PENYAKIT DEGENERATIF DAN GANGGUAN REPRODUKSI

advertisement

Gangguan metabolisme
tubuh akan memberi dampak
berupa gangguan fungsi
organ  memicu berbagai
penyakit degeneratif seperti
obesitas, stroke, kencing
manis, hipertensi,
hiperkolesterol/ trigliserid,
penyakit jantung, gangguan
sistem pencernaan,
gangguan asam urat,
emosional (mudah stres,
depresi, hiperaktif, dll.).
Penyakit biasanya
akan menyerang
seseorang yang
memiliki sistem
kekebalan tubuh
lemah, dan
 umumnya seiring
bertambah usia maka
kekebalan tubuh juga
melemah.

Setiap orang pasti
menginginkan tubuh
yang sehat sepanjang
usianya.
 Secara alami usia-usia
senja  muncul
penyakit  ancaman
penyakit muncul
berdasarkan usia


Sekarang  Usia 30an tahun adanya
perubahan pola hidup
“salah”  beberapa
penyakit seperti
jantung atau diabetes
bisa muncul.
 Selain itu beberapa
kanker tertentu juga
dapat menyerang.

Pada usia ini
seseorang
cenderung mulai
dihantui oleh
gangguan kolesterol
tinggi dan juga
gangguan kadar
gula darah, yang
secara teoritis dapat
mengganggu sistem
reproduksinya.



Wanita  usia reproduksi sehat untuk hamil
antara 25-30 tahun.
Sehingga, dari segi kesehatan reproduksi,
sebetulnya risiko pertama dari usia ini adalah
tak dapat hamil karena telah berkurangnya
kesuburan.
Jadi, bila si wanita usianya telah melewati
usia reproduksi sehat untuk hamil ternyata
kemudian hamil, berarti risiko itu telah
terlewati.



Pada fase reproduksi,
wanita memiliki 400 sel
telur. Semenjak wanita
mengalami menarche
sampai menopause,
wanita mengalami
menstruasi secara
periodik yaitu pelepasan

Pada umur 35 tahun
simpanan sel telur menipis
dan mulai terjadi perubahan
keseimbangan hormon
sehingga kesempatan
wanita untuk bisa hamil
menurun drastis.
Kualitas sel telur yang
dihasilkan pun menurun
sehingga tingkat keguguran
meningkat.
Sampai pada akhirnya kirakira umur 45 tahun sel telur
habis sehingga wanita tidak
menstruasi lagi alias tidak
dapat hamil lagi.


Penelitian membuktikan
bahwa penyebab kanker
rahim bisa disebabkan oleh
Human Papilloma Virus
(HPV).
Virus ini bersifat onkogenik
yaitu sel-sel yang dapat
menyebabkan kanker.
Kanker rahim  biasanya 
terjadi pada wanita yang
berusia kisaran 30 hingga
50 tahun (puncak usia
reproduktif perempuan)
ditularkan melalui
sehingga akan
hubungan seksual dan
meyebabkan gangguan
melalui penggunaan
kualitas hidup baik secara
barang pribadi yang
fisik, kejiwaan dan
bersamaan.
kesehatan seksual.


ciri khas tingkat
keterbelakangan mental,
ciri wajah tertentu,
berkurangnya tonus
otot, dan sebagainya.
“Risiko ini akan
meningkat sesuai
dengan usia ibu, yakni
6-8 per mil untuk usia
35 sampai 39 tahun dan
10-15 per mil untuk usia
di atas 40 tahun,” jelas
Gatot.

penyebab sindroma
down  Kelainan
kromoson dan lainnya
yang diperkirakan karena
sel telur sudah berusia
lanjut, terkena radiasi,
terpengaruh obatobatan, infeksi, dan
sebagainya.

Diet ibu sekaligus bisa
mencapai berat badan
ideal (tak lebih dan tak
kurang) sehingga ibu
bisa terhindar dari
berbagai komplikasi
seperti sakit gula,
tekanan darah tinggi,
varises, wasir, berat lahir
bayi yang rendah, atau
kesulitan persalinan
karena ukuran bayi yang
terlalu besar.


Pada wanita menopause terjadi penurunan
sekresi hormon estrogen dan progestin
(terutama estrogen) sehingga mempengaruhi
keadaan dari tubuh,
karena estrogen juga berperan dalam banyak
hal seperti pada organ kardiovaskular, traktur
urogenitalis, tulang dan vasomotor 
sehingga menopause akan berdampak pada
organ tersebut .
Wanita akan mengalami menopause (usia 45 sampai
55 tahun).
 Produksi hormon estrogen & progesteron menurun 
haid menjadi tidak teratur  terhenti .






