HAFSHAH SUMAYYAH-FKIK

advertisement
TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA 25-55
TAHUN DI RW 01 KELURAHAN RAWA BUNGA
KECAMATAN JATINEGARA TERHADAP KANKER
SERVIKS DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Hafshah Sumayyah
NIM: 107103001063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 5 Oktober 2010
Hafshah Sumayyah
ii
TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA 25-55 TAHUN DI RW 01
KELURAHAN RAWA BUNGA KECAMATAN JATINEGARA
TERHADAP KANKER SERVIKS DAN FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh :
Hafshah Sumayyah
Nim: 107103001063
Pembimbing
Endah Wulandari, M.Biomed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullai Wabarakatuh,
Alhamdullillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
anugrah dan karunia, serta salam dan salawat kepada Rasulluah SAW beserta
keluarga dan para sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
penelitian ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 25-55 Tahun di
RW 01 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap Kanker
Serviks dan Faktor yang Berhubungan” yang merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr.(hc) dr. MK. Tadjudin, Sp.And
selaku Dekan FKIK UIN beserta staf, Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.RM selaku
Kaprodi PSPD FKIK UIN beserta staf, Ibu Endah Wulandari, M.Biomed selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga
bagi perbaikan laporan penelitian ini, dan Dr. Rahmania Diandini, MKK selaku
penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan
laporan penelitian ini.
Ucapan terima kasih tak terhingga kepada kedua orangtua tercinta, Ir. M.
Ichsan Salam dan Lilis Lisnawati. Terima kasih atas kasih sayang, doa dan
dukungan yang tak henti-hentinya selama ini kepada penulis. Adik-adik
tersayang, Abdurrahman Dihya Ramadhan, Ahmad Syauqi A, Shabriyya Zulfa,
Rifda Alfia Salam, dan Hasna Ashila Salam yang telah memberikan doa dan
dukungan kepada penulis. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PSPD FKIK
UIN 2007, rekan-rekan BEMJ PSPD khususnya departeman Kastrat, teman-teman
v
seperjuangan di MHTI UIN, serta teman-teman di rumah binaan Asy-Syifa dan
Mafaaza yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
Akhir kata, semua kebaikan datang dari Allah SWT dan segala kesalahan
tentunya datang dari penulis sendiri. Semoga segenap bantuan, bimbingan dan
arahan yang telah diberikan semua pihak kepada penulis mendapat imbalan dari
Allah SWT. Harapan penulis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan
ilmu pengetahuan berkaitan dengan kanker serviks.
Jakarta, 5 Oktober 2010
Hafshah Sumayyah
vi
ABSTRAK
Hafshah Sumayyah, Program Studi Pendidikan Dokter, Tingkat
Pengetahuan Wanita Usia 25-55 Tahun di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga
Kecamatan Jatinegara terhadap Kanker Serviks dan Faktor
yang
Berhubungan, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita usia 25-55
tahun di Rw 01 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap penyakit
kanker serviks dan faktor yang berhubungan berdasarkan usia, status pernikahan,
jumlah anak, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan tingkat penghasilan.
Penelitian ini dilakukan terhadap 98 responden pada bulan Juni 2010 dengan
menggunakan desain potong lintang, yang kemudian dilakukan analisis univariat
dan bivariat. Pada hasil penelitian didapatkan 9 responden yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang, 76 responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup dan
13 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap kanker serviks.
Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan kanker serviks dengan distribusi
frekuensi responden berdasarkan umur, status pernikahan, tingkat pendidikan,
status pekerjaan, dan penghasilan keluarga di Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan
Jatinegara Jakarta Timur pada bulan Juni 2010.
Kata kunci : kanker serviks
ABSTRACT
Hafshah Sumayyah, Medical Education, The level of knowledge of women
aged 25-55 years in RW 01 Rawa Bunga Jatinegara about cervical cancer and
correlating factors, 2010.
This study aims to determine the level of knowledge of women aged 25-55 years in
Rw 01 Kelurahan Rawa Bunga Subdistrict Jatinegara against cervical cancer and
related factors based on age, marital status, number of children, education level,
employment status, and income levels. This research was conducted on 1998
respondents in June 2010 by using cross sectional design, which is then
performed univariate and bivariate analysis. In the results, nine respondents who
have less knowledge level, 76 respondents who have a sufficient level of
knowledge and 13 respondents who have a good knowledge level of cervical
cancer. There is no relationship between level of knowledge of cervical cancer
with the frequency distribution of respondents by age, marital status, education
level, employment status, and family income in Kelurahan Rawa Bunga
Jatinegara East Jakarta District in June 2010.
Keyword : cervical cancer
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................
v
ABSTRAK ...................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xii
BAB 1. PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1.
Latar belakang .......................................................................
1
1.2.
Rumusan masalah ................................................................
2
1.3.
Tujuan penelitian ..................................................................
3
1.4.
Manfaat penelitian .................................................................
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
4
2.1.
Landasan Teori ......................................................................
4
2.1.1. Anatomi Leher Rahim ...........................................................
4
2.1.2. Histologi .................................................................................
5
2.1.3. Epidemiologi ..........................................................................
11
2.1.4. Etiologi ...................................................................................
12
2.1.5. Faktor Risiko ..........................................................................
13
2.1.6. Patogenesis dan Patofisiologi .................................................
16
2.1.7. Manifestasi Klinik ..................................................................
17
2.1.8. Klasifikasi ..............................................................................
18
2.1.9. Pencegahan .............................................................................
21
2.2.
Kerangka konsep ...................................................................
24
2.3.
Batasan Operasional ...............................................................
25
BAB 3. METODE PENELITIAN ..............................................................
26
3.1.
Desain penelitian ....................................................................
26
3.2.
Tempat dan waktu ..................................................................
26
3.3.
Populasi dan sampel ...............................................................
26
3.4.
Kriteria penelitian ..................................................................
26
3.4.1. Kriteria inklusi .......................................................................
26
3.4.2. Kriteria eksklusi .....................................................................
26
3.5.
Besar sampel ..........................................................................
26
3.6.
Cara kerja ...............................................................................
27
3.6.1. Variabel ..................................................................................
27
3.6.2. Pengumpulan data ..................................................................
27
3.6.3. Pengolahan dan penyajian data ..............................................
28
3.6.4. Analisis data ...........................................................................
28
3.6.5. Pelaporan hasil penelitian.......................................................
28
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
29
4.1.
Distribusi demografi responden wanita usia 25-55 tahun
di Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara Jakarta
Timur .....................................................................................
29
viii
4.2.
Tingkat penilaian pengetahuan ..............................................
4.2.1. Pengertian dan penyebab kanker serviks ...............................
4.2.2. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya peningkatan
Risiko terkena kanker serviks ...............................................
4.2.3. Mekanisme terjadinya tanda dan gejala dari kanker
serviks ....................................................................................
4.2.4. Pencegahan dan pemeriksaan dini pada kanker serviks.........
4.2.5. Pengobatan dan vaksin HPV pada kanker serviks .................
4.2.6. Pengetahuan kanker serviks secara keseluruhan ....................
4.3. Analisis hasil penelitian hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan distribusi frekuensi responden ..............
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
5.1.
Simpulan ..........................................................................
5.2
Saran .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN...................................................................................................
ix
30
31
31
32
33
34
34
35
41
41
41
42
43
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penderita kanker terbanyak di Indonesia .....................................
Tabel 2.2 Klasifikasi kanker serviks berdasar stadium klinik menurut FIGO
Tabel 4.1 Distribusi Responden Wanita usia 25-55 tahun RW 01 Kel.
Rawa Bunga Kec. Jatinegara Jakarta Timur ...............................
Tabel 4.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Faktor Demografi
Responden .....................................................................................
x
11
19
29
36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Uterus tampak depan (kiri) dan tampak samping (kanan) ........
Gambar 2.2. Gambar skematis uterus dan serviks ........................................
Gambar 2.3. Histologi ektoserviks ................................................................
Gambar 2.4. Sambungan Skuamokolumnar ..................................................
Gambar 2.5. Zona Transformasi pada berbagai kelompok umur ..................
Gambar 2.6. Gambaran lesi prekanker serviks ..............................................
Gambar 2.7. Klasifikasi kanker serviks berdasarkan stadium .......................
Gambar 2.8 Cara mengambil sampel Tes Pap dengan spatula kayu ............
Gambar 4.1 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengertian dan
Penyebab Kanker Serviks ........................................................
Gambar 4.2 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Faktor-Faktor yang
Mendukung Terjadinya Peningkatan Risiko Terkena Kanker
Serviks ...................................................................................
Gambar 4.3 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap
Mekanisme
Terjadinya Tanda dan Gejala dari Kanker Serviks ..................
Gambar 4.4 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pencegahan dan
Pemeriksaan Dini .....................................................................
Gambar 4.5 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengobatan dan
Vaksin HPV pada Kanker Serviks ...........................................
Gambar 4.6 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Kanker Serviks
secara Keseluruhan ...................................................................
xi
4
5
6
8
10
18
20
22
31
32
32
33
34
35
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuisioner .................................................................................
43
Lampiran 2 Analisis data ...............................................................................
50
Lampiran 3 Riwayat Hidup Penulis ............................................................... 55
xii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan leher
rahim (serviks). Kanker serviks merupakan kanker primer dari serviks (kanalis
servikalis atau portio). Serviks adalah suatu bagian yang merupakan pintu masuk
kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan vagina (Andrijono,
2004).
Kanker serviks atau kanker leher rahim, kini semakin mengalami
peningkatan yang signifikan baik di Indonesia maupun di dunia. Secara global,
kanker serviks menempati urutan kedua penyakit kanker pada wanita. Pada tahun
2000, terdapat 471.000 kasus baru yang terdiagnosis, dan 288.000 penderita
kanker serviks yang meninggal. Sekitar 80% penderita kanker serviks yang
meninggal terjadi di negara berkembang (WHO, 2006).
Di Indonesia, kanker serviks kini merupakan kanker yang terbanyak pada
wanita, seperti juga di negara-negara berkembang lainnya, diperkirakan 40 ribu
kasus baru kanker mulut rahim ditemukan setiap tahunnya. Di Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks 76,2% di antara kanker
ginekologi. Dari data 17 rumah sakit di Jakarta tahun 1977, kanker serviks
menduduki urutan pertama yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan
(Rasjidi, 2008).
Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker
serviks, baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian tersebut terutama berkat
adanya program skrining massal antara lain dengan Tes Pap. Di Negara maju,
skrining Pap smear telah terbukti mampu menemukan lesi prekanker, sehingga
dapat menurunkan insiden dan sekaligus menurunkan angka kematian akibat
kanker serviks (WHO, 2006). Di Amerika, antara tahun 1955 dan 1992, tingkat
kematian akibat kanker serviks menurun sekitar 74%. Alasan utama penurunan ini
adalah peningkatan penggunaan Tes Pap Smear sebagai upaya skrining kanker
2
serviks. Selanjutnya kematian akibat kanker serviks terus meunurun sekitar 4%
setiap tahunnya (American Cancer Society, 2009).
Sementara di Indonesia, kanker serviks masih menjadi masalah kesehatan
sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi.
Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status
sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan
prasarana, jenis histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan
prognosis dari penderita (Rasjidi, 2008).
Faktor-faktor risiko penyebaran kanker serviks saat ini telah diketahui
yaitu antara lain imunodefisiensi, tingkat paritas yang tinggi, hubungan seksual
dini pada usia kurang dari 16 tahun, berganti-ganti pasangan seksual, dan
penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang (> 5 tahun) (WHO, 2006).
Salah satu upaya yang harus terus diupayakan adalah dengan
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan kanker serviks yang
dilakukan melalui sosialisasi termasuk
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) untuk masyarakat. Meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat termasuk menghindari faktor risiko penyakit
kanker seperti merokok, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, serta
menjaga kebahagiaan pasangan suami istri untuk menghindarkan perilaku seks
tidak sehat.
Oleh karena itu, pada penelitian ini diharapkan dapat diketahui tingkat
pengetahuan terhadap kanker serviks, baik dari gejala, tanda, upaya pencegahan
maupun penanganannya pada wanita usia produktif.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut, yaitu bagaimana tingkat
pengetahuan wanita usia 25-55 tahun di Rw 10 Kelurahan Rawa Bunga
Kecamatan Jatinegara terhadap penyakit kanker serviks ?
3
1.3.
TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan wanita usia 25-55 tahun di Rw 01
Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap penyakit kanker
serviks dan faktor yang berhubungan.
1.3.2. Tujuan Khusus

