MANAJEMEN DAN TATA KELOLA DI SD/MI DAN

advertisement
DARI RAKYAT AMERIKA
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan
bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
Praktik yang Baik - Edisi II
MANAJEMEN DAN TATA KELOLA
DI SD/MI DAN SMP/MTs
Buku praktik yang baik edisi II Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs ini dikembangkan
dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development
(USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's
Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara
Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang
berkualitas di Indonesia.
Pengantar
Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Salah satu fungsi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Perpres No 14 Tahun 2015) adalah “perumusan kebijakan
di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola Dikdasmen”. Untuk menjalankan
fungsi tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan Kebijakan Program
Pendidikan Dasar antara lain: (1) pemenuhan hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas,
(2) peningkatan kualitas pembelajaran dan (3) peningkatan tata kelola pendidikan dasar.
Implementasi kebijakan peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan tata kelola pendidikan dasar tersebut
telah didukung oleh USAID PRIORITAS melalui beberapa program dan kegiatan antara lain pelatihan dan
pendampingan guru, kepala sekolah, pengawas serta kegiatan kelompok kerja di tingkat sekolah dan tingkat gugus.
Kegiatan pendampingan ini menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dan kreatif, manajemen berbasis sekolah
(MBS), program budaya baca dan literasi dengan memberi hibah buku pengayaan, buku fiksi, dan buku bacaan
berjenjang kepada sekolah dasar.
Pengalaman pembelajaran dan manajemen di sekolah SD, MI, SMP, dan MTs telah dirangkum dalam buku praktik yang
baik sejak tahun 2015 (edisi 1), dan buku ini merupakan buku praktik yang baik edisi II.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada USAID PRIORITAS yang telah membantu pendidikan di Indonesia
khususnya untuk Pendidikan Dasar dan Menengah di kabupaten dan kota mitra USAID PRIORITAS. Semoga buku
praktik yang baik ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi pengelola pendidikan di kabupaten dan kota
lainnya di seluruh Indonesia, bagi guru dan praktisi dalam rangka memeratakan pendidikan yang bermutu.
Jakarta, April 2017
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Hamid Muhammad, Ph.D
NIP. 195905121983111001
DAFTAR ISI
Membenahi Sekolah
Membantu Siswa dan
Pelayanan Khusus
2
Sekarang Sa Su Bisa Baca!
4
Optimalkan Segala Potensi Kembangkan
Madrasah Rujukan
28 Libatkan Paguyuban Orangtua untuk Pantau
Ubah Sekolah Kurang Bermutu Jadi Sekolah
Rujukan
30 “Guru Intip” MI Ma'arif Surengede Kertek -
6
8
Peran Serta Masyarakat Ubah Wajah
Madrasah Kami
10 Transparansi dan Akuntabilitas Buat MI
Sumurrejo Bisa Mobilisasi Dana Masyarakat
12 Supervisi Informal untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Siswa
14 Hadirkan “Jupe” Tingkatkan Kepedulian
15 Terapkan MBS, Antarkan Hamid Jadi Pengawas
Berprestasi Nasional
16 Sekolah Berintegritas
17 Sane, Wadah Orang Tua Siswa Peduli Sekolah
18 Manfaatkan Medsos untuk Drumband dan
Beasiswa
20 Si Gemas Siswa Gemar Memilah Sampah
22 Beginilah Peran Komite di SDN 39 Kassi
Keberhasilan Belajar Siswa di MIN 1 Cilegon
Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anaknya
di Sekolah
32 Di Madrasah ini, Semua Orangtua Siswa Jadi
Guru
34 Program SAS dan GGA Bantu Anak Putus
Sekolah
36 Kelompok Belajar Berbasis Tempat Tinggal
38 Strategi Menangani ABK, Komunikasi Intens
dengan Orangtua
40 Sumbang Beras Beli Kipas Angin di Setiap
Kelas
42 Tembok dan Toilet Sekolah dari Peran Serta
Masyarakat
44 Tata Ruang Kelas Nyaman; Belajarpun
Kondusif
46 Buklet Khusus untuk Siswa yang
Membutuhkan Layanan Khusus
Maros
24 Cepat Berubah Karena Kepemimpinan
ii
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Membantu Guru
48 Supervisi Kelas Optimalkan Mutu
Pembelajaran
50 Buat Lomba Kreativitas Guru
52 Asyiknya Bercocoktanam Sembari
Menguatkan Tiga Pilar Pendidikan
54 Galang Program Orangtua Mengajar
56 Kepemimpinan Pembelajaran Dongkrak
Kinerja Sekolah
58 Atmosfer USAID PRIORITAS Mewarnai
Efektivitas Pengelolaan Kinerja MGMP IPA
Kabupaten Lumajang
60 Bendera Bintang Putih untuk Kelas Bersih dan
Administrasi Rapi
Menumbuhkan Budaya
Baca
66
Seribu Buku dari Wali Murid untuk Sekolah
68 Sulap Limbah PLN Jadi Fasilitas Program
Membaca
70 Bentuk Paguyuban Khusus Perpustakaan
Sekolah
72 Perpustakaan SMP Dibuka untuk Umum
74 Tiga Program Literasi Andalan SMP 3
Perbaungan
75 Jambo Baca, Pondok Baca Siswa Menunggu
Jemputan
76 Pojok Baca Dorong Siswa Terampil Menulis
62 Semakin Berprestasi karena Terapkan PAKEM
dan MBS
64 Fasilitasi Guru dalam Pembelajaran
Daftar Isi
iii
Membenahi
Sekolah
SD Inpres 62 Gaya Baru, Manokwari Selatan, Papua Barat
Sekarang Sa Su Bisa Baca!
juga menceritakan ulang
buku yang telah
dibacanya. Maria Sayori
malah menceritakan isi
buku yang dibacanya
dalam bahasa daerah
(Bahasa Sough).
Siswa SD Inpres 62 Gaya Baru memilih
buku bacaan yang digantung di pohon.
“Sekarang sa su bisa baca! Baru, sa
su berani cerita depan sa pu temanteman ee” (Sekarang saya sudah bisa
membaca. Saya juga sudah berani
bercerita di depan teman-teman),
demikian ucapan Agus Ainusi, siswa
kelas II SD Inpres 62 Gaya Baru. Agus
kemudian maju ke depan sambil
membawa buku yang sudah selesai
dibacanya. Dengan lantang ia
menceritakan apa isi buku yang
dibacanya. Ada beberapa anak yang
2
Aulia Baransai, siswa
kelas IV yang juga suka
membaca,
menyampaikan bahwa ia
senang ke sekolah
sekarang. Sebab guru
tidak lagi marah-marah
di kelas dan sekolah
memiliki banyak buku
yang ada gambarnya.
Perubahan terjadi
setelah guru-guru SD
Inpres 62 Gaya Baru Momiwaren
mendapat pelatihan mengajar dari
USAID PRIORITAS tahun lalu. Mereka
belajar mengajar dengan suasana
gembira, membuat siswa aktif dan
berani bertanya. Mereka juga belajar
mengajari siswa-siswa kelas awal
untuk membaca dengan terampil.
Hasil pelatihan diterapkan di kelas
dengan didampingi fasilitator.
“Kami menggunakan Buku Paket
Kontekstual Papua (BPKP) untuk
mengajar siswa-siswa kelas awal.
Untuk siswa-siswa yang lamban
membaca kami menggunakan Buku
Bacaan Berjenjang (B3),” ungkap Ibu
Satriani, guru kelas I. “Kedua paket
buku ini terbukti membantu anak-anak
cepat paham membaca dan
berhitung,” sambungnya. BPKP adalah
paket buku untuk siswa kelas I-III yang
ditulis dengan Bahasa Indonesia dialek
Papua. Ilustrasi dan contoh-contoh
yang ada di buku ini dipilih dari hal-hal
yang ada di Papua dan dimengerti oleh
siswa-siswa Papua. Sedangkan B3
adalah paket buku untuk membantu
siswa-siswa belajar membaca. B3
terdiri atas enam level. Level A adalah
buku untuk siswa-siswa yang baru
belajar membaca. Setiap halaman
terdiri atas gambar dan satu kata saja.
Sedangkan level B, C, D dan F isinya
semakin meningkat. Siswa-siswa kelas
awal, kelas I, II dan III dikelompokkan
berdasarkan kemampuan
membacanya. Mereka diajar secara
bersama-sama dengan buku yang
sesuai dengan kemampuan
membacanya.
SD Inpres 62 Gaya Baru terletak di
Kecamatan Momiwaren, Manokwari
Selatan. Momiwaren terletak 120 km
arah selatan Kota Manokwari.
Diperlukan waktu empat jam dari
Kota Manokwari untuk menjangkau
Momiwaren. Ada delapan SD di
Momiwaren, salah satu sekolah yang
aktif adalah SD Inpres 62 Gaya Baru.
Setahun yang lalu, sekolah hanya
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
memiliki seorang kepala sekolah. dua
guru, namun satu guru sudah tidak
aktif lagi, dan 21 siswa. Sekolah hanya
memiliki dua ruang kelas dan satu
rumah kepala sekolah yang sekaligus
difungsikan untuk ruang koordinasi
antara guru dan kepala sekolah. Saat
pertama kami berkunjung, siswa-siswa
yang sedang berada di luar kelas
langsung berlari menjauh. Mereka
malu melihat orang asing datang. Ibu
Beatrix Krey, kepala sekolah,
menjelaskan bahwa kondisi sekolah
sangat mencemaskan. Proses belajarmengajar tidak terjadi setiap hari,
tergantung dari kedatangan siswa dan
gurunya.
Setelah setahun membenahi diri, SD
Inpres 62 Gaya Baru memiliki 58
siswa, empat ruang kelas, tujuh guru
termasuk kepala sekolah dan satu
ruang baca terbuka di samping
sekolah. Tambahan ruang kelas didapat
dari Dinas Pendidikan. Kini setiap
kelas memiliki guru. Jumlah siswa kelas
I ada 13 siswa, merupakan jumlah
rombongan belajar terbesar yang
pernah ada di SD ini karena biasanya
mereka hanya menerima kurang dari
10 siswa baru setiap tahunnya.
Ibu Beatrix berupaya meningkatkan
mutu sekolahnya dengan memenuhi
kebutuhan alat dan bahan untuk guru
mengajar. Ibu Beatrix mengadakan
pertemuan setiap dua minggu dengan
semua guru untuk membahas kondisi
sekolah. Pertemuan ini membahas
kemajuan masing-masing siswa. Jika
ada siswa yang tidak hadir, seorang
guru ditugaskan untuk mengunjungi
orangtua siswa. Jika ada siswa yang
lambat belajar, belum bisa membaca,
maka guru kelas akan memberikan
perhatian khusus dan pendampingan
khusus supaya siswa bisa mengejar
kawan-kawannya. Tim pengajar yang
dipimpin Ibu Beatrix juga membahas
kebutuhan pembelajaran dan
operasional sekolah bersama-sama.
Semua kebutuhan dipenuhi dengan
dana BOS (Bantuan Operasional
Sekolah). Jadi semua guru tahu
penggunaan dana BOS.
“Salah satu masalah yang kami hadapi
adalah kurangnya ruang kelas,” ucap
Bapak Dorman Ainusi, guru kelas IV.
“Kami memiliki enam rombongan
belajar, sementara ruang kelas yang
tersedia hanya empat. Maka kami
gabungkan siswa kelas V dan kelas VI
dalam satu ruang kelas. Siswa kelas V
hanya tujuh orang dan siswa kelas VI
hanya lima orang. Jadi kelas kami belah
jadi dua.”
Untuk mengatasi kekurangan kelas,
Pak Dorman membangun Taman Baca
di samping sekolah, yang digunakan
secara bergilir untuk proses belajarmengajar. “Siswa-siswa suka sekali
belajar di sini,” kata Ibu Satriani, guru
kelas II. Selain untuk proses belajarmengajar, Taman Baca juga menjadi
tempat untuk siswa-siswa membaca
buku bacaan. “Setiap pagi sebelum jam
belajar, empat hari dalam seminggu
para siswa membaca bersama di
taman baca,” sambung Ibu Satriani.
Mereka bebas memilih buku bacaan
yang disukai. Buku-buku bacaan ini
adalah hibah USAID PRIORITAS dan
bantuan beberapa orang dari Jawa.
Kondisi awal SD Inpres 62 Gaya Baru
adalah gambaran persekolahan di
pedalaman Papua secara umum.
Kehadiran guru dan siswa yang jarang,
ruang kelas yang kurang adalah lazim
ditemui di pedalaman Papua, sehingga
hasil belajar siswa pada umumnya
sangat mengecewakan. Namun upaya
sungguh-sungguh dari Dinas
Pendidikan, Kepala Sekolah dan guruguru dapat mengubah situasi tersebut.
SD Inpres 62 Gaya Baru membuktikan
bahwa persekolahan di pedalaman
Papua bisa diperbaiki. Siswa-siswa
Papua adalah siswa-siswa yang cerdas.
Dengan cara mengajar yang sesuai,
mereka akan menjadi siswa-siswa
berprestasi.
Siswa membaca buku bacaan berjenjang
di luar kelas.
Membenahi Sekolah
3
Siswa MTs Al-Mukhtariyah
mengajak pejabat dari
Kemenag melakukan percobaan
pengaruh penutupan tanah dengan
tumbuhan terhadap
volume air yang dikeluarkan saat
mendapatkan air. Para siswa
tersebut mempraktikkan di
sekolahnya pada acara Konferensi
Praktik Terbaik Program Kerja Sama
Peningkatan Mutu Madrasah di
Jakarta, Oktober 2016 lalu.
Mts Al-Mukhtariyah Bandung Barat, Jawa Barat
Optimalkan Segala Potensi
Kembangkan Madrasah Rujukan
Ruba Nurzaman dan D Ridwan
Wakil Kepala MTs AlMukhtariyah Bandung Barat
Sampai awal tahun 2013, MTs AlMukhtariyah belum mampu memikat
orangtua untuk menitipkan anak. Saat
itu suasana pembelajaran madrasah
masih konvensional dengan siswa
duduk berbanjar dan guru lebih banyak
berceramah secara monoton. Kondisi
perpustakaan jauh dari standar
kelayakan dan tidak mampu memenuhi
kebutuhan warga madrasah atas
sumber informasi akademik. Kondisi
lingkungan madrasah cenderung tidak
mendukung iklim akademik dan
kenyamanan belajar.
4
Spirit perubahan hadir di madrasah
ketika USAID PRIORITAS
memberikan sejumlah paket pelatihan.
Para guru mendapat pelatihan praktik
yang baik dalam pengajaran dan
pembelajaran kontekstual (CTLContextual Teaching and Learning).
Selepas pelatihan, mereka mendapat
pendampingan oleh fasilitator daerah
(fasda) guna mempraktikkan hasil
pelatihan, mengevaluasi, dan
mencobanya kembali secara
berkesinambungan. Pada saat yang
sama, kepala madrasah, guru, dan
komite madrasah berkesempatan
mengikuti pelatihan praktik yang baik
dalam bidang manajemen berbasis
sekolah (MBS) yang juga
ditindaklanjuti dengan pendampingan.
Setelah mengikuti pelatihan USAID
PRIORITAS, kepala madrasah langsung
menerapkan hasil pelatihan MBS di
madrasahnya. Dibentuklah tim
pengembang madrasah dan tim
pengembang budaya baca yang
merupakan tim gabungan dari pihak
manajemen (kamad dan wakamad),
perwakilan guru, staf tata usaha, dan
komite madrasah. Tim ini segera
menyusun program madrasah dan, usai
digodog, segera disosialisasikan,
dilaksanakan, dan dievaluasi.
Guru-guru yang belum mengikuti
pelatihan USAID PRIORITAS,
diwajibkan mengamati proses
pembelajaran guru yang sudah dilatih,
guna mendapatkan gambaran awal
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
model CTL. Setelah dirasa cukup
punya gambaran, para guru ini dilatih
dalam program diseminasi, praktik di
ruang kelas, dan didampingi guru yang
sudah dilatih lebih awal. Kini semua
guru MTs Al-Mukhtariyah sudah
mengikuti pelatihan CTL dan dalam
semua mata pelajaran, mampu
menerapkan model CTL.
Di akhir tahun 2013, perubahan
penting telah terjadi di MTs AlMukhtariyah. Para siswa madrasah
tampak menikmati proses
pembelajaran yang menantang
sekaligus menyenangkan. Lingkungan
sekitar kini menjadi sumber belajar
aktif yang sangat produktif. Siswa
belajar Bahasa Inggris secara terpadu
dengan praktik percobaan sains.
Mereka belajar Bahasa Indonesia di
alam terbuka sambil mencari inspirasi
merangkai karya sastra. Mereka juga
menemui dan mewawancarai pihakpihak yang kompeten untuk belajar
IPS dan mata pelajaran lain. Bahkan,
pendekatan CTL mereka terapkan
juga dalam proses pembelajaran Ilmu
Fiqih mengenai pemulasaraan jenazah.
Para guru juga telah terampil
membuat lembar kerja bermuatan
pertanyaan tingkat tinggi dan proyek
kegiatan yang merangsang kreatifitas
siswa. Diskusi kelompok dan
presentasi menjadi pengalaman
keseharian siswa. Halaman madrasah
dimanfaatkan guru untuk siswa belajar
sambil bermain. Bahkan lorong-lorong
sekolah dimanfaatkan guru untuk
proses belajar yang mengasyikkan bagi
para siswa.
Kelas-kelas dibenahi dengan warnawarni yang terkesan semarak dan
menyenangkan. Sehingga, muncul
suasana yang mendukung aktivitas
belajar. Aplikasi warna yang tepat turut
menunjang semangat belajar.
Hasil karya siswa dipajang di setiap
ruang kelas sehingga siswa merasa
bangga, meneguhkan atmosfer
akademik madrasah, dan siswa
mendapat sumber belajar baru dari
pajangan. Karya-karya siswa dihimpun
pada sebuah galeri madrasah, pernah
dipamerkan pada showcase tingkat
kabupaten, pameran tingkat provinsi,
dan bahkan unjuk karya dan kinerja
madrasah tingkat nasional di
Kemendikbud RI. Saat itu, stan MTs
Al-Mukhtariyah disambangi Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Anies
Baswedan yang tampak kagum dan
membanggakan kinerja AlMukhtariyah dalam sambutannya di
hadapan pemuka nasional.
Kepala madrasah mendukung penuh
semua kebutuhan pembelajaran dari
ATK, sarana, penataan ruang kelas
dengan segala perabotannya, hingga
penataan lingkungan madrasah. Segala
kebutuhan pembelajaran dibahas pada
tingkat perencanaan, termasuk
kebutuhan anggarannya, antara
manajemen, guru, dan komite
madrasah.
Madrasah juga menjalin kemitraan
dengan berbagai pihak agar kualitas
madrasah terus meningkat. Kemitraan
dengan PT Indonesia Power, TISERA,
ormas Islam, dokter Korea, dan masjid
besar Rajamandala merupakan
beberapa contoh kemitraan yang
sudah dibangun. Guru dan siswa kerap
memanfaatkan perpustakaan sebagai
ruang pembelajaran.
Budaya baca telah berkembang baik.
Perpustakaan ditata apik, koleksinya
bervariasi dan up-to-date, dan
dilengkapi dengan sistem layanan
digital. Siswa teratur menerbitkan
majalah dan mereka membentuk
kelompok gemar membaca yang
disebut reading club. Sudut baca
terdapat pada setiap ruang kelas dan
setiap bidang tembok, koridor, dan
lorong dihiasi rak-rak buku yang bisa
diakses warga madrasah setiap saat.
Untuk membiasakan siswa membaca,
Al-Mukhtariyah menjadwalkan kegiatan
membaca massal dan membaca senyap
di halaman madrasah. Pembiasaan
membaca ini disuntikkan lebih dini
kepada siswa baru pada masa orientasi.
Komitmen ini dikuatkan serangkaian
kampanye budaya baca dalam bentuk
poster, spanduk, dan baliho yang
menghiasi setiap sudut madrasah.
Budaya baca ini telah melahirkan
sejumlah karya siswa, antara lain
artikel reviu buku menggunakan
Ishikawa Fishbone, reading diary,
kumpulan cerpen, dan buku digital.
Guru-guru pun telah menulis buku
yang diterbitkan dalam bentuk cetak
dan digital.
Membenahi Sekolah
5
Pembelajaran aktif di kelas VI SDN Sumbergondo 2, Batu, kini menjadi rujukan.
SDN Sumbergondo 2 Batu, Jawa Timur
Ubah Sekolah Kurang Bermutu Jadi Sekolah Rujukan
“Awal menjabat kepala sekolah, saya
dihadapkan dengan banyak masalah.
Mulai dari guru yang kurang disiplin
dalam mengajar, sering terlambat,
pembelajaran berjalan konvensional,
hingga masyarakat kurang dilibatkan
dalam pengembangan sekolah. Banyak
yang bilang karena ini sekolah di desa
maka hal itu wajar,” urai Ibu Sri
Winarni, Kepala SDN Sumbergondo 2
Batu, saat diwawancara di sekolahnya.
lainnya karena peran kepemimpinan
kepala sekolah. Kemitraan dengan
USAID PRIORITAS dimanfaatkan
kepala sekolah untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam mengajar. Dia
melibatkan guru dan komite sekolah
dalam merancang perubahan di
sekolah. Paguyuban kelas bersama
guru kelas sebulan sekali rapat
membahas program peningkatan mutu
pembelajaran.
Sekolah mitra USAID PRIORITAS yang
berada di daerah pedesaaan lereng
Gunung Arjuna ini berhasil menjadi
sekolah rujukan bagi sekolah-sekolah
Kepala sekolah aktif melakukan
supervisi sekaligus melakukan
pendampingan kepada guru. “Dua
bulan setelah para guru dilatih, saya
6
melihat hanya guru kelas VI yang sudah
menerapkan pembelajaran aktif. Lalu
saya melibatkan guru kelas VI menjadi
tim pendamping bagi guru lainnya
untuk menerapkan hasil pelatihan
USAID PRIORITAS,” katanya.
Kini semua guru kelas sudah
menerapkan pembelajaran aktif.
Pajangan hasil karya siswa kelas I
sampai kelas VI, sudah memperlihatkan
kemampuan belajar berpikir tingkat
tinggi. Di kelas I, siswa membuat
laporan hasil wawancara dengan
orangtuanya tentang ciri-ciri diri siswa
saat mulai baru lahir sampai usia 7
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
tahun. Di kelas II, siswa menggambar
benda-benda segiempat yang ada di
kelas dan mendeskripsikan dengan
kata-katanya sendiri.
