BAB 1 - Nawasis

advertisement
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN KEPULAUAN SULA
2.1.
GEOGRAFIS, ADMINISTRATIF DAN KONDISI FISIK
Kabupaten Kepulauan Sula diresmikan pada tanggal 31 Mei 2003 sesuai dengan Undang-undang Nomor
1 Tahun 2003. Berdasarkan data tahun 2006, luas wilayah Kepulauan Sula adalah 28.810,753 Km 2 yang
terdiri dari daratan seluas 14.466.288 Km 2 (50,21%) dan lautan seluas 14.344,465 Km 2 (49,79%).
Struktur wilayah Kepulauan Sula terdiri atas 3 (tiga) pulau besar yaitu Pulau Sulabesi, Pulau Taliabu dan
Pulau Mangoli dan Pada Tahun 2013 di Pulau Taliabu Menjadi Daerah Otonomi Baru.
Kabupaten Kepulauan Sula terletak pada posisi 010 45’ 00” LS dan 1240 05’ 00” BT – 1260 50’ 00” BT
dengan batas wilayah sebagai berikut:




Sebelah
Sebelah
Sebelah
Sebelah
Utara berbatasan dengan Laut Maluku
Selatan berbatasan dengan Laut Banda
Barat berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Tengah
Timur berbatasan dengan Laut Seram
Wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Sula terdiri dari 19 kecamatan dan 124 Desa, serta dikelilingi
oleh Pulau-pulau kecil yang berjumlah sekitar 58 buah dengan panjang garis pantai 169,85 kilometer
(lihat Tabel 2.1).
Sejalan dengan reformasi di bidang pemerintahan dan otonomi daerah, dan Pada
Tahun 2013 di Pulau Taliabu Menjadi Daerah Otonomi Baru, serta memperhatikan aspirasi masyarakat
untuk mendapat pelayanan pemerintahan yang lebih baik, wilayah kecamatan setelah pemekaran Pulau
Taliabu menjadi 12 kecamatan dan 74 Desa (lihat Tabel 2.1) . Tujuan pemekaran adalah memperpendek
rentang kendali pemerintahan dan mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih
efektif dan
efisien.
Tabel 2.1 Jumlah Kecamatan dan Desa Tahun 2014
N0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nama Kecamatan
Ibu Kota
Kecamatan
Sanana
Pohea
Waiboga
Baleha
Kabau
Fuata
Waitina
Mangoli
Waisakai
Buya
Falabisahaya
Dofa
Sanana
Sanana utara
Sulabesi Tengah
Sulabesi Timur
Sulabesi Barat
Sulabesi Selatan
Mangoli Timur
Mangoli Tengah
Mangoli Selatan
Mangoli Utara Timur
Mangoli Utara
Mangoli Barat
Jumlah
Sumber : BAPPEDA Kab. Kepulauan Sula, 2014
`
Jumlah
Desa
11
6
6
6
6
4
4
7
5
5
7
7
74
2-1
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
Peta 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Sula Dan Wilayah Kajian BPS, SSK
Sumber : BAPPEDA, RTRW Kab Kepulauan Sula.
2.2.
Topografi dan Iklim
Wilayah Kabupaten Kepulauan Sula terdiri dari 3 (tiga) pulau besar, yaitu Pulau Taliabu, Pulau Mangoli
dan Pulau Sulabesi yang menjadi pusat permukiman sebagian besar penduduk. Berdasarkan kelas
ketinggian wilayah Kepulauan Sula berada pada ketinggian 0–100 meter di atas permukaan laut. Kondisi
dan ekosistem hutan relatif masih utuh dengan tipe hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan
pegunungan.
Sekitar 150.000 Ha dataran pantai Kepulauan Sula mempunyai jenis tanah Podsolik Merah Kuning yang
cocok untuk lahan perkebunan. Sedangkan lahan dengan kemiringan 15–25 persen seluas hampir
150.000 Ha mempunyai jenis tanah Podsolik dan Aluvial.
Kabupaten Kepulauan Sula beriklim tropis yang umumnya dipengaruhi oleh 2 musim, yaitu musim Barat
atau Utara dan Musim Timur atau Tenggara. Kedua musim ini berawal pada bulan Mei dan dipengaruhi
oleh musim pancaroba yang merupakan transisi musim tersebut. Musim barat atau utara umumnya
berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret. Bulan April merupakan musim transisi ke musim
timur atau tenggara.
Musim timur atau tenggara berawal pada bulan Mei dan berlangsung hingga bulan Oktober. Bulan
Nopember merupakan masa transisi ke musim barat. Kondisi iklim Kabupaten Kepulauan Sula
dipengaruhi oleh iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1000 – 2000 mm per tahun. Kelembaban nisbi
rata-rata yang tercatat pada stasiun Meterologi dan Geofisikan Sanana (2007) adalah 85 persen (higer)
`
2-2
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
pada bulan Juni dan 79 persen (lower) pada bulan Januari, Pebruari dan Oktober. Musim hujan jatuh
pada bulan Januari – Juni dengan curah hujan 13 - 15 hari dan curah hujan terendah pada bulan Juli (8
mm) dengan jumlah hari hujan 6 – 9 hari. Berbagai kondisi geografi tersebut mempengaruhi potensi
pertanian, perkebunan dan perikanan.
