BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definsi Cemas

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Definsi
Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman takut dan memiliki firasat akan
ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam
tersebut terjadi(Videbeck, 2008). Ansietas adalah salah satu masalah psikososial yang
sering dialami oleh setiap orang dalam kehidupannya sehari-hari (Jenni, 2008).
2. Etiologi Cemas
Penyebab timbulnya kecemasan dapat ditinjau dari 2 faktor yaitu : 1) faktor
internal yaitu tidak memiliki keyakinan akan kemampuan diri 2) faktor eksternal dari
lingkungan seperti ketidaknyamanan akan kemampuan diri, Threat (ancaman),
Conflik (pertentangan), Fear (ketakutan), Unfuled need (kebutuhan yang tidak
terpenuhi)(Videbeck, 2008). Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan
(Stuart, 2007).
3. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stres (Stuarts, 2007).
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan, yaitu :
a. Dalam pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasn adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya (Stuart, 2007).
b. Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami
kecemasan yang berat (Stuart, 2007).
c. Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan
(Stuart, 2007).
d. Kajian keluarga menunjukan bahwa ganguan kecemasan biasanya terjadi dalam
keluarga. Ganguan kecemasan juga timpang tindih antara gangguan kecemasan dan
depresi (Stuart, 2007).
4. Bentuk Cemas
Menurut Bucklew cemas bisa mempengaruhi seseorang dalam berbagai
bentuk. Beberapa orang menunjukkan kecemasannya secara psikologis, dan fisiologis.
Cemas secara psikologis terwujud dalam gejala-gejala kejiwaan seperti tegang,
bingung, khawatir, sukar berkontraksi, perasaan tidak menentu dan sebagainya.
Sedangkan secara fisiologis terwujud dalam gejala-gejala fisik terutama pada sistem
saraf misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual-muntah,
diare, nafas sesak disertai tremor pada otot(Videbeck, 2008).
5. Tingkat Kecemasan
Kecemasan
memiliki dua aspek yang sehat dan aspek membahayakan,
yangbergantung pada tingkat kecemasan,lama kecemasan yang dialami, dan seberapa
baik individu melakukan koping terhadap kecemasan. Kecemasan dapat dilihat dalam
rentang ringan,sedang,berat sampai panik, setiap tingkat menyebabkan perubahan
fisiologis dan emosional pada individu(Stuart, 2007).
a. Kecemasan ringan adalah cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan, tetapi individu
masih mampu memecahkan masalah. Cemas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas yang ditandai dengan terlihat tenang
percaya diri, waspada, memperhatikan banyak hal, sedikit tidak sabar, ketegangan
otot ringan, sadar akan lingkungan, rilex atau sedikit gelisah(Stuart, 2007).
b. Kecemasan sedang adalah cemas yang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal-hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting
atau bukan menjadi prioritas yang ditandai dengan perhatian menurun
penyelesaian masalah menurun, tidak sabar, mudah tersinggung, ketegangan otot
sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai berkeringat, sering mondar-mandir,
sering berkemih dan sakit kepala(Stuart, 2007).
c. Kecemasan berat adalah cemas ini sangat mengurangi persepsi individu,
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, dan tidak
dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk
mengurangi ketegangan individu memerlukan banyak pengesahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain ditandai dengan sulit berfikir , penyelesaian
masalah buruk, takut, bingung, menarik diri, sangat cemas, kontak mata buruk,
berkeringat, bicara cepat, rahang menegang, menggertakkan gigi, mondar mandir
dan gemetar(Stuart, 2007).
d. Panik adalah tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan dan
teror, karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan, panik melibatkan
disorganisasi kepribadian, dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang tidak dapat rasional. Tingkat
ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam
waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Struart,
2007).
Sisi negatif kecemasan atau sisi yang membahayakan ialah rasa khawatir yang
berlebihan tentang masalah yang nyata atau potensial. Hal ini menghabiskan tenaga,
menimbulkan rasa takut, dan menghambat individu melakukan fungsinya dengan
adekuat dalam situasi interpersonal,situasi kerja,dan situasi sosial. Individu selalu
khawatir tentang sesuatu atau semua hal tanpa alasan yang nyata, merasa gelisah lelah
dan tegang (Videbeck, 2008).