Di jenjang kelas yang lebih tinggi,
seperti kelas IV sampai VI, hasil karya
siswa tampak lebih menantang,
terstruktur, dan ditulis dengan kalimat
yang lebih panjang. Seperti di kelas VI
siswa membuat laporan percobaan
rangkaian listrik paralel dan seri, serta
keuntungan dan kerugiannya.
Pada ujian akhir sekolah berstandar
nasional (UASBN) tahun 2015 lalu,
sekolah ini berhasil menjadi juara 1
tingkat kecamatan dari sebelumnya
hanya peringkat 15. Sekolah ini juga
ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kota
Batu menjadi sekolah rujukan bagi
sekolah lainnya.
Menurut Ibu Trihananing Tyas, guru
kelas VI, pembelajaran aktif di kelasnya
menjadi lebih optimal karena
dukungan kepala dan komite sekolah
yang menyediakan kebutuhan
pelaksanaan pembelajaran aktif.
Kebutuhan alat dan bahan untuk
pembelajaran ini tersedia berkat
bantuan wali kelas melalui paguyuban
kelas. Konsep pembelajaran ini
sebelumnya telah dituangkan Ibu
Naning ke dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Nah, kebutuhan
pembelajaran yang tertuang dalam
RPP dikomunikasikan kepada
paguyuban kelas sehingga mereka akan
mengetahui alat dan bahan apa saja
Kegiatan membaca buku bacaan 15 menit sebelum pembelajaran dimulai di SDN
Sumbergondo 2 Batu, Jawa Timur.
yang dibutuhkan.
“Rapat pihak sekolah dengan
paguyuban kelas untuk membahas RPP
rutin dilakukan sekali dalam sebulan,”
ucap Ibu Naning. Bantuan dari
paguyuban kelas ditekankan tidak
berupa uang tetapi alat dan bahan
yang dibutuhkan untuk pembelajaran.
“Alhamdulillah orang tua murid mau
membantu. Hal ini tidak lepas karena
keterbukaan kepala sekolah dalam
melibatkan peran serta masyarakat,”
kata Ibu Naning lagi. Bantuan dari
paguyuban kelas ini ditekankan tidak
berupa uang melainkan barang. Lihat
presentasi kepala SDN Sumbergondo
2: http://prioritaspendidikan.org/id/
media/608/presentasi-kepala-sdnsumbergondo-02-batu-
Membenahi Sekolah
7
Pohon yang rindang
dan gerobak baca
untuk meningkatkan
budaya baca di MIN
Lamkuta.
MIN Lamkuta, Susoh, Aceh Barat Daya, Aceh
Peran Serta Masyarakat Ubah
Wajah Madrasah Kami
Oleh Tasyfin Mirdas
MIN Lamkuta
Sebelumnya madrasah kami tak
diminati masyarakat. Madrasah yang
awalnya hanya memiliki 54 orang siswa
dengan rata-rata 5 hingga 11 siswa per
kelas ini berada di tanah sengketa
selama 23 tahun sejak 1990. Selain itu,
etos kerja guru/pegawai rendah dan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran
belum aktif/PAKEM. Hal-hal tersebut
menyebabkan rendahnya kepercayaan
masyarakat pada madrasah ini.
Saya mendapatkan pelatihan Modul I, II,
dan III MBS dari USAID PRIORITAS.
Pengalaman baru ini sangat penting
8
bagi saya, mengingat adanya
permasalahan yang sangat kompleks
pada madrasah yang baru kami
tempati tahun 2013.
Dengan pengalaman baru yang kami
dapatkan di USAID PRIORITAS,
sebagai kepala madrasah saya
mencoba membuka diri dengan
komite madrasah, tokoh masyarakat,
tokoh agama, dan tokoh muda yang
ada di sekitar madrasah bahkan
dengan muspika di tingkat kecamatan.
Kami mulai mengundang mereka
dengan membuat pertemuan resmi
sehingga kami punya kesempatan
untuk mengutarakan semua
permasalahan yang dihadapi madrasah
juga keterbukaan tentang ketersediaan
anggaran yang ada pada madrasah
serta program-program yang akan
dilaksanakan di madrasah. Di samping
itu juga memberikan kesempatan
kepada setiap warga/muspika
kecamatan untuk memberikan gagasan
ikut pengembangan madrasah.
Pertemuan pertama tersebut diikuti
dengan pertemuan-pertemuan
berikutnya, seiring dengan perbaikan
atau perubahan secara perlahan pada
proses pembelajaran, dimulainya bedah
kelas, pembentukan kepengurusan
komite baru dan paguyuban kelas yang
dinamai “Forum Silaturrahmi Kelas”.
Secara pelan tapi pasti, kami mulai
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
membuat program budaya baca,
ekstrakurikuler pengajian dan bela diri
serta penataan lingkungan sekolah.
pihak. Becak angkutan antar jemput
menjemput dan mengantar siswa yang
berdomisili jauh dari madrasah.
Perubahan yang terjadi ini berdampak
sangat signifikan. Masyarakat mulai
melirik madrasah kami. Tahun Ajaran
2014 siswa baru langsung melonjak
berjumlah 32 siswa dan tahun
berikutnya menjadi 38 siswa serta di
tahun ajaran baru 2016 menjadi 48
siswa. Dengan pendekatan yang
persuasif bersama masyarakat dan
muspika, permasalahan tanahpun
terselesaikan dengan baik ditandai
dengan dibuatkannya akte wakaf baru
oleh ahli waris. Tanpa peran serta
masyarakat, mustahil hal tersebut
dapat terwujud.
Kerja keras seluruh warga madrasah
telah membuahkan hasil dengan
menjadikan madrasah ini salah satu
madrasah favorit. Menurut ketua
komite, Bapak Irjuarisman,
keterlibatan masyarakat dalam
pengembangan madrasah
membangkitkan rasa tanggung jawab.
Masyarakat terpanggil untuk
membantu madrasah, “Ini adalah hal
yang sangat dirindukan masyarakat
selama ini. Masyarakat juga ingin
berperan membantu pendidikan anakanak di lingkungannya,” kata Pak
Irjuarisman.
Strategi yang saya lakukan untuk
menggandeng masyarakat dalam
meningkatkan dan mengembangkan
mutu serta kemajuan madrasah di
antaranya: memberikan bukti kerja
keras dan rasa percaya pada
masyarakat, membuat program
pengembangan madrasah yang
dituangkan pada RKS dan RKT dengan
melibatkan masyarakat dan warga
madrasah dalam penyusunannya,
melaksanakan transparansi dan
akuntabilitas dalam penggunaan
anggaran madrasah, melibatkan
orangtua siswa dalam pembelajaran
terutama kelas awal melalui Forum
Silaturrahmi Kelas. Kami juga
mengembangkan inovasi baru seperti
membuat becak angkutan antar
jemput siswa. Pengadaannya
merupakan bantuan dari berbagai
Senada dengan ketua komite, salah
seorang tokoh agama, Ustad
Ushukuddin, menjelaskan bahwa ada
kekecewaan masyarakat terhadap
pengelolaan madrasah sebelumnya.
“Namun dengan adanya transparansi
dan akuntabilitas pelaksanaan
anggaran madrasah serta melibatkan
masyarakat dalam program-program
madrasah maka secara perlahan
masyarakat mulai menaruh harapan
kembali untuk menitipkan anaknya
belajar di madrasah ini,” jelas Ustad
Ushukuddin. Terima kasih USAID
PRIORITAS yang telah membawa
angin perubahan bagi masyarakat,
komite dan madrasah kami secara
menyeluruh.
Penerapan metode PAKEM di madrasah.
Membenahi Sekolah
9
MI Sumurrejo menawarkan
papan iklan ke industri lokal
untuk mendapatkan
pemasukan bagi sekolah.
MI Sumurrejo, Gunung Pati Semarang, Jawa Tengah
Transparansi dan Akuntabilitas Buat MI Sumurrejo
Bisa Mobilisasi Dana Masyarakat
Merebaknya isu tentang pungutan
liar di sekolah setelah dikeluarkannya
58 jenis pungli oleh tim Saber Pungli
menjadi kendala penghimpunan dana
untuk mendukung pengembangan
sekolah dan pembelajaran. Banyak
sekolah yang gelisah dan akhirnya
menghentikan berbagai upaya untuk
menghimpun dana tersebut.
Namun kondisi tersebut tak berlaku
bagi MI Sumurrejo, Gunung Pati
Semarang. Madrasah ini, malah
menambah program untuk
menguatkan penghimpunan dana di
masyarakat. Hal tersebut karena
semua pihak dengan sukarela dan
10
tanpa paksaan memberikan sesuatu
untuk pengembangan peserta didik. Di
Madrasah ini sudah ada kesepahaman,
saling mengerti, dan tidak ada
pemaksaan. Mereka telah satu visi
untuk bersama-sama
mengembangkan sekolah. Kuncinya
adalah transparansi dan akuntabilitas.
Beberapa hal yang dilakukan oleh
komite sekolah untuk menggalakkan
dan mendukung program madrasah
adalah:
1. Komite bersama dengan kepala
madrasah awalnya menawarkan
iklan secara door-to-door ke
industri di lingkungan sekolah.
Akhirnya industri mulai tertarik
dan mau beriklan. Iklan eksklusif
tersebut dipajang sepanjang jalan
ke madrasah. Iklan tersebut berisi
visi misi dan lima budaya kerja
Kementerian Agama dengan
penambahan nama industri yang
beriklan. Tiap iklan dihargai Rp.
150.000 per tahun. Pada tahun
kedua, iklan eksklusif tersebut
dilelang.
2. Dibentuk komite kelas untuk
mendukung pengembangan setiap
kelas. Setiap minggu disusun daftar
piket kehadiran dan setiap bulan
rapat bersama. Tugas komite ini
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
adalah mendampingi dan
memfasilitasi segala kebutuhan
yang ada di kelas tersebut.
3. Diadakan infak serbaguna yang
dilakukan tanpa paksaan dan
sukarela. Infak serbaguna ini
diambil dan dikelola oleh komite
kelas. Setiap hari Jumat mereka
menyebarkannya. Setiap bulan
pendapatan masing-masing kelas
dihitung bersama dalam rapat
komite madrasah. Rata-rata
sebulan pemasukan madrasah
sebesar Rp 4-8 juta.
4. Untuk menambah pemasukan
madrasah dalam rangka
mendukung pembelajaran, komite
bersepakat dengan pedagang
untuk menyewakan tempat yang
digunakan untuk berdagang.
Pedagang yang berada di jalan
diberikan waktu berjualan yaitu
dari pukul 7 sampai 10 pagi.
Pedagang di jalan membayar sewa
sebesar Rp. 2.000 per jam,
pedagang di dalam madrasah
membayar Rp. 20.000, dan
pedagang di sebelah madrasah Rp.
12.000. Uang sewa dikelola oleh
komite. Para pedagang melibatkan
orangtua dalam pengadaan jajanan
bagi siswa.
5. Selain digunakan untuk
pembangunan madrasah dan
mendukung proses pembelajaran,
uang yang dikelola Komite juga
digunakan untuk menolong warga
sekolah yang sakit. Warga sekolah
itu adalah para pedagang, orangtua
siswa, siswa, maupun guru.
Semua pemasukan dan pengeluaran
yang dikelola oleh Komite Madrasah
dilaporkan secara berkala.
Perencanaan kegiatan yang didanai
dengan dana yang dikumpulkan oleh
Komite Madrasah dilakukan secara
bersama-sama dengan semua pihak
sekolah. Dengan demikian semua
pihak tahu berapa pemasukan, untuk
apa dana tersebut dan manfaatnya
bagi madrasah.
Sinergi komite ini, ternyata
membuahkan hasil. Ikatan
kekeluargaan orang tua, masyarakat
dan madrasah menjadi sangat kuat.
Mereka secara sadar bergotongroyong memfasilitasi kebutuhan
madrasah. Berdirinya mushalla,
pondok baca dan ruang kelas untuk
kelas III adalah bukti dari sinergi
tersebut. Sarana fisik tersebut adalah
untuk menjawab kebutuhan siswa
yang kekurangan tempat yang layak
untuk sholat, membaca, dan kelas
untuk belajar.
Ruang kelas hasil sinergi dengan komite.
“Semua ini kami laksanakan untuk
memenuhi tanggungjawab kami
sebagai orang tua siswa. Anak-anak
kami sekolah di sini. Jadi kami harus
bersinergi untuk memfasilitasi yang
terbaik,” ungkap ketua komite
madrasah Bapak KH Rohani Amin.
Pondok Baca hasil kerjasama dengan
komite dan masyarakat.
Membenahi Sekolah
11
Kepala sekolah dan
pengawas sekolah
melakukan supervisi
informal dari satu
sekolah ke sekolah
lainnya.
Pidie Jaya, Aceh
Supervisi Informal untuk Menunjang
Proses Pembelajaran Siswa
Oleh Isfandiar SAg MPd
Pengawas SMP Dinas Pendidikan
Pidie Jaya
Supervisi informal adalah supervisi
yang dilakukan oleh kepala sekolah
untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi di sekolah sehingga
sekolah menjadi tempat yang nyaman
untuk pelaksanaan proses belajarmengajar. Biasanya supervisi dilakukan
dengan cara berkeliling ke sekolah,
mengontrol keadaan pembelajaran di
12
dalam kelas dengan tidak
menggunakan instrumen. Dengan
melihat secara langsung, kepala
sekolah bisa memutuskan segera apa
yang harus dilakukan. Namun jika ada
hal-hal yang tidak bisa diputuskan
sendiri, kepala sekolah akan membawa
temuannya dalam rapat dewan guru
atau dengan warga sekolah dan
komite sekolah.
Melalui Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKKS) kami merancang
pelaksanaan supervisi informal.
Strategi yang kami lakukan adalah
melaksanakan supervisi di dalam kelas
atau di depan kelas ketika sedang
berlansung proses pembelajaran. Kami
(kepala sekolah) juga berkeliling di
lingkungan sekolah ketika pagi hari
pada saat jam pelajaran belum dimulai
dan waktu jam istirahat.
Berikut adalah beberapa pengalaman
para kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi informal.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Ketika menemukan kelas yang tidak
ada gurunya, maka kepala sekolah
memerintahkan guru piket untuk
mengecek keberadaan guru yang
belum masuk kelas tersebut dan
memberitahukan guru tersebut untuk
masuk ke dalam kelas. Atau kalau
gurunya tidak ada, kepala sekolah
meminta guru piket untuk
menggantikannya.
Kepala sekolah memantau langsung
proses pembelajaran di dalam kelas
dan melakukan wawancara dengan
guru tentang kemajuan proses
pembelajaran serta kendala yang
dihadapi oleh guru dalam
pembelajaran. Jika ada keperluan yang
dibutuhkan di kelas, kepala sekolah
bisa segera mengadakannya.
Selanjutnya jika ada hal-hal yang tak
bisa segera dipenuhi, kepala sekolah
membuat catatan kecil tentang hasil
pemantauan serta wawancara yang
dilakukannya dan membahasnya dalam
rapat dengan guru. Dalam rapat
tersebut didiskusikan jalan keluar dari
masalah tersebut. Usulan-usulan dari
rapat dijadikan pedoman bagi guru
untuk memperbaiki proses belajar
mengajarnya.
Dampak dari supervisi informal yang
dilakukan oleh kepsek ini adalah guru
merasa diperhatikan dan lebih
bersemangat dalam melaksanakan
tugas. Guru lebih giat berupaya untuk
meningkatkan mutu pembelajarannya.
Inilah pengakuan beberapa guru SMPN
1 Bandarbaru. “Kami sangat
bersemangat dalam melaksanakan
pembelajaran karena kepala sekolah
peduli terhadap prosesnya.
Kekurangan yang didapatkan di dalam
proses pembelajaran dikoreksi secara
bijaksana oleh kepala sekolah, sehingga
kami dapat memperbaikinya di
kemudian hari,” jelas Ibu Sukmawati
SPd, guru mata pelajaran Matematika.
“Adanya pantauan langsung kepala
sekolah membuat siswa bersemangat
di dalam proses pembelajaran,”
tambah Bapak Murhamah, SPd, guru
mata pelajaran IPA.
Selain itu, siswa merasa diperhatikan
kepala sekolah dan bersemangat
dalam belajar. “Kepala sekolah sering
melakukan diskusi dengan kami
terutama saat jam istirahat, kamipun
secara terbuka dan santai dapat
berbagi informasi dengan kepala
sekolah,” jelas Rina, siswa kelas VIII.
Kepala sekolah memaparkan hasil
supervisi informal saat rapat rutin
sekolah.
“Kegiatan Supervisi Informal ini sangat
sering saya lakukan untuk memantau
keadaan sekolah dan proses
pembelajaran dan memberikan
masukan kepada guru apabila ada
kendala di dalam kelas,” tutup Bapak
Nasruddin SPd, Kepala Sekolah SMPN
1 Bandar Baru, salah satu sekolah yang
melakukan Supervisi Informal secara
konsisten di bawah pengawasan kami.
Supervisi informal dilakukan dengan cara
mengelilingi lingkungan sekolah untuk
melihat kebutuhan warga sekolah.
Membenahi Sekolah
13
Siswa SMPN 15 sedang
menghitung jumlah sumbangan
sukarela yang dikumpulkan setiap
Jumat.
SMPN 15 Kota Tangerang Selatan, Banten
Hadirkan “Jupe” Tingkatkan Kepedulian
Siapa yang tak kenal “Jupe” di SMPN
15 Kota Tangerang Selatan? Setiap
Jumat “Jupe” ada di SMPN 15 secara
sukarela. “Jupe” mendorong siswa
untuk lebih peduli kepada sesama dan
demi kemajuan siswa. “Jupe” adalah
salah satu program sekolah yang sudah
berjalan sejak tiga tahun lalu.
“Jupe adalah bagian dari program
SMPN 15 yang merupakan
kepanjangan dari Jumat Peduli. Setiap
Jumat, siswa diajak untuk berpartisipasi
secara sukarela untuk peduli kepada
sesama yang sakit, memerlukan
pertolongan dan perbaikan kegiatan
belajar mengajar,” ujar Ibu Hj Yuliani
Silaturochmi MPd, Kepala SMPN 15
Tangerang Selatan. “Meski sekolah ini
baru meluluskan enam angkatan, tetapi
saya percaya 'Jupe' menjadi program
14
andalan agar siswa memiliki
kepedulian terhadap sesama dan
sekolah,” tambah Ibu Yuliani.
Dana yang terkumpul dari program
“Jupe” setiap bulan sekitar Rp
2.000.000. Dana ini dikelola oleh
komite SMPN 15 Kota Tangerang
Selatan yang diketuai oleh Bapak Drs.
Amir. Komite SMPN 15 berperan
penting untuk membuat perubahan
demi kemajuan sekolah semisal
pengelolaan dana “Jupe”. Dana ini
dimanfaatkan untuk sumbangsih
sekolah berdasarkan laporan
mingguan siswa dan guru yang sakit.
Dana juga dipakai untuk mendukung
kemajuan siswa. Komite sekolah
mengelola dana yang dikumpulkan
dari program “Jupe” untuk perbaikan
sarana pendukung pembelajaran
seperti meja, kursi dan alat-alat listrik
yang dibutuhkan sekolah. Alhasil
sekolah yang menampung sekitar 850
siswa ini berhasil menyelenggarakan
pembelajaran secara kondusif.
“Salah satu hasil tindak lanjut program
USAID PRIORITAS yang diperoleh,
kami mendirikan mading (majalah
dinding) sekolah yang terdiri dari
setiap mata pelajaran untuk
menampilkan kreasi siswa. Mading ini
menjadi sumber pembelajaran juga
bagi siswa,” kata IbuYuliani sambil
menunjukkan dinding sekolah yang
dipenuhi produk pembelajaran karya
siswa. Mading sekolah yang baru saja
dibangun merupakan kontribusi dari
pengelolaan dana “Jupe” yang digalang
komite sekolah.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Bapak Abdul Hamid mendapat
penghargaan Rp 10 juta atas prestasi
sebagai pengawas madrasah terbaik.
Demak, Jawa Tengah
Terapkan MBS, Antarkan Hamid Jadi
Pengawas Berprestasi Nasional
Bapak Abdul Hamid, pengawas RA/MI
Kementerian Agama Kabupaten
Demak mendapat penghargaan sebagai
Pengawas Kementerian Agama
(Kemenag) Berprestasi Tingkat
Nasional, yang dilaksanakan di Bogor
pada Oktober 2015. Gelar tersebut
merupakan buah dari keseriusannya
dalam menerapkan manajemen
berbasis sekolah (MBS) dalam tugas
kepengawasan yang dijalaninya.
“MBS merupakan solusi dari berbagai
masalah di madrasah. Hal tersebut
penting untuk terus ditekankan dan
didorong implementasinya,” kata Pak
Hamid yang juga fasilitator USAID
PRIORITAS Kabupaten Demak.
Dalam ajang pemilihan pengawas
berprestasi tingkat nasional tersebut,
Pak Hamid mempresentasikan tentang
pengembangan profesionalisme guru
dan pengawas melalui supervisi
akademik dan supervisi manajerial
berkelanjutan. Akademik yang
dimaksud seperti peningkatan kualitas
pembelajaran yang didahului dengan
membuat perencanaan yang baik,
sedangkan manajerial merupakan
bentuk perencanaan dan pengelolaan
madrasah yang baik. Bentuk-bentuk
tersebut merupakan hal yang
dilatihkan oleh USAID PRIORITAS
dan dikembangkan dirinya bersama
Kemenag Jawa Tengah.
“Saya sudah mendapatkan pelatihan
MBS dari USAID, kemudian saya
kembangkan di lingkungan Kemenag
sampai sekarang,” katanya.
Di sela aktivitasnya sebagai pengawas,
dia juga aktif menjadi fasilitator USAID
PRIORITAS di Jawa Tengah. Karena
semangat berbagi yang dimiliki, beliau
sering diundang untuk mengisi
pelatihan MBS di berbagai tempat.
Berkat hal tersebut, portofolio yang
dikumpulkan oleh Pak Hamid paling
banyak bila dibandingkan peserta dari
provinsi lain. Hal itu menjadi nilai
tambah untuk menjadi juara.
