11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Investasi dan Depresiasi Menurut Husein Umar (2000,p1), investasi adalah upaya menanamkan faktor produksi langka yakni dana, kekayaan alam, tenaga ahli dan terampil, teknologi pada proyek tertentu baik proyek tersebut baru atau perluasan proyek, dalam jangka panjang. Ciri-ciri investasi menurut Siswanto Sutojo (2000,p2) adalah: 1. Investasi tersebut menyerap dan mengikat dana dalam jumlah besar. 2. Manfaat yang akan diperoleh perusahaan, misalnya keuntungan, baru dapat dinikmati sepenuhnya beberapa masa setelah investasi dilakukan. 3. Tingkat resiko yang ditanggung perusahaan lebih tinggi. 4. Keputusan investasi proyek yang keliru, tidak dapat di revisi begitu saja, seperti halnya keputusan memberikan kredit penjualan kepada pelanggan baru secara tidak tepat, tanpa harus menderita kerugian yang cukup besar. Investasi dapat juga berarti pembelian dari kapital atau barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). 12 Depresiasi menurut I Nyoman Pujawan (2004,p105) adalah penurunan nilai suatu properti atau aset karena waktu dan pemakaian. Depresiasi pada suatu properti atau aset biasanya disebabkan karena satu atau lebih faktor-faktor berikut: 1. Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau properti tersebut. 2. Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar. 3. Penurunan kebutuhan produksi atau jasa. 4. Properti atau aset tersebut menjadi usang karena adanya perkembangan teknologi. 5. Penemuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk yang lebih baik dengan ongkos yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang memadai. Depresiasi atau penyusutan juga dapat berarti penyebaran biaya asal suatu aktiva tetap selama umur perkiraannya. Penerapan depresiasi akan mempengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan. Menurut I Nyoman Pujawan (2004,p188), metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation). Tapi selain itu, ada pula metode penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda. Menurut Iman Soeharto (1999,p413), nilai awal atau yang sering juga disebut dasar depresiasi adalah harga awal dari suatu properti atau aset yang terdiri dari harga beli, ongkos pengiriman, ongkos instalasi dan ongkos-ongkos lain yang 13 terjadi pada saat menyiapkan aset atau properti tersebut hingga siap dipakai. Nilai sisa adalah nilai perkiraan suatu aset pada akhir umur depresiasinya. Nilai sisa biasanya merupakan pengurangan dari nilai jual suatu aset tersebut dengan biaya yang dibutuhkan untuk mengeluarkan atau memindahkan aset tersebut. 2.1.1 Depresiasi Metode Garis Lurus Menurut I Nyoman Pujawan (2004,p188), metode garis lurus untuk depresiasi membebankan jumlah yang sama dari depresiasi untuk setiap periode selama usia kegunaan aktiva tersebut. Ini ditentukan dengan cara mengurangkan nilai sisa dari biaya awal dan membaginya dengan jumlah tahun dari perkiraan usia. Oleh karena kemudahannya, maka metode ini paling banyak digunakan. Menurut I Nyoman Pujawan (2004,p188), rumus untuk menghitung besarnya depresiasi dan nilai sisa adalah Depresiasi = 2.2 (Total Harga - Total Nilai Sisa ) Umur Studi Kelayakan Proyek Menurut Iman Soeharto (1999,p342), studi kelayakan proyek adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan 14 apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan. 2.3 Kapasitas Produksi Menurut Vincent Gaspersz (2005, p203), suatu kemampuan dari fasilitas produksi untuk mencapai jumlah kerja tertentu dalam periode waktu tertentu dan merupakan fungsi dari banyaknya sumber daya yang tersedia dalam periode waktu tertentu serta merupakan fungsi dari banyaknya sumber daya yang tersedia, seperti peralatan, mesin, personel, ruang, dan jadwal kerja merupakan definisi dari kapasitas produksi. Menurut Mikell P.Groover (2001, p525), rumus untuk menentukan ratarata kapasitas produksi per jam adalah : Rp = Da 50 × S × H di mana, Rp = Rata-rata tingkat produksi per jam (unit/jam) Da = Rata-rata tingkat permintaan selama setahun (unit/tahun) S = Jumlah shift kerja dalam 1 minggu (shift/minggu) H = Jumlah jam kerja dalam 1 shift (jam/shift) Angka 50 berarti jumlah minggu dalam 1 tahun (angka ini bisa diubah menjadi 52). 