2.3.
Kondisi Hidrologi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Sula memiliki pantai yang datar dengan kedalaman
mencapai antara 200-720 meter. Sedangkan di beberapa daerah atau perairan pantai yang terlindung
memiliki topografi yang landai dan kedalamannya tidak lebih dari 200 meter.
Pasang surut yang terjadi di perairan Kepulauan Sula adalah tipe pasut diurnal, yaitu mengalami 2 kali
pasang dan 2 kali surut pada interval waktu yang sama. Pergerakan arus menurut skala waktu akibat
perubahan musim yaitu Barat dan Timue dan arus harian yang dipengaruhi oleh pergerakan pasang
surut.Data DISHIDROS TNI-AL (1992) menunjukkan bahwa kecepatan arus tertinggi terjadi di selat
Capalulu mencapai 90 mil/jam, sedangkan arus lokal bervariasi pada saat pergerakan dari arah utara
menuju Timur laut sampai tenggara dan dari arah selatan sampai barat dengan variasi antara 1 – 45
cm/detik.
Parameter oceanografi penting lainnya adalah gelombang. Informasi mengenai kondisi gelombang dapat
memprediksi kondisi perairan dan aktivitas di laut termasuk aktivitas perikanan tangkap. Variasi
pergerakan gelombang berdasarkan data DISHIDROS TNI-AL (1992) dan Lipi Ambon (1994) gelombang
besar terjadi pada bulan September – Desember dengan ketinggian mencspai 1,50 – 2,00 meter.
2.4.
Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan pada suatu wilayah merupakan manifestasi hubungan antara manusia dengan
lingkungan. Polarisasi dan intensitas penggunaan lahan tersebut juga merupakan indikator yang
mencerminkan aktivitas utama dalam tingkat penguasaan teknologi penduduk dalam mengeksploitasi
sumberdaya lahan sekaligus mencerminkan karakteristik potensi wilayah yang bersangkutan.
Perkembangan sumberdaya lahan dapat dilihat dari kondisi tutupan lahan atau pemanfaatan lahan yang
terbentuk. Pada dasarnya pembentukan pola pemanfaatan lahan dipengaruhi oleh faktor fisik lahan
seperti letak geografis, struktur geologi dan tanah, klimatologi wilayah, dan sektor kegiatan ekonomi
masyarakat. Pemanfaatan lahan yang terbentuk hingga saat ini di Kabupaten Kepulauan Sula terdiri atas
lahan hutan, perkebunan, persawahan, ladang, pemukiman, lahan terbuka, rawa serta
waduk/dananu/sungai. Dominasi oleh hutan mencapai sekitar 233.305.606 Ha dari total luas wilayah
Kabupaten Kepulauan Sula sebesar 475.019.766 Ha. Sementara itu, pemanfaatan lahan untuk
perumahan hanya seluas 17.717 Ha, dengan luasan 3.580.498 Ha. Secara lebih rinci penggunaan lahan
dapat dilihat pada tabel 2.2.
`
2-3
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
Tabel 2.2 Penggunaan Lahan di Kabupaten Kepulauan Sula
No
Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Luas (km)
1.
Hutan Primer
233.305.606
2.333.056
2.
Huten Sekunder
66.577.061
665.771
3.
Hutan Gundul
1.119.320
11.193
4.
Hutan Mangrove
7.074.578
70.746
5.
Perkebunan
22.503.634
225.036
6.
Sawah
20.899
0.209
7.
Ladang/Tegalan
1.751.374
57.514
8.
Perkotaan
433.796
4.338
9.
Kampung
3.146.702
31.467
10.
Belukar/rumput
95.129.908
951.299
11.
Lahan Terbuka
2.794.672
27.947
12.
Rawa
275.538
2.755
13.
Waduk/Sungai/Danau
331.296
3.313
14.
Tidak ada Data
40.555.382
405.554
JUMLAH
475.019.766
4.750.198
Sumber: Peta Informasi Spasial Penutupan/Penggunaan lahan Indonesia (Maluku) Tahun 2005
2.5.
Demografi
Jumlah Penduduka Kabupaten Kepulauan Sula mencapai 135.719 jiwa pada Tahun 2011 dan Pada Tahun
2012 jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Sula mencapai 135.737 jiwa pada Tahun 2011. Tingkat
pertumbuhan penduduk tercatat meningkat dari 1,71 persen pada Tahun 2010 naik menjadi 2,41 persen
pada Tahun 2011, namun pada Tahun 2012 tingkat pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan Sula
menurun menjadi 0,77 persen.
Penduduk Kabupaten Kepulauan Sula terdiri dari berbagai jenis suku, antara lain; Suku Sula, Buton,
Taliabu, Wakatobi, Tomia, Wajo, bugis, Jawa, sumatra dan lain-lain, dan suku yang terbanyak adalah
suku sula 48,93 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Sula, Bahasa keseharian yang
digunakan sebagian besar penduduk Kepulauan Sula ada Bahasa Melayu Ambon yang mencapai 43,65
persen.
Tabel 2.3 Kependudukan Kabupaten Kepulauan Sula
Sumber : Kabupaten Kepulauan Sula Dalam Angkat 2013
`
2-4
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
2.5.
Perumahan dan Air Bersih.