Mengetahui sebaran demografi responden wanita usia 25-55 tahun di Rw
01 kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara berdasarkan usia, status
pernikahan, jumlah anak, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan tingkat
penghasilan.

Mengetahui tingkat pengetahuan wanita usia 25-55 tahun di Rw 01
kelurahan Rawa Bunga terhadap kanker serviks.

Mengetahui hubungan antara sebaran demografi responden dengan tingkat
pengetahuan.
1.4.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk :

Menjadi dasar untuk melaksanakan program-program peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang penyakit kanker
serviks dan berbagai pokok permasalahannya.

Menjadi evaluasi terhadap pelayanan kesahatan dalam upaya mengedukasi
masyarakat tentang penyakit kanker serviks dan berbagai pokok
permasalahannya.

Menjadi data dasar untuk penelitian mengenai kanker serviks selanjutnya
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1.
Anatomi Leher Rahim
2.1.1.1.
Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum
atau serosa. Rongga uterus dilapisi endometrium.Uterus wanita yang tidak hamil
terletak pada rongga panggul antara kandung kemih di anterior dan rektum di
posterior. Hampir seluruh dinding posterior uterus ditutupi serosa atau
peritoneum,
yang bagian bawahnya
membentuk
batas anterior
kavum
rektouterina, atau disebut juga recta-uterine cul-de-sac atau kavum Douglasi.
Hanya bagian atas dinding anterior uterus yang tertutup demikian. Bagian bawah
disatukan dengan dinding posterior kandung kemih oleh lapisan jaringan ikat yang
berbatas tegas tetapi biasanya longgar (Rasjidi, 2008).
Gambar 2.1. Uterus tampak depan (kiri) dan tampak samping (kanan)
Sumber : WHO, 2006
2.1.1.2.
Serviks Uteri
Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus yang terletak di
bawah ismus. Di anterior, batas atas serviks yaitu os intema, terletak kurang lebih
setinggi pantulan peritoneum pada kandung kemih. Berdasarkan perlekatannya
5
pada vagina, serviks terbagi atas segmen vaginal dan supravaginal. Permukaan
posterior segmen supravaginal tertutup peritoneum. Di bagian lateral, serviks
menempel pada ligamentum kardinal; dan di bagian anterior, dipisahkan dari
kandung kemih yang menutupinya oleh jaringan ikat longgar. Os ekstema terletak
pada ujung bawah segmen vaginal serviks, yaitu porsio vaginalis (Rasjidi, 2008).
Bentuk os eksterna serviks sangat bervariasi. Sebelum melahirkan,
bentuknya keeil, beraturan, oval; setelah melahirkan orifisiumnya berubah
menjadi celah melintang yang terbagi sedemikian rupa sehingga terdapat bentuk
yang disebut bibir serviks anterior dan posterior (Rasjidi, 2008).
Serviks terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin
serta pembuluh darah, tetapi masih memiliki serabut otot polos. Peralihan dari
serviks yang terutama berupa jaringan kolagen ke korpus uteri yang terutama
berupa jaringan muskular, meski umumnya curam, dapat juga terjadi bertahap dan
dapat mencapai panjang 10 mm. Pada Servix normal, proporsi otot rata-rata
adalah sekitar 10%; sedangkan pada wanita dengan serviks yang inkompeten,
proporsi otot seringkali lebih besar (Rasjidi, 2008).
Gambar 2.2 Gambar skematis uterus dan serviks
Sumber : WHO, 2006
2.1.2. Histologi
2.1.2.1.
Histologi Ektoserviks
Serviks ditutupi oleh dua jenis epitelium, yaitu epithelium skuamus
berstrata
dan
epitelium
kolumnar,
yang
bertemu
pada
sambungan
skuamokolumnar. Suatu area luas dari ektoserviks ditutupi oleh epitelium
skuamus yang mengandung glikogen non keratin bertingkat (Rasjidi, 2008).
6
Gambar 2.3. Histologi ektoserviks
Sumber : WHO, 2006
Lapisan ini kuat, memiliki banyak lapisan sel (15-20), dan tampak
berwarna merah muda pucat pada kajian visual. Lapisan ini tersusun atas lapisan
tunggal di sekitar sel-sel basal dengan nukleus berisi cairan gelap. kekuningan dan
sitoplasma kecil dari balik stroma. Sel-sel basal rnernbagi dan membedakan
bentuk lapisan parabasal, menengah, dan permukaan. Dari basal ke lapisan
permukaan, sel-sel masuk ke dalam meningkatkan sitoplasma dan pengurangan
jumlah sel. Lapisan sel-sel tengah dan permukaan berisi banyak glikogen dalam
sitoplasma mereka. Dikarenakan yodium sudah diwarnai dengan glikogen,
penggunaan yodium lugol pada epitelium skuamus akan menimbulkan warna
cokelat kehitaman atau hitam. Pada wanita pasca menopause, sel-sel dalam
lapisan skuamus tidak rnatang melampaui lapisan parabasal, dan tidak
berakumulasi dengan lapisan tengah, dan permukaan sel. Akibatnya, epitelium
skuamus menjadi tipis dan atropis sehingga tampak pucat dan mudah pecah,
dengan petekiae subepitelial. Hal ini mudah sekali menimbulkan trauma (Rasjidi,
2008).
2.1.2.2.
Histologi Endoserviks
Saluran endoserviks dilingkupi dengan lapisan kolumnar, terkadang
disebut juga epitelium glandular, tersusun atas lapisan tunggal sel-sel panjang
dengan nukleus berwarna gelap. Pada kajian visual, ini tampak seperti buliran,
area kemerahan dikarenakan lapisan tunggal tipis memungkinkan pewarnaan dari
landasan stroma agar bisa dilihat dengan mudah. Ini membentuk beberapa
7
invaginasi ke dalam zat-zat stroma serviks, menimbulkan pembentukan genangan
endocerviks,
terkadang
disebut
kelenjar
endocerviks.
Sel-sel
kolumnar
menyembunyikan mukus yang melumasi serviks dan vagina. Pada batas
teratasnya, ini bergabung dengan epitelium endometrial dalam badan uterus, dan
pada batas terbawahnya, ini bertemu dengan epithelium skuamus pada sambungan
skuakolumnar. Perkembangbiakan local lapisan kolumnar dalam bentuk polip
terkadang bisa terlihat gumpalan kemerahan keluar dari os eksternal. Epitelium
kolumnar tidak menghasilkan glikogen, ini tidak mengubah warna setelah
penggunaan yodium lugol, atau tetap agak kepucatan dengan lapisan tipis larutan
yodium (Rasjidi, 2008).
2.1.2.3.
Sambungan Skuamokolumnar
Sambungan skuamokolumnar tampak seperti garis tajam. Lokasi
sambungan skuamokolumnar dalam hubungannya dengan os ekternal beragam,
bergantung pada faktor-faktor seperti usia, status hormonal, trauma kelahiran dan
kondisi-kondisi fisiologis khusus seperti kehamilan. Selama masa kanak-kanak
dan perimenarke, ini terdapat pada, atau sangat dekat dengan, os eksternal. Setelah
pubertas dan selama periode reproduktif, organ-organ genital perempuan tumbuh
dalam pengaruh hormone estrogen, sebingga, serviks meluas dan saluran
endoserviks memanjang. Ini mengarah pada darahan dari lapisan kolumnar pada
ektoserviks, terutama pada bibir anterior dan posterior rnengakibatkan ektropi
atau ektopi. Sambungan skuamokolumnar terletak dalam ektoserviks, jauh dari os
eksternal selama tahun-tahun reproduktif dan keharnilan. Pada pemeriksaan
visual, ektropi terlihat seperti ektoserviks kemerahan yang menjulur (Rasjidi,
2008).
8
Gambar 2.4 Sambungan Skuamokolumnar
Sumber : Karam, 2006
Tindakan buffer dari mukus yang menutupi sel-sel kolumnar terganggu .
ketika epitelium kolumnar balik terbuka pada lingkungan vagina asam. Ini
mengarah pada kerusakan dan penggantian epitelium kolumnar dengan epitelium
skuamus rnetaplastis. Metaplasia mengacu pada perubahan atau pergantian dari
salah satu jenis epitelium oleh lainnya. Ketika wanita telah melampaui kehidupan
reproduktifnya, pada sambungan skuamokolumnar secara aktif mulai bergerak
pada ektoserviks pada os ekstemal. Ini terletak pada jarak yang berbeda dari os
eksternal, sebagai akibat dari formasi proqresif epitelium skuamus metaplastis
baru dalam area-area terbuat dari epitelium kolumnar dalam ektoserviks. Dari
periode perimernopausal dan setelah mulai menopause, serviks semakin mengecil,
dikarenakan kurangnya estrogen dan akibatnya pergerakan dari sambungan
skuamokolumnar terhadap os eksternal dan masuk ke dalam saluran endoserviks
lebih jauh digerakkan. Pada wanita pascamenopause, sambungan skuamokolumnar terletak di saluran endoserviks dan sering tidak dapat dilihat dengan
pemeriksaan visual (Rasjidi, 2008).
2.1.2.4.
Metaplasia Skuamus
Peristiwa paling awal dalam metaplasia skuamus adalah kemunculan sel-
sel kecil, bulat, dan subkolumnar dalam area terbuka dari epitelium kolumnar,
yang disebut sel-sel balik. Sel-sel ini berkembang biak dan membentuk lapisan
multisel tidak bertingkat tipis yang disebut epitelium skuamus tidak matang. Sel-
9
sel dalam epitelium rnetaplastis skuamus tidak matang tidak menghasilkan
glikogen dan tidak menimbulkan warna cokelat atau hitam dengan larutan yodium
lugol. Banyak foci metaplasia skuamus yang tidak matang muncul pada saat yang
bersamaan (Rasjidi, 2008).
Perkembangan lebih lanjut dari bentukan baru epithelium metaplastis tidak
matang bisa mengambil satu atau dua arah. Dalam kebanyakan wanita, ini
berkembang sampai matang, berlapis, menghasilkan glikogen, epitelium
metaplastis skuamus yang serupa dengan epitelium skuamus yang ditemukan pada
ektoserviks, untuk tujuan-tujuan praktik. ini menampakkan warna cokelat atau
hitam setelah penggunaan yodium lugol. Beberapa kista, disebut kista Nabothian,
yang berkembang sebagai akibat dari oklusi pembukaan saluran dalam epitelium
kolumnar tersusun dengan menempati epitelium skuamus metaplastis. Gumpalan
epitelium kolumnar dalam kista bisa terus menutupi mukus, yang pada akhirnya
menggelembungkan kista. Mukus yang terperangkap memberikan warna-warna
putih kekuningan pada kista pada pemeriksaan visual. Dalam sebagian kecil
wanita metaplasia skuamus tidak matang bisa kembali ke dalam epiteliurn
displastis
(perubahan
epitelium
menunjukkan
perubahan-perubahan
sel
prekanserus), dikarenakan infeksi dengan jenis HPV manusia (Rasjidi, 2008).
2.1.2.5.
Zona Tranformasi
Zona transformasi adalah suatu area serviks di mana epitelium kolumnar
telah digantikan dan/atau sedang digantikan oleh epitelium skuamus metaplastis.
Dengan mata telanjang, seseorang bisa mengidentifikasi lapisan dalam dari zona
transformasi dengan menelusuri sambungan skuamo-kolumnar dan lapisan luar
dengan menempatkan kista Nabothian paling distal atau saluran-saluran bukaan
(seringkali tampak dalam pembesaran mikroskop) (Rasjidi, 2008).
10
Gambar 2.5. Zona Transformasi pada berbagai kelompok umur
Sumber : WHO, 2006
Pada wanita pramenopause, zona transformasi utamanya terletak pada
endoserviks. Setelah menopause, dan masa tua, serviks mengerut dengan
menurunnya tingkat estrogen. Akibatnya, zona transformasi bisa bergerak
sebagian, dan akhirnya secara penuh, kedalam saluran endoserviks. Hampir semua
neoplasia serviks terjadi dalam zona ini, mendekati sambungan skuamo-kolumnar
(Rasjidi, 2008).
11
2.1.3. Epidemiologi
Sampai saat ini kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan
wanita di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya
yang tinggi (Rasjidi, 2008).
Kanker serviks atau karsinoma serviks uteri memiliki peranan penting
sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, baik di negara maju
maupun di negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Diantara tumor
ganas ginekologik, kanker serviks masih menduduki peringkat pertama di
Indonesia (Prawirohardjo, 2008).
Di negara maju, angka kejadian dan angka kematian kanker mulut rahim
telah menurun karena suksesnya program deteksi dini. Akan tetapi, secara umum
kanker mulut rahim masih menempati posisi kedua terbanyak pada keganasan
wanita (setelah kanker payudara) dan diperkirakan diderita oleh 500.000 wanita
tiap tahunnya. Di Indonesia, diperkirakan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim
ditemukan setiap tahunnya. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi
kanker serviks 76,2% di antara kanker ginekologi. Dari data 17 rumah sakit di
Jakarta tahun 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama yaitu 432 kasus di
antara 918 kanker pada perempuan (Rasjidi, 2008).
Tabel 2.1 Penderita kanker terbanyak di Indonesia
Lokasi
Jumlah
Persentase
Serviks
3686
17,5
Mammae
2617
12,67
Kulit
1270
6,15
Naofaring
1137
5,51
Rektum
1051
5,09
Ovarium
1048
5,08
Limfoma
926
4,48
Kolon
653
3,16
Sumber : Rasjidi, 2008
12
Usia penderita kanker serviks didapatkan pada rentang usia 30 sampai 60
tahun, dengan insidensi terbanyak pada rentang usia 45 sampai 50 tahun. Periode
laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun.
Hanya kurang dari 9% wanita berusia kurang dari 35 tahun menunujukan kanker
serviks yang invasif saat terdiagnosis (Prawirohardjo, 2008).
2.1.4. Etiologi
Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat
kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik,
diantaranya: jarang ditemukan pada perempuan yang belum berhubungan seks
secara aktif, insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin dibanding mereka
yang tidak kawin, terutama pada gadis yang coitus pertamanya dialami pada usia
amat muda (<16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas apalagi
yang berjarak dekat, higiene seksual yang buruk, aktivitas seksual yang sering
berganti-ganti pasangan, jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya
disirkumsisi, sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HPV
(Human Papiloma Virus) tipe 16 atau 18, dan akhirnya kebiasaan merokok
(Prawirohardjo, 2008).
Kanker serviks atau karsinoma serviks uteri disebabkan oleh agen
karsinogenik, yang ditularkan secara seksual, kemungkinan virus. Risiko
mengidap karsinoma meningkat sesuai dengan awalnya usia aktivitas seksual,
frekuensi koitus, dan banyaknya partner seks. Hal ini umum terjadi pada wanita
multipara yang menikah dini dan para pekerja seks (Chandrasoma dan Taylor,
2005).
Faktor etiologi yang perlu mendapat perhatian adalah infeksi Human
Pavilloma Virus (HPV). HPV adalah virus yang menimbulkan proliferasi pada
permukaan epidermal dan mukosa (Rasjidi, 2008).
Tipe yang sering menyebabkan kanker yaitu HPV tipe 16 dan 18 yang
berisiko tinggi, ditemukan sekitar 70% dari laporan kasus kanker serviks.
Sedangkan tipe lain, yaitu 31, 33, 45, dan 58 lebih jarang ditemukan dan memiliki
prevalensi yang berbeda sesuai wilayah geografis. HPV tipe 6 dan 11 tidak
13
berhubungan dengan kanker, tapi menyebabkan genital warts. Infeksi HPV
berhubungan dengan kebiassaan seksual, berhubungan seksual di usia dini, dan
berganti-ganti pasangan seksual (WHO, 2006).
2.1.5. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko penting pada terjadinya karsinoma serviks adalah
sebagai berikut :

Hubungan Seksual
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan
secara seksual, di mana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan
antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan
etiologi infeksinya, wanita dengan partner seksual yang banyak dan wanita
yang memulai hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan
risiko terkena kanker serviks (Rasjidi, 2008).
Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama
usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18
tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik
usia saat pertama berhubungan maupun jumlah partner seksual, adalah
faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks (Rasjidi, 2008).

Karakteristik Partner
Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi
sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus
kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan kanker serviks lebih sering
menjalani seks aktif dengan partner yang melakukan seks berulang kali
(Rasjidi, 2008).
Selain itu, partner dari pria dengan kanker penis atau partner dari pria
yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan
risiko kanker serviks (Rasjidi, 2008).

Riwayat Ginekologis
Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi risiko
kanker serviks, hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen
14
persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan risiko (Rasjidi,
2008).

Agen Infeksius
Human Papilloma Virus (HPV). Terdapat sejumlah bukti yang
menunjukkan HPV sebagai penyebab neoplasia servikal. Ada bukti lain
yaitu onkogenitas virus papiloma hewan ; hubungan infeksi HPV serviks
dengan kondiloma dan atipik koilositotik yang menunjukkan displasia
ringan atau sedang; dan deteksi antigen HPV dan DNA dengan lesi
servikal. HPV tipe 6 dan 11 berhubungan erat dengan diplasia ringan,
yang sering regresi. HPV tipe 16 dan 18 dihubungkan dengan diplasia
berat, yang jarang regresi dan seringkali progresif menjadi karsinoma
insitu (Rasjidi, 2008).
Virus Herpes Simpleks. Walaupun semua virus herpes simpleks tipe 2
(HPV-2) belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi insitu
telah menunjukkan bahwa terdapat HSV RNA spesifik pada sampel
jaringan wanita dengan displasia serviks. DNA sekuens juga telah
diidentifikasi pada sel tumor dengan menggunakan DNA rekombinan.
Diperkirakan 90% pasien dengan kanker serviks invasif dan lebih dari
60% pasien dengan neoplasia intraepitelial serviks (CIN) mempunyai
antibodi terhadap virus (Rasjidi, 2008).

Merokok
Sebagian kandungan rokok dapat dideteksi dalam mukus serviks, yang
mungkin bertindak sebagai bahan kokarsinogen. Polisiklik arometik
hidrokarbon pada asap rokok menyebabkan rusaknya DNA; keadaan ini
telah ditunjukkan keberadaannya pada jaringan serviks uteri, yang pada
perokok mempunyai kadar tinggi (Sjamsuddin, 2001).