15 2.4 Pinjaman dan Bunga Kredit Pinjaman adalah suatu jenis hutang yang dapat melibatkan semua jenis benda berwujud walaupun biasanya lebih sering diidentikkan dengan pinjaman moneter. Seperti halnya instrumen hutang lainnya, suatu pinjaman memerlukan distribusi ulang aset keuangan seiring waktu antara peminjam (terhutang) dan penghutang (pemberi hutang). Peminjam awalnya menerima sejumlah uang dari pemberi hutang yang akan dibayar kembali, seringkali dalam bentuk angsuran berkala, kepada pemberi hutang. Jasa ini biasanya diberikan dengan biaya tertentu yang disebut sebagai bunga terhadap hutang. Pihak peminjam dapat juga memperoleh batasan-batasan yang diberikan dalam bentuk syarat pinjaman. Bunga kredit adalah hak pemberi kredit (debitor, bank) yang harus diberikan oleh peminjam (kreditor). Bunga ini timbul karena adanya resiko yang ditanggung debitor atas aset yang dipinjam kreditor. Bunga merupakan kompensasi karena menggunakan kesempatan investasi yang seharusnya dimiliki oleh debitor atas aset yang dipinjamkan. Terdapat berbagai pola pembayaran pinjaman yaitu, pola pengembalian tetap, pola pengembalian menurun, pola pengembalian bunga per tahun dan pola pengembalian pokok pinjaman pada masa akhir pinjaman. 16 Menurut Iman Soeharto (1999,p420), rumus untuk menghitung pembayaran periodik atau cicilan periodik suatu hutang adalah: ⎡ r (1 + r ) n ⎤ A = P⎢ ⎥ n ⎣ (1 + r ) − 1⎦ Di mana, A = Pembayaran periodik P = Pinjaman r = Bunga kredit n = Jangka waktu pinjaman 2.5 Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual. Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan: 1. Sebagai patokan untuk menentukan harga jual. 2. Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian. Untuk menghitung harga pokok penjualan harus diperhatikan terlebih dahulu unsur-unsur yang berhubungan dengan harga pokok penjualan. Unsur-unsur itu antara lain, persediaan awal barang dagangan, pembelian, biaya angkut pembelian, 17 retur pembelian dan pengurangan harga, potongan pembelian. Rumus harga pokok penjualan: Harga Pokok Produksi = Total Biaya Fabrikasi + WIP Awal Tahun + WIP Akhir Tahun Harga Pokok Penjualan = Harga Pokok Produksi + Barang Jadi Awal + Barang Jadi Akhir Harga Pokok Penjualan perunit = Harga Jual perunit = 2.6 Harga Pokok Penjualan Jumlah Produksi pertahun Harga Jual Jumlah Produksi pertahun Laporan Rugi Laba Menurut Iman Soeharto (1999, p403), laporan rugi laba merupakan cara untuk melihat profitabilitas suatu usaha. Untuk maksud tersebut, penyajian harus dilakukan dengan sistematika sedemikian rupa, sehingga mudah diikuti urutan jalannya perhitungan dari awal sampai hasil akhir. Dari laporan ini dapat diketahui biaya – biaya yang harus ditanggung perusahaan seperti biaya produksi, dimana biaya produksi adalah semua biaya untuk memproses atau mengolah barang atau jasa, seperti upah tenaga kerja, dan bahan mentah. Biaya administrasi, penjualan, dan depresiasi dijumlahkan, dan bila ini dikurangkan dari pendapatan kotor maka akan diperoleh angka pendapatan sebelum pajak (earning berfore interest and tax – EBIT). Demikian selanjutnya diperhitungkan pengeluaran untuk membayar bunga hutang dan pajak akan didapatkan laba bersih, yang setelah dikurangi untuk dividen tinggal laba ditahan. Jadi dari laporan ini dapat dilihat berapa besar keuntungan atau kerugian 18 yang dialami oleh perusahaan pada kurun waktu tertentu, pertahun, perkwartal, atau waktu yang lain. 2.7 Aliran Kas (Cash Flow) Menurut Iman Soeharto (1999, p407), aliran kas adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang tunai (kas) perusahaan. Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur arus kas adalah memahami dengan jelas fungsi dana/uang yang kita miliki, kita simpan atau investasikan. Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu: · Pertama, fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa ada pengurangan investasi awal. · Kedua, fungsi anti inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko penurunan pada daya beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif cepat. · Ketiga, capital growth, dana yang diperuntukkan untuk penambahan/perkembangan kekayaan dengan jangka waktu relatif panjang. 