“Kunci sukses saya adalah tidak takut
salah dalam setiap berkarya. Orang
yang berkarya sudah dalam posisi
benar. Malah yang tidak berkarya itu
yang kurang benar. Maka jangan ragu
untuk terus berkarya,” katanya.
Membenahi Sekolah
15
Ibu Dra Hj Endang Koeswarini MM,
Kepala SMPN 8 Serpong berdiri di
sebelah kanan Presiden Jokowi.
SMPN 8 Tangerang Selatan, Banten
Sekolah Berintegritas
SMPN 8 Tangerang Selatan atau yang
dikenal SMPN Puspiptek adalah salah
satu sekolah mitra USAID PRIORITAS
yang berhasil meraih prestasi sebagai
sekolah berintegritas. Pemberian
penghargaan sekolah berintegritas
tersebut diberikan secara langsung
oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Anies Baswedan pada
akhir Desember 2015 lalu.
Penghargaan ini berdasarkan integritas
kejujuran yang tinggi dalam
menyelenggarakan ujian nasional
selama lima tahun terakhir yang linier
dengan capaian nilai UN yang tinggi.
Acara tersebut dihadiri oleh Presiden
Joko Widodo yang juga mengapresiasi
keberhasilan kepala sekolah dalam
menyelenggarakan UN yang jujur.
“Presiden Joko Widodo mengundang
503 kepala sekolah dari 260.000
SMP/SMA/SMK di seluruh Indonesia
untuk mendapatkan penghargaan
sebagai sekolah paling berintegritas,”
16
tutur Ibu Dra Endang Koeswarini MM,
Kepala SMPN 8 Tangerang Selatan
yang bercerita proses penerimaan
penghargaan tersebut. Sekolah ini
dalam empat tahun terakhir berhasil
mendapatkan nilai rata-rata UN di
atas 8 dan integritas UN selalu baik.
materi kepemimpinan kepala sekolah
yang sudah dilatihkan USAID
PRIORITAS selama ini,” kata Ibu
Endang mengaitkan pengalaman dilatih
USAID PRIORITAS dengan
penghargaan yang baru diterimanya.
“Menurut Bapak Jokowi, kejujuran
merupakan nilai-nilai dasar dalam
membangun bangsa. Pendidikan di
dalam sekolah bukan hanya
dilaksanakan secara akademik, tetapi
sekaligus mental untuk menjaga
integritas kejujuran,” jelas Ibu Endang.
Menurut Ibu Endang, Kemendikbud
telah memiliki aplikasi penyelenggaraan UN berintegritas yang dipantau
selama lima tahun.
Sekolah ini memiliki motto “Prestasi
Itu Penting, Jujur Lebih Utama”
sehingga selain menerapkan
pendekatan pembelajaran aktif, para
guru dan siswa juga berkomitmen
menciptakan kejujuran dalam
pembelajaran. Jika ada siswa yang
bermasalah atau melakukan
kecurangan dalam ujian, sekolah tidak
memberikan hukuman melainkan
memberi pembinaan dan
pendampingan.
SMPN 8 Tangerang Selatan merupakan
sekolah yang termasuk dalam kuadran
1 dengan indeks integritas tertinggi
dan terbaik. “Sebagai kepala sekolah
saya merasa bangga dapat menerapkan
pendidikan berkarakter sesuai dengan
Beberapa sekolah mitra USAID
PRIORITAS yang juga mendapat
prestasi ini di antaranya SMPN 1
Karanganyar Jawa Tengah, SMPN 1
Rogojampi, dan SMPN 1 Banyuwangi,
Jawa Timur.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Orang tua siswa yang bergabung dalam SANE
membuat pot bunga dan dijual untuk membiayai
kebutuhan sekolah.
SDN 183 Balla Bittuang, Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Sane, Wadah Orang Tua Siswa Peduli Sekolah
Sejak kembali dari kunjungan belajar
ke beberapa sekolah di Jawa Timur
November 2015, komite sekolah dan
tokoh masyarakat di SDN 183 Balla
Bittuang langsung mendeklarasikan
terbentuknya SANE, atau Sangkutu
Banne: sebuah perkumpulan
masyarakat yang ingin berkonstribusi
nyata terhadap sekolah.
Sangkutu Banne dalam Bahasa Toraja
bermakna Segepok Bibit. Namun
dalam konteks deklarasi ini, Sangkutu
Banne merupakan pernyataan tekad
dari para orang tua untuk
melestarikan bibit yang unggul, yaitu
para siswa, dengan cara melibatkan
diri secara aktif sebagai bagian integral
stakeholder sekolah.
Dalam deklarasi, komunitas SANE
menegaskan bahwa siswa yang sekolah
di SDN 183 Balla Bittuang merupakan
bibit yang harus dirawat dan semua
orang tua harus memberikan
perhatian yang lebih baik, terutama
mendukung segala keperluan
pembelajaran.
tersebut untuk keperluan di rumah
masing-masing,” ujar Ibu Apdalina
Nanna, Kepala Sekolah SDN 183 Balla
Bittuang.
Didahului dengan rapat di sekolah
tersebut, SANE telah terbentuk di
setiap tingkatan kelas. Dengan SANE,
tiap orang tua di setiap kelas
menyusun agenda masing-masing.
Salah satu yang paling nampak adalah
pembuatan pot bunga dan kolam ikan
untuk mencari dana.
Hasil penjualan pot bunga itu
disumbangkan ke sekolah untuk
mengatasi kebutuhan pembelajaran,
seperti pembelian alat tulis menulis.
Pihak sekolah merasa terbantu dengan
kehadiran SANE dan berbagai
programnya yang menunjang
pembelajaran sekolah.
Dalam pembuatan pot bunga misalnya,
kontribusi orang tua beragam. Ada
yang menyumbang pasir, semen,
makanan, dan tenaga. Beberapa lainnya
bertindak sebagai tenaga pemasaran.
Setelah pot bunga selesai, pihak orang
tua melakukan promosi kepada
masyarakat umum. Setiap pot dijual
dengan harga Rp 50.000. “Banyak
anggota SANE yang membeli pot
Kolaborasi dan komunikasi yang baik
antara pihak sekolah dengan orang tua
siswa di sekolah Balla Bittuang telah
meningkatkan rasa memiliki dan
tanggung jawab orang tua siswa dan
masyarakat terhadap sekolah tersebut
meningkat. “SANE sudah menjadi
institusi sosial berkarya nyata bagi
SDN 183 Balla Bittuang,” ujar Ibu
Apdalina Nanna.
Membenahi Sekolah
17
SMPN 2 Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara
Manfaatkan Medsos untuk Drumband dan Beasiswa
Di halaman facebook dengan nama
SMP Negeri 2 Dolok Sanggul ini,
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
sekolah (seperti upacara bendera,
perayaan-perayaan, budaya baca
sekolah, kegiatan belajar-mengajar)
serta berbagai perkembangan sekolah
dipublikasikan.
Dengan publikasi ini, peran
masyarakat luas untuk mendukung
sekolah bisa lebih didorong. Seperti
kata Kepala Sekolah SMPN 2 Dolok
Sanggul, Bapak Drs Pantun Purba.
Pembuatan media sosial ini didorong
Pak Purba. Tetapi karena dia juga tidak
fasih mempergunakannya, dia
menyarankan guru yang paham media
sosial agar mengurus laman facebook
SMPN 2 Dolok Sanggul tersebut.
Tampilan facebook SMPN 2
Dolok Sanggul.
Kabar baik itu datang dari SMPN 2
Dolok Sanggul. Sekolah ini sudah
memanfaatkan internet dan media
sosial untuk memajukan sekolah.
Lewat halaman di media sosial
Facebook, sekolah ini membangun
komunikasi dengan dunia luar,
terutama dengan alumnus-alumnusnya
yang sudah bekerja dan tinggal di
daerah atau kota lain.
18
“Saya sarankan salah seorang guru,
Pak Muliadi untuk membuat medsos
sekolah. Dia sekaligus menjadi
adminnya dan memperbarui
informasi-informasi tentang sekolah.
Sekarang ini kita tidak boleh menutup
diri. Jangan takut dengan kemajuan
lantas langsung berpikir negatif. Justru
kita manfaatkan kemajuan tersebut
untuk kebaikan,” kata Pak Purba.
“Kami juga tidak hanya update
keberhasilan yang sudah diraih tetapi
juga hal-hal yang masih perlu dibenahi
di sekolah. Sama seperti kalau ada
orang tua murid yang datang
berkunjung ke sekolah. Kita
perlihatkan apa yang perlu dibenahi
bersama-sama sehingga dengan begitu
partisipasi masyarakat bisa
ditingkatkan,” katanya lagi.
Lewat media sosial tersebut, SMPN 2
Dolok Sanggul mendapatkan perhatian
dari para alumninya. Beberapa manfaat
yang sudah diperoleh sekolah ini
melalui media sosial adalah pengadaan
fasilitas drumband sekolah yang
dilakukan oleh para alumni. Waktu itu,
di media sosial SMPN 2 Dolok Sanggul
diunggah kegiatan drumband di
sekolah, tetapi alatnya tidak lengkap.
Beberapa alumni langsung memberi
respons dan mengirim ke sekolah.
Begitu pula saat diinformasikan
tentang salah seorang siswa
berprestasi yang tidak bisa masuk ke
sekolah unggulan SMA 2 Lintong
Nihuta karena keterbatasan dana,
sambutan baik segera datang dari
beberapa orang alumni. Alumni-alumni
angkatan 1992 yang berada di berbagai
daerah sepakat mendukung adik kelas
mereka tersebut, Bulan Tiur Hasian
Manalu.
Beasiswa pun diberikan kepada Bulan
agar bisa mengikuti pendidikan di SMA
2 Lintong Nihuta tahun ajaran
2016/2017. Dari biaya pendidikan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
sebesar Rp. 800.000 per bulan, alumni
mengakomodir Rp. 500.000 per bulan.
Sedangkan sisanya sebesar Rp. 300.000
per bulan tetap ditanggung oleh
orangtua Bulan. “Ini agar orang tua
tetap bertanggung jawab terhadap
anaknya,” kata Pak Pantun yang juga
adalah fasda MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah) USAID PRIORITAS.
Menjamin biaya pendidikan per bulan
tercukupi hingga tamat SMA, dana
pendidikan tiga tahunpun dikumpulkan
alumni angkatan 1992 tersebut untuk
dikelola oleh salah seorang guru yang
terpercaya. Bagaimanapun, SMPN 2
Dolok Sanggul sudah berhasil
memanfaatkan perkembangan
teknologi untuk memajukan sekolah.
Tim drumband dan alumni sekolah.
Membenahi Sekolah
19
Hasil kegiatan komunitas Si GeMas di SMPN 3 Kota Cimahi: sampah yang sudah dipilah dan diolah.
SMPN 3 Kota Cimahi, Jawa Barat
Si Gemas
Siswa Gemar Memilah Sampah
Program prioritas pemenuhan mutu
bidang manajerial sesuai dengan
pemetaan mutu adalah Standar Sarana
Prasarana yang fokus pada Sekolah
Berbudaya Lingkungan (SBL). Program
SBL ini menitikberatkan pada
pemilahan sampah, lingkungan hijau,
pengolahan sampah, pengurangan
sampah plastik, dan pengolahan/daur
ulang sampah.
Di lingkungan SMPN 3 Cimahi,
20
permasalahan sampah juga menjadi hal
yang sangat penting mendapatkan
penanganan yang serius.Volume
sampah setiap hari dari bekas bungkus
jajanan siswa sangatlah tinggi. Salah
satu alternatif solusinya adalah dengan
membentuk Si GeMaS (Siswa Gemar
Memilah Sampah), sebuah komunitas
siswa peduli lingkungan, khususnya
dalam pengelolaan sampah di
lingkungan kampus SMPN 3 Cimahi.
Setiap anggota Si GeMaS selain
melakukan kegiatan memilah dan
mengolah sampah juga menjadi
penyuluh kesehatan lingkungan bagi
seluruh siswa-siswi SMPN 3 Cimahi.
Lingkungan yang bersih ternyata
mendukung suasana sekolah menjadi
sangat nyaman sehingga belajar pun
lebih bersemangat dan berkualitas.
Kegiatan Si GeMaS terdiri atas empat
kegiatan berikut:
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
1. Pemilahan Sampah
Kegiatan pemilahan sampah
merupakan tahap awal dalam
pengelolaan sampah. Siswa belajar
untuk memilah sampah dimulai
dari dalam kelas. Siswa dibiasakan
memilah sampah organik, sampah
kertas, dan sampah plastik.
2. Pengurangan Jumlah Sampah
Siswa dibiasakan membawa tempat
makan dan minum dari rumah
untuk mengurangi volume sampah
di sekolah.
3. Daur Ulang Sampah
Daur ulang merupakan pengolahan
sampah menjadi barang yang lebih
bermanfaat seperti :

Mengolah sampah kertas
menjadi kertas daur
ulang/kerajinan;

Mengolah bungkus bekas
menjadi aneka kerajinan;

Mengolah sampah organik
menjadi kompos/pupuk.
4. Bank Sampah
Sampah yang telah dipilah-pilah
dikumpulkan di bank sampah
untuk disetorkan ke tempat
pembuatan kerajinan dari sampah
atau pengepul sampah. Pengelola
bank sampah mencatat uang yang
diterima dalam buku tabungan.
Komunitas Si GeMas di SMPN 3 Kota Cimahi dorong siswa-siswa untuk memilah
sampah.
Membenahi Sekolah
21
Siswa SDN 39 Kassi Maros belajar dengan nyaman setelah kelas mendapatkan pencahayaan alami yang cukup terang.
SDN 39 Kassi Maros, Sulawesi Selatan
Beginilah Peran Komite di SDN 39 Kassi Maros
Oleh Hj. Andi Nensih,
Kepala Sekolah SDN 39 Kassi
Maros
Salah satu ruangan kelas sekolah
gelap, sehingga terlihat kurang layak
untuk dijadikan tempat belajar. Dulu
sebenarnya kelas tersebut tidak gelap,
tetapi tetangga dekat sekolah
membangun rumah dan dindingnya
menghalangi sinar matahari masuk.
Kelas ini perlu dibuatkan jendela di
bagian atas agar cahaya bisa masuk.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri
dan menjadi justifikasi untuk
merombak struktur komite di sekolah.
Bersama pengawas dan perwakilan
orangtua siswa, saya melakukan rapat
22
melakukan perubahan susunan komite
dan menambah beberapa pengurus di
dalamnya. Dari yang awalnya cuma
beranggotakan lima orang menjadi
sebelas orang. Penambahan anggota
ini penting karena komite sebelumnya
kurang aktif dalam mendorong
keterlibatan masyarakat. Padahal
setelah belajar modul USAID
PRIORITAS, kita menjadi sadar bahwa
keterlibatan masyarakat sangat
penting dalam memajukan sekolah,
terutama lewat sumbangan dana dan
daya mereka.
Acara pengukuhan komite baru
dijadikan juga sebagai ajang untuk
rapat perencanaan kegiatan komite.
Salah satu kesepakatan yang dicapai
adalah mencarikan dana sukarela
untuk pembangunan jendela tersebut.
Komite kemudian meminta
persetujuan saya sebagai kepala
sekolah untuk mengedarkan surat
permintaan sumbangan sukarela, tidak
mengikat jumlah dan waktunya kepada
seluruh orangtua siswa. Setelah
disetujui, surat tersebut diberikan
pada siswa. Orangtua siswa tanpa
paksaan menyumbang serelanya. Selain
itu komite juga menggali dana dari
berbagai kalangan, seperti dari
pengusaha, anggota DPR dan lain-lain.
Akhirnya uang terkumpul dan dikelola
oleh komite. Komite membeli bahan,
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
menyewa tukang dan juga mengawasi
jalannya pembuatan jendela. Total dana
yang terkumpul lebih dari lima juta
dan bisa menutupi kebutuhan dana
pembuatan jendela tersebut. Dua
jendela dengan ukuran 2 meter x 50
centi meter tersebut akhirnya berhasil
dibuat, tanpa menggunakan dana BOS
sedikitpun. Semua berasal dari
sumbangan sukarela orangtua siswa
dan juga berbagai kalangan yang mau
menyumbang.
Kini siswa bisa belajar di ruang kelas
yang tidak gelap. Siswa-siswa jadi bisa
belajar dengan lebih baik.
Setelah selesai pembangunan, komite
membuat pertanggungjawaban
penggunaan dana dan melaporkan saat
rapat dengan kepala sekolah, pengawas
dan orangtua siswa. Saat pertemuan
pelaporan juga dibahas tentang
berbagai rencana pengembangan
sekolah ke depan yang membutuhkan
peran aktif komite.
Peran komite sangat besar dalam
pengembangan sekolah ini. Setelah
membuat jendela komite sekolah
terus membantu sekolah. Mereka
menyumbangkan ide dalam
perencanaan pengembangan sekolah,
membangun taman baca, membuat
taman sekolah, ikut mencarikan dana
untuk kebutuhan ATK pembelajaran
dan lain-lain. Tanpa keterlibatan komite
dan orangtua siswa, sekolah kami tidak
akan berkembang seperti ini.
Jendela yang dibangun dengan bantuan komite sekolah membuat siswa dapat
belajar lebih baik.
Membenahi Sekolah
23
(Kiri) Gazebo baca di MIN 1 Takalar. (Kanan) Zulfikah sedang disalami oleh salah satu siswanya menjelang pulang sekolah.
MIN 1 Takalar, Sulawesi Selatan
Cepat Berubah Karena Kepemimpinan
Bapak Zulfikah baru saja pindah
menjadi Kepala Madrasah Ibtidaiyah
Negeri I Takalar. Sebelumnya dia adalah
Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pattiro
Banggae. Madrasah yang dulu sama
sekali tidak dilirik, kini maju pesat
selama kepemimpinannya. Masyarakat
lebih tertarik menyekolahkan anaknya
ke MI tersebut daripada ke sekolah
dasar negeri di desa tersebut.
Kunci suksesnya adalah pelaksanaan
modul USAID PRIORITAS secara
konsisten baik pembelajaran aktif,
manajemen berbasis sekolah yang
mencakup partisipasi masyarakat dan
budaya baca.
Kesuksesan ini kembali diulang Pak
24
Zulfikah saat dia dipindah ke MIN I
Takalar pada April 2016. Saat datang
ke sekolah yang baru, hal yang
pertama kali dia lakukan adalah
mengadakan observasi dengan
wawancara langsung dengan guru dan
staf sekolah, rapat sekolah, dan menilik
langsung semua sudut-sudut sekolah
dan kelas. Setelah dua-tiga hari
melakukan observasi, Pak Zulfikah
menemukan beberapa hal: guru masih
belum memakai metode PAKEM
dalam mengajar, hasil pembelajaran
tidak terpajang, tidak ada program
literasi, media inovasi masih sedikit,
kelas tidak terorganisasi, lingkungan
belum dijadikan sebagai sumber
belajar, belum ada papan RKAS,
keterlibatan masyarakat minim, belum
ada paguyuban kelas, program budaya
baca dan lain-lain.
Melihat kenyataan tersebut, Pak
Zulfikah memimpin rapat untuk
membuat perencanaan sekolah secara
menyeluruh, mulai dari aspek
pembelajaran, manajemen berbasis
sekolah, literasi, sampai partisipasi
masyarakat. Dengan fasilitasinya, para
guru menetapkan target-target dan
jadwal-jadwal perubahan secara cepat.
Untuk mengubah pembelajaran, Pak
Zulfikah yang merupakan fasilitator
daerah USAID PRIORITAS ini
langsung turun sendiri memimpin
KKG internal madrasah seminggu
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
sekali. Selama KKG internal tersebut,
Pak Zulfikah membimbing pembuatan
RPP, melakukan permodelan mengajar
dan memfasilitasi simulasi
berdasarkan metode PAKEM. Setelah
satu kali KKG pembelajaran, hari
berikutnya dia meninjau kelas,
mengawasi dan melakukan
pembimbingan bahkan melakukan
team teaching dengan guru yang
dibimbing. KKG internal berikutnya
berupa evaluasi atas RPP, model
mengajar, atau hal-hal yang penting
seperti pembuatan media dan
sebagainya.
Untuk manajemen berbasis sekolah,
dia mengadakan rapat dengan
orangtua siswa. Dia memberikan datadata keuangan secara terbuka kepada
para orangtua dan berjanji
melaporkan semua bentuk program
dan keuangannya kepada mereka.
Orangtua akhirnya sepakat
membentuk persatuan orangtua
peduli sekolah (Popsa) dan organisasi
tersebut berdiri di tiap kelas. RKAS
dan laporan keuangan dipajang di
dinding sekolah.
Untuk literasi, sekolah menjadwalkan
membaca 10 menit sebelum
pembelajaran tiap hari, mendirikan
bengkel membaca yaitu pembimbingan
khusus bagi yang kurang bisa
membaca dengan salah seorang guru
diberikan tanggung jawab penuh,
mengadakan bazar buku per tiga bulan
sekali bekerjasama dengan penerbit;
lomba baca, membaca massal tiap hari
Jumat selama 30 menit.
Agar kelas berubah, maka tiap kelas
juga diberikan slogan karakter
tertentu; kelas I disebut “kelas
pelayanan prima “, dengan karpet,
meja dan ruangan yang ditata
sedemikian rupa agar siswa yang baru
pindah dari TK menjadi kerasan
sekolah; kelas II disebut kelas calistung,
kelas III prakarya, kelas IV karya
inovatif, kelas V visual audio, kelas VI
kelas media inovatif. Nama-nama
tersebut adalah tema sekaligus
mencerminkan apa yang harus
diutamakan dikelas berdasarkan tema
itu. Dengan strategi ini, setiap kelas
kelihatan nyata berbeda dan memiliki
karakter khusus yang menyenangkan
siswa untuk belajar.
Agar kelas semakin baik, diadakan juga
lomba adiwiyata kelas tiap bulan. Tiap
kelas berlomba untuk menata ruangan
dan luar ruangannya. Mereka
berlomba membuat bunga-bunga yang
dipasang di pot-pot kecil dan botolbotol aqua dan digantung di dindingdinding luar kelas. Bunga-bunga dan
pohon-pohon yang ditanam membuat
sekolah menjadi kelihatan lebih asri
dan rindang.
Di dalam kelas juga dibuat sudut baca,
sedang diluar kelas dibangun gazebo
atau taman baca, green house, kantin
kejujuran, air mancur besar di tengah
madrasah, air mancur kecil-kecil di
depan kelas, kebun anggrek dan
pengembangan dan kegiatan baru
lainnya yang membuat sekolah
kelihatan berubah total dalam waktu
singkat. Dari yang dahulu terasa
kering, menjadi semarak. Dari yang
kurang banyak kegiatan, menjadi penuh
kegiatan kreatif.