Usia
Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya
kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia
lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya
15
waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem
kekebalan tubuh akibat usia (Sjamsuddin,2001, Setyarini, 2009).

Kontrasepsi Oral
Risiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan
hubungan dengan kontrasepsi oral. Bagaimanapun, penemuan ini hasilnya
tidak selalu konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan
risiko dengan mengontrol pengaruh kegiatan seksual. Beberapa studi gagal
dalam menunjukkan beberapa hubungan dari salah satu studi, bahkan
melaporkan proteksi terhadap penyakit yang invasif. Hubungan yang
terakhir ini mungkin palsu dan menunjukkan deteksi adanya bias karena
peningkatan skrining terhadap pengguna kontrasepsi. Beberapa studi yang
lebih lanjut kemudian memerlukan konfirmasi atau menyangkal observasi
ini mengenai kontrasepsi oral (Rasjidi, 2008).

Etnis dan Faktor Sosial
Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor
risiko lima kali lebih besar daripada faktor risiko pada wanita di kelas
yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin dikacaukan oleh hubungan
seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan. Di USA ras negro,
hispanik, dan wanita Asia memiliki insiden kanker serviks yang lebih
tinggi daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan ini mungkin
mencerminakan pengaruh dari sosioekonomi (Rasjidi, 2008).

Nutrisi
Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan
berkhasiat mencegah kanker misalnya advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk,
anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penelitian ternyata
defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, beta
karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks.
Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan
yang kuat (Sjamsuddin, 2001).
Antioksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk
radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia.
Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-
16
bijian dan kacang-kacangan). Vitamin C banyak terdapat dalam sayursayuran dan buah-buahan (Sjamsuddin, 2001).
2.1.6. Patogenesis dan Patofisiologi
Karsinoma serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo-columnar
junction (SCJ) atau sambungan skuamo-kolumnar (SSK), yaitu batas antara epitel
yang melapisi ektoserviks (porsio) dan andoserviks kanalis serviks, dimana secara
histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis
dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis
bersilia. Letak SSK dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas.
Pada wanita muda SSK berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada
wanita berusia di atas 35 tahun SSK berada di dalam kanalis serviks
(Prawirohardjo, 2008, Kumar, Cotran, dan Robbins, 2007).
Pada serviks uteri, terjadinya karsinoma sel skuamosa melalui beberapa
langkah yaitu: metaplasia, displasia, dan karsinoma in situ (Prawirohardjo, 2008,
Kumar, Cotran, dan Robbins, 2007).
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu
faktor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis,
asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel host
sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel (Prawirohardjo, 2008).
Metaplasia adalah perubahan arah diferensiasi epitel. Pada (endo) serviks
uteri hal ini berarti bahwa lapisan yang dikelilingi oleh epitel sel torak berubah
menjadi epitel sel skuamosa atau sel gepeng yang selanjutnya secara morfologik
normal. Metaplasia seluruhnya bersifat reversibel dan didapat dalam berbagai
epitelia sebagai reaksi terhadap banyak sekali rangsangan. Pada rangsangan yang
terus-menerus, epitel metaplastik ini menunjukkan aktivitas proliferasi yang
meningkat dan diferensiasi yang menurun. Inti sel yang lebih besar dan kromatin
berubah teksturnya yang disebut sebagai sel displastik. Berdasarkan pada
perubahan morfologinya, displasia dikelompokkan menjadi tingkatan ringan,
sedang, dan berat. Akhirnya gambaran sel menjadi sedemikian atipiknya sehingga
sel tampak sebagai sel kanker. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah
17
transformasi. Akan tetapi, selama belum terdapat pertumbuhan infiltratif, yang
merupakan tanda yang khas untuk pertumbuhan maligna, hal ini masih disebut
sebagai karsinoma in situ (Kumar, Cotran, dan Robbins, 2007).
Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epitel
skuamosa yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi
tidak memenuhi persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan
atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel.
Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang
menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Kumar,
Cotran, dan Robbins, 2007).
Untuk terjadinya karsinoma in situ dan displasia ringan memerlukan
waktu sekitar lima tahun, tiga tahun dari displasia sedang dan satu tahun dari
displasia berat. Tetapi tidak semua displasia akan menjadi karsinoma, hanya 15%
displasia ringan berkembang menjadi displasia sedang, pada displasia sedang 30%
berkembang menjadi displasia berat dan 40% regresi menjadi displasia ringan,
pada displasia berat 45% berkembang menjadi karsinoma insitu dan 20% regresi
menjadi displasi sedang. Pada tingkat karsinoma in situ 100% akan menjadi
karsinoma invasif (Rasjidi, 2008).
2.1.7. Manfestasi Klinik
Walaupun telah terjadi invasi sel tumor ke dalam jaringan di bawahnya,
kanker ini masih mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda dini kanker mulut
rahim tidak spesifik seperti adanya keputihan yang agak banyak dan kadang
kadang bercak perdarahan yang umumnya diabaikan oleh penderita. Tanda yang
lebih klasik adalah adanya perdarahan yang berulang atau terjadinya perdarahan
setelah bersetubuh dengan pasangannya atau saat membersihkan vaginanya.
Denganbertambahnya pertumbuhan penyakit ini, perdarahan akan semakin lama
dan akan semakin banyak. Namun, kadang-kadang diartikan bahwa perdarahan
yang terjadi adalah haid yang berlangsung lama dan banyak. Juga biasanya
dijumpai keputihan yang banyak dan berbau busuk yang berasal dari tumor
tersebut (Rasjidi, 2008).
18
Pada stadium yang lebih lanjut ketika tumor telah menyebar ke rongga
panggul dapat dijumpai tanda tanda lain berupa nyeri yang menjalar kepinqqul
atau kaki. Beberapa penderita mengeluh nyeri saatberkernih, kencing berdarah,
perdarahan saat buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening tungkai
bawah dapat menimbulkan bengkak pada tungkai bawah (Rasjidi, 2008).
2.1.8. Klasifikasi
2.1.8.1. Klasifikasi Histologi
Berdasarkan gambaran histologi, kelainan pra kanker dapat diperingatkan
sebagai berikut.

Neoplasia Intraepitel Serviks (CIN) I sebagai displasia ringan

Neoplasia Intraepitel Serviks (CIN) II sebagai displasia sedang

Neoplasia Intraepitel Serviks (CIN) III sebagai displasia berat dan
karsinoma in situ
Gambar 2.6. Gambaran lesi prekanker serviks
Sumber : Kumar, Cotran, dan Robbins, 2007
Namun, pada apusan sitologik, lesi prakanker dibagi hanya menjadi dua
kelompok : SIL (Lesi intraepitelial gepeng) derajat ringan (low grade) dan derajat
berat (high grade). Lesi derajat ringan sesuai dengan CIN I dan lesi derajat berat
dengan NIS II atau III. Perkembangan dari derajat yang lebih rendah ke lebih
tinggi tidak selalu terjadi. Meskipun berbagai penelitian memberi hasil berbeda,
kemungkinan NIS I mengalami regresi 50-60%; menetap 30%; dan berkembang
menjadi NIS III 20 %. Hanya 1-5% yang menjadi invasif. Pada NIS III,
19
kemungkinan regrasi hanya 33% dan berkembang 6% hingga 74% (Kumar,
Cotran, dan Robbins, 2007).
2.1.8.2. Stadium
Stadium yang dipakai adalah stadium klinik menurut The International
Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) (WHO, 2006, Rasjidi, 2008).
Tabel 2.2 Klasifikasi kanker serviks berdasarkan stadium klinik menurut FIGO
Karsinoma in tak diyakini sebagai kanker invasif karena lesinya
belum melebihi membrana basalis
situ,
CIN grade III
Karsinoma mikroinvasif, masih terbatas di serviks.
Stage I
IA
Hanya dapat didiagnosis dengan mikroskop. Secara
klinis belum terlihat
invasi ke stroma, kedalamannya tidak lebih dari 3
IA1
mm dan penyebaran horizontal tidak lebih dari 7
mm
invasi ke stroma, kedalamannya lebih dari 3 mm
IA2
tetapi tidak lebih dari 5 mm dan penyebaran
horizontal tidak lebih dari 7 mm
Karsinoma terbatas di serviks. Secara klinis sudah
IB
terlihat atau lesi mikroskopisnya lebih besar
daripada IA2
Secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih kecil
IB1
dengan luas pandang terbesar
Secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih besar
IB2
dengan luas pandang terbesar
Menyebar melewati serviks, termasuk 2/3 atas
Stage II IIA
vagina, tetapi bukan termasuk jaringan di sekitar
uterus (parametrium)
Menyebar melewati serviks, sudah menginvasi
IIB
parametrium, tetapi belum mencapai dinding pelvis
atau 1/3 bawah vagina
Menyebar ke 1/3 bawah vagina, tetapi belum
Stage
IlIA
mencapai dinding pelvis
III
Menyebar ke dinding pelvis, hidronefrosis atau
IIIB
ginjal yang tidak berfungsi
Menyebar sampai melibatkan mukosa kandung
Stage
IVA
kemih dan rectum
IV
Menyebar ke organ yang jauh, misalnya limfonodi
IVB
extrapelvis, ginjal, tulang, paru, hepar, dan otak.
Sumber : WHO, 2006
Stage 0
20
Stadium 1B
Stadium IIA
Stadium IIB
Stadium IIIA
Stadium IIIB
Stadium IVA
Stadium IVB
Gambar 2.7. Klasifikasi kanker serviks berdasarkan stadium
Sumber : Rasjidi, 2008
21
2.1.9.
Pencegahan
2.1.9.1. Strategi Pencegahan
Dalam progam kontrol kanker nasional, ada empat komponen dalam
kontrol kanker serviks, yaitu (WHO, 2006).

Pencegahan primer
Pencegahan dari infeksi HPV dan faktor-faktor risiko yang diketahui
meningkatkan risiko kanker serviks, juga termasuk :
o Edukasi dan meningkatkan kesadaan untuk menurunkan perilakuu seksual
yang berisiko tinggi
o Mengimplementasikan strategi lokal untuk merubah perilaku
o Penggunaan vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi
Human Papilomavirus, karena mempunyai kemampuan proteksi >90%

Deteksi dini
o Mengadakan program skrining
o Edukasi untuk praktisi kesehatan dan kelompok wanita yang di target,
tekankan keuntungan skrining, usia tersering terjadi kanker serviks, dan
tanda serta gejala kanker serviks.

