untuk waktu yang terbilang cukup lama (seharian) dengan alasan agar sewaktu kembali, ruangan sudah dalam keadaan dingin. Pengaturan suhu diatur pada suhu terendah. Pintu lobi sering dibiarkan terbuka mengakibatkan kerja pendinginan udara menjadi lebih berat. Filter evaporator kotor hingga sirkulasi udara dalam ruangan tidak terjadi. Koil-koil kondensor tersumbat karena kotor membuat kondensasi terhambat hingga terjadi panas berlebihan pada bagian outdoor. Pipa-pipa mengalami kebocoran karena usia 37 pemakaian yang sudah cukup lama. 2 Pemanas air Pada komponen pengaturan suhunya sudah ada beberapa yang mengalami kerusakan dikarenakan usia pemakaian yang sudah cukup lama, seperti akibat korosi Pada ruang tamu dengan fasilitas kamar terbaik dipasang satu tabung pemanas untuk dua kamar. 3 Penerangan Lampu menyala walau tidak sedang digunakan. Tidak semua ruangan maupun area untuk umum bisa dimasuki cahaya matahari menyebabkan harus dibantu dengan penerangan buatan. Peralatan tambahan seperti kamera untuk keamanan memerlukan penerangan tambahan yang harus dihidupkan terusmenerus agar mendapatkan hasil pencitraan yang baik dan jelas. 3 Lift Untuk naik ataupun turun satu lantai masih menggunakan lift. Karyawan menggunakan lift tamu. Kapasitas penumpang melebihi kemampuan 38 daya angkut. Menekan tombol tujuan lantai yang bukan tujuannya/salah. 4 Peralatan elektronik Televisi menyala saat tidak ada yang menonton, karena tertidur atau ditinggal pergi. Gagang telepon (PABX) pada ruang tamu dibiarkan tergantung. Komputer selalu dalam keadaan menyala terus menerus, ini diperlukan untuk operasional hotel selama 24 jam terus menerus. 5 Pompa air Pompa-pompa air bekerja terus-menerus akibat kebocoran peralatan plumbing. Penggunaan air yang tidak terkontrol seperti membuka kran air terus-menerus, melebihi dari kebutuhan. Komponen deteksi otomatis tekanan air mengalami kerusakan. 6 Exhahust Penghisap udara dengan kapasitas daya besar pada bagian kitchen/dapur di jalankan meskipun dapur sedang tidak digunakan/tidak sedang ada aktifitas 39 memasak. Kipas exhaust pada ruang-ruang kamar sudah kotor/berdebu. Putaran kipas sudah lemah. 7 Chiller Penyetelan termostat tidak sesuai. Sering diisi terlalu penuh. Berdekatan dengan alat pemasak/kompor. 8 Lemari pendingin Kulkas-kulkas yang berada didalam masing- (minibar) masing ruangan tidur tamu dihidupkan terus menerus meskipun ruangan sudah ditinggalkan tamu/dalam keadaan check out, maksudnya agar selalu terjaga suhu minuman ringan yang ada didalamnya (pelayanan kepada tamu). Suhu/tempertur yang di set hingga mencapai 100 persen pendinginan, mengakibatkan kompresor bekerja terus menerus. Banyak yang mengalami kebocoran pada sambungan-sambungan pipa-pipa akibat dari kompresor yang terus menerus bekerja. Peluang-peluang untuk mendapatkan penghematan energi sebesar mungkin harus dapat dikenali dari masing-masing peralatan listrik yang mengkonsumsinya 40 seperti pada tabel 3.4 berikut. Dari pengamatan terhadap masalah yang timbul saat operasional hotel berlangsung seperti komplain maupun akibat tagihan yang membesar akan membuka peluang terhadap penghematannya. 3.2.3 Luas Bangunan dan Spesifikasi Daya Hotel Permai memiliki bangunan yang terdiri dari tiga bangunan yang dijadikan satu, dengan masing-masing bangunan memiliki luas yang berbeda. Tabel 3.4 Luas bangunan dan spesifikasi listrik hotel Permai No. Data Spesifikasi/Satuan 1 Gedung A 244,800 m² 2 Gedung B 255,680 m² 3 Gedung C 71,400 m² Luas keseluruhan bangunan/gedung 571,880 m² 4 Kapasitas daya tersambung 200 kVA 5 Tegangan 380 6 Frekuensi 50 Hz 7 Faktor daya 0,9 8 Biaya tagihan PLN 0-100 JN = Rp 520,>100 JN = Rp 545,- 9 Jenis tarif/TDL B2/2003 Masing-masing bangunan terdiri dari 6 lantai. Lantai satu dan lantai dua digunakan sebagai area untuk umum seperti untuk ruang tunggu, ruang pertemuan, ruang serba guna, area restoran, dapur, area untuk acara pernikahan yang dapat menampung undangan hingga 500 orang, dan ruang kantor. Masingmasing area ini memiliki peralatan yang difungsikan dengan listrik untuk penunjang kenyaman untuk para tamu yang datang berkunjung ke hotel Permai, untuk ruangan yang berbeda memiliki perangkat listrik yang berbeda pula termasuk juga pada instalasi penerangannya. 41 3.3 PELUANG HEMAT ENERGI (PHE) Peluang penghematan energi dilakukan dengan cara melakukan perbandingan potensi perolehan penghematan energi dengan biaya yang harus dibayar dengan tujuan untuk terlaksananya program penghematan energi yang disarankan. Penghematan energi pada bangunan hotel dilakukan tanpa mengurangi kenyamanan dari aktifitas yang terjadi didalamnya. Untuk mencapai penghematan energi yang diinginkan diperlukan usaha-usaha dalam mendapatkannya, diantaranya adalah dengan cara: a. Mengurangi pemakaian energi tanpa mengurangi kenyamanan dan kebutuhannya. b. Memperbaiki kinerja peralatan. c. Menggunakan sumber energi yang murah. d. Menerapkan budaya hemat energi kepada semua pihak. 3.3.1 Mengenali Peluang Hemat Energi Setelah hasil pengukuran didapat selanjutnya dilakukan perhitungan besarnya intensitas konsumsi energi listrik dan penyusunan penggunaan energi bangunan. Besarnya intensitas konsumsi energi listrik kemudian dibandingkan dengan IKE standar (bisa juga melakukan perbandingan dengan target yang ditentukan sendiri selama nilai IKE masih berada pada nilai yang disarankan/dianjurkan). Apabila hasilnya sama atau kurang dari target IKE maka kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan, jika hasilnya lebih besar dari target IKE, maka audit energi perlu dilakukan dengan hasil yang diharapkan nanti akan lebih kecil dari intensitas konsumsi energi standarnya. Jika peluang hemat energi telah dikenali maka langkah berikutnya adalah dengan melakukan analisa peluang hemat energi, yaitu membandingkan potensi peolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan energi rekomendasi. 42 Penghematan energi pada bangunan diusahakan seminimal mungkin pengaruhnya terhadap kemampuan dalam hal kenyamanan untuk aktivitas yang ada didalamnya. Analisa peluang hemat energi sebaiknya dilakukan dengan usaha-usaha sebagai berikut: a. Mengurangi pemakaian energi listrik termasuk jam operasional. b. Meningkatkan kinerja dari peralatan listrik yang digunakan. c. Penggunaan dari sumber energi yang rendah biayanya. 3.3.2 Rekomendasi Peluang Hemat Energi Setelah peluang penghematan energi diketahui maka perlu dilakukan langkah selanjutnya adalah melakukan penerapan atas rujukan dari hasil pengamatan analisa peluang hemat energi. Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain (merujuk dari rekomendasi): a. Kegiatan manajemen dan tingkat kesadaran atas penggunaan energi yang baik perlu dibudayakan, seperti melakukan perbaikan-perbaikan pada program manajemen terhadap kebijakan penggunaan energi listrik. b. Mengawasi hasil dari pencatatan maupun kejadian langsung terhadap penggunaan energi yang menimbulkan masalah. c. Mengawasi kinerja dari peralatan yang mengkonsumsi energi listrik. d. Pemanfaatan energi mencakup perbandingan penggunaan energi, neraca energi dan biaya energi. e. Perbaikan-perbaikan terhadap efisiensi dari penggunaan energi listrik, dan salah satunya adalah dengan mengubah tata cara atau prosedur dalam penggunaan konsumsi energi listriknya. f. Melakukan perbaikan maupun penggantian peralatan listrik dengan yang lebih baik dalam konsumsi energi listriknya serta kinerja yang dihasilkan mesin tersebut juga lebih baik. g. Memulai dengan investasi-investasi kecil dan kemudian dilanjutkan dengan investasi-investasi besar. 43