Menurutnya untuk mengubah itu
semua dibutuhkan strategi mengatur
keuangan dana BOS dengan baik,
membangkitkan semangat
kebersamaan dengan para guru, dan
memompa semangat orangtua siswa
untuk terlibat dalam kegiatan
madrasah. “Harus pandai-pandai
mengatur keuangan dan menggunakan
dana BOS agar tetap sesuai juknis
namun harapan kita terhadap sekolah
tetap tercapai,” jawabnya.
Saat Kepala Seksi Pendidikan Madrasah
(Kasei Penmas) berkunjung tiga bulan
setelah pak Zulfikah menjabat, dia
sangat terkejut dengan perubahan yang
terjadi di madrasah tersebut. “Kasie
Penmas yang berkunjung ke madrasah
menjadi sangat terkejut melihat
perubahan madrasah yang bergitu
drastis,” cerita Pak Zulfikah.
Ternyata dana yang terbatas mampu
membuat madrasah bisa berbuat
banyak dari segi perwajahan. Apalagi
dalam segi pembelajaran, banyaknya
pajangan dan pengelolaan kelas yang
berbeda telah membuat Kasie Penmas
terpesona.
“Setelah itu, dia mengusulkan agar
semua madrasah se-Kecamatan
Galesong studi banding ke sini, dan
saya setuju saja. Kasie Penmas ingin
semua madrasah meniru bagaimana
mengelola keuangan yang minim tapi
mampu membuat sekolah begitu
Membenahi Sekolah
25
banyak berubah dalam waktu yang
singkat,” ujar Pak Zulfikah.
Setelah semua madrasah berkunjung,
rupanya Kemenag Takalar tertarik
untuk lebih jauh menjadikan madrasah
sebagai tempat studi banding karena
melihat perubahan yang begitu drastis
dan cepat. Pada bulan keempat dan
kelima setelah Pak Zulfikah menjabat,
semua madrasah baik tingkat MI,
Tsanawiyah, dan Aliyah se-Kabupaten
Takalar melakukan studi banding ke
MIN Takalar.
Madrasah kecil ini telah membuktikan
bahwa komitmen kepala sekolah
menjadi pondasi utama perubahan
sekolah. Kepala sekolah atau madrasah
yang berkomitmen akan membuat
madrasah berubah dengan cepat,
demikian juga sebaliknya. “Saya bahkan
mengeluarkan sebagian uang saya
pribadi untuk pengembangan madrasah
ini,” ujar Pak Zulfikah.
26
Suasana kelas yang menyenangkan di MIN I Takalar.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Membantu
Siswa dan
Pelayanan
Khusus
Pertemuan paguyuban orangtua untuk membahas prestasi siswa.
MIN 1 Kota Cilegon, Banten
Libatkan Paguyuban Orangtua untuk Pantau
Keberhasilan Belajar Siswa di MIN 1 Cilegon
Ibu Ernawati adalah salah seorang
anggota paguyuban orangtua yang
didirikan di tiap kelas di MIN 1 Kota
Cilegon. Pagi itu, dia datang memenuhi
undangan pertemuan paguyuban
orangtua yang biasa diselenggarakan
setiap dua bulan sekali. Selama dua jam,
Ibu Erna dan sejumlah orangtua yang
hadir tampak berdiskusi di aula
pertemuan bersama guru wali kelas.
Mereka mendiskusikan berbagai hal
yang menyangkut hasil pembelajaran
siswa di kelas dan solusi yang perlu
dilakukan untuk mengatasi persoalan
belajar di rumah. Masing-masing
28
orangtua terlihat bersemangat
membagikan pengalaman mereka di
rumah saat mendampingi siswa
belajar.
Ibu Erna berkata, “Secara khusus, wali
kelas sudah mengetahui peta
persoalan setiap siswa. Setiap
persoalan yang dialami siswa harus
dikomunikasikan kepada orangtuanya.
Melalui pertemuan semacam ini, saya
selaku orangtua diajak berpikir dan
mencari solusi pembelajaran yang
dihadapi anak-anak di rumah.”
Kebetulan topik pertemuan tersebut
adalah mencari solusi bagi siswa yang
tidak mampu memenuhi standar
kriteria ketuntasan minimal (KKM).
KKM dijadikan dasar patokan nilai
terendah dalam penilaian peserta
didik. Jika siswa mampu mendapatkan
nilai di atas KKM maka dianggap telah
berhasil menguasai kompetensi yang
dipelajarinya. Sebaliknya jika
ditemukan siswa dengan nilai di bawah
KKM berarti perlu ada perbaikan.
Perbaikan ini memerlukan peran serta
orangtua agar siswa berhasil mencapai
target.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Ibu Erna melanjutkan, “Diskusi antara
wali kelas dengan wali murid seperti
pertemuan tadi misalnya
membicarakan tentang kegiatan
belajar anak terutama anak yang
mampu dan tidak mampu memenuhi
KKM. Contohnya ada siswa yang
berada di bawah KKM. Guru wali
kelas bertanya apa sebab persoalan
yang dihadapi siswa dan kemudian
orangtua juga berpikir bagaimana
caranya agar KKM-nya mencapai
target misalnya mendampingi saat
mengerjakan tugas.”
Selain Ibu Ernawati, Bapak Kasani
turut hadir dalam pertemuan
paguyuban orangtua. Pak Kasani
berpendapat bahwa pagayuban
orangtua juga mendukung sarana
belajar siswa di kelas. “Setiap bulan
kami membayar iuran sebesar Rp.
10.000,- untuk membeli alat peraga
belajar atau alat kebersihan seperti
sapu dan pel. Penggunaan uang
dilaporkan setiap pertemuan
paguyuban orangtua. Notulen hasil
pertemuan paguyuban orangtua ini
dilaporkan saat pertemuan besar
komite sekolah setiap enam bulan
sekali,” kata Pak Kasani.
Sejalan dengan pendapat Pak Kasani,
Bapak Suhardi yang saat itu menjabat
kepala madrasah menuturkan bahwa
paguyuban orangtua yang didirikan
tiap kelas sangat berkontribusi dalam
memberikan ide dan bantuan
operasional bagi kemajuan madrasah.
“Saya menyadari peran penting
paguyuban orangtua tidak hanya untuk
kepentingan kemajuan madrasah saja
tetapi juga meringankan beban
orangtua dalam mengevaluasi
keberhasilan pembelajaran setiap
siswa. Guru pun senang adanya
paguyuban orangtua per kelas dapat
meringankan beban mereka untuk
meningkatkan keberhasilan
pembelajaran siswa,” tambah Pak
Suhardi.
Paguyuban orangtua dilaksanakan
setiap dua bulan sekali dengan tujuan
untuk berbagi pengalaman dan diskusi
mengenai keberhasilan pembelajaran
siswa di kelas. Di samping itu, setiap
paguyuban melaporkan hasil
pertemuan dalam rapat komite
sekolah yang diselenggarakan setiap
enam bulan sekali. Ada 54 orang yang
menjadi perwakilan paguyuban
orangtua dan memiliki hak suara dalam
rapat komite sekolah seperti
merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi program kerja. Seluruh
program kerja yang disusun
dimaksudkan bagi keberhasilan
pembelajaran siswa di kelas.
MIN Langon Cilegon yang telah berdiri
sejak 1994 kini menampung 640 siswa
dan 35 guru. MIN Langon Cilegon
adalah salah satu sekolah mitra LPTK
USAID PRIORITAS Banten.
Sarana belajar di MIN 1 Cilegon yang didanai oleh bantuan sukarela orangtua.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
29
Melalui aktivitas guru intip, orangtua siswa juga mengikuti
perkembangan anak-anak mereka dalam kegiatan
pembelajaran
MI Ma'arif Surengede Kertek Wonosobo, Jawa Tengah
“Guru Intip” MI Ma'arif Surengede Kertek - Orang
Tua Wajib Tahu Perkembangan Anaknya di Sekolah
Perkembangan pendidikan bagi
anak-anak bukan melulu tanggung
jawab guru. Orangtua juga memiliki
tangung jawab yang sama, bahkan di
sekolah sekalipun. Itulah kira-kira yang
terlintas di benak Ibu Yuliati, salah satu
anggota paguyuban kelas MI Ma'arif
Surengede Kertek Wonosobo. Dia
merasa tugas guru, terutama guru
kelas awal, sangat berat. Guru harus
mempersiapkan bahan pelajaran,
menyampaikan materi sampai pada
menangani kebiasaan-kebiasaan umum
siswa-siswa usia dini. Misalnya
menengahi siswa-siswa yang
bertengkar, membujuk siswa agar tidak
terlalu ramai, membujuk siswa agar
tidak menangis, dan lain-lain. Hal-hal
30
tersebut sering menjadi kendala bagi
guru dalam menyampaikan materi.
Berangkat dari kondisi tersebut Ibu
Yuliati bersama anggota paguyuban
kelas yang lain berdiskusi untuk
meringankan beban guru. Paguyuban
kelas harus ikut terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Maka
dibuatlah jadwal piket pada hari Senin,
Rabu, Kamis dan Sabtu, dengan jumlah
setiap piket dua orang. Kegiatan
paguyuban kelas antara lain membantu
penataan kelas, mengelompokkan
siswa, membantu membagikan lembar
kerja, dan lain-lain. Di samping itu
dengan adanya aktivitas ini, orangtua
akan bisa memantau langsung
perkembangan anak-anak mereka di
sekolah.
Apa komentar guru? “Bantuan yang
luar biasa,” begitu komentar Ibu
Yuniarti, wali kelas 1-A. Apa lagi
dengan tuntutan guru harus mengajar
secara PAKEM, keberadaan paguyuban
kelas yang mau terlibat dalam proses
pembelajaran, sangat dibutuhkan.
Karena dalam pembelajaran PAKEM
diperlukan aktivitas, dan perangkat
pembelajaran yang bervariasi, yang
memerlukan lebih banyak tenaga dan
pikiran. Kini kelas menjadi lebih
teratur, siswa-siswa belajar dengan
lebih tertib dan hasilnya mereka lebih
memahami apa yang dipelajari di kelas.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Orangtua siswa MI Ma’arif Surengede Kertek turut membantu guru kelas dalam kegiatan
pembelajaran untuk melihat secara langsung kebutuhan anak-anak mereka. Aktivitas ini
disebut “guru intip”.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
31
Ibu Muliati (duduk), salah
seorang orangtua siswa
sedang membantu guru
menjadi guru pendamping
sukarela memfasilitasi
siswa kelas awal belajar.
MIN Maros Baru, Sulawesi Selatan
Di Madrasah ini, Semua Orangtua Siswa Jadi Guru
Ada yang unik di MIN Maros Baru,
semua orangtua siswa kelas satu dan
dua, yang berjumlah kurang lebih 60
orang menjadi guru pendamping atau
guru bantu secara sukarela. Mereka
bergiliran membantu guru utama,
memfasilitasi siswa-siswa belajar di
sekolah dari pagi sampai siang.
Untuk pengajaran yang ideal, guru
utama membutuhkan tim yang terdiri
dua atau tiga orang guru pendamping
yang bisa mendampingi kelompok
siswa atau individu siswa di meja
masing-masing. Dengan model ini,
setiap siswa mendapatkan perhatian
lebih dibanding dengan diajar oleh satu
guru. Siswa-siswa yang mengalami
kesulitan, bisa mendapatkan
penanganan lebih cepat, umpamanya
kesulitan membaca, menulis,
32
membutuhkan alat tulis, atau saat
terjadi kegaduhan yang bisa
mengganggu proses belajar mengajar.
Sebelum dikenalkan program guru
pendamping oleh orangtua, siswa
tahun sebelumnya yang belum bisa
membaca di kelas I relatif banyak,
bahkan mencapai sembilan siswa dari
30 siswa per rombongan belajar.
Beberapa siswa juga kurang lancar
membacanya. Hal ini menimbulkan
kesalahpahaman orangtua terhadap
sekolah, menganggap sekolah tidak
serius memperhatikan pendidikan
anak-anak mereka.
“Saya kemudian mengundang semua
orangtua siswa berdiskusi mengenai
pengembangan sekolah dan juga isu
siswa yang belum bisa membaca. Kami
ingin menyusun kontrak kerja dengan
para orangtua. Apa kewajiban sekolah,
dan apa yang seharusnya bisa
dilakukan orang tua siswa,” papar Ibu
Nur Ridawati, kepala sekolah yang
pernah menjadi juara satu guru MI
berprestasi tingkat nasional.
“Kami undang mereka dan kami
paparkan berbagai program, kewajiban,
dan kebutuhan sekolah. Sebagai timbal
balik, kami bertanya apa yang kira-kira
yang orangtua siswa bisa lakukan
untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut,” ujarnya. Salah satu butir
kesepakatannya adalah membentuk
persatuan orangtua siswa (POS). Tugas
POS ini, salah satunya secara
bergiliran dan terjadwal orangtua ikut
menjadi guru pendamping di kelas.
Mereka sendiri yang menentukan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
jadwal mengajarnya, baik yang
tinggalnya jauh dari sekolah maupun
yang mendapat giliran membantu guru
mengajar siswa-siswa kelas awal.
Dengan program tersebut, dua sampai
tiga orangtua siswa tiap hari datang ke
sekolah menjadi guru pendamping.
Dalam satu kelas bisa sampai ada
empat guru pengajar, yaitu satu guru
utama, tiga lainnya guru pendamping.
Jawa Timur pada pertengahan tahun
2014. Setelah studi banding dan
mendapat binaan USAID PRIORITAS,
prestasi madrasah inipun berkembang
pesat. Bahkan karena perkembangan
pesat prestasinya, madrasah ini
menjadi tempat studi banding
pengelolaan madrasah oleh kepala
MIN se-Sulawesi Selatan, Sulawesi
Barat dan Sulawesi Tenggara pada
bulan April 2015 lalu.
Dengan cara demikian, orangtua juga
bisa langsung melihat perkembangan
anaknya. Mereka juga semakin
mengetahui kebutuhan sekolah dalam
mendukung pembelajaran anak
mereka sendiri, seperti ATK dan
bahan penunjang lainnya. Secara
sukarela akhirnya mereka sering
menyumbang untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut. “Saya
jadi lebih tahu sifat anak saya kalau di
kelas,” ujar Ibu Muliati, salah satu
orangtua siswa.
Semenjak program itu diluncurkan di
pertengahan tahun 2014, tinggal satu
siswa kelas awal yang tidak lancar
membaca. Itupun karena dia masih
berusia lima tahun. Partisipasi orang
tua siswa terbukti meningkatkan
efektifitas pembelajaran dan
mendorong kesadaran orangtua
terhadap kebutuhan-kebutuhan
pembelajaran.
Inspirasi mengaktifkan POS juga
datang setelah madrasah ini difasilitasi
USAID PRIORITAS mengadakan studi
banding ke madrasah-madrasah di
Ibu Emmi membantu siswa membaca
dan menulis.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
33
Laporan keuangan program SAS dan GGA. dan testimoni
wali murid yang menerima bantuan dari sekolah.
SMPN 2 Glagah Banyuwangi, Jawa Timur
Program SAS dan GGA Bantu
Anak Putus Sekolah
Mendapatkan kepercayaan
menangani sekolah di pinggiran dengan
angka putus sekolah yang cukup tinggi
merupakan tantangan bagi Ibu Dra
Enny Purnamaningrum MPd, Kepala
Sekolah di SMPN 2 Glagah Banyuwangi
ini kaget saat mengetahui kondisi
sekolah yang dipimpinnya di awal
kepemimpinannya dimana banyak
siswa yang putus sekolah di tengah
jalan. “Hampir setiap bulan ada siswa
yang tidak melanjutkan sekolah,”
terangnya. Dalam satu semester
setidaknya ada 3-5 siswa yang tidak
melanjutkan lagi studinya karena
keterbatasan biaya.
34
Saat dia menanyakan langsung kepada
siswa yang putus sekolah tersebut,
rata-rata alasannya memang terkait
dengan biaya. “Meskipun biaya sekolah
sudah ditanggung dengan dana BOS,
mereka tetap tidak mampu sekolah
karena tidak ada biaya untuk membeli
seragam, sepatu, buku, dan keperluan
sekolah yang lain,” urainya.
Fasilitator MBS USAID PRIORITAS
untuk Kabupaten Banyuwangi ini
kemudian menyampaikan
permasalahan ini kepada komite
sekolah saat kegiatan rapat dengan
komite. “Dari hasil pertemuan
tersebut seluruh peserta rapat
sepakat untuk membantu siswa yang
putus sekolah dengan kegiatan Jumat
shodaqoh. Siswa yang mampu
menyumbangkan uang sakunya secara
sukarela minimal Rp 1.000,- setiap hari
Jumat untuk membantu temannya
yang tidak mampu. Program ini
dinamakan Program Siswa Asuh
Sebaya (SAS). Para guru juga tertarik
untuk menjadi guru asuh melalui
program Gerakan Guru Asuh (GGA)
dimana setiap menerima gaji para guru
menyisihkan uang gajinya Rp 25.000,untuk membantu siswa yang kurang
mampu,” ungkapnya. Kegiatan ini
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
terinspirasi setelah dia menjadi
fasilitator MBS, banyak sekali materi
pelatihan yang bisa diimplementasikan
di sekolahnya. Salah satu adalah
melibatkan sekolah dan komite untuk
memecahkan masalah di sekolah.
Seluruh penerimaan SAS dan GGA ini
tercatat dan dilaporkan kepada komite
sekolah, guru, dan donatur lainnya
setiap bulannya. Selain di internal
sekolah sendiri, Ibu Enny juga
mendapatkan donasi orangtua asuh
dari para alumni sekolah ini yang
sudah sukses bekerja. “Donatur dari
luar sekolah secara sukarela memilih
siswa dan membantunya setiap bulan
untuk bisa bersekolah,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini angka siswa putus
sekolah di SMPN 2 Glagah lama-lama
menurun. Dan setelah program ini
berjalan selama tiga tahun, saat ini
sudah tidak ada lagi siswa yang putus
sekolah. Berjalannya program ini
menurut Bu Enny tidak hanya
mengatasi siswa putus sekolah sampai
dengan jenjang SMP. Beberapa
orangtua asuh dan guru rela menjadi
donatur dengan menyekolahkan para
siswanya hingga lulus SMA.
Setiap bulan sekitar 25 hingga 30
siswa mendapatkan bantuan uang
sekolah dari para donatur dan uang
hasil program SAS dan GGA. Besarnya
bantuan yang diberikan siswa berkisar
antara Rp 100.000,- hingga Rp
125.000 ribu. Setiap menerima
bantuan dari sekolah, siswa wajib
menandatangani bukti penerimaan dan
menyerahkannya kepada orangtua.
Tidak hanya bantuan uang, bantuan
hasil donasi juga dibelikan keperluan
dan peralatan sekolah seperti tas,
buku, sepatu, dan seragam untuk
diserahkan kepada siswa setiap awal
semester. “Seluruh penerimaan dan
pengeluaran dana tercatat di
bendahara khusus yang menangani ini
dan wajib diketahui oleh komite
sekolah. Sehingga dana ini dikelola
dengan sangat transparan,” terangnya.
Prasetyo, siswa kelas IX SMPN 2
Glagah, merasa sangat terbantu
dengan program ini. Awalnya setelah
lulus sekolah dasar dia tidak berniat
melanjutkan ke SMP karena
kondisinya yang yatim piatu sementara
dia harus menanggung biaya adikadiknya yang masih kecil. “Saya
awalnya tidak mau sekolah dan
bekerja cari uang saja supaya bisa
membiayai adik-adik saya. Alhamdulillah
saya diterima di SMPN 2 Glagah dan
seluruh biaya ditanggung sekolah.
Sehingga pagi saya tetap bisa sekolah
dan pulang sekolah saya bisa bekerja,”
terangnya
Sedangkan Linda, siswi kelas VIII, yang
sangat senang membaca hampir putus
sekolah sejak kelas VII karena
ketidakmampuan orangtuanya. Padahal
Linda memiliki kecerdasan di atas
rata-rata dan pandai menulis cerpen.
“Saya mendapat bantuan uang sekolah
dari Gerakan Guru Asuh dan donatur
sehingga saya masih bisa sekolah
sampai sekarang. Saya bahkan boleh
melanjutkan sekolah hingga SMA
dengan biaya sepenuhnya dari
mereka,” ungkapnya bangga. Hingga
saat ini sudah ada tiga siswa yang
melanjutkan ke jenjang SMA.
Setiap tahun Ibu Enny menggelar
pertemuan antara donatur dengan
para siswa asuh dan wali murid yang
sudah menerima bantuan. Kegiatan
tersebut sebagai ajang dialog dan
transparansi antara donatur dan
penerima bantuan, juga sebagai
ungkapan terima kasih atas bantuan
donatur selama mereka bersekolah.
Linda dan Prasetyo, dua siswa yang
mendapatkan bantuan beasiswa melalui
program SAS dan GGA yang
dikembangkan oleh Ibu Eny.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
35
Kelompok belajar
didampingi pendamping
sedang berdiskusi mata
pelajaran.
SMPN 5 Makale Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Kelompok Belajar Berbasis Tempat Tinggal
Oleh Ema Lapu'
Kepala Sekolah SMPN 5 Makale
SMPN 5 Makale merupakan sekolah
yang berada di wilayah pinggiran kota
Makale kelurahan Rante Kecamatan
Makale. Sekolah ini relatif terpencil,
jalan menuju ke sekolah tersebut
berliku dan mendaki sehingga para
pelajar lebih memilih berjalan kaki ke
sekolah. Ditinjau dari kondisi sosial,
ekonomi, dan pendidikan, mayoritas
orangtua peserta didik termasuk
masyarakat kelas ekonomi menengah
ke bawah dan berpendidikan rendah.
Umumnya bekerja sebagai petani dan
pekerja tambang pasir di sungai.
Kondisi tersebut mengakibatkan
sebagian besar mereka tidak
36
memperhatikan pendidikan anaknya.
Ketika pulang sekolah, anak diminta
ikut bekerja sehingga waktu belajar di
rumah sangat kurang. Kurangnya
dukungan orangtua mengakibatkan
motivasi belajar mereka menurun,
bahkan beberapa siswa sulit
menyelesaikan tugasnya dari sekolah
saat berada di rumah. Hampir semua
guru mata pelajaran mengeluh bahwa
“sedikit sekali siswa yang mengerjakan
dan mengumpulkan pekerjaan rumah”.