19 Menurut Iman Soeharto (1999, p408), aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: a) Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya; pembelian tanah, gedung, biaya pendahuluan. Aliran kas awal dapat dikatakan aliran kas keluar (cash out flow) b) Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan operasional proyek seperti; penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab itu aliran kas operasional merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar (cash out flow). c) Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan nilai sisa proyek (nilai residu) seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan peralatan proyek. Adapun manfaat aliran kas yaitu: o Informasi aliran kas berguna sebagai indikator terhadap jumlah aliran kas dimasa yang akan datang serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran aliran kas yang telah dibuat sebelumnya. o Laporan aliran kas juga menjadi alat pertanggungjawaban aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama periode pelaporan. 20 o Laporan aliran kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas). Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Cash flow mempunyai beberapa keterbatasan-keterbatasan antara lain: a) Komposisi penerimaan dan pengeluaran yang dimasukan dalam cash flow hanya yang bersifat tunai. b) Perusahaan hanya berpusat pada target yang mungkin kurang fleksibel c) Apabila terdapat perubahan pada situasi internal maupun eksternal dari perusahaan yang dapat mempengaruhi estimasi arus kas masuk dan keluar yang seharusnya diperhatikan, maka akan terhambat karena manager hanya akan terfokus pada budget kas misalnya; kondisi ekonomi yang kurang stabil, terlambatnya customer dalam memenuhi kewajibannya. 21 Cash flow memuat tiga bagian utama, yang terdiri dari: 1. Cash in flow, pada bagian ini mengidentifikasi sumber-sumber dana yang akan diterima , jumlah dananya dan waktu dalam periode tersebut, yang akan dihasilkan berupa penjualan tunai, penjualan kredit yang akan menjadi piutang, hasil penjualan aktiva tetap dan penerimaan lainnya. Perincian kas ini terdiri dari dua sifat, yaitu kontinyu dan intermitan. 2. Cash out flow, pada bagian ini berhubungan dengan pengidentifikasian semua kas yang sudah diantisipasi, antara lain pembelian barang dagang baku, pembayaran hutang, upah, administrasi, dan pengeluaran lainnya. Cash out flow juga punya dua sifat yang sama yaitu kontinyu dan intermitan 3. Financing (pembiayaan), pada bagian ini menunjukkan besarnya net cash flow dan besarnya kebutuhan dana jika terjadi defisit. Terdapat empat langkah dalam penyusunan cash flow, yaitu : 1. Menentukan minimum kas 2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran 3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi deficit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga. 22 4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan budget kas yang final. Fungsi laporan aliran kas adalah menyajikan informasi mengenai saldo awal kas, penerimaan kas, pengeluaran kas dan saldo akhir kas selama satu tahun anggaran. Laporan aliran kas disajikan dengan pendekatan atas aliran kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pembiayaan selama tahun yang bersangkutan. 2.8 Break Even Point (BEP) Menurut Iman Soeharto (1999, p401), Break Even point atau BEP adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas memberikan petunjuk bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut I Nyoman Pujawan (2004,p308), titik impas adalah titik yang menyatakan variabel output, dimana total pengeluaran sama dengan total pemasukan. Dapat juga diartikan titik yang menyatakan variabel output dimana biaya-biaya membuat sama dengan biaya-biaya membeli suatu produk. 23 Menurut Iman Soeharto (1999, p401), rumus untuk menghitung BEP yaitu: Qi = FC P - VC Di mana, Qi = Jumlah unit yang dihasilkan dan terjual pada titik impas FC = Biaya tetap P = Harga penjualan perunit VC = Biaya variabel perunit 2.9 Payback Period Menurut Iman Soeharto (1999, p423), periode pengembalian adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan (revenue) terhadap pengeluaran (expenses) per tahun. Periode pengembalian biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Dalam menganalisis periode pengembalian dapat juga dimasukkan faktorfaktor seperti modal kerja, depresiasi, dan pajak. Hal ini akan menghasilkan angka yang lebih relistis. Metode ini masih digunakan secara luas karena mempunyai keuntungan sebagai berikut : o Sederhana, menghitungnya tidak sulit, dan memberi pengertian yang mudah tentang waktu pengembalian modal (capital recovery). 