BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA 2.1. GEOGRAFIS, ADMINISTRATIF DAN KONDISI FISIK Kabupaten Kepulauan Sula diresmikan pada tanggal 31 Mei 2003 sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2003. Berdasarkan data tahun 2006, luas wilayah Kepulauan Sula adalah 28.810,753 Km 2 yang terdiri dari daratan seluas 14.466.288 Km 2 (50,21%) dan lautan seluas 14.344,465 Km 2 (49,79%). Struktur wilayah Kepulauan Sula terdiri atas 3 (tiga) pulau besar yaitu Pulau Sulabesi, Pulau Taliabu dan Pulau Mangoli dan Pada Tahun 2013 di Pulau Taliabu Menjadi Daerah Otonomi Baru. Kabupaten Kepulauan Sula terletak pada posisi 010 45’ 00” LS dan 1240 05’ 00” BT – 1260 50’ 00” BT dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Sebelah Sebelah Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku Selatan berbatasan dengan Laut Banda Barat berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Tengah Timur berbatasan dengan Laut Seram Wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Sula terdiri dari 19 kecamatan dan 124 Desa, serta dikelilingi oleh Pulau-pulau kecil yang berjumlah sekitar 58 buah dengan panjang garis pantai 169,85 kilometer (lihat Tabel 2.1). Sejalan dengan reformasi di bidang pemerintahan dan otonomi daerah, dan Pada Tahun 2013 di Pulau Taliabu Menjadi Daerah Otonomi Baru, serta memperhatikan aspirasi masyarakat untuk mendapat pelayanan pemerintahan yang lebih baik, wilayah kecamatan setelah pemekaran Pulau Taliabu menjadi 12 kecamatan dan 74 Desa (lihat Tabel 2.1) . Tujuan pemekaran adalah memperpendek rentang kendali pemerintahan dan mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih efektif dan efisien. Tabel 2.1 Jumlah Kecamatan dan Desa Tahun 2014 N0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nama Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Sanana Pohea Waiboga Baleha Kabau Fuata Waitina Mangoli Waisakai Buya Falabisahaya Dofa Sanana Sanana utara Sulabesi Tengah Sulabesi Timur Sulabesi Barat Sulabesi Selatan Mangoli Timur Mangoli Tengah Mangoli Selatan Mangoli Utara Timur Mangoli Utara Mangoli Barat Jumlah Sumber : BAPPEDA Kab. Kepulauan Sula, 2014 ` Jumlah Desa 11 6 6 6 6 4 4 7 5 5 7 7 74 2-1 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula Peta 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Sula Dan Wilayah Kajian BPS, SSK Sumber : BAPPEDA, RTRW Kab Kepulauan Sula. 2.2. Topografi dan Iklim Wilayah Kabupaten Kepulauan Sula terdiri dari 3 (tiga) pulau besar, yaitu Pulau Taliabu, Pulau Mangoli dan Pulau Sulabesi yang menjadi pusat permukiman sebagian besar penduduk. Berdasarkan kelas ketinggian wilayah Kepulauan Sula berada pada ketinggian 0–100 meter di atas permukaan laut. Kondisi dan ekosistem hutan relatif masih utuh dengan tipe hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan. Sekitar 150.000 Ha dataran pantai Kepulauan Sula mempunyai jenis tanah Podsolik Merah Kuning yang cocok untuk lahan perkebunan. Sedangkan lahan dengan kemiringan 15–25 persen seluas hampir 150.000 Ha mempunyai jenis tanah Podsolik dan Aluvial. Kabupaten Kepulauan Sula beriklim tropis yang umumnya dipengaruhi oleh 2 musim, yaitu musim Barat atau Utara dan Musim Timur atau Tenggara. Kedua musim ini berawal pada bulan Mei dan dipengaruhi oleh musim pancaroba yang merupakan transisi musim tersebut. Musim barat atau utara umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret. Bulan April merupakan musim transisi ke musim timur atau tenggara. Musim timur atau tenggara berawal pada bulan Mei dan berlangsung hingga bulan Oktober. Bulan Nopember merupakan masa transisi ke musim barat. Kondisi iklim Kabupaten Kepulauan Sula dipengaruhi oleh iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1000 – 2000 mm per tahun. Kelembaban nisbi rata-rata yang tercatat pada stasiun Meterologi dan Geofisikan Sanana (2007) adalah 85 persen (higer) ` 2-2 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula pada bulan Juni dan 79 persen (lower) pada bulan Januari, Pebruari dan Oktober. Musim hujan jatuh pada bulan Januari – Juni dengan curah hujan 13 - 15 hari dan curah hujan terendah pada bulan Juli (8 mm) dengan jumlah hari hujan 6 – 9 hari. Berbagai kondisi geografi tersebut mempengaruhi potensi pertanian, perkebunan dan perikanan. 