MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008 Zulhajji, Penghematan Energi Listrik Rumah Tangga dengan Metode Demand Side Management PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK RUMAH TANGGA DENGAN METODE DEMAND SIDE MANAGEMENT (DSM) Zulhajji Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk penghematan energi listrik di Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan metode Demand Side Management (DSM) dan data diperoleh dari kajian pustaka. Setelah memperoleh data dari PT. PLN kemudian data tersebut di olah dan analisis sehingga diperoleh suatu kesimpulan bahwa dengan mengganti bola lampu 40 Watt menjadi 8 watt lampu hemat energi, kita dapat mengurangi energi listrik perbulannya sebesar 129.129.642 KWH yang jika di rupiahkan sebesar Rp. 50.371 Milliar. Kata kunci: Hemat energi, demand side management (DSM) PT. PLN (persero) sebagai badan usaha milik negara (BUMN) yang mengembang upaya penyedia tenaga listrik selalu dituntut masyarakat pengguna listrik (demand) guna memenuhi kebutuhan daya listrik masyarakat setiap saat, tanpa mengetahui kondisi atau proses sehingga listrik dapat sampai ke masyarakat. Pembangkit tenaga listrik (Generator) sebagai salah satu sub sistem dari sistem tenaga listrik selalu diupayakan dapat beroperasi dengan baik. Tetapi tingkat kebutuhan masyarakat belum sejalan dengan upaya penambahan kapasitas pembangkit yang ada. Untuk itu perlu kesadaran masyarakat melalukan pola (cara yang tepat untuk menghemat energi listrik, terutama pada saat beban puncak yaitu pada pukul 18.00 - 21.00 Wita. Lampu hemat energi merupakan peralatan penerangan yang saat ini penggunaannya cukup luas dan perlahan mulai menggantikan penggunaan lampu konvensional. Hal ini dikarenakan lampu hemat energi (LHE) mempunyai tingkat effisiensi yang tinggi dan penggunaannya didukung oleh beberapa pihak, yaitu produsen listrik (PLN), pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) serta pihak swasta (produsen lampu) sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi krisis listrik (Fostu, 2006). Lampu hemat energi yang digunakan adalah jenis lampu flouresence yang menggunakan ballas elektronik. Berdasarkan literatur mengenai karakteristik lampu hemat energi, diketahui bahwa lampu jenis ini mempunyai tingkat effisiensi yang tinggi karena perbandingan daya yang dikonsumsi dengan lumen yang dihasilkan cukup baik (lumen/watt). Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka penulis mengkaji dan menganalisis upaya atau pola penghematan energi listrik di Sulawesi Selatan, untuk kemudian dapat memperoleh kesimpulan dengan harapan bermanfaat bagi PT. PLN dan masyarakat luas pada umumnya. METODE Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data aktual pada sistem interkoneksi sistem Sulawesi Selatan yang merupakan data sekunder yang meliputi : semua pelanggan rumah tangga (pelanggan R Sulawesi Selatan = 1.105.562 plg). Daya tersambung sebesar 747.337.050 VA atau 86.75% dari total daya yang tersedia, dan mayoritas pelanggan kategori R1 (daya terpasang 450 s/d 2200 VA) sekitar 91.84%. Data tersebut diperoleh dengan cara studi dokumen pada Area Penyaluran dan Pengaturan Beban (AP2B) PT. PLN (Persero) Sulawesi Selatan. Bahan dan alat adalah perangkat lunak program Matlab dan perangkat keras komputer Pentium IV untuk memperoleh hasil yang diharapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan ketenagalistrikan di Sulawesi Selatan adalah tidak terjadinya keseimbangan antara permintaan dan penyalur energi listrik. Tingkat pertumbuhan pemakai (demand) yang cukup tinggi setiap tahunnya, tidak mampu diikuti tingkat penambahan pembangkit energi listrik. MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008 Keterbatasan kapasitas pembangkit khususnya pada waktu beban puncak (WBP), untuk itu pola yang harus dilaksanakan bagi PT. PLN maupun pelanggan sebagai berikut : 1. Sasaran pola Demand Side Management (DSM-1) a. Konservasi Energi. Pola ini untuk menurunkan atau menghemat pemakaian energi listrik. b. Pemangkasan Beban Puncak. Pola ini untuk mengurangi beban pada saat waktu beban puncak (WBP). c. Pengalihan Beban. Pola ini untuk menggeser beban dari waktu beban puncak (WBP) ke luar waktu beban puncak (LWBP). 