Secara umum kondisi Perumahan penduduk Kabupaten Kepulauan Sula semakin membaik, hal ini dapat
dilihat dari beberapa indikator yaitu semakin berkurangnya rumah tangga yang menempati rumah
dengan luas lantai kurang dari 20 m² yakni dari 2,65 persen pada Tahun 2011 menjadi 2,62 persen di
Tahun 2012. Selain itu indikator lainnya yang dapat di gunakan sebagai ukuran meningkatnya taraf hidup
penduduk Kepulauan Sula dari sisi perumahan yakni jenis lantai, jenis atap dan jenis dinding terluas yang
semakin membaik pula. Pada Tahun 2012 persentase rumah tangga yang menempati rumah jenis lantai
bukan tanah naik menjadi 92,49 persen dari Tahun 2011 yang tercatat sebesar 91,60 persen. Sementara
rumah tangga yang menempati rumah dengan jenis dinding permanen sebesar 66,81 persen pada Tahun
2011 meningkat menjadi 94,43 persen di Tahun 2012.
Dalam hal akses terhadap air minum penduduk Kabupaten Kepulauan Sula pada Tahun 2012 sebesar
0,28 persen menggunakan air minum bersih yang berasal dari air isi ulang, leding meteran sebesar 11,40
persen, leding eceran 0,26 persen, sumur bor/ pompa 0,75 persen, sumur terlindung 41,54 persen,
sumur tak terlindung 21,09 persen, mata air terlindung 7,97 persen, mata air tak terlindung 1,91 persen
dan air sungai 14,81 persen.
Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2013
`
2-5
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
2.6. Pendapatan Regional
Lebih dari empat perlima pertumbuhan perekonomian Kabupaten Kepulauan Sula dibentuk oleh tiga
sektor besar, yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri
pengolahan, dari ketiga sektor tersebut, sektor pertanian yang memberikan kontributor terbesar pada
perekonomian Kabupaten kepulauan Sula dengan nilai kontributor sebesar 43,80 persen. Keunikan dari
segi geografis iklim dan geologis menjadi sala satu pendukung perekonomian Kabupaten Kepulauan Sula
melalui nilai tambah yang di hasilkan oleh produksi dan pengolahan tanaman perkebunan bernilai tinggi,
seperti, cengkeh, kakao, pala dan kelapa. Hal ini menjadi sala satu faktor yang menyebabkan sektor
pertanian masih menjadi leading sektor pada struktur perekonomian Kabupaten Kepulauan Sula Tahun
2012.
Struktur Perekonomian Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2012
Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2013
Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Sula berada pada peringkat ke tujuh dibandingkan Kabupaten lainnya
di Provinsi Maluku Utara. Pada Tahun 2012 perekonomian Kabupaten ini tumbuh sebesar 6,42 persen,
pertumbuhan tertinggi sampai dengan pertumbuhan terendah secara berturut –turut adalah sebagai
berikut , sektor bangunan tumbuh sebesar 13,96 persen, sektor pertambangan dan penggalian 9,85
persen, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9,18 persen, sektor pertanian 7,74 persen, sektor
perdagangan, hotel dan restoran 7,64 persen, pengangkutan dan telekomunikasi 6,96 persen, sektor
jasa-jasa 6,68 persen , sektor listrik gas dan air bersih tumbuh sebesar 2,36 persen, industri pengolahan
sebesar 0,56 persen.
`
2-6
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
2.7. Rencanan Tataruang Wilayah Kab kepulauan Sula
5.1.1.
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sula, adalah :
Meningkatkan dan memantapkan fungsi pusat - pusat pengembangan kegiatan di seluruh
wilayah kabupaten, baik sebagai pusat ; pemerintahan, permukiman, pendidikan, kesehatan,
perdagangan dan jasa, kegiatan dan pemasaran dari produksi sektor-sektor dan komoditas
unggulan wilayah, baik dalam skala lokal, kawasan maupun skala regional;
Pelaksanakan pengembangan dan pembangunan di masing-masing wilayah pulau (Sulabesi,
Mangole, dan Taliabu), dengan pendekatan prioritas pengembangan dimulai pada titik-titik
simpul pusat dan sub-pusat wilayah pengembangan serta pada kawasan-kawasan strategis;
Melestarikan fungsi dan keserasian lingkungan hidup melalui penataan ruang dengan
mengoptimalkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; dan
Mengembangkan sistem prasarana dan sarana wilayah yang terintegrasi inter dan antar pulau
serta dengan sistem regional.
5.1.2.
STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA
Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sula, dirumuskan sebagai berikut :
Mendorong pengembangan wilayah Kabupaten Kepulauan Sula melalui konsep
pengembangan Gugus Pulau berbasis Mitigasi Bencana dan penyusunan Pola Ruang yang
optimal yang didukung oleh jaringan prasarana dan sarana wilayah yang memadai;
Mengembangkan konsep perhubungan (transportasi) dengan “comprehensive and multigate
system”, yaitu masing-masing pulau mempunyai akses langsung ke wilayah regional lainnya;
Mengembangkan pusat-pusat pengembangan wilayah di masing-masing pulau melalui
program-program pembangunan yang bersifat strategis sehingga mampu memberikan
“spread effects” terhadap kawasan di sekitarnya;
Mengendalikan dan mengarahkan perkembangan fisik pada bagian utara Pulau Sulabesi,
bagian barat Pulau Taliabu dan bagian utara Pulau Mangole, dan mendorong percepatan
pembangunan di pusat-pusat Sub Wilayah Pengembangan yaitu di kawasan Kabau Pantai,
kawasan Waitina, kawasan Dofa, kawasan Samuya, dan kawasan Lede;
Mengendalikan dan membatasi perkembangan kawasan permukiman di kawasan Tikong,
karena kawasan ini diprioritaskan untuk kawasan industri pertambangan;
Mengoptimalkan pengembangan potensi sektor pertanian, perkebunan dan perikanan yang
didukung oleh pengembangan industri pengolahan produksi sektor-sektor tersebut dengan
pendekatan agribisnis, sehingga dapat memberikan nilai tambah yang optimal bagi
perekonomian wilayah;
Mengembangkan kegiatan wisata bahari dan wisata minat khusus;
Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana publik guna
mendorong pemerataan pembangunan, percepatan dan pertumbuhan ekonomi daerah;
Mengembangkan sistem ketahanan pangan dan gizi melalui peningkatan ketersediaan
komoditas pangan dalam jumlah yang memadai;
Mendorong investasi untuk kegiatan di bidang pertambangan dan sumber-daya mineral
dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan hutan lindung.
5.1.3.
`
FUNGSI DAN MANFAAT PENATAAN RUANG KABUPATEN KEPULAUAN SULA
2-7
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
Fungsi RTRW Kabupaten Kepulauan Sula, adalah :
a) Salah-satu acuan dalam pelaksanaan pembangunan daerah, khususnya acuan dalam pola
ruang wilayah.
b) Sebagai dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.
c) Sebagai dasar mewujudkan keseimbangan perkembangan antar-wilayah dan antar-kawasan
serta keserasian antar-sektor.
d) Sebagai dasar untuk mengalokasi kegiatan investasi, baik yang dilakukan pemerintah,
masyarakat maupun oleh swasta.
e) Sebagai pedoman untuk menyusun rencana rinci tata ruang kawasan.
f) Sebagai dasar dalam pemberian izin lokasi pembangunan skala besar, izin eksplorasi
pertambangan.
Manfaat (outcome) yang diharapkan dari adanya RTRW Kabupaten Kepulauan Sula adalah :
a) Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula memiliki salah-satu acuan dalam pelaksanaan pembangunannya dalam bentuk RTRW yang merupakan penjabaran dari kebijakan penataan ruang wilayah provinsi.
b) Pola ruang Kabupaten Kepulauan Sula (dalam 20 tahun ke depan) dapat diarahkan dan dikendalikan dalam
rangka mengoptimalkan pemanfaatannya sesuai dengan potensi dan kendala yang ada.
c) Pemanfaatan Kawasan Budidaya dan pelestarian Kawasan Lindung dapat diserasikan untuk meningkatkan
perekonomian wilayah dan keberlanjutan pembangunan.
d) Berbagai rencana dan program pembangunan dapat diintegrasikan satu sama lain dengan menjadi RTRW
sebagai salah-satu acuan utama.
e) Calon investor memiliki bahan pertimbangan dan dasar untuk menanamkan investasinya di Kabupaten
Kepulauan Sula karena dapat memperkirakan prospek pengembangan daerah atas dasar rencana struktur dan
pola ruang wilayah kabupaten untuk 20 tahun ke depan.
f) Menjadi alat untuk mengoptimalkan kerjasama pembangunan dengan wilayah sekitar, dan alat koordinasi
pembangunan antar-kawasan dan antar-sektor.
5.1.4.
STRATEGI OPTIMALISASI FUNGSI DAN MANFAAT PENATAAN RUANG KABUPATEN KEPULAUAN SULA
Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengoptimalisasikan fungsi dan manfaat hasil kegiatan penataan
ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sula ini, adalah :
a) Menjadikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula sebagai sebuah hasil
kesepakatan bersama antara semua stake-holders sehingga tercipta komitmen bersama untuk mewujudkan dan
melaksanakannya secara konsekuen;
b) Menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula sebagai Peraturan Daerah yang
akan bersifat mengikat bagi semua pihak untuk melaksanakan-nya;
c) Menjadikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula sebagai salah-satu dasar
pertimbangan dalam menyusun dan melaksanakan program pembangunan di berbagai bidang;
d) Menindaklanjuti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula dengan penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan dan Rencana-rencana sektoral lainnya sehingga memudahkan berbagai
pihak untuk mengaplikasikannya dalam berbagai bidang pembangunan;
e) Mengembangkan pusat-pusat pengembangan wilayah melalui program-program pem-bangunan yang bersifat
strategis, sehingga mampu memberikan “spread effects” terhadap kawasan di sekitarnya;
f) Mensosialisasikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula kepada semua stakeholders di daerah, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat dalam rangka membangun kesamaan
persepsi dan asumsi pelaksanaan pembangunan Kabupaten Kepulauan Sula 20 tahun ke depan, sekaligus
mengundang keterlibatannya berpartisipasi dalam berbagai sektor pembangunan;
g) Melibatkan semua stake-holders daerah dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
`
2-8
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
1.