2.3. Kondisi Hidrologi Sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Sula memiliki pantai yang datar dengan kedalaman mencapai antara 200-720 meter. Sedangkan di beberapa daerah atau perairan pantai yang terlindung memiliki topografi yang landai dan kedalamannya tidak lebih dari 200 meter. Pasang surut yang terjadi di perairan Kepulauan Sula adalah tipe pasut diurnal, yaitu mengalami 2 kali pasang dan 2 kali surut pada interval waktu yang sama. Pergerakan arus menurut skala waktu akibat perubahan musim yaitu Barat dan Timue dan arus harian yang dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut.Data DISHIDROS TNI-AL (1992) menunjukkan bahwa kecepatan arus tertinggi terjadi di selat Capalulu mencapai 90 mil/jam, sedangkan arus lokal bervariasi pada saat pergerakan dari arah utara menuju Timur laut sampai tenggara dan dari arah selatan sampai barat dengan variasi antara 1 – 45 cm/detik. Parameter oceanografi penting lainnya adalah gelombang. Informasi mengenai kondisi gelombang dapat memprediksi kondisi perairan dan aktivitas di laut termasuk aktivitas perikanan tangkap. Variasi pergerakan gelombang berdasarkan data DISHIDROS TNI-AL (1992) dan Lipi Ambon (1994) gelombang besar terjadi pada bulan September – Desember dengan ketinggian mencspai 1,50 – 2,00 meter. 2.4. Penggunaan Lahan Pola penggunaan lahan pada suatu wilayah merupakan manifestasi hubungan antara manusia dengan lingkungan. Polarisasi dan intensitas penggunaan lahan tersebut juga merupakan indikator yang mencerminkan aktivitas utama dalam tingkat penguasaan teknologi penduduk dalam mengeksploitasi sumberdaya lahan sekaligus mencerminkan karakteristik potensi wilayah yang bersangkutan. Perkembangan sumberdaya lahan dapat dilihat dari kondisi tutupan lahan atau pemanfaatan lahan yang terbentuk. Pada dasarnya pembentukan pola pemanfaatan lahan dipengaruhi oleh faktor fisik lahan seperti letak geografis, struktur geologi dan tanah, klimatologi wilayah, dan sektor kegiatan ekonomi masyarakat. Pemanfaatan lahan yang terbentuk hingga saat ini di Kabupaten Kepulauan Sula terdiri atas lahan hutan, perkebunan, persawahan, ladang, pemukiman, lahan terbuka, rawa serta waduk/dananu/sungai. Dominasi oleh hutan mencapai sekitar 233.305.606 Ha dari total luas wilayah Kabupaten Kepulauan Sula sebesar 475.019.766 Ha. Sementara itu, pemanfaatan lahan untuk perumahan hanya seluas 17.717 Ha, dengan luasan 3.580.498 Ha. Secara lebih rinci penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 2.2. ` 2-3 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula Tabel 2.2 Penggunaan Lahan di Kabupaten Kepulauan Sula No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Luas (km) 1. Hutan Primer 233.305.606 2.333.056 2. Huten Sekunder 66.577.061 665.771 3. Hutan Gundul 1.119.320 11.193 4. Hutan Mangrove 7.074.578 70.746 5. Perkebunan 22.503.634 225.036 6. Sawah 20.899 0.209 7. Ladang/Tegalan 1.751.374 57.514 8. Perkotaan 433.796 4.338 9. Kampung 3.146.702 31.467 10. Belukar/rumput 95.129.908 951.299 11. Lahan Terbuka 2.794.672 27.947 12. Rawa 275.538 2.755 13. Waduk/Sungai/Danau 331.296 3.313 14. Tidak ada Data 40.555.382 405.554 JUMLAH 475.019.766 4.750.198 Sumber: Peta Informasi Spasial Penutupan/Penggunaan lahan Indonesia (Maluku) Tahun 2005 2.5. Demografi Jumlah Penduduka Kabupaten Kepulauan Sula mencapai 135.719 jiwa pada Tahun 2011 dan Pada Tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Sula mencapai 135.737 jiwa pada Tahun 2011. Tingkat pertumbuhan penduduk tercatat meningkat dari 1,71 persen pada Tahun 2010 naik menjadi 2,41 persen pada Tahun 2011, namun pada Tahun 2012 tingkat pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan Sula menurun menjadi 0,77 persen. Penduduk Kabupaten Kepulauan Sula terdiri dari berbagai jenis suku, antara lain; Suku Sula, Buton, Taliabu, Wakatobi, Tomia, Wajo, bugis, Jawa, sumatra dan lain-lain, dan suku yang terbanyak adalah suku sula 48,93 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Sula, Bahasa keseharian yang digunakan sebagian besar penduduk Kepulauan Sula ada Bahasa Melayu Ambon yang mencapai 43,65 persen. Tabel 2.3 Kependudukan Kabupaten Kepulauan Sula Sumber : Kabupaten Kepulauan Sula Dalam Angkat 2013 ` 2-4 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula 2.5. Perumahan dan Air Bersih. Secara umum kondisi Perumahan penduduk Kabupaten Kepulauan Sula semakin membaik, hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu semakin berkurangnya rumah tangga yang menempati rumah dengan luas lantai kurang dari 20 m² yakni dari 2,65 persen pada Tahun 2011 menjadi 2,62 persen di Tahun 2012. Selain itu indikator lainnya yang dapat di gunakan sebagai ukuran meningkatnya taraf hidup penduduk Kepulauan Sula dari sisi perumahan yakni jenis lantai, jenis atap dan jenis dinding terluas yang semakin membaik pula. Pada Tahun 2012 persentase rumah tangga yang menempati rumah jenis lantai bukan tanah naik menjadi 92,49 persen dari Tahun 2011 yang tercatat sebesar 91,60 persen. Sementara rumah tangga yang menempati rumah dengan jenis dinding permanen sebesar 66,81 persen pada Tahun 2011 meningkat menjadi 94,43 persen di Tahun 2012. Dalam hal akses terhadap air minum penduduk Kabupaten Kepulauan Sula pada Tahun 2012 sebesar 0,28 persen menggunakan air minum bersih yang berasal dari air isi ulang, leding meteran sebesar 11,40 persen, leding eceran 0,26 persen, sumur bor/ pompa 0,75 persen, sumur terlindung 41,54 persen, sumur tak terlindung 21,09 persen, mata air terlindung 7,97 persen, mata air tak terlindung 1,91 persen dan air sungai 14,81 persen. Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2013 ` 2-5 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula 2.6. Pendapatan Regional Lebih dari empat perlima pertumbuhan perekonomian Kabupaten Kepulauan Sula dibentuk oleh tiga sektor besar, yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan, dari ketiga sektor tersebut, sektor pertanian yang memberikan kontributor terbesar pada perekonomian Kabupaten kepulauan Sula dengan nilai kontributor sebesar 43,80 persen. Keunikan dari segi geografis iklim dan geologis menjadi sala satu pendukung perekonomian Kabupaten Kepulauan Sula melalui nilai tambah yang di hasilkan oleh produksi dan pengolahan tanaman perkebunan bernilai tinggi, seperti, cengkeh, kakao, pala dan kelapa. Hal ini menjadi sala satu faktor yang menyebabkan sektor pertanian masih menjadi leading sektor pada struktur perekonomian Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2012. Struktur Perekonomian Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2012 Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2013 Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Sula berada pada peringkat ke tujuh dibandingkan Kabupaten lainnya di Provinsi Maluku Utara. Pada Tahun 2012 perekonomian Kabupaten ini tumbuh sebesar 6,42 persen, pertumbuhan tertinggi sampai dengan pertumbuhan terendah secara berturut –turut adalah sebagai berikut , sektor bangunan tumbuh sebesar 13,96 persen, sektor pertambangan dan penggalian 9,85 persen, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9,18 persen, sektor pertanian 7,74 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,64 persen, pengangkutan dan telekomunikasi 6,96 persen, sektor jasa-jasa 6,68 persen , sektor listrik gas dan air bersih tumbuh sebesar 2,36 persen, industri pengolahan sebesar 0,56 persen. ` 2-6 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula 2.7. Rencanan Tataruang Wilayah Kab kepulauan Sula 5.1.1. KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sula, adalah : Meningkatkan dan memantapkan fungsi pusat - pusat pengembangan kegiatan di seluruh wilayah kabupaten, baik sebagai pusat ; pemerintahan, permukiman, pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, kegiatan dan pemasaran dari produksi sektor-sektor dan komoditas unggulan wilayah, baik dalam skala lokal, kawasan maupun skala regional; Pelaksanakan pengembangan dan pembangunan di masing-masing wilayah pulau (Sulabesi, Mangole, dan Taliabu), dengan pendekatan prioritas pengembangan dimulai pada titik-titik simpul pusat dan sub-pusat wilayah pengembangan serta pada kawasan-kawasan strategis; Melestarikan fungsi dan keserasian lingkungan hidup melalui penataan ruang dengan mengoptimalkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; dan Mengembangkan sistem prasarana dan sarana wilayah yang terintegrasi inter dan antar pulau serta dengan sistem regional. 5.1.2. STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sula, dirumuskan sebagai berikut : Mendorong pengembangan wilayah Kabupaten Kepulauan Sula melalui konsep pengembangan Gugus Pulau berbasis Mitigasi Bencana dan penyusunan Pola Ruang yang optimal yang didukung oleh jaringan prasarana dan sarana wilayah yang memadai; Mengembangkan konsep perhubungan (transportasi) dengan “comprehensive and multigate system”, yaitu masing-masing pulau mempunyai akses langsung ke wilayah regional lainnya; Mengembangkan pusat-pusat pengembangan wilayah di masing-masing pulau melalui program-program pembangunan yang bersifat strategis sehingga mampu memberikan “spread effects” terhadap kawasan di sekitarnya; Mengendalikan dan mengarahkan perkembangan fisik pada bagian utara Pulau Sulabesi, bagian barat Pulau Taliabu dan bagian utara Pulau Mangole, dan mendorong percepatan pembangunan di pusat-pusat Sub Wilayah Pengembangan yaitu di kawasan Kabau Pantai, kawasan Waitina, kawasan Dofa, kawasan Samuya, dan kawasan Lede; Mengendalikan dan membatasi perkembangan kawasan permukiman di kawasan Tikong, karena kawasan ini diprioritaskan untuk kawasan