6. Cara Mengukur Kecemasan
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur
kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS
merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada
individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang
nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi
diberi 5 tingkatan skor( skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max
Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama
pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan
reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial
clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan
dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.Skala
HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian kecemasan terdiri
dan 14 item, meliputi:
1.
Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan
takut pada binatang besar.
4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas
dan mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih,
perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan
kedutan otot.
8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan
pucat serta merasa lemah.
9. Gejala kardiovaskuler : nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung
hilang sekejap.
10. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas
panjang dan merasa napas pendek.
11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan
muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi
lemah atau impotensi.
13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
berdiri, pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau
kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:
1. Skor kurang dari 14
= tidak ada kecemasan.
2. Skor 14 – 20
= kecemasan ringan.
3. Skor 21 – 27
= kecemasan sedang.
4. Skor 28 – 41
= kecemasan berat.
5. Skor 42 – 56
= kecemasan berat sekali (Hidayat, 2007).
7. Respon Psikologi Suami
Hari-hari dan minggu-minggu menjelang tanggal lahir yang diperkirakan
ditandai oleh tindakan antisipasi dan rasa cemas. Perasaan bosan dan gelisah sering
ditemukan karena perhatian dipusatkan pada proses persalinan.Perhatian utama ayah
ialah membawa ibu ke fasilitas medis tepat waktu untuk bersalin dan tidak
menunjukkan sikap acuh. Banyak ayah ingin mengetahui saat persalinan dan
menentukan saat yang tepat untuk pergi ke rumah sakit atau memanggil pemberi jasa
pelayanan kesehatan (Bobak, 2005).
Banyak ayah menanyakan perabot ruang bersalin,staf perawat, lokasi, dan
ketersediaan pemberi jasa pelayanan kesehatan dan ahli anestesi. Ayah yang lain ingin
mengetahui apa yang diharapkan istri nya saat melahirkan. Ayah merasa takut terjadi
kematian pada istri dan anaknya.Ketegangan dan kekhawatiran ayah yang tidak siap
dan tidak mendukung mudah menular kepada ibu. Keraguan dan ketakutan bahwa
dirinya tidak mampu dapat benar-benar muncul, jika ibu tidak didukung. Rasa
percaya diri akan timbul, jika ia dapat menentukan tujuan yang realistis dan mendapat
dukungan dari orang lain (Bobak,2005).
B. PERSALINAN
1. DEFINSI
Persalinan adalah proses dimana bayi plasenta dan selaput ketuban keluar di
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai
(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks
(Sumarah,dkk.,2009).
2. Tanda-tanda awal persalinan
a. Tahap pertama persalinan
Awal persalinan yang sesungguhnya ditunjukkan oleh satu atau lebih tandatanda berikut ini:
1) Awal kontraksi rahim yang berirama,teratur dan mungkin menyakitkan.
2) Keluarnya sejumlah lendir lengket kadang disertai dengan darah dari vagina (tanda
awal)
3) Keluarnya cairan dari vagina, disebabkan pecahnya selaput dari kantung
ketuban(Musbikin, 2006).
b. Tahap kedua persalinan
Tahap kedua ini diawali dengan terbukanya jalan lahir (leher rahim) sudah
terbuka berarti kepala bayi dapat melaluinya. Kekuatan kontraksi rahim dibantu
tenaga siibu yang kuat pada waktu mengejan, akan mendorong kepala bayi yang
berada pada otot dasar panggul, keluar dari saluran vagina.Tenaga pada waktu
mengejan didapat dengan cara si ibu menarik napas dalam-dalam, menahannya untuk
beberapa saat, lalu mendorong sekuat tenaga, seolah-olah si ibu akan mengeluarkan
isi perut. Kalau bayi sudah lahir maka, berakhirlah tahap kedua persalinan(Musbikin,
2006).
c. Tahap ketiga persalinan
Tahap ketiga persalinan adalah masa antara setelah bayi lahir dan plasenta
keluar dari dari rahim. Beberapa saat setelah bayi lahir, rahim akan berkontraksi lagi.