Diagnosis dan terapi
o Menindaklanjuti pasien yang memiliki hasil skrining positif, untuk
meyakinkan diagnosis dan terapi yang tepat.
o Terapi prekanker menggunakan prosedur yang relatif sederhana untuk
mencegah perkembangan menjadi kanker
o Terapi
kanker
invasive,
termasuk
pembedahan,
radioterapi
dan
kemoterapi.

Palliative care
o Terapi simtomatik untuk perdarahan, nyeri, dan gejala-gejala lain dari
kanker dan untuk efek samping terapi utama.
o Mengikutsertakan keluarga dan masyarakat untuk merawat pasien
22
2.1.9.2.

Tes Skrining
Tes Pap
 Definisi
Tes Pap adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk
melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio.
Untuk mengetahui adanya tanda-tanda awal keganasan serviks (prakanker)
yang ditandai dengan adanya perubahan pada lapisan epitel serviks
(displasia) (Rasjidi, 2008).
 Indikasi
Skrining pada wanita yang sudah melakukan seksual aktif, deteksi
dini adanya keganasan pada servik, pemantauan setelah tindakan
pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi kanker serviks (Rasjidi, 2008)
 Wanita yang dianjurkan

Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau
belum namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.

Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual
atau pernah menderita infeksi HPV

Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun

Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB

Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun
(Rasjidi, 2008)
Gambar 2.8 Cara mengambil sampel Tes Pap dengan spatula kayu
Sumber : Rasjidi, 2008
23
Interpretasi
Klasifikasi Papaniculou

Grade I
: tak ada sel abnormal atau atipik

Grade II
: ada sitologi atipik tapi tak ada bukti adanya keganasan

Grade III : ada perubahan sitologi yang jelas tapi tak dapat
disimpulkan ada keganasan


Grade IV : curiga adanya keganasan

Grade V
: keganasan
Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
 Definisi
Tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 2
%) dan larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna
yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel
yang mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker
mulut rahim. Tes ini lebih cocok digunakan di negara yang sedang
berkembang (Rasjidi, 2008).
 Indikasi
Skrining kanker mulut rahim (Rasjidi, 2008).
 Kontraindikasi
Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena
daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak
tampak dengan pemeriksaan inspikulo (Rasjidi, 2008).
 Interpretasi
IVA positif bila ditemukan adanya area berwarna berwarna putih
(acetowhite) dan permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di
sekitar zona transformasi (Rasjidi, 2008).
24
2.2.
Kerangka Konsep
Karakteristik wanita
Umur
Status pernikahan
Jumlah anak
Pendidikan
terakhir
Pekerjaan
Penghasilan
keluarga
Tingkat
Pengetahuan
wanita usia 2555 tahun
terhadap kanker
serviks dan
permasalahannya
25
2.3.
No
1
2
Batasan Operasional
Variabel
Umur
Pernikahan
Definisi operasional
Hasil
Skala
ukur/kategori
ukur
Sesuai dengan KTP dengan
1.
25-34 tahun
Ordinal
faktor bulan/tahun
2.
35-55 tahun
Sesuai dengan buku nikah
1. Belum menikah
Jumlah anak
Banyaknya anak yang
1. 0
dimiliki dalam satu keluarga
2. 1-2
Lembar
Kuesioner
Nominal
2. Menikah
3
Alat ukur
Lembar
kuesioner
Ordinal
Lembar
Kuesioner
3. >2
4
Pendidikan
Jenjang pendidikan formal
1. Rendah (tidak
yang mencakup tingkat SD,
sekolah-tamat
SMP, SMA, dan Perguruan
SMP)
Tinggi
Ordinal
Lembar
Kuesioner
2. Menengah
(tamat SMA)
3. Tinggi (tamat/
tidak tamat
perguruan
tinggi)
5
Pekerjaan
Kegiatan rutin yang
dilakukan dalam upaya
mendapatkan penghasilan
1. Ibu Rumah
Nominal
Tangga
Lembar
Kuesioner
2. Bekerja
untuk pemenuhan kebutuhan
hidup keluarga
6
Tingkat
Dikelompokkan menurut
penghasilan
rata-rata upah/ gaji/
keluarga
pendapatan pekerja perbulan
sesuai UMR provinsi
7
Pengetahuan
Fakta atau ide yang didapat
melalui proses observasi,
belajar, atau penelitian
mengenai kanker serviks.
1. Rendah : < Rp.
Ordinal
1.000.000
Lembar
Kuesioner
2. Tinggi : > Rp.
1.000.000
1. baik bila
X>M+1(SD)
2. sedang bila
X+(SD)
3. kurang bila
X<M-1(SD)
Ordinal
Lembar
Kuesioner
26
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.
Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey secara deskriptif dengan
menggunakan desain cross sectional.
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara,
Jakarta Timur pada bulan Juni 2010.
3.3.
Populasi Dan Sampel
Populasi penelitian seluruh wanita usia 25-55 tahun yang berdomisili di
RW 01 Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur. Sampel diambil secara
cluster sampling (sampel secara kelompok) dari seluruh wanita usia 25-55 tahun
yang berdomisili di wilayah tersebut.
3.4.
Kriteria Penelitian
3.4.1. Kriteria Inklusi :
-
Seluruh wanita usia 25-50 tahun yang berdomisili di RW 01 Kelurahan
Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur.
3.4.2. Kriteria Eksklusi :
-
Seluruh wanita yang tidak berdomisili di RW 01 Kelurahan Rawa
Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur yang berusia selain 25-50 tahun.
3.5.
-
Wanita yang mempunyai kelainan jiwa
-
Wanita yang menolak menjadi responden
Besar Sampel
n1 =
Z2 .p.q
L2
Keterangan : n1 = jumlah sampel awal
Z = 1.96
P = keadaan yang akan dicari = 0.19
27
Disebabkan karena belum ada data tentang hal terebut sebelumnya maka
diambil angka :
q = 100%-p = 100%-50% = 50%
L = derajat kesalahan yang dapat diterima, dalam hal ini digunakan 10 %
n1
Z2 .p.q
=
L2
=
(1,96)2 x 0,5 x 0,5
(0,1)2
=
96,04
Jumlah sampel di atas perlu dikoreksi terhadap jumlah populasi yang ada
untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang tidak berhasil ditemui,
maka jumlah responden ditambah (substitusi) sebanyak 10%. Jadi jumlah
sample adalah 96,04 + 9,60 = 105,64, di bulatkan menjadi 106.
3.6.
Cara Kerja Penelitian
3.6.1.
Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
3.6.2.
a.
Variabel terikat : tingkat pengetahuan
b.
Variabel bebas :
-
usia
-
jumlah anak
-
tingkat pendidikan
-
pekerjaan
-
tingkat penghasilan keluarga
Pengumpulan Data
Penelitian ini akan dilaksanakan bila telah memperoleh persetujuan
setelah penjelasan atau informed consent dari subjek penelitian. Data
dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner.
28
3.6.3.
Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS
for Windows versi 17.0. Data disajikan dalam bentuk tekstular, grafik,
dan tabular.
3.6.4.
Analisis Data
Analisis data menggunakan uji statistik yang sesuai.
3.6.5.
Pelaporan Hasil Penelitian
Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk tekstular dan tabular.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Distribusi Demografi Responden wanita usia 25-55 tahun di RW 01
Kelurahan Rawa Bunga Kecmatan Jatinegara Jakarta Timur
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan kuisioner kepada 98
responden wanita usia 25-55 tahun di Rw 10 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan
Jatinegara, Jakarta Timur. Pengambilan data diambil pada bulan Juni 2010.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan deskripsi mengenai tingkat
pengetahuan wanita usia 25-55 tahun di Rw 10 Kelurahan Rawa Bunga
Kecamatan Jatinegara mengenai kanker serviks dan faktor-faktor yang
berhubungan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Responden Wanita usia 25-55 tahun RW 10 Kel. Rawa
Bunga Kec. Jatinegara Jakarta Timur
No
Distribusi
Keterangan
Jumlah
1
Umur
25-34 tahun
23
35-55 tahun
76
Belum menikah
2
Menikah
96
Rendah
59
Menengah
33
Tinggi
6
0
6
1-2
46
>2
46
Tidak bekerja
84
Bekerja
14
< Rp 1.000.000
39
>Rp 1.000.000
59
2
3
4
5
6
Status pernikahan
Status pendidikan
Jumlah anak
Status pekerjaan
Penghasilan keluarga
30
Data yang dikumpulkan dari 98 responden pada penelitian ini, diperoleh
responden berumur 25-34 tahun sebanyak 23 orang (23,5%), responden yang
berumur 35-55 tahun sebanyak 76 orang (76,5% ). Data penelitian berdasarkan
status pernikahan diperoleh responden yang sudah menikah sebanyak 96
responden (98%), yang belum menikah sebanyak
2 (2%) responden. Data
penelitian berdasarkan status pendidikan responden diperoleh yang memiliki
tingkat pendidikan rendah sebanyak 59 orang (60,2%), tingkat pendidikan
menengah sebanyak 33 orang (33,7%), dan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 6
orang (6,1%). Data penelitian berdasarkan jumlah anak responden diperoleh yang
tidak memiliki anak sebanyak 6 orang (6,1%), yang memiliki anak 1-2 sebanyak
46 orang (46,9%) dan yang memiliki anak >2 sebanyak 46 orang (46,9%). Data
penelitian berdasarkan status pekerjaan diperoleh responden yang tidak bekerja
(IRT) sebanyak 84 orang (85,7%), yang bekerja (karyawan dan wiraswasta)
sebanyak 14 orang (14,3%). Data penelitian berdasarkan penghasilan keluarga
diperoleh responden yang memiliki penghasilan < Rp. 1.000.000 sebanyak 39
orang (39,8%), yang memiliki penghasilan keluarga > Rp.1.000.000 sebanyak 59
orang (60,2%).
4.2.
Tingkat Penilaian Pengetahuan
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui seberapa besar tingkat
pengetahuan responden terhadap kanker serviks, mulai dari pengertian, penyebab,
faktor-faktor yang mendukung terjadinya peningkatan resiko terkena kanker
serviks, mekanisme terjadinya, tanda gejala, pencegahan,
pemeriksaan dini,
pengobatan dan vaksin HPV terhadap kanker serviks.
Dalam penelitian ini mengkategorikan menjadi tingkat pengetahuan baik,
tingkat pengetahuan cukup dan tingkat pengetahuan kurang berdasarkan pada
standar deviasi (SD) dan harga mean (M). Dikatakan baik bila X>M+1(SD),
dikatakan sedang bila X+(SD) dan dikatakan kurang bila X<M-1(SD).
31
4.2.1.
Pengertian dan Penyebab Kanker Serviks
Gambar 4.1 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengertian dan Penyebab
Kanker Serviks
Berdasarkan data pada gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan cukup terhadap pengertian dan penyebab
kanker serviks dengan total skor 17-21 yaitu sebanyak 80 responden. Responden
yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dengan total skor lebih kecil dari 17
sebanyak 7 responden. Dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik
dengan total skor lebih besar dari 21 sebanyak 11 responden.
4.2.2. Faktor-Faktor yang Mendukung Terjadinya Peningkatan Risiko
Terkena Kanker Serviks
Berdasarkan data pada gambar 4.2 didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan cukup terhadap faktor-faktor yang
mendukung terjadinya peningkatan risiko terkena kanker serviks dengan total skor
20-26 yaitu sebanyak 70 responden. Responden yang memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang dengan total skor lebih kecil dari 20 sebanyak 14
responden. Dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan total
skor lebih besar dari 26 sebanyak 14 responden.
32
Gambar 4.2 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Faktor-Faktor yang
Mendukung Terjadinya Peningkatan Risiko Terkena Kanker
Serviks
4.2.3. Mekanisme Terjadinya Tanda dan Gejala dari Kanker Serviks
Gambar 4.3 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Mekanisme Terjadinya
Tanda dan Gejala dari Kanker Serviks
Berdasarkan data pada gambar 4.3 didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan cukup terhadap mekanisme terjadinya
tanda dan gejala dari kanker serviks dengan total skor 15-19 yaitu sebanyak 81
33
responden. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dengan
total skor lebih kecil dari 15 sebanyak 11 responden. Dan responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik dengan total skor lebih besar dari 19 sebanyak
6 responden.
4.2.4. Pencegahan dan Pemeriksaan Dini pada Kanker Serviks
Gambar 4.4 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pencegahan dan
Pemeriksaan Dini
Berdasarkan data pada gambar 4.4 didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan cukup terhadap pencegahan dan
pemeriksaan dini pada kanker serviks dengan total skor 25-31 yaitu sebanyak 78
responden. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dengan
total skor lebih kecil dari 25 sebanyak 11 responden. Dan responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik dengan total skor lebih besar dari 31 sebanyak
9 responden.
34
4.2.5. Pengobatan dan Vaksin HPV pada Kanker Serviks
Gambar 4.5 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengobatan dan Vaksin
HPV pada Kanker Serviks
Berdasarkan data pada gambar 4.5 didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan cukup terhadap pengobatan dan vaksin
HPV pada kanker serviks dengan total skor 14-22 yaitu sebanyak 80 responden.
Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dengan total skor
lebih kecil dari 14 sebanyak 9 responden. Dan responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik dengan total skor lebih besar dari 22 sebanyak 9 responden.
4.2.6. Pengetahuan Kanker Serviks secara Keseluruhan
Berdasarkan data pada gambar 4.6 didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan cukup terhadap pada kanker serviks
secara keseluruhan dengan total skor 96-114 yaitu sebanyak 76 responden.
Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dengan total skor
lebih kecil dari 96 sebanyak 9 responden. Dan responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik dengan total skor lebih besar dari 114 sebanyak 13 responden.
35
Gambar 4.6 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Kanker Serviks secara
Keseluruhan
4.3.
Analisis Hasil Penelitian Hubungan antara Tingkat Pengetahuan
dengan Distribusi Frekuensi Responden
Pada penelitian ini, diperoleh pengaruh distribusi frekuensi responden
berdasarkan umur, status pernikahan, status pendidikan, status pekerjaan dan
penghasilan keluarga, serta mengetahui ada tidaknya hubungannya dengan tingkat
pengetahuan wanita usia 25-55 tahun di Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan
Jatinegara, Jakarta Timur. Dilakukan analisa bivariat dengan menggunakan Chi
Square test sebagai dan Kolmogorof-Smirnov sebagai tes non parametrik, dengan
nilai α = 0,05. Pengolahan data menggunakan tabel 2 x 3 dengan nilai χ² tabel
0,05, bila χ² hitung < 0,05, maka terdapat hubungan dan bila χ² hasil ≥ 0,05 tidak
terdapat hubungan.
36
Tabel 4.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Faktor Demografi Responden
No
Faktor
Keterangan
Demografi
1
2
Tingkat Pengetahuan
Total
Pvalue
0,295
Kurang
Cukup
Baik
25-34 tahun
1
17
5
23
35-55 tahun
8
59
8
75
Status
Menikah
9
74
13
96
Pernikahan
Belum
0
2
0
2
0
0
5
1
6
1
6
33
7
46
2
3
38
5
46
Tingkat
Rendah
2
48
9
59
Pendidikan
Menengah
6
24
3
33
Tinggi
1
4
1
6
Status
Tidak
7
66
11
84
Pekerjaan
Bekerja
Bekerja
2
10
2
14
Tingkat
<Rp
3
31
5
39
Penghasilan
1.000.000
6
45
8
59
Usia
0,744
menikah
3
4
5
Jumlah anak
0,660
0,172
0,758
(IRT)
6
>Rp
0,906
1.000.000