industri pertambangan; Mengoptimalkan pengembangan potensi sektor pertanian, perkebunan dan perikanan yang didukung oleh pengembangan industri pengolahan produksi sektor-sektor tersebut dengan pendekatan agribisnis, sehingga dapat memberikan nilai tambah yang optimal bagi perekonomian wilayah; Mengembangkan kegiatan wisata bahari dan wisata minat khusus; Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana publik guna mendorong pemerataan pembangunan, percepatan dan pertumbuhan ekonomi daerah; Mengembangkan sistem ketahanan pangan dan gizi melalui peningkatan ketersediaan komoditas pangan dalam jumlah yang memadai; Mendorong investasi untuk kegiatan di bidang pertambangan dan sumber-daya mineral dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan hutan lindung. 5.1.3. ` FUNGSI DAN MANFAAT PENATAAN RUANG KABUPATEN KEPULAUAN SULA 2-7 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula Fungsi RTRW Kabupaten Kepulauan Sula, adalah : a) Salah-satu acuan dalam pelaksanaan pembangunan daerah, khususnya acuan dalam pola ruang wilayah. b) Sebagai dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah. c) Sebagai dasar mewujudkan keseimbangan perkembangan antar-wilayah dan antar-kawasan serta keserasian antar-sektor. d) Sebagai dasar untuk mengalokasi kegiatan investasi, baik yang dilakukan pemerintah, masyarakat maupun oleh swasta. e) Sebagai pedoman untuk menyusun rencana rinci tata ruang kawasan. f) Sebagai dasar dalam pemberian izin lokasi pembangunan skala besar, izin eksplorasi pertambangan. Manfaat (outcome) yang diharapkan dari adanya RTRW Kabupaten Kepulauan Sula adalah : a) Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula memiliki salah-satu acuan dalam pelaksanaan pembangunannya dalam bentuk RTRW yang merupakan penjabaran dari kebijakan penataan ruang wilayah provinsi. b) Pola ruang Kabupaten Kepulauan Sula (dalam 20 tahun ke depan) dapat diarahkan dan dikendalikan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatannya sesuai dengan potensi dan kendala yang ada. c) Pemanfaatan Kawasan Budidaya dan pelestarian Kawasan Lindung dapat diserasikan untuk meningkatkan perekonomian wilayah dan keberlanjutan pembangunan. d) Berbagai rencana dan program pembangunan dapat diintegrasikan satu sama lain dengan menjadi RTRW sebagai salah-satu acuan utama. e) Calon investor memiliki bahan pertimbangan dan dasar untuk menanamkan investasinya di Kabupaten Kepulauan Sula karena dapat memperkirakan prospek pengembangan daerah atas dasar rencana struktur dan pola ruang wilayah kabupaten untuk 20 tahun ke depan. f) Menjadi alat untuk mengoptimalkan kerjasama pembangunan dengan wilayah sekitar, dan alat koordinasi pembangunan antar-kawasan dan antar-sektor. 5.1.4. STRATEGI OPTIMALISASI FUNGSI DAN MANFAAT PENATAAN RUANG KABUPATEN KEPULAUAN SULA Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengoptimalisasikan fungsi dan manfaat hasil kegiatan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sula ini, adalah : a) Menjadikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula sebagai sebuah hasil kesepakatan bersama antara semua stake-holders sehingga tercipta komitmen bersama untuk mewujudkan dan melaksanakannya secara konsekuen; b) Menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula sebagai Peraturan Daerah yang akan bersifat mengikat bagi semua pihak untuk melaksanakan-nya; c) Menjadikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula sebagai salah-satu dasar pertimbangan dalam menyusun dan melaksanakan program pembangunan di berbagai bidang; d) Menindaklanjuti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan dan Rencana-rencana sektoral lainnya sehingga memudahkan berbagai pihak untuk mengaplikasikannya dalam berbagai bidang pembangunan; e) Mengembangkan pusat-pusat pengembangan wilayah melalui program-program pem-bangunan yang bersifat strategis, sehingga mampu memberikan “spread effects” terhadap kawasan di sekitarnya; f) Mensosialisasikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula kepada semua stakeholders di daerah, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat dalam rangka membangun kesamaan persepsi dan asumsi pelaksanaan pembangunan Kabupaten Kepulauan Sula 20 tahun ke depan, sekaligus mengundang keterlibatannya berpartisipasi dalam berbagai sektor pembangunan; g) Melibatkan semua stake-holders daerah dalam pengendalian pemanfaatan ruang. ` 2-8 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula 1. RENCANA PENGEMBANGAN KEPENDUDUKAN Penduduk yang mediami suatu wilayah akan sangat berpengaruh terhadap bentuk tau wujud dari struktur ruang wilayah tersebut. Oleh