24 o Bagi proyek yang memiliki risiko makin lama makin tinggi, atau perusahaan yang peka terhadap masalah likuiditas pada masa awal investasi, dengan mengetahui kapan pengendalian modal selesai, akan amat membantu untuk memutuskan disetujui tidaknya proyek tersebut. Jadi berlaku seperti indeks risiko bagi investor. o Investasi yang menghasilkan produk dengan model yang relatif cepat berubah atau usang, perlu diketahui kapan dicapai periode pengembalian. Adapun keterbatasannya adalah : o Tidak memberikan gambaran bagaimana situasi aliran kas sesudah periode pengembalian selesai. o Tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang, berarti tidak mengikuti prinsip dasar analisis aspek ekonomi – finansial dalam mengkaji kelayakan suatu proyek (investasi) o Tidak memberikan indikasi profitabilitas dari unit usaha hasil proyek. Meskipun mempunyai banyak kelemahan, tetapi dalam kenyataannya periode pengembalian masih digunakan secara luas, terutama disebabkan oleh perhitungannya yang mudah dan cepat untuk menggali informasi perihal risiko yang kebanyakan pengusaha ingin segera mendapatkan jawabannya.untuk memperbaiki 25 beberapa kelemahan di atas dilakukan beberapa modifikasi dengan memasukkan unsur biaya modal. Menurut Iman Soeharto (1999, p423), rumus untuk menghitung periode pengembalian adalah: n −1 ⎛ 1 ⎞ Payback Period = (n − 1) + ⎡Cf − ∑ An ⎤⎜ ⎟ ⎢⎣ ⎥ 1 ⎦⎝ An ⎠ Di mana, Cf = Biaya pertama An = Aliran kas pada tahun n n = Tahun pengembalian 2.10 Internal Rate of Return (IRR) Menurut Iman Soeharto (1999,p430), internal rate of return adalah arus pengembalian yang menghasilkan net present value aliran kas masuk sama dengan net present value aliran kas keluar. Untuk menghitung IRR maka ditentukan terlebih dulu nilai net present value sama dengan nol, kemudian dicari berapa besar arus pengembalian (diskonto). 26 Agar hal tersebut terjadi, maka rumusnya adalah sebagai berikut: n (Co ) t (C) t = ∑ t t t = 0 (1 + i) t = 0 (1 + i ) n ∑ Di mana, (C)t = Aliran kas masuk pada tahun t (Co)t = Aliran kas keluar pada tahun t i = Arus pengembalian (diskonto) n = Tahun Karena aliran kas keluar proyek pada umumnya merupakan biaya pertaman (Cf) maka persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi: (C) t − (Cf ) = 0 t t = 0 (1 + i) n ∑ Menganalisis usulan proyek dengan IRR dapat memberikan petunjuk sebagai berikut: • Jika IRR > MARR (Minimum Atractive Rate of Return), maka proyek diterima. • Jika IRR < MARR, maka proyek ditolak. 27 2.11 Net Present Value (NPV) Menurut Iman Soeharto (1997, p426), kriteria nilai sekarang neto atau NPV didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas ke nilai sekarang. Dengan mendiskonto semua aliran kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka neto, maka akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama, yaitu harga (pasar) saat ini. Berarti sekaligus dua hal telah diperhatikan, yaitu faktor nilai waktu dari uang dan selisih besar aliran kas masuk dan keluar. Dengan demikian amat membantu pengambil keputusan untuk menentukan pilihan. Indikasi usulan proyek dengan NPV antara lain, jika NPV bernilai positif, usulan proyek dapat diterima, makin tinggi angka NPV makin baik. Jika NPV bernilai negatif mana usulan proyek ditolak. Jika NPV sama dengan 0 (nol) maka netral. Menurut Iman Soeharto (1997, p428), kelebihan metode NPV adalah sebagai berikut: • Memasukkan faktor nilai waktu dari uang. • Mempertimbangkan semua aliran kas proyek. • Mengukur besaran absolut dan bukan relatif, sehingga mudah mengikuti kontribusinya terhadap usaha meningkatkan kekayaan perusahaan atau pemegang saham. 28 Menurut Iman Soeharto (1997, p426), rumus untuk menghitung nilai NPV adalah: n (Co ) t ( C) t −∑ t t t = 0 (1 + i ) t = 0 (1 + i ) n NPV = ∑ Di mana, NPV = Nilai sekarang neto (C)t = Aliran kas masuk tahun ke-t (Co)t = Aliran kas keluar tahun ke-t 2.12 n = Jangka waktu investasi i = Arus pengembalian t = Waktu Benefit Cost Ratio (BCR) Menurut Iman Soeharto (1997, p433), untuk mengkaji kelayakan proyek sering digunakan pula kriteria yang disebut benefit cost ratio (BCR). Pada proyek swasta, keuntungan pada umumnya berupa pendapatan minus biaya diluar biaya pertama. Adapun rumus yang digunakan adalah: BCR = Nilai Sekarang Benefit (PV )B = Nilai Sekarang Biaya (PV )C 29 Biaya C pada rumus di atas dapat dianggap sebagai biaya pertama (Cf) sehingga rumusnya menjadi: BCR = (PV )B Cf Di mana, BCR = Perbandingan manfaat terhadap biaya (PV)B = Nilai sekarang benefit (PV)C = Nilai sekarang biaya Adapun kriteria BCR akan memberikan petunjuk sebagai berikut: • BCR > 1, maka usulan proyek diterima • BCR < 1, maka usulan proyek ditolak • BCR = 1, maka netral