RENCANA PENGEMBANGAN KEPENDUDUKAN
Penduduk yang mediami suatu wilayah akan sangat berpengaruh terhadap bentuk tau wujud dari struktur ruang
wilayah tersebut. Oleh karenanya, berdasarkan kecenderungan laju pertumbuhan penduduk yang ada, hasil
analisis yang dilakukan dan kebijakan arahan pengembangan penduduk di masa datang (khususnya terkait
dengan program pengembangan transmigrasi) serta kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan,
maka perlu direncanakan pengembangan kependudukan untuk wilayah Kabupaten Kepulaun Sula sampai 20
tahun kedepan, yang lebih ditujukan pada :
 Rencana distribusi penduduk di masing-masing wilayah dan sub wilayah pengembangan serta di masingmasing wilayah kecamatan,
 Arahan tingkat kepadatan penduduk di masing-masing wilayah kecamatan (sebagai unit terkecil anlisis)
sampai akhir tahun perencanaan (tahun 2028),
 Arahan pengendalian pada kawasan-kawasan yang diprediksi cepat tumbuh ataupun pada kawasankawasan strategis, sebagai akibat daya tarik ekonomi (sektor unggulan) yang ada/dimiliki wilayah
Kabupaten Kepulauan Sula ini, utamanya pada kawasan-kawasan yang akan berperan sebagai lokasi
pusat-pusat industri pengolahan dari berbagai sektor (ekonomi) unggulan yang ada.
Rencana pengembangan kependudukan di Kabupaten Kepulauan Sula sampai akhir tahun 2028, yang meliputiu
arahan distribusi jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan ditunjukkan pada Tabel : 5 - 3 dan Gambar :
5.2.
Kebijakan Sistem Perkotaan Nasional untuk wilayah Propinsi Maluku Utara (termasuk didalamnya
Kabupaten Kepulauan Sula), telah ditetapkan :


1 (satu (PKN) yaitu Kota Ternate,
4 (empat) kota PKW ; Tidore, Tobelo, Labuha dan Sanana, serta 1 (satu) kota PKSN yaitu Daruba,
2.
RENCANA SISTEM PRASARANA DAN SARANA WILAYAH
Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah
Kebijakan pengembangan prasarana wilayah ditujukan untuk pengembangan kualitas dan jangkauan pelayanan
jaringan prasarana, yaitu :
 Mendukung Rencana Struktur dan Pola Ruang yang telah disepakati;
 Menciptakan faktor penggerak guna meningkatkan minat investor;
`
2-9
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula




Menciptakan faktor penarik (pull factor) bagi migrasi penduduk;
Menunjang pembangunan ekonomi wilayah;
Menciptakan lapangan pekerjaan baru;
Meningkatkan pendapatan masyarakat.
Strategi pengembangan prasarana wilayah, meliputi ;
 Peningkatan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut,
dan udara
 Meningkatkan penyediaan tenaga listrik
 Meningkatkan kualitas jaringan prasarana sumber daya air
Rencana sistem prasarana wilayah Kabupaten Kepulauan Sula meliputi : rencana pengembangan sistem
transportasi, air bersih, air limbah, drainase, telekomunikasi, energi, prasarana pengelolaan lingkungan, fasilitas
perniagaan, pendidikan, serta kesehatan.
1)
RENCANA SISTEM PRASARANA TRANSPORTASI
Rencana Sistem Prasarana Transportasi Kabupaten Kepulauan Sula disusun dalam rangka pengembangan
sistem prasarana transportasi untuk meningkatkan pelayanan jaringan transportasi wilayah, yang meliputi ;
rencana pengembangan sistem transportasi darat, sistem transportasi laut dan sistem transportasi udara.
1.
RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT
Rencana pengembangan sistem transportasi darat antara lain melalui pengembangan jaringan jalan
yang diarahkan untuk mendorong perekonomian wilayah dan perkembangan wilayah secara
keseluruhan. Rencana Pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Sula, yaitu :
Pembangunan Jalan Baru
a. Pembangunan Jalan Kolektor Primer (kolektor-3) yaitu : sistem jaringan jalan
sekeliling pulau yang menghubungkan ibukota Kabupaten sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah ( PKW) dengan Pusat Kegiatan Lokal atau ibu kota kecamatan,
b. Pembangunan Jalan Lokal, yaitu : sistem jaringan jalan yang menghubungkan antar
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan pusat kegiatan dibawahnya antara lain ; pusat-pusat
permukiman di wilayah kecamatan dan pusat desa, serta antar desa
Peningkatan Jalan Yang Sudah Ada : baik jalan kolektor primer propinsi, maupun jalan
kolektor primer kabupaten serta jalan – jalan lokal diseluruh wilayah.
Pembangunan Baru Dermaga/Lintasan Penyeberangan, antara :
a.
Sanana (Kab. Kepuluan Sula) – Obi (Kab. Halmahera Selatan)
b.
Fatkayon (P. Sulabesi) – Bara (Kab. Buru)
c.
