perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id JURNALISME INVESTIGASI DALAM FILM (Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi dalam Film “State of Play”) Oleh: BARLIAN ANUNG PRABANDONO D0206040 Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: JURNALISME INVESTIGASI DALAM FILM (Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi dalam Film “State of Play”) Adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Apabila ada footnote atau kutipan dari buku atau pendapat lain, sudah dikutip menurut tata cara penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat, bahwa karya saya tersebut ternyata bukan karya saya yang asli atau sebenarnya. Surakarta, 8 Agustus 2012 Barlian Anung Prabandono NIM. D 0206040 commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”(6) “ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”(7) (QS. Alam Nasyrah : 6 – 7) commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Skripsi ini aku persembahkan untuk: Orang Tua Dunia Pendidikan Universitas Sebelas Maret Keluarga besar komunikasi FISIP UNS Semua pihak yang mendukung terselesaikannya penulisan skripsi commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melmpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, karena hanya atas kehendak-Nya, skripsi dengan judul Jurnalisme Investigasi dalam Film (Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi dalam Film “State of Play”) dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian untuk skripsi ini bermula dari ketertarikan penulis untuk mengetahui lebih banyak mengenai wacana jurnalisme investigasi dalam film “State of Play”. Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta. 2. Dra. Prahastiwi Utari, Msi Ph. D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS. 3. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang telah bersedia memberikan bimbingan, ilmu, arahan, dan masukan pada pembuatan skripsi saya. 4. Team penguji (Drs. Alexius Ibnu Muridjal, M.Si, Drs. Aryanto Budhy, M.Si, dan Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D) yang telah memacu skripsi ini menjadi lebih baik. commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Semua staf pengajar dan karyawan di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS. Atas ilmu, pengetahuan, pembelajaran, dan kerjasama yang baik. 6. Untuk kedua orang tua saya, keluarga besar, dan kerabat. 7. Eka Nada Shofa Alkhajar atas arahan dan diskusi yang baik. 8. Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006 atas lingkungan belajar yang baik. 9. Rochmat Fajri Susetyo sang empunya MARKAS dan teman-teman yang bernaung di MARKAS itu sendiri atas lingkungan pergaulan serta hubungan perkawanan yang baik. 10. Sahabat, sohib, rekan, tetangga, dan konco baik dunia nyata ataupun maya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu atas proses menjadi manusia yang lebih baik. 11. Nikky Fardhani atas hubungan hati yang baik. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu, kritik dan saran selalu diharapkan untuk perbaikan ke depan. Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi banyak pihak. Surakarta, 8 Agustus 2012 Barlian Anung P. commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Barlian Anung Prabandono, D0206040, Wacana Jurnalisme Investigasi dalam film (Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi dalam film “State of Play”), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wacana-wacana apa saja yang dikemas dalam film “State of Play”, bagaimana wacana Jurnalisme Investigasi dikonstruksi oleh komunikator film serta faktor apa saja yang menjadi pendorong maupun penghambat Jurnalisme Investigasi. Objek penelitian ini adalah film “State of Play” yang diluncurkan oleh Universal Studio pada 17 April 2009 silam. Jurnalisme investigasi mengungkap fakta dari kasus yang sengaja disembunyikan. Membutuhkan kegigihan dan keberanian dalam melakukan kerja investigasi. Hal ini dikarenakan adanya pihak yang tidak ingin kasus yang melibatkan pihak tersebut terungkap kebenarannya. Film adalah media yang efektif dibandingkan dengan media massa lainnya. Film mampu menyuguhkan audio dan visual secara bersamaan sehingga khalayak mampu lebih mudah dalam menangkap pesan yang disampaikan. Oleh karena itu menarik untuk meneliti pesan dalam sebuah karya audio visual berupa film. Penelitian ini merupakan jenis penelitian interpretif – kualitatif dengan menggunakan pendekatan subjektif yang mengasumsikan bahwa pengetahuan bersifat tidak tetap melainkan bersifat interpretif yang memberi peluang yang besar bagi peneliti dalam melihat dan menggambarkan objek penelitian secara detail. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis wacana Van Dijk yang sering disebut kognisi sosial. Pendekatan ini dipilih karena model Van Dijk juga melihat bagaimana struktus sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat, serta bagaimana pikiran serta kesadaran yang membentuk dan berpengaruh besar terhadap teks tertentu. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari konstruksi wacana dalam suatu teks. Strategi wacana komunikator dalam film ini dapat ditemukan melalui pisau analisis wacana Van Dijk yang meliputi elemen Tematik, Skematik, dan Semantik. Analisis dalam elemen tersebut memerlukan penyesuaian, hal ini karena teks tertulis berbeda dengan teks pada film. Strategi wacana yang dilakukan, komunikator film ini berhasil menciptakan keterkaitan antara satu wacana denggan wacana yang lain sehingga kesimpulan akhir dalam benak khalayak adalah wacana jurnalisme investigasi. Film ini memang dielu-elukan sebagai film tentang jurnalisme secara umum dan jurnalisme investigasi secara khususnya. Jurnalisme investigasi berusaha mengungkap sebuah fakta yang sengaja disembunyikan. Berbagai tantangan dan rintangan harus dihadapi jurnalis dalam perjalanan investigasi mencapai fakta akhir. Ia menerima berbagai tekanan dari berbagai pihak mulai dari pemerintah, militer, mapun media sendiri. Secara umum tertangkap kesan kuat bahwa komunikator film hendak mengkonstruksikan tema besar tentang Jurnalisme Investigasi. Jurnalisme Investigasi diposisikan sebagai pihak yang to user dapat mengungkap kebenaran daricommit suatu kasus. ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Barlian Anung Prabandono, D0206040, Wacana Jurnalisme Investigasi dalam film (Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi dalam film “State of Play”), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. This study aims to determine what are the discourses that are packed in the film "State of Play", how the discourse constructed by the communicator Investigative Journalism and the film becomes what factors driving and inhibiting Investigation Journalism. Object of this study is the film "State of Play" was released by Universal Studio on 17 April 2009 back. Investigative journalism is an interesting journalistic masterpiece. Investigative journalism uncover the facts of the case are deliberately hidden. Requires persistence and courage in doing investigative work. This is because the parties do not want a case involving the truth was revealed. The film is an effective medium compared to other mass media. Film can deliver audio and visual simultaneously so the audience can more easily catch the message. It is therefore interesting to examine the message in an audio visual masterpiece of film. This study is a kind of interpretive research - qualitatively using a subjective approach that assumes that knowledge is not fixed, but rather an interpretive who gives a great opportunity for researchers to see and describe in detail the research object. The method of analysis used in this study is a model of discourse analysis is often referred to Van Dijk social cognition. This approach was chosen because the model of Van Dijk also look at how social struktus, domination, and power groups