grouper faperik - Jurnal Penelitian Unisla

advertisement
2014
GROUPER FAPERIK
RESPON GELONDONGAN IKAN BANDENG (Chanos chanos)
AKIBAT PERUBAHAN SALINITAS DENGAN PENAMBAHAN
KALSIUM KLORIDA (CaCl2) PADA DURASI YANG BERBEDA
PANCA REFTI SETIYONINGSIH
Dosen Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan
Universitas Islam Lamongan
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penambahan konsentrasi kalsium
klorida dengan durasi yang berbeda di media air tawar terhadap tingkat kerja osmotik,kadar
glukosa darah dan tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng.Ikan bandeng pada bak
adaptasi awal (10ppt) diambil sebanyak 2 ekor untuk mengetahui nilai osmolalitas plasma
dan kadar glukosa darah awal (0 jam). Kemudian ikan bandeng dipindahkan ke dalam
wadah percobaan (0 ppt) dengan perlakuan penambahan kalsium klorida (A) sebanyak 0,
50, 100 dan 150 ppm masing masing sebanyak 12 ekor. Selanjutnya dilakukan
penghitungan tingkat kelangsungan hidup dan pengambilan sampel darah untuk uji
osmolalitas plasma dan kadar glukosa darah setelah durasi(B) 6, 24 dan 72 jam
pemindahan ke salinitas 0 ppt. Pada waktu yang bersamaan juga dilakukan pengambilan
sampel air untuk mengetahui nilai osmolalitas air media.Nilai rerata tingkat kerja osmotik
tertinggi terdapat pada perlakuan A0B1 (0 ppm, 6 jam), yaitu sebesar 30,38, sedangkan
tingkat kerja osmotik terendah terdapat pada perlakuan A3B2 (150 ppm, 24 jam), yaitu
sebesar 11,68.Nilai rerata kadar glukosa tertinggi terdapat pada perlakuan A0B2 (0 ppm, 24
jam), yaitu sebesar 187,67 mg/dl. Rerata kadar glukosa darah terendah terdapat pada
perlakuan A3B3 (150 ppm, 72 jam), yaitu sebesar 23 mg/dl. Tingkat kelangsungan hidup
berkisar antara 94,44 - 100%.Semakin besar penambahan konsentrasi kalsium klorida
(CaCl2) akan menyebabkan penurunan tingkat kerja osmotik dan kadar glukosa darah ikan
bandeng. Perlakuan A3B3 (150 ppm, 72 jam) merupakanjangka waktu terbaik untuk
mengembalikan kadar glukosa darah ikan bandeng ke kondisi normal seperti sebelum
dipindahkan ke salinitas airtawar.Penambahan konsentrasi kalsium klorida dan jangka waktu
pemulihan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup
ikan bandeng.
Kata Kunci : Ikan bandeng, Kalsium klorida, Osmoregulasi, Osmolalitas plasma, Kadar
glukosa darah.
6
GROUPER FAPERIK
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Budidaya ikan bandeng secara
tradisional di air tawar sudah lama
dilakukan di Kabupaten Lamongan pada
lahan sawah tambak.Akan tetapi dalam
pelaksanaan kegiatan budidaya ini masih
terkendala oleh terbatasnya ketersediaan
gelondongan (juvenil) yang siap tebar
pada kondisi salinitas rendah. Hal tersebut
disebabkan produksi gelondongan air
tawar di Kabupaten Lamongan tidak
mencukupi kebutuhan pembudidaya untuk
budidaya lokal sehingga harus membeli
gelondongan
bandeng
dari
luar
Lamongan, yaitu dari daerah Gresik yang
salinitas airnya lebih tinggi (10-15 ppt).
Keadaan tersebut membutuhkan teknologi
adaptasi dari air payau ke air tawar untuk
mengurangi
mortalitas. Salah satu
metode
yang
diterapkan
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup
gelondongan bandeng saat aklimatisasi
ke media bersalinitas rendah adalah
dengan penambahan mineral penting
dalam media air tawar.
Beberapa
peneliti
telah
melaporkan bahwa ikan laut teleostei
dapat bertahan hidup dengan adanya
penambahan kalsium pada media air
tawar (Breder, 1934; Hulet et al., 1967;
Carrier and Evans, 1976; dan Brown,
1981). Selanjutnya Ferraris et al. (1988)
menjelaskan bahwa pemindahan ikan
bandeng dari air asin ke air tawar secara
mendadak mengakibatkan penurunan
yang signifikan pada osmolalitas plasma.
Demikian juga penelitian yang dilakukan
oleh Crocker et al. (1983) pada benih
ikan Red Drum (Sciaenops ocellatus).
Penurunan osmolalitas plasma ini dapat
dikurangi dengan penambahan kalsium.
Lebih lanjut Pang et al. (1980) dan Pang
and Yee (1980) menyatakan bahwa
kalsium mempunyai peran yang penting
dalam
osmoregulasi.
Mekanisme
osmoregulasi
penting
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup
ikan ketika terjadi perubahan salinitas
yang mendadak (Evans et al., 1999 dan
Bone and Moore, 2008).
2014
Ikan bandeng dapat hidup pada
media dengan kisaran salinitas yang luas
(eurihalin) dan memiliki kandungan
kalsium yang tinggi. Meskipun termasuk
ikan
eurihalin,
adanya
perubahan
lingkungan dari salinitas tinggi ke rendah
dapat menimbulkan respon stres sehingga
mengalami kesulitan dalam proses
osmoregulasinya (Boyd and Tucker,
1998). Penambahan kalsium dimaksudkan
untuk meningkatkan kelangsungan hidup
dan mengurangi respon stres yang
diindikasikan dengan adanya perubahan
osmolalitas plasma maupun kadar glukosa
darah.
Menurut Davis dan Gatlin III
(1991), mineral kalsium merupakan
kofaktor proses enzimatik. Lebih lanjut
Affandi dan Tang (2002) menjelaskan
bahwa kelarutan kalsium yang optimal
dalam media akan meningkatkan efisiensi
enzim
Na+K+-ATPase.
Selain
itu
keseimbangan mineral media
juga
mempengaruhi keseimbangan isoosmotik
antara cairan tubuh dan lingkungan. Pada
saat kondisi media optimal maka
kebutuhan energi (beban osmotik) akan
berkurang untuk aktifitas enzim Na +K+ATPase sehingga tersedia banyak energi
(katabolisme) yang dipergunakan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup
bandeng saat kondisi stres.
Boyd
dan
Tucker
(1998)
menyatakan bahwa penambahan kalsium
pada
lingkungan
media
dapat
menurunkan
respon
stres
seperti
perubahan kadar kortisol, kadar gula dan
elektrolit sehingga meningkatkan tingkat
kelangsungan hidup ikan. Grizzle et al.
