ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU MENOPAUSE DI KLINIK PRATAMA MUTIARA BUNDA KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : RISYE TRIANA PUTRI NIM. 12DB277160 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU MENOPAUSE DI KLINIK PRATAMA MUTIARA BUNDA KOTA TASIKMALAYA TAHUN 20161 Risye Triana Putri2 Resna Litasari3 Neli Sunarni4 INTISARI Menopause merupakan proses penuaan yang alamiah dan normal pada setiap wanita, menopause terjadi pada akhir siklus menstruasi yang terakhir yang dialami oleh seorang wanita yang sudah tidak mengalami siklus haid selama minimal 12 bulan. Gejala- gejala yang umum terjadi pada masa menopause secara fisik di antaranya hot flush atau rasa panas pada wajah, leher, dada dan punggung. Kulit menjadi merah dan hangat di sertai keringat yang berlebihan (keringat terutama pada malam hari) dan jantung berdebar - debar. Tujuan penyusunan taporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu menopause di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya Tahun 2016 menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu menopause ini selama 8 hari dimulai pada tanggal 14-22 April 2016 di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu menopause. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu menopause di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya dilaksanakan sesuai dengan prosedur manajemen kebidanan. Kata Kunci Kepustakaan Halaman : Ibu Menopausen, Hot Flush : 24 buku (2007-2012) : i-x, 41 halaman, 7 Lampiran 1 Judul Penulisan Ilmiah; 2 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis; 3 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis; 4 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis. vii 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan peningkatan usia, banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan itu akan terhenti pada suatu tahapan, sehingga berikutnya akan terjadi banyak perubahan fisik maupun psikolagis. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi suatu fase yaitu fase menopause (Proverawati, 2010). Menurut Proverawati (2010), sebelum terjadi fase menopause biasanya didahului dengan fase pramenopause dimana pada fase pramenopause ini terjadi peralihan dari masa subur menuju masa tidak adanya pembuahan (anovulatoir). Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala pramenopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun yaitu terjadinya masa menopause dimana pada masa menopause in! wanita sudah tidak mengalami haid lagi. Menopause merupakan suatu masa ketika persediaan sel telur habis, indung telur muiai menghentikan produksi estrogen yang mengakibatkan haid tidak muncul lagi. Hal ini dapat diartikan sebagai berhentinya kesuburan. Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. WHO juga mengatakan pada tahun 2010, sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause, dan 40% dari wanita pasca menopause tersebut tinggal di negara berkembang dengan usia rata-rata mengalami menopause pada usia 51 tahun. WHO memperkirakan jumiah wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 milyar pada tahun 2030. Di Asia, masih menurut data WHO, pada tahun 2025 jumlah wanita yang menopause akan melonjak dari 107 juta jiwa akan menjadi 373 juta jiwa. Prakiraan kasar menunjukkan akan terdapat sekitar 30-40 juta wanita dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 240-250 juta jiwa pada tahun 2020, dalam kurun waktu tersebut {usia lebih dari 60 tahun} 1 2 hampir 100% telah mengalami menopause dengan segala akibat serta dampak yang menyertainya (WHO, 2015). Data dari BPS pada tahun 2015 bahwa 5.320.000 wanita Indonesia telah memasuki masa menopause per tahunnya. Depkes R1 (2015), memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause sekitar 30,3 juta jiwa dengan usia rata-rata menopause 49 tahun. Bappenas memperkirakan pada tahun 2025 jumlah penclucluk Indonesia ada 273,65 juta jiwa dan angka harapan hidup pada tahun 2025 adalah 73,7 tahun. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 jumlah penduduk di Provinsi Jawa Barat tahun 2014 dari 46.300.543 jiwa penduduk, wanita yang berusia di atas 45 tahun berjumlah 17.429.111 jiwa. Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2014 bequmlah 5.152.355 jiwa dengan wanita yang berusia 50 tahun ke atas sebanyak 982.754 jiwa (Kemenkes, 2015). Dalam Islam, dipahami bahwa kehidupan manusia akan mengalami tiga fase, yaitu masa bayi, masa muda dan masa tua, sehingga menopause juga harus dipahami sebagai ketentuan Allah. Didalam Al Qur'an, Allah SWT telah berfirman : Artinya : "Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah pada kedewasaan dan diantara kamu ada yang diwafafkan dan ada pula di anfara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dulunya diketahuinya." (QS.Al Hajj: 5). 3 Artinya : "Allah-lah yang mencipatkan kamu dari keadaan lemah, kemudian menjadikan kamu sesudah temah menjadi kuat, setelah kuat lemah lagi dan benrban.