Rahim mengalami antropi
(keadaan kemunduran gizi
jaringan),
panjangnya menyusut, dan
dindingnya menipis.
Jaringan miometrium (otot
rahim) menjadi sedikit dan
lebih banyak mengandung
jaringan fibriotik (sifat
berserabut secara
berlebihan).
Leher rahim (serviks)
menyusut tidak menonjol
kedalam vagina bahkan
lama-lama akan merata
dengan dinding vagina.
JARINGAN KULIT






atrofi payudara
nyeri payudara + / pembengkakan
penipisan kulit dan menjadi
kering
penurunan elastisitas kulit
formication (gatal,
kesemutan, terbakar, atau
sensasi dari semut yang
merayap pada atau di
bawah kulit)


Dapat karena 
penurunan hormon
estrogen.
Begitu pula risiko
penyakit jantung bagi
wanita pasca menopause
akan meningkat 
karena menurunnya
produksi estrogen yang
berfungsi sebagai
pelindung jantung


Adalah rasa panas yang
luar biasa pada wajah
dan tubuh bagian atas
(seperti leher dan dada)
Dengan perabaan
tangan akan terasa
adanya peningkatan
suhu pada daerah
tersebut.


Gejolak panas terjadi
karena jaringan-jaringan
yang sensitif atau yang
bergantung pada
estrogen akan
terpengaruh sewaktu
kadar estrogen menurun
Pancaran panas
diperkirakan merupakan
akibat dari pengaruh
hormon pada bagian
otak yang bertanggung
jawab untuk mengatur
temperatur tubuh.
Wanita menjelang
menopause  dapat
memiliki haid yang datang
dan pergi, selama satu
tahun atau lebih sebelum
benar-benar menopause.
 Tubuhnya menyesuaikan
diri dengan perubahan
hormonal yang terjadi dan
dapat memakan waktu
berbulan-bulan sebelum
haid dan kesuburan berhenti
sama sekali.
 Wanita yang melewatkan
beberapa menstruasi tidak
boleh berasumsi bahwa dia
telah menopause dan tidak
dapat hamil.

MASA REPRODUKSI 20-50 tahun
Klimakterium (Menopause) 45-55
tahun
 Pasca Menopause 50-65 tahun
Senium 65 tahun ke atas




penipisan membran
vulva, vagina, leher

rahim, dan juga saluran 
kemih terluar

penyusutan cukup besar
dan berkurangnya

elastisitas semua daerah
kelamin luar dan dalam. 

gatal
kekeringan
perdarahan
debit air
frekuensi kencing
urin urgensi
inkontinensia urin
peningkatan kerentanan
terhadap peradangan
dan infeksi, misalnya
kandidiasis vagina, dan
infeksi saluran kemih
•sifat lekas marah
•kelelahan
•kehilangan memori, dan masalah dengan konsentrasi
•depresi dan / atau kecemasan
•gangguan tidur, kualitas tidur yang buruk, tidur ringan, insomnia
PSIKOLOGIS






gangguan suasana hati
sifat lekas marah
kelelahan
kehilangan memori, dan
masalah dengan
konsentrasi
depresi dan / atau
kecemasan
gangguan tidur, kualitas
tidur yang buruk, tidur
ringan, insomnia
SEKSUAL
penurunan libido
 vagina kering dan atrofi
vagina
 masalah mencapai
orgasme
 dispareunia atau hubungan
seksual yang menyakitkan





Gangguan pada organ
reproduksi kerap mempengaruhi
kesehatan fisik, psikis, dan emosi
wanita.
Wanita lebih banyak mengalami
gangguan kesehatan pada organ
reproduksinya dibandingkan
mengalami gangguan-gangguan
kesehatan lainnya.
Gangguan pada organ-organ
reproduksi sangat banyak dan
bervariasi dan sering kali
berkaitan satu sama lain salah
satunya yaitu infertil.
umur, gaya hidup,
kegemukan, kelewat
kurus, lingkungan, akrab
dengan minumminuman alkohol, obatobatan,olaraga yang
berlebihan, gondongan,
infeksi, riwayat operasi,
lamanya infertil, jenis
infertil, varikokel dan
kelainan ginekologi 
berhubungan dengan
kejadian infertil .
GAMBAR APA ?
FISHEW_II 2008
Produksi hampir semua hormon menurun.
Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih
rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
 menurunnya produksi aldosteron.
 Menurunnya sekresi hormon gonads : progesteron,
estrogen, testosteron.
 Defisiensi hormonal dapat menyebabkan
hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta
kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).



