BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Status Gizi
1. Pengertian
Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan
yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh
(nutrient output) akan zat gizi tersebut (Supariasa, 2002, p.88). Menurut
Almatzsier (2001, p.1) yang dikutip dalam buku Prinsip Dasar Ilmu Gizi,
status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi, dibedakan gizi buruk, kurang, baik, dan lebih tubuh
manusia, dan lingkungan hidup manusia. Status gizi ibu hamil adalah suatu
keadaan fisik yang merupakan hasil dari konsumsi, absorbsi, dan utilasi
berbagai macam zat gizi baik makro maupun mikro (Mutalazimah, 2005,
Hubungan LILA dan Kadar Hemoglobin (Hb) Ibu Hamil dengan Berat Bayi
Lahir di RSUD Dr. Moewardi Surakarta).
2. Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa, et al (2002, p.17) yang dikutip dalam buku
Penilaian Status Gizi, penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung
dan tidak langsung, yaitu:
a. Penilaian status gizi langsung, adalah dengan antropometri, pemeriksaan
fisik seperti gejala-gejala klinis, biokimia, dan biofisik. Metode
10
11
antropometri merupakan metode penilaian status gizi yang umum dipakai
ditinjau dari sudut pandang gizi (Supariasa, 2002, p.18).
Menurut Kristiyanasari (2010, p.66) yang dikutip dalam buku
Gizi Ibu Hamil, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui status gizi ibu hamil, antara lain memantau penambahan
berat badan selama hamil, mengukur LILA untuk mengetahui apakah
seseorang menderita KEK dan mengukur kadar Hb untuk mengetahui
kondisi ibu apakah menderita anemia gizi. Penilaian status gizi ibu hamil,
antara lain:
1) Memantau Penambahan Berat Badan selama hamil.
Seorang ibu yang sedang hamil mengalami kenaikan berat badan
sebanyak 10-12 kg. Pada trimester I kenaikan berat badan seorang ibu
tidak mencapai 1 kg, namun setelah mencapai trimester II
pertambahan berat badan semakin banyak yaitu sekitar 3 kg dan pada
trimester III sekitar 6 kg. Kenaikan tersebut disebabkan karena adanya
pertumbuhan janin dan plasenta dan air ketuban. Kenaikan berat
badan yang ideal untuk seorang ibu yang gemuk yaitu 7 kg dan 12,5
kg untuk ibu yang tidak gemuk. Jika berat badan ibu tidak normal
maka akan memungkinkan terjadinya keguguran, lahir premature,
BBLR, gangguan kekuatan rahim saat kelahiran (kontraksi), dan
perdarahan setelah persalinan (Weni, 2010, p. 66).
12
2) Ukuran LILA
Menurut Depkes (1994) yang dikutip oleh Supariasa et al (2002, p.4849), yaitu :
a) Pengertian
Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui
resiko Kekurangan Energi Protein (KEP) wanita usia subur (WUS).
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan status gizi dalam jangka pendek. LILA merupakan salah
satu pilihan untuk penentuan status gizi ibu hamil, karena mudah
dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh
dengan harga yang lebih murah.
Pengukuran LILA pada kelompok WUS baik ibu hamil
maupun calon ibu merupakan salah satu cara deteksi dini yang
mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk
mengetahui kelompok beresiko KEK. KEK merupakan keadaan
dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu.
b) Tujuan
Beberapa tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah
WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, dan masyarakat umum.
13
Adapun tujuan tersebut adalah:
(1) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon
ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan
BBLR.
(2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
(3) Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
(4) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran
WUS yang menderita KEK.
c) Ambang Batas
Pengukuran LILA dengan menggunakan pita LILA dengan
ketelitian 0,1 cm dan ambang batas LILA WUS dengan resiko
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila kurang dari 23,5 cm,
artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan
akan melahirkan bayi dengan BBLR. BBLR mempunyai resiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan
perkembangan anak. Gambar Pita LILA dapat dilihat di Gambar 1
Gambar 1. Pita LILA
14
Adapun ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Resiko KEK menurut pengukuran LILA WUS
Nilai Ambang batas LILA (cm)
KEK
< 23,5
≥ 23,5
Resiko
Tidak Resiko
Sumber : Supariasa, 2002, p.50
d) Cara Mengukur LILA
Ada 7 urutan pengukuran LILA, yaitu :
(1) Tetapkan posisi bahu dan siku
(2) Letakkan pita antara bahu dan siku
(3) Tentukan titik tengah lengan
(4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan
(5) Pita jangan terlalu ketat
(6) Pita jangan terlalu longgar
(7) Cara pembacaan skala yang benar
Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan
siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan).
Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan
dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam
keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat
sehingga permukaannya sudah tidak rata. Gambar urutan
pengukuran LILA dapat dilihat di Gambar 2.
15
Gambar 2. Urutan Pengukuran LILA
e) Tindak Lanjut Pengukuran LILA
Penggunaan LILA sebagai indikator status gizi lebih
mudah dipakai dibandingkan dengan metode antropometri lainnya
sehingga untuk memprediksi hasil kehamilan, beberapa penelitian
merekomendasikan LILA sebagai alat screening pada ibu hamil.
LILA relatif stabil selama masa hamil sehingga pengukuran LILA
dianjurkan satu kali pada saat pertama kali diukur atau pada bulan
pertama kehamilan.
Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu
kurang dari 23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila
hasil pengukuran <23,5 cm berarti risiko KEK dan ibu diberi
anjuran antara lain:
1. Makan cukup, dengan pedoman umum gizi seimbang
2. Hidup sehat
3. Tunda kehamilan
16
4. Bila hamil segera dirujuk sedini mungkin diberi penyuluhan dan
melaksanakan anjuran
Apabila LILA ≥23,5 cm berarti tidak beresiko KEK dan
ibu diberi anjuran, antara lain:
1. Pertahankan kondisi kesehatan
2. Hidup sehat
3. Bila hamil periksa kehamilan kepada petugas kesehatan.
Skema tindak lanjut pengukuran LILA dapat dilihat pada Gambar 3.
Pengukuran LILA WUS
Dasa
Wisma
Kelompok
Masyarakat
Posyandu
Polindes/
Pustu
< 23,5 cm
Bukan Resiko
KEK
Anjuran :
2.
3.
4.
Makan cukup, dengan pedoman umum
gizi seimbang
Hidup sehat
Tunda kehamilan
Bila hamil segera dirujuk sedini
mungkin diberi penyuluhan dan
melaksanakan anjuran
Lain-lain
≥ 23,5 cm
Resiko KEK
1.
Perusahaan
Anjuran :
1.
2.
3.
Pertahankan kondisi kesehatan
Hidup sehat
Bila hamil periksa kehamilan
kepada petugas kesehatan.
Gambar 3. Skema Tindak Lanjut Pengukuran LILA
Sumber : Supariasa (2002, p. 51)
17
3) Kadar Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas
untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa
pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur
secara kimia dan jumlah Hb/100ml darah dapat digunakan sebagai
indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Penilaian status gizi
dengan kadar Hb merupakan penilaian status gizi secara biokimia.
Fungsinya untuk mengetahui satu gangguan yang paling sering terjadi
selama kehamilan yaitu anemia gizi (Supariasa et al, 2002, p.145).
Ibu hamil umumnya mengalami defisiensi besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi
anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11
gr/dl selama trimester III. Beberapa akibat anemia gizi pada wanita
hamil akan menyebabkan gangguan nutrisi dan oksigenasi utero
plasenta. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil
konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau
janin lahir dengan BBLR (Kristiyanasari, 2010, p.67).
b. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3, yaitu
survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Survey
konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Statistik vital adalah metode dengan menganalisis data beberapa statistik
18
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan,
dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi. Faktor ekologi, Bengoa mengungkapkan
bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi dan lain-lain. (Supariasa et al, 2002, p.20-21)
3. Gizi Kurang pada Ibu Hamil
Menurut Kristiyanasari (2010, p.65-66) yang dikutip dalam buku
Gizi Ibu Hamil, bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin. Gizi kurang pada
trimester
I
akan
berpengaruh
terhadap
janin,
antara
lain
dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), bayi lahir
dengan BBLR.