in society, and how the mind and consciousness that shape and influence on a particular text. By looking at how the building structure of language, discourse analysis is more able to see the hidden meaning of the construction of discourse in a text. Strategies of discourse communicator in this movie can be found through the analysis of discourse Van Dijk knife which includes thematic elements, Schematic, and Semantics. Analysis of the elements requires adjustment, this is because the text is different from the written text on the film. Through the discourse strategies that do, this film managed to create the communicator link between the discourse denggan discourse of the other so the final conclusion in the minds of audiences is the discourse of investigative journalism. This film is being hailed as a film about journalism in general and investigative journalism in particular. Investigative journalism trying to uncover a fact that is intentionally hidden. Various challenges and obstacles faced in the course of investigations of journalists reached the final facts. He received a variety of pressures from various parties ranging from government, military, media mapun own. In general, captured the strong impression that the movie was about to construct a communicator major theme of Investigative Journalism. Investigative journalism is positioned as a party that can reveal the truth of a case. commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman JUDUL ........................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iv HALAMAN MOTTO .................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN. .................................................................. vi KATA PENGANTAR .................................................................................. vii ABSTRAK ..................................................................................................... ix ABSTRACT ................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................... 2 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9 E. Telaah Pustaka ........................................................................... 9 E.1. Komunikasi Sebagai Proses Pertukaran Makna .............. 10 E.2. Film Sebagai Medium Komunikasi ................................. 12 E.3 Hubungan Wacana Dengan Film ...................................... 15 commit to user E.4 Jurnalistik ......................................................................... 19 xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id E.4.1 Pengertian Jurnalistik ............................................. 19 E.5 Reportase Investigasi dalam Jurnalistik ........................... 23 E.5.1 Pengertian Reportase Investigasi ........................... 23 E.5.2 Ciri Jurnalisme Investigasi ..................................... 29 E.5.3 Tujuan dan Sifat Pelaporan Junalisme Investigasi . 36 F. Metode Penelitian ...................................................................... 41 F.1 Penelitan Terdahulu .......................................................... 41 F.2 Jenis Penelitian ................................................................. 44 F.3 Subyek Penelitan .............................................................. 45 G. Sumber Data ............................................................................. 46 H. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 46 I. Teknik Analisis Data .................................................................. 46 J. Validitas Data ............................................................................. 57 BAB II. DESKRIPSI LOKASI A. Deskripsi Film ........................................................................... 59 B. Sinopsis ..................................................................................... 60 C. Keterangan Film ........................................................................ 63 D. Casting Film ............................................................................. 64 E. Pemeran Film ............................................................................ 64 F. Biografi dan Portofolio Sutradara Kevin Mc’Donald ............... 67 BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Tematik Film “State of Play” .................................................. commit to user xii 70 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A.1 Mengembangkan Fakta Dangerous Project ........................ 70 A.1.1 Investigasi Sebagai Pengungkap Fakta yang Tersembunyi............................................................. ..... 71 A.1.2 Kerja Investigasi yang Berkesinambungan dan Tidak Cepat Puas Terhadap Fakta Awal yang Diperoleh............................................................. .......... 84 A.2 Penelusuran Fakta Material dan Saksi Kunci ..................... 91 A.2.1 Penelusuran Jurnalis Investigasi Bukti-bukti dalam yang Film Dilakukan “State of Play”............................................................. ................ 91 A.2.2 Kegiatan Wawancara yang Dilakukan Jurnalis Investigasi dalam Film “State of Play” ............................................................. .......................... 100 A.3 Tekanan Terhadap Jurnalisme Investigasi ......................... 119 A.3.1 Kekerasan Fisik Terhadap Jurnalis....................... 120 A.3.2 Tekanan dari Media............................................. 123 A.3.3 Tekanan dari Pemerintah Terhadap Jurnalisme Investigasi...................................................................... 127 B. Skematik Film “State of Play” ................................................ 130 C. Semantik Film “State of Play” ............................................... .. 141 C.1 Latar ................................................ ................................... 141 C.2 Maksud .............................................. ................................. 147 C.3 Detail ................................................................ .................. commit to user 152 xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 159 B. Saran ........................................................................................ 164 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini informasi telah menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat. Dengan informasi, masyarakat menjadi tahu apa yang terjadi di sekitarnya. Butuh media penyaluran informasi kepada masyarakat. Salah satu media yang dapat menyampaikan informasi kepada masyarakat adalah melalui kegiatan jurnalistik baik cetak maupun elektronik. BM Mursito memaparkan jurnalistik sebagai kegiatan mengumpulkan dan memproses fakta menjadi format informasi tertentu, serta menyiarkannya kepada khalayak melalui media massa.1 Informasi yang disampaikan melalui kegiatan jurnalistik tidak boleh dibuatbuat atau direkayasa. Jurnalistik berperan utama dalam proses penyebaran informasi yang benar dan jujur kepada masyarakat. Jurnalistik harus mampu mengungkap kebenaran yang sesungguhnya dan tidak memanipulasi informasi yang disuguhkan kepada khalayak. Sehingga kebenaran tersebut dapat membuka mata masyarakat dalam menentukan sikap dan langkah menjalani dinamika kehidupan. Permasalahan kemudian muncul ketika jurnalistik berusaha mengungkap fakta namun ditutup-tutupi atau sengaja disembunyikan oleh pihak tertentu. Arus informasi melalui kegiatan jurnalistik kepada masyarakat yang seharusnya 1 commit to user Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, SPIKOM, Solo, 1999, hal. 3. 