Berdasarkan kondisi dimaksud, dewan
guru dan pihak komite mengadakan
rapat. Agenda utama rapat adalah
mengatasi masalah kurangnya siswa
yang menyelesaikan pekerjaan rumah.
Hasil rapat menyepakati pembentukan
kelompok belajar berbasis tempat
tinggal. Kegiatan kelompok belajar
didampingi secara langsung oleh guru.
Tujuan diadakannya kelompok belajar
berbasis tempat tinggal adalah:
a. Meningkatnya persentase siswa
menyelesaikan tugas dari sekolah
dengan tepat waktu
b. Menjadikan teman kelas sebagai
tutor sebaya
c. Mengantisipasi pergaulan tidak
sehat di kalangan siswa
d. Meningkatnya hasil belajar siswa
e. Meningkatnya minat belajar dan
minat baca siswa.
Siswa dikelompokkan berdasarkan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
tempat tinggalnya. Terbentuklah 15
kelompok belajar yang masing-masing
memiliki nama sendiri, misalnya
Raflesia, Rarung dan lain-lain. Setiap
kelompok menentukan rumah belajar
di wilayahnya. Untuk menguatkan
penetapan rumah belajar, maka dibuat
surat pernyataan yang ditandatangani
antara pemilik rumah dan pihak
sekolah bahwa rumah dimaksud telah
ditetapkan sebagai “Rumah Belajar”.
Para guru pendamping membuat
jurnal kegiatan dan daftar hadir
peserta didik yang diparaf setiap
pertemuan. Kegiatan ini dipantau oleh
orangtua, komite, dan masyarakat di
sekitar rumah belajar. Mereka
merespon secara positif kegiatan
tersebut.
mengetahui mata pelajaran tertentu
seperti bahasa Inggris.
“Kadang siswa kelas VII juga ikut
mengajari kelas VIII dalam bahasa
Inggris. Tutor sebaya menjadi lebih
efektif dengan kelompok belajar ini,”
ujar Bapak Yusri, guru IPS yang
menjadi pendamping kelompok belajar
Rarung 2.
Michael Anton, siswa kelas VII,
merasakan manfaat yang besar dengan
kelompok belajar ini. “Kita bisa saling
termotivasi untuk belajar dan saling
berbagi pengetahuan. Kelompok
belajar mempercepat proses-proses
pembelajaran kami mencapai
kompetensi dasar yang diinginkan. Di
kelompok belajar, kami sering
melakukan presentasi sehingga
memupuk kepercayaan diri kami.
Dengan kelompok belajar ini,
persiapan belajar kami lebih matang
sebelum masuk kelas,” ujarnya.
Berdasarkan hasil pendampingan para
guru di setiap kelompok belajar, dan
hasil pemantauan dari berbagai pihak,
dampak yang dirasakan pihak sekolah
adalah meningkatnya persentase siswa
dalam menyelesaikan pekerjaan rumah.
Hampir semua tugas pekerjaan rumah
sekarang diselesaikan dengan baik
oleh para siswa. Sebelum ada
kelompok belajar ini, satu kelas yang
mengerjakan tugas rumah sekitar
empat sampai tujuh orang.
Setelah ada kelompok belajar ini, dari
jumlah siswa 29 orang, yang tidak
mengerjakan biasanya hanya tiga
orang. Ini menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas belajar di luar
sekolah. Kelompok belajar juga sangat
berguna bagi para siswa yang belum
Setiap kelompok belajar memiliki papan nama dan penanggung jawab pendampingnya
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
37
(Kiri dan tengah) Hasil karya siswa ABK yang luar biasa hasil pendampingan guru. (Kanan) Siswa ABK berbaur bersama temantemannya dalam pembelajaran setiap hari.
SDN 3 Rogojampi Banyuwangi, Jawa Timur
Strategi Menangani ABK, Komunikasi
Intens dengan Orangtua
Tidak mudah menangani Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK). Karena
setiap anak ABK memiliki bakat dan
potensi yang berbeda. Inilah tantangan
yang dihadapi oleh Bapak Suhariyanto,
MPd, Kepala SDN 3 Rogojampi
Banyuwangi, dan Ibu Titis Ina Ashari,
SPd, Guru Pendamping ABK, di sekolah
yang sama.
Sejak ditunjuk menjadi sekolah yang
khusus menangani anak-anak ABK oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten
Banyuwangi, Pak Suhariyanto dan para
guru bahu-membahu menangani siswa
ABK yang bersekolah di sekolah ini.
“Kami memang tidak punya sumber
daya khusus lulusan pendidikan sarjana
bidang inklusi. Namun para guru aktif
mengikuti sejumlah pelatihan terkait
38
inklusi sehingga selalu memperbaharui
pengetahuannya di bidang inklusi,”
terang Pak Suhariyanto.
Ada beberapa strategi yang
dikembangkan Pak Suhariyanto dalam
menangani anak ABK. Selain selalu
memperbarui kemampuan gurugurunya, Pak Suhariyanto menunjuk
satu guru khusus sebagai koordinator
siswa ABK yakni Ibu Titis.
“Setiap pagi Ibu Titis berkeliling
memantau perkembangan siswa ABK
di setiap kelas. Beliau mencatat
perkembangan siswa ABK setiap hari.
Beliau juga yang aktif berkomunikasi
dengan orangtua,” terangnya.
Saat ini SDN 3 Rogojampi memiliki12
siswa ABK. Ke-12 siswa tersebut
tersebar mulai kelas 1 – VI. Menurut
Bu Titis, ke-12 siswa ABK tersebut
mengikuti pembelajaran yang sama
dengan teman-temannya. “Mereka
masuk dan duduk di kelas seperti
siswa lainnya. Pada saat bekerja dalam
kelompok, mereka juga masuk dalam
kelompok-kelompok diskusi dan
mengerjakan pekerjaan yang
dikerjakan oleh teman-temannya.
Hanya bedanya, siswa ABK mendapat
pengarahan dan bimbingan khusus dari
guru kelasnya masing-masing. Namun
apabila guru kelas tidak mampu
menangani, mereka bisa meminta
bantuan saya untuk ikut mendampingi
siswa di kelas,” terangnya.
Yang membedakan siswa ABK dengan
siswa lainnya adalah sistem penilaian,
di mana setiap siswa ABK bobot
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
penilaiannya akan berbeda-beda sesuai
kemampuan dan kondisi siswa ABK.
Penilaian didasarkan pada tiga aspek
yakni psikomotor, afektif, dan kognitif.
Menurut Bu Titis, sekolah bekerja
sama dengan psikolog untuk membuat
kriteria penilaian siswa ABK. Kriteria
inilah yang dipakai untuk memantau
kemajuan siswa ABK sepanjang
semester. Setiap memasuki semester
baru, siswa ABK melakukan tes
psikologi untuk memantau
perkembangan tiga aspek tersebut.
Setelah hasil tes keluar, psikolog
bersama guru dan orangtua duduk
bersama dan berdiskusi membahas
perkembangan anak, apa saja yang
harus dilakukan orangtua dan guru,
serta permasalahan yang sering
dihadapi orangtua dan guru sehingga
bisa menemukan solusi.
Ibu Titis bersyukur Dinas Pendidikan
Kabupaten Banyuwangi membentuk
KKG Khusus Inklusi. Setiap dua bulan
sekali KKG yang beranggotakan guru
pendamping ABK ini berkumpul untuk
membahas beragam hal, di antaranya
diskusi dan tukar pengalaman
menangani ABK, membuat sistem
penilaian untuk ABK, membuat
program kerja, menimba ilmu
menangani ABK dari pakar psikologi
dan guru SLB, dan masih banyak
kegiatan positif lainnya. “KKG Khusus
Inklusi ini sangat bermanfaat untuk
saya yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan khusus inklusi,” terangnya.
Bu Titis mengakui, menangani siswa
ABK sangat tidak mudah. “Kuncinya
memang harus ekstra sabar dan
pendekatan dengan hati,” terangnya.
Menurutnya, menggali bakat siswa
ABK harus sabar dan tekun. “Ada
siswa yang ternyata berbakat di bidang
seni. Ada juga siswa yang tidak
berminat mengikuti pembelajaran
sehari-hari, tetapi dia sangat berbakat
dalam bidang bahasa,” ungkapnya.
Misalnya Danial, salah satu siswa ABK
di kelas II yang kerap ogah-ogahan
mengikuti pembelajaran dan kadang
harus mendapat perhatian khusus
dibanding siswa lain. Namun saat
pembelajaran bahasa, dia akan duduk
paling depan dan memperhatikan
pembelajaran dari awal hingga akhir.
Bahkan kemampuannya di bidang
bahasa melebihi teman-temannya.
“Danial memiliki minat dalam bidang
bahasa. Dia menguasai beberapa kata
Bahasa Inggris melebihi temantemannya. Dia juga menguasai Bahasa
Mandarin,” terangnya.
Yang tidak kalah penting adalah
komunikasi antara sekolah dengan
orangtua. Hampir setiap hari Bu Titis
menghubungi orangtua untuk
melaporkan perkembangan siswa baik
melalui telepon maupun dengan buku
penghubung. Perubahan sekecil
apapun harus disampaikan kepada
orangtua. “Sekecil apapun
perkembangan anak, harus
disampaikan ke orangtua agar
ditindaklanjuti di rumah. Misalnya anak
bisa membaca, harus disampaikan ke
orangtuanya sehingga di rumah
orangtua membimbing anaknya lagi,”
ungkap Bu Titis. Kerjasama baik antara
guru dan orangtua dapat mendukung
perkembangan siswa ABK.
Terakhir, apabila siswa ABK itu diawasi
oleh pengasuhnya, sebaiknya memilih
pengasuh yang telaten dan sabar.
“Kadang memang siswa ABK itu
melakukan hal di luar batas. Di sanalah
kesabaran dan ketelatenan diuji.
Dibutuhkan orang yang sabar dan
paham sikap mereka. Kadang asisten
rumah tangga atau pengasuh yang
belum berpengalaman menangani
siswa ABK akan tidak sabar. Bahkan
cenderung emosi. Ini harus dihindari
karena sangat mempengaruhi
perkembangan emosi anak,”
ungkapnya.
Untuk itu sekolah juga memberi
sosialisasi kepada orangtua terkait
pendamping siswa ABK sehari-hari di
sekolah maupun di rumah. Menurut Bu
Titis, beberapa siswa ABK di
sekolahnya memang ditunggu oleh
pengasuh.
“Rata-rata orangtua mereka bekerja
sehingga keseharian anak mulai di
sekolah hingga di rumah dengan
pengasuhnya. Pelan-pelan kita berikan
bimbingan dan pengarahan kepada
orangtua dan pengasuh dalam
menangani siswa ABK. Sehingga pada
akhirnya pengasuh memahami karakter
anak dan bisa lebih sabar mendampingi
anak,” terangnya.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
39
Penyerahan beras secara simbolis mewakili wali siswa kepada Kepala Sekolah.
SDN Simpang Tiga Meureudu, Pidie Jaya, Aceh
Sumbang Beras Beli Kipas Angin di Setiap Kelas
Oleh Afriyani SPd
SDN Simpang Tiga
SDN Simpang Tiga Meureudu yang
terletak di pingir jalan utama Banda
Aceh – Medan. Suasana kelas di pantai
pesisir timur tersebut, pada saat pukul
11.00 sudah terasa panas dan tidak
memberikan kenyaman bagi siswa yang
berlajar dalam kelas. Selain itu, jendela
kelas juga tertutup secara permanen
berkaitan dengan keamanan kelas.
Berlatar belakang hal tersebut maka
40
kami bersama dengan komite sekolah
menyimpulkan perlu adanya
pengadaan kipas angin di seluruh kelas
agar siswa tidak panas saat terutama
saat jam belajar demi kenyamanan dan
tentu saja berdampak pada
penyerapan ilmu bagi siswa.
Ide kami tersebut segera
ditindaklanjuti oleh komite sekolah
dengan menyetujui untuk mengundang
seluruh orangtua/wali siswa. Sesuai
arahan, pada hari H, komite dan
seluruh orangtua/wali yang telah
diundang berkumpul di sekolah.
Komite sekolah menyampaikan
permasalahan kepada orangtua/wali
siswa. Strateginya, atas saran Komite
kami mengundang para orangtua/wali
siswa untuk pertemuan jam 11.00
yang dilakukan dalam salah satu kelas.
Setelah undangan terkumpul, komite
bertanya,“Bagaimana keadaan kelas ini
saat ini?” Serentak orangtua siswa
menjawab,“Panas!”. “Beginilah keadaan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
anak-anak kita belajar pada jam 11
lewat,” jelas ketua komite sekolah
lebih terperinci, ditambah dengan
keterangan wali kelas dan saya selaku
kepala sekolah.
Akhirnya muncul suatu kesepakatan
untuk membeli kipas angin di setiap
kelas dan orangtua/wali siswa
diharapkan memberi sumbangan
serelanya dalam bentuk uang ataupun
barang tanpa memberatkan. Keesokan
harinya, orangtua/wali mulai
mengumpulkan sumbangan dan yang
menarik banyak dari orangtua/wali
siswa menyumbang beras.
Sumbangan dana dan beras yang
terkumpul seperti zakat, selanjutnya
dijual oleh panitia kecil yang telah
dibentuk oleh sekolah. Namun
ternyata uang yang terkumpul belum
cukup untuk enam buah kipas angin.
Akhirnya, komite sekolah meminta
sumbangan kepada alumni SDN
Simpang Tiga. Semua hasil perolehan
sumbangan orangtua/wali siswa dan
alumni sebesar Rp. 3.600.000,diserahkan kepada wakil sekretaris
komite sekolah, Bapak Tarmizi, MPd
yang selanjutnya membeli kipas angin
di kelas. Hasilnya, setiap kelas telah
memiliki kipas angin sehingga siswa
merasa lebih nyaman belajar, termasuk
guru kelas.
Kipas angin terpasang di semua kelas.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
41
Rapat dewan guru dengan orangtua siswa.
SD No.1 HKBP Lintongnihuta, Toba Samosir, Sumatera Utara
Tembok dan Toilet Sekolah dari
Peran Serta Masyarakat
SD Swasta No. 1 HKBP Lintongnihuta,
salah satu sekolah mitra USAID
PRIORITAS, telah melakukan beberapa
perubahan di sekolah melalui
Manajemen Berbasis Sekolah.
Setelah mendapatkan pelatihan, kepala
sekolah Bapak Riduan Sihombing SPd
sering melakukan inspeksi rutin di
lingkungan sekolah untuk melihat
kebutuhan warga sekolah.
Salah satu hasil pengamatannya adalah
antrian di depan toilet siswa. Jumlah
toilet siswa di SD tersebut memang
masih terbatas, sehingga saat istirahat
siswa terpaksa harus menunggu lebih
lama karena sedang digunakan
temannya. Kadang antrian toilet pun
terjadi di tengah jam pelajaran,
sehingga banyak siswa ketinggalan
pelajaran akibat harus mengantri
terlalu lama.
Temuan lainnya adalah siswa yang
42
sedang bermain di jam istirahat atau
sedang menunggu jemputan pulang
kadang nyaris terserempet kendaraan
yang lalu-lalang di jalan di depan
sekolah. Hal ini karena tidak ada batas
antara sekolah dengan jalan raya.
Hasil pengamatan ini disampaikan
kepala sekolah kepada orangtua dan
komite dalam rapat rutin.
Untuk menambah keasrian sekolah
dan menciptakan media pembelajaran
bagi siswa, kepala sekolah juga
mengusulkan ke komite sekolah untuk
membangun taman kecil di depan
kelas.
Bapak Riduan mengatakan sejak
bermitra dengan USAID PRIORITAS,
sekolah yang ia pimpin telah banyak
mengalami kemajuan, baik di
pembelajaran maupun Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS).
Sekolah sering mengadakan rapat yang
diikuti oleh kepala sekolah, guru,
komite sekolah, dan orangtua siswa.
Rapat-rapat ini menjadi ruang terbuka
agar orangtua siswa mengetahui
program-program yang dilakukan di
sekolah, permasalahan-permasalahan
yang dihadapi sekolah, serta hal-hal
yang perlu dibenahi dan membutuhkan
dukungan dari orangtua siswa.
Komunikasi ini juga menumbuhkan
kepedulian orangtua siswa terhadap
perkembangan sekolah.
Salah satu rapat memutuskan bahwa
untuk mendapatkan solusi pendanaan
tembok sekolah, toilet sekolah dan
taman maka pihak sekolah perlu
mengadakan sebuah acara pentas seni
untuk penggalangan dana. Kemudian
ditentukanlah hari dan teknis
pelaksanaan acara tersebut. Semua
orangtua siswa akan diundang dan
berpartisipasi aktif. Dalam rapat itu
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
pula, forum menyepakati pengadaan
penggalangan dana, seluruh siswa akan
membawa hasil panen mereka untuk
dilelang pada acara yang telah
ditentukan. Hal ini karena daerah ini
merupakan daerah pertanian sehingga
penghasilan utama dari pertanian.
Saat pentas seni sedang berlangsung
pada Oktober tahun lalu, hampir
semua orangtua siswa ikut hadir. Hadir
juga beberapa orang alumni dan
pengurus gereja. Siswa-siswa tampil
maksimal dengan bernyanyi solo,
menari, dan mini drama.
Semua orangtua siswa yang hadir ikut
berpartisipasi melelang hasil pertanian
yang mereka sumbangkan. Hasil dari
lelang ini akan dipergunakan pihak
sekolah untuk membuat pagar tembok
sekolah yang panjangnya 198 meter
serta pengadaan WC/Toilet untuk
siswa dan guru sebanyak 4 ruangan.
Pembangunan toilet dan tembok ini
akhirnya selesai pada Maret 2016.
Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam pengadaan taman sekolah.
Pengadaan Toilet untuk Guru dan Siswa sebanyak 4 Ruangan yang pengadaanya
dari hasil pentas seni untuk menghimpun daya dan dana pada Tahun 2016.
Bunga-bunga cantik di taman kecil juga
telah membuat suasana sekolah
menjadi lebih asri. Belajar pun menjadi
lebih menyenangkan. Orangtua siswa
pun dilibatkan untuk merencanakan
pembuatan taman sekolah.
Inilah tembok pagar sekolah hasil Peran Serta Masyarakat(PSM) yang
dilaksanakan oleh sekolah melalui pentas seni siswa untuk penggalangan daya
dan dana pada Tahun 2016.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
43
MTs Al Mukhtariyah Rajamandala, Cipatat, Bandung Barat, Jawa Barat
Tata Ruang Kelas Nyaman,
Belajarpun Kondusif
Oleh Didin Ridwan
MTs Al-Mukhtariyyah
Sekolah merupakan tempat
menuntut ilmu sebelum terjun ke
dunia kehidupan. Sekolah memiliki
level dan kualitasnya masing-masing.
Demikian halnya ruang kelas. Masingmasing sekolah memiliki desain ruang
kelas yang berbeda-beda
Misalnya untuk ruangan, warna yang
pas diterapkan yaitu warna-warna
terang atau warna cerah yang dapat
menaikkan mood anak saat mengikuti
kegiatan belajar, yang menciptakan
kesan nyaman di ruang kelas.
Kehadiran warna-warna tersebut
membuat ruang kelas terkesan
semarak dan menyenangkan. Siswasiswa menjadi tertarik dan
bersemangat belajar. Selain itu,
kelompok warna cerah juga mampu
menciptakan suasana yang mendorong
anak lebih kreatif, atraktif,
berkonsentrasi, dan membantu
perkembangan mentalnya menjadi
lebih positif.
Kesan nyaman di ruang kelas bisa
dengan memadukan warna-warna.
Sehingga, muncul suasana yang mampu
mendukung aktivitas belajar yang
berlangsung di dalamnya. Selain itu,
44
dengan aplikasi warna yang tepat,
semangat belajar pun akan turut
ditunjang.
Inilah yang telah dan sedang dilakukan
oleh MTs Al Mukhtariyah Rajamandala
Kecamatan Cipatat Kabupaten
Bandung Barat, yang merubah warna
dalam kelas sehingga siswa dan siswi
belajar tidak jenuh dan mengasyikan.
Sebagaimana yang terlihat pada
gambar di samping ini.
Dari kedua gambar di samping terlihat
jelas perbedaan yang sangat mencolok,
gambar kelas sebelum ada perubahan
sangat tidak menarik dan membuat
guru bahkan siswa tidak akan betah
lama di dalamnya. Sedangkan gambar
yang telah mengalami perubahan
terlihat jelas bahwa ruang kelas
menjadi cerah, menarik dan
menyenangkan.
Dengan perubahan warna yang sesuai,
anak lebih antusias dan semangat
dalam belajar dan terhindar dari
kejenuhan. Ini terlihat dari pengakuan
anak kelas VIII dan IX yang telah
mengalami perubahan dalam kelasnya.
Mereka mengaku perubahan warna
ruang kelas meningkatkan semangat,
pikiran dan memudahkan mencerna
pelajaran.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Kelas VIII
Sebelum
Sesudah
Kelas IX
Sebelum
Sesudah
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
45
Salah seorang siswa yang membutuhkan
pelayanan khusus di sekolah kami.
SDN 5 Seunuddon, Aceh Utara, Aceh
Buklet Khusus untuk Siswa yang
Membutuhkan Layanan Khusus
Oleh Juairiah SPd SD,
Fasda dan Guru SDN 5
Seunuddon
Sejak bermitra dengan USAID
PRIORITAS pelayanan kepada siswa
yang butuh perhatian khusus menjadi
salah satu fokus di sekolah kami.
Cerita ini berawal dari kisah salah
seorang siswa bernama Ikhwandi. Dia
adalah anak yatim dan ibunya tidak
dapat membaca. Siswa kelas IV
tersebut memang agak kesulitan untuk
belajar. Kami mulai membantu
Ikhwandi dengan membiasakannya
untuk belajar mengenal huruf selama
30 menit sebelum pembelajaran
dimulai setiap pagi.