Menurut Depkes RI (1996) yang dikutip oleh Zulhaida (2008)
dalam jurnal penelitian status gizi ibu hamil serta pengaruhnya terhadap
bayi yang dilahirkan, bila ibu mengalami kekurangan gizi pada trimester III
akan menimbulkan masalah terhadap ibu dan proses persalinannya, yaitu
gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara
lain: KEK, anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara
normal, dan terkena penyakit infeksi. Ibu hamil yang menderita KEK dan
19
anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada
trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya
mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR,
dan pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature),
persalinan dengan operasi cenderung meningkat, kematian saat persalinan,
serta perdarahan pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah
mengalami gangguan kesehatan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi pada Ibu Hamil
Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (1999) yang dikutip oleh Supariasa
et al (2002, p.13), faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil
yaitu :
a. Faktor Langsung
1) Faktor pola konsumsi (Asupan Makanan)
Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau
optimal dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan
pangan yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri
yaitu pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, laukpauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan (Almatsier, 2003, p.13). Pola
konsumsi ini juga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu, dimana
pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu gangguan
kesehatan atau penyakit pada ibu. Pengukuran konsumsi makanan
sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh
20
masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan
menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.
2) Infeksi
Infeksi adalah masuknya dan berkembangnya serta
bergandanya agent penyakit menular dalam badan manusia atau
binatang termasuk juga bagaimana badan pejamu bereaksi terhadap
agent tadi meskipun hal ini tidak selalu tampak secara nyata.
Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang
gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan
penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan
zat gizi oleh adanya penyakit. Kaitan penyakit infeksi dengan
keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu
hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk
keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah
infeksi (Supariasa, et al, 2002, p.187). Menurut Scrimshaw, et.al
(1959) seperti yang dikutip oleh Supariasa at al (2002, p.176-177)
menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara infeksi
(bakteri, virus, dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan
interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi, dan
juga infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat
malnutrisi.
21
b. Faktor Tak Langsung
1) Faktor sosial ekonomi
a) Pendapatan Keluarga
Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi
daya beli seseorang untuk membeli sesuatu. Pendapatan
merupakan faktor yang paling menetukan kuantitas dan kualitas
makanan dan gizi ibu selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan
ukuran bayi pada saat lahir. Semakin buruk gizi ibu semakin
kurang berat dan panjang bayinya.
Menurut Apriadji (1986) yang dikutip oleh Departemen
gizi dan Kesmas FKM UI (2011, p.190), kemampuan keluarga
untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar
kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri,
serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan.
Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan
kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.
b) Pekerjaan Ibu
Bekerja adalah suatu perbuatan untuk memperoleh jasa
atau barang yang bisa dinikmati oleh yang bersangkutan atau
orang lain secara langsung maupun tidak langsung. (Subroto,
1993, p. 13). Menurut Dr. Franz Von Magnis, Pekerjaan adalah
kegiatan yang direncanakan. Menurut Hegel (1770-1831), inti
22
pekerjaan adalah kesadaran manusia. Pekerjaan memungkinkan
orang dapat menyatakan diri secara objektif ke dunia ini, sehingga
ia dan orang lain dapat memandang dan memahami keberadaan
dirinya. Menurut Dr. May Smith, tujuan dari kerja adalah untuk
hidup. Dengan demikian, maka mereka yang menukarkan
kegiatan fisik atau kegiatan otak dengan sarana kebutuhan untuk
hidup, berarti bekerja. Dari pendapat tersebut, maka hanya
kegiatan-kegiatan
orang
yang
bermotivasikan
kebutuhan
ekonomis sajalah yang bisa dikategorikan sebagai kerja.
(Anoraga, 2006, p.11).
Pekerjaan adalah sesuatu perbuatan atau melakukan
sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah guna untuk
kehidupan. (KBBI, 2008). Menurut Apriadji (1986) yang dikutip
oleh Departemen gizi dan kesmas (2011, p.189), pekerjaan
merupakan variabel yang sulit digolongkan namun berguna bukan
saja sebagai dasar demografi, tetapi juga sebagai suatu metode
untuk melakukan sosial ekonomi dimana status sosial ekonomi
merupakan faktor mempengaruhi status kesehatan, dalam hal ini
daya beli keluarga. Menurut Brown seperti yang dikutip oleh
Anoraga (2006, p.13), kerja sesungguhnya merupakan bagian
penting dari kehidupan manusia, sebab aspek kehidupan yang
memberikan status kepada masyarakat.