Pohea (P. Sulabesi) - Labuha (Kab. Halmahera Selatan)
`
2)
RENCANA SISTEM PRASARANA TELEKOMUNIKASI
Rencana pengembangan sarana Telekomunikasi yang segera perlu dilakukan, adalah :
 Pembangunan jaringan telepon sistem kabel yang diprioritaskan di pusat-pusat wilayah pengembangan
dan atau pada kawasan perkotaan,
 Pembangunan jaringan nirkabel, berupa pengadaan dan pembangunan beberapa buah based transceiver
station (BTS) yang dapat ditempatkan di wilayah Pulau Sulabesi bagian selatan, Pulau Mangole bagian
timur dan utara, serta di wilayah Pulau Taliabu bagian barat, timur dan utara.
3)
RENCANA SISTEM PRASARANA ENERGI
Rencana pengembangan energi di Kabupaten Kepulauan Sula dapat dilakukan melalui :
1.) Pengembangan sumber energi listrik PLTD terutama untuk memenehi kebutuhan jangka pendek, di Pulau
Sulabesi, Pulau Mangole, dan Pulau Taliabu.
2.) Perbaikan dan pemeliharaan pembangkit energi (PLTD) yang ada saat ini, guna meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat,
3.) Pengembangan energi melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga
angin, dan pembangkit tenaga surya (solar cell).
2 - 10
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
4)
RENCANA SISTEM AIR BERSIH
Kebutuhan air bersih di Kabupaten Kepulauan Sula dapat dikategorikan dalam 2 (dua) jenis pemakaian, yaitu
domestik (rumah tangga) dan non domestik seperti industri, perkantoran pemerintah, hotel dan restoran,
perdagangan.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah perdesaan melalui sumber air bersih, baik dari sumur
maupun dari sungai, sedang bagi wilayah perkotaan yang padat penduduknya, dapat dipenuhi dengan sistem
pengelolaan air minum oleh perusahaan (PDAM Sanana).
Sistem air bersih yang diusulkan adalah :
a) Sambungan langsung dari pusat penyediaan air bersih (PAM) setempat. Sistem penyediaan air bersih ini
dapat diterapkan di wilayah perkotaan, dengan sumber air dari air tanah dalam dan atau mata air yang
ada,
b) Kran Umum, disediakan pada kawasan-kawasan permukiman padat,
c) Sambungan langsung dari PAM di perdesaan, dengan sumber air baku dari mata air di pegunungan.
5)
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Pengelolaan air limbah di Kabupaten Kepulauan Sula direncanakan sebagai berikut :
 Sistem setempat, pengelolaan air limbah di kawasan perkotaan seperti Kota Sanana, Falabisahaya dan
Dofa memakai sistem setempat dengan lubang resapan, demikian juga kawasan perdesaan pengelolaan
limbah memakai sistem setempat.
 Untuk jangka panjang dapat direncanakan pengelolaan air limbah terpusat, dan dibutuhkan lahan untuk
pengolahan limbah untuk 10.000 jiwa, yaitu sebagai berikut :
Unit Instalasi pengolahan Lumpur Tinja dibutuhkan lahan minimal 2 ha
Unit instalasi pengolahan Air Limbah dibutuhkan lahan minimal 3 ha.
6)
SISTEM JARINGAN DRAINASE
Rencana pengembangan jaringan drainase di kab. Kepulauan Sula, sebagai berikut :
-
7)
SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Untuk mengantisipasi perkembangan yang akan datang, maka rencana sistem pengelolaan persampahan di
wilayah Kabupaten Kepulauan Sula, adalah :



8)
Memanfaatkan sungai yang ada optimal sebagai saluran drainase primer dan merencanakan
saluran drainase utama pada kawasan terbangun dan kawasan pengembangan kota.
Pembangunan saluran drainase tersier pada kiri kanan jalan yang direncanakan bersama-sama
dengan pembangunan jaringan jalan.
Pada kawasan perdesaan sistem jaringan drainase diusahakan memanfaatkan jaringan
drainase alam berupa sungai dan atau parit. Pada kawasan tertentu disesuaikan dengan
kebutuhan.
Untuk setiap kawasan perkotaan, maka disediakan dan atau dialokasikan lahan untuk
pembangunan TPA yang disarankan berada di luar wilayah kotanya serta berada pada lahan
yang tidak produktif dan tidak mengganggu sistem tata air yang ada.
Perlu dilakukan kegiatan penelitian dan atau studi terkait dengan rencana induk sistem
pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan Sula, utamanya pada wilayah kecamatan
dan atau kawasan-kawasan perkotaan yang konsentrasi penduduknya paling banyak,
Untuk jangka pendek, sistem pengelolaan sampah dapat dilakukan secara komunal dan
individual, mengingat tingkat kebutuhan dan permasalahan yang ada belum begitu mendesak.
SISTEM SARANA WILAYAH
1.Rencana Fasilitas Pendidikan
Rencana pengembangan fasilitas pendidikan, adalah :
 Fasilitas pendidikan SD disediakan pada setiap desa dan pusat-pusat permukiman yang
terpencil, dengan pertimbangan jaraknya dapat dijangkau dengan aman oleh murid SD.
 Fasilitas pendidikan SLTP, dapat disediakan di desa-desa yang berperan sebagai Desa
`
2 - 11
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
Pusat Pertumbuhan (DPP), yang dapat menampung lulusan SD dari pusat permukiman di
daerah terpencil.
 Minimal setiap ibukota kecamatan memiliki 1 (satu) fasilitas pendidikan setingkat SLTA.