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersalurkan dengan baik menjadi terhambat. Memerlukan strategi khusus dalam mengungkap kebenaran tersebut. Dalam dunia jurnalistik, dikenal teknik investigasi dalam pengungkapan sebuah kebenaran yang sengaja disembunyikan. Teknik seperti ini sering disebut sebagai jurnalisme investigasi. Istilah investigasi sendiri muncul pertama kali dari Nellie Bly ketika menjadi reporter di Pittsburg Dispatch pada tahun 1890. Ia memulai gaya jurnalistik yang menandakan pengisahan seorang wartawan tentang orang-orang biasa. Pelaporan materi jurnalistik yang mengembangkan secara serial bagaimana kehidupan orang kelas bawah di dalam kenyataan sehari-hari. Bahkan Bly harus bekerja di sebuah pabrik untuk menyelidiki kehidupan buruh di bawah umur (anak-anak) yang dipekerjakan dalam kondisi yang tidak baik tersebut.2 Dalam sejarah pers Indonesia, Harian Indonesia Raya dianggap koran pertama yang melakukan reportase investigasi ketika mereka membongkar adanya komite yang menyediakan wanita penghibur bagi para peserta Konferensi Asia Afrika pada April 1955. Komite tersebut bernama Hospitality Committee.3 Jurnalisme investigasi diposisikan sebagai level teratas dalam tingkatan kesulitan dalam jurnalistik. Berita-berita yang berdasarkan investigasi ini sering disebut dengan istilah berita eksklusif. 4 Hal ini tidak berlebihan karena sifat peliputannya yang berbeda dari peliputan reguler. Dalam melakukan investigasi, jurnalis harus mampu mengungkap fakta dari sebuah kasus yang tersembunyi maupun sengaja ditutup-tutupi. Sikap yang independen dibutuhkan agar berita yang disajikan terbebas dari pengaruh apapun. Pengaruh tersebut dapat berupa 2 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 51. commit to user Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori & Praktik, ROSDA, Bandung, 2006, hal.261. 4 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, ROSDA, Bandung, 2000, hal.53. 3 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tekanan pemerintah, kepentingan partai politik, tekanan golongan, kekuatan mayoritas, subyektifitas pribadi, maupun tekanan dari media tempat sang jurnalis bekerja. Jurnalis atau wartawan investigasi ada di antara kepentingan dan dinamika politik; berada di antara berbagai kepentingan menuntut jurnalis investigasi untuk mengambil sikap yang netral dan menampilkan berita secara obyekif. Sikap obyektif mengharamkan adanya keberpihakan dan mengutamakan prinsip cover both side yaitu memberikan porsi yang sama terhadap kedua belah pihak. Jurnalis investigasi harus mampu mengetengahkan berita yang utuh, benar, jujur, dan seorang jurnalis investigasi harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu peristiwa yang terjadi. "Konon, investigasi itu seperti seks. Sebagian orang lebih suka langsung mempraktikkannya daripada berlama-lama membicarakan teorinya." 5 Sangat menarik ketika kita bisa melihat kinerja jurnalisme investigasi yang tidak mudah layaknya peliputan regular. Hal ini karena jurnalisme investigasi membutuhkan perjuangan wartawan dalam mengungkap sebuah kasus yang tersembunyi dan sarat akan kepentingan. Film “State of Play” menggambarkan kinerja jurnalis yaitu Cal Mc Affrey yang diperankan oleh Russell Crowe dan Della Frye yang diperankan oleh Rachel Mc Adams dalam melakukan investigasi suatu kasus. Mereka berusaha untuk mengungkap fakta secara obyektif. commit to user http://anugerahadiwarta.org/tips-dan-review/review/jurnalisme-investigasi-trik-pengalaman-para-wartawan/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul 20.24 WIB. 5 3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Film “State of Play” mengisahkan tentang jurnalisme investigasi dalam mengungkap sebuah kasus pembunuhan. Awal dari film ini bercerita tentang 3 kasus pembunuhan yang ternyata saling berkaitan. Salah satu korban pembunuhan adalah seorang kepala Peneliti Departemen Pertahanan Amerika yaitu Sonia Baker. Kematian Sonia Baker berpengaruh pada Kepala Departemen Pertahanan yaitu Steven Callin yang notabene adalah teman baik Cal sewaktu kuliah. Cal memiliki pengalaman emosional yang buruk dengan istri Steven Callin karena dulu ia pernah tidur dengan istri Steven. Skandal tersebut menciptakan tantangan bagi sang jurnalis karena kepentingan pribadi dihadapkan pada independensi liputan. Pencarian informasi kepada narasumber merupakan syarat mutlak dalam suatu investigasi. Itu pula yang dilakukan Cal yaitu dengan mencari narasumber yang dirasa relevan dan mengetahui kejadian pembunuhan. Hal ini tidak mudah mengingat tidak semua narasumber yang dihubunginya mau memberikan penjelasan karena alasan ancaman yang akan diterima. Dalam kegiatan investigasi yang dilakukan oleh Cal yang notabene adalah seorang jurnalis dalam film “State of Play”, ia dihadapkan pada banyak tantangan dan tekanan. Kasus yang ia ungkap ternyata mengancam eksistensi suatu perusahaan jasa keamanan, pemerintahan, serta melibatkan orang penting di dalam parlemen. Meski begitu, Cal tetap berusaha mengungkap fakta karena ia merasa mengemban tanggung jawab kepada masyarakat yaitu kebenaran yang sejati walaupun nyawa menjadi taruhan. Hal ini senada dengan pernyataan Bill Kovach dan Rosenstiel melalui sembilan elemen jurnalistik. Sembilan elemen ini commit to user 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dipandang memiliki kedudukan yang sama. Dalam pandangannya, Kovach dan Rosenstiel menempatkan elemen jurnalisme “kebenaran” pada urutan yang pertama. 6 Sebagaimana yang dialami oleh Cal dalam film “State of Play”, ia ditembak oleh pelaku pembunuhan dan harus terseret mobil karena berusaha untuk menyelamatkan diri dari percobaan pembunuhan demi mengungkap kebenaran. Joseph Pulitzer, menurut Mitchell V.Charnley, menyatakan ada dua hal yang signifikan yang mendasari reportase investigatif: bahwa jurnalisme harus membawa muatan pelayanan “pencerahan” (enlightened) publik dan seringkali juga kegiatan fighting reporting (reportase perlawanan). Kerja peliputan jurnalistik macam ini dimotivasi oleh “semangat, ketrampilan, keberanian, dan imajinasi”. Kerja peliputannya tidak puas dengan “kemendalaman penggalian” dan agresivitas serta kerap “berbahaya/berisiko tinggi” terhadap fakta-fakta yang tersembunyi.7 Jurnalis investigasi tak akan berjalan sendirian dalam melaksanakan tugasnya. Terdapat instansi netral bernama media yang menaungi para jurnalis dalam bekerja. Kita tidak boleh lupa bahwa media massa merupakan perusahaan yang membutuhkan keuntungan agar tetap bertahan dan berkembang. Mereka membutuhkan ketepatan waktu dan kecepatan jurnalis dalam peliputan. Bahkan tak jarang media memberikan tekanan kepada jurnalis dalam pemberian tenggat waktu penerbitan berita kepada wartawannya agar keuntungan tetap mengalir. Dalam film “State of Play” ini, Cal diminta oleh sang editor di tempat ia bekerja yaitu Washington Globe untuk menampilkan berita mengenai peristiwa pembunuhan Sonia Baker sesuai tenggat waktu yang diberikan. Masalah muncul ketika Cal belum menemukan siapa pembunuh dan apa yang sebenarnya terjadi di commit to user http://monitoringmedia.wordpress.com/jurnalisme/ diakses pada tanggal 08/08/2012 pukul 20.33 WIB. Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 53-54. 6 7 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id balik kasus Sonia Baker ketika tenggat waktu telah tiba. Washington Globe membutuhkan berita untuk ditampilkan agar keuntungan tetap diperoleh. Di sisi lain, Cal juga membutuhkan fakta untuk menguak kebenaran sejati dan independen. Akhir dari film ini menyajikan investigasi seorang jurnalis bernama Cal yang berusaha sangat keras menampilkan fakta sesungguhnya dengan mengesampingkan tenggat waktu yang diberikan oleh pihak media. Baginya, kebenaran lebih penting dari tenggat waktu dan cerita bohong. Ia menulis kesimpulan dalam liputan berita investigasinya bahwa Steven Collin yang notebene adalah teman baiknya menjadi otak dari pembunuhan Sonia Baker. Penelitian ini ingin melihat bagaimana isu-isu jurnalisme investigasi diwacanakan dalam film, dalam hal ini yang menjadi objek kajian adalah film “State of Play”. Film ini bisa dikatakan sebagai representasi dari jurnalisme investigasi. Dinamika jurnalisme investigasi nampak kental ditampilkan dengan kisah seorang jurnalis yang harus mempertahankan independensinya dalam melakukan investigasi. Sang sutradara tentu memiliki maksud tersendiri dari film garapannya mulai dari pemilihan cerita hingga jalan ceritanya. Oleh karena itu analisis wacana berperan penting dalam pengungkapan makna-makna yang terkandung dalam film ini. Menurut Ronald Carter dalam bukunya Working with Texts: A core book for language analysis, Discourse is a term used in linguistics to describe the rules and conventions underlying the use of language in extended stretches of text, spoken and writen. (Such an academic study is referred to as discourse analysis ). The term is also used as a convenient general term to refer to language in action and the patterns which characteristise particular types of language in action. 