2014 GROUPER FAPERIK RESPON GELONDONGAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) AKIBAT PERUBAHAN SALINITAS DENGAN PENAMBAHAN KALSIUM KLORIDA (CaCl2) PADA DURASI YANG BERBEDA PANCA REFTI SETIYONINGSIH Dosen Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penambahan konsentrasi kalsium klorida dengan durasi yang berbeda di media air tawar terhadap tingkat kerja osmotik,kadar glukosa darah dan tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng.Ikan bandeng pada bak adaptasi awal (10ppt) diambil sebanyak 2 ekor untuk mengetahui nilai osmolalitas plasma dan kadar glukosa darah awal (0 jam). Kemudian ikan bandeng dipindahkan ke dalam wadah percobaan (0 ppt) dengan perlakuan penambahan kalsium klorida (A) sebanyak 0, 50, 100 dan 150 ppm masing masing sebanyak 12 ekor. Selanjutnya dilakukan penghitungan tingkat kelangsungan hidup dan pengambilan sampel darah untuk uji osmolalitas plasma dan kadar glukosa darah setelah durasi(B) 6, 24 dan 72 jam pemindahan ke salinitas 0 ppt. Pada waktu yang bersamaan juga dilakukan pengambilan sampel air untuk mengetahui nilai osmolalitas air media.Nilai rerata tingkat kerja osmotik tertinggi terdapat pada perlakuan A0B1 (0 ppm, 6 jam), yaitu sebesar 30,38, sedangkan tingkat kerja osmotik terendah terdapat pada perlakuan A3B2 (150 ppm, 24 jam), yaitu sebesar 11,68.Nilai rerata kadar glukosa tertinggi terdapat pada perlakuan A0B2 (0 ppm, 24 jam), yaitu sebesar 187,67 mg/dl. Rerata kadar glukosa darah terendah terdapat pada perlakuan A3B3 (150 ppm, 72 jam), yaitu sebesar 23 mg/dl. Tingkat kelangsungan hidup berkisar antara 94,44 - 100%.Semakin besar penambahan konsentrasi kalsium klorida (CaCl2) akan menyebabkan penurunan tingkat kerja osmotik dan kadar glukosa darah ikan bandeng. Perlakuan A3B3 (150 ppm, 72 jam) merupakanjangka waktu terbaik untuk mengembalikan kadar glukosa darah ikan bandeng ke kondisi normal seperti sebelum dipindahkan ke salinitas airtawar.Penambahan konsentrasi kalsium klorida dan jangka waktu pemulihan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng. Kata Kunci : Ikan bandeng, Kalsium klorida, Osmoregulasi, Osmolalitas plasma, Kadar glukosa darah. 6 GROUPER FAPERIK I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya ikan bandeng secara tradisional di air tawar sudah lama dilakukan di Kabupaten Lamongan pada lahan sawah tambak.Akan tetapi dalam pelaksanaan kegiatan budidaya ini masih terkendala oleh terbatasnya ketersediaan gelondongan (juvenil) yang siap tebar pada kondisi salinitas rendah. Hal tersebut disebabkan produksi gelondongan air tawar di Kabupaten Lamongan tidak mencukupi kebutuhan pembudidaya untuk budidaya lokal sehingga harus membeli gelondongan bandeng dari luar Lamongan, yaitu dari daerah Gresik yang salinitas airnya lebih tinggi (10-15 ppt). Keadaan tersebut membutuhkan teknologi adaptasi dari air payau ke air tawar untuk mengurangi mortalitas. Salah satu metode yang diterapkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup gelondongan bandeng saat aklimatisasi ke media bersalinitas rendah adalah dengan penambahan mineral penting dalam media air tawar. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa ikan laut teleostei dapat bertahan hidup dengan adanya penambahan kalsium pada media air tawar (Breder, 1934; Hulet et al., 1967; Carrier and Evans, 1976; dan Brown, 1981). Selanjutnya Ferraris et al. (1988) menjelaskan bahwa pemindahan ikan bandeng dari air asin ke air tawar secara mendadak mengakibatkan penurunan yang signifikan pada osmolalitas plasma. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Crocker et al. (1983) pada benih ikan Red Drum (Sciaenops ocellatus). Penurunan osmolalitas plasma ini dapat dikurangi dengan penambahan kalsium. Lebih lanjut Pang et al. (1980) dan Pang and Yee (1980) menyatakan bahwa kalsium mempunyai peran yang penting dalam osmoregulasi. Mekanisme osmoregulasi penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan ketika terjadi perubahan salinitas yang mendadak (Evans et al., 1999 dan Bone and Moore, 2008). 2014 Ikan bandeng dapat hidup pada media dengan kisaran salinitas yang luas (eurihalin) dan memiliki kandungan kalsium yang tinggi. Meskipun termasuk ikan eurihalin, adanya perubahan lingkungan dari salinitas tinggi ke rendah dapat menimbulkan respon stres sehingga mengalami kesulitan dalam proses osmoregulasinya (Boyd and Tucker, 1998). Penambahan kalsium dimaksudkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan mengurangi respon stres yang diindikasikan dengan adanya perubahan osmolalitas plasma maupun kadar glukosa darah. Menurut Davis dan Gatlin III (1991), mineral kalsium merupakan kofaktor proses enzimatik. Lebih lanjut Affandi dan Tang (2002) menjelaskan bahwa kelarutan kalsium yang optimal dalam media akan meningkatkan efisiensi enzim Na+K+-ATPase. Selain itu keseimbangan mineral media juga mempengaruhi keseimbangan isoosmotik antara cairan tubuh dan lingkungan. Pada saat kondisi media optimal maka kebutuhan energi (beban osmotik) akan berkurang untuk aktifitas enzim Na +K+ATPase sehingga tersedia banyak energi (katabolisme) yang dipergunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bandeng saat kondisi stres. Boyd dan Tucker (1998) menyatakan bahwa penambahan kalsium pada lingkungan media dapat menurunkan respon stres seperti perubahan kadar kortisol, kadar gula dan elektrolit sehingga meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan. Grizzle et al. (1992) dalam penelitiannya menyatakan bahwa penambahan kalsium klorida sehingga konsentrasi kalsium media meningkat dari 10 ke lebih dari 100 mgCa2+/l menyebabkan terjadinya peningkatan kelangsungan hidup mendekati 100%. Ikan memerlukan jangka waktu tertentu untuk mengatasi stres terhadap perubahan lingkungan. Pada penelitian yang dilakukan Hosseini and Hoseini (2010), interval waktu pemulihan ikan mas yang dipapar kondisi salinitas yang berbeda tidak mengikuti rentang waktu 7 GROUPER FAPERIK yang berurutan. Pengamatan dilakukan pada kurun waktu 6, 24 dan 72 jam. Hal ini diakibatkan perubahan fisiologis dari ikan terhadap proses pemulihan kadar kortisol dan kadar gula terjadi pada rentang waktu 6, 24 dan 72 jam. Tujuan penelitian ini adalah untukmenganalisispenambahan konsentrasi kalsium klorida dan jangka waktu pemulihanterbaik di media air tawar terhadap tingkat kerja osmotikikan bandeng, kadar glukosa darah tingkat kelangsungan hidupikan bandeng. II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.1. Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di UPT. Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan selama lebih kurang 10 hari mencakup tahapan adaptasi di laboratorium, tahapan pemindahan ke salinitas air tawar dengan perlakuan penambahan kalsium klorida dengan dosis berbeda pada berbagai durasi dan tahap pengujian sampelkadar glukosa darah dan analisis parameter fisika kimia air. Sedangkan untuk pengukuran osmolalitas dilakukan di Laboratorium Departemen Biologi, Fakultas Saint dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya. 2.2. Materi Penelitian Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitan ini, adalah: ikan bandeng (berat 20-30gr dan panjang total 13-14cm), air laut yang berasal dari Hachery Akademi Perikanan Sidoarjo di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, air tawar berasal dari air tanah Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan Kabupaten Lamongan, pakan pelet komersial, kalsium klorida (CaCl2), dan teskit kualitas air. 2.3. Peralatan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini, adalah: 1 buah bak fiber dengan volume 1000 liter untuk wadah adaptasi, 12 buah box kontainer dengan volume 135liter sebagai wadah percobaan, mikro-osmometer merk Fiske 2014 model 210, glukosa meter merk medisence optium - Abbott dan test strips 48137, sentrifuse, mikropipet, sampel tube, pHmeter, refraktometer, DOmeter, spektrofotometer dan glassware. 2.4. Rancangan Penelitian Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL faktorial) dengan 2 faktor, yaitu faktor penambahan konsentrasi kalsium klorida dan faktor jangka waktu pemulihan. Faktor konsentrasi kalsium klorida (A) terdiri dari 4taraf yaitu konsentrasi kalsium klorida0 ppm (A0), 50 ppm (A1), 100 ppm (A2) dan 150 ppm (A3). Faktor jangka waktu pemulihan (B) terdiri dari 3 taraf yaitu6 jam (B1), 24 jam (B2) dan 72 jam (B3) sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan. 2.5. Persiapan Ikan Bandeng Gelondongan ikan bandeng sebanyak 250 ekor berasal dari tambak di Desa Duduk Sampean, Kecamatan Duduk, Kabupaten Gresik. Gelondongan ini kemudian diadaptasikan di laboratorium selama 7 hari dalam bak adaptasi yang diisi 900l air bersalinitas 10 ppt. Air media yang digunakan untuk adaptasi di laboratorium berasal air laut dengan salinitas 30 ppt yang diencerkan dengan air tawar sampai salinitas 10 ppt. Sebelumdigunakan air media adaptasi diaerasi selama 1 hari sehingga kelarutan oksigennya jenuh. Kemudian gelondongan ikan bandeng dimasukkan ke dalam bak adaptasi. Pemberian pakan pelet dilakukan dua kali sehari yaitu pada jam 08.00 dan jam 15.00 WIB sebanyak 3% dari biomas. 2.6. Pemindahan ke Salinitas Air tawar Wadah yang digunakan pada tahap pemindahan ke salinitas air tawar berupa box kontainer sebanyak 12 buah. Sebelum digunakan, seluruh wadah dibersihkan dengan sabun deterjen dan selanjutnya dibilas dengan air bersih. Air tawar (0 ppt) yang digunakan terlebih dahulu ditampung dalam tandon, selanjutnya air tawar dimasukkan ke dalam sembilan wadah percobaan sebanyak 120 liter per wadah dan diberi tambahan kalsium klorida dengan dosis 8 GROUPER FAPERIK sesuai perlakuan. Sedangkan tiga wadah lainnya diisi air tawar tanpa penambahan kalsium klorida (sebagai kontrol). Sebelum percobaan dimulai seluruh wadah percobaan diaerasi selama 1 hari sehingga kelarutan oksigennya jenuh. Kemudian ikan bandeng dimasukkan ke dalam setiap wadah percobaan masingmasing sebanyak 12 ekor. Ikan pada bak adaptasi awal (10ppt) diambil sebanyak 2 ekor untuk mengetahui nilai osmolalitas plasma dan kadar gula awal (0 jam). Kemudian berturut-turut dilakukan pengambilan sampel setelah 6 jam, 24 jam dan 72 jam pada semua wadah percobaan. Pada waktu yang bersamaan juga dilakukan pengambilan sampel air untuk mengetahui nilai osmolalitas air media. Selama tahapan pemindahan ke salinitas air tawar pada periode 0 sampai dengan 24 jam ikan bandeng dipuasakan. Selanjutnya ikan dapat diberi makan kembali setelah selesai diambil sampelnya untuk pengujian osmolalitas plasma dan kadar glukosa darahnya. Pemberian pakan sebanyak 3% dari biomas dengan waktu pemberian sama dengan pada tahapan adaptasi. Sisa pakan yang tidak termakan diambil setelah 1 jam pemberian pakan. Pemberian pakan ini dimaksudkan untuk menghindari kematian ikan karena kekurangan pakan dan bukan dikarenakan oleh stres karena pemindahan ke salinitas rendah. Pemberian pakan terakhir diberikan pada hari kedua pukul 15.00 WIB. Ikan kembali dipuasakan sampai pengambilan sampel pada jangka waktu 72 jam. Pengelolaan media dilakukan dengan jalan aerasi berfilter. 2.7. Pengukuran Parameter 1. Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup adalah persentase perbandingan jumlah individu yang hidup pada akhir dan awal penelitian (Effendie, 2002). Jumlah sampel ikan bandeng untuk pengujian tingkat kelangsungan hidup pada penelitian ini adalah sebanyak 6 ekor. Penghitungan tingkat kelangsungan hidup dilakukan setiap periodejangka waktu 2014 pemulihan, yaitu 6 jam, 24 jam dan 72 jam. 2. Tingkat Kerja Osmotik (TKO) Tingkat kerja osmotik merupakan hasil pembagian dari osmolalitasplasma ikan bandeng dengan osmolalitas media pemeliharaan (Schmidt-Nielsen, 1990). Penghitungan tingkat kerja osmotik ikan bandeng dilakukan pada 0 jam, 6 jam, 24 jam dan 72 jam. Dua ekor ikan bandeng dari tiap wadah percobaan diambil dan dianestesi dengan menggunakan minyak cengkeh (dosis 100 ppm) (Hosseini and Hoseini, 2010). Ikan diambil darahnya dari pembuluh darah dibagian ekor dengan menggunakan 1 ml plastic syringe dan kapiler tube. Darah ditampung pada mikrotube dan dibiarkan sampai terbentuk serum pada 4oC selama 2 jam. Sampel darah selanjutnya disentrifus selama 3 menit pada 5000g untuk memisahkan plasmanya. Plasma diambil dengan mikropipet sebanyak 20 µl kemudian dimasukkan ke dalam mikrotube dan disimpan pada suhu -20 oC sampai dilakukan analisa osmolalitas. Sampel air juga diambil kemudian disentrifuse untuk mengendapkan kotoran-kotoran dengan cara yang sama seperti sampel darah (Cabrera et al., 1995; Versamos et al., 2005; Saoud et al., 2007; Tipsmark et al., 2007). Selanjutnya dilakukan analisa osmolalitas plasma ikan dan media menggunakan alat osmometer (mikroosmometer merk Fiske Type 210) dengan metode freezing point depression. 3. Kadar Glukosa Darah Untuk mengetahui respon stres ikan terhadap perubahan salinitas maka dilakukan pengukuran kadar glukosa darah pada 0, jam, 6 jam, 24 jam dan 72 jam dengan menggunakan glukosa meter merk medisence optium - Abbott dan tes strip 48137. Prosedur pengujiannya yaitu dengan memasang test strip lubang yang ada di bagian atas glukosa meter. Selanjutnya darah dimasukkan ke dalam test strip dengan cara menyerap darah (0,6 µl) dengan ujung tes strip dan ditunggu selama 5 detik kemudiaan hasilnya dicatat sebagai kadar glukosa darah dengan satuan mg/dl. 9 2014 GROUPER FAPERIK 4. Fisika Kimia Air Pada tahap adaptasi awal pengukuran nilai pH, salinitas, DO dan suhu air dilakukan setiap pagi dan sore hari. Sedangkan nilai alkalinitas, nitrit dan amonia dilakukan pada hari ke-1, ke-4 dan ke-7. Pada tahap pemindahan ikan ke salinitas air tawar, pengukuran nilai pH, salinitas, DO, suhu, alkalinitas, nitrit dan amonia air dilakukan pada setiap jangka waktu pemulihan yaitu 6 jam, 24 jam dan 72 jam. Sedangkan untuk pengukuran kandungan mineral kalsium dan klorida dilakukan pada media adaptasi awal 10 ppt dan media percobaan 0 ppt tanpa penambahan CaCl2 sebelum ikan dimasukkan serta pada media 0 ppt dengan penambahan CaCl2 sebanyak 150 ppm pada setiap jangka waktu pemulihan. 2.8. Analisis Data Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan ANAVA (Analisis Varian) untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari perlakuan terhadap tingkat kelangsungan hidup, tingkat kerja osmotik, dan kadar glukosa darah. Apabila terdapat pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan untuk mengetahi perbedaan antar perlakuan. Proses pengolahan data statistik diolah menggunakan software SPSS 16 (Steel and Torrie, 1993). Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan kualitas air media bagi kehidupan gelondonganikan bandeng. III. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 3.1. Hasil Penelitian 1. Tingkat Kerja Osmotik Nilai rerata tingkat kerja osmotik ikan bandeng pada media bersalinitas 0 ppt sesuai perlakuan disajikan pada Tabel 1, 2 dan 3. Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) A0 (0 ppm) A1 (50 ppm) A2 (100 ppm) A3 (150 ppm) Jangka Waktu Pemulihan(B) B1 (6 jam) B2 (24 jam) B3 (72 jam) 30,38±2,07a 26,67±0,83b 26,61±1,01b 25,12±1,26c 13,59±0,36ef 12,21±0,50fg 12,29±0,11fg 11,68±0,17g 15,35±0,61d 14,01±0,38de 13,78±0,69ef 13,28±0,18ef Keterangan: huruf superscript dibelakang nilai standart deviasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Tabel 2. Rerata Tingkat Kerja Osmotik Ikan Bandeng pada Perlakuan Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) di Media Air Tawar Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) A0 (0 ppm) A1 (50 ppm) A2 (100 ppm) A3 (150 ppm) Rerata Tingkat Kerja Osmotik 19,77 17,63 17,56 16,69 Tabel 3. Rerata Tingkat Kerja Osmotik Ikan Bandeng pada Perlakuan Jangka Waktu Pemulihan (B) di Media Air Tawar Jangka Waktu Pemulihan (A) B1 (6 jam) B2(24 jam) B3 (72 jam) Rerata Tingkat Kerja Osmotik 27,20 12,44 14,10 Faktor perlakuan penambahan kalsium klorida dan jangka waktu pemulihan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap tingkat kerja osmotik ikan bandeng, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). Grafik pengaruh perlakuan penambahan kalsium klorida dan jangka waktu pemulihan terhadap tingkat kerja osmotik ikan bandeng disajikan pada Gambar 1. Tabel 1. RerataTingkat Kerja Osmotik Ikan Bandeng pada Perlakuan Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) dan Jangka Waktu Pemulihan(B) di Media Air Tawar 10 2014 GROUPER FAPERIK 35,00 Tingkat Kerja Osmotik 30,00 A0 (0 ppm) a A1 (50 ppm) b b A2 (100 ppm) c 25,00 A3 (150 ppm) Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) A0 (0 ppm) A1 (50 ppm) A2 (100 ppm) A3 (150 ppm) Rerata Kadar Glukosa Darah (mg/dl) 104,33 76,00 70,44 64,11 20,00 ef fg fg g 15,00 d Tabel 6. Rerata Kadar Glukosa Darah Bandeng pada Perlakuan Jangka Waktu Pemulihan (B) di Media Air Tawar efef de 10,00 Jangka Waktu Pemulihan (A) B1(6 jam) B2 (24 jam) B3 (72 jam) 5,00 0,00 B1 (6 jam) B2 (24 jam) B3 (72 jam) Gambar 1. Grafik Pengaruh Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) dan Jangka Waktu Pemulihan (B) di Media Air Tawar terhadap Tingkat Kerja Osmotik (TKO) Ikan Bandeng 2. Kadar Glukosa Darah Nilai rerata kadar glukosa darah ikan bandeng pada media bersalinitas 0 ppt sesuai perlakuan disajikan pada Tabel 4, 5 dan 6. Faktor perlakuan penambahan kalsium klorida dan jangka waktu pemulihan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01), sedangkan interaksi antara kedua perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar glukosa darah ikan bandeng. Grafik pengaruh interaksi perlakuan penambahan kalsium klorida dan jangka waktu pemulihan terhadap kadar glukosa darah ikan bandeng disajikan pada Gambar 2. Tabel 4. Rerata Kadar Glukosa Darah Ikan Bandeng (mg/dl) pada Perlakuan Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) dan Jangka Waktu Pemulihan (B) di Media Air Tawar A1 (50 ppm) A2 (100 ppm) A3 (150 ppm) Jangka Waktu Pemulihan(B) B1 (6 jam) B2 (24 B3 (72 jam) jam) 83,00 ± 13,53cd 76,00 ± 16,46cde 76,33 ± 12,10cde 62,00 ± 19,47def 187,67 ± 43,32a 119,33 ± 21,01b 101,67 ± 20,21bc 107,33 ± 19,66bc 42,33 ± 10,26fgh 32,67 ± 12,50gh 33,33 ± 10,69gh 23,00 ±5,20h 200,00 a 180,00 160,00 Kadar Glukosa Darah (mg/dl) Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) A0 (0 ppm) 140,00 b 120,00 Tabel 5. Rerata Kadar Glukosa Darah Ikan Bandeng (mg/dl) pada Perlakuan Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) di Media Air Tawar A0 (0 ppm) bc bc A1 (50 ppm) 100,00 cd cde 80,00 A2 (100 ppm) cde def A3 (150 ppm) 60,00 fgh 40,00 gh gh h 20,00 0,00 B1 (6 jam) Keterangan: huruf superscript dibelakang nilai standart deviasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Rerata Kadar Glukosa Darah (mg/dl) 74,33 129 32,83 B2 (24 jam) B3 (72 jam) Gambar 2. Grafik Pengaruh Interaksi Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) dan Jangka Waktu Pemulihan(B) di Media Air Tawar terhadap Kadar Glukosa Darah Ikan Bandeng 3. Tingkat Kelangsungan Hidup 11 2014 GROUPER FAPERIK A0B1 (0 ppm, 6 jam) A0B2 (0 ppm, 24 jam) A0B3 (50 ppm, 72 jam) A1B1 (50 ppm, 6 jam) A1B2 (50 ppm, 24 jam) A1B3 (50 ppm, 72 jam) A2B1 (100 ppm, 6 jam) A2B2 (100 ppm, 24 jam) A2B3 (100 ppm, 72 jam) A3B1 (150 ppm, 6 jam) A3B2 (150 ppm, 24 jam) A3B3 (150 ppm, 72 jam) Rerata tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng seperti yang tersaji pada Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor perlakuan penambahan kalsium klorida dan jangka waktu pemulihan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng. Tabel 7. Rerata Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (%) pada Perlakuan Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) dan Jangka Waktu Pemulihan(B) di Media Air Tawar Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) A0 (0 ppm) A1 (50 ppm) A2 (100 ppm) A3 (150 ppm) Jangka Waktu Pemulihan(B) B1 (6 jam) B2 (24 jam) B3 (72 jam) 100,00 ± 00a 100,00 ± 00a 100,00 ± 00a 100,00 ± 00a 100,00 ± 00a 100,00 ± 00a 100,00 ± 00a 100,00 ± 00a 94,44 ± 9,62a 100,00 ± 00a 100,00 ± 00a 100,00 ± 00a Keterangan: huruf superscript dibelakang nilai standart deviasi yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) 4. Fisika Kimia Air Hasil pengukuran konsentrasi kalsium dan klorida pada media dan hasil pengukuran fisika kimia air selama penelitian disajikan pada Tabel 8 dan 9. Tabel 8. Konsentrasi Mineral Kalsium (Ca2+) dan Klorida (Cl-) pada Media Air Bersalinitas 10 ppt, pada Air Tawar dengan Penambahan CaCl2 sebanyak 150 ppm dan pada Air Tawar Tanpa Penambahan CaCl2 Perlakuan Salinitas 10 ppt Salinitas 0 ppt, durasi 0 jam (A0B0) Salinitas 0 ppt + 150 ppm CaCl2, durasi 0 jam (A3B0) Salinitas 0 ppt + 150 ppm CaCl2, durasi 6 jam (A3B1) Salinitas 0 ppt + 150 ppm CaCl2, durasi 24 jam (A3B2) Salinitas 0 ppt + 150 ppm CaCl2, durasi 72 jam (A3B3) Konsentrasi Mineral pada Media (mg/l) Ca2+ Cl74,22 4293, 7,09 6 13,67 17,7 22,62 72,59 24,16 76,36 21,60 76,13 93,83 Tabel 9. Rerata Nilai Fisika Kimia Air pada Setiap Perlakuan Perlakuan Penambahan Konsentrasi Kalsium Klorida (A) dan Jangka Waktu Pemulihan (B) pH Suhu (oC) DO (mg/l Sal (ppt) Alk (mg/l CaCO3) NH3 (mg/l) 8,13 8,27 8,23 8,10 8,27 8,20 8,13 8,30 8,23 8,13 8,33 8,20 26,0 25,3 24,3 26,0 25,0 24,7 26,0 25,3 24, 7 26,0 25,0 25,0 8,98 8,77 8,36 8,92 8,63 8,46 9,10 9,18 9,32 8,85 8,90 8,67 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 42,33 31,33 85,67 53,33 29,33 88,33 49,00 28,33 68,00 55,00 33,33 58,00 0,07 0,15 0,15 0,05 0,15 0,10 0,06 0,16 0,11 0,05 0,10 0,11 IV. PEMBAHASAN Rerata hasil pengukuran osmolalitas plasma ikan bandeng pada media bersalinitas 10 ppt, 0 jam sebelum dipindahkan ke salinitas 0 ppt adalah sebesar 377,5 mOsm/Kg dengan osmolalitas media sebesar 291 mOsm/Kg. Nilai osmolalitas plasma ikan bandeng ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saoud et al. (2007) yang menyebutkan bahwa nilai osmolalitas plasma ikan Rabbitfish (Siganus rivulatus) pada media bersalinitas 10 ppt (241 mOsm/Kg) adalah sebesar 378,6 mOsm/Kg. Rerata osmolalitas plasma ikan bandeng pada media bersalinitas 0 ppt dalam penelitian ini berkisar antara 320 sampai dengan 367,33 mOsm/Kg dengan rerata osmolalitas media berkisar antara 10,67 sampai dengan 28,67 mOsm/Kg. Berdasarkan hasil ini maka ikan bandeng pada media bersalinitas 10 ppt maupun 0 ppt bersifat hyperosmotic, yaitu tekanan osmotik cairan tubuhnya lebih tinggi daripada tekanan osmotik medianya. Oleh karena itu, ikan harus mengembangkan mekanisme fisiologinya untuk mencegah kelebihan aliran air ke dalam tubuh dan juga mengembangkan mekanisme untuk mencegah kehilangan zat terlarut sebagai kelebihan air yang diekskresikan melalui proses osmoregulasi. Menurut Isnaeni (2006), ikan di lingkungan air tawar membatasi pemasukan air dan kehilangan ion dengan cara membentuk permukaan tubuh yang impermeabel terhadap air. Meskipun demikian air dan ion tetap dapat bergerak NOmelewati insang yang relatif terbuka. Air (mg/l) yang masuk kedalam tubuh dikeluarkan dalam bentuk urin. Akan tetapi pengeluaran urin juga menyebabkan pengeluaran ion. Oleh karena itu ikan melakukan tranpor aktif untuk memasukkan ion dan garam ke dalam tubuhnya. Lebih lanjut Evans (2008) 2 12 0,06 0,06 0,15 0,06 0,04 0,15 0,06 0,05 0,14 0,05 0,06 0,15 GROUPER FAPERIK menjelaskan bahwa pada ikan teleostei air tawar, tekanan osmotik cairan tubuh yang lebih tinggi daripada tekanan osmotik medianya akan meningkatkan aliran air ke dalam tubuh dan menyebabkan kehilangan NaCl secara difusi melalui epithel insang permeabel. Untuk menjaga konsentrasi internal menjadi terlalu encer maka ikan mengekskresikan urine hypotonic dalam volume yang relatif besar dan menyerap NaCl secara aktif melintasi epitel insang. Pada penelitian ini, nilai rerata tingkat kerja osmotik tertinggi terdapat pada perlakuan A0B1 (0 ppm, 6 jam), yaitu sebesar 30,38, sedangkan tingkat kerja osmotik terendah terdapat pada perlakuan A3B2 (150 ppm, 24 jam), yaitu sebesar 11,68. Berdasarkan grafik pengaruh penambahan konsentrasi kalsium klorida (A) dan jangka waktu pemulihan(B) di media air tawar terhadap tingkat kerja osmotik ikan bandeng dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan konsentrasi kalsium klorida yang diberikan maka tingkat kerja osmotik pada setiap jangka waktu pemulihan akan semakin rendah. Penambahan kalsium klorida akan meningkatkan konsentrasi osmolalitas media sehingga rasio osmolalitas plasma dan osmolalitas media akan semakin kecil, akibatnya nilai tingkat kerja osmotik juga akan semakin rendah. Tingkat kerja osmotik yang semakin rendah menyebabkan semakin sedikitnya energi yang digunakan untuk osmoregulasi sehingga porsi energi untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan semakin besar. Menurut Boeuf and Payan (2001) dan Sampaio and Bianchini (2002) penurunan pertumbuhan ikan ketika dipelihara pada salinitas air yang tidak optimal dapat disebabkan oleh meningkatnya aktifitas Na+K+-ATPase dan pengeluaran energi. Selanjutnya Imsland et al. (2003), menjelaskan bahwa tingkat pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan terkait dengan jumlah energi yang dikeluarkan untuk osmoregulasi. Berkurangnya jumlah sel Na+K+-ATPase imunoreaktif pada insang juvenil Scophthalmus maximus yang didedahkan di lingkungan isoosmotik (15%0) menyebabkan pengeluaran energi juga berkurang sehingga berkontribusi 2014 bagi peningkatan pertumbuhan yang lebih tinggi. Apabila ikan mengalami stres akibat terjadinya perubahan lingkungan maka tubuh ikan akan merespon dengan mensekresikan hormon glukokortikoid (kortisol) dan katekolamin yang mengontrol tubuh untuk mengatasi terjadinya stres (Barton et al. 1988). Respon stres dapat berupa peningkatan glukosa darah karena terjadi metabolisme glukosa yang dipacu oleh kortisol dan katekolamin. Pada penelitian ini, nilai rerata kadar glukosa tertinggi terdapat pada perlakuan A0B2 (0 ppm, 24 jam), yaitu sebesar 187,67 mg/dl. Rerata kadar glukosa darah terendah terdapat pada perlakuan A3B3 (150 ppm, 72 jam), yaitu sebesar 23 mg/dl. Kadar glukosa darah pada perlakuan A3B3 ini hampir sama dengan kadar glukosa ikan pada salinitas asal (10 ppt) sebelum dipindahkan ke salinitas 0 ppt, yaitu sebesar 22 mg/dl. Kadar glukosa darah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: pakan, spesies dan stadia kehidupan, waktu terakhir makan, musim dan persediaan glikogen di hati (MartinezPorchas et al., 2009). Adanya penambahan kalsium klorida pada media akan membantu dalam mempertahankan keadaan homeostatis ikan. Hal ini karena menurut Piliang (2005), fungsi utama kalsium selain sebagai pembentuk struktur tubuh, kalsium dalam jaringan secara fisiologi akan mempertahankan homeostasis. Homeostasis adalah keadaan stabil yang dipertahankan melalui proses aktif melawan perubahan. Menurut Martinez-Porchas et al. (2009), peningkatan kadar glukosa tidak terjadi secepat peningkatan kadar kortisol. Selanjutnya Langiano and Martinez (2008), menyatakan bahwa perubahan kadar glukosa darah dapat terjadi setelah beberapa menit, jam ataupun beberapa hari setelah stres. Hal inilah yang menyebabkan kadar glukosa darah ikan bandeng tertinggi dicapai setelah durasi 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan salinitas dari 10 ppt ke 0 ppt dengan adanya perlakuan penambahan konsentrasi kalsium klorida dan jangka waktu pemulihan yang 13 GROUPER FAPERIK berbeda tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng. Kisaran perubahan salinitas yang tidak terlalu lebar, yaitu dari 10 ppt ke 0 ppt pada penelitian ini menyebabkan tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng mencapai 100%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuwono dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa ikan bandeng dapat hidup dengan baik bilamana didedahkan dalam media dengan salinitas 0-24 ppt. Berdasarkan data hasil pengujian konsentrasi mineral kalsium (Ca 2+)dan klorida (Cl-) pada Tabel 8. dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan CaCl2 sebanyak 150 ppm menyebabkan peningkatan konsentrasi mineral kalsium dan klorida pada media air tawar. Sebelum dilakukan pemindahan ikan bandeng ke media air tawar ini, kandungan konsentrasi mineral kalsium adalah sebesar 13,67 mg/L dan konsentrasi mineral klorida adalah sebesar 72,59 mg/l. Setelah dilakukan pemindahan ikan bandeng ke dalam media air tawar ini, maka konsentrasi kedua mineral ini mengalami peningkatan. Pada durasi akhir pemulihan (72 jam) kandungan konsentrasi mineral kalsium adalah sebesar 21,6 mg/L dan konsentrasi mineral klorida adalah sebesar 93,83 mg/L. Hal ini adalah sebagai respon ikan bandeng terhadap perubahan salinitas dari air payau (10 ppt) ke air tawar (0 ppt). Hasil pengujian nilai fisika kimia air pada setiap perlakuan pada Tabel 9. masih berada pada kondisi yang layak untuk menunjang kelangsungan hidup ikan bandeng. Adanya perlakuan penambahan kalsium klorida pada dasarnya akan dapat meningkatkan nilai alkalinitas air media akan tetapi masih dalam kisaran yang diperbolehkan. Adanya penurunan alkalinitas air media pada jangka waktu pemulihan 24 jamapabila dihubungkan dengan konsentrasi mineral kalsium dalam media serta adanya penurunan tingkat kerja osmotik pada jangka waktu pemulihan tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya pemanfaatan mineral kalsium oleh bandeng untuk mempertahankan nilai 2014 osmolalitas plasma dalam proses osmoregulasi. Hal kontras dalam penelitian ini adalah pada jangka waktu pemulihan 24 jam, ketika tingkat kerja osmotik ikan bandeng menunjukkan penurunan sampai level terendah, justru kadar glukosa darah ikan bandeng mengalami kenaikan. Hal ini kemungkinan karena tidak ada keterkaitan antara kadar glukosa darah dengan osmolalitas plasma ikan bandeng. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam penelitian Tsuzuki et al. (2007) pada ikan Pejerrey (Odontesthes bonariensis) dan penelitian yang dilakukan oleh Davis and Simco (1976) serta Ecker et al. (2001) pada ikan lele yang dipindahkan ke air asin menyatakan bahwa hormon kortisol tidak berpengaruh terhadap osmolalitas plasma dan ion individual. Akan tetapi hormon kortisol mempunyai hubungan yang erat dengan peningkatan kadar glukosa darah. Kortisol berfungsi untuk memberikan efek stimulasi pada glukoneogenesis hati,meningkatkan kadar gula darah (Wedemeyer et al.,1990 and Boon et al., 1991) dan menyediakan energi yang mudah diakses untuk osmoregulasi (Abo-Hegab andHanke, 1984) tetapi tidak secara langsung terlibat dalam osmoregulasi. Castranova (2003), menjelaskan bahwa peningkatan kadar glukosa darah juga dapat dipengaruhi oleh adanya pelepasan hormon katekolamin sebagai respon stres. Selanjutnya Hazon and Balment (1998), menyatakan bahwa katekolamin pada ikan akan meningkatan permeabilitas membran insang dan pertukaran ion. Hal ini akan berdampak pada penurunan osmolalitas plasma dan peningkatan osmolalitas media seperti yang terjadi dalam penelitian ini, sehingga pada periode pemulihan 24 jam tingkat kerja osmotik ikan bandeng rendah. Nilai tingkat kerja osmotik pada kondisi isoosmotik adalah 1. Pada penelitian ini, tingkat kerja osmotik ikan bandeng pada salinitas 0 ppt berkisar antara 11,68 sampai 30,38. Hal ini memunjukkan bahwa adanya penambahan CaCl2 ke dalam media tidak menjamin ikan tidak mengalami stres. Akan tetapi, penambahan CaCl2 berguna 14 2014 GROUPER FAPERIK untuk menurunkan level energi yang digunakan untuk proses osmoregulasi. Seiring dengan berjalannya waktu, secara teoritis kadar glukosa darah bisa kembali normal. Akan tetapi untuk mencapai kondisi normal seperti sebelum dipindahkan ke media air tawar bisa terjadi gangguan, seperti timbulnya penyakit akibat berkurangnya energi dan ketidakseimbangan hormon selama periode adaptasi. Pada perlakuan penambahan konsentrasi kalsium klorida 150 ppm dan jangka waktu pemulihan 72 jam (A3B3) nilai kadar glukosa darah menunjukkan nilai yang hampir sama dengan kondisi sebelum dipindahkan ke media air tawar (sebelum adanya tantangan osmotik) dan nilai tingat kerja osmotik juga menunjukkan penurunan yang signifikan sehingga dapat dikatakan perlakuan A3B3 merupakan perlakuan terbaik dalam penelitian ini. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Semakin besar penambahan konsentrasi kalsium klorida (CaCl2) yang diberikan maka akan menyebabkan penurunan tingkat kerja osmotik dan kadar glukosa darah ikan bandeng. Perlakuan A3B3 (penambahan konsentrasi kalsium klorida 150 ppm dan jangka waktu pemulihan 72 jam) merupakan jangka waktu terbaik untuk mengembalikan kadar glukosa darah ikan bandeng ke kondisi normal seperti sebelum dipindahkan ke salinitas airair tawar. Penambahan konsentrasi kalsium klorida dan jangka waktu pemulihan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng. 5.2. Saran Perlu dikaji pengaruh penambahan konsentrasi kalsium klorida untuk menurunkan level stres ikan dari golongan stenohalin saat dipindahkan dari media air asin (salinitas tinggi) ke media air tawar. DAFTAR PUSTAKA Abo-Hegab, S. and W. Hanke. 1984. The Significance of Cortisol for Osmoregulation in Carp (Cyprinus carpio) and Tilapia (Sarotherodon mossambicus). Gen. Comp. Endocrinol 54: 409417. Affandi, R. dan U.M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press, Riau, 217 hal. Barton, B.A., C.B. Schreck and L.G. Fowler. 1988. Fasting and Diet Content Affect Stress-induced Canges in Plasma Glucose and Cortisol in Juvenile Chinook Salmon. The Progressive Fish Culturist. 50: 16-22. Boeuf, G. and P. Payan. 2001. How Should Salinity Influence Fish Growth? Comp. Biochem. Physiol. 130C.411-423. Boon, J.V.D., E.E.J.M. Guido and V.D. Thillart. The Effects of Cortisol Administration on Intermediary Metabolism in Teleost Fish. Comp. Biochem. Physiol 100:4753. Bone, Q. and R.H. Moore. 2008. Biology of Fishes. 3rd ed. Taylor & Francis Group. New York. Boyd, C.E. and C.S. Tucker. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management. Kluwer Academic Publishers, Boston, Massachusettes, 700p. Breder, C. M., Jr. 1934. Ecology of an Oceanic Fresh-Water Lake, Andros Island, Bahamas, with Special Reference to Its Fishes.Zoologica , 18:57-80. Brown, D.J.A. 1981. The Effects of Various Cations on the Survival of Brown Trout, Salmo trutta at Low pHs. J. Fish Biol. 18:31-40. Cabrera, P.J.G., F. Dowd, V.K. Pedibhotla, R. Rosario, D.S. Samuelson and D. Petzel. 1995. Enhanced Hypo-Osmoregulation Induced by Warm-Acclimation in Antarctic Fish is Mediated by Increased Gill and Kidney Na+/K+ATPase Activities. The Journal Of 15 GROUPER FAPERIK Experimental Biology 198, 2279– 2291 Carrier, J.C. and D.H. Evans. 1976. The Role of Environmental Calcium in Freshwater Survival of the Marine Teleost, Lagodon rhomboides. J. Exp. Biol., 65:529-538. Castranova, D.A. 2003. Implications of Divergent Cortisol Stress Responsiveness in Male Striped Bass (Morone saxatilis). Thesis. Faculty of the Graduate School of the University of Maryland. Crocker, P.A., C.R.Arnold, J.A. DeBoer and G.J. Holt. 1983. Blood Osmolality Shift in Juvenile Red Drum Sciaenops ocellatus L. Exposed to Fresh Water. J. Fish Biol. 23: 315-319. Davis, D.A. and D.M. Gatlin III. 1991. Dietary Mineral Requirement of Fish and Marine Crustaceans. Reviews in Fisheries Sciences 4(1):75-99. Davis, K.B. and B.A. Simco. 1976. Salinity Effect on Plasma Electrolytes of Channel Catfish Ictalurus punctatus. J. Fish Res. Board Can. 33: 741-746. Effendie. M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama. 163 hal. Evans, D.H., J.B. Claiborne and G.A. Kormanik. 1999. Osmoregulation, Acid-Base Regulation, and Nitrogen Excretion. pp : 79 – 92. In Horn,M.H., K.L.M.Martin and M.A. Chotkowski., eds. Intertidal Fishes : Life in Two Worlds. Chapter 5. Academic Press.USA. Evans, D.H., P.M. Piermarini and K.P. Choe, 2005. The Multifunctional Fish Gill: Dominant Site of Gas Exchange, Osmoregulation, AcidBase Regulation and Excretion of Nitrogenous Waste. Physiol. Rev. 85, 97-177. Evans, D.H. 2008. Teleost Fish Osmoregulation: What Have We Learned Since August Krogh, Homer Smith, and Ancel Keys. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol 295: R704-R713. Ferraris R.P., J.M. Almendras and A.P. Jazul. 1988. Changes in Plasma 2014 Osmolality and Chloride Concentration during Abrupt Transfer of Milkfish (Chanos chanos) from Seawater to Different Test Salinities. Aquaculture 70:145–157. Grizzle, J.M., A.C. Mauldin II and C.J. Ashfield. 1992. Effects of Sodium Chloride and Calcium Chloride on Survival of Larval Striped Bass. J. Aquatic Animal Health 4(4):281285. Hazon, N. and Balment, R.J. 1998. Endocrinology. In: The Physiology of Fishes Second Edition. D.H. Evans (ed.) CRC Press, Boca Raton. 448-463. Hosseini, S.A. and S.M. Hoseini. 2010. Effect of Acute Crowding Stress on Subsequent Osmotic Challenge and Recovery in Juvenile Common Carp Cyprinus carpio (Linnaeus). Comparative Clinical Pathology, SpringerVerlag London. 10p Hulet, W. H., S. J. Masel, L.H. Jodrey, and R. G. Wehr, 1967. The Role of Calcium in the Survival of Marine Teleosts in Dilute Sea Water. Bull. Marine Science, 17:677-688. Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta. Imsland, A.K., S. Gunnarsson, A. Foss and S.O Stefansson. 2003. Gill Na+K+-ATPase Activity, Plasma Chloride and Osmolality in Juvenile Turbot Reared at Different Temperatures and Salinities. Aquaculture 218: 671683. Martinez-Porchas, M., L.R. MartinezCordova, and R. RamosEnriquez. 2009. Cortisol and Gucose: Reliable Indicators of Fish Stress? Pan-American Journal of Aquatic Sciences 4(2): 158-178. Pang, P.K.T. and J.A. Yee. 1980. Evolution of the Endocrine Control of Vertebrate Hypercalcemic Regulation. In: S. Ishii et al. (Editors), Hormones, Adaptation and Evolution. Japan 16 GROUPER FAPERIK Sci. Soc. Press. Tokyo, pp. 103111. Pang, P.K.T., A.D. Kenny and G. Ogura. 1980 b. Evolution of Endocrine Control of Calcium Regulation. In: P.K.T. Pang and A. Epple, (Editors), Evolution of Vertebrate Endocrine Systems. Texas Tech. Univ. Press, Lubbock, TX, pp. 323-356. Piliang, W.G. 2005. Nutrisi Mineral. Edisi ke-5. Bogor : Pusat Antar Universitas, IPB. 258 hlm Sampaio, L.A. and A. Bianchini. 2002. Salinity Effects on Osmoregulation and Growth of the Euryhaline Flounder Paralichthys orbignyanus. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 269, 187-196. Saoud, I.P., S. Kreydiyyeh, A. Chalfoun and M. Fakih. 2007. Influence of Salinity on Survival, Growth, Plasma Osmolality and Gill Na+– K+–ATPase Activity in the Rabbitfish Siganus rivulatus. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 348 : 183– 190. Schmidt-Nielsen, K. 1990. Animal Physiology: Adaptation and Environment. Cambridge University Press. Cambridge. 241p. Steel, R.G.D and J.H. Torrie. 1993. Principles and Procedures of Statistics. A Biomedical Approach. 3rd Ed. Mc Graw Hill. Kogasukha Ltd.Tokyo. Tipsmark, C.K.. J.A. Luckenbach, S.S. Madsen and R.J. Borski. 2007. IGF-I and Branchial IGF Receptor Expression and Localization During Salinity Acclimation in Striped Bass. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol 292:R535R543. Tsuzuki, M.Y., K. Ogawa, C.A. Strussmann, M. Maita, F. Takashima and C.M.R. Melo. 2007. The Significance of Cortisol on Acclimation to Salinity in Pejerrey Odontesthes bonariensis. Arq. Bras. Med. Vet. Zootec 55(5): 1301-1307. 2014 Versamos, S., C.Nebel, G.Charmantier. 2005. Ontogeny of Osmoregulation in Postembryonic Fish: A Review. Comp. Biochem. Physiol. A 141 (4), 401-429). Wedemeyer, G.A., B.B. Barton, D.J. McLey. 1990. Stress and Acclimation. In: Schreck, C.B., and P.B. Moyle. (Eds). Methods for Fish Biology. Bathesda: American Fisheries Society. p. 451-477. Yuwono, E., P. Sukardi, I. Sulistyo dan Khairunisah. 2006. Perubahan Osmolalitas Plasma Ikan Bandeng (Chanos chanos) sebagai respon terhadap Aklimasi Salinitas Medium yang Berbeda. Ichthyos 6(1):11-16. 17