Plasenta yang telah terlepas dari tempatnya melekat, akan berada dalam vagina bagian
atas. Turunnya plasenta dalam vagina diiringi oleh keluarnya sebagian tali pusat,
cairan darah, dan kontraksi rahim. Bila bagian tali pusat yang telah keluar ditarik
perlahan-lahan, dan penolong persalinan menekan perut siibu, maka plasenta akan
terdorong keluar dari saluran lahir. Dengan demikian selesainya keseluruhan proses
persalinan. Namun, selama kurang lebih satu jam, siibu masih harus tetap berada
dalam ruang persalinan. Hal ini untuk menjaga bila terjadinya perdarahan setelah
persalinan, maka bisa segera diatasi (Musbikin, 2006).
3. Nyeri Persalinan
Rasa nyeri pada persalian adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat
mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah,
denyut jantung, pernapasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera diatasi maka
akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress (Bobak,2004). Nyeri
adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Selama
persalinan dan kelahiran persalinan dan kelahiran dan pervaginam,nyeri disebabkan
oleh kontraksi rahim,dilatasi servik dan distensi perineum (Maryunani, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri dalam persalinan :
Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah keringanan rasa
sakit. Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit menurut
Rukiyah,2009 dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
a. Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa sakit.
Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui,rasa takut terhadap hal yang tidak
diketahui,rasa takut ditinggalkan sendiri pada saat proses persalinan (tanpa
pendamping) dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat meningkatkan
kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan.
b. Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah tegang
dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stress dibanding wanita yang rileks
dalam reaksi rasa sakit.
c. Kelelahan, ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin
sebelumnya sudah
terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa
kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa sakit.
d. Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi sakit. Beberapa budaya
mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkannya) sedang budaya lainnya
mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.
e. Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam
pengharapannya mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut
mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia
akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannnya dan yakin bahwa ia
akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia
akan menerima analgesik yang sesuai.
4. Pendamping Persalinan Ibu
Kehadiran dan dukungan dari pendamping akan membantu proses persalinan
berjalan lancar karena pendamping dapat berbuat banyak untuk membantu ibu saat
persalinan. Berbagai penelitian pun mendukung kehadiran pendamping pada saat
persalinan, diantaranya adalah :
1) Kehadiran seorang pendamping persalinan dapat memberikan rasa nyaman, aman,
semangat, dukungan emosional dan dapat membesarkan hati ibu (Maryunani,
2010).
2) Kehadiran seorang pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek
positif terhadap hasil persalinan dalam arti dapat menurunkan morbiditas,
mengurangi rasa sakit, persalinan yang lebih singkat dan menurunnya persalinan
dengan operasi termasuk bedah sesar (Maryunani, 2010).
3) Kehadiran seorang pendamping persalinan atas pilihannya sendiri merupakan
salah satu rekomendasi dalam buku pedoman perawatan kelahiran normal (Care in
Normal Birth; A Practical Guide, WHO, 1996).
4) Ibu merasakan kehadiran orang kedua sebagai pendamping penolong persalinan,
akan memberikan kenyamanan pada saat bersalin (Maryunani, 2010).
5) Penelitian secara random memperlihatkan efektifnya dukungan fisik, emosional,
dan psikologis selama persalinan dan kelahiran (Pusdiknakes, 2003).
Besar artinya kehadiran seorang pendamping persalinan karena dapat berbuat
banyak untuk membantu ibu saat persalinan. Pendamping tersebut akan menghitung
konnnntraksi sehingga ibu mengetahui kemajuan persalinan, memberi dorongan dan
keyakinan pada ibu selama persalinan, membantu menciptakan suasana nyaman
dalam ruang bersalin, membantu mengawasi pintu dan melindungi privasi ibu,
melapoorkan gejala-gejala atau sakit pada perawat atau dokter, membantu ibu
mengatsi rasa tidak nyaman fisik (Maryunani, 2010).
Jauh sebalum hari persalinan, tentukan siapa pendamping persalinan.