2. Sasaran pola Demand Side Management (DSM-2) a. Pola beban fleksibel. Pola ini untuk memperbaiki sistem pasokan atau penyaluran melalui pemadaman (pengurangan beban) secara bergilir. b. Pengisian lembah beban. Pola ini untuk mengisi atau menambah beban pada luar waktu beban puncak (LWBP). c. Pertumbuhan beban. Pola untuk meningkatkan pemasaran tenaga listrik dengan cara yang efisien. Untuk mencapai hal tersebut di atas diperlukan pola penerapan sistem Demand Side Management (DSM) sebagai berikut : 1. Mekanisme pengaturan tarif. Dengan melaksanakan perbedaan tarif yang menyolok (lebih mahal) pada waktu beban puncak (WBP) dibandingkan dengan tarif pada luar waktu beban puncak (LWBP) untuk semua pelanggan, sehingga mendorong pelanggan mengurangi sebanyak mungkin pemakaian energi listrik dengan tarif mahal pada waktu beban puncak (WBP). Program pemangkasan beban puncak melalui mekanisme pengaturan tarif bisa dilakukan dengan menggunakan tarif multiguna pada waktu beban puncak (WBP), misalnya pelanggan baru atau tambah daya yang menggunakan daya besar tidak diperkenankan menggunakan energi PT. PLN pada saat waktu beban puncak (WBP) dan jika apabila menggunakan energi PT. PLN pada saat beban puncak akan dikenakan tarif multiguna. 2. Mekanisme kontrak. Pembatasan pemakaian energi listrik pada waktu beban puncak (WBP), dapat juga dengan mekanisme kontrak yang didukung dengan peralatan yang memadai. Sehingga pada waktu jam beban puncak konsumen tersebut tidak dapat menggunakan energi listrik melebihi kontrak yang ada, sasarannya untuk pelanggan baru. 3. Mekanisme langsung. Pada mekanisme pengendalian langsung terdapat dua macam beban yang dapat diatur, yaitu : Interruptible load, dan curtainable load. a. Interruptible load adalah merupakan beban spesifik di pelanggan yang dapat dimatikan suplai listriknya pada waktu beban puncak, baik melalui peralatan otomatis di sisi konsumen maupun secara remote control melalui pusat pengendali beban pabrik tersebut. Hal ini dapat diterapkan pada sistem pendingin (cold storage) dan proses-proses fabrikasi lainnya yang tidak perlu secara terus menerus. b. Curtainable load adalah merupakan beban oleh konsumen yang dapat dimatikan pada kondisi tertentu dengan pemberitahuan terlebih dahulu dan terencana, misalnya pada saat terdapat kekurangan daya karena adanya gangguan pada pembangkitan atau sebab yang lain. 4. Mekanisme konservasi energi. Keberhasilan pengaturan pemakaian listrik melalui konservasi energi, sangat tergantung pada kesadaran konsumen dan sosialisasi yang dilaksanakan oleh PT. PLN. Cara yang dapat ditempuh oleh konsumen untuk melaksanakan konservasi energi antara lain : a. Dengan mengganti penggunaan lampu pijar biasa dengan lampu hemat energi (LHE). b. Pemakaian kapasitor pada peralatan rumah tangga atau industri yang faktor kerjanya rendah. c. Pengaturan waktu pemakaian listrik d. Mematikan peralatan listrik apabila sudah tidak digunakan e. Memilih desain rumah, gedung dan bangunan yang hemat listrik, terutama yang berkaitan dengan penerangan dan pengaturan suhu. Program pemangkasan beban puncak melalui mekanisme konsevasi energi ini bisa kita