Langkah selanjutnya, Ikhwandi mulai
menulis ulang satu kalimat yang ada
pada buku. Walaupun masih banyak
huruf yang tertinggal. Ikhwandi juga
belajar membaca satu kata dan menulis
kata tersebut secara berulang-ulang
hingga satu halaman buku. Setiap pagi
46
hal itu dilakukannya sebelum masuk
kelas. Rutinitas pagi untuk Ikhwandi ini
tidak begitu mengembirakan. Dia
mengalami kesulitan pada saat
mengeluarkan suara ketika ingin
membaca dan tangannya gemetar
ketika ingin menulis, sehingga tangan
kirinya harus menopang tangan kanan.
Kami terus berusaha untuk merubah
pola belajar Ikhwandi secara terusmenerus. Namun hasilnya kurang
memuaskan.
Berbekal pelatihan sebagai fasilitator
daerah, saya menemukan sebuah
inovasi baru untuk siswa yang
membutuhkan pelayanan khusus
tersebut. Terutama karena rendahnya
minat belajar siswa yang disebabkan
hanya menggunakan buku teks sebagai
sumber belajar. Inovasinya adalah
dengan menggunakan buklet membaca
gambar. Misalnya, buklet bagian
tumbuhan, saat siswa melihat gambar
akar maka dia menyebutkan kata
“Akar.” Kemudian siswa menulis kata
akar tersebut secara berulang-ulang.
Dilanjutkan dengan membaca kata
“Batang” dan seterusnya hingga
sempurna bagian-bagian pohon
dengan cara yang sama.
Dengan cara ini ternyata hasilnya
signifikan, Ikhwandi mulai senang
belajar, minat bacanya mulai tumbuh
sehingga ia sudah mau belajar bersama
teman pada waktu-waktu senggang.
Kemampuan membacanya pun mulai
tampak, Ia telah mampu membaca kata
tanpa eja walaupun agak sedikit
lambat dan gagap karena
kekurangannya.
Kini metode tersebut bukan hanya
kami terapkan kepada siswa yang
membutuhkan layanan khusus, akan
tetapi juga pada siswa kelas awal.
Inovasi ini membat pola pikir siswa
mengalami perubahan, mereka senang
bercerita dan minat baca siswa mulai
tumbuh dengan memanfaatkan waktu
luang untuk membaca.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Membantu
Guru
Kepsek di sebelah kanan sedang
mengamati guru mengajar.
SDN Banjar Agung 4, Serang, Banten
Supervisi Kelas Optimalkan Mutu Pembelajaran
Nama saya Ibu Murnawati, kepala
SDN Banjar Agung 4, salah satu
sekolah mitra LPTK USAID
PRIORITAS. Untuk meningkatkan
proses dan hasil pembelajaran di
sekolah, saya melaksanakan kegiatan
rutin yakni supervisi kelas. Hal ini saya
lakukan untuk mengetahui kemajuan
dalam proses belajar mengajar.
Jumlah guru yang mengajar di sekolah
saya ada 14 orang yang terdiri atas 12
guru kelas, 1 guru olahraga dan 1 guru
agama. Kompetensi guru di sekolah
saya beragam dan tidak melulu guru
yang berpengalaman. Ada guru yang
baru lulus kuliah dan langsung
mengajar namun ada pula guru yang
48
sudah lebih dari 20 tahun mengajar.
Setiap kelas berjumlah antara 25-35
siswa.
Sebagai kepala sekolah, saya
melakukan supervisi secara formal
yang bersifat rutin kepada setiap guru
satu semester dua kali. Supervisi
rutin saya lakukan untuk mengecek
administrasi dan kegiatan
pembelajaran di kelas. Saya juga
melakukan supervisi informal yakni
datang ke kelas-kelas tanpa
sepengetahuan guru. Supervisi
informal dilakukan sebulan dua kali.
Hal ini saya lakukan untuk mengetahui
sejauh mana guru melaksanakan
pembelajaran secara profesional.
Berikut langkah pelaksanaan supervisi
formal: (1) Saya membuat jadwal
pelaksanaan program supervisi. (2)
Saya melakukan sosialisasi program
supervisi dalam rapat guru satu bulan
sebelum pelaksanaan supervisi formal
agar guru bersiap diri. (3) Hasil
supervisi saya sampaikan secara
personal kepada guru yang
bersangkutan apabila guru tersebut
memiliki kelemahan dalam
administrasi dan pembelajaran (face to
face). (4) Keseluruhan supervisi saya
sampaikan dalam forum terbuka di
rapat evaluasi guru. Dalam rapat
tersebut saya menyampaikan apresiasi
berupa pujian kepada guru yang sudah
berhasil melaksanakan pembelajaran
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
dan kelengkapan administrasi dengan
baik. Kelengkapan administrasi yang
dimaksud seperti daftar hadir siswa di
kelas, buku nilai, buku penunjang
pembelajaran, daftar kunjungan ke
rumah siswa, RPP dan silabus.
memanfaatkan media pembelajaran
yang menarik siswa. Terkadang
pembelajaran dilakukan di luar kelas
dengan mengamati lingkungan sekolah.
Hasilnya siswa mengalami peningkatan
prestasi dalam pembelajaran.
Supervisi informal dilakukan sebulan
dua kali dengan cara mengunjungi
kelas-kelas secara bergantian. Biasanya
saya mengunjungi kelas yang masih
monoton dan belum menerapkan
pembelajaran secara PAKEM. Hasil
supervisi informal saya catat dan
diskusikan bersama guru yang
bersangkutan. Jika dalam supervisi
informal saya menemukan guru yang
sudah baik mengajarnya dan punya
kelengkapan administrasi, saya
biasanya akan menyampaikannya
dalam rapat bulanan guru-guru agar
guru lain dapat mencontoh guru
tersebut. Menurut saya, guru harus
mengajar sesuai PAKEM yang menarik
siswa sehingga siswa jadi termotivasi
dalam belajar.
Dampak dari supervisi yang saya
lakukan adalah guru jadi terpacu
untuk melaksanakan pembelajaran
Metode PAKEM diperkenalkan dalam
program USAID PRIORITAS sejak
tahun 2012. Dulu pelaksanaan
pembelajaran masih berlangsung
secara klasikal dan monoton, hanya
ceramah di kelas. Ini yang tidak saya
sukai. Saat mengamati pembelajaran di
kelas yang klasikal, saya melihat
sebagian besar siswa tidak menyimak
dengan baik pengajaran yang
berlangsung di kelas. Setelah dilatih
oleh USAID PRIORITAS berangsurangsur guru mulai menerapkan
pembelajaran berkelompok dan
lebih baik lagi dan mengelola
administrasi sesuai prosedur. Selain itu,
guru memperoleh umpan balik yang
bermanfaat dalam mengelola
pembelajaran. Melalui supervisi, guru
dapat mengoptimalkan pembelajaran
yang lebih bermutu lagi. Supervisi
informal dan formal itu perlu untuk
mengadakan pembaharuan dalam
mengajar sehingga lebih kreatif lagi.
Kepala sekolah duduk di belakang kelas mengamati guru mengajar.
Membantu Guru
49
MI Asih Putera mendorong kreativitas guru dengan melakukan lomba membuat media pembelajaran kreatif. Salah satu
media pembelajaran yang dilombakan adalah tentang menghitung sudut dalam sebuah jam analog.
MI Asih Putera Cimahi, Jawa Barat
Buat Lomba Kreativitas Guru
Ada suasana berbeda di aula MI Asih
Putera Cimahi siang itu (20/4/2016).
Beragam alat peraga atau media
pembelajaran terpajang di dinding
sekeliling ruangan, bahkan sebagian lagi
tergeletak di lantai ruangan beralas
karpet warna merah. Sekelompok guru
duduk berderet menunggu giliran
untuk mempresentasikan dan
memeragakan media pembelajaran
buatannya di hadapan para juri. Apa
yang dilakukan guru-guru di MI Asih
Putera itu sungguh patut ditiru.
“Kami undang guru mentor kami, guru
senior dari madrasah lain, serta kepala
50
biro kurikulum dan layanan
pendidikan Yayasan Asih Putera untuk
menjadi juri. Kami juga mengundang
fasilitator daerah dan Teacher Training
Officer Primary School (TTO-PS) dari
USAID PRIORITAS untuk dapat
menyaksikan lomba ini sekaligus
memberi dukungan semangat dan
motivasi kepada kami,” kata Ibu Iis Siti
Aisyah, kepala MI Asih Putera, saat
membuka pelaksanaan ekspose dan
presentasi pengembangan dan
pembuatan media pembelajaran
kreatif di madrasahnya.
Kepada setiap tim guru, madrasah
memberi modal Rp. 100.000,- untuk
membeli bahan dasar dalam
pembuatan media pembelajaran
kreatif. “Kesulitan kami bukan pada
pembuatannya, tetapi penemuan
gagasannya. Kesulitan kami terbayar
sudah ketika kami berhasil
mewujudkan gagasan media yang kami
kembangkan, membuat murid senang
dan mudah dalam belajar,” ucap Ibu
Ratu Siti Nurkhotimah, guru kelas III
yang berhasil mengembangkan
sejumlah media pembelajaran kreatif.
Bapak Sodikin, guru kelas VI,
menuturkan bahwa media
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
pembelajaran matematika yang
dikembangkannya dibuat dari bahan
sangat sederhanya, yaitu tutup kardus
kertas fotokopi yang diberi sekatsekat sesuai dengan kebutuhannya,
ditambah dengan sejumlah kerikil
warna-warni. Alat ini dapat
dipergunakan untuk menunjukkan
secara sederhana namun konkret dan
jelas berbagai operasi hitung dalam
pembelajaran matematika.
“Meskipun baru sekarang saya ikutkan
lomba, alat ini telah saya manfaatkan di
kelas. Hasilnya sangat efektif. Siswa
semakin senang belajar matematika
dan pemahamannya meningkat.
Mereka juga bisa bermain
menggunakan alat ini di luar jam
pelajaran dan tanpa sadar bahwa
mereka sesungguhnya sedang belajar,”
tutur Pak Sodikin.
Pada lomba kali ini para guru berhasil
membuat lebih dari 12 media
pembelajaran. Misalnya, Matematika:
Tangga Satuan Ukuran, Jam Serba
Guna, Kotak Operasi Hitung, Botol
Pengukur Debit, dan Kantong Nilai
Tempat. IPS dan Bahasa Indonesia:
Roda Berputar, Vocab Card, Puzzle
Kalimat, Big Book, serta Papan Kata
dan Kalimat. IPA: model peredaran
darah manusia. Pendidikan Agama
Islam: Pohon Rukun Islam, Kuartet
Sejarah Nabi, dan Papan Permainan
Muamalah Syar'iyah.
Guru-guru yang tergabung dalam satu tim asyik menyusun media
pembelajaran kreatif.
Membantu Guru
51
Perawatan tanaman sayur
oleh anggota paguyuban.
SMP Taman Siswa, Banjarnegara, Jawa Tengah
Asyiknya Bercocoktanam Sembari
Menguatkan Tiga Pilar Pendidikan
Oleh Rachmat Eko Budiyanto
Pengawas SMP Banjarnegara dan
Fasda USAID PRIORITAS
“Pembelajaran IPA menjadi
menyenangkan, ketika kita belajar
memanfaatkan lingkungan sekolah,
yang ternyata asyik buat pengamatan
dan penelitian langsung,” kata
Rudianto, siswa kelas IX C SMP Taman
Siswa (SMP TSB) sambil tersenyum
usai belajar IPA di luar kelas.
Bentuk peran serta masyarakat untuk
menguatkan tiga pilar pendidikan (ing
ngarso sung tulodo, ing madyo mangun
karso, tut wuri handayani) yang
52
disebutkan Ki Hajar Dewantara tidak
semata sumbangan dana; tetapi bisa
berupa pemikiran, tenaga dan juga
material. Hal tersebut yang dilakukan
di SMP TSB.
Lingkungan sekolah SMP TSB gersang
dan kotor. Tak banyak tumbuhan di
lingkungan sekolah. Banyak yang
membuang sampah seenaknya dan
tidak pada tempatnya. Untuk
membenahi lingkungan sekolah
tersebut, SMP TSB melakukan
penguatan peran orangtua melalui
kegiatan paguyuban kelas. SMP TSB
mengadakan kegiatan menanam di
sekitar lahan sempit sekolah. Supaya
tanaman yang ditanam berdaya guna,
maka jenis sayuranlah yang dipilih.
Kegiatan paguyuban kelas ini bukan
hanya bertanam saja, tetapi proses
bertanam dan pemasarannya
digunakan untuk sarana pembelajaran.
Kegiatan ini dimulai pada tahun
pelajaran 2014/2015.
Berikut adalah proses perencanaan
dan pelaksanaannya:
1.
Sebelum kegiatan dilaksanakan,
fasilitator daerah, kepala sekolah,
perwakilan guru dan perwakilan
paguyuban kelas bertemu untuk
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
mengidentifikasi permasalahan
yang berkaitan dengan lingkungan
sekolah yang gersang dan kotor.
2.
3.
Disepakati paguyuban kelas
bertanam sayur mayur (serai,
lombok, tomat, bawang, jahe,
caisim, kol, dan lain-lain) di lahan
sekolah. Proses bertanam sayur
dan pemasarannya sekaligus
dipakai sebagai sumber belajar
bagi siswa.
Kegiatan dimulai dengan
menyiapkan lahan, membeli
polybag, peralatan tanam, media,
pupuk dan bibit. Dalam persiapan
ini siswa sudah dilibatkan untuk
kerja bakti penyiapan lahan.
Anggota paguyuban kelas
bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan tanaman, seperti
menyiram, mengendalikan hama
dan penyakit supaya tanaman
tumbuh subur.
4.
Saat tanaman tumbuh, beberapa
guru mata pelajaran yang
kompetensi dasar/materinya
sesuai, menggunakan kebun
sekolah sebagai sumber belajar.
Guru mengajak siswanya untuk
belajar di kebun sebagai
pelengkap proses belajar di kelas.
5.
Bukan hanya saat tanaman masih
dipelihara, saat panen pun
digunakan untuk proses belajar.
Para siswa mempraktikkan
kegiatan ekonomi pasar melalui
transaksi jual beli hasil panen.
Ternyata kegiatan ini meningkatkan
kepedulian orangtua terhadap
pendidikan anaknya. Orangtua menjadi
terbiasa datang ke sekolah secara
terjadwal dan sekaligus
memperhatikan kegiatan pembelajaran
di kelas anaknya.
Selain itu, kualitas pembelajaran
meningkat. Khususnya dalam
pembelajaran yang konstekstual
dengan lingkungan sekolah. Siswa dan
guru menjadi leluasa menggunakan
lingkungan sekitar, baik lingkungan
hidup dan lingkungan sosial sebagai
sumber belajar yang berlimpah.
untuk tambahan dan pengembangan
biaya konservasi. Sekarang lingkungan
sekolah lebih hijau, segar, dan bersih.
“Saya sungguh senang dan menikmati
kegiatan bertanam di sekolah ini. Tidak
disangka orangtua dari desa seperti
saya bisa dilibatkan di sekolah,” kata
Ibu Prasetyo, orangtua Miftah siswa
kelas IX-A.
Keterlibatan paguyuban kelas ternyata
mempunyai dampak yang sangat
positif. Selain tugas sekolah menjadi
ringan karena berbagi peran, suasana
kekeluargaan pun semakin erat.
Dengan semakin sering berinteraksi,
semakin memudahkan untuk saling
berbagi antara pihak sekolah dan
masyarakat.
“Dari usaha konservasi lingkungan
sekolah ini SMP TSB telah memetik
hasilnya. Selain lingkungan sekolah
menjadi asri, juga beberapa kali telah
melakukan panen. Panen dilakukan
oleh paguyuban kelas dan para guru
yang sedang jeda mengajar. Ternyata
baik paguyuban maupun guru sangat
antusias, hitung-hitung sebagai
refreshing,” kata Ibu Emi Listiyati,
Kepala MTs Taman Siswa.
Penjualan sayuran masih sangat
terbatas yakni kepada keluarga besar
SMP TSB. Hasil penjualan dikembalikan
Orangtua kerjabakti menyiapkan lahan
untuk bercocoktanam sayur mayur.
Membantu Guru
53
MTsN 2 Tangerang, Banten
Galang Program Orangtua Mengajar
Melibatkan peran serta masyarakat
untuk meningkatkan kualitas
pendidikan menjadi indikator
keberhasilan manajemen sekolah yang
sudah dilatihkan USAID PRIORITAS.
Hal itu menginspirasi MTsN 2
Tangerang menggagas program
orangtua mengajar. Sedikitnya ada 15
orangtua yang berasal dari berbagai
profesi pekerjaan dan tampil
berpartisipasi dalam acara orangtua
mengajar.
Ibu Ayu Cipta yang berprofesi sebagai
jurnalis mengaku senang dan bangga
terlibat dalam program orangtua
mengajar. Ia pun memperluas wawasan
siswa tentang peran wartawan dalam
melakukan peliputan dan cara menulis
berita. “Para siswa tampak sangat
antusias belajar menulis berita,” kata
wartawati Tempo tersebut.
Beberapa orangtua tidak menyangka
bahwa mereka juga terlibat untuk
mengajar di kelas sebagaimana
layaknya guru. Seperti yang
disampaikan Bapak Dadang Akhdiat,
yang bekerja di Badan Pusat Statistik
(BPS) Tangerang, “Saya dari dulu
bercita-cita ingin jadi guru. Baru
sekarang terwujud dengan diberikan
kesempatan mengajar. Kami jadi
ketagihan untuk mengajar kembali di
sini.”
54
Ayu Cipta, wartawati sedang tampil mengajar di depan siswa.
Sementara siswa mengaku senang
karena mendapatkan wawasan dan
pengalaman baru mengenai berbagai
profesi pekerjaan. “Saya senang dan
tertarik dengan program orangtua
mengajar ini karena saya belajar
tentang pengalaman profesi yang jadi
inspirasi di kemudian hari,” cerita
Maryam Adelweis, siswa kelas VII.
Program yang dimulai awal tahun
2016 ini, akan menjadi agenda rutin
madrasah. Para orang tua di setiap
kelas diundang untuk membagikan
kemampuan dan pengalaman yang
dimilikinya. ”Topiknya juga disesuaikan
dengan topik yang pembelajaran yang
diajarkan guru. Kegiatan ini
memperkaya wawasan dan membantu
guru memperkaya sumber
pembelajaran,” kata Bapak Mulyadi
SAg MPd, yang menjabat kepala MTsN
2 Tangerang pada 2016.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Program orangtua mengajar di MTsN Tigaraksa dalam rangka Hari Guru Nasional.
Membantu Guru
55
(Kiri) Siswa SMPN 2 Sumber mengangkat buku yang mereka baca dalam aktivitas membaca
bersama. (Kanan) Salah satu pojok baca di SMPN 2 Sumber.
SMPN 2 Sumber, Cirebon, Jawa Barat
Kepemimpinan Pembelajaran
Dongkrak Kinerja Sekolah
Toto Hartanto Ahmadi
SMPN 2 Sumber
Seiring dengan program USAID
PRIORITAS, SMPN 2 Sumber berupaya
melakukan perbaikan-perbaikan
manajemen sekolah ke arah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Sekolah melakukan reorientasi
penyelenggaraan pendidikan dengan
melibatkan peran serta masyarakat.
Masyarakat memegang peran penting
dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan pendidikan, terutama
membantu sekolah membangun
moralitas siswa, termasuk membantu
memenuhi keperluan pendidikan anakanaknya.
56
Kepala sekolah Bapak Heri Purnama
menunjukkan komitmen tinggi untuk
meningkatkan peran serta masyarakat,
bekerjasama dengan orangtua dan
masyarakat luas, menciptakan suasana
kondusif dan menyenangkan bagi
peserta didik dan warga sekolah. Ia
berupaya keras agar masyarakat tidak
hanya memanfaatkan jasa sekolah
dengan memasukkan anak-anaknya ke
sekolah dan berkonsultasi tentang
masalah pembelajaran yang dialami
anaknya. Tetapi masyarakat bisa
berpartisipasi dalam perawatan dan
pembangunan fisik sekolah dengan
menyumbangkan dana, barang,
dan/atau waktu dan tenaga, bahkan
orangtua bisa terlibat dalam kegiatankegiatan sekolah, termasuk
pembelajaran. Semua aspek
manajemen sekolah ini diarahkan
untuk kepentingan pembelajaran
sebagai inti proses pendidikan sekolah.
Pembelajaran
Di SMPN 2 Sumber pembelajaran
dimulai pada jam pertama dengan
pembiasaan. Siswa di setiap kelas
membaca Al Quran. Pada proses
pembelajaran seluruh guru sudah
menggunakan pembelajaran aktif.
Siswa berinteraksi dengan sumber
belajar, menggali pikirannya sendiri,
mencari informasi tambahan,
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
memecahkan masalah,
mengembangkan pertanyaan atas
informasi yang diperoleh, berdiskusi
kelompok, dan presentasi. Siswa juga
memajangkan hasil pekerjaannya yang
tertata dengan baik di lingkungan
sekolah.
Seluruh ruang kelas di SMP Negeri 2
Sumber sudah menciptakan lingkungan
kelas yang mendorong siswa belajar.
Pengaturan perabot dan tempat
duduk yang bervariasi yang
memungkinkan siswa dapat melakukan
diskusi, memudahkan siswa bermain
peran, berdebat atau observasi
aktivitas kelompok.
Alat dan bahan yang dibutuhkan guru
dalam pelaksanaan pembelajaran di
kelas, sekolah sudah menyediakan
khusus melalui koperasi sekolah di
antaranya kertas plano, kertas warna,
spidol, lem, cutter, gunting
Perpustakaan
Untuk mengoptimalkan perpustakaan,
sekolah membuat perpustakaan lebih
menarik dan mudah diakses oleh
siswa, menambah koleksi buku-buku
yang menarik baik fiksi maupun non
fiksi, ada tempat baca lesehan,
penambahan buku siswa melalui infak
buku dari siswa untuk siswa, dan
penambahan buku dari para
mahasiswa IAIN Cirebon yang telah
selesai melakukan kerja penelitian.
Mahasiswa juga membantu
menyediakan papan pajang hasil karya
siswa.
Budaya Baca
Kepala sekolah memiliki komitmen
yang tinggi dalam mensukseskan
program budaya baca. Beliau
mensosialisasikan program budaya
baca kepada orangtua siswa melalui
komite sekolah. Beliau juga berinisiatif
membuat pojok baca di dalam kelas
yang berisi buku-buku non paket.