8 commit to user http://sakbanrosidi.files.wordpress.com/2008/07/sakban-rosidi-analisis-wacana-kritis-sebagai-ragamparadigma-kajian-wacana.pdf diakses pada tanggal 08/08/2012 pukul 20.47 WIB. 8 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Wacana adalah istilah yang digunakan dalam linguistik untuk menggambarkan aturan dan konvensi yang mendasari penggunaan bahasa dalam bentangan panjang teks, lisan dan ditulis. (Semacam studi akademik disebut sebagai analisis wacana). Istilah ini juga digunakan sebagai istilah umum yang nyaman untuk merujuk kepada bahasa dalam tindakan dan pola yang mana karakteristik jenis tertentu mengenai bahasa dalam tindakan. Analisis wacana, dalam arti paling sederhana adalah kajian terhadap satuan bahasa di atas kalimat. Lazimnya, perluasan arti istilah ini dikaitkan dengan konteks lebih luas yang mempengaruhi makna rangkaian ungkapan secara keseluruhan. Para analis wacana mengkaji bagian lebih besar bahasa ketika mereka saling bertautan. Beberapa analis wacana mempertimbangkan konteks yang lebih luas lagi untuk memahami bagaimana konteks itu mempengaruhi makna kalimat. Analisis wacana melihat pada “bagaimana” dari suatu pesan atau teks komunikasi. Analisis wacana bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Selain itu, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari sebuah teks melalui struktur kebahasaannya. 9 Dengan menggunakan metode analisis wacana, peneliti menganalisis unsur teks film, sehingga dapat diketahui apakah film ini mampu mengusung wacana atau pesan-pesan tentang jurnalisme investigasi kepada khalayaknya. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang seperti yang sudah penulis utarakan diatas dapatlah kiranya dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: commit to user 9 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Lkis, Yogyakarta, 2000, hal. 5. 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Bagaimana wacana jurnalisme investigasi dalam film “State of Play”? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mendorong dan menghambat jurnalisme investigasi dalam film “State of Play”? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin penulis capai melalui penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana wacana jurnalisme investigasi direpresentasikan dalam film “State of Play”. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menghambat jurnalis melakukan investigasi dalam film “State of Play”. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait dengan bagaimana wacana isu-isu jurnalisme investigasi yang direpresentasikan dalam bentuk adegan dan dialog. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait permasalahan jurnalisme investigasi. 3. Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada para sineas untuk dapat memahami bahwa jurnalisme investigasi dapat mengungkap sebuah fakta yang tersembunyi sehingga dapat mendorong sineas Indonesia utuk lebih menggambarkan film sebagai wacana konstruksi sosial. E. Telaah Pustaka commit to user 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Komunikasi Sebagai Proses Pertukaran Makna Manusia melakukan interaksi antar sesama yang sifatnya saling melengkapi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan orang lain. Untuk memperlancar interaksi sosial tersebut maka dibutuhkan komunikasi sebagai kegiatan pertukaran pesan antara manusia.10 Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan berasal dari kata communis yang memiliki arti yaitu sama. Komunikasi akan terlaksana dengan lancar apabila terdapat kesamaan pengertian antara bentuk komunikasi yang digunakan dan makna yang dimaksudkan.11 Dalam bukunya, John Fiske membagi studi komunikasi menjadi dua mazhab utama yang sering dijadikan landasan berpikir para ilmuwan komunikasi dalam meneliti berbagai fenomena komunikasi. 12 Pertama, ia mengkategorikan komunikasi sebagai suatu transmisi pesan. Fiske tertarik mengenai bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi. Lebih lanjut Fiske melihat komunikasi sebagai suatu proses dimana seorang pribadi dapat mempengaruhi perilaku atau state of mind pribadi yang lain. Apabila efek tersebut tidak sama atau lebih kecil daripada yang diharapkan, maka hal 10 Skripsi Muhammad Fanni Ikhsan berjudul Potret Perjuangan Perempuan dalam Mengahadapi Ketidakadilan yang Direpresentasikan dalam Film Perempuan (Analaisis Wacana Perjuangan Perempuan dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”). UNS Surakarta. commit PT. to user 11 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, hal. 69-71. 12 John Fiske, Cultural and Communication Studies, Jalasutra, Jogjakarta, 2004, hal. 8. 9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersebut dapat dinilai sebagai kegagalan komunikasi. Kemudian hal tersebut dapat ditelaah dengan melihat tahap-tahap dalam proses tersebut untuk mengetahui dimana kegagalan tersebut terjadi. Mahzab ini disebut oleh Fiske sebagai “Mahzab Proses”.13 Kedua, Fiske melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna, hal ini berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang guna menghasilkan makna yakni peran teks dalam kebudayaan kita. Terdapat penggunaan istilah-istilah seperti pertandaan atau signification, dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yang penting dari kegagalan komunikasi. Hal itu bisa saja terjadi karena adanya perbedaan budaya antara pengirim dan penerima.14 Bagi mahzab ini, pesan merupakan suatu konstruksi tanda yang melalui interaksinya dengan penerima kemudian menghasilkan makna. Studi komunikasi dalam mashab ini adalah studi tentang teks dan kebudayan. Pengirim yang didefinisikan sebagai transmiter pesan menjadi turun arti pentingnya. Penekanan bergeser kepada teks dan bagaimana teks itu “dibaca”. Terjadi proses penemuan makna ketika pembaca sedang berinteraksi atau bernegoisasi dengan teks. Munculnya negosiasi karena pembaca membawa aspek-aspek pengalaman budayanya untuk berhubungan dengan kode dan tanda yang menyusun teks tersebut. Pembaca yang memiliki pengalaman sosial berbeda atau dari budaya yang berbeda mungkin menemukan makna yang berbeda pula ketika 13 Ibid, hal. 8. Ibid, hal. 9. commit to user 14 10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dihadapkan dengan teks yang sama. Maka dari itu, hal itu tidak dapat dinilai sebagai kegagalan komunikasi.15 Dari uraian di atas maka disimpulkan bahwa pesan bukanlah sesuatu yang dikirim dari A ke B akan tetapi suatu elemen di dalam sebuah hubungan terstruktur beserta elemen-elemen lainnya termasuk realitas eksternal dan produser/pembaca. Memproduksi dan membaca teks dilihat sebagai proses yang peralel, jika tidak identik, karena mereka menduduki tempat yang sama dalam hubungan yang terstruktur ini. Model struktur ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga dengan anak panah yang menunjukan interaksi yang konstan dan dinamis. 