23
Menurut Henriksen et al (1995) yang dikutip oleh
Wheeler (2004, p.62), data untuk mendukung rekomendasi
tentang pembatasan atau penghapusan jenis pekerjaan tertentu
bagi wanita hamil belum tersedia. Namun, kelompok wanita yang
dalam melakukan pekerjaannya harus berdiri atau berjalan lebih
dari 5 jam per hari menunjukkan peningkatan angka kelahiran
premature.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan atau
aktivitas bagi ibu hamil adalah apakah aktivitasnya beresiko bagi
kehamilan. Pekerjaan pada ibu hamil dengan beban atau aktivitas
yang terlalu berat dan beresiko akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim karena adanya hubungan
aksis fetoplasenta dan sirkulasi retroplasenta yang merupakan satu
kesatuan. Bila terjadi gangguan atau kegagalan salah satu akan
menimbulkan resiko pada ibu (gizi kurang atau KEK dan anemia)
atau pada janin (BBLR). Contoh aktivitas yang beresiko bagi ibu
hamil adalah aktivitas yang meningkatkan stress, mengangkat
sesuatu yang berat, berdiri lama sepanjang hari. Nasehat yang
perlu disampaikan adalah bahwa ibu hamil tetap boleh melakukan
aktivitas atau pekerjaan tetapi cermati apakah pekerjaan atau
aktivitas yang dilakukan beresiko atau tidak untuk kehamilan.
(Kusmiyati, et al, 2009, p.87)
24
c) Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (UU no. 20
tahun 2003). Dalam arti luas, Pendidikan adalah segala kegiatan
pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala
situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan merupakan sistem proses
perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan
diri. Pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa saja,
kapan saja, dan dimana saja, karena menjadi dewasa, cerdas, dan
matang adalah hak asasi manusia pada umumnya. (Suhartono,
2006, p.79-80).
Dalam arti sempit, pendidikan adalah seluruh kegiatan
belajar
yang
direncanakan,
dengan
materi
terorganisasi,
dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan
diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan.
Kegiatan belajar seperti itu dilaksanakan didalam lembaga
pendidikan sekolah. Tujuan utamanya adalah pengembangan
potensi intelektual dalam bentuk penguasaan bidang ilmu khusus
dan kecakapan merakit sistem tekhnologi. Jadi, pendidikan dalam
25
arti sempit berarti bukan memotong isi dan materi pendidikan,
melainkan mengorganisasinya dalam bentuk sederhana tanpa
mengurangi kualitas dan hakikat pendidikan. (Suhartono, 2006,
p.84).
Tingkat pendidikan juga mempunyai hubungan yang
eksponensial dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara
mandiri,
kreatif,
dan
berkesinambungan.
Latar
belakang
pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status gizi
ibu dan balitanya juga baik.
Menurut Suhardjo (1996) yang dikutip oleh Yuli
Kusmiyati dalam jurnal penelitian Hubungan Pendidikan dan
Pengetahuan Gizi dengan Berat Bayi Lahir di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta (2004), sebab dari gangguan gizi adalah
kurangnya
pengetahuan
tentang
gizi
atau
kemampuan
meningkatkan pengetahuan gizi msyarakat. Tingkat pendidikan
itu sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi.
Tingkat pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah
tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi
pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima
informasi gizi.
26
Dari definisi-definisi diatas, dapat diambil kesimpulan
Pendidikan ibu adalah Pendidikan formal ibu yang terakhir
ditamatkan dan mempunyai ijazah dengan klasifikasi tamat SD,
SMP, SMA, dan perguruan tinggi dengan diukur dengan cara
dikelompokkan
dan
dipresentasikan
dalam
masing-masing
klasifikasi. Pendidikan ibu adalah lamanya pendidikan formal ibu
yang telah dilalui dengan sukses yang dinyatakan dalam tahun
sekolah.
Menurut UU RI no.20 tahun 2003, ditinjau dari sudut
tingkatannya jalur pendidikan terdiri dari:
(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi
jenjang
pendidikan
menengah.
Lamanya
menempuh pendidikan dasar yaitu 9 tahun, yang terdiri atas
SD/MI 6 tahun dan SMP/MTS 3 tahun.