(1992) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa penambahan kalsium klorida
sehingga
konsentrasi kalsium media
meningkat dari 10 ke lebih dari 100
mgCa2+/l
menyebabkan
terjadinya
peningkatan
kelangsungan
hidup
mendekati 100%.
Ikan memerlukan jangka waktu
tertentu untuk mengatasi stres terhadap
perubahan lingkungan. Pada penelitian
yang dilakukan Hosseini and Hoseini
(2010), interval waktu pemulihan ikan mas
yang dipapar kondisi salinitas yang
berbeda tidak mengikuti rentang waktu
7
GROUPER FAPERIK
yang berurutan. Pengamatan dilakukan
pada kurun waktu 6, 24 dan 72 jam. Hal
ini diakibatkan perubahan fisiologis dari
ikan terhadap proses pemulihan kadar
kortisol dan kadar gula terjadi pada
rentang waktu 6, 24 dan 72 jam.
Tujuan penelitian ini adalah
untukmenganalisispenambahan
konsentrasi kalsium klorida dan jangka
waktu pemulihanterbaik di
media air
tawar terhadap tingkat kerja osmotikikan
bandeng, kadar glukosa darah tingkat
kelangsungan hidupikan bandeng.
II.
MATERI DAN METODE
PENELITIAN
2.1. Tempat dan waktu
Penelitian ini dilaksanakan di
UPT. Laboratorium Kesehatan Ikan dan
Lingkungan,
Dinas
Perikanan
dan
Kelautan Kabupaten Lamongan selama
lebih kurang 10 hari mencakup tahapan
adaptasi
di
laboratorium,
tahapan
pemindahan ke salinitas air tawar dengan
perlakuan penambahan kalsium klorida
dengan dosis berbeda pada berbagai
durasi dan tahap pengujian sampelkadar
glukosa darah dan analisis parameter
fisika kimia air. Sedangkan untuk
pengukuran osmolalitas dilakukan di
Laboratorium
Departemen
Biologi,
Fakultas Saint dan Teknologi, Universitas
Airlangga Surabaya.
2.2. Materi Penelitian Bahan
Bahan yang digunakan dalam
penelitan ini, adalah: ikan bandeng (berat
20-30gr dan panjang total 13-14cm), air
laut yang berasal dari Hachery Akademi
Perikanan Sidoarjo di Kecamatan Paciran,
Kabupaten Lamongan, air tawar berasal
dari air tanah Dinas Perikanan dan
Kelautan
Kabupaten
Lamongan
Kabupaten Lamongan, pakan pelet
komersial, kalsium klorida (CaCl2), dan
teskit kualitas air.
2.3. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada
penelitian ini, adalah: 1 buah bak fiber
dengan volume 1000 liter untuk wadah
adaptasi, 12 buah box kontainer dengan
volume
135liter
sebagai
wadah
percobaan, mikro-osmometer merk Fiske
2014
model 210,
glukosa meter merk
medisence optium - Abbott dan test strips
48137, sentrifuse,
mikropipet, sampel
tube, pHmeter, refraktometer, DOmeter,
spektrofotometer dan glassware.
2.4. Rancangan Penelitian
Rancangan
Acak
Lengkap
Faktorial (RAL faktorial) dengan 2 faktor,
yaitu faktor penambahan konsentrasi
kalsium klorida dan faktor jangka waktu
pemulihan. Faktor konsentrasi kalsium
klorida
(A) terdiri dari 4taraf
yaitu
konsentrasi kalsium klorida0 ppm (A0), 50
ppm (A1), 100 ppm (A2) dan 150 ppm
(A3). Faktor jangka waktu pemulihan (B)
terdiri dari 3 taraf yaitu6 jam (B1), 24 jam
(B2) dan 72 jam (B3) sehingga terdapat
12 kombinasi perlakuan
dengan 3
ulangan.
2.5. Persiapan Ikan Bandeng
Gelondongan
ikan
bandeng
sebanyak 250 ekor berasal dari tambak di
Desa Duduk Sampean, Kecamatan
Duduk, Kabupaten Gresik. Gelondongan
ini
kemudian
diadaptasikan
di
laboratorium selama 7 hari dalam bak
adaptasi yang diisi 900l air bersalinitas
10 ppt. Air media yang digunakan untuk
adaptasi di laboratorium berasal air laut
dengan salinitas 30 ppt yang diencerkan
dengan air tawar sampai salinitas 10 ppt.
Sebelumdigunakan air media adaptasi
diaerasi selama 1 hari sehingga kelarutan
oksigennya
jenuh.
Kemudian
gelondongan ikan bandeng dimasukkan
ke dalam bak adaptasi. Pemberian pakan
pelet dilakukan dua kali sehari yaitu pada
jam 08.00 dan jam 15.00 WIB sebanyak
3% dari biomas.
2.6. Pemindahan ke Salinitas Air tawar
Wadah yang digunakan pada
tahap pemindahan ke salinitas air tawar
berupa box kontainer sebanyak 12 buah.
Sebelum digunakan, seluruh wadah
dibersihkan dengan sabun deterjen dan
selanjutnya dibilas dengan air bersih.
Air tawar (0 ppt) yang digunakan
terlebih dahulu ditampung dalam tandon,
selanjutnya air tawar dimasukkan ke
dalam
sembilan
wadah percobaan
sebanyak 120 liter per wadah dan diberi
tambahan kalsium klorida dengan dosis
8
GROUPER FAPERIK
sesuai perlakuan. Sedangkan tiga wadah
lainnya diisi air tawar tanpa penambahan
kalsium klorida (sebagai kontrol). Sebelum
percobaan dimulai
seluruh wadah
percobaan diaerasi selama 1 hari
sehingga kelarutan oksigennya jenuh.
Kemudian ikan bandeng dimasukkan ke
dalam setiap wadah percobaan masingmasing sebanyak 12 ekor.
Ikan pada bak adaptasi awal
(10ppt) diambil sebanyak 2 ekor untuk
mengetahui nilai osmolalitas plasma dan
kadar gula awal (0 jam). Kemudian
berturut-turut
dilakukan
pengambilan
sampel setelah 6 jam, 24 jam dan 72 jam
pada semua wadah percobaan. Pada
waktu yang bersamaan juga dilakukan
pengambilan sampel air untuk mengetahui
nilai osmolalitas air media.
Selama tahapan pemindahan ke
salinitas air tawar pada periode 0 sampai
dengan 24 jam ikan bandeng dipuasakan.