16 Di dalam mashab inilah penerima atau pembaca teks dipandang memainkan peran yang lebih aktif dibandingkan kebanyakan model mazhab komunikasi proses yang lebih menonjolkan pihak pengirim pesan teks. 2. Film Sebagai Medium Komunikasi Media komunikasi manusia dan segala karakteristiknya akan terus berubah dan berkembang sesuai dengan tekanan-tekanan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang ada di masyarakat. Selain itu salah satu unsur yang membuat media terus berkembang adalah kemajuan dari teknologi.17 Perangkat audio visual memiliki arti bahwa perangkat tersebut adalah perangkat yang bisa diterima menggunakan indera pendengar maupun indera penglihatan. Singkatnya, alat tersebut dapat didengar dan dilihat. Melalui 15 Ibid. Ibid, hal.11. 17 Skripsi Muhammad Fanni Ikhsan berjudul Potret Perjuangan Perempuan dalam Mengahadapi to user(Analaisis Wacana Perjuangan Perempuan Ketidakadilan yang Direpresentasikan dalamcommit Film Perempuan dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”) UNS Surakarta. 16 11 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perangkat tersebut, komunikasi bisa terjalin lebih efektif. Perangkat audio visual meliputi gambar, foto, slaid, model, pita kaset tape recorder, film bersuara dan televisi.18 Larry Gross, di dalam jurnal Sol Worth and The Study of Visual Communication, pada Chapter One : The Development of a Semiotic of Film yang dapat diakses di http://astro.temple.edu/~ruby/wava/worth/sintro.html, film menciptakan tanda (sign) dan simbol dengan makna (pesan) tertentu. Oleh karena itu, film merupakan sebuah bentuk komunikasi dengan tanda. Dimana simbol dan tanda erat kaitannya dengan bahasa. Film layaknya sebuah bahasa yang dirangkai melalui bentuk simbol dan tanda yang membawa pesan tertentu.19 Salah satu fungsi film menurut Ron Mottram adalah sebagai media yang komunikatif. Film dianggap bagian penting dari sistem yang dipergunakan oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).20 Makna yang dimiliki oleh film berasal dari hubungan antara pembuat film (bisa dikatakan produsen film, bisa produser atau sutradara) dengan penonton dari film itu sendiri.21 Hal ini bisa dimaknai bahwa makna bukan berasal dari film itu sendiri. Pemaknaan film dibentuk melalui proses produksi sebuah film terkait dengan ”pengirim”, dimana proses produksi ini akan menentukan bagaimana pesan (message) yang akan disampaikan kepada 18 Ibid. Eka Nada Sofa Al Khajar dalam skripsinya yang berjudul Patriotisme Dalam Film, UNS Surakarta tahun 2007. 20 commit to user Opcit. 21 Opcit. 19 12 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penonton atau ”penerima”. Jakobson mengemukakan bahwa pesan yang dibawa pastilah mengacu pada sesuatu diluar pesan itu sendiri. Hal ini ia sebut dengan ”konteks”. Jakobson juga menambahkan dua faktor lain yakni ”kontak” sebagai sarana saluran fisik dan koneksi fisiologis antara pengirim dan penerima; dan ”kode”, sebagai sistem makna.22 Context Message Addresser------------------------------------------------------------------Addresse Contact Code Gambar 1.1. Model Komunikasi Jakobson Berdasar model di atas maka bisa dilihat bahwa sebuah film mengandung unsur komunikasi karena selain terkait dengan aktor utama komunikasi yaitu dalam hal ini pembuat film dan penonton, terdapat juga konteks acuan terhadap realitas. Sehingga seringkali film mengisahkan sebuah realitas sosial dalam masyarakat atau kondisi saat film itu dibuat. Bentuk hubungan antara aktor pun terjalin karena penonton seolah-olah mengalami hal yang diceritakan dalam film.23 Film memiliki sistem makna 22 Opcit. Ibid, hal.17. commit to user 23 13 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersendiri dimana melalui sistem makna tersebut maka pesan yang terdapat dalam film nisa dikomunikasikan. Hal ini lantas bisa juga dikaitkan dengan model komunikasinya Jakobson 24 3. Hubungan Wacana dengan Film Wacana merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “discourse”. Di beberapa kamus wacana atau discourse secara harfiah memiliki beberapa artian, yaitu : 1) komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan, konversasi atau percakapan 2) komunikasi secara umum terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah 3) risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, khotbah.25 James P. Gee memeliki gagasan berupa teori discourse yang sangat relevan dengan teori komunikasi. Ia membedakan discourse ke dalam dua jenis: Yang pertama adalah “discourse” (d kecil) yang melihat bagaimana bahasa digunakan pada tempatnya (“on site”) untuk memerankan kegiatan, pandangan, dan identitas atas dasar-dasar linguistik. Kemudian yang kedua adalah “Discourse” (D besar) yang merangkaikan unsur linguistik pada “discourse” (dengan d kecil) bersama-sama unsur non-linguistik (nonlanguage “stuff”) untuk memerankan kegiatan, pandangan, dan identitas. Bentuk non-language “stuff” ini bisa berupa kepentingan ideologi, politik, ekonomi, dan sebagainya. Komponen non-language “stuff” itu juga yang membedakan cara beraksi, berinteraksi, berperasaan, kepercayaan, penilaian 24 Ibid. Opcit. commit to user 25 14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id satu komunikator dari komunikator lainnnya dalam mengenali atau mengakui diri sendiri dan orang lain.26 Secara ilmiah teoritik beberapa pakar telah mendefinisikan perdebatan tentang wacana atau discourse ini. Fiske mendefinisikan “discourse” atau wacana sebagai bahasa atau sistem representasi yang dibangun secara sosial dalam suatu tertib untuk membuat dan mengedarkan seperangkat makna yang koheren tentang suatu topik penting. Sedangkan Roger Fowler mendefinisikan wacana sebagai komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya, kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia, sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman.27 Merunut pada pendapat Fiske dan Roger Fowler di atas maka wacana dapat berupa komunikasi lisan atau komunikasi ujaran dan komunikasi tulis. Yang menjadi faktor penting adalah bentuk komunikasi tersebut harus berupa sistem representasi yang dibangun secara sosial untuk mengedarkan suatu makna koheren tentang suatu topik. Karena itu, sebuah wacana harus punya dua unsur penting, yakni kesatuan (unity) dan kepaduan (coherence).28 Seringkali banyak orang terpaku jika wacana hanya melingkupi komunikasi tulisan saja padahal titik singgung utama dari sebuah wacana adalah adanya pemakaian bahasa. Dalam kenyataan, wujud dari bentuk wacana itu dapat dilihat dalam beragam buah karya si pembuat wacana: 26 Ibid. Ibid. commituntuk to user 28 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, ROSDA, Bandung, 2006, hal. 10. 27 15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Text (wacana dalam wujud tulisan/garfis) antara lain dalam wujud berita, features, artikel opini, cerpen, novel, dsb. 2. Talk (wacana dalam wujud ucapan), antara lain dalam wujud rekaman wawancara, obrolan, pidato, dsb. 3. Act (wacana dalam wujud tindakan) antara lain dalam wujud lakon drama, tarian, film, defile, demonstrasi, dsb. 4. Artifact (wacana dalam wujud jejak) antara lain dalam wujud bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb. 29 Dalam wacana terdapat unsur teks dan konteks yang tidak bisa dipisahkan. Ia mengartikan teks sebagai semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua bentuk ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya.Hal ini diungkapkan oleh Guy Cook.30 Graeme Turner dalam Film As Social Practice menyatakan bahwa, wacana juga berada di media komunikasi film dimana terdapat unsur ekspresi komunikasi berupa ucapan, musik, gambar, efek suara, dan citra. Film, TV, dan periklanan akan menjadi target utama penelitian analisis teks karena 29 Opcit. commituntuk to user Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, ROSDA, Bandung, 2006, hal. 56. 