karenanya, berdasarkan kecenderungan laju pertumbuhan penduduk yang ada, hasil analisis yang dilakukan dan kebijakan arahan pengembangan penduduk di masa datang (khususnya terkait dengan program pengembangan transmigrasi) serta kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan, maka perlu direncanakan pengembangan kependudukan untuk wilayah Kabupaten Kepulaun Sula sampai 20 tahun kedepan, yang lebih ditujukan pada : Rencana distribusi penduduk di masing-masing wilayah dan sub wilayah pengembangan serta di masingmasing wilayah kecamatan, Arahan tingkat kepadatan penduduk di masing-masing wilayah kecamatan (sebagai unit terkecil anlisis) sampai akhir tahun perencanaan (tahun 2028), Arahan pengendalian pada kawasan-kawasan yang diprediksi cepat tumbuh ataupun pada kawasankawasan strategis, sebagai akibat daya tarik ekonomi (sektor unggulan) yang ada/dimiliki wilayah Kabupaten Kepulauan Sula ini, utamanya pada kawasan-kawasan yang akan berperan sebagai lokasi pusat-pusat industri pengolahan dari berbagai sektor (ekonomi) unggulan yang ada. Rencana pengembangan kependudukan di Kabupaten Kepulauan Sula sampai akhir tahun 2028, yang meliputiu arahan distribusi jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan ditunjukkan pada Tabel : 5 - 3 dan Gambar : 5.2. Kebijakan Sistem Perkotaan Nasional untuk wilayah Propinsi Maluku Utara (termasuk didalamnya Kabupaten Kepulauan Sula), telah ditetapkan : 1 (satu (PKN) yaitu Kota Ternate, 4 (empat) kota PKW ; Tidore, Tobelo, Labuha dan Sanana, serta 1 (satu) kota PKSN yaitu Daruba, 2. RENCANA SISTEM PRASARANA DAN SARANA WILAYAH Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah Kebijakan pengembangan prasarana wilayah ditujukan untuk pengembangan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana, yaitu : Mendukung Rencana Struktur dan Pola Ruang yang telah disepakati; Menciptakan faktor penggerak guna meningkatkan minat investor; ` 2-9 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula Menciptakan faktor penarik (pull factor) bagi migrasi penduduk; Menunjang pembangunan ekonomi wilayah; Menciptakan lapangan pekerjaan baru; Meningkatkan pendapatan masyarakat. Strategi pengembangan prasarana wilayah, meliputi ; Peningkatan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara Meningkatkan penyediaan tenaga listrik Meningkatkan kualitas jaringan prasarana sumber daya air Rencana sistem prasarana wilayah Kabupaten Kepulauan Sula meliputi : rencana pengembangan sistem transportasi, air bersih, air limbah, drainase, telekomunikasi, energi, prasarana pengelolaan lingkungan, fasilitas perniagaan, pendidikan, serta kesehatan. 1) RENCANA SISTEM PRASARANA TRANSPORTASI Rencana Sistem Prasarana Transportasi Kabupaten Kepulauan Sula disusun dalam rangka pengembangan sistem prasarana transportasi untuk meningkatkan pelayanan jaringan transportasi wilayah, yang meliputi ; rencana pengembangan sistem transportasi darat, sistem transportasi laut dan sistem transportasi udara. 1. RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT Rencana pengembangan sistem transportasi darat antara lain melalui pengembangan jaringan jalan yang diarahkan untuk mendorong perekonomian wilayah dan perkembangan wilayah secara keseluruhan. Rencana Pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Sula, yaitu : Pembangunan Jalan Baru a. Pembangunan Jalan Kolektor Primer (kolektor-3) yaitu : sistem jaringan jalan sekeliling pulau yang menghubungkan ibukota Kabupaten sebagai Pusat Kegiatan Wilayah ( PKW) dengan Pusat Kegiatan Lokal atau ibu kota kecamatan, b. Pembangunan Jalan Lokal, yaitu : sistem jaringan jalan yang menghubungkan antar Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan pusat kegiatan dibawahnya antara lain ; pusat-pusat permukiman di wilayah kecamatan dan pusat desa, serta antar desa Peningkatan Jalan Yang Sudah Ada : baik jalan kolektor primer propinsi, maupun jalan kolektor primer kabupaten serta jalan – jalan lokal diseluruh wilayah. Pembangunan Baru Dermaga/Lintasan Penyeberangan, antara : a. Sanana (Kab. Kepuluan Sula) – Obi (Kab. Halmahera Selatan) b. Fatkayon (P. Sulabesi) – Bara (Kab. Buru) c. Pohea (P. Sulabesi) - Labuha (Kab. Halmahera Selatan) ` 2) RENCANA SISTEM PRASARANA TELEKOMUNIKASI Rencana pengembangan sarana Telekomunikasi yang segera perlu dilakukan, adalah : Pembangunan jaringan telepon sistem kabel yang diprioritaskan di pusat-pusat wilayah pengembangan dan atau pada kawasan perkotaan, Pembangunan jaringan nirkabel, berupa pengadaan dan pembangunan beberapa buah based transceiver station (BTS) yang dapat ditempatkan di wilayah Pulau Sulabesi bagian selatan, Pulau Mangole bagian timur dan utara, serta di wilayah Pulau Taliabu bagian barat, timur dan utara. 