Bagi kota kecamatan atau kawasan lainnya yang mempunyai jumlah penduduk usia SLTA
cukup besar, dapat disediakan lebih dari satu SLTA.
 Penyediaan dan atau peningkatan fasilitas pendidikan/perguruan tinggi setingkat D3.
2.
Rencana Fasilitas Kesehatan
Rencana pengembangan fasilitas kesehatan adalah :
 Pembangunan Rumah Sakit di Pulau Mangole dan Pulau Taliabu
 Penambahan fasilitas puskemas dan puskesman pembantu
 Penambahan dan peningkatan tenaga medis.
3.
Rencana Fasilitas Peribadatan
Rencana penyediaan fasilitas peribadatan adalah sebagai berikut :


Penyediaan fasilitas sarana peribadatan dengan pelayanan unit terkecil lingkup
permukiman,
Penyedian fasilitas peribadatan dengan skala wilayah.
5.2.
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA
5.2.1.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA
A. Kebijakan dan Strategi Kawasan Lindung
1)
Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lindung, meliputi :
menetapkan kawasan lindung darat, kawasan lindung laut, dan kawasan lindung –udara;
mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam suatu wilayah pulau dengan luas paling sedikit
30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya;
mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat
pengembangan kegiatan budidaya;
2)
Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan
hidup, berupa :
menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lindung;
melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat energi atau komponen lain
yang dibuang ke dalamnya, serta dari tekanan perubahan atau dampak negatif yang
ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya;
mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan
perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam
menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin
kepentingan generasi masa kini dan masa depan;
mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatan secara bijaksana
dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya;
mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan
rawan bencana.
B. Kebijakan dan Strategi Kawasan Budidaya
Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, meliputi :
1)
Mewujudkan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya;
2)
Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung
kawasan
C. Strategi Pengembangan Kawasan Strategis
Kebijakan pengembangan kawasan strategis, meliputi :
1) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan
`
2 - 12
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan;
2) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian yang
produktif dan efisien;
3) Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar
kawasan.
5.2.2.
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA
Konsep Pola Ruang
Konsep dasar dalam penyusunan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Sula ke
depan, adalah ‘gugus pulau berbasis mitigasi bencana’, dengan masing-masing Pusat
Pengembangan Wilayah (gugus pulau) yang direncanakan diasumsikan sebagai sebuah wilayah
pengembangan yang mandiri.
Dasar Pertimbangan Pola Ruang
Dasar pertimbangan dalam merumuskan Rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Sula,
dilakukan dengan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Memperhatikan daya dukung lingkungan;
Kebijakan kawasan hutan, kawasan lindung dan kawasan budidaya;
Ketersediaan lahan yang dapat menampung perkembangan jumlah penduduk dan tenaga kerja;
Terciptanya sinkronisasi antara rencana pola ruang dan rencana struktur ruang yang dikembangkan;
Memperhatikan kesesuaian lahan dan kondisi eksisting.
Memperhatikan kawasan rawan bencana
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Sula, seperti ditunjukkan pada
Tabel : 5 - 6, Gambar : 5.7 dan Gambar : 5.8.
No
A
1
2
3
4
5
6
7
B
8
9
10
11
12
13
14
15
Tabel : 5 – 6 RENCANA POLA RUANG KABUPATEN KEPULAUAN SULA, HINGGA TAHUN 2028
Luas Wilayah
Pola Ruang
(Ha)
%
Kawasan Lindung
Hutan Lindung
Sempadan Pantai
Sempadan Sungai
Cagar Alam
Kawasan Suaka Alam Laut
Kawasan Hutan Bakau
Sungai
Kawasan Budi daya
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
Perkebunan
Pertanian Lahan Kering & Basah
Kawasan Permukiman
Kawasan Pemerintahan
Kawasan Pertambangan
Kabupaten Kepulauan Sula
79.555,45
42.679,29
759,81
87,96
12.683,53
16.495,82
6.818,37
30,68
398.316,55
35.704,41
167.534,04
26.101,46
96.831,25
46.098,52
10.453,70
155,25
15.437,92
477.872,00
16,65
8,93
0,16
0,02
2,65
3,45
1,43
0,01
83,35
7,47
35,06
5,46
20,26
9,65
2,19
0,03
3,23
100,00
Sumber : Hasil Rencana, 2008
`
2 - 13
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
Gambar : 5.7. DIAGRAM POLA PENGGUNAAN RUANG DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA, TAHUN 2028
Kaw . Hutan Lindung
Kaw . Non Pertanian,
42,679.29 Ha,
26,046.87 Ha,
(8.93%)
Kaw . Sempadan Pantai,
Sungai, 878.39 Ha (0.18%)
Kaw . Cagar Alam & Suaka
Alam Laut, 29,179.40 Ha,
(6.11%)
(5.45%)
Hutan Bakau, 6,818.37 Ha,
(1.43%)
Kaw . Pertanian, 142,929.77,
(29.91%)
Hutan Produksi, 229,339.91,
(47.99%)
1.