° (QS.Ar Ruum: 54) Menurut pendekatan kognitif, daiam ilmu psikoiogi, pada dasamya gangguan emosi (takut, cemas, stres) yang dialami manusia, sangat ditentukan oleh bagaimana individu menilai, menginterpretasi, atau mempersepsikan peristiwa yang dialaminya. Jadi, bagaimana individu mempersepsikan atau menilai menopause akan berpengaruh pada kondisi emosi-psikologisnya. Bila wanita memandang menopause sebagai hal yang "mengerikan’ maka ia pun akan menghadapi menopause dengan penuh kecemasan, ketakutan, stres bahkan depresi. Peningkatan jumlah wanita usia tua ini tentunya akan menimbulkan problema tersendiri, apalagi ditambah dengan munculnya keluhan-keluhan pada masa menopause. Waiaupun tidak menyebabkan kematian, menopause dapat menimbutkan rasa tidak nyaman dan dapat menyebabkan gangguan dalam pekerjaaan sehari-had yang dapat menurunkan kwalitas hidup. Kondisi yang demikian tentunya memerlukan suatu penanganan yang tepat supaya siap untuk menghadapi keluhan menopause, serta penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, cancer dan dimensia tipe Alzheimer. Padaha! pada kurun waktu usia 40-65 tahun (masa klimakterium) banyak wanita yang mencapai puncak prestasi karirnya. Menurut Proverawati (2010) bahwa rata-rata wanita menga(ami menopause berada pada usia sekitar 45-50 tahun dan hal itu tidak jauh berbeda dengan penelitian Safitri (2009) di Kelurahan Titi Papan Kota Medan rata-rata usia menopause adalah 45,2 tahun, Wanita usia menopause akan banyak mengalami risiko kesehatan karena berkurangnya estrogen, maka sudah sepantasnya perhatian besar diberikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah mengatur gaya hidup yang lebih sehat dengan memperhatikan gizi seimbang, menghindarkan stress, mengawasi 4 tekanan darah dan olahraga teratur. Menopause merupakan proses penuaan yang alamiah dan normal pada setiap wanita, menopause terjadi pada akhir siklus menstnaasi yang terakhir yang dialami oleh seorang wanita yang sudah tidak mengalami siklus haid selama minimal 12 bulan. Hal ini di sebabkan karena pembentukan hormone estrogen dan progesterone dari ovarium wanita berkurang, ovarium berhenti melepaskan sel telur sehingga aktivitas menstruasi berkurang dan berhenti, pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormone estrogen (Proverawati, 2010). Gejala- gejafa yang umum terjadi pada masa menopause secara fisik di antaranya hot flush atau rasa panas pada wajah, leher, daria dan punggung. Kulit menjadi merah dan hangat di sertai keringat yang berlebihan (keringat terutama pada malam had) dan jantung berdebar - debar (Proverawati, 2010). Hot flush akan mengakibatkan pada penderita yang mengalami gangguan tersebut biasa terjadi atau mengakibatkan gelisah insomnia. Sesuai dengan keadaan yang di alami tersebut, penderita merasakan kekhawatiran tentang cara istirahat atau tidumya. Penderita sulit ticlur dan merasakan kekhawatiran karena tidak biasa beristirahat (Proverawati 2010). Hot flush (rasa panas) pada daria, wajah, kepala dialami oleh sekitar 75% wanita pre menopause sampai menopause terjadi. Kebanyakan hot flush dialami selama lebih dari 1 tahun dari 25-50% wanita mengalaminya sampai lebih dari 5 tahun. Hot flush berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit. (Proverawaati, 2010). Rasa panas merupakan masalah yang paling tidak nyaman yang sering di keluhkan wan'rta. Walaupun kebanyakan wanita mengalami rasa panas ini selama dua atau tiga menit, beberapaa yang lain mengatami iebih lama, bahkan sampai 1 jam. Kira- kira 80% wanita yang mengalami menopause mengalami rasa panas, dan bagi kira- kira 40% wanita tersebut gejalanya yaitu merasa gelisah, insomnia (suiit tidur), bahkan merasa tidak nyaman pada dirinya sehingga mereka mencari pertolongan medis (Bandiyah, 2009). 5 Berdasarkan penelitian Triana (2009) dalam jurnalnya yang bertujuan menganalisis kecemasan pada wanita yang menghadapi menopause dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek sulit menghadapi masa menopause karena befum siap untuk menghadapinya dan kurangnya informasi yang didapatnya. Hal ini dapat terlihat dari gejala gangguan tidur, lebih mudah letih, cemas dan gelisah. Berdasarkan studi pendahuluan di Kfinik Pratama Mutiara Bunda pada bufan Januari-April 2016 jumlah ibu menopause yang berobat sebanyak 20 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 3 orang ibu mengalarni hot flush, sebanyak 7 orang mengalarni pegal dan nyeri sendi, sebanyak 6 orang mengalarni vagina gatal dan sebanyak 4 orang mengalarni gatal vagina. Mengingat angka kejadian dari hot flush sendiri masih belum berkurang dan akan mengakibatkan pada penderita yang mengalarni gangguan tersebut biasa terjadi atau mengakibatkan gelisah insomnia. Sesuai dengan keadaan yang di alami tersebut, penderita merasakan kekhawatiran tentang cara istirahat atau tidumya. Maka penulis tertarik mengambil judut laporan kasus komprehensif "Asuhan Kebidanan pada Ibu Menopause di Kiinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmaiaya Tahun 2016". B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalahnya adalah sebagai berikut "Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Menopause di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya Tahun 2016"? C. Tujuan Studl Kasus 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu menopause di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya Tahun 2016, secara mandiri dan berkolaborasi dengan pendekatan management kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. 