3) RENCANA SISTEM PRASARANA ENERGI Rencana pengembangan energi di Kabupaten Kepulauan Sula dapat dilakukan melalui : 1.) Pengembangan sumber energi listrik PLTD terutama untuk memenehi kebutuhan jangka pendek, di Pulau Sulabesi, Pulau Mangole, dan Pulau Taliabu. 2.) Perbaikan dan pemeliharaan pembangkit energi (PLTD) yang ada saat ini, guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, 3.) Pengembangan energi melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga angin, dan pembangkit tenaga surya (solar cell). 2 - 10 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula 4) RENCANA SISTEM AIR BERSIH Kebutuhan air bersih di Kabupaten Kepulauan Sula dapat dikategorikan dalam 2 (dua) jenis pemakaian, yaitu domestik (rumah tangga) dan non domestik seperti industri, perkantoran pemerintah, hotel dan restoran, perdagangan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah perdesaan melalui sumber air bersih, baik dari sumur maupun dari sungai, sedang bagi wilayah perkotaan yang padat penduduknya, dapat dipenuhi dengan sistem pengelolaan air minum oleh perusahaan (PDAM Sanana). Sistem air bersih yang diusulkan adalah : a) Sambungan langsung dari pusat penyediaan air bersih (PAM) setempat. Sistem penyediaan air bersih ini dapat diterapkan di wilayah perkotaan, dengan sumber air dari air tanah dalam dan atau mata air yang ada, b) Kran Umum, disediakan pada kawasan-kawasan permukiman padat, c) Sambungan langsung dari PAM di perdesaan, dengan sumber air baku dari mata air di pegunungan. 5) SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH Pengelolaan air limbah di Kabupaten Kepulauan Sula direncanakan sebagai berikut : Sistem setempat, pengelolaan air limbah di kawasan perkotaan seperti Kota Sanana, Falabisahaya dan Dofa memakai sistem setempat dengan lubang resapan, demikian juga kawasan perdesaan pengelolaan limbah memakai sistem setempat. Untuk jangka panjang dapat direncanakan pengelolaan air limbah terpusat, dan dibutuhkan lahan untuk pengolahan limbah untuk 10.000 jiwa, yaitu sebagai berikut : Unit Instalasi pengolahan Lumpur Tinja dibutuhkan lahan minimal 2 ha Unit instalasi pengolahan Air Limbah dibutuhkan lahan minimal 3 ha. 6) SISTEM JARINGAN DRAINASE Rencana pengembangan jaringan drainase di kab. Kepulauan Sula, sebagai berikut : - 7) SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Untuk mengantisipasi perkembangan yang akan datang, maka rencana sistem pengelolaan persampahan di wilayah Kabupaten Kepulauan Sula, adalah : 8) Memanfaatkan sungai yang ada optimal sebagai saluran drainase primer dan merencanakan saluran drainase utama pada kawasan terbangun dan kawasan pengembangan kota. Pembangunan saluran drainase tersier pada kiri kanan jalan yang direncanakan bersama-sama dengan pembangunan jaringan jalan. Pada kawasan perdesaan sistem jaringan drainase diusahakan memanfaatkan jaringan drainase alam berupa sungai dan atau parit. Pada kawasan tertentu disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk setiap kawasan perkotaan, maka disediakan dan atau dialokasikan lahan untuk pembangunan TPA yang disarankan berada di luar wilayah kotanya serta berada pada lahan yang tidak produktif dan tidak mengganggu sistem tata air yang ada. Perlu dilakukan kegiatan penelitian dan atau studi terkait dengan rencana induk sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan Sula, utamanya pada wilayah kecamatan dan atau kawasan-kawasan perkotaan yang konsentrasi penduduknya paling banyak, Untuk jangka pendek, sistem pengelolaan sampah dapat dilakukan secara komunal dan individual, mengingat tingkat kebutuhan dan permasalahan yang ada belum begitu mendesak. SISTEM SARANA WILAYAH 1.Rencana Fasilitas Pendidikan Rencana pengembangan fasilitas pendidikan, adalah : Fasilitas pendidikan SD disediakan pada setiap desa dan pusat-pusat permukiman yang terpencil, dengan pertimbangan jaraknya dapat dijangkau dengan aman oleh murid SD. Fasilitas pendidikan SLTP, dapat disediakan di desa-desa yang berperan sebagai Desa ` 2 - 11 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula Pusat Pertumbuhan (DPP), yang dapat menampung lulusan SD dari pusat permukiman di daerah terpencil. Minimal setiap ibukota kecamatan memiliki 1 (satu) fasilitas pendidikan setingkat SLTA. Bagi kota kecamatan atau kawasan lainnya yang mempunyai jumlah penduduk usia SLTA cukup besar, dapat disediakan lebih dari satu SLTA. Penyediaan dan atau peningkatan fasilitas pendidikan/perguruan tinggi setingkat D3. 