30 16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan penelitian ini kebudayaan sosial akan terlihat dari interaksi sistem tanda dan makna.31 Lebih lanjut film bukan berarti hanyalah sebuah media komunikasi yang dapat dipahami hanya dari segi tekstualnya melainkan film juga sebagai sarana perdebatan yang lebih luas mengenai representasi proses sosial yang telah menghasilkan gambar, suara, tanda dan tujuan untuk sesuatu (dalam wacana ini yang disebut dengan konteks). Film merupakan produk budaya dan wujud praktek sosial di mana nilai yang terkandung dari sebuah film dapat memberitahu kita tentang sistem dan proses sebuah budaya.32 Lebih lanjut Graeme Turner melihat makna film sebagai representasi dari realitas masyarakat, bagi Turner, berbeda dengan film sekedar sebagai refleksi dari realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film sekadar memindah realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara itu sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Menurut Van Zoest pada film menggunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.33 Pesan yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah bagaimana sebuah film dapat merepresentasikan isu-isu jurnalisme investigasi. Sehingga dapat 31 Skripsi Muhammad Fanni Ikhsan berjudul Potret Perjuangan Perempuan dalam Mengahadapi Ketidakadilan yang Direpresentasikan dalam Film Perempuan (Analaisis Wacana Perjuangan Perempuan dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”). UNS Surakarta. commit to user 32 Ibid. 33 Ibid. 17 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dilihat apakah sebuah film mampu menciptakan wacana atau pesan-pesan jurnalisme investigasi kepada khalayaknya.34 4. Jurnalistik a. Pengertian Jurnalistik Menurut Kustadi Suhandang, pengertian jurnalistik dari segi estimologi terdiri dari dua suku kata, jurnal dan istik. Kata jurnal berasal dari bahasa Perancis, journal, yang berarti catatan harian. Hampir sama bunyi ucapannya dengan kata yang ditemukan dalam bahasa Latin, diurna yang berarti hari ini. Sehubungan dengan kegiatan jurnalistik, pada zaman kerajaan Romawi Kuno yang diperintah oleh Julius Caesar dikenal dengan istilah acta diurna yang mengandung makna rangkaian akta (gerakan, kegiatan, dan kejadian) hari ini. Adapun kata istik merujuk pada istilah estetika yang memiliki arti ilmu pengetahuan tentang keindahan.35 Berdasar uraian di atas, Kustadi Suhandang mengartikan jurnalistik secara estimologis sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari, karya mana memiliki nilai keindahan yang dapat menarik perhatian khalayaknya sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.36 Ia juga menambahkan bahwa jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita 34 Disarikan dari skripsi Muhammad Fanny Ikhsan yang berjudul Potret Perjuangan Perempuan dalam Mengahadapi Ketidakadilan yang Direpresentasikan dalam Film Perempuan (Analaisis Wacana Perjuangan Perempuan dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”). to user2004, hal.13. 35 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, commit Nuansa, Bandung, 36 Ibid. 18 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya.37 Jurnalistik, menurut Lislie Stephen, seperti dikutip Fraser Bond dalam buku “ Pengantar Jurnalistik”, terdiri dari penulisan tentang halhal yang penting yang tidak anda ketahui.38 Seperti yang dijelaskan Adinegoro yang dikutip Suhandang dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Jurnalistik”, jurnalistik adalah kepandaian yang praktis, sedangkan publisistik adalah kepandaian yang ilmiah. Sebagai kepandaian praktis, jurnalistik adalah salah satu obyek di samping obyekobyek lainnya dari ilmu publisistik, yang mempelajari seluk beluk penyiaran berita-berita dalam keseluruhannya dengan meninjau segala saluran, bukan saja pers, tapi juga radio, televisi, film, teater, rapat-rapat umum, dan segala lapangan.39 Astrid S. Susanto melalui bukunya, Komunikasi Massa (1986:73) mendefinisikan jurnalistik sebagai kejadian pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.40 BM Mursito memaparkan jurnalistik sebagai kegiatan mengumpulkan dan memproses fakta menjadi format informasi tertentu, serta menyiarkannya kepada khalayak melalui media massa. Fakta di sini adalah berupa peristiwa, fenomena, situasi, kondisi, atau kecenderungan yang benar-benar ada dalam 37 Ibid. Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, SPIKOM, Solo, 1999, hal. 3. commit to user 39 Opcit hal.21. 40 Opcit. 38 19 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id komunitas sosial. Sedangkan memroses fakta menjadi format tertentu adalah menstruktur fakta menjadi suatu bentuk wacana baik bersifat audio, visual, maupun audio visual.41 Senada dengan itu Onong Uchyana Effendy (1981:102) menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan hingga penyebarannya kepada masyarakat. 42 Begitu juga A.W. Widjaja (1986:27) yang menyebutkan bahwa jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya.43 Djafar H. Assegaff, seorang wartawan senior Indonesia yang juga mantan Duta Besar mendefinisikan jurnalistik sebagai “kegiatan untuk menyampaikan pesan/berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media entah media tadi media cetak ataupun elektronika”. (Djafar H. Assegaff, 1985:11)44 Lebih ringkas lagi Djen Amar, mantan Pimpinan Umum Harian Indonesia Expres, mendefinisikan jurnalistik sebagai kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluasluasnya dalam waktu yang secepat-cepatnya.45 Dalam bukunya yang berjudul Ihwal Jurnalistik, Rosihan Anwar (1974:10) menceritakan bahwa di Amerika Serikat ada orang-orang yang mengatakan bahwa, jurnalism is not a game, kewartawanan itu bukan 41 Ibid. Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, Nuansa, Bandung, 2004, hal.21. 43 Ibid, hal 21-22. commit to user 44 Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, SPIKOM, Solo, 1999, hal. 3. 45 Opcit, hal 22. 42 20 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id suatu permainan. Ia juga menjelaskan bahwa jurnalisme mempunyai tujuan sosial yang serius. Dengan menggunakan kemerdekaannya, pers di Amerika merupakan senjata yang paling berkuasa untuk menjaga dan melindungi kebebasan rakyat, membetulkan apa yang salah dan yang tidak adil, serta memerangi kejahatan.46 Dalam buku Kustadi Suhandang, terdapat satu definisi yang lengkap mengenai beberapa pendapat tokoh-tokoh di atas yaitu jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.47 Dari beberapa uraian definisi di atas, terdapat beberapa persamaan yaitu definisi-definisi tersebut tidak keluar dari ciri utama jurnalistik. Ciri-ciri utama tersebut adalah tentang keterampilan dalam menyusun pemberitahuan, penyampaian yang menarik perhatian, dan bertujuan untuk mempengaruhi khalayak. Ciri kegiatan jurnalistik memang ditandai oleh kegiatan menyampaikan berita. Namun tidak setiap kejadian bisa dijadikan berita jurnalistik. Ada ukuran-ukuran tertentu yang harus dipenuhi agar suatu kejadian atau peristiwa dapat diberitakan pers. Inilah yang disebut sebagai kriteria layak berita (news value, news worthy), yaitu layak tidaknya suatu kejadian dalam masyarakat diberitakan oleh pers atau bernilainya kejadian tersebut bagi pers.48 46 Opcit. Opcit, 23. commit tountuk userMedia Massa, kanisius, Yogyakarta, 1998, 48 Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita hal. 27. 47 21 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Secara umum kejadian yang dianggap memiliki nilai berita atau news valuedan layak berita adalah yang mengandung satu atau beberapa unsur di bawah ini : 1. Significance mempengaruhi (penting), yaitu kehidupan kejadian orang yang banyak, atau berkemungkinan kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca. 2. Magnitude (besar), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak. 3. Timelines (waktu), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi, atau baru dikemukakan. 