6 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian data dasar pada ibu menopause di Ktinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya Tahun 2016. b. Menginterprestasi data pada ibu menopause di Kiinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya Tahun 2016. c. Mengidentirikasi diagnosa atau masalah potensial pada ibu menopause di Kiinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya Tahun 2016. d. Menetapkan kebutuhan tindakan segera atau kolaborasi pada ibu menopause di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya Tahun 2016. e. Merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu menopause di Ktinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya Tahun 2016. f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan secara tepat dan rasional berdasarkan perencanaan yang dibuat pada ibu menopause di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya Tahun 2016. g. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu menopause di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya Tahun 2016. D. Manfaat Stud! Khusus 1. Manfaat Teoritis Hasil penutisan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan ibu menopause dengan hot flush. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Sebagai bahan masukan dan pengalaman untuk menambah ilmu pengetahuan bagi penulis serta mampu memberikan asuhan kebidanan pada khusus menopause dengan hot flush serta rnenambah ketrampilan penufis dalam penanganan menopause dengan hot flush di masa yang akan datang. khusus 7 b. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan untuk menambah sumber refrensi untuk profesi pendidikan terutama tentang asuhan kebidanan pada menopause dengan hot flush. c. Bagi Lahan Praktik Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama pada menopause dengan hot flush. d. Bagi Pasien Membantu dalam hal memberikan pendidikan kesehatan terutama pada ibu menopause dengan hot flush. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Gangguan Reproduksi a. Pengertian Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi. Hal ini mencakup infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktur, keganasan pada alat reproduksi wanita, infertilitas, dan lain-lain (Baradero, dkk., 2007). b. Sebab-sebab gangguan reproduksi Gangguan reproduksi disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, cacat anatomi saiuran reproduksi (defek kongenital), gangguan fungsional, kesalahaan manajemen atau infeksi organ reproduksi. Gangguan reproduksi yang biasa terjadi, misai kista endometriosis yang banyak dialami wanita yang memiliki kadar follicle stimulating hormone (FSH) dan hormon luteinizing (LH) tinggi (Nugroho, 2012). 2. Menopause a. Pengertian Menopause berasal dari dua kata yunani yang berarti bulan, yang lebih tepat di sebut "menocease" yang berarti berhentinya masa menstruasi. Hal ini dikarenakan keluamya hormon dari ovarium (indung telur) sudah mulai berkurang, sehingga mengakibatkan haid tidak keluar (Lestary, 2010). Menopause adalah berhenti menstruasi secara permanen, pada umumnya menopause teladi pada usia sekitar 45-55 tahun. Kadar estrogen jenis estron adalah yang banyak berada - dafam sirkulasi dibandingkan estrogen lainnya (Smart, 2010). 8 9 b. Etiologi Sejak usia 40 tahun, ovarium menjadi kurang responsive terhadap hormone yang mengendalikannya. Efek keadaan ini membuat wanita kurang subur, mengurangi jumlah hormone ovarium yang dihasilkan, dan mengubah jumlah relative dari estrogen dan progresterone yang dihasilkan. Sefain itu juga terjadi perubahan dalam perbandingan dari bermacam- macam estrogen yang di hasilkan (Purwoastuti, 2008). Penurunanan sekresi estrogen dan progesterone menyebabkan perubahan endokrin yang terjadi selama masa klimakterium dan pasca menopause. Kadar FSH dan LH yang bersikulasi (beredar melalui peredaran darah) mulai meningkat beberapa tahun sebelum penghentian produksi estrogen oleh ovariuim, kadar FSH dan LH meningkat terdapat pada wanita pramenopause, dengan FSH yang biasanya lebih tinggi dari pada LH (Purwoastuti, 2008). c. Fase - Fase Menopause Menurut Smart (2010), menopause terdiri dari beberapa fase, yaitu . 1) Klimakterium Adalah masa peralihan antara masa produksi dan masa senium, biasanya periode ini disebut dengan pramenopause. 2) Menopause Adalah saat haid terakhir dan bila sesudah menopause disebut dengan pasca menopause. 3) Pasca-menopause Adalah suatu masa yang terjadi 3 hingga 5 tahun setelah menopause. 4) Senium Adalah periode sesudah pasca menopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya sehingga tidak mengalami gangguan fisik. 