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Distribusi Demografi
Responden Berdasarkan Umur
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kelompok umur menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
kurang dan berumur 25-34 tahun adalah sebanyak 1 orang serta responden
yang memiliki pengetahuan kurang dan berumur 35-55 tahun adalah
37
sebanyak 8 orang. Responden yang memiliki pengetahuan cukup dan
berumur 25-34 tahun
adalah sebanyak 17 orang dan responden yang
memiliki pengetahuan cukup dan berumur 35-55 tahun adalah sebanyak 59
orang. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan berumur 25-34 tahun
adalah sebanyak 5 orang dan responden yang memiliki pengetahuan baik dan
berumur 35-55 tahun adalah sebanyak 8 orang.
Untuk mencari hubungan antara usia dengan tingkat pengetahuan maka
dilakukan uji chi-square. Dari hasil uji tersebut didapatkan nilai 0,295 pada
α= 0,05. Karena 0,295 > 0,05 maka secara statistik tidak terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan umur. Hal ini menunjukkan hasil
penelitian tidak sesuai dengan teori bahwa daya ingat seseorang itu salah
satunya dipengaruhi oleh umur. Bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi
pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan
atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. (Ahmadi, 2001)

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
status pernikahan menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
kurang dan sudah menikah adalah sebanyak
9 orang.
Responden yang
memiliki pengetahuan cukup dan sudah menikah adalah sebanyak 74 orang.
Responden yang memiliki pengetahuan baik dan sudah menikah adalah
sebanyak 13 orang.
Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik Chi Square untuk
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan distribusi frekuensi
responden berdasarkan status pernikahan pada α = 0,05 diperoleh χ² hasil
perhitungan adalah 0,744, sedangkan χ² tabel adalah 0,05 karena 0,744 > 0,05
artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan distribusi
frekuensi responden berdasarkan status pernikahan.

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Jumlah Anak
38
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
jumlah anak menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
kurang dan memiliki 1-2 anak adalah sebanyak 6 orang, responden yang
memiliki pengetahuan kurang dan memiliki >2 anak adalah sebanyak 3
orang. Responden yang memiliki pengetahuan cukup dan tidak memiliki anak
adalah sebanyak 5 orang, responden dengan pengetahuan cukup dan memiliki
1-2 anak adalah sebanyak 33 orang, dan responden yang memiliki
pengetahuan cukup dan memiliki >2 anak adalah sebanyak 38 orang.
Responden yang memiliki pengetahuan baik dan tidak memiliki anak adalah
sebanyak 1 orang, reponden dengan pengetahuan baik dan memiliki 1-2 anak
adalah sebanyak 7 orang, dan responden yang memiliki pengetahuan baik dan
memiliki >2 anak adalah sebanyak 5 orang.
Berdasarkan hasil uji statistik chi square yang telah dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan distribusi frekuensi
responden berdasarkan jumlah anak pada α = 0,05 diperoleh χ² hasil
perhitungan adalah 0,660, sedangkan χ² tabel adalah 0,05 karena 0,660 > 0,05
artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan distribusi
frekuensi responden berdasarkan jumlah anak.

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Status Pendidikan
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
status pendidikan menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
kurang dan tingkat pendidikan rendah adalah sebanyak 2 orang, responden
yang memiliki pengetahuan kurang dan memiliki status pendidikan menengah
adalah sebanyak 48 orang, dan responden dengan tingkat pengetahuan kurang
dan tingkat pendidikan tinggi adalah sebanyak 9 orang. Responden yang
memiliki pengetahuan cukup dan tingkat pendidikan rendah adalah sebanyak
48 orang, responden yang memiliki pengetahuan cukup dan memiliki status
pendidikan menengah adalah sebanyak 24 orang, responden yang memiliki
pengetahuan cukup dan memiliki status pendidikan tinggi adalah sebanyak 4
orang. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan memiliki status
pendidikan rendah adalah sebanyak 9 orang, responden yang memiliki
39
pengetahuan baik dan memiliki status pendidikan menengah adalah sebanyak
3 orang, responden yang memiliki pengetahuan baik dan memiliki status
pendidikan tinggi adalah sebanyak 1 orang.
Untuk mencari hubungan antara status pendidikan dengan tingkat
pengetahuan maka dilakukan uji Chi Square. Dari hasil uji tersebut
didapatkan nilai 0,172 pada α= 0,05. Karena 0,172 > 0,05 maka secara
statistik tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status
pendidikan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori berikut, yang
menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi
maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal. (Notoadmodjo, 2003)

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Distribusi Demografi
Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
status pekerjaan menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
kurang dan tidak bekerja adalah sebanyak 7 orang, dan responden yang
memiliki pengetahuan kurang dan sudah bekerja adalah sebanyak 2 orang.
Responden yang memiliki pengetahuan cukup dan tidak bekerja adalah
sebanyak 66 orang, dan responden yang memiliki pengetahuan cukup dan
sudah bekerja adalah sebanyak 10 orang. Responden yang memiliki
40
pengetahuan baik dan tidak bekerja adalah sebanyak 11 orang, dan responden
yang memiliki pengetahuan baik dan sudah bekerja adalah sebanyak 2 orang.
Untuk mencari hubungan antara status pekerjaan dengan tingkat
pengetahuan maka dilakukan uji chi-square. Dari hasil uji tersebut didapatkan
nilai 0,758 pada α= 0,05. Karena 0,758 > 0,05 maka secara statistik tidak
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status pekerjaan.