Biasanya, suami adalah calon terkuat. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua
suami dapat menjadi pendamping persalinan istrinya. Oleh krena itu, aturlah
pendamping pengganti untuk berjaga-jaga jika suami berhalangan. Mungkin, orang
tersebut adalah ibuy kandung,ibu mertua,saudara, atau sahabat perempuan ibu.
Pastikan mereka cukup usia,cukup matang,dan memiliki kesiapan dan perencanaan
persalinan,termasuk mengikuti kursus persalinan agar benar-benar memahami
tugasnya (Maryunani, 2010).
Hal yang wajar jika pendamping persalinan gugup menghadapi persalinan.
Memang, sulit menyaksikan orang terkasih menderita kesakitan saat bersalin.
Meskipun demikian, akhirnya banyak pendamping persalinan bersyukur karena diberi
kesempatan menjadi saksi peristiwa ajaib, yaitu kelahiran bayi. Mendampingi
persalinan seorang ibu juga dapat mempererat hubungan dengannya karena sudah
baik dalam persalinan, lakukan hal-hal di bawah ini :
a. Ajukan pertanyaan
Bertanya selalu merupakan ide yang baik jika anda tidak mengerti
mengapa suatu tindakan tertentu dianjurkan kepada istri anda. Ketika proses
persalinan berlangsung kebanyakan dokter atau bidan tidak menjelaskan tindakan
atau wewenang mereka terhadap pasien. Oleh karena itu, aktiflah bertanya
sehingga tahu hal yang dapat diiterima, dipertimbangkan, dan ditolak
(Maryunani, 2010).
b. Bawa bekal untuk diri sendiri
Sama seperti calon ibu membutuhkan makanan di awal persalinan dan
banyak minum selama proses persalinan berlangsung, begitu juga calon bapak.
Pada saat proses persalinan semua orang sibuk mengurus pasien. Jadi, uruslah
diri sendiri dengan membawa persiapan yang cukup,seperti baju ganti,alas kaki
yang nyaman karena mungkin bolak-balik di koridor rumah sakit,serta membawa
bekal makanan dan minuman(Maryunani, 2010).
c. Tahu yang akan dihadapi
Ada yang menyatakan teknik pernapasan yang dipelajari di kursus
persalinan tidak berguna. Meskipun demikian, jangan pernah menyepelekan ilmu
apapun yang didapatkan di kursus persalinan atau buku karena semua pasti ada
gunanya. Selain itu kemungkinan kecil ditengah persalinan membolak-balik
buku panduan lagi. Oleh karena itu, pelajari pengetahuan dasar dan tambahan
tentang persalinan walaupun tidak dipakai pada waktunya (Maryunani, 2010).
d. Bersikap fleksibel
Strategi persalinan yang berhasil bagi seorang ibu belum tentu berhasil
bagi ibu yang lainnya. Tugas pendamping adalah mencermati strategi yang
berhasil dan bersiap menghentikan yang gagal. Terbukalah terhadap perubahan
strategi. Sebelum
pilihan di
persalinan, diskusikan dengan ibu mengenai harapan dan
ruang bersalin. Hal ini
dimaksudkan agar pendamping dapat
mengambil inisiatif untuk mengusulkan suatu perubahan strategi jika terjadi
sesuatu yang tidak diharapkan (Maryunani, 2010).
e.
Temukan pengalih perhatian
Proses persalinan dapat lama dan berat, selama melewatinya, usahakan
pendamping dan ibu memiliki seesuatu untuk mengalihkan perhatian dari rasa
sakit, bosan, dan putus asa. Bentuknya dapat merupakan tehnik pernapasan,
memberikan pijatan lembut di punggung kaki atau pundak ibu atau bersamasama melakukan tehnik relaksasi (Maryunani, 2010).
f. Jadilah supporter
Meskipun banyak yang akan menolong ibu, pendampinglah (suami)
supporter utama baginya. Agar tetap membuatnya merasa nyaman, lakukan yang
ibu inginkan. Mulai dari hal yang terkecil sampai yang terbesar, misalnya lari
kekantin untuk membelikan permen, mengambil minuman,atau menyampaikan
permintaannya kepada bidan (Maryunani, 2010).
g.