10 d. Tanda dan Gejala menopause Menurut Smart (2010), tanda dan Gejaia menopause dibedakan menjadi dua yaitu, secara fisiologis dan secara psikologis. 1) Secara fisiologis Gejala secara fisiologis akan dapat di amati berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi pada organ organ reproduksi, anggota tubuh lainnya, susunan ekstragenital, dan adanya gejala klinis. a) Perubahan pada organ reproduksi (1) Perdarahan Perdarahan yang terjadi pada saat menopause tidak seperti menstruasi, sikfus menstruasi yang keluar dari vagina tidak teratur. Pendarahan ini terjadi di awaf menopause. (2) Vagina menjadi kering dan kurang efastis Gejala pada vagina muncui akibat perubahan yang terjadi pada iapisan dinding vagina. Vagina ini menjadi kering dan kurang elastis. Ini di sebabkan karena penurunan kadar estrogen. (3) Saluran uretra mengering, menipis, dan kurang elastis Uletra merupakan saluran yang menyalurkan air seni dari kandung kemih ke luar tubuh. Pada saat menopause saluran uretra juga akan mongering, menipis, dan kurang keelastisannya akibat penurunan kadar estrogen. Perubahan ini akan menyebabkan wanita rentan terinfeksi saluran kencing. (4) Uterus atau Rahim Uterus mengecil, selain disebabkan oleh menciutnya selaput lendir rahim juga disebabkan oleh hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat antar sel. 11 (5) Tuba falopi atau saluran telur Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis, dan mengerut, setra rambut getar dalam tuba menghilang. (6) Ovarium Perubahan dalam sistem peredaran darah indung telur sebagai akibat proses penuaan yang selektif dan terjadinya kekakuan dini pada system pembuluh darah indung telur diperkirakan sebagai penyebab utama gangguan peredaran darah ovarium. (7) Cervix atau Leher Rahim Cervix akan mengerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripta servikal menjadi atropik, kanalis servikalis (lumen leher Rahim) memendek, sehingga menyenupai ukuran cervix fundus saat masa adolesen. (8) Vagina atau Liang Senggama Terjadi penipisan dinding vagina yang menyebabkan menghilangnya lipatan-lipatan vagina, berkurangnya pembuluh darah, menurunnya elastis, secret vagina menjadi encer. (9) Vulva atau Mulut Kemaluan Jaringan vulva menipis karena berkurangnya dan hilangnya jaringan lemak serta jaringan elastic. Kulit menipis dan pembuluh darah berkurang yang menyebabkan pengerutan lipatan vulva. Sering timbu! rasa gatal vulva yang disebabkan atrofi dan hilangnya sekret kulit. Hal ini berhubungan dengan nyeri wraktu senggama, mengerutnya introitus (lubang masuk kemaluan), serta rambut pubis berkurang ketebalanya. 12 b) Perubahan pada susunan ekstragenital Terjadinya perubahan susunan ekstragenital dapat diamati pada beberapa hal berikut : (1) Penimbulan Lemak Penyebaran lemak ditentukan pada tungkai atas, pinggul, perut bawah dan tengan atas. ini disebabkan karena menurunya estrogen dan ganguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak. (2) Hipertensi (darah tinggi) Menurunya fungsi hormone estrogen dan progesterone menyebabkan timbulnya panas, pada kondisi ini terjadi peningkatan darah balk systole maupun diastole. Diketahui bahwa 2/3 penderita hipertensi essential primer adalah wanita antara 4570 tahun yang diketahui peningkatan tensi paling banyak terjadi selama masa menopause. Peningkatan tekanan darah pada usia menopause terjadi secara bertahap, kemudian menetap dan lebih tinggi dari tensi sebelumnya. (3) Kolestrol Tinggi Penurunan menyebabkan atau hilangnya peningkatan kadar koiestrol. estrogen Peningkatan kolestrol pada wanita terjadi 10-15 tahun lebih iambat pada laki-laki. Peningkatan kadar kolestrol yang merupakan faktor utama dalam penyebab pengapuran pada dinding pembuluh dara. (4) Perkapuran dinding pembuiuh darah Adanya hipertensi dan kadar kolesterol menyebabkan meningkatnya faktor resiko terhadap terjadinya resiko pengkapuran dinding pembuluh darah. (5) Pertumbuhan rambut-rambut halus Produksi hormone estrogen pada wanita pasca menopause berkurang, tetapi tidak hilang sama sekali. 13 (6) Osteoporosis (keropos tulang) Penurunan pada mengakibatkan membentuk proses tulang baru kadar esterogen osteoblast berfungsi terlambat dan fungsi osteoblast merusak tulang meningkat. Akibat tulang tua diserap dan dirusak osteoblast tetapi tidak dibentuk tulang baru oleh osteoblast, sehingga tulang menjadi osteoporosis. c) Gejala klinis Gejala fisiologis yang terjadi pada masa menopause sebagai akibat turunya fungsi ovatium, yaitu kurangnya kadar hormone estrogen dan progestoren dalam tubuh wanita. Kekuranagn hormone estrogen ini menyebabkan ke)uhan-keluhan sebagai berikut: (1) Rasa panas (hot flush) dan kekeringan di malam hari Pada saat masa menopause wanita akan mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar keseluruh tubuh, rasa panas ini terutama terjadi pada daria, wajah, dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti dengan timbuinya wama kemerahan pada kuiit dan berkeringat. (2) Insomnia (sulit tidur) Insomnia merupakan hal yang wajar terjadi pada masa menopause, kemungkinan ini sejalan dengan rasa tegang yang di alami wanita akibat berkeringat di malam hari, rasa panas, wajah memerah. (3) Perubahan pada indra perasa Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan pada indra pengecapannya. (4) Muncul gangguan penyempitan atau vasomotorik pelebaran yang berupa pembuluh-pembuluh darah. (5) Pusing dan sakit kepala terus-menerus. 