2. Rencana Fasilitas Kesehatan Rencana pengembangan fasilitas kesehatan adalah : Pembangunan Rumah Sakit di Pulau Mangole dan Pulau Taliabu Penambahan fasilitas puskemas dan puskesman pembantu Penambahan dan peningkatan tenaga medis. 3. Rencana Fasilitas Peribadatan Rencana penyediaan fasilitas peribadatan adalah sebagai berikut : Penyediaan fasilitas sarana peribadatan dengan pelayanan unit terkecil lingkup permukiman, Penyedian fasilitas peribadatan dengan skala wilayah. 5.2. RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA 5.2.1. KEBIJAKAN DAN STRATEGI POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA A. Kebijakan dan Strategi Kawasan Lindung 1) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lindung, meliputi : menetapkan kawasan lindung darat, kawasan lindung laut, dan kawasan lindung –udara; mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam suatu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya; 2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, berupa : menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lindung; melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat energi atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya, serta dari tekanan perubahan atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan; mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan masa depan; mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatan secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana. B. Kebijakan dan Strategi Kawasan Budidaya Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, meliputi : 1) Mewujudkan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya; 2) Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan C. Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kebijakan pengembangan kawasan strategis, meliputi : 1) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan ` 2 - 12 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan; 2) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian yang produktif dan efisien; 3) Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan. 5.2.2. RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA Konsep Pola Ruang Konsep dasar dalam penyusunan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Sula ke depan, adalah ‘gugus pulau berbasis mitigasi bencana’, dengan masing-masing Pusat Pengembangan Wilayah (gugus pulau) yang direncanakan diasumsikan sebagai sebuah wilayah pengembangan yang mandiri. Dasar Pertimbangan Pola Ruang Dasar pertimbangan dalam merumuskan Rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Sula, dilakukan dengan : a. b. c. d. e. f. Memperhatikan daya dukung lingkungan; Kebijakan kawasan hutan, kawasan lindung dan kawasan budidaya; Ketersediaan lahan yang dapat menampung perkembangan jumlah penduduk dan tenaga kerja; Terciptanya sinkronisasi antara rencana pola ruang dan rencana struktur ruang yang dikembangkan; Memperhatikan kesesuaian lahan dan kondisi eksisting. Memperhatikan kawasan rawan bencana Berdasarkan pertimbangan diatas, maka rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Sula, seperti ditunjukkan pada Tabel : 5 - 6, Gambar : 5.7 dan Gambar : 5.8. No A 1 2 3 4 5 6 7 B 8 9 10 11 12 13 14 15 Tabel : 5 – 6 RENCANA POLA RUANG KABUPATEN KEPULAUAN SULA, HINGGA TAHUN 2028 Luas Wilayah Pola Ruang (Ha) % Kawasan Lindung Hutan Lindung Sempadan Pantai Sempadan Sungai Cagar Alam Kawasan Suaka Alam Laut Kawasan Hutan Bakau Sungai Kawasan Budi daya Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi yang dapat Dikonversi Perkebunan Pertanian Lahan Kering & Basah Kawasan Permukiman Kawasan Pemerintahan Kawasan Pertambangan Kabupaten Kepulauan Sula 79.555,45 42.679,29 759,81 87,96 12.683,53 16.495,82 6.818,37 30,68 398.316,55 35.704,41 167.534,04 26.101,46 96.831,25 46.098,52 10.453,70 155,25 15.437,92 477.872,00 16,65 8,93 0,16 0,02 2,65 3,45 1,43 0,01 83,35 7,47 35,06 5,46 20,26 9,65 2,19 0,03 3,23 100,00 Sumber : Hasil Rencana, 2008 ` 2 - 13 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula Gambar : 5.7. DIAGRAM POLA PENGGUNAAN RUANG DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA, TAHUN 2028 Kaw . Hutan Lindung Kaw . Non Pertanian, 42,679.29 Ha, 26,046.87 Ha, (8.93%) Kaw . Sempadan Pantai, Sungai, 878.39 Ha (0.18%) Kaw . Cagar Alam & Suaka Alam Laut, 29,179.40 Ha, (6.11%) (5.45%) Hutan Bakau, 6,818.37 Ha, (1.43%) Kaw . Pertanian, 142,929.77, (29.91%) Hutan Produksi, 229,339.91, (47.99%) 1. RENCANA PENATAGUNAAN TANAH, AIR, UDARA, HUTAN DAN SUMBERDAYA ALAM LAINNYA PENATAGUNAAN TANAH Perlu dilakukan sejak awal untuk mengantisipasi kecenderungan perkembangan perubahan dan atau pergeseran penggunaan