Pojok baca ini dimanfaatkan oleh
siswa dengan baik. Sekolah membuat
lorong baca, membuat taman baca dan
memajang buku-buku bacaan di
tempat yang mudah dijangkau,
mengadakan lomba, dan pameran
buku. Sekolah bekerjasama dengan
Bank Jabar Banten (BJB) untuk
pengadaan payung pada taman baca
dan bekerjasama dengan Garuda Food
dalam pengadaan kanopi untuk
penutup rak bacaan pada lorong
baca/taman baca.
Peran Serta Masyarakat
Untuk memperoleh informasi ilmu
pengetahuan dari berbagai bidang yang
dapat berguna dan bermanfaat untuk
seluruh warga sekolah, sekolah
menjalin kerjasama dengan pihak
terkait. Sekolah bekerja sama dengan
POLSEK Sumber untuk memberikan
wawasan tentang tata tertib berlalu
lintas, bahaya narkoba dan bela negara.
Kerjasama dengan KORAMIL Sumber
untuk memberikan wawasan
pengenalan penggunaan senjata
organik TNI dan jenis-jenis senjata.
Sekolah juga bekerjasama dengan
PUSKESMAS Sumber untuk
memberikan wawasan tentang
kesehatan dan bantuan kacamata gratis
sebanyak 200 siswa. Selain itu ada
beberapa bantuan dari masyarakat
melalui paguyuban kelas di antaranya:
bangunan ruang guru seluas 3m X 12
m dan pengadaan alat marching band
sekolah serta pengadaan peralatan
karawitan.
Lingkungan sekolah
Sekolah menunjuk seorang
koordinator (Sri Agustin Mulyaningsih,
S.Pd) yang bertanggungjawab untuk
menangani kebersihan, ketertiban,
keamanan, kerindangan sehingga
sekolah menjadi nyaman. Siswa-siswa
juga menjadi betah di sekolah dengan
adanya fasilitas WC yang bersih,
wastafel, tempat sampah dan ventilasi
udara yang baik. Kegiatan lomba
penataan kelas dilaksanakan. Halaman
kelas ditanami dengan apotik hidup
serta warung hidup. Siswa diajak untuk
praktik pembuatan kompos cair.
Prestasi non akademik
MBS telah mendorong prestasi non
akademik. Berbagai prestasi telah
diraih, di antaranya:
 Juara III Olimpiade matematika di
SMA Yadika Cirebon tahun 2015;
 Juara III lomba dongeng DISDIK
Balai pengembangan bahasa daerah
dan kesenian dalam basa pada
tahun 2015
 Juara I dan Juara III Lomba pidato
bulan bahasa di UNSWAGATI
Cirebon tahun 2015.
Membantu Guru
57
Peserta MGMP IPA
melakukan pengamatan
langsung di lapangan
saaat pembelajaran.
SMPN 4 Lumajang, Jawa Timur
Atmosfer USAID PRIORITAS Mewarnai Efektivitas
Pengelolaan Kinerja MGMP IPA Kabupaten Lumajang
Oleh Rr. Suindah Wijayanti
SMPN 4 Lumajang
Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) adalah salah satu wahana
yang baik untuk mengembangkan
keprofesionalan guru secara
berkelanjutan. Namun, seringkali
MGMP belum bisa berperan efektif
dalam membantu guru
mengembangkan diri. Peran yang
belum maksimal ini disebabkan
pengelolaan MGMP yang masih belum
baik. Seringkali MGMP dibiarkan begitu
saja tanpa perencanaan dan dukungan
yang memadai. Oleh karena itu
kegiatan MGMP hendaknya diupayakan
bersifat praktis, yaitu kegiatan yang
58
dibutuhkan dan dapat diterapkan
langsung oleh guru dalam
melaksanakan tugas mereka. Dengan
demikian, guru akan merasa perlu
untuk selalu hadir dalam setiap
kegiatan MGMP yang diselenggarakan.
Atmosfir USAID PRIORITAS
mewarnai kegiatan-kegiatan MGMP
IPA SMP Kabupaten Lumajang. Sebab
85 % anggota dan pengurus telah
mendapatkan pelatihan dan diseminasi.
Melalui pelatihan tersebut semua
kebutuhan dan permasalahan
pembelajaran teridentifikasi sehingga
pengurus dan anggota pun memahami
bagaimana mengelola MGMP secara
efektif, kreatif dan sesuai kebutuhan.
Saya adalah salah satu fasilitator
USAID PRIORITAS. Berikut adalah
pengalaman saya sebagai pemandu
MGMP sekaligus pengurus MGMP.
Saya mulai menyampaikan
pengetahuan dan keterampilan yang
saya peroleh dari pelatihan kepada
para pengurus. Saya sampaikan usulanusulan untuk meningkatkan
pelaksanaan MGMP. Saya ajak
beberapa guru peserta untuk
membahas ide-ide meningkatkan mutu
MGMP, termasuk kegiatan-kegiatannya.
Peran Kepala sekolah sangat penting
untuk mengirimkan guru-guru dalam
kegiatan MGMP. Saya mengajak diskusi
para kepala sekolah melalui forum
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Musyawarah Kepala Sekolah (MKKS).
Sebab kepala sekolah bertanggung
jawab untuk membantu guru dalam
merespon hasil PKB-nya. MGMP
adalah tempat yang cocok bagi guru
untuk mencari solusi pemecahan
pembelajaran di kelas. Di kegiatan
MGMP saya selalu melibatkan kepala
sekolah, khususnya dalam
perencanaan. Saya juga mendorong
Kepala Sekolah untuk mengaktifkan
kegiatan MGMPS.
Setelah berdiskusi dengan para
pengurus MGMP dan para kepala
sekolah, MGMP IPA kami berjalan
dengan lebih baik. Kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh pengurus
MGMP untuk membenahi mutu
diantaranya:
identifikasi permasalahan di
sekolah dengan lembar kerja.
3. Diskusi temuan permasalah materi
IPA dalam pembelajaran dengan
penyelesaian masalah. Setelah
pembahasan masalah biasanya
peserta MGMP menyusun
perbaikan rencana mengajar,
termasuk lembar kerja.
4. Mengembangkan media
pembelajaran dalam
tim/kelompok (mengujicobakan
kegiatan baru contohnya,
percobaan IPA).
5. Adu presentasi pemaparan hasil
penerapan konsep IPA.
6. Kadang-kadang melakukan kegiatan
outdoor.
7. Mengunjungi sekolah-sekolah yang
mempraktikkan pembelajaran Aktif
melalui kegiatan lesson study.
8. Membahas ide/wawasan baru yang
diunduh dari internet atau diambil
dari buku baru, di bidang IT.
1. Mempraktikkan ketrampilan
informasi dengan model Lesson
Study. Kegiatan diawali dengan
simulasi di pertemuan sebelum
praktik. Simulasi didampingi oleh
fasda yang kebetulan juga pengurus
MGMP dengan mempraktikkan
dan mengimplementasikan
modul1,2 dan 3. Kegiatan kedua
adalah mepraktikkan lesson study.
Dalam praktik ini observer
menggunakan lembar observasi
dari USAID PRIORITAS.
Observasi dilakukan oleh sejawat.
Setelah praktik dilakukan refleksi.
2. Jika praktik mengajar divideokan,
maka dilakukan pengamatan video.
Pengamatan difokuskan kepada
proses pembelajaran dan
Kegiatan MGMP IPA dimana Roro Suindah terlibat aktif di dalamnya.
Membantu Guru
59
Bendera putih dengan tiga bintang untuk kelas terbersih dan terapi administrasi.
SMPN 1 Sampoiniet, Aceh Jaya, Aceh
Bendera Bintang Putih untuk Kelas
Bersih dan Administrasi Rapi
Oleh Sri Indrayati SPd
SMPN 1 Sampoiniet, Aceh Jaya
Selama ini siswa dianggap kurang
peduli terhadap kelasnya. Tugas petugas
piket kelas sebatas membersihkan
kelas. Mereka tidak peduli terhadap
keamanan kelas, kerapian kelas
termasuk di dalamnya merapikan
kembali sudut baca, karya siswa dan
papan pajangan. Selain itu, sikap dan
tanggung jawab serta kerjasama dalam
menjaga kebersihan kelas juga sangat
kurang. Termasuk kurangnya kontrol
dari guru piket dan wali kelas terhadap
kelas yang seharusnya menjadi
tanggung jawab bersama. Wali kelas
hanya berfungsi sebagai guru yang
mewakili kelas saja, tanpa adanya
tanggung jawab lain. Demikian pula
60
dengan guru. Guru hanya peduli
dengan perangkat pembelajaran (RPP,
Media, LKS) saja. Ia tidak menyadari
bahwa sebenarnya ada tugas lain di
luar mengajar yang mengharuskan
seorang guru untuk mengajak siswa
menjaga kebersihan kelas dan
lingkungan sekolah. Selain itu, tidak
pula semua guru melengkapi
administrasi kelasnya, misalnya daftar
hadir siswa yang harus selalu terbarui,
data siswa, agenda harian guru/jurnal
guru, daftar nilai, penilaian sikap dan
sosial siswa.
Untuk menanggulangi masalah
tersebut, maka kami membuat suatu
penilaian setiap akhir semester dan
mendapatkan reward dengan
penandaan bendera putih yang di
pasangkan di depan kelas yang
terbersih, rapi dan lengkap
administrasi kelasnya. Tujuannya adalah,
agar siswa sadar dan peduli akan
kebersihan lingkungan sekolah
terutama lingkungan kelasnya sembari
menumbuhkan budaya bersih dan
peduli terhadap lingkungan yang dapat
menjadi suatu pembiasaan bagi siswa.
Tujuan lainnya, mengajak dan
melibatkan semua guru untuk peduli
terhadap kebersihan dan adminstrasi
kelas. Cara ini juga memberikan
tanggung jawab kepada guru untuk
dapat melengkapi semua kewajibanya
sebagai seorang wali kelas. Sebagai
pengingat bagi siswa, maka kepala
sekolah menempelkan indikator yang
menjadi penilaian kelas di depan pintu
masuk seluruh kelas, agar siswa dan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
guru dapat melihat dan melengkapi
kekurangan di kelas.
Langkahnya, pada saat upacara
bendera, saya sebagai kepala sekolah,
menjelaskan tujuan dari pada
perlombaan kelas bersih dan kelas
lengkap administrasi. Saya menjelaskan
pula indikator yang harus dipenuhi.
Setidaknya ada 12 indikator yang
digunakan, di antaranya: kelas harus
memiliki papan pajangan, sudut baca,
sudut hasil karya siswa. Dari sisi wali
kelas, wali kelas harus melengkapi
daftar hadir siswa, roster mata
pelajaran, data siswa, daftar nilai,
agenda harian/catatan siswa, adanya
jurnal penilaian sikap dan sosial siswa.
Penilaian dilakukan mulai pagi hari
(petugas piket bertugas memeriksa
indikator yang sudah dilaksanakan
oleh wali kelas dan siswa). Kemudian
penilaian berlanjut lagi siang hari,
demikian seterusnya, dilakukan secara
bergantian oleh petugas piket sekolah.
Pengawas dan kepala sekolah juga
melakukan penilaian secara khusus
pada saat supervisi guru di kelas.
Indikator yang sudah diberi tanda cek
oleh petugas setiap bulannya akan
direkap. Hasil rekapan tersebut dipakai
untuk menentukan kelas mana yang
mendapatkan juara kelas bersih, rapi
dan lengkap administrasi kelasnya. Di
akhir semester kelas tersebut
mendapatkan reward dan mendapat
tanda “Bendera Putih” yang
dipasangkan di depan kelas tersebut.
Dampak dari kegiatan tersebut, siswa
sudah mulai peduli akan pentingnya
budaya bersih dan kerja sama antar
siswa di kelas mulai terasa. Terlihat
dari kelas yangg bersih, rapi pajangan
hasil karya dan sudut baca tersusun
dengan rapi (siswa meletakkan
kembali buku yang sudah dibaca ke
sudut baca). Guru sudah mulai
memperhatikan administrasi kelasnya;
sudah memiliki buku catatan harian
siswa, jurnal sikap siswa, dan
kewajiban lainnya. Semua guru juga
mendapatkan tugas dan kewajiban
yang sama pada saat piket kelas untuk
melakukan penilaian kelas.
Ibu Jurika, salah seorang guru
matematika dan juga wali kelas VII
menyampaikan kebanggaannya,
“Selama ini kami
sudah mendapatkan
berbagai pelatihan
dan menerapkannya
dalam pembelajaran
di kelas. Namun ada
satu hal yang
mungkin terlewatkan
yaitu membentuk
karakter dan pesanpesan moral pada
siswa yang salah
satunya adalah
bagaimana
menerapkan budaya
bersih secara
bersama yang dimulai
dari lingkungan
kelas.” Senada
dengan Ibu Jurika,
Faisal, salah seorang siswa kelas IX
merasakan perubahan dalam dirinya.
”Saya merasa lebih mudah dan terbiasa
membersihkan rumah dengan adanya
pembiasaan di sekolah,” ucapnya.
Sebenarnya, ide ini merupakan ide
pengawas sekolah kami yaitu Ibu
Irnayati. Kemudian ide ini saya
kembangkan dan terapkan di sekolah,
hasilnya alhamdulilah terlihat dari
antusiasme siswa dan guru. Nantinya
mungkin ada beberapa indikator yang
harus disempurnakan kembali. Saya
berharap kegiatan ini dapat
meningkatkan motivasi siwa dalam
penerapan budaya bersih dan motivasi
guru dalam melengkapi administrasi
kelasnya krn selama ini administrasi
kelas agak sedikit terlupakan.
Contoh penilaian.
Membantu Guru
61
Nur Ridawati, Kepala Madrasah
MIN Maros Baru bersama-sama
muridnya setelah memperoleh
berbagai piala dalam ajang
Kompetisi Science Madrasah Tingkat
Kabupaten Maros Tahun 2015.
MIN Maros Baru, Sulawesi Selatan
Semakin Berprestasi karena Terapkan
PAKEM dan MBS
Pelatihan pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAKEM)
dan manajemen berbasis sekolah
(MBS) telah memicu MIN Maros Baru
untuk mengukir banyak prestasi.
Madrasah yang awalnya tidak banyak
memiliki prestasi ini, setelah
mendapatkan program USAID
PRIORITAS, prestasinya mulai
bermunculan.
“Setelah pelatihan, saya semakin
memiliki tekad bahwa saya, guru saya
dan siswa juga harus berprestasi,” ujar
Nur Ridawati, kepala sekolah yang
pernah menjadi juara satu guru MI
berprestasi tingkat nasional.
Sebelum mengenal pembelajaran
PAKEM dan MBS yang mulai aktif
62
diterapkan pada tahun 2013, madrasah
ini sejak didirikan tahun 1988 hanya
memiliki kurang lebih 10 piala saja.
Namun setelah secara konsisten
menerapkan PAKEM dan MBS, dalam
kurun waktu 2013 - 2015, piala di
lemari sudah bertambah 48 buah.
“Setelah menerima pelatihan MBS dan
Pembelajaran, saya berusaha
membenahi semua aspek sekolah
mulai dari ruangan, taman, tempat
baca, dan sampai metode-metode
pembelajaran, dan manajemennya,”
ujar Ibu Rida.
Di antaranya piala untuk juara satu
lomba bercerita se-Kabupaten Maros
tingkat SD/MI tahun 2013, juara satu
kompetensi sains madrasah (Aksioma)
pada bidang Matematika dan IPA pada
tahun 2014 se-Kabupaten Maros, dan
juara satu bidang IPA pada
perlombaan yang sama pada tahun
2015, juara satu Porseni tingkat MI seKabupaten Maros tahun 2013 dan
lain-lain.
Menurutnya, dulu guru-guru masih
mengajar dengan cara yang amat
konvensional, dan kurang
memanfaatkan media dalam
pembelajaran. Setelah dilatih PAKEM,
mereka menjadi sadar dan mengetahui
cara mengajar yang efektif. “Dengan
PAKEM, para guru merasa lebih
mudah dalam mengajar. Mereka hanya
perlu menjadi fasilitator yang efektif
dan kreatif,” ujarnya.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Untuk meningkatkan prestasi sekolah,
kepala sekolah juga menyusun
program bimbingan terjadwal bagi
para siswa. Bimbingan tersebut
dilakukan untuk beberapa siswa yang
terpilih dari kelas lima dan enam, yang
dilaksanakan seminggu dua kali. Anakanak tersebut dibimbing oleh guruguru yang berkompeten.
“Siswa dibimbing menyelesaikan soalsoal olimpiade dan lainnya. Guru-guru
mempelajari kompentensi dasar yang
ingin dicapai dan menjadi dasar ujian
pada tiap kompetisi dan mencoba
menelaah soal-soal terkait,” ujarnya.
Berkat banyak prestasi dan perubahan
perwajahan sekolah, sekolah yang
dulunya tidak terlalu dilirik ini, kini
menjadi dikenal masyarakat. Siswa
yang ingin daftar ke sekolah inipun
semakin banyak.
“Kalau dulu pada tahun 2012 jumlah
siswanya 260. Sekarang mencapai 360
siswa. Peningkatan jumlah siswa
sampai 100 merupakan sebuah
prestasi tersendiri bagi sebuah
madrasah di tengah banyaknya
sekolah-sekolah negeri yang bagus
disini,” ujar Ibu Rida.
Bahkan karena prestasinya, madrasah
ini menjadi tempat studi banding
pengelolaan madrasah oleh kepala
MIN se-Sulawesi Selatan, Sulawesi
Barat, dan Sulawesi Tenggara pada
April 2015 lalu.
Pakta Integritas sumpah para guru di MIN Maros Baru untuk konsisten
terapkan metode PAKEM
Membantu Guru
63
Siswa kelas IV sedang
praktik menimbang benda
dengan satuan yang tidak
baku.Walau di desa tetapi
Kepala SDN 2 Lembah
Sabil mendukung guru
menerapkan pembelajaran
aktif.
SDN 2 Lembah Sabil, Aceh Barat Daya, Aceh
Fasilitasi Guru dalam Pembelajaran
SDN 2 Lembah Sabil berjarak 20 km
dari pusat kota Blang Pidie. Menurut
kepala sekolah, Bapak Juli, sebelum
bermitra dengan USAID PRIORITAS,
para guru jarang mendapat pelatihan.
“Setelah mendapat pelatihan dari
USAID PRIORITAS di tahun 2014,
para guru mulai semangat menerapkan
pembelajaran aktif,” kata Bapak Juli,
yang menjabat kepala sekolah sejak
2013.
Setelah mengikuti pelatihan, para guru
diwajibkan berbagi ilmu kepada guru
lain di sekolah. “Guru yang mendapat
kesempatan ikut pelatihan, wajib
melatih guru yang tidak mengikuti
pelatihan. Lalu semua guru saya ajak
menandatangani komitmen
menerapkan pembelajaran aktif di
semua kelas,” urainya. Sekolah juga
menyediakan ATK dan keperluan
lainnya untuk mendukung pelaksanaan
pembelajaran aktif di kelas. Dananya
diambil dari dana BOS.
64
“Guru lain juga diberi kesempatan
untuk duduk di kelas untuk melihat
pembelajaran yang dilakukan guru
yang telah mendapatkan pelatihan,”
katanya.
Kepala sekolah juga memiliki jadwal
rutin melakukan supervisi dan
observasi ke kelas. “Kegiatan supervisi
kami lakukan untuk membantu guru
meningkatkan kualitas pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai lebih efektif,” jelasnya.
Sebelum melakukan supervisi, dia
memanggil guru untuk membahas
persiapan pembelajaran. Kegiatan ini
dilakukan di luar jam mengajar.
Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan
observasi ke kelas yang waktunya
disesuaikan dengan kesepakatan
antara guru dan kepala sekolah. Bagian
akhir dari supervisi ini adalah
berdiskusi bersama guru untuk
memperbaiki pembelajaran ke depan
menjadi lebih baik lagi.
Bapak Juli juga bersyukur USAID
PRIORITAS melibatkan komite dalam
pelatihan MBS. “Setelah pelatihan, kami
duduk bersama komite. Kami
menyusun rencana kerja sekolah dan
rencana anggarannya bersama,”
jelasnya.
Kini, komite dan masyarakat juga
sering terlibat menjadi narasumber
dalam pembelajaran dan kegiatan
sekolah lainnya. Misalnya, mengajar
cara bercocok tanam, cara
mencangkok tanaman, dan membantu
dalam program budaya baca setiap
Selasa, Rabu, dan Sabtu selama
setengah jam. Pak Juli mengakui bahwa
transparansi sangat penting dalam
membangun kepercayaan masyarakat.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh Barat
Daya, Bapak Drs Yusnaidi MM,
menyampaikan rasa bangganya kepada
sekolah. “Alhamdulillah, perubahan
yang signifikan terjadi di SDN 2
Lembah Sabil, terutama dalam proses
pem-belajarannya. Siswa kini lebih
berani, kritis, dan suka mengajukan
pertanyaan,” kata Pak Yusnaidi bangga.
Yang juga membanggakan sekolah ini
menjadi juara 3 lomba budaya mutu
sekolah dasar negeri tingkat nasional
kategori pembelajaran yang
diselenggarakan oleh Kemendikbud
pada tahun 2015 lalu. Sekolah desa
yang tidak terkenal itu, sudah
diperhitungkan di kancah nasional.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Menumbuhkan
Budaya Baca
Penyerahan sumbangan buku oleh
perwakilan wali murid pada kepala
sekolah.
SDN Wiyung 1 Surabaya, Jawa Timur
Seribu Buku dari Wali Murid untuk Sekolah
Peran serta wali murid dalam
pengembangan budaya literasi di SDN
Wiyung 1 Surabaya sangat besar.
Partisipasi ini diwujudkan dalam
bentuk sumbangan buku bacaan untuk
menambah koleksi sudut baca dan
taman bacaan sekolah. Semua tidak
terlepas dari adanya pelatihan Modul 2
USAID PRIORITAS yang diikuti pihak
sekolah sebagai salah satu sekolah lab
dari Universitas Negeri Surabaya
(UNESA).
Setelah program pengembangan
66
budaya baca dijalankan, kebutuhan
buku baru dirasakan oleh pihak
sekolah. Untuk itu, jalinan komunikasi
antara sekolah dan komite sekolah
yang sudah baik tersebut
dimanfaatkan untuk menggalang buku
baru dari wali murid. “Siswa kami
berjumlah 954 orang, otomatis
kebutuhan buku dari sisi jumlah dan
jenis bukunya juga banyak,” tutur
Bapak Trubus, kepala SDN Wiyung I
antara lain melalui program
pembiasaan membaca buku selain
buku pelajaran selama 15 menit
sebelum pelajaran dimulai. Sekolah
juga menyediakan sudut baca di tiap
kelas. Tentu saja, referensi buku yang
cukup memadai sangat diperlukan.