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
penghasilan keluarga menunjukkan bahwa responden yang memiliki
pengetahuan kurang dan penghasilan keluarga < Rp 1.000.000
adalah
sebanyak 3 orang, responden yang memiliki pengetahuan kurang dan status
penghasilan keluarga > Rp 1.000.000 adalah sebanyak 6 orang. Responden
yang memiliki pengetahuan cukup dan penghasilan keluarga < Rp 1.000.000
adalah sebanyak 31 orang, responden yang memiliki pengetahuan cukup dan
penghasilan keluarga keluarga > Rp 1.000.000 adalah sebanyak 5 orang.
Responden yang memiliki pengetahuan baik dan penghasilan keluarga < Rp
1.000.000
rendah adalah sebanyak 5 orang, responden yang memiliki
pengetahuan baik dan penghasilan keluarga keluarga > Rp 1.000.000 adalah
sebanyak 8 orang.
Untuk mencari hubungan antara penghasilan keluarga dengan tingkat
pengetahuan maka dilakukan uji chi-square. Dari hasil uji tersebut didapatkan
nilai 0,906 pada α= 0,05. Karena 0,906 > 0,05 maka secara statistik tidak
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penghasilan keluarga.
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan
mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas – fasilitas sumber
informasi. (Notoadmodjo, 2003)
41
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Simpulan

Dari 98 responden terdapat 9 (11,3%) responden yang memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang, 76 (76,3%) responden yang memiliki
tingkat pengetahuan cukup dan 13 (12,4%) responden yang memiliki
tingkat pengetahuan baik terhadap kanker serviks.

Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan
kanker serviks
dengan distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, status
pernikahan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan penghasilan
keluarga di Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara Jakarta
Timur pada bulan Juni 2010.
5.2.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menambahkan variabel yang ingin
diketahui seperti sikap dan perilaku wanita terhadap kanker serviks
sehingga dapat diketahui sudah sejauh mana antisipasi mereka dalam
menghadapi kasus kanker serviks.
42
DAFTAR PUSTAKA
Aziz F. Masalah pada Kanker Serviks. Cermin Dunia Kedokteran 2001; 133:5-7
Karam B, Atlas of Pelvic Anatomy & Gynecologic Surgery, Philadelphia,
Elsevier inc. 2006
Kumar, Vinay, Ramzi S Cotran, Stanley L Robbins. Buku Ajar Patologi Robbin.
Edisi 7. Volume 2. Jakarta: EGC. 2007; 765-9
Rasjidi I. Manual Prakanker Serviks. Edisi 1. Jakarta : CV.Sagung Seto. 2008
Saslow D, et al. American cancer society : Guidline for the early detection of
cervical neoplasie and cancer. CA Cancer J Clin. 2002.
World Health Organization. Comprehensive cervical cancer control : A guide to
essential practice. Geneva : WHO. 2002.
World Health Organization. Cervical cancer, human papillomavirus (HPV), and
HPV vaccines - Key points for policy-makers and health professionals.
WHO Press. 2007.
Sjamsuddin S. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Servik.. Cermin Dunia
edokteran. No. 133. 2001
43
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuisioner
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN MENGISI KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA 25-55 TAHUN DI
KELURAHAN RAWA BUNGA KECAMATAN JATINEGARA
TERHADAP KANKER SERVIKS DAN PERMASALAHANNYA
Bersaman lembar pernyataan ini, kami mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (Program Studi Pendidikan Dokter), sedang melakukan
penelitian mengenai tingkat pengetahuan tingkat pengetahuan wanita usia 25-55
tahun di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap kanker
serviks dan faktor yang berhubungan.
Untuk mendapatkan data penelitian ini, kami mengharapkan kesediaan Ibu
dalam menjawab pertanyaan/kuisioner di bawah ini dengan sejujur-jujurnya
sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman Anda. Semua yang tercantum akan
tertulis dalam kuesioner ini dijamin kerahasiaannya dan hanya dipergunakan
untuk kepentingan penelitian ini.
Atas kesediaan dan kerjasama Ibu, kamu ucapkan terima kasih.
DATA UMUM
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
Umur
Alamat
Status Pernikahan
Jumlah anak
Pendidikan
Pekerjaan
Pengahasilan
keluarga/bulan
1. Tidak pernah sekolah
4. Tamat SMU
3. Tamat SD
5. Tamat Perguruan Tinggi
4. Tamat SMP
6. .....................................
1. Ibu rumah tangga
4. Bidan/petugas kesehatan
2. Karyawan
5. Wiraswasta
3. Guru/Dosen
6. .........................................
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Di bawah Rp. 1.000.000
Rp 1- 2 Juta
Rp 2- 5 Juta
Rp 5-10 juta
Di atas Rp 10 juta
.......................................
44
(lanjutan)
DATA KHUSUS
A.
Pengertian dan penyebab kanker serviks
1.
Pengertian kanker adalah..
a. Tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan organ tertentu
yang tidak terkendali 3
b. Tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan organ tertentu 2
c. Sel-sel abnormal akan berhenti tumbuh dengan sendirinya 1
Menurut ibu yang dimaksud dengan kanker serviks adalah..
a. Kanker payudara 1
b. Kanker rahim 2
c. Kanker leher rahim 3
Menurut ibu dimanakah letak serviks berada?
a. Tepat di depan rongga vagina, dekat dengan anus 1
b. Perbatasan antara rahim dengan vagina 3
c. Didalam rahim 2
Menurut ibu kanker serviks umumnya akan menyerang wanita yang :
a. Belum menikah 1
b. Sudah menikah 2
c. Sudah pernah senggama (melakukan hubungan badan dengan
pasangan) 3
Infeksi yang menyebabkan terjadinya kanker serviks adalah..
a. Infeksi amuba 1
b. Infeksi bakteri 2
c. Infeksi virus 3
Menurut ibu, kapankah penyakit kanker serviks ini akan mulai
terdeteksi/muncul ?
a. 1-2 tahun 1
b. 5-7 tahun 2
c. 10-20 tahun 3
Menurut ibu, bagaimana cara penyebaran kanker serviks ini ?
a. Penularan melalui hubungan dengan pasangan 3
b. Komsumsi makanan yang terkena virus 1
c. Faktor genetik 2
Pilih jawaban di bawah ini mengenai penyakit kanker serviks?
a. Kanker serviks dapat di cegah 3
b. Kanker serviks tidak dapat di cegah 1
c. Kanker serviks dapat diobati 2
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
45
B.
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya peningkatan resiko terkena
kanker serviks.
9.
Apakah ibu sudah tahu tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan
kanker serviks?
a. Ya 3
b. Tidak 1
Menurut ibu, apakah berhubungan badan usia dini dapat menjadi faktor
yang menimbulkan kanker serviks?
a. Ya 3
b. Tidak 1
Menurut ibu, apakah riwayat memiliki banyak pasangan seksual (riwayat
memiliki suami dengan banyak pasangan seksual) dapat menjadi faktor
yang menimbulkan kanker serviks?
a. Ya 3
b. Tidak 1
Menurut ibu, apakah wanita yang sering hamil memiliki resiko terkena
kanker serviks yang lebih tinggi?
a. Ya 3
b. Tidak 1
Menurut ibu, apakah merokok dapat menjadi faktor yang menimbulkan
kanker serviks?
a. Ya 3
b. Tidak 1
Menurut ibu, apakah penggunaan pil KB dalam jangka waktu yang lama
(lebih dari 4 tahun) dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks?
a. Ya 3
b. Tidak 1
Menurut ibu, apakah riwayat mengalami sakit daerah sekitar serviks yang
lama dan pernah memiliki penyakit seksual juga merupakan faktor
penyebab timbulnya kanker serviks?
a. Ya 3
b. Tidak 1
Menurut ibu, golongan usia manakah yang tersering menderita kanker
serviks?
a. Muda (di bawah 30 tahun) 2
b. Tua (di atas 50 tahun) 1
c. Menengah (antara 30-50 tahun) 3
Menurut ibu, status sosial ekonomi manakah yang lebih sering terkena
penyakit kanker serviks ini?
a. Sosial ekonomi rendah 3
b. Sosial ekonomi tinggi 1
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
46
18.
C.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
c. Sosial ekonomi menengah 2
Menurut ibu, faktor manakah yang memiliki pengaruh paling ringan
terhadap timbulnya kanker serviks?
a. Menikah muda 1
b. Penggunaan alat kontrasepsi oral 3
c. Penggunaan alat kontrasepsi IUD 2
Mekanisme terjadi dan tanda gejala dari kanker serviks.
Menurut ibu, gejala kanker serviks awal adalah ?
a. Menstruasi tidak beraturan 1
b. Keputihan 3
c. gatal-gatal 2
Menurut ibu, gejala kanker serviks yang parah adalah ?
a. Keluar darah dari vagina setelah senggama (berhubungan dengan
pasangan/suami) 3
b. keputihan setelah senggama 2
c. Gatal-gatal setelah senggama 1
Menurut ibu, bagaimana ciri lain dari kanker serviks yang mudah
terdeteksi adalah?
a. Keputihan dengan tidak berbau 1
b. Keputihan yang makin lama makin berbau busuk 3
c. Keputihan berwarna hijau 2
Menurut ibu, nyeri yang timbul dari kanker leher serviks adalah ?
a. Nyeri tungkai 1
b. Nyeri punggung 2
c. Nyeri panggul 3
Menurut ibu, kaitannya kanker serviks dengan pengeluaran
kencing/urinadalah ?
a. Kencing berdarah 2
b. Frekwensi kencing sering 3
c. Lamban mengeluarkan kencing 1
Menurut ibu, apakah kanker serviks dapat mempengaruhi berat badan?
a. Iya, berat badan meningkat 1
b. Iya, berat badan menurun 3
c. Tidak mempengaruhi berat badan 2
Menurut ibu, bagaimana pola penyebaran kanker serviks?
a. Melalui pembuluh limfe 1
b. Melalui pembuluh darah 2
c. A dan B benar 3
47
(lanjutan)
D.
Pencegahan dan Pemeriksaan dini
26.
Menurut ibu, bagaimana mencegah penyebaran kanker serviks dikalangan
wanita ?
a. Menghindari menikah di usia muda 2
b. Tidak berganti-ganti pasangan 3
c. Tidak menikah 1
Apa yang ibu lakukan bila menemukan tanda-tanda yang mengarah kepada
kanker serviks?
a. Melakukan pemeriksaan di bidan desa 1
b. Melakukan pemeriksaan di puskesmas 2
c. Melakukan pemeriksaan di dokter kandungan 3
Menurut ibu, seberapa pentingkah dilakukan pemeriksaan dini kanker
leher serviks?
a. Sangat penting, sebelum gejala timbul 3
b. Penting setelah ada gejala timbul 2
c. Tidak penting 1
Menurut ibu, teknik yang umumnya digunakan untuk mendeteksi dini
kanker serviks adalah?
a. Pap Smear 2
b. IVA Test 1
c. A dan B benar 3
Apakah keunggulan Tes IVA dibanding Pap Smear?
a. Lebih mudah dan murah 3
b. Dapat langsung diketahui hasilnya 2