(2) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Lamanya menempuh pendidikan menengah yaitu 3 tahun,
yaitu 3 tahun di Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
(3) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mecakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
27
d) Pengetahuan Ibu
Menurut Notoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Wawan
dan Dewi (2010, p. 11), pengetahuan adalah merupakan hasil
“tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi
melalui panca indra manusia, yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri. Pada waktu
pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Menurut Wahit, dkk (2006) yang dikutip oleh Mubarak,
et al (2007, p.28) pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat
suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah
dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi
setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu
objek tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi
setelah orang tersebut melakukan pengindraan, kontak atau
pengamatan terhadap suatu objek tertentu baik secara sengaja
maupun tidak sengaja. Kemahiran menyerap pengetahuan akan
meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan
28
kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang
terhadap pengetahuan yang diserapnya.
2) Faktor biologis
a) Usia Ibu Hamil
Menurut Baliwati (2004) seperti yang dikutip oleh
Mutalazimah (2005) dalam jurnal penelitian Hubungan LILA dan
Kadar Hb Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di RSUD DR.
Moewardi Surakarta, melahirkan anak pada usia ibu yang muda
atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah
dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Karena itu, ibu yang
terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi
makanan antara dan ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan. Sehingga usia yang paling baik adalah 20-35 tahun,
sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik.
Umur berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan,
karena kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari
dan menyesuaikan dari pada situasi-situasi baru, seperti
mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analog
dan berpikir kreatif, mencapai puncaknya dalam usia dua
puluhan. Usia reproduksi wanita di golongkan menjadi dua, yaitu
usia reproduksi sehat dan usia reproduksi tidak sehat. Usia
reproduksi sehat yaitu mulai dari umur 20 tahun sampai 35 tahun.
29
Sedangkan usia reproduksi tidak sehat yaitu umur kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun.
b) Jarak Kehamilan
Menurut Aguswilopo (2004) seperti yang dikutip oleh
Mutalazimah (2005) dalam jurnal penelitian Hubungan LILA dan
Kadar Hb Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di RSUD DR.
Moewardi Surakarta, ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila
jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa
apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya
lebih dari 2 tahun, maka anak akan memiliki probabilitas hidup
lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak
dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun.
Jarak yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas
janin atau anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan
ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk
memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan
mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu
dan janin atau bayi yang dikandung.
c) Paritas
(1) Pengertian
Para adalah wanita yang pernah melahirkan bayi
aterm (Manuaba, et al, 2010, p.166). Para adalah jumlah
30
kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang
memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28
minggu atau 1000 gram) (Varney, et al, 2002, p.80). Para
adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (viable). (Mochtar, 1998, p. 92). Paritas ibu
merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau
mati, tetapi bukan aborsi (Salmah, et al, 2006, p.133). Paritas
adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari sama
dengan 500 gram yang sudah dilahirkan ataupun belum baik
hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka
dipakai umur kehamilan yaitu 24 minggu.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa paritas adalah status melahirkan anak
pada seorang wanita setelah gestasi 24 minggu tetapi bukan
aborsi, tanpa memperhatikan bayi hidup atau mati. Paritas
mempengaruhi status gizi pada ibu hamil karena dapat
mempengaruhi
optimalisasi
ibu
maupun
janin
pada
kehamilan yang dihadapi.
2) Klasifikasi Paritas
Menurut Fortney A dan E.W. Whitenhorne seperti
yang dikutip oleh Manuaba, et al, (2010, p.246), paritas
dibagi menjadi 4, yaitu:
31
(a) Nulipara seorang wanita yang belum pernah melahirkan
janin bayi viable.
(b) Multipara 1-3 adalah seorang wanita yang telah
mengalami satu kali atau lebih kehamilan yang berakhir
pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
(c) Multipara 4-6 adalah seorang wanita yang telah
mengalami empat kali atau lebih kehamilan yang
berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
(d) Grandemultipara >7 adalah seorang wanita yang telah
mengalami tujuh kali atau lebih kehamilan yang berakhir
pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
Menurut Manuaba, et al (2010, p.166) yang dikutip
dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB
untuk Pendidikan Bidan Edisi 2, paritas dibagi menjadi 3,
yaitu:
(a) Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi
aterm sebanyak satu kali.
(b) Multipara (pleuripara) adalah wanita yang telah pernah
melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan
tersebut tidak lebih dari lima kali.
(c) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan
janin aterm lebih dari lima kali.