lahan, yaitu dengan pengendalian pemanfaatan-nya (dengan harapan konflik-konflik kepentingan dapat diatasi sejak dini), melalui pengurusan hak-hak atas tanah, pengukuran, pendaftaran hak atas tanah, yang meliputi penertiban dari segi : penggunaan Lahan administrasi pertanahan hukum pertanahan pemeliharaan tanah, dan penjagaan lingkungan. PENATAGUNAAN AIR Sistem penatagunaan air dapat dikaitkan dengan pemanfaatan sumber air untuk kebutuhan domestik (rumah tangga) dan non domestik, dari sumber-sumber air permukaan maupun air tanah. Pemanfaatan air harus mempertimbangkan keberlanjutan yang dikaitkan dengan pemanfaatan lahan untuk kawasan lindung. Arahan penatagunaan air, akan mengatur pemanfaatan air : Untuk memenuhi kebutuhan domestik dan non domestik. Untuk kebutuhan non domestik seperti pertanian, dapat dikembangkan sistem irigasi teknis, pada wilayah yang membutuhkan. Untuk mengantisipasi adanya banjir yang terjadi hampir di seluruh kecamatan yang ada, utamanya di sekitar sungai. Menggunakan sistem memanfaatkan sumber air secara terpadu dan sistem terpisah, bergantung sumber air yang digunakan. Mengendalikan kegiatan yang merusak lingkungan dan pencemaran air tanah maupun air permukaan. PENATAGUNAAN UDARA Sistem penatagunaan udara utamanya digunakan untuk mengantisipasi pencemaran udara yang dilakukan oleh kegiatan industri. Oleh karena itu sistem penatagunaan udara dilakukan pada kawasan-kawasan industri dan atau kegiatan yang dapat menimbulkan polusi udara, dengan cara melakukan pengujian dan pengendalian pada industri atau kegiatan yang melakukan pencemaran udara. ` 2 - 14 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula PENATAGUNAAN HUTAN Kebijakan penatagunaan hutan diarahkan pada : pemanfaatan jasa lingkungan dan produk non kayu, rehabilitasi hutan lindung, Kawasan Hutan Produksi, perlu dilakukan rehabilitasi lahan dengan jenis pohon potensial sebagai penghasil kayu maupun non kayu, serta pengelolaan dengan sistem “tebang pilih-tanam”. Lahan-lahan yang tidak produktif dipertimbangkan sebagai hutan tanaman multikultur dengan sistem agroforestry yang melibatkan masyarakat setempat. hutan konversi dapat digunakan untuk kepentingan kawasan budidaya. PENATAGUNAAN SUMBERDAYA ALAM LAIN-NYA Pemanfaatan sumberdaya alam lainnya, perlu dilakukan ; 5.3. Pemetaan kawasan-kawasan yang dibudidaya berkaitan dengan kegiatan perkebunan, pertambangan dan membatasi perizinan sesuai dengan pertimbangan keberlanjutan dan penjagaan kualitas lingkungan. Penggalian bahan tambang harus mempertimbangkan 3 (tiga) aspek utama, yaitu : aspek ekonomi, teknis dan Iingkungan. Mengawasi secara ketat terhadap perusakan lingkungan akibat perambahan hutan dan konversi lahan hutan menjadi perkebunan. Mengawasi secara ketat terhadap pengrusakan Iingkungan yang disebabkan oleh usaha penambangan bahan galian dan melakukan reklamasi terhadap lokasi-lokasi bekas tambang. RENCANA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN KEPULAUAN SULA Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap : a. Tata ruang di wilayah sekitarnya; b. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap pertahanan dan keamanan, ekonomi, sosial, budaya, sumberdaya alam atau lingkungan. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria : a. b. c. d. e. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi kabupaten; Memiliki potensi ekspor; Didukung jaringan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi; Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria : a. b. c. d. e. f. Merupakan tempat tinggal pelestarian dan pengembanan adat istiadat atau budaya kabupaten; Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial budaya dan jati diri bangsa dan masyarakat lokal; Merupakan aset nasional yang harus dilindungi dan dilestarikan; Sebagai tempat perlindungan peninggalan budaya nasional di wilayah kabupaten; Memberi perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala provinsi dan kabupaten. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan ` 2 - 15 BUKU PUTIH SANITASI PPSP Kabupaten Kepulauan Sula dengan kriteria : a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati; b. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara; dan c. Rawan bencana alam provinsi. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut diatas, Kawasan Strategis di Kabupaten Kepulauan Sula adalah : (lihat Gambar : 5.10) Kawasan Perkotaan Sanana Kawasan Pemerintahan Pohea Kawasan Malbufa Kawasan Perkotaan Falabisahaya Kawasan Perkotaan Bobong Kawasan Lede, Nggele, Tikong dan Sehu Desa Losseng, Desa Wasakai, Desa Baleha, Desa Buya dan Desa Waiboga ` 2 - 16