c. Harus dibawa ke laboratorium 1
Menurut ibu, cara pengambilan sampel melalui pap Smear adalah ?
a. Pengambilan apusan melalui vagina/dinding rahim 3
b. Pengambilan apusan melalui dubur 1
c. Mendeteksi dalam air kecing 2
Menurut sepengatahuan ibu, Pap Smear adalah……
a. Cara untuk mengetahui tingkat keparahan kanker serviks 3
b. Cara untuk mengobati kanker serviks 2
c. Cara untuk operasi pada kanker serviks 1
Menurut ibu, kapan seorang wanita dianjurkan melakukan pemeriksaan
kanker serviks?
a. Setelah menikah 2
b. Setelah melakukan hubungan seksual 3
c. Setelah menopause 1
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
48
(lanjutan)
34.
35.
36.
Apa yang didapatkan pada pemeriksaan Pap Smear, jika seorang wanita
positif mengalami kanker serviks?
a. Ada benjolan seperti tumor 1
b. Terdapat luka seperti koreng 2
c. Pertumbuhan sel-sel yang tidak normal (sel kanker) 3
Bila pada pemeriksaan awal, tidak terdapat kanker leher rahim, kapan lagi
ibu harus melakukan pemeriksaan selanjutnya?
a. 6 bulan kemudian 2
b. 1 tahun kemudian 3
c. 2 tahun kemudian 1
Apa yang harus ibu lakukan bila pada pemeriksaan, ibu dinyatakan
positif?
a. Segera memeriksakan ke dokter umum 1
b. Segera meminta untuk operasi 2
c. Segera memeriksakan ke dokter kandungan 3
E.
Pengobatan dan vaksin HPV (Diketahuinya pencegahan baik secara
pemberian informasi ataupun vaksinasi)
37.
Menurut ibu, virus yang menyebakan kanker serviks adalah ?
a. Human papiloma virus (HPV) 3
b. Human Imunodeficience virus (HIV) 2
c. Virus H5N1 1
Menurut ibu, apakah pada pemeriksaan Pap Smear dapat ditemukan virus?
a. Human papiloma virus (HPV) 3
b. Human Imunodeficient virus (HIV) 2
c. Virus H5N1 1
Menurut ibu, cara agar virus kanker serviks tidak aktif adalah ?
a. Diberi vaksin 3
b. Diberi gizi yang baik 2
c. Terapi kanker 1
Menurut ibu, vaksin pencegah kanker serviks adalah
a. Vaksin HPV 3
b. Vaksin HIV 2
c. Vaksin H5N1 1
Menurut Ibu, manfaat pemberian vaksin berkaitan dengan kanker serviks
adalah :
a. Menyembuhkan kanker serviks 1
b. Mendapatkan kekebalan terhadap virus kanker serviks 3
38.
39.
40.
41.
49
42.
43.
44.
45.
c. Mematikan virus kanker serviks 2
Menurut ibu, vaksin pencegah kanker serviks ini diberikan sebaiknya
berapa kali ?
a. Minimal sekali 3
b. Setiap tahun 1 kali 2
c. Tidak perlu diberikan 1
Pernyataan di bawah ini menurut ibu benar adalah:
a. Kanker serviks tidak dapat diobati 1
b. Kanker serviks dapat diobati berdasarkan tingkat keparahannya 3
c. Kanker servik dapat diobati semua 2
Menurut ibu, cara pengobatan stadium awal kanker serviks adalah dengan
cara ?
a. Operasi 2
b. Kemoterapi 1
c. Laser/penyinaran 3
Pernyataan di bawah ini menurut ibu benar adalah ?
a. Kanker serviks pada stadium IV masih dapat diobati 1
b. Kanker serviks pada stadium IV sangat sulit diobati 3
c. Kanker serviks pada stadium IV tidak dapat diobati 2
50
Lampiran 2
Analisis data
Rumus kategorisasi tingkat pengetahuan
Posisi nilai X
Kategorisasi
X > M + 1(SD)
Baik
M + (SD)
Cukup
X < M – 1(SD)
Kurang
Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengertian dan
Penyebab Kanker Serviks
N
98
Minimum Maximum
15
23
Mean
19.33
Std. Deviation
1.804
Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengertian dan
Penyebab Kanker Serviks
Posisi nilai X
Kategorisasi
X > M + 1(SD) = X > 19 + 1(2) = > 21
Baik
M + (SD) = 19 + 2 = 21
Cukup
X < M – 1(SD) = X < 19 – 1(2) = < 17
Kurang
Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Faktor-Faktor
yang Mendukung Terjadinya Peningkatan Risiko Terkena Kanker Serviks
N
Minimum
Maximum
98
14
31
Mean
23.32
Std. Deviation
3.451
Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Faktor-Faktor yang
Mendukung Terjadinya Peningkatan Risiko Terkena Kanker Serviks
Posisi nilai X
X > M + 1(SD) = X > 23 + 1(3) = > 26
M + (SD) = 23 + 3 = 26
X < M – 1(SD) = X < 23 – 1(3) = < 20
Kategorisasi
Baik
Cukup
Kurang
51
Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Mekanisme
Terjadinya Tanda dan Gejala dari Kanker Serviks
N
98
Minimum
Maximum
8
21
Mean
16.67
Std. Deviation
2.109
Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Mekanisme
Terjadinya dan Tanda Gejala dari Kanker Serviks
Posisi nilai X
Kategorisasi
X > M + 1(SD) = X > 17 + 1(2) = > 19
Baik
M + (SD) = 17 + 2 = 19
Cukup
X < M – 1(SD) = X < 17 – 1(2) = < 15
Kurang
Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap pencegahan
dan Pemeriksaan Dini Terkena Kanker Serviks
N
Minimum
Maximum
98
13
31
Mean
28,04
Std. Deviation
3,255
Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Faktor-Pencegahan
dan Pemeriksaan Dini Kanker Serviks
Posisi nilai X
X > M + 1(SD) = X > 28 + 1(3) = > 31
M + (SD) = 28 + 3 = 31
X < M – 1(SD) = X < 28 – 1(3) = < 25
Kategorisasi
Baik
Cukup
Kurang
Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengobatan
dan Vaksin Kanker Serviks
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
52
98
7
25
18,54
3,593
Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengobatan dan
Vaksin Kanker Serviks
Posisi nilai X
X > M + 1(SD) = X > 18 + 1(4) = > 22
M + (SD) = 18 + 4 = 22
X < M – 1(SD) = X < 18 – 1(4) = < 14
Kategorisasi
Baik
Cukup
Kurang
Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengobatan
dan Vaksin Kanker Serviks
N
98
Minimum
Maximum
7
25
Mean
18,54
Std. Deviation
3,593
Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengobatan dan
Vaksin Kanker Serviks
Posisi nilai X
Kategorisasi
X > M + 1(SD) = X > 18 + 1(4) = > 22
Baik
M + (SD) = 18 + 4 = 22
Cukup
X < M – 1(SD) = X < 18 – 1(4) = < 14
Kurang
Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Kanker
Serviks
N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
98
76
122
105,78
8,614
Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Kanker Serviks
Posisi nilai X
X > M + 1(SD) = X > 105 + 1(9) = > 114
M + (SD) = 105 + 9 = 114
X < M – 1(SD) = X < 105 – 1(9) = < 96
Kategorisasi
Baik
Cukup
Kurang
53
Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan usia responden
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
2.443
2.403
2.365
98
2
2
1
.295
.301
.124
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,11.
Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan status pernikahan
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
.591
1.029
.015
98
2
2
1
.744
.598
.902
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,18.
Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan jumlah anak responden
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
2.414
2.923
.050
98
4
4
1
.660
.571
.823
a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,55.
Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan status pekerjaan responden
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
.555
.500
.121
98
2
2
1
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,29.
.758
.779
.728
54
Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat pendidikan responden
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
6.394
6.411
2.860
98
4
4
1
.172
.170
.091
a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,55.
Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan penghasilan responden
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
.198
.201
.032
98
2
2
1
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,58.
.906
.904
.859
55
Lampiran 3
Riwayat Hidup Penulis
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Hafshah Sumayyah
Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 13 Oktober 1989
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kemuning, No. 6 RT 10/01 Rawa Bunga
Jatinegara Jakarta Timur
Telepon
: 085782882280
Riwayat pendidikan
Tahun 2007-sekarang
: PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2004-2007
: SMA IIBS RI
Tahun 2001-2004
: MTs Darul Marhamah
Tahun 1995-2001
: SDS Kartika X-1
Tahun 1993-1995
: TK Aisyiyah 27
1
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Hafshah Sumayyah
NIM
: 107103001063
Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 13 Oktober 1989
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kemuning, No. 6 RT 10/01 Rawa Bunga
Jatinegara Jakarta Timur
Telepon
: 085782882280
Riwayat pendidikan
Tahun 2007-sekarang
: PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2004-2007
: SMA IIBS RI
Tahun 2001-2004
: MTs Darul Marhamah
Tahun 1995-2001
: SDS Kartika X-1
Tahun 1993-1995
: TK Aisyiyah 27
Download