Selanjutnya ikan dapat diberi makan
kembali setelah selesai diambil sampelnya
untuk pengujian osmolalitas plasma dan
kadar glukosa darahnya. Pemberian
pakan sebanyak 3% dari biomas dengan
waktu pemberian sama dengan pada
tahapan adaptasi. Sisa pakan yang tidak
termakan diambil setelah 1 jam pemberian
pakan. Pemberian pakan ini dimaksudkan
untuk menghindari kematian ikan karena
kekurangan
pakan
dan
bukan
dikarenakan
oleh
stres
karena
pemindahan
ke
salinitas
rendah.
Pemberian pakan terakhir diberikan pada
hari kedua pukul 15.00 WIB. Ikan kembali
dipuasakan sampai pengambilan sampel
pada jangka waktu 72 jam. Pengelolaan
media dilakukan dengan jalan aerasi
berfilter.
2.7. Pengukuran Parameter
1. Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat
kelangsungan
hidup
adalah persentase perbandingan jumlah
individu yang hidup pada akhir dan awal
penelitian (Effendie, 2002). Jumlah
sampel ikan bandeng untuk pengujian
tingkat
kelangsungan
hidup
pada
penelitian ini adalah sebanyak 6 ekor.
Penghitungan tingkat kelangsungan hidup
dilakukan setiap
periodejangka waktu
2014
pemulihan, yaitu 6 jam, 24 jam dan 72
jam.
2. Tingkat Kerja Osmotik (TKO)
Tingkat kerja osmotik merupakan
hasil pembagian dari osmolalitasplasma
ikan bandeng dengan osmolalitas media
pemeliharaan (Schmidt-Nielsen, 1990).
Penghitungan tingkat kerja osmotik ikan
bandeng dilakukan pada 0 jam, 6 jam, 24
jam dan 72 jam. Dua ekor ikan bandeng
dari tiap wadah percobaan diambil dan
dianestesi dengan menggunakan minyak
cengkeh (dosis 100 ppm) (Hosseini and
Hoseini, 2010). Ikan diambil darahnya dari
pembuluh darah dibagian ekor dengan
menggunakan 1 ml plastic syringe dan
kapiler tube. Darah ditampung pada
mikrotube dan dibiarkan sampai terbentuk
serum pada 4oC selama 2 jam. Sampel
darah selanjutnya disentrifus selama 3
menit pada 5000g untuk memisahkan
plasmanya. Plasma diambil dengan
mikropipet sebanyak 20 µl kemudian
dimasukkan ke dalam mikrotube dan
disimpan pada suhu -20 oC sampai
dilakukan analisa osmolalitas. Sampel air
juga diambil kemudian disentrifuse untuk
mengendapkan kotoran-kotoran dengan
cara yang sama seperti sampel darah
(Cabrera et al., 1995; Versamos et al.,
2005; Saoud et al., 2007; Tipsmark et al.,
2007). Selanjutnya dilakukan analisa
osmolalitas plasma ikan dan media
menggunakan alat osmometer (mikroosmometer merk Fiske Type 210) dengan
metode freezing point depression.
3. Kadar Glukosa Darah
Untuk mengetahui respon stres
ikan terhadap perubahan salinitas maka
dilakukan pengukuran kadar glukosa
darah pada 0, jam, 6 jam, 24 jam dan 72
jam dengan menggunakan glukosa meter
merk medisence optium - Abbott dan tes
strip 48137. Prosedur pengujiannya yaitu
dengan memasang test strip lubang yang
ada di bagian atas glukosa meter.
Selanjutnya darah dimasukkan ke dalam
test strip dengan cara menyerap darah
(0,6 µl) dengan ujung tes strip dan
ditunggu selama 5 detik kemudiaan
hasilnya dicatat sebagai kadar glukosa
darah dengan satuan mg/dl.
9
2014
GROUPER FAPERIK
4. Fisika Kimia Air
Pada tahap adaptasi awal
pengukuran nilai pH, salinitas, DO dan
suhu air dilakukan setiap pagi dan sore
hari. Sedangkan nilai alkalinitas, nitrit dan
amonia dilakukan pada hari ke-1, ke-4
dan ke-7.
Pada tahap pemindahan ikan ke
salinitas air tawar, pengukuran nilai pH,
salinitas, DO, suhu, alkalinitas, nitrit dan
amonia air dilakukan pada setiap jangka
waktu pemulihan yaitu 6 jam, 24 jam dan
72 jam. Sedangkan untuk pengukuran
kandungan mineral kalsium dan klorida
dilakukan pada media adaptasi awal 10
ppt dan media percobaan 0 ppt tanpa
penambahan
CaCl2
sebelum
ikan
dimasukkan serta pada media 0 ppt
dengan penambahan CaCl2 sebanyak 150
ppm pada setiap jangka waktu pemulihan.
2.8. Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian
ditabulasi
dan
dianalisis
dengan
menggunakan ANAVA (Analisis Varian)
untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh dari perlakuan terhadap tingkat
kelangsungan
hidup,
tingkat
kerja
osmotik, dan kadar glukosa darah.
Apabila terdapat pengaruh
maka
dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda
Duncan untuk mengetahi perbedaan antar
perlakuan. Proses pengolahan data
statistik diolah menggunakan software
SPSS 16 (Steel and Torrie, 1993). Analisis
deskriptif digunakan untuk menjelaskan
kualitas air media bagi kehidupan
gelondonganikan bandeng.
III. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
3.1. Hasil Penelitian
1. Tingkat Kerja Osmotik
Nilai rerata tingkat kerja osmotik
ikan bandeng pada media bersalinitas 0
ppt sesuai perlakuan disajikan pada Tabel
1, 2 dan 3.
Penambahan
Konsentrasi
Kalsium
Klorida (A)
A0 (0 ppm)
A1 (50 ppm)
A2 (100 ppm)
A3 (150 ppm)
Jangka Waktu Pemulihan(B)
B1 (6 jam)
B2 (24 jam)
B3 (72 jam)
30,38±2,07a
26,67±0,83b
26,61±1,01b
25,12±1,26c
13,59±0,36ef
12,21±0,50fg
12,29±0,11fg
11,68±0,17g
15,35±0,61d
14,01±0,38de
13,78±0,69ef
13,28±0,18ef
Keterangan:
huruf superscript dibelakang nilai standart
deviasi yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05)
Tabel 2. Rerata Tingkat Kerja Osmotik
Ikan Bandeng pada Perlakuan
Penambahan
Konsentrasi
Kalsium Klorida (A) di Media Air
Tawar
Penambahan Konsentrasi
Kalsium Klorida (A)
A0 (0 ppm)
A1 (50 ppm)
A2 (100 ppm)
A3 (150 ppm)
Rerata Tingkat Kerja
Osmotik
19,77
17,63
17,56
16,69
Tabel 3. Rerata Tingkat Kerja Osmotik
Ikan Bandeng pada Perlakuan
Jangka Waktu Pemulihan (B) di
Media Air Tawar
Jangka Waktu Pemulihan
(A)
B1 (6 jam)
B2(24 jam)
B3 (72 jam)
Rerata Tingkat Kerja
Osmotik
27,20
12,44
14,10
Faktor perlakuan penambahan
kalsium klorida dan jangka waktu
pemulihan memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
tingkat kerja osmotik ikan bandeng,
sedangkan
interaksi
antara
kedua
perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata (P<0,05). Grafik pengaruh
perlakuan penambahan kalsium klorida
dan jangka waktu pemulihan terhadap
tingkat kerja osmotik ikan bandeng
disajikan pada Gambar 1.
Tabel 1. RerataTingkat Kerja Osmotik
Ikan Bandeng pada Perlakuan
Penambahan
Konsentrasi
Kalsium Klorida (A) dan Jangka
Waktu Pemulihan(B) di Media
Air Tawar
10
2014
GROUPER FAPERIK
35,00
Tingkat Kerja Osmotik
30,00
A0 (0 ppm)
a
A1 (50 ppm)
b b
A2 (100 ppm)
c
25,00
A3 (150 ppm)
Penambahan
Konsentrasi Kalsium
Klorida (A)
A0 (0 ppm)
A1 (50 ppm)
A2 (100 ppm)
A3 (150 ppm)
Rerata Kadar Glukosa
Darah (mg/dl)
104,33
76,00
70,44
64,11
20,00
ef
fg
fg g
15,00
d
Tabel 6. Rerata Kadar Glukosa Darah
Bandeng pada Perlakuan Jangka
Waktu Pemulihan (B) di Media Air
Tawar
efef
de
10,00
Jangka Waktu
Pemulihan (A)
B1(6 jam)
B2 (24 jam)
B3 (72 jam)
5,00
0,00
B1 (6 jam)
B2 (24 jam)
B3 (72 jam)
Gambar 1. Grafik Pengaruh Penambahan
Konsentrasi Kalsium Klorida
(A)
dan
Jangka
Waktu
Pemulihan (B) di Media Air
Tawar terhadap Tingkat Kerja
Osmotik (TKO) Ikan Bandeng
2. Kadar Glukosa Darah
Nilai rerata kadar glukosa darah
ikan bandeng pada media bersalinitas 0
ppt sesuai perlakuan disajikan pada Tabel
4, 5 dan 6.
Faktor perlakuan penambahan
kalsium klorida dan jangka waktu
pemulihan memberikan pengaruh yang
berbeda
sangat
nyata
(P<0,01),
sedangkan
interaksi
antara
kedua
perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar
glukosa darah ikan bandeng. Grafik
pengaruh
interaksi
perlakuan
penambahan kalsium klorida dan jangka
waktu pemulihan terhadap kadar glukosa
darah ikan bandeng disajikan pada
Gambar 2.
Tabel 4. Rerata Kadar Glukosa Darah
Ikan Bandeng
(mg/dl) pada
Perlakuan
Penambahan
Konsentrasi Kalsium Klorida (A)
dan Jangka Waktu Pemulihan
(B) di Media Air Tawar
A1 (50 ppm)
A2 (100 ppm)
A3 (150 ppm)
Jangka Waktu Pemulihan(B)
B1 (6 jam)
B2 (24
B3 (72
jam)
jam)
83,00 ±
13,53cd
76,00 ±
16,46cde
76,33 ±
12,10cde
62,00 ±
19,47def
187,67 ±
43,32a
119,33 ±
21,01b
101,67 ±
20,21bc
107,33 ±
19,66bc
42,33 ±
10,26fgh
32,67 ±
12,50gh
33,33 ±
10,69gh
23,00
±5,20h
200,00
a
180,00
160,00
Kadar Glukosa Darah (mg/dl)
Penambahan
Konsentrasi
Kalsium Klorida
(A)
A0 (0 ppm)
140,00
b
120,00
Tabel 5. Rerata Kadar Glukosa Darah
Ikan Bandeng (mg/dl) pada
Perlakuan
Penambahan
Konsentrasi Kalsium Klorida (A)
di Media Air Tawar
A0 (0 ppm)
bc
bc
A1 (50 ppm)
100,00
cd cde
80,00
A2 (100 ppm)
cde
def
A3 (150 ppm)
60,00
fgh
40,00
gh
gh
h
20,00
0,00
B1 (6 jam)
Keterangan:
huruf superscript dibelakang nilai standart
deviasi yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05)
Rerata Kadar Glukosa
Darah (mg/dl)
74,33
129
32,83
B2 (24 jam)
B3 (72 jam)
Gambar 2. Grafik Pengaruh
Interaksi
Penambahan
Konsentrasi
Kalsium Klorida (A) dan
Jangka Waktu Pemulihan(B) di
Media Air Tawar terhadap
Kadar Glukosa Darah Ikan
Bandeng
3. Tingkat Kelangsungan Hidup
11
2014
GROUPER FAPERIK
A0B1 (0 ppm, 6 jam)
A0B2 (0 ppm, 24 jam)
A0B3 (50 ppm, 72 jam)
A1B1 (50 ppm, 6 jam)
A1B2 (50 ppm, 24 jam)
A1B3 (50 ppm, 72 jam)
A2B1 (100 ppm, 6 jam)
A2B2 (100 ppm, 24 jam)
A2B3 (100 ppm, 72 jam)
A3B1 (150 ppm, 6 jam)
A3B2 (150 ppm, 24 jam)
A3B3 (150 ppm, 72 jam)
Rerata tingkat kelangsungan
hidup ikan bandeng seperti yang tersaji
pada Tabel 7. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa faktor perlakuan
penambahan kalsium klorida dan jangka
waktu pemulihan tidak
memberikan
pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap
tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng.
Tabel 7. Rerata Tingkat Kelangsungan
Hidup Ikan Bandeng (%) pada
Perlakuan
Penambahan
Konsentrasi Kalsium Klorida (A)
dan Jangka Waktu Pemulihan(B)
di Media Air Tawar
Penambahan
Konsentrasi
Kalsium Klorida (A)
A0 (0 ppm)
A1 (50 ppm)
A2 (100 ppm)
A3 (150 ppm)
Jangka Waktu Pemulihan(B)
B1 (6 jam)
B2 (24 jam)
B3 (72 jam)
100,00 ± 00a
100,00 ± 00a
100,00 ± 00a
100,00 ± 00a
100,00 ± 00a
100,00 ± 00a
100,00 ± 00a
100,00 ± 00a
94,44 ± 9,62a
100,00 ± 00a
100,00 ± 00a
100,00 ± 00a
Keterangan:
huruf superscript dibelakang nilai standart
deviasi yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (P>0,05)
4. Fisika Kimia Air
Hasil pengukuran konsentrasi
kalsium dan klorida pada media dan hasil
pengukuran fisika kimia air selama
penelitian disajikan pada Tabel 8 dan 9.
Tabel 8. Konsentrasi Mineral Kalsium
(Ca2+) dan Klorida (Cl-) pada
Media Air Bersalinitas 10 ppt,
pada
Air
Tawar
dengan
Penambahan CaCl2 sebanyak
150 ppm dan pada Air Tawar
Tanpa Penambahan CaCl2
Perlakuan
Salinitas 10 ppt
Salinitas 0 ppt, durasi 0 jam (A0B0)
Salinitas 0 ppt + 150 ppm CaCl2, durasi 0 jam (A3B0)
Salinitas 0 ppt + 150 ppm CaCl2, durasi 6 jam (A3B1)
Salinitas 0 ppt + 150 ppm CaCl2, durasi 24 jam (A3B2)
Salinitas 0 ppt + 150 ppm CaCl2, durasi 72 jam (A3B3)
Konsentrasi
Mineral pada
Media (mg/l)
Ca2+
Cl74,22
4293,
7,09
6
13,67
17,7
22,62
72,59
24,16
76,36
21,60
76,13
93,83
Tabel 9. Rerata Nilai Fisika Kimia Air pada
Setiap Perlakuan
Perlakuan Penambahan
Konsentrasi Kalsium
Klorida (A) dan Jangka
Waktu Pemulihan (B)
pH
Suhu
(oC)
DO
(mg/l
Sal
(ppt)
Alk
(mg/l
CaCO3)
NH3
(mg/l)
8,13
8,27
8,23
8,10
8,27
8,20
8,13
8,30
8,23
8,13
8,33
8,20
26,0
25,3
24,3
26,0
25,0
24,7
26,0
25,3
24, 7
26,0
25,0
25,0
8,98
8,77
8,36
8,92
8,63
8,46
9,10
9,18
9,32
8,85
8,90
8,67
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
42,33
31,33
85,67
53,33
29,33
88,33
49,00
28,33
68,00
55,00
33,33
58,00
0,07
0,15
0,15
0,05
0,15
0,10
0,06
0,16
0,11
0,05
0,10
0,11
IV. PEMBAHASAN
Rerata
hasil
pengukuran
osmolalitas plasma ikan bandeng pada
media bersalinitas 10 ppt, 0 jam sebelum
dipindahkan ke salinitas 0 ppt adalah
sebesar
377,5
mOsm/Kg
dengan
osmolalitas media sebesar 291 mOsm/Kg.
Nilai osmolalitas plasma ikan bandeng ini
tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Saoud et al. (2007)
yang
menyebutkan
bahwa
nilai
osmolalitas plasma ikan Rabbitfish
(Siganus rivulatus) pada
media
bersalinitas 10 ppt (241 mOsm/Kg) adalah
sebesar
378,6
mOsm/Kg.
Rerata
osmolalitas plasma ikan bandeng pada
media bersalinitas 0 ppt dalam penelitian
ini berkisar antara 320 sampai dengan
367,33
mOsm/Kg
dengan
rerata
osmolalitas media berkisar antara 10,67
sampai
dengan
28,67
mOsm/Kg.
Berdasarkan hasil ini maka ikan bandeng
pada media bersalinitas 10 ppt maupun 0
ppt bersifat hyperosmotic, yaitu tekanan
osmotik cairan tubuhnya lebih tinggi
daripada tekanan osmotik medianya. Oleh
karena itu, ikan harus mengembangkan
mekanisme fisiologinya untuk mencegah
kelebihan aliran air ke dalam tubuh dan
juga mengembangkan mekanisme untuk
mencegah kehilangan zat terlarut sebagai
kelebihan air yang diekskresikan melalui
proses osmoregulasi.
Menurut Isnaeni (2006), ikan di
lingkungan
air
tawar
membatasi
pemasukan air dan kehilangan ion dengan
cara membentuk permukaan tubuh yang
impermeabel terhadap air. Meskipun
demikian air dan ion tetap dapat bergerak
NOmelewati insang yang relatif terbuka. Air
(mg/l)
yang masuk kedalam tubuh dikeluarkan
dalam
bentuk
urin.
Akan
tetapi
pengeluaran urin juga menyebabkan
pengeluaran ion. Oleh karena itu ikan
melakukan
tranpor
aktif
untuk
memasukkan ion dan garam ke dalam
tubuhnya. Lebih lanjut Evans (2008)
2
12
0,06
0,06
0,15
0,06
0,04
0,15
0,06
0,05
0,14
0,05
0,06
0,15
GROUPER FAPERIK
menjelaskan bahwa pada ikan teleostei air
tawar, tekanan osmotik cairan tubuh yang
lebih tinggi daripada tekanan osmotik
medianya akan meningkatkan aliran air ke
dalam
tubuh
dan
menyebabkan
kehilangan NaCl secara difusi melalui
epithel insang permeabel. Untuk menjaga
konsentrasi internal menjadi terlalu encer
maka
ikan
mengekskresikan
urine
hypotonic dalam volume yang
relatif
besar dan menyerap NaCl secara aktif
melintasi epitel insang.
Pada penelitian ini, nilai rerata
tingkat kerja osmotik tertinggi terdapat
pada perlakuan A0B1 (0 ppm, 6 jam),
yaitu sebesar 30,38, sedangkan tingkat
kerja osmotik terendah terdapat pada
perlakuan A3B2 (150 ppm, 24 jam), yaitu
sebesar 11,68. Berdasarkan grafik
pengaruh
penambahan
konsentrasi
kalsium klorida (A) dan jangka waktu
pemulihan(B) di media air tawar terhadap
tingkat kerja osmotik ikan bandeng dapat
dilihat bahwa semakin besar penambahan
konsentrasi kalsium klorida yang diberikan
maka tingkat kerja osmotik pada setiap
jangka waktu pemulihan akan semakin
rendah. Penambahan kalsium klorida
akan
meningkatkan
konsentrasi
osmolalitas
media
sehingga
rasio
osmolalitas plasma dan osmolalitas media
akan semakin kecil, akibatnya nilai tingkat
kerja osmotik juga akan semakin rendah.
Tingkat kerja osmotik yang semakin
rendah menyebabkan semakin sedikitnya
energi
yang
digunakan
untuk
osmoregulasi sehingga porsi energi untuk
meningkatkan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan semakin besar. Menurut
Boeuf and Payan (2001) dan Sampaio
and
Bianchini
(2002)
penurunan
pertumbuhan ikan ketika dipelihara pada
salinitas air yang tidak optimal dapat
disebabkan oleh meningkatnya aktifitas
Na+K+-ATPase dan pengeluaran energi.
Selanjutnya Imsland et al. (2003),
menjelaskan bahwa tingkat pertumbuhan
dan efisiensi konversi pakan terkait
dengan jumlah energi yang dikeluarkan
untuk osmoregulasi. Berkurangnya jumlah
sel Na+K+-ATPase imunoreaktif pada
insang juvenil Scophthalmus maximus
yang didedahkan di lingkungan isoosmotik
(15%0) menyebabkan pengeluaran energi
juga berkurang sehingga berkontribusi
2014
bagi peningkatan pertumbuhan yang lebih
tinggi.
Apabila ikan mengalami stres
akibat terjadinya perubahan lingkungan
maka tubuh ikan akan merespon dengan
mensekresikan hormon glukokortikoid
(kortisol)
dan
katekolamin
yang
mengontrol tubuh untuk mengatasi
terjadinya stres (Barton et al. 1988).
Respon stres dapat berupa peningkatan
glukosa darah karena terjadi metabolisme
glukosa yang dipacu oleh kortisol dan
katekolamin. Pada penelitian ini, nilai
rerata kadar glukosa tertinggi terdapat
pada perlakuan A0B2 (0 ppm, 24 jam),
yaitu sebesar 187,67 mg/dl. Rerata kadar
glukosa darah terendah terdapat pada
perlakuan A3B3 (150 ppm, 72 jam), yaitu
sebesar 23 mg/dl. Kadar glukosa darah
pada perlakuan A3B3 ini hampir sama
dengan kadar glukosa ikan pada salinitas
asal (10 ppt) sebelum dipindahkan ke
salinitas 0 ppt, yaitu sebesar 22 mg/dl.
Kadar glukosa darah dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain: pakan, spesies dan stadia kehidupan,
waktu terakhir makan, musim dan
persediaan glikogen di hati (MartinezPorchas
et
al.,
2009).
Adanya
penambahan kalsium klorida pada media
akan membantu dalam mempertahankan
keadaan homeostatis ikan. Hal ini karena
menurut Piliang (2005), fungsi utama
kalsium selain sebagai pembentuk struktur
tubuh, kalsium dalam jaringan secara
fisiologi
akan
mempertahankan
homeostasis.
Homeostasis
adalah
keadaan stabil yang dipertahankan
melalui proses aktif melawan perubahan.
Menurut Martinez-Porchas et al.
(2009), peningkatan kadar glukosa tidak
terjadi secepat peningkatan kadar kortisol.
Selanjutnya Langiano and Martinez
(2008), menyatakan bahwa perubahan
kadar glukosa darah dapat terjadi setelah
beberapa menit, jam ataupun beberapa
hari setelah stres.
Hal inilah yang
menyebabkan kadar glukosa darah ikan
bandeng tertinggi dicapai setelah durasi
24 jam.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perubahan salinitas dari 10 ppt ke
0 ppt dengan adanya perlakuan
penambahan konsentrasi kalsium klorida
dan jangka waktu pemulihan yang
13
GROUPER FAPERIK
berbeda tidak berpengaruh terhadap
tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng.
Kisaran perubahan salinitas yang tidak
terlalu lebar, yaitu dari 10 ppt ke 0 ppt
pada penelitian ini menyebabkan tingkat
kelangsungan hidup ikan bandeng
mencapai 100%. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yuwono
dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa
ikan bandeng dapat hidup dengan baik
bilamana didedahkan dalam media
dengan salinitas 0-24 ppt.
Berdasarkan data hasil pengujian
konsentrasi mineral kalsium (Ca 2+)dan
klorida (Cl-) pada Tabel 8. dapat dilihat
bahwa dengan adanya penambahan
CaCl2 sebanyak 150 ppm menyebabkan
peningkatan konsentrasi mineral kalsium
dan klorida pada media air tawar.
Sebelum dilakukan pemindahan ikan
bandeng ke media air tawar ini,
kandungan konsentrasi mineral kalsium
adalah sebesar 13,67 mg/L dan
konsentrasi
mineral
klorida
adalah
sebesar 72,59 mg/l. Setelah dilakukan
pemindahan
ikan bandeng ke dalam
media air tawar ini, maka konsentrasi
kedua
mineral
ini
mengalami
peningkatan. Pada durasi akhir pemulihan
(72 jam) kandungan konsentrasi mineral
kalsium adalah sebesar 21,6 mg/L dan
konsentrasi
mineral
klorida
adalah
sebesar 93,83 mg/L. Hal ini adalah
sebagai respon ikan bandeng terhadap
perubahan salinitas dari air payau (10 ppt)
ke air tawar (0 ppt).
Hasil pengujian nilai fisika kimia
air pada setiap perlakuan pada Tabel 9.
masih berada pada kondisi yang layak
untuk menunjang kelangsungan hidup
ikan
bandeng.
Adanya
perlakuan
penambahan kalsium klorida
pada
dasarnya akan dapat meningkatkan nilai
alkalinitas air media akan tetapi masih
dalam kisaran yang diperbolehkan.
Adanya penurunan alkalinitas air media
pada jangka waktu pemulihan
24
jamapabila
dihubungkan
dengan
konsentrasi mineral kalsium dalam media
serta adanya penurunan tingkat kerja
osmotik pada jangka waktu pemulihan
tersebut kemungkinan disebabkan oleh
adanya pemanfaatan mineral kalsium oleh
bandeng untuk mempertahankan nilai
2014
osmolalitas
plasma
dalam
proses
osmoregulasi.
Hal kontras dalam penelitian ini
adalah pada jangka waktu pemulihan 24
jam, ketika tingkat kerja osmotik ikan
bandeng menunjukkan penurunan sampai
level terendah, justru kadar glukosa darah
ikan bandeng mengalami kenaikan. Hal
ini kemungkinan karena tidak ada
keterkaitan antara kadar glukosa darah
dengan osmolalitas plasma ikan bandeng.
Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam
penelitian Tsuzuki et al. (2007) pada
ikan Pejerrey (Odontesthes bonariensis)
dan penelitian yang dilakukan oleh Davis
and Simco (1976) serta Ecker et al. (2001)
pada ikan lele yang dipindahkan ke air
asin menyatakan bahwa hormon kortisol
tidak berpengaruh terhadap osmolalitas
plasma dan ion individual. Akan tetapi
hormon kortisol mempunyai hubungan
yang erat dengan peningkatan kadar
glukosa darah. Kortisol berfungsi untuk
memberikan
efek stimulasi pada
glukoneogenesis hati,meningkatkan kadar
gula darah (Wedemeyer et al.,1990 and
Boon et al., 1991) dan menyediakan
energi yang mudah diakses untuk
osmoregulasi (Abo-Hegab andHanke,
1984) tetapi tidak secara langsung terlibat
dalam osmoregulasi.
Castranova (2003), menjelaskan
bahwa peningkatan kadar glukosa darah
juga dapat dipengaruhi oleh adanya
pelepasan hormon katekolamin sebagai
respon stres. Selanjutnya Hazon and
Balment (1998), menyatakan bahwa
katekolamin pada ikan akan meningkatan
permeabilitas membran insang dan
pertukaran ion. Hal ini akan berdampak
pada penurunan osmolalitas plasma dan
peningkatan osmolalitas media seperti
yang terjadi dalam penelitian ini, sehingga
pada periode pemulihan 24 jam tingkat
kerja osmotik ikan bandeng rendah.
Nilai tingkat kerja osmotik pada
kondisi isoosmotik adalah 1. Pada
penelitian ini, tingkat kerja osmotik ikan
bandeng pada salinitas 0 ppt berkisar
antara 11,68 sampai 30,38. Hal ini
memunjukkan
bahwa
adanya
penambahan CaCl2 ke dalam media tidak
menjamin ikan tidak mengalami stres.
Akan tetapi, penambahan CaCl2 berguna
14
2014
GROUPER FAPERIK
untuk menurunkan level energi yang
digunakan untuk proses osmoregulasi.
Seiring dengan berjalannya
waktu, secara teoritis kadar glukosa darah
bisa kembali normal. Akan tetapi untuk
mencapai kondisi normal seperti sebelum
dipindahkan ke media air tawar bisa
terjadi gangguan, seperti timbulnya
penyakit akibat berkurangnya energi dan
ketidakseimbangan
hormon
selama
periode adaptasi.
Pada perlakuan penambahan
konsentrasi kalsium klorida 150 ppm dan
jangka waktu pemulihan 72 jam (A3B3)
nilai kadar glukosa darah menunjukkan
nilai yang hampir sama dengan kondisi
sebelum dipindahkan ke media air tawar
(sebelum adanya tantangan osmotik) dan
nilai
tingat
kerja
osmotik
juga
menunjukkan penurunan yang signifikan
sehingga dapat dikatakan perlakuan A3B3
merupakan perlakuan terbaik dalam
penelitian ini.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Semakin besar penambahan
konsentrasi kalsium klorida (CaCl2) yang
diberikan maka akan menyebabkan
penurunan tingkat kerja osmotik dan
kadar glukosa darah ikan bandeng.
Perlakuan
A3B3
(penambahan
konsentrasi kalsium klorida 150 ppm dan
jangka waktu pemulihan 72 jam)
merupakan jangka waktu terbaik untuk
mengembalikan kadar glukosa darah ikan
bandeng ke kondisi normal seperti
sebelum dipindahkan ke salinitas airair
tawar. Penambahan konsentrasi kalsium
klorida dan jangka waktu pemulihan tidak
memberikan
pengaruh
yang
nyata
terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan
bandeng.
5.2. Saran
Perlu
dikaji
pengaruh
penambahan konsentrasi kalsium klorida
untuk menurunkan level stres ikan dari
golongan stenohalin saat dipindahkan dari
media air asin (salinitas tinggi) ke media
air tawar.
DAFTAR PUSTAKA
Abo-Hegab, S. and W. Hanke. 1984. The
Significance of Cortisol for
Osmoregulation
in
Carp
(Cyprinus carpio) and Tilapia
(Sarotherodon
mossambicus).
Gen. Comp. Endocrinol 54: 409417.
Affandi, R. dan U.M. Tang. 2002. Fisiologi
Hewan Air. Unri Press, Riau, 217
hal.
Barton, B.A., C.B. Schreck and L.G.
Fowler. 1988. Fasting and Diet
Content Affect Stress-induced
Canges in Plasma Glucose and
Cortisol in Juvenile Chinook
Salmon. The Progressive Fish
Culturist. 50: 16-22.
Boeuf, G. and P. Payan. 2001. How
Should Salinity Influence Fish
Growth?
Comp.
Biochem.
Physiol. 130C.411-423.
Boon, J.V.D., E.E.J.M. Guido and V.D.
Thillart. The Effects of Cortisol
Administration on Intermediary
Metabolism in Teleost Fish.
Comp. Biochem. Physiol 100:4753.
Bone, Q. and R.H. Moore. 2008. Biology
of Fishes. 3rd ed. Taylor &
Francis Group. New York.
Boyd, C.E. and C.S. Tucker. 1998. Pond
Aquaculture
Water
Quality
Management. Kluwer Academic
Publishers,
Boston,
Massachusettes, 700p.
Breder, C. M., Jr. 1934. Ecology of an
Oceanic
Fresh-Water
Lake,
Andros Island, Bahamas, with
Special
Reference
to
Its
Fishes.Zoologica , 18:57-80.
Brown, D.J.A. 1981. The Effects of
Various Cations on the Survival
of Brown Trout, Salmo trutta at
Low pHs. J. Fish Biol. 18:31-40.
Cabrera,
P.J.G.,
F.
Dowd,
V.K.
Pedibhotla, R. Rosario, D.S.
Samuelson and D. Petzel. 1995.
Enhanced Hypo-Osmoregulation
Induced by Warm-Acclimation in
Antarctic Fish is Mediated by
Increased Gill and Kidney Na+/K+ATPase Activities. The Journal Of
15
GROUPER FAPERIK
Experimental Biology 198, 2279–
2291
Carrier, J.C. and D.H. Evans. 1976. The
Role of Environmental Calcium in
Freshwater Survival of the Marine
Teleost, Lagodon rhomboides. J.
Exp. Biol., 65:529-538.
Castranova, D.A. 2003. Implications of
Divergent
Cortisol
Stress
Responsiveness in Male Striped
Bass (Morone saxatilis). Thesis.
Faculty of the Graduate School of
the University of Maryland.
Crocker, P.A., C.R.Arnold, J.A. DeBoer
and G.J. Holt. 1983. Blood
Osmolality Shift in Juvenile Red
Drum Sciaenops ocellatus L.
Exposed to Fresh Water. J. Fish
Biol. 23: 315-319.
Davis, D.A. and D.M. Gatlin III. 1991.
Dietary Mineral Requirement of
Fish and Marine Crustaceans.
Reviews in Fisheries Sciences
4(1):75-99.
Davis, K.B. and B.A. Simco. 1976. Salinity
Effect on Plasma Electrolytes of
Channel
Catfish
Ictalurus
punctatus. J. Fish Res. Board
Can. 33: 741-746.
Effendie. M.I. 2002. Biologi Perikanan.
Yogyakarta : Yayasan Pustaka
Nusatama. 163 hal.
Evans, D.H., J.B. Claiborne and G.A.
Kormanik. 1999. Osmoregulation,
Acid-Base
Regulation,
and
Nitrogen Excretion. pp : 79 – 92.
In Horn,M.H., K.L.M.Martin and
M.A. Chotkowski., eds. Intertidal
Fishes : Life in Two Worlds.
Chapter 5. Academic Press.USA.
Evans, D.H., P.M. Piermarini and K.P.
Choe, 2005. The Multifunctional
Fish Gill: Dominant Site of Gas
Exchange, Osmoregulation, AcidBase Regulation and Excretion of
Nitrogenous Waste. Physiol. Rev.
85, 97-177.
Evans,
D.H.
2008.
Teleost
Fish
Osmoregulation: What Have We
Learned Since August Krogh,
Homer Smith, and Ancel Keys.
Am J Physiol Regul Integr Comp
Physiol 295: R704-R713.
Ferraris R.P., J.M. Almendras and A.P.
Jazul. 1988. Changes in Plasma
2014
Osmolality
and
Chloride
Concentration
during
Abrupt
Transfer of Milkfish (Chanos
chanos) from Seawater to
Different
Test
Salinities.
Aquaculture 70:145–157.
Grizzle, J.M., A.C. Mauldin II and C.J.
Ashfield. 1992. Effects of Sodium
Chloride and Calcium Chloride on
Survival of Larval Striped Bass. J.
Aquatic Animal Health 4(4):281285.
Hazon, N. and Balment, R.J. 1998.
Endocrinology.
In:
The
Physiology of Fishes Second
Edition. D.H. Evans (ed.) CRC
Press, Boca Raton. 448-463.
Hosseini, S.A. and S.M. Hoseini. 2010.
Effect of Acute Crowding Stress
on
Subsequent
Osmotic
Challenge and Recovery in
Juvenile Common Carp Cyprinus
carpio (Linnaeus). Comparative
Clinical Pathology, SpringerVerlag London. 10p
Hulet, W. H., S. J. Masel, L.H. Jodrey,
and R. G. Wehr, 1967. The Role
of Calcium in the Survival of
Marine Teleosts in Dilute Sea
Water. Bull. Marine Science,
17:677-688.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan.
Kanisius. Yogyakarta.
Imsland, A.K., S. Gunnarsson, A. Foss
and S.O Stefansson. 2003. Gill
Na+K+-ATPase Activity, Plasma
Chloride and Osmolality in
Juvenile Turbot Reared at
Different
Temperatures
and
Salinities. Aquaculture 218: 671683.
Martinez-Porchas, M., L.R. MartinezCordova,
and
R.
RamosEnriquez. 2009. Cortisol and
Gucose: Reliable Indicators of
Fish
Stress?
Pan-American
Journal of Aquatic Sciences 4(2):
158-178.
Pang, P.K.T. and J.A. Yee. 1980.
Evolution of the Endocrine
Control
of
Vertebrate
Hypercalcemic Regulation. In: S.
Ishii et al. (Editors), Hormones,
Adaptation and Evolution. Japan
16
GROUPER FAPERIK
Sci. Soc. Press. Tokyo, pp. 103111.
Pang, P.K.T., A.D. Kenny and G. Ogura.
1980 b. Evolution of Endocrine
Control of Calcium Regulation.
In: P.K.T. Pang and A. Epple,
(Editors), Evolution of Vertebrate
Endocrine Systems. Texas Tech.
Univ. Press, Lubbock, TX, pp.
323-356.
Piliang, W.G. 2005. Nutrisi Mineral. Edisi
ke-5. Bogor : Pusat Antar
Universitas, IPB. 258 hlm
Sampaio, L.A. and A. Bianchini. 2002.
Salinity
Effects
on
Osmoregulation and Growth of
the
Euryhaline
Flounder
Paralichthys orbignyanus. J. Exp.
Mar. Biol. Ecol. 269, 187-196.
Saoud, I.P., S. Kreydiyyeh, A. Chalfoun
and M. Fakih. 2007. Influence of
Salinity on Survival, Growth,
Plasma Osmolality and Gill Na+–
K+–ATPase
Activity
in
the
Rabbitfish Siganus rivulatus.
Journal of Experimental Marine
Biology and Ecology. 348 : 183–
190.
Schmidt-Nielsen,
K.
1990.
Animal
Physiology:
Adaptation
and
Environment.
Cambridge
University Press. Cambridge.
241p.
Steel, R.G.D and J.H. Torrie. 1993.
Principles and Procedures of
Statistics.
A
Biomedical
Approach. 3rd Ed. Mc Graw Hill.
Kogasukha Ltd.Tokyo.
Tipsmark, C.K.. J.A. Luckenbach, S.S.
Madsen and R.J. Borski. 2007.
IGF-I and Branchial IGF Receptor
Expression
and
Localization
During Salinity Acclimation in
Striped Bass. Am J Physiol Regul
Integr Comp Physiol 292:R535R543.
Tsuzuki,
M.Y.,
K.
Ogawa,
C.A.
Strussmann,
M.
Maita,
F.
Takashima and C.M.R. Melo.
2007. The Significance of Cortisol
on Acclimation to Salinity in
Pejerrey
Odontesthes
bonariensis. Arq. Bras. Med. Vet.
Zootec 55(5): 1301-1307.
2014
Versamos, S., C.Nebel, G.Charmantier.
2005. Ontogeny of Osmoregulation
in Postembryonic Fish: A Review.
Comp. Biochem. Physiol. A 141
(4), 401-429).
Wedemeyer, G.A., B.B. Barton, D.J.
McLey.
1990.
Stress
and
Acclimation. In: Schreck, C.B.,
and P.B. Moyle. (Eds). Methods
for Fish Biology. Bathesda:
American Fisheries Society. p.
451-477.
Yuwono, E., P. Sukardi, I. Sulistyo dan
Khairunisah. 2006. Perubahan
Osmolalitas Plasma Ikan Bandeng
(Chanos chanos) sebagai respon
terhadap
Aklimasi
Salinitas
Medium yang Berbeda. Ichthyos
6(1):11-16.
17
Download