32
Menurut Poedji Rochjati yang dikutip oleh
Manuaba, et al (2010, p.242), paritas merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi karena ibu yang
pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih,
kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
(a) Kesehatan terganggu, anemia, kurang gizi
(b) Kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim
(c) Tampak ibu dengan perut menggantung
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu
golongan paritas tinggi akan mempengaruhi perkembangan
janin yang dikandungnya. Pada umumnya berat badan lahir
meningkat dengan semakin tingginya paritas. Bayi kedua
(paritas 1) sekitar 100 gram lebih berat apabila dibandingkan
dengan bayi yang lahir pada kehamilan pertama (Paritas 0).
3) Faktor perilaku
Faktor perilaku ini terdiri dari kebiasaan yang sering dilakukan ibu,
diantaranya yaitu kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kafein.
Merokok menimbulkan efek yang sangat membahayakan bagi janin.
Ibu hamil perokok akan beresiko menurunkan berat bayi lahir. Efek
yang diakibatkan merokok adalah kelahiran BBLR, persalinan
preterm, kematian perinatal. Kafein adalah zat kimia yang berasal
dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan sistem syaraf.
Kafein bukan merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh
33
tubuh, karena efek yang ditimbulkan kafein lebih banyak yang
negatif dari pada positifnya, salah satunya adalah gangguan
pencernaan. Dengan adanya gangguan pencernaan makanan, maka
akan menghambat penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh dan janin. Konsumsi kafein yang berlebihan mengakibatkan
bayi lahir mati, abortus, dan persalinan premature (Kusmiyati, et al,
2009, p.89-90).
B. Ibu Hamil
1. Pengertian
Proses kehamilan dimulai dari fertilisasi atau konsepsi, yaitu
bertemunya sel telur dan sel sperma (Hani, et al. 2010, p.37). Konsepsi
adalah pertemuan antara sperma dan sel telur yang menandai awal
kehamilan (Kusmiyati, 2008, p.33). Ibu adalah perempuan yang telah
melahirkan seseorang (Yasyin, 2007, p.215). Ibu hamil adalah seorang
wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
(Sarwono, 2005, p.215)
2. Diagnosa Kehamilan
a. Tanda-tanda Kehamilan
Menurut Kusmiyati, et al (2009, p.93-98) yang dikutip dalam buku
Perawatan Ibu Hamil, secara klinis tanda-tanda kehamilan dapat dibagi
dalam 3 kategori, yaitu :
34
1) Tanda yang tidak pasti ( presumptive signs) adalah perubahanperubahan fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang
dirasakan oleh wanita hamil, antara lain:
a) Amenorea (berhenti menstruasi)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi.
Lamanya amenorea dapat dikonfirmasi dengan memastikan hari
pertama
haid
terakhir
(HPHT)
dan
digunakan
untuk
memperkirakan usia kehamilan dan taksiran persalinan.
b) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang
terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness.
Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila
terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang
disebut dengan hiperemesis gravidarum.
c) Ngidam (ingin makanan tertentu)
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada
bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan
makin tuanya kehamilan.
35
d) Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada
pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16
minggu.
e) Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan
kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme rate-BMR)
pada kehamilan, yang akan meningkat seiring pertambahan usia
kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.
f)
Payudara tegang
Estrogen
meningkat
perkembangan
sistem
duktus
pada
payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan
sistem alveolar payudara. Bersama somatomamotrofin, hormonhormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan
perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan,
pelebaran putting susu, serta pengeluaran kolostrum.
g) Sering miksi
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering,
terjadi pada trimester pertama akibat desakan uterus terhadap
kandung kemih. Pada trimester kedua umumnya keluhan ini
36
akan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga
panggul. Pada akhir trimester, gejala bisa timbul karena janin
mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung
kemih.
h) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus
otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
i)
Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.
Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit. Pigmentasi ini meliputi
tempat-tempat berikut ini:
(1) Sekitar pipi: cloasma gravidarum (penghitaman pada
daerah dahi, hidung, pipi, dan leher).
(2) Sekitar leher: tampak lebih hitam
(3) Dinding perut: striae lividae/gravidarum (terdapat pada
seorang primigravida, warnanya membiru), striae nigra,
linea alba menjadi lebih hitam (linea grisea/nigra).