RENCANA PENATAGUNAAN TANAH, AIR, UDARA, HUTAN DAN SUMBERDAYA ALAM LAINNYA
PENATAGUNAAN TANAH
Perlu dilakukan sejak awal untuk mengantisipasi kecenderungan perkembangan perubahan dan atau pergeseran
penggunaan lahan, yaitu dengan pengendalian pemanfaatan-nya (dengan harapan konflik-konflik kepentingan
dapat diatasi sejak dini), melalui pengurusan hak-hak atas tanah, pengukuran, pendaftaran hak atas tanah, yang
meliputi penertiban dari segi :





penggunaan Lahan
administrasi pertanahan
hukum pertanahan
pemeliharaan tanah, dan
penjagaan lingkungan.
PENATAGUNAAN AIR
Sistem penatagunaan air dapat dikaitkan dengan pemanfaatan sumber air untuk kebutuhan domestik (rumah
tangga) dan non domestik, dari sumber-sumber air permukaan maupun air tanah. Pemanfaatan air harus
mempertimbangkan keberlanjutan yang dikaitkan dengan pemanfaatan lahan untuk kawasan lindung.
Arahan penatagunaan air, akan mengatur pemanfaatan air :





Untuk memenuhi kebutuhan domestik dan non domestik.
Untuk kebutuhan non domestik seperti pertanian, dapat dikembangkan sistem irigasi teknis, pada
wilayah yang membutuhkan.
Untuk mengantisipasi adanya banjir yang terjadi hampir di seluruh kecamatan yang ada,
utamanya di sekitar sungai.
Menggunakan sistem memanfaatkan sumber air secara terpadu dan sistem terpisah, bergantung
sumber air yang digunakan.
Mengendalikan kegiatan yang merusak lingkungan dan pencemaran air tanah maupun air
permukaan.
PENATAGUNAAN UDARA
Sistem penatagunaan udara utamanya digunakan untuk mengantisipasi pencemaran udara yang dilakukan oleh
kegiatan industri. Oleh karena itu sistem penatagunaan udara dilakukan pada kawasan-kawasan industri dan
atau kegiatan yang dapat menimbulkan polusi udara, dengan cara melakukan pengujian dan pengendalian pada
industri atau kegiatan yang melakukan pencemaran udara.
`
2 - 14
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
PENATAGUNAAN HUTAN
Kebijakan penatagunaan hutan diarahkan pada :





pemanfaatan jasa lingkungan dan produk non kayu,
rehabilitasi hutan lindung,
Kawasan Hutan Produksi, perlu dilakukan rehabilitasi lahan dengan jenis pohon potensial sebagai
penghasil kayu maupun non kayu, serta pengelolaan dengan sistem “tebang pilih-tanam”.
Lahan-lahan yang tidak produktif dipertimbangkan sebagai hutan tanaman multikultur dengan
sistem agroforestry yang melibatkan masyarakat setempat.
hutan konversi dapat digunakan untuk kepentingan kawasan budidaya.
PENATAGUNAAN SUMBERDAYA ALAM LAIN-NYA
Pemanfaatan sumberdaya alam lainnya, perlu dilakukan ;




5.3.
Pemetaan kawasan-kawasan yang dibudidaya berkaitan dengan kegiatan perkebunan,
pertambangan dan membatasi perizinan sesuai dengan pertimbangan keberlanjutan dan
penjagaan kualitas lingkungan.
Penggalian bahan tambang harus mempertimbangkan 3 (tiga) aspek utama, yaitu : aspek
ekonomi, teknis dan Iingkungan.
Mengawasi secara ketat terhadap perusakan lingkungan akibat perambahan hutan dan konversi
lahan hutan menjadi perkebunan.
Mengawasi secara ketat terhadap pengrusakan Iingkungan yang disebabkan oleh usaha
penambangan bahan galian dan melakukan reklamasi terhadap lokasi-lokasi bekas tambang.
RENCANA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN KEPULAUAN SULA
Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai
pengaruh besar terhadap :
a. Tata ruang di wilayah sekitarnya;
b. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya;
c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap pertahanan dan
keamanan, ekonomi, sosial, budaya, sumberdaya alam atau lingkungan.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria :
a.
b.
c.
d.
e.
Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi kabupaten;
Memiliki potensi ekspor;
Didukung jaringan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi;
Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Merupakan tempat tinggal pelestarian dan pengembanan adat istiadat atau budaya kabupaten;
Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial budaya dan jati diri bangsa dan masyarakat lokal;
Merupakan aset nasional yang harus dilindungi dan dilestarikan;
Sebagai tempat perlindungan peninggalan budaya nasional di wilayah kabupaten;
Memberi perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;
Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala provinsi dan kabupaten.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan
`
2 - 15
BUKU PUTIH SANITASI
PPSP
Kabupaten Kepulauan Sula
dengan kriteria :
a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang
menimbulkan kerugian negara; dan
c. Rawan bencana alam provinsi.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut diatas, Kawasan Strategis di Kabupaten Kepulauan Sula
adalah : (lihat Gambar : 5.10)
Kawasan Perkotaan Sanana
Kawasan Pemerintahan Pohea
Kawasan Malbufa
Kawasan Perkotaan Falabisahaya
Kawasan Perkotaan Bobong
Kawasan Lede, Nggele, Tikong dan Sehu
Desa Losseng, Desa Wasakai, Desa Baleha, Desa Buya dan Desa Waiboga
`
2 - 16
Download