14 (6) Gangguan sembelit. (7) Neuralgia, yaitu gangguan atau sakit saraf. (8) Perubahan payudara, bentuknya dan mulai kendur, ini merupakan akibat kadar esterogen yang menurun. 2) Secara Psikologis Menurut Smart (2010), selain tanda- tanda fisik, menopause juga mempunyai berbagai macam gejala psikologis sebagai berikut: a) Ingatan menurun Sebelum menopause seorang wanita akan mengingat dengan mudah, tetapi setelah mengalami menopause kecepatan mengingatnya menurun, sehingga sering lupa dalam hal- hal sederhana. b) Perubahan emosianal Wanita menopause biasanya mengalami perubahan emosional, gejala ini bervariasi pada setiap individu diantaranya keleiahan mental, masafah daya ingat, lekas marah, dan perubahan mood yang beriangsung cepat. c} Depresi Beberapa wanita yang mengalami menopause tidak sekedar mengalami perubahan mood yang sangat drastis bahkan ada yang mengalami depresi. 3. Hot flush a. Definisi Not flush adalah rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar ke seluruh tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada wajah, daria, dan kepala. Rasa panas ini sering di ikuti dengan timbulnya wama kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi se(ama 30 detik sampai dengan beberapa menit Rasa panas terkadang terjadi bahkan sebelum seseorang wanita memasuki masa menopause. Gejala ini biasanya akan menghilang dalam 5 tahun, tetapi di antaranya akan terus mengalami hingga 10 tahun. Panas yang di derita ini biasanya berhubungan dengan cuaca panas dan lembap (Smart, 2010). 15 Rasa panas atau hot flush adalah perasaan panas secara tibatiba yang di rasakan pada leher, wajah dan bagian atas daria. Biasanya berlangsung selama 15 detik sampai 1 menit (Wirakusumah, 2008). b. Gejala Menurut Wirakusumah (2008), gejala hot flush adalah : 1) Rasa mengelitik pada jari - jari dan tangan yang merayap ke kepala. 2) Berkeringat begitu saja, tidak di iringi dengan wajah yang memerah. 3) Suhu tubuh meningkat begitu saja secara tiba-tiba dan menyebabkan tubuh kemerahan keringat mengucur di seluruh tubuh. 4) Ada kalanya di ikuti dengan kedinginan dan berkeringat pada waktu malam. c. Etiologi Arus panas terjadi karena berubahnya kadar hormone. Diduga, perubahan kadar estrogen menyebabkan pembuluh darah membesar secara mendariak sehingga terjadi arus dan hilang secara cepat sehingga tubuh merasakan panas. Selain itu dapat disebabkan oleh perubahan fungsi hipotalamus yang mengatur suhu tubuh kita (Wirakusumah, 2008). d. Penatalaksanaan 1) Penatalaksanaan Asuhan: Menurut Wirakusumah (2008), untuk mengatasi hot flush (rasa panas) pada diri pasien, dapat dilakukan beberapa cara antara lain : a) Berfikir pasitif dan jangan panik, menerima menopause sebaga salah satu bagian dari perjalanan kehidupan normal seorang perempuan. b) Menerapkan pola hidup sehat sejak dini, Pala hidup sehat meliputi pola makan yang teratur dan mengandung gizi yang seimbang. Asupan vitamin dan mineral juga harus terjaga. 16 c) Melakukan olah raga teratur, misalnya dengan jalan kaki rutin dan memanfaatkan sinar matahad untuk mencegah osteoporosis. d) Konsumsi makanan yang mengandung zat makanan yang bersifat menyerupai esterogen per had diperlukan sekitar 30-50 mg. e) Hindari konsumsi rokok dan aikohoi. f) Membatasi konsumsi kopi karena dapat meningkatkan potensi hot flush. g) Menghindari mengonsumsi garam berlebihan, karena dapat mengakibatkan sekresi kalsium dari tulang sehingga mengakibatkan resiko osteoporosis. h) Jangan ragu konsukasi ke dokter atau tenaga kesehatan jika mengaiami gejala menopause. i) Pilih asupan makanan yang mengandung omega 3 tinggi yang terdapat pada ikan laut dalam serta Wan salem. j) Anjurkan pada ibu untuk mengunakan pakaian tipis dan penutup alas tidur dari bahan katun. 2) Penatalaksanaan medis : Menurut Purwoastuti (2008), obat-obat mengurangi hot flush (rasa panas) dan keringat pada malam hari : a) Clonidine (dixarit®, Catapres®) 2 x 1 perhari b) Selective Serotinin, Aceptor inhibitor (SSPI) 2 x 1 perhari Hormon terapi paling efektif untuk mengobati adanya hot flush (muka kemerahan), keringat pada maiam hari, atau kekeringan vagina. Tetapi ada beberapa resiko yang menyertai pengobatan HRT ini, apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama (Purwoastuti, 2008). Menurut penelitian Sawitri dkk., (2009) dalam jurnalnya gejala seperti hot flush menghilang pada beberapa wanita dengan supiemen yang mengandung phytoestrogen. Beberapa jenis bahan yang mengandung phyfoestragen antara lain kacang kedelai, tempe, tahu, susu kedelai, sawi putih, tomat, bengkoang, anggur merah, apel, green tea dan asparagus. 17 B. Teori Manajemen kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan pertlaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah, penemuan, dan ketrampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Vamey, 2008). 