Hipotalamus:
 Terdapat dalam otak
 Mengatur sbgn besar sekresi
endokrin
 Mengeluarkan sbgn besar hormon
pengaruh
 Sbgn besar mengatur hipofisis

Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis
yang disebabkan oleh gangguan interaksi
hormon, seperti hormon androgen dan
testoteron. Gangguan ini menyebabkan
infertilitas, impotensi dan tidak adanya tandatanda kepriaan
Jika impotensi atau hilangnya
gairah seksual terjadi akibat kadar
testosteron yang rendah,
penderita sebaiknya menjalani
terapi sulih hormon. Testosteron
disuntikkan setiap minggu, efek
sampingnya adalah pembesaran
prostat dan kelebihan sel darah
merah yang bisa menyebabkan
stroke.

Kadang impotensi terjadi
akibat rendahnya kadar
hormon testosteron.
Tetapi penurunan kadar
hormon pria (yang
cenderung terjadi akibat
proses penuaan),
biasanya lebih sering
menyebabkan
penurunan gairah seksual
(libido).


Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak
ditemukan pada pria lanjut usia
Semakin bertambah umur seorang pria,
maka impotensi semakin sering terjadi,
meskipun impotensi bukan merupakan
bagian dari proses penuaan tetapi
merupakan akibat dari penyakit yang sering
ditemukan pada usia lanjut.

Beberapa faktor psikis yang bisa
menyebabkan impotensi:
- Depresi
- Kecemasan
- Perasaan bersalah
- Perasaan takut akan keintiman
- Kebimbangan tentang jenis kelamin.



Agar bisa tegak, penis
memerlukan aliran darah
yang cukup.
Karena itu penyakit
pembuluh darah (misalnya
aterosklerosis) bisa
menyebabkan impotensi.
Impotensi juga bisa
terjadi akibat adanya
bekuan darah atau akibat
pembedahan pembuluh
darah yang menyebabkan
terganggunya aliran
darah arteri ke penis.

Kolesterol adalah lemak
yang tidak larut dalam air
maupun darah, supaya ia
bisa beredar dalam tubuh
(melalui darah) maka
kolesterol terbungkus
dalam sebuah lapisan
lipoprotein.

Kesulitan dengan kinerja
seksual juga dapat terjadi
pada pria dengan
kolesterol tinggi.
Kolesterol akan
memperlambar aliran
darah dan menciptakan
plak pada arteri pembuluh
darah, sehingga
menyebabkan pria dengan
kolesterol tinggi tidak
dapat mempertahankan
ereksi. Jika dibiarkan,
gangguan ini juga bisa
menyebabkan impotensi

memiliki efek cukup buruk
terhadap kesehatan,
khususnya pada pria.
Mereka lebih berisiko
terkena efek gangguan
kesehatan seksual.
Biasanya, gangguan
prostat umum terjadi pada
pria usia lanjut. Namun,
dengan kadar kolesterol
tinggi dapat meningkatkan
risiko pria mengalami
gangguan prostat.

Pola makan yang buruk dan
kurang olahraga menjadi faktor
yang umum menyebabkan
kolesterol tinggi. Salah satu
gangguan kesehatan seksual
yang dapat diderita seseorang
dengan kolesterol tinggi adalah
gangguan prostat.

Sekitar 25% kasus impotensi disebabkan oleh
obat-obatan (terutama pada pria usia lanjut
yang banyak mengkonsumsi obat-obatan).
Obat-obat yang bisa menyebabkan impotensi
adalah:
- Anti-hipertensi
- Anti-psikosa
- Anti-depresi
- Obat penenang
- Simetidin
- Litium.

Kerusakan saraf ini bisa terjadi akibat:
- Cedera
- Diabetes melitus
- Sklerosis multipel
- Stroke
- Obat-obatan
- Alkohol
- Penyakit tulang belakang bagian bawah
- Pembedahan rektum atau prostat.


beresiko lebih tinggi
mengalami disfungsi
ereksi atau impotensi
sebanyak 2,6 – 4 kali,
penyakit jantung 1,8 – 2,4
kali dan Hipertensi 1,6 – 1,7
kali.
Disfungsi ereksi 
neuropati yaitu kerusakan
pada ujung-ujung syaraf
parasimpatis di penis
sehingga relaksasi pembuluh
darah arteri helicina di korpus
kavernosa tidak terjadi.
Akibatnya volume aliran
darah tidak bisa bertambah
dan penis tidak bisa
membesar.
 Umumnya proses neuropati
berjalan pelan-pelan, makin
lama makin banyak syaraf
yang mengalami neuropati
dan akhirnya terjadi
kerusakan secara total.


usia semakin tua (60 –
80 tahun) timbul
berbagai penyakit lain
misalnya hipertensi,
gagal ginjal dan lainlain yang sering
terdapat pada orang
berusia tua. Penyakitpenyakit itulah yang
menyebabkan
disfungsi ereksi.
Download