(4) Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mamae sehingga
terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda
pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit
putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada
37
wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar montgomeri
menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar payudara.
(5) Sekitar pantat dan paha atas : terdapat striae akibat
pembesaran bagian tersebut.
j)
Epulis
Hipertropi papilla ginggivae/gusi, sering terjadi pada trimester
pertama.
k) Varises atau penampakan pembuluh darah vena
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pelebaran
pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat.
Varises dapat terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis,
serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang
setelah persalinan.
2) Tanda kemungkinan hamil (probability sign) adalah perubahanperubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil, antara lain :
a) Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan
keempat kehamilan.
b) Tanda Hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus
uteri.
38
c) Tanda Goodel
Tanda goodel adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak
hamil, serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita
hamil melunak seperti bibir.
d) Tanda Chadwicks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa
vagina termasuk juga porsio dan serviks.
e) Tanda Piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi
karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu
sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.
f)
Kontraksi Braxton Hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya
actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik,
sporadic, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan
minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal
pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat
frekuensinya, lamanya, dan kekuatannya sampai mendekati
persalinan.
g) Teraba Ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin
bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan
pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan
39
karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup
karena dapat saja merupakan myoma uteri.
h) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya Human
Chorionic
Gonadotropin
(hCG)
yang
diproduksi
oleh
sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi di
peredaran darah ibu (pada plasma darah) dan diekskresi pada
urine ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah
konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60.
Tingkat tertinggi pada 60-70 usia gestasi, kemudian menurun
pada hari ke 100-130.
3) Tanda Pasti (Positive sign) adalah tanda yang menunjukkan
langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh
pemeriksa, antara lain:
a) Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh
pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia
kehamilan sekitar 20 minggu.
b) Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat
fetal electrocardiograf (misalnya Doppler). Dengan stetoskop
Laenec, DJJ baru dapat di dengar pada usia kehamilan 18-20
minggu.
40
c) Bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan
bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba
dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir).
Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan
USG.
d) Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.
3. Klasifikasi Umur Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir (HPHT) (Sarwono, 2007, p.89)
Umur kehamilan terbagi dalam 3 trimester, yaitu:
a. Trimester I : umur kehamilan 0 - 12 minggu
b. Trimester II : umur kehamilan 13 – 28 minggu
c. Trimester III : umur kehamilan 29 – 40 minggu
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sangat dipengaruhi oleh
kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan plasenta sebagai akar yang akan
memberikan nutrisi. Umur janin yang sebenarnya dihitung dari saat
fertilisasi atau sekurang-kurangnya dari saat ovulasi. Pertumbuhan hasil
konsepsi dibedakan menjadi tiga tahap penting yaitu tingkat ovum (telur)
umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum tampak berbentuk dalam
41
pertumbuhan, embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu dan sudah terdapat
rancangan bentuk alat-alat tubuh, janin (fetus) sudah berbentuk manusia dan
berumur diatas 5 minggu (Kusmiyati, et al, 2006, p.38)
C. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori yang telah dipaparkan diatas, kerangka teori yang
dapat dijabarkan adalah, sebagai berikut:
Pekerjaan
Kemiskinan
Beban kerja
Pendapatan
Sosial budaya
Pengetahuan
gizi ibu hamil
Pengadaan dan
Distribusi Pangan
Pendidikan
Konsumsi
Makanan
Jarak
Kehamilan
Usia Ibu
Paritas
Status Gizi Ibu
Hamil
Infeksi
Pelayanan
Kesehatan
Status Kesehatan
Kebiasaan
makan
Gambar 4. Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Peneliti dari Call dan Levinson (1871) dalam
Supariasa, dkk. (2002 : 6, 13, 14)
42
D. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep dapat
digambarkan sebagai berikut :
Variabel bebas (Independen)
Pendidikan Ibu
Trimester III
hamil
Paritas
Ibu
Trimester III
hamil
Pekerjaan Ibu
Trimester III
hamil
Variabel Terikat (Dependen)
Status Gizi Ibu
Hamil Trimester III
Gambar 5. Kerangka Konsep
E. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pendidikan dengan status gizi ibu hamil trimester III.
2. Ada hubungan antara paritas dengan status gizi ibu hamil trimester III.
3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan status gizi ibu hamil trimester III.
Download