2. Manajemen Kebidanaan Langkah 7 Varney Menurut Purwoastuti dan Walyani (2075) ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut vamey adaiah sebagai berikut : a. Langkah I : Identifikasi Data Dasar 1) Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajan dengan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, 2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital. 3) Pemeriskaan penunjang (Iaboratorium). b. Langkah II : identifiikasi Diagnosis atau Masalah Aktual Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. c. Langkah III : Antisipasi Diagnosis atau Masalah Potensial. Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensia! dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosia yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bifa memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensiai ini benar-benar terjadi. Langkah ini sangat penting didaiam melakukan asuhan yang aman. 18 d. Langkah IV: Tindakan Segera dan Kolaborasi. Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien, pada langkah ini bidan juga harus merumuskan tindakan emergency untuk menyelamatkan ibu dan bayi, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat rujukan. e. Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan. Kebidanan pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen tefiadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana tindakan komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami oleh klien, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien, serta penyuluhan, konseling dan apakah pedu merujuk klien bila ada masalahmasalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, agama, kultur atau masalah psikologis. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar dapat dilaksanakan dengan efektif. Sebab itu, harus berdasarkan rasional yang relevan dan kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus secara teodtis. f. Langkah Vl : lmplementasi Tindakan. Asuhan kebidanan melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman kiien. lmplementasi dapat dikerjakan keseiuruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan kesehatan lain. Bidan harus melakukan impiementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan. g. Langkah VII: Evaiuasi. Tindakan asuhan kebidanan mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi kfien, apakah masalah diatasi 19 seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru. Pada pdnsipnya tahapan evaluasi adalah pengakajian kembali terhadap klisn untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang dilakukan. 3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Vamey, alur befikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan metalui proses berfkir sistemafis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu: a. Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga mefalui anamnese sebagai langkah I Vamey. b. Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dintmuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. c. Analisa data Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: diagnosa/ masalah, antisipasi diagnosal masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultanl kotaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney. d. Penatalaksanaan Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6, 7 vamey. (Salmah, 2006). 20 C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Menopause 1. Identifikasi Data Dasar a. Data Subjektif 1) Identitas a) Nama : nama pasien dan suami untuk mengetahui identitas pasien dan suami sebagai orang yang bertanggung jawab. b) Umur : untuk mengetahui batasan usia menopause. c) Agama : untuk memudahkan pemberian dukungan spiritual. d) Pendidikan : Untuk memudahkan memberi KIE sesuai dengan tingkat pendidikan. e) Pekerjaan : Untuk mengetahui aktivitas dan tingkat sasial ekonomi keluarga f) Alamat ; ditanyakan karena mungkin memiliki nama yang sama dengan alamat yang berbeda. 2) Keluhan utama Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan ibu menopause dengan hot flash atau pun yang dikeluhkan pasien. Keluhan hot flush (rasa panas) yang sering terjadi pada wajah, daria, kepala, insomnia (sulit tidur), gelisah (Ambarwati, 2008). 3) Riwayat menstruasi Kapan perfama kali haid, lamanya haid, siklus haid, banyaknya ganti pembalut per had (normalnya 2-5 kali gantilhari), jenis dan warna darah haid yang kemudian dibandingkan dengan perdarahan saat ini yakni kapan perdarahan dimulai, lama dan jumlah perdarahan, ciri khas darah yang hilang (misalnya warna, konsistensi, gumpalan) dan kapan pola abnormal tersebut mulai terjadi (Manuaba, 2010). 4) Riwayat obstetri Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu perlu untuk ditanyakan guna mengetahui apakah pasien seksua! aktif atau masih virgin sehingga dapat penatalaksanaannya (Manuaba, 2010). 21 5) Riwayat kesehatan Perlu diperhatikan adanya penyakit metabolik, penyakit endokrin, dan penyakit menahun yang dicurigai sebagai penyebab dari perdarahan (Wiknjosastro, 2007). 