Mengetahui kapasitas pendamping
Kemungkinan banyak hal dapat terjadi di ruang bersalin. Pahamilah halhal apa saja yang dapat ditangani dan yang harus diserahkan kepada petugas
kesehatan jika berada diluar kapasitas dan kemampuan pendamping (Maryunani,
2010).
h. Bersiaplah mengambil alih
Hanya pendamping dan ibu yang tahu hal-hal yang diinginkan. Namun,
mungkin ibu berada dalm kondisi tidak dapat mengambil keputusan untuknya.
Upayakan keputusan yang diambil selalu dibicarakan terlebih dahulu dengan ibu
(Maryunani, 2010).
i.
Siap menunggu
Kadang persalinan tahap pertama berlangsung sangat lama sehingga ibu
belum dianjurkan ke rumah sakit atau disarankan kembali pulang setibanya
disana. Bersabarlah mendampinginya meskipun ibu berada di lingkungan yang
sangat akrab yaitu rumah. Ibu tetap membutuhkan pendamping,khususnya saat
menghadapi kontraksi. Sambil menunggu, lakukan aktivitas ringan bersama (
Maryunani, 2010).
j. Selalu disamping ibu
Bagi para suami, kadang ibu juga mengundang ibu kandungnya atau
sahabat perempuannya yang dianggap lebih memahami sakit persalinan unntuk
mendampinginya. Meskipun demikian, bukan berarti kehadiran suami kurang
berarti. Bagi ibu, keberadaan suami tetaplah nomor satu. Oleh karena itu,
usahakan tidak menghilang dari pandangan matanya (Danuatmaja, 2004).
C. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Suami Cemas
Menurut Murkoff (2006)Ada 4 faktor penyebab kecemasan suami menghadapi istri
yang bersalin normal, yaitu :
1. Kecemasan akan kesehatan istri dan bayi
Seorang ibu hamil memiliki kepekaan tertentu, dan sebagai suami yang
mencintai, hasrat anda untuk ingin melindungi istri dari segala kemungkinan bahaya
adalah sesuatu yang sangat alami dan Para calon ayah yang sangat khawatir tentang
kesehatan dan kesejahteraan bayinya yang belum hadir. untungnya hampir semua
kekhawatiran itu sebenarnya tidak perlu. Sekarang ini ada kemungkinan yang sangat
besar bahwa bayi akan lahir dalam keadaan hidup dan sangat sehat kemungkinan ini
jauh lebih besar dibandingkan masa lalu.
2. Harapan jenis kelamin
Banyak pasangan suami istri mencari informasi tentang jenis kelamin anaknya
sebelum kelahiran anaknya. Saat persalinan berlangsung, kebanyakan orang tua dapat
menerima jenis kelamin bayinya tetapi kadang-kadang kekecewaan muncul dan
diungkapkan dengan jelas. Suami akan merasa sedih dan kehilangan pada saat
melahirkan karena melepaskan anak yang dibayangkan dan mulai menerima anaknya
yang nyata.
3. Tangung jawab financial
Suami memiliki tanggung jawab yang lebih besar, selaku pencari nafkah
utama. Terutama dimasa sekarang, ketika biaya perawatan anak semakin meninggi,
banyak calon ayah yang susah tidur memikirkan pertanyaan ini, memikirkan tanggung
jawab financial terhadap masa depan anaknya. Tetapi sesudah bayi lahir, perubahan
prioritas membuat uang yang tersedia akan cukup untuk kebutuhan bayi.
4. Anak lahir cacat
Ketika janin semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut
jantung, kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anak.
Orang tua akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha
memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna.
D. Kecemasan Suami Menghadapi Istri Bersalin Normal
Kecemasan suami yang terutama ialah kemungkinan anak lahir cacat. Suami akan
membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha memperoleh kepastian
bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Ketegangan dan kekhawatiran ayah yang tidak
siap dan tidak mendukung mudah menular kepada ibu. Keraguan dan ketakutan bahwa
dirinya tidak mampu dapat benar-benar muncul jika ibu tidak didukung. Rasa percaya diri
akan timbul, jika ia dapat menentukan tujuan yang realistis dan mendapat dukungan dari
orang lain (Bobak, 2005).
Download