“Buku yang disediakan sekolah banyak
juga yang sudah dibaca siswa, jadi
mereka perlu judul-judul baru,” imbuh
Pak Trubus.
Apalagi saat ini telah berlangsung
penerapan Gerakan Literasi Sekolah
Berkat komunikasi dan koordinasi
yang baik, partisipasi wali murid dalam
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
bentuk menyumbang buku pun
muncul. Ketua Komite Sekolah SDN
Wiyung 1, Bapak Imam Basuki,
menegaskan keinginan menyumbang
buku tersebut merupakan bentuk
kepedulian orang tua kepada anakanaknya. “Buku dari pemerintah
terbatas, baik dari segi jumlah maupun
jenisnya, sementara seiring dengan
meningkatnya minat baca anak,
kebutuhan buku juga mengalami
peningkatan. Kami terpicu untuk
menyumbang buku demi kebutuhan
anak-anak juga,” terang Pak Imam.
kelas dan taman baca,” katanya.
Untuk mendukung budaya baca,
perpustakaan juga melaksanakan
berbagai program seperti merangkum
buku yang sudah dibaca, storytelling
dengan buku disesuaikan tingkat kelas,
serta menonton film bersama sebulan
sekali. Film ini berkisah tentang cerita
rakyat, dongeng, dan pergerakan
sejarah untuk siswa kelas VI. Setelah
menonton, siswa menulis dan
menceritakan kembali isi film.
Buku yang disumbangkan tidak
semuanya baru. Temanya pun tidak
melulu mengenai pelajaran. Bacaan
ringan yang mendidik dan komik
tentang sejarah juga tampak di antara
buku-buku sumbangan yang ditata rapi
di sudut baca.
“Kami melihat anak di rumah juga
semakin suka membaca, ya berarti
dibutuhkan peran orang tua untuk
mendukungnya,” tegas Pak Imam,
anggota aktif TNI AL yang
menyumbangkan seluruh koleksi buku
di rumahnya untuk sekolah.
Bapak Hendrik Anandra Setiawan,
pustakawan SDN Wiyung 1,
menambahkan koleksi buku sebelum
sumbangan dari wali murid berjumlah
7.965 eksemplar. Sekarang sudah
mencapai 9.062 eksemplar.
“Penambahan sekitar 1.097 buku atau
12 persen dari jumlah total buku yang
ada. Sebagian besar buku sumbangan
wali murid diletakkan di sudut baca
Buku-buku yang disumbangkan
merupakan buku-buku bacaan.
Menumbuhkan Budaya Baca
67
Siswa SDN Ngoto
menikmati membaca
di atas meja yang
dibuat dari limbah rol
kabel PLN.
SDN Ngoto Bantul,Yogyakarta
Sulap Limbah PLN Jadi Fasilitas
Program Membaca
Semangat mengembangkan minat
baca siswa terus digelorakan SDN
Ngoto Bantul Yogyakarta. Setelah
menerima pelatihan dan pendampingan
dari dosen UNY yang bekerjasama
dengan USAID PRIORITAS, mereka
mengaktifkan peran serta masyarakat
untuk menggalakkan budaya baca. Hasil
pendekatan dengan mengaktifkan
peran serta masyarakat adalah
menggandeng Perusahaan Listrik
Negara (PLN) yang memiliki kayu
sampah bekas rol kabel.
Kayu bekas rol kabel digunakan
sebagai meja baca. “Puji syukur
permintaan kami ke PLN direspon
68
positif. Begitu kayu bekas datang,
paguyuban sekolah segera
memolesnya menjadi meja untuk
taman baca di depan kelas,” kata
Ketua Komite Sekolah Bapak Nur
Hadi Prayono.
“Biasanya mereka bingung membaca di
mana. Setelah mengambil buku di
warung ilmu, mereka membaca di
kelas atau di lantai. Namun sekarang
tempat ini nyaman untuk membaca,”
kata Ibu Sutinem, kepala SDN Ngoto.
Meja ini diletakkan di depan kelas, di
bawah pohon dan di antara tanaman
sehingga menjadi taman baca yang
nyaman. Meja dilengkapi kursi-kursi
kecil dari kayu bekas. Supaya tidak
cepat rusak, bagian atas meja dilapisi
plastik agar tahan air hujan dan sinar
matahari.
Taman baca tersebut memberi
semangat baru bagi siswa untuk
membaca. Ketika bel istirahat
berbunyi, mereka segera mengambil
buku dan menempati kursi di depan
meja. Ada yang membaca bersama dan
ada yang membaca sendiri. Suasana
menjadi akrab dan kental sekali
budaya bacanya. Hal ini terjadi di
waktu-waktu istirahat, jam-jam santai,
Taman baca ini melengkapi 'warung
ilmu' yang ada di depan setiap kelas.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
dan waktu khusus membaca. Kadang
orangtua yang menunggu siswa juga
memanfaatkannya untuk membaca
buku di 'warung ilmu'.
“Kami terus berupaya menggiatkan
budaya baca. Selain di kelas, di waktuwaktu istirahat kami juga membuat
jam wajib membaca serta meminta
siswa untuk membuat rangkuman dari
buku yang telah mereka baca. Kami
juga mendapatkan bantuan buku
sumbangan berbagai lembaga dan juga
dari relasi/teman,” aku kepala sekolah.
Intan Maharani Putri, siswa kelas VI SD
Ngoto, merasa nyaman dan
bersemangat dengan bertambahnya
fasilitas membaca. “Semoga taman
baca dan buku-bukunya tambah
banyak,” harapnya.
Meja dari limbah rol kabel PLN
digunakan pada taman baca.
Menumbuhkan Budaya Baca
69
SDN Kutorenon 1 Lumajang, Jawa Timur
Bentuk Paguyuban Khusus Perpustakaan Sekolah
SDN Kutorenon 1 Kabupaten
Lumajang berkomitmen untuk
menjadikan sekolahnya sebagai sekolah
acuan literasi. Tak hanya sekadar
memberlakukan jam wajib membaca
senyap selama 15 menit, sekolah ini
juga memiliki paguyuban khusus
perpustakaan sekolah.
dengan terbentuknya paguyuban
perpustakaan sangat membantu dalam
mewujudkan sekolah literasi di SDN
Kutorenon 1. Mereka dengan penuh
semangat bersama-sama dengan
sekolah membuat program-program
perpustakaan yang mendukung
terwujudnya sekolah literasi.
Tugas utama paguyuban perpustakaan
yang beranggotakan orangtua siswa
dari kelas I-VI ini setiap hari
membimbing siswa di perpustakaan
dan membantu dalam aktivitas kerja
perpustakaan.
“Ide pembentukan paguyuban khusus
perpustakaan sekolah ini justru datang
dari orangtua siswa yang tergabung
dalam paguyuban kelas. Mereka
membuat program-program
perpustakaan dan mengajukannya
kepada sekolah untuk disetujui.
Setelah berjalan, alhamdulillah
kemajuan perpustakaan luar biasa,”
terang Pak Hendro.
Setiap hari dibentuk piket orangtua
siswa yang khusus bertugas di
perpustakaan. Mereka khusus menjaga
kebersihan dan penataan buku-buku di
perpustakaan, membantu sirkulasi
peminjaman buku di luar perpustakaan,
membimbing siswa yang kurang lancar
membaca, dan memberikan motivasi
kepada orangtua siswa lainnya agar
rajin berkunjung ke perpustakaan.
Menurut Bapak Hendro, Kepala SDN
Kutorenon 1 Kabupaten Lumajang,
70
Kemajuan yang paling menonjol adalah
kunjungan siswa dan orang tua siswa
meningkat sejak tiga bulan terakhir.
Dulu orangtua siswa yang menunggui
anaknya sekolah tidak berani masuk
ke perpustakaan. Namun saat ini,
mereka tidak segan-segan mengisi
waktu dengan membaca buku.
Koleksi buku-buku perpustakaan kini
tidak hanya sebatas koleksi untuk
siswa saja. Namun juga dilengkapi
dengan koleksi bacaan untuk orangtua
siswa. Keseluruhan koleksi ini
diadakan paguyuban perpustakaan
sekolah.
Yang menggembirakan, paguyuban
perpustakaan sekolah juga membantu
siswa yang lambat membaca terutama
untuk kelas awal. Mereka membimbing
siswa yang kurang lancar membaca di
perpustakaan. Mereka juga
mendongengkan cerita-cerita di buku
kepada siswa.
Ke depan, lanjut Pak Hendro,
perpustakaan akan membuat kartu
keanggotaan khusus orangtua siswa
sehingga mereka boleh meminjam dan
membawa pulang buku-buku di
perpustakaan sesuai aturan.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Paguyuban saat mendampingi siswa di perpustakaan.
Menumbuhkan Budaya Baca
71
Peresmian perpustakaan
SMPN 1 Banyuwangi
terbuka untuk umum.
SMPN 1 Banyuwangi, Jawa Timur
Perpustakaan SMP Dibuka untuk Umum
“Dari Masyarakat, Untuk Masyarakat”.
Demikian motto yang disampaikan
oleh Bapak Samsuddin Ali, MPd, Kepala
SMPN 1 Banyuwangi saat memutuskan
untuk membuka Perpustakaan SMPN
1 Banyuwangi untuk umum. Keputusan
untuk membuka perpustakaan sekolah
sebagai perpustakaan umum setelah
melakukan diskusi dengan komite
sekolah, Perpustakaan Daerah
Kabupaten Banyuwangi, dan Dinas
Pendidikan Kabupaten Banyuwangi.
“Dari Masyarakat, Untuk Masyarakat
artinya bahwa sebagian koleksi yang
ada di perpustakaan SMPN 1
72
Banyuwangi ini merupakan bantuan
masyarakat dari hasil sedekah buku.
Maka saya kembalikan lagi ke
masyarakat untuk dibaca,” terang Pak
Samsuddin yang juga merupakan
Fasilitator Daerah MBS untuk SMP di
Kabupaten Banyuwangi.
Apalagi, dari hasil diskusi dengan
Kepala Perpustakaan Daerah
Kabupaten Banyuwangi, dan Dinas
Pendidikan Kabupaten Banyuwangi,
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
yang sudah mendeklarasikan diri
sebagai Kabupaten Literasi masih
sangat kekurangan taman-taman
bacaan. Untuk itu, setelah disepakati
bersama, Pak Samsuddin kemudian
membuka perpustakaan sekolahnya
untuk umum.
Program perpustakaan sekolah yang
dibuka untuk umum ini resmi
diluncurkan pada 6 Februari 2017
oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Banyuwangi yang diwakili Kepala
Bidang SMP Bapak Drs Suratno, MPd.
Perpustakaan SMPN 1 Banyuwangi
dibuka untuk umum mulai Pukul 07.00
– 15.20 wib. Perpustakaan ini
menyediakan beragam bacaan fiksi dan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
non fiksi, majalah, dan koran.
Masyarakat umum bisa menikmati
buku-buku koleksi perpustakaan
SMPN 1 Banyuwangi di 3 titik area
baca, yakni di front office sekolah, area
paseban sekolah, dan ruang
perpustakaan.
Ibu Dra Daryanti Sri Wilujeng, Guru
Bahasa Indonesia yang merangkap
Kepala Perpustakaan SMPN 1
Banyuwangi mengungkapkan, dalam
operasional perpustakaan sehari-hari
dia dibantu oleh 3 tenaga pustakawan
dan 50 anggota Duta Puspa. Duta
Puspa merupakan ekstra kurikuler
yang digagas oleh kepala sekolah
untuk menumbuhkan kecintaan siswa
pada buku dan perpustakaan. Siswa
yang masuk dalam ekstra kurikuler
Duta Puspa ini akan diberikan
pelatihan oleh sekolah maupun
petugas Perpustakaan Daerah
Kabupaten Banyuwangi tentang
bagaimana mengelola buku dengan
baik, proses katalogisasi dan klasifikasi
buku, sirkulasi, dan promosi
perpustakaan.
Setiap harinya anggota Duta Puspa ini
secara bergiliran bertugas saat pagi
hari sebelum masuk kelas dan istirahat
sekolah untuk mengelola buku,
melaksanakan sirkulasi buku di 3 titik
baca di sekolah, mengawasi keluar
masuknya buku yang dipinjam, dan
merancang promosi buku-buku yang
menarik untuk dibaca agar masyarakat
semakin tertarik untuk datang dan
meminjam buku.
“Saya sangat terbantu dengan adanya
para Duta Puspa karena keluar
masuknya buku lebih bisa diawasi
sehingga buku yang hilang bisa
diantisipasi,” terangnya.
Saat ini masyarakat yang datang
meminjam buku rata-rata adalah
orangtua, keluarga siswa, dan
masyarakat sekitar. Bagi masyarakat
umum yang akan meminjam buku,
menurut Bu Daryanti syaratnya harus
meninggalkan identitas pengenal dan
mematuhi aturan perpustakaan sama
seperti yang diberlakukan pada siswa,
seperti mengganti buku yang
rusak/hilang, membayar denda apabila
terlambat mengembalikan, dan
menjaga kebersihan buku.
Saat ini lebih dari 22 ribu koleksi di
perpustakaan SMPN 1 Banyuwangi
boleh dipinjam untuk umum. Pak
Samsuddin menambahkan, dia sudah
bekerjasama dengan Perpustakaan
Daerah Kabupaten Banyuwangi untuk
pinjam tukar koleksi buku dari
Perpustakaan Daerah Kabupaten
Banyuwangi agar menambah koleksi
buku yang saat ini sudah ada.
Masyarakat umum yang
membaca dan
meminjam koleksi di
perpustakaan.
Menumbuhkan Budaya Baca
73
SMPN 3 Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Tiga Program Literasi
Andalan SMPN 3 Perbaungan
Siswa SMP 3 Perbaungan membaca di halaman sekolah.
Ini merupakan bagian dari kegiatan literasi di sekolah ini.
Gema Nusantara, Pokalis dan
Mendering terdengar aneh bagi kita.
Tapi tidak bagi guru dan siswa di
SMPN 3 Perbaungan, Serdang Bedagai.
Mereka menyebut nama-nama aneh itu
sebagai kegiatan literasi.
Selasa itu matahari belum begitu panas.
Pelantang suara tiba-tiba menyalak.
Seorang guru diujung pengeras suara
memberi perintah,”Hari ini kita
melakukan Gema Nusantara!”
Tidak sampai tujuh menit, sekitar 800
orang langsung mengambil posisi.
Mereka duduk rapi sambil membaca
buku. Ada yang duduk di selasar
sekolah, lapangan basket, dan yang
paling banyak duduk di bawah
rindangnya pohon mangga.
Bapak Togar Hasibuan, S.Pd Kepala
SMP N 3 Perbaungan menjelaskan apa
itu Gema Nusantara. Ini adalah
singkatan dari Gerakan Membaca
Santai Tanpa Suara. Dilakukan setiap
hari Selasa. Semua guru dan siswa
membaca bersama selama 15 menit.
Setelah itu, 15 menit lagi digunakan
untuk presentasi isi buku. Siswa dan
guru bebas mengajukan diri untuk
presentasi. Isi presentasi yang paling
74
menarik mendapatkan hadiah.
Selain Gema Nusantara, ada juga
Pokalis. Program Karya Tulis.
Dilakukan setiap hari Kamis.
Pak Togar mengatakan, Pokalis
ditujukan untuk membiasakan anak
menulis gagasannya sendiri. Setiap
Kamis, guru dan siswa diberi sebuah
topik tulisan. Setelah topik
diumumkan, maka guru dan siswa
diberi kesempatan menulis selama 15
menit. Mereka boleh menulis apa saja
asal berhubungan dengan topik yang
diberi. Tidak ada aturan baku.Yang
penting guru dan siswa menuliskan
pikirannya sendiri.
Setelah 15 menit, perwakilan siswa
akan diminta membacakan hasil
tulisannya. Mereka tidak hanya
membacakan karya tulisnya, tapi juga
harus menjawab pertanyaan jika ada
guru dan siswa lain yang mengajukan
pertanyaan. Presentasi yang paling
menarik akan mendapat hadiah dari
Pak Togar.
Lantas apa itu Mendering? Itu
singkatan dari Mendengar Terbimbing.
Berbeda dengan Gema Nusantara dan
Pokalis, dalam kegiatan Mendering
siswa diminta untuk menyimak.
Seorang guru akan menyampaikan
orasi selama 15 menit, kemudian siswa
diminta memberi tanggapan. Mereka
harus menyampaikan tanggapannya
dengan kata-kata sendiri. Kegiatan ini
dilakukan setiap hari Jumat.
Pak Togar mengatakan, selain ketiga
program literasi tersebut, SMPN 3
Perbaungan juga melaksanakan
kegiatan membaca 15 menit setiap
hari sebelum jam pembelajaran.
Guna mendukung buku bacaan,
sekolah memiliki perpustakaan dengan
koleksi buku sebanyak 10.367
eksemplar. Siswa bisa setiap hari
mengunjungi perpustakaan. Selain itu
sekolah juga bekerjasama dengan
Perpustakaan Daerah untuk fasilitas
perpustakaan keliling. Secara terjadwal,
bus yang berisi buku akan
mengunjungi SMPN 3 Perbaungan.
Selain membaca dan dukungan buku,
Pak Togar juga memfasilitasi bulletin
sekolah. Bulletin ini bernama Sneper,
singkatan dari SMP Negeri Tiga
Perbaungan dan berisi karya siswa
yang berhubungan dengan literasi.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Siswa sedang membaca di Jambo Baca.
SDN 3 Calang, Aceh Jaya, Aceh
Jambo Baca, Pondok Baca Siswa Menunggu Jemputan
Oleh Yusni SPd
Kepala SDN 3 Calang
Beberapa bulan lalu saat menunggu
jemputan pulang sekolah, Ari dan
teman-temannya biasanya hanya
berdiri di depan gerbang sekolah atau
menikmati jajanan. Kini Ari dan temantemannya dapat memanfaatkan saat
menunggu jemputan dengan membaca
di Jambo Baca, sebuah bangunan
berukuran 2 x 3 meter khusus untuk
membaca. Di Jambo Baca disediakan
buku-buku yang bisa dibaca di tempat.
Selama hampir dua tahun sekolah kami
telah melaksanakan budaya baca setiap
Sabtu di halaman sekolah. Beberapa
bulan terakhir budaya baca
dilaksanakan setiap hari yaitu 15 menit
sebelum dimulai pembelajaran di
dalam kelas. Untuk menghindari
kebosanan diperlukan tempat
membaca yang membuat suasana
santai. Muncullah ide membuat
pondok baca di depan sekolah.
membaca. Anak-anak kelas tinggi
diberi tanggung jawab tambahan
sebagai petugas piket untuk
mengambil dan mengembalikan buku
dari perpustakaan.
Ternyata Jambo Baca ini memberikan
manfaat lain. Jambo Baca menjadi
tempat menunggu jemputan siswa
setelah jam pulang sekolah. Siswa kini
tidak lagi menunggu sambil bermain di
luar gerbang sekolah tetapi
memanfaatkan waktu menunggu
jemputan sambil membaca. Jambo ini
juga dapat membentuk disiplin dan
tanggung jawab siswa terhadap buku
yang dibacanya, karena setiap anak
yang mengambil buku dari jambo baca
wajib menggantung kembali buku.
Jambo juga dimanfaatkan untuk
mengisi jam istirahat siswa dengan
Kegiatan operasional Jambo Baca
dimulai setiap pagi sebelum siswa
datang. Petugas piket yaitu dua orang
siswa dan seorang guru, mengeluarkan
dan mengatur buku di Jambo Baca
menggunakan kereta dorong,
kemudian menyusunnya pada dinding
Jambo dengan digantung menggunakan
tali dan klip. Pada jam pulang sekolah,
siswa piket diwajibkan menunggu di
Jambo sambil membaca dengan
diawasi guru piket yang juga ikut
membaca.
Menumbuhkan Budaya Baca
75
Keberhasilan program
baca di SMP IT Roudhotul
Jannah Kota Cilegon.
SMP IT Roudhoutul Jannah, Cilegon, Banten
Pojok Baca Dorong Siswa Terampil Menulis
Kebiasaan membaca yang rutin
ternyata menghasilkan penulis-penulis
muda di SMP IT Roudhoutul Jannah,
Cilegon. Sekolah yang sudah berdiri
sejak 12 tahun silam ini telah
menggagas program baca setiap Senin
pagi selama 30 menit sebelum jam
pembelajaran dimulai. Sekolah pun
menyediakan fasilitas perpustakaan
yang nyaman untuk membaca sehingga
siswa sering mengunjungi
perpustakaan di jam istirahat dan usai
pulang sekolah untuk meminjam buku.
“Kami menyediakan fasilitas
perpustakaan yang nyaman untuk baca.
Bahkan, di setiap lantai kami sediakan
pojok baca yang nyaman sehingga
76
mereka bisa tetap membaca dimana
saja,” jelas Ibu Dra Endang Hanimah,
kepala sekolah SMP IT Roudhoutul
Jannah, mengenai fasilitas
perpustakaan dan pojok baca di setiap
lantai bangunan sekolah tersebut.
Tidak hanya program baca dan
perpustakaan saja, Ibu Endang juga
berhasil menyediakan pojok baca
untuk memenuhi kebutuhan siswa
untuk membaca.
“Orangtua bercerita pada saya bahwa
kini anaknya senang menyisihkan uang
untuk membeli buku. Misalnya, untuk
bermain catur, siswa lebih memilih
belajar bermain catur lewat buku
ketimbang menonton orang bermain
catur,” tambah Ibu Endang.
Upayanya untuk mendorong siswa
terampil membaca ternyata
membuahkan hasil. Kini ia berhasil
mengoleksi karya siswa untuk
diterbitkan menjadi buku bacaan
secara mandiri. Dia melihat minat
siswa tidak hanya membaca saja tetapi
juga menulis. Kini pojok baca yang
sudah dirintisnya tampak sering
dikunjungi oleh siswa di jam istirahat
dan pulang sekolah.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
USAID PRIORITAS
Ratu Plaza Office Tower Lt. 25. Jl. Jenderal Sudirman Kav 9, Jakarta-10270
Telp: (021) 722 7998 Fax: (021) 722 7978
email: [email protected]
www.prioritaspendidikan.org
Download