4. Proximity (kedekatan), yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca. Bisa berupa kedekatan geografis maupun emosional. 5. Prominence (tenar), yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. 6. Human interest (manusiawi), yaitu kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca.49 b. Reportase Investigasi dalam Jurnalistik 1. Pengertian Reportase Investigatif Dalam bukunya yang berjudul “Jurnalisme Investigasi”, Septiawan Santana mengutip dari http://www.spatacus.schoolnet.co.uk pada bulan Agustus tahun 2000 mengenai historical jurnalisme investigasi. Dalam commit to user 49 Ibid, hal 28 22 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id buku tersebut dipaparkan bahwa istilah investigasi sendiri baru muncul pertama kali dari Nellie Bly ketika menjadi reporter di Pittsburg Dispatch pada tahun 1890. Ia memulai gaya jurnalistik yang menandakan pengisahan seorang wartawan tentang orang-orang biasa. Pelaporan materi jurnalistik yang mengembangkan, secara serial, bagaimana kehidupan orang kelas bawah di dalam kenyataan sehari-hari. Bahkan Bly harus bekerja di sebuah pabrik untuk menyelidiki kehidupan buruh di bawah umur (anak-anak) yang dipekerjakan dalam kondisi yang tidak baik.50 Pernyataan Atmakusumah juga dikutip dalam buku ini. Menurut Atmakusumah, reporting berasal dari asal kata latin reportare, yang berarti "membawa pulang sesuatu dari tempat lain". Dijelaskan oleh Atmakusumah bahwa bila dikaitkan ke dalam dunia jurnalisme, hal itu menjelaskan seorang wartawan yang membawa laporan kejadian dari sebuah tempat di mana telah terjadi sesuatu. Sementara investigative berasal dari kata Latin vestigum, yang berarti "jejak kaki". Hal itu menyiratkan pelbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta,berbentuk data dan keterangan, dari sebuah peristiwa.51 Ullmann dan Honeyman menggambarkan investigasi sebagai hidung penciuman yang keras dari wartawan. Mereka mengklasifikasikan dan mendefinisikannya, bahwa: kegiatan investigative reporting ialah sebuah reportase, sebuah kerja menghasilkan produk dan inisiatif, yang menyangkut hal-hal penting dari banyak orang atau organisasi yang sengaja merahasiakannya. Ada tiga elemen dasar yang mendorong kerja investigasi reporter, menurut Ullmann dan Honeyman, yakni: laporan investigasi bukanlah laporan yang dibuat oleh seseorang, subjek kisahnya meliputi sesuatu yang penting alasannya bagi pembaca atau pemirsa, commit user Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, YayasantoObor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 51. Ibid. hal. 135. 50 51 23 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan menyangkut beberapa hal yang sengaja disembunyikan dari hadapan publik.52 Definisi jurnalisme investigasi menurut Steve Weinberg dalam bukunya The Reporter’s Handbook, An Investigator’s guide to Documents and Technique adalah “reportase, melalui inisiatif sendiri dan hasil kerja pribadi, yang penting bagi pembaca, pemirsa, dan pemerhati. Dalam banyak hal, subjek yang diberitakan menginginkan bahwa perkara yang berada dalam penyelidikan tetap tidak tersingkap”.53 Dikutip dari Chris White dari The Parliament Magazine di Brussels, pekerjaan jurnalisme investigatif adalah pertama, tertuju untuk mengungkapkan dan mendapatkan sebuah kisah berita yang bagus dan, kedua, menjaga masyarakat untuk memiliki kecukupan informasi dan mengetahui adanya bahaya di tengah kehidupan mereka.54 Septiawan Santana menambahkan bahwa kegiatan investigasi menjadi tertuju kepada penelusuran dan penemuan sesuatu yang dianggap tertutup. Arah kerja liputannya menjadi arah kegiatan. Yaitu bagaimana para pencari info mendapatkan informasi yang dibutuhkan, bagaimana dan di mana informasi dapat dievaluasi. Santana membenarkan bahwa kegiatan reportase investigasi terlibat dengan upaya yang berbahaya, dikarenakan upaya menembus pengaturan yang sengaja ditutup-tutupi.55 52 Ibid 135-136. Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori & Praktik, ROSDA, bandung, 2006, hal. 258. commit to user 54 Opcit 136. 55 Opcit. 53 24 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Senada dengan Santana, pernyataan Goenawan Mohamad, wartawan senior Indonesia, yang dikutip oleh Santana menyatakan bahwa ia melihat upaya reportase investigatif yang tengah bergerak mengikuti naluri penciuman untuk membuka upaya pihak-pihak yang menutup-tutupi suatu kejahatan. Mereka terus menelusuri pelbagai dokumen, yang terkait dengan kejahatan tersebut, dan mencoba mempelajarinya, untuk menemukan adanya tindak kejahatan dilakukan di balik sebuah peristiwa.56 Peliputan investigasi adalah sebuah proses, tidak bisa dilakukan secara instan. Karena investigasi bertujuan untuk menguak sesuatu yang belum terungkap dan berbeda dengan peliputan biasa. Hal ini diungkapkan oleh Saur Hutabarat, Ketua Dewan Redaksi Media Group dan mantan jurnalis Tempo pada kuliah umum di FISIP USU, Kamis (14/6/2012).57 "Reportase investigasi adalah pekerjaan membuka pintu dan mulut yang tertutup rapat," tulis Rivers dan Mathews.58 Jurnalisme investigasi mengenal istilah penilaian post factum, yaitu penilaian tentang adanya unsur sengaja “disembunyikan” atau “dirahasiakan” oleh pelaku dari beberapa kasus apabila liputan telah tuntas dikerjakan karena tidak semua kasus kejahatan terhadap publik sengaja “dirahasiakan” atau “disembunyikan.”59 56 Opcit. http://www.tribunnews.com/2012/06/14/investigasi-tak-bisa-instan diakses pada tanggal 04/08/2012 pukul 16.24 WIB. 5858 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 137. commit to user 59 http://penyrahmadhani.wordpress.com/2011/03/03/jurnalisme-investigasi-bab-i/ diakses pada tanggal 08/08/2012 pukul 21.32 WIB. 57 25 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menurut Robert Greene yang sering disebut sebagai bapak investigasi modern, menegaskan pentingnya elemen “dirahasiakan oleh mereka yang terlibat.” Ini artinya bila ada kejahatan yang sengaja ditutuptutupi, maka itulah pintu masuk untuk jurnalisme investigasi.60 Menurut Santana, pekerjaan reportase investigasi terkait dengan kegiatan mencari informasi yang tersembunyi untuk dilaporkan kepada masyarakat. Ciri peliputannya meliputi kegiatan pengujian berbagai dokumen dan rekaman, pemakaian informan, keseriusan dan perluasan riset. Ia juga menambahkan bahwa reportase investigatif seringkali mengekspos penyimpangan yang dilakukan para pekerja publik dan aktivitasnya.61 Ada suatu fokus yang hendak diinvestigasi, yakni hal-hal yang mengarah kepada sebuah problem, masalah yang tampil ke permukaan (isu), dan kontroversi. Hal ini yang membedakan dengan peliputan reguler, atau reportase pada umumnya.62 Telah sering kita sebut, seorang jurnalis harus bermata elang, telinga ayam dan hidung anjing. Penglihatan, pendengaran dan penciuman jurnalis di atas rata-rata manusia dalam menghadapi realitas yang terjadi seharihari. Masyarakat umumnya, menerima kejadian dan kenyatan yang dikatakan dan terjadi sebagai kebenaran, tanpa memertanyakan lebih lanjut kenapa dan bagaimana suatu itu terjadi. Namun dari seluruh penjelasan di atas, target investigasi tidak melulu tertuju pada efek atau dampak untuk tujuan menjatuhkan lawan, 60 Ibid. commit user Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, YayasantoObor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 51. 