6) Pola kebiasaan sehari-hari a) Nutrisi Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasien (Wiknjosastro, 2007), b) Pola istirahat Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa lama ibu tidur pada malam hari (Wiknjosastro, 2007). c) Pola kebersihan Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, kebersihan perawatan tubuh terutama genetalia berapa kali dalam sehari. Karena dengan kebiasaan pola hygiene akan berpengaruh pada ketidaknyamanan perawatan tubuh terutama pada genetalia (Wiknjosastra, 2007). d) Pola eliminasi Untuk mengetahui adakah gangguan pada BAB dan BAK. b. Data Objektif Tujuan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang adalah untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi (Mufdillah, 2009) : 1) Keadaan umum Keadaan umum pada ibu menopause dengan hot flush adalah cukup (Mufdlilah, 2009). 2) Kesadaran Kesadaran pada ibu menopause adalah composmentis (Mufdlilah, 2009). 22 3) Pemeriksaan tanda-tanda vital a) Tekanan darah (Vital sign): Mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensidengan nilai satuannya mmHg. Keadaan normal antara 120180 mm/Hg sampai 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan pasien normal, keadaan pada ibu menopause dengan hot flush yaitu antara 140/90 mmHg (Wknjosastro, 2007). b) Pengukuran Suhu : Mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal adalah 36° C sampai 37°C. Pada ibu menopause dengan hot flush yaitu antara 38°C (Wknjo sastro, 2007). c) Nadi : Memberi gambaran kardiovaskuler. Denyut nadi normal 70 xlmenit sampai 88 x/menit. Pada ibu menopause dengan hot flush yaitu 90 x/menit (Wiknjosastro, 2007). d) Pernafasan : Mengetahui sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam satu menit. Pemafasan normal 22 x/menit sampai 24 x/menit dan pemafasan pada ibu menopause dengan hot flush yaitu 20 xdmenit (Wiknjosastro, 2007). 4. Pemeriksaan fisik a) Rambut : Untuk menilai warna, kelebatan dan karakteristik seperti ikal, lurus, keriting (Alimul, 2009), b) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak ada kelainan, adakah oedema (Alimul, 2009). c) Mata : Conjungtiva berwarna merah muda atau tidak, sklera berwarna putih atau tidak (Alimul, 2009). d) Hidung : untuk mengetahui apakah ada polip atau tidak (Alimul, 2009). e) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga dan ada serumen atau tidak (Alimul, 2009). f) Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak ada caries atau tidak dan ada karang gigi atau tidak (Alimul, 2009). 23 g) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, tumor dan pembesaran getah bening (Afimul, 2009). h) Daria : Apakah ada kelainan pada daria. Apakah bentuk simetris atau tidak (Alimul, 2009). i) Payudara : Apakah ada benjolan tumor dan apakah ukurannya simetris kanan dan kiri (Alimul, 2009) j) Abdomen : Apakah ada jaringan parut atau bekas operasi, adakah nyeri tekan (Alimul, 2009). k) Anogenital : Untuk mengetahui apakah ad avarices, ada luka atau tidak (Alimul, 2009). l) Ekstremitas : Apakah ada kelainan, lengkap atau tidak fungsi biasa atau tidak ada oedema reflek pathella (Alimul, 2oas). 5. Data Penunjang Pemeriksaan penunjang adalah data atau fakta yang diperoteh dari hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan rontgen, ultrasonografi (USG) dan lain-lain (Vamey, 2008). Pada kasus Menopause dengan hot flush ini dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan HB. Bila diketahui HB < 8 g% segera beri tablet FE. 2. ldentifikasi Diagnosis atau Masalah Aktual a. Diagnosis kebidanan Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus pasien dengan ganguan reproduksi pada ibu menopause dengan hot flush adalah Ny. X P... A... umur X tahun dengan hot flush, dengan dasar data subjektif dan data objektif. 1) Data subjektif: berasal dari keluhan klien, pada kasus ibu menopause dengan hot flush adalah ibu mengalami rasa panas yang dialami akibat berkeringat di malam hari, rasa panas, wajah memerah serta ibu sulit untuk tidur pada malam hari (Smart, 2010). 24 2) Data objektif a) Keadaan umum : baik b) Kesadaran : Composmentis c) Vital sign : Tekanan darah : 140/90 mmHg Suhu 38° nadi 90xlmenit, respirasi 20x/menit d) BB : 51 kg. TB : 158 cm e) Kulit : Kemerahan (Vamey, 2008). b. Masalah Masalah yang sering ditemukan pada menopause dengan hot flush adalah ibu merasakan cemas dengan keadaannya (Purwoastuti, 2008). c. Kebutuhan Kebutuhan yang diperlukan oleh ibu menopause dengan hot flush adalah memberikan konseling mengenai perubahan yang terjadi selama menopause den masalah yang sering muncul pada mesa menopause (Purvuoastuti, 2008). 3. Antisipasi Diagnosis atau Masalah Potensiat Pada langkah ini, bidan mengidentigikasi masalah atau diagnose potensial berdasarkan diagnose masalah yang sudah diidentifikasi (Ambarwati, 2008). Pada kasus ibu menopause dengan hot flush diagnose potensialnya terjadi gangguan psikologis (Depresi) (Purwoastuti, 2008). 4. Tindakan Segera den Kolaborasi Pada langkah ini, mengidentifikasi perlunya melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien (Soepardan, 2007). Pada kasus ibu menopause dengan hot flush tindakan segera di berikan clonidine 0,1 mg 2x sehari sebanyak 3 tablet (Purwoastuti, 2008) 5. Rencana Tindakan Asuhan Menurut Purwoastuti (2008), rencana tindakan yang dapat dilakukan untuk asuhan kebidanan pada ibu menopause dengan hot flush adalah : a. Beritahu ibu tentang menopause. 25 b. Beritahu ibu tentang gejala serta masalah yang muncul pada menopause c. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin dan kalsium. d. Anjurkan pada ibu untuk mengurangi konsumsi minum kopi atau teh serta menghindari asap rokok. e. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya. f. Anjurkan pada ibu untuk olah raga teratur. g. Anjurkan pada ibu untuk menggunakan pakaian tipis dan penutup alas tidur dari bahan katun. h. Beri ibu vitamin E dan vitamin B Kompleks. 6. Implementasi Tindakan Implementasi pada menopause dengan hot flush sesuai dengan rencana tindakan asuhan yang telah dibuat (Purwoastuti, 2008). 7. Langkah VII evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati, 2008). Evaluasi setelah dilakukan tindakan yaitu: a. Keadaan umum ibu baik b. Ibu dapat mengatasi sendiri keluhan rasa panas yaitu dengan berfikir positif dan tidak panic c. Ibu mampu menerapkan pola hidup sehat dengan olah raga teratur dan mengkonsumsi makanan yang bergizi d. Rasa panas pada wajah dan leher semakin berkurang e. Ibu merasa istirahat malamnya sekarang tidak terganggu f. Ibu sudah tidak merasakan cemas D. Kewenangan Bidan Berdasarkan Landasan Hukum Kewenangan bidan dalam melakukan asuhan diatur dalam Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek 26 bidan. Bidan memiliki kewenangan memberikan pelayanan sesuai dengan pasal 9 yang isi nya : Pasal 19 Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : 1. Pelayanan kesehatan ibu; 2. Pelayanan kesehatan anak; 3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Kewenangan bidan dalam pengelolaan kasus gangguan reproduksi pada ibu menopause, bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya sesuai dengan pasai 12, yang isinya : Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan. dan keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk : 1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. 2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana berwenang untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi khususnya pada ibu menopause. Sehingga bidan harus memiliki pengetahuan dasar tentang tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada gangguan reproduksi pada ibu menopause. 40 DAFTAR PUSTAKA Alimiul Hidayat, Aziz A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi dan Proses Keperawatan. Jakarta :Salemba Media. Ambarwati, dkk. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika. Bandiyah. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika. Baradero, dkk., (2007). Seri Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC. Lestary, D. (2010). Seluk 8eluk Menopause.Yogyakarta : Garailmu. Manuaba IBG. (2008). llmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. __________. (2010). Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC. Mufdillah. (2009). Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima. Yogyakarta : Mitra Cendika. Notoamodja, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho, Taufan. (2012). Obsgyn : Obstetri dan Gynekologi. Yogyakarta: Nuha Medika. Permenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik. Proverawati, A. (2010). Menopause dan Sindrom Pre Menopause. Yogyakarta : Muha Medika. Purwoastuti Endang & Wafyani Elisabeth. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Matemal dan Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Purwoastuti, E. (2008). Menopause, Siapa Takut?. Yogyakarta : Kanisius. Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. 41 Safitri,(2009). Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Menopause pada Wanita di Kelurahan Titi Papan Kota Medan Tahun 2009. Jumal USU Repository. [intemet] tersedia dalam http://repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/14625/1/09E01078.pdf. [diakses 05 Mei 2016]. Sawitri dkk., (2009). Kulit dan Menopause Manifestasi dan Penatalaksanaan. Jurnal. [ntemet] tersedia datam http:Journal.unair.ac.id/downloadfullpapers-Menopause°1o20Vol%2021 %20No%201.pdf. [d iakses 15 Mei 2016]. Salmah. (2006). Asuhan Kebidanan Anfenatal. Jakarta: EGC. Smart, A. (2010). Bahagia di Usia Menopause. Yogyakarta : A Plus Books. Soepardan, S. (2007). Konsep Kebidanan, Jakarta: EGC. Triana, R. (2009). Kecemasan pada Wanita yang Menghadapi Menopause. Jurnal Psikologi Volume 3, No. 1, Desember 2009. [internet] tersedia dalam http://ejournal.gunadarma.ac.id/ files/Journals/7/artictes/ 260/submission/original/260-771-1-SM.pdf [diakses 15 Mei 2016]. Varney, H. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (edisi 4, vol 2). Jakarta: EGC. Wiknjosastro, (2007). Ilmu Kebidanan.Jakarta : YBP-SP. Wirakusumah. (2008). Menopause. Yogyakarta. Nuha Medika.