jabarkan dengan melaksanakan program Demand Side Management (DSM), dengan tujuan mengurangi beban WBP yaitu mengganti misalnya lampu pijar 25 Watt dan 40 Watt dengan lampu hemat energi (LHE) 8 Watt. Sehingga berpotensi terjadinya pengurangan beban puncak. Misalnya pelanggan R Sulawesi Selatan = 1.105.562 pelanggan menggunakan 2 LHE Zulhajji, Penghematan Energi Listrik Rumah Tangga dengan Metode Demand Side Management (lampu hemat energi), penghematan daya akibat mengganti lampu pijar 40 Watt adalah : 1.105.562 x 2 lampu x 32 Watt = 70,756 MW Penerapan penggunaan lampu hemat energi ini potensial sekali diterapkan di Sulawesi Selatan dengan mempertimbangkan karakteristik pelanggan sebagai berikut : 1. Mayoritas pelanggan adalah pelanggan sektor rumah tangga. 2. Jumlah pelanggan sebesar 1.105.526 pelanggan atau 87.08 % dari total pelanggan yang ada di Sulawesi Selatan. 3. Daya tersambung sebesar 747.337.050 VA atau 86.75 % dari total daya yang tersedia. 4. Mayoritas pelanggan kategori R1 (daya terpasang 450 s/d 2200VA) sekitar 91.84 %. Penghematan energi listrik dengan menggunakan program Demand Side Management (DSM) ditunjukkan sebagai berikut : Diasumsikan : - Jumlah pelanggan S-1 dan R-1 (450 VA dan 900 VA) = 1.105.562 plg - Satu buah lampu pijar @ 40 Watt diganti dengan satu buah lampu hemat energi @ 8 Watt. - Pemakaian lampu selama 5 jam/hari - Harga jual rata-rata S - 1 & R - 1 per KWH Rp. 390.08,Maka penghematan yang bisa diperoleh sebagai berikut : - Penurunan beban puncak : 2 x 40 x 1.105.562/1000 = 88.445 MW 2 x 8 x 1.105.562/1000 = 17.689 MW Total : 88.445 MW + 17.689 MW = 70.756 MW - Penurunan beban puncak : 2 x 40 x 5 jam x 365 x 1.105.562 = 161.412.052 kWh 2 x 8 x 5 jam x 365 x 1.105.652 = 32.282.410 kWh Total : 161.412.052 kWH + 32.282.410 kWh = 129.129.642 kWH - Penghematan biaya per Tahun : 161.412.052 KWH x Rp. 390.08/kWh = Rp. 62.963 Milliar 32.282.410 KWH x Rp. 390.08/kWH = Rp. 12.592 Milliar Total : Rp. 62.963 Milliar + Rp. 12.592 Milliar = Rp. 50.371 Milliar - Penghematan BBM per tahun Bila menggunakan SFC : = 0.35 liter/kWH Penghematan Solar (HSD) : = 129.129.642 x 0.35 = 45.195.374 Liter Penghematan Solar(HSD) : = 45.195.374 x1.600 = Rp.72.312.598 Milliar SIMPULAN DAN SARAN Dengan melaksanakan program Demand Side Management (DSM) terdapat penghematan pemakaian energi listrik oleh pelanggan per tahun sebesar 129.129 MWh atau senilai Rp. 62.950 milliar. 1. Penghematan biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) per Tahun Rp. 72.312.598.400 Milliar, dan penurunan beban puncak sebesar 70.756 MW. 2. Pelaksanaan Demand Side Management (DSM) di PLN Sulawesi Selatan yang pertumbuhan beban puncaknya sebesar 11.7 % per Tahun. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan : 1. Bagi semua pelanggan agar menggunakan lampu hemat energi 2. Bagi pihak PT. PLN agar senantiasa mensosialisasikan secara terus menerus penggunaan lampu hemat energi, sehingga dapat menghindari pemadaman bergilir. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Rizal S. Jurnal Politeknik Ujung Pandang 2005. Penggunaan Lampu Listrik Hemat Listrik. Volume 2. 1 hal 35. Arifuddin Nurdin, 2005. Pemanfaatan Energi Alternatif Terbarukan. Seminar Unit Kajian Ketenagalistrikan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unhas. PT. PLN (Persero) Sulselra, 2006. Area Penyaluran dan Pengaturan Beban (AP2B) Sistem Interkoneksi Sulawesi Selatan. Van Harten, 1994. Instalasi Listrik I. Trimitra Mandiri; Jakarta. Seminar Nasional Teknik Ketenagalistrikan. 2006. Unhas kerjasama Forum Seminar Teknik Ketenagalistrikan antar Perguruan Tinggi (Fostu). Unhas, Makassar. MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008