62 Ibid. 61 26 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id atau selalu tertuju pada upaya membongkar-bongkar aib pihak tertentu. Karena menurut Gene Roberts tl, editor Philadelphia Inquirer, Investigative reporting tidak selalu ditujukan untuk menangkap kejatuhan politisi atau mengincar keburukannya. Ia menjelaskan bahwa peliputan investigatif merupakan keluhuran jurnalisme yang hendak melakukan penggalian di bawah permukaan, yang akan membantu pembaca untuk memahami apa yang akan terjadi di kompleksitas persoalan dunia, yang semakin meningkat.63 Perlindungan terhadap kepentingan publik adalah esensi dari sebuah produk jurnalistik. Dan jurnalisme investigasi akan memberikan perlindungan yang lebih komprehensif dan maksimal, meski di luar itu bukan berarti praktik jurnalisme yang salah. Menurut Farid Gaban (alumni peliput perang Bosnia dan redaktur pelaksana majalah Tempo 1998-2003), “Laporan investigasi tidak selalu seputar liputan yang canggih dan harus membeberkan persoalan-persoalan rumit atau high politics. Tema kehidupan sehari-hari dapat menjadi liputan investigasi yang dahsyat. Wartawan tidak hanya terpaku pada investigasi yang menyangkut pejabat atau polisi, tetapi juga berkaitan dengan relasi konsumen-produsen atau kejahatan korporasi.”64 Septiawan Santana menyimpulkan pengertian reportase investigatif secara harfiah yaitu membawa pulang jejak kaki dari tempat lain. Bila pengertian tersebut dikaitan dengan kegiatan pers, berarti kegiatan yang 63 Ibid. commit to user http://penyrahmadhani.wordpress.com/2011/03/03/jurnalisme-investigasi-bab-i/ diakses pada tanggal 08/08/2012 pukul 21.32 WIB. 64 27 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bisa mengkonotasikan pelbagai bukti, yang dapat dijadikan fakta, bagi upaya menjelaskan adanya kesalahan atau pelanggaran atau kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang atau pihak-pihak tertentu. Septiawan Santana membenarkan bahwa Reportase investigasi memang merupakan sebuah kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta adanya pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan kepentingan umum atau masyarakat.65 2. Ciri Jurnalisme Investigasi Greene Roberts, mantan redaksi Newsday di Amerika : “ia, (reportase investigasi) adalah reportase, (terutama) melalui hasil kerja dan inisiatif sendiri, yang artinya penting yang oleh beberapa pribadi atau organisasi ingin tetap dirahasiakan. Tiga unsur dasarnya adalah bahwa investigasi itu merupakan kerja wartawan, bukan laporan investigasi yang dilakukan oleh orang lain; bahwa masalah yang diberitakan melibatkan sesuatu yang sangat penting bagi pembaca atau pemirsa; dan bahwa pihakpihak lain berusaha menutup-nutupi masalah ini dari publik”66 Paparan Rivers dan Mathewsyang dikutip oleh Septiawan Santana, menunjukkan beberapa indikasi ciri-ciri wartawan investigatif. Indikasi awal dari wartawan investigatif adalah memiliki agresivitas yang tinggi terhadap data dan keterangan yang muncul di permukaan, yang tersedia begitu saja di hadapannya, akan tetapi memiliki kepekaan terhadap adanya commit to user Opcit. Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori & Praktik, ROSDA, bandung, 2006, hal. 259. 65 66 28 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id persekongkolan, para penghasut rakyat, atau keculasan yang terjadi di masyarakat.67 Mereka menganggap pelbagai media informasi telah demikian kuat dan canggihnya menancapkan imaji kebenaran yang harus dipercaya masyarakat. Wartawan investigasi menunjukkan cara lain untuk memahami kebenaran, dan menyatakan premis-premis salah dari kekuatan dan kecanggilan informasi modern (Lloyd, 1998).68 Menurut Septiawan Santana, Terminologi investigative journalism memberikan atribut penyelidikan, keingintahuan dan misi tertentu dari para wartawannya. Jurnalisme ini tidak mau terjebak dengan adonan pemberitaan entertainment. Liputan beritanya bukan lagi berdasar agenda pemberitaan harian yang sudah terjadwal di ruang redaksi. Para wartawan investigasi tidak bekerja berdasarkan pengagendaan berita seperti yang dalam peliputan reguler. Mereka memasuki subjek pemberitaan tatkala mereka tertarik untuk mengetahui sesuatu. Kerja peliputannya tidak lagi dibatasi oleh tekanan-tekanan waktu. Ada kekhususan kerja peliputan dibanding biasanya.69 Ia juga menambahkan bahwa jurnalis investigasi tidak sekadar mendeskripsikan ketepatan, penjelasan, atau pengembangan pemberitaan. Mereka lebih menganalisis belbagai data yang layak dilaporkan, dan telah dikonfigurasikan. Mereka membantu pertanyaan masyarakat, mengenai 67 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 144. http://penyrahmadhani.wordpress.com/2011/03/03/jurnalisme-investigasi-bab-i/ diakses pada tanggal 08/08/2012 pukul 21.32 WIB. commit to user 69 Opcit hal. 51. 69 Opcit hal. 97. 68 29 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sebuah situasi atau pernyataan atau kenyataan, dengan cara yang berbeda dari pemberitaan biasa.70 Topik seputar kejahatan publik saja juga tidak cukup layak disebut investigasi, tapi haruslah yang orisinal, dan bukan menindaklanjuti investigasi pihak lain, seperti polisi atau jaksa. Orisinalitas yang dimaksud dalam elemen investigasi adalah bukan pada jenis topiknya, melainkan pada fakta-fakta yang ditemukan dapat mengarah ke suatu kesimpulan yang baru. Jurnalis dapat menulusuri ulang hasil temuan polisi atau jaksa asalkan temuan tersebut bersifat melengkapi, mempertajam, atau membantah dan mementahkan temuan-temuan otoritas formal. Bukan mengklaim temuan tersebut sebagai hasil liputan investigasi.71 "Mereka mencoba untuk mendapatkan dasar kepastian apa yang telah terjadi, kekuatan-kekuatan yang ada di baliknya," menurut Clive Edwards (1999), dari programa Panorama di BBC's.72 Dengan kata lain, kerja kewartawanan ibarat seorang penyelidik yang tengah meneliti dan meluruskan pelbagai kebohongan yang sengaja diciptakan oleh pihak-pihak tertentu. Akan tetapi, pada titik tertentu, dalam sebuah perbandingan, wartawan investigatif bisa dibedakan dengan wartawan harian atau beat reporter. Atmakusumah yang mengistilahkan beat reporter dengan reporter "patroli atau ronda", menjelaskan perbedaannya.73 Namun perlu diingat bahwa investigasi yang dilakukan jurnalis tidak sama dengan investigasi yang dilakukan oleh kepolisian. Meski teknik yang digunakan bisa sama seperti pengamatan, pengintaian, atau 70 Opcit. Ibid. 72 Opcit. 73 Opcit, hal.141. 71 commit to user 30 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penyamaran. Namun, jurnalis tetap bekerja dalam batasan yang jelas dan terbatas. Sebagai contoh, jurnalis tidak bisa menggeledah rumah atau kantor seseorang, tidak bisa menyita dokumen, tak mungkin memanggil paksa nara sumbernya, atau mustahil menangkap seseorang. Kebenaran jurnalistik bukanlah kebenaran hukum. Fakta jurnalistik tidak harus selalu sama dengan fakta hukum. Bila hasil investigasi wartawan tidak lebih hebat dari investigasi polisi atau jaksa, itu adalah wajar karena mustahil membandingkan hasil kerja jurnalis dengan aparat yang memiliki kewenangan dan kekuatan hukum. Sebuah laporan investigasi yang baik membuat masyarakat (termasuk institusi hukum atau negara) bisa mengambil keputusan atau menindaklanjutinya. Investigasi yang baik kadang justru menjungkirbalikkan kinerja aparat hukum atau negara yang kurang cermat dan telah tercemari kepentingan. 74 Dalam penjelasan lain, Secara keseluruhan, berita di media massa dapat dipilah menjadi tiga jenis: 1. Reportase investigasi : merupakan metodologi pencarian berita secara mendalam, mendetail, dan tuntas, serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bentuk pencarian berita dengan cara penelusuran, sangat mengandalkan bukti-bukti material (dokumen maupun kesaksian). Ciri-cirinya antara lain commit to user 74 Ibid. 31 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jumlah paragraf, struktur dalam penulisan, aktualitas dan gaya bahasa yang disampaikan sangat bebas. 2. In depth reporting (pelaporan berkedalaman) : Jenis penulisan berita secara mendalam dan biasanya tidak digunakan untuk membongkar suatu masalah. Ciri menonjolnya ialah beritanya tidak basi karena tidak mengikuti trend news. Panjangnya antara 10-25 paragraf, struktur penulisannya seperti piramida. 3. Straight news (berita langsung) : Jumlah paragraf berita langsung biasanya antara 3-10 paragraf. Struktur penulisan beritanya seperti piramida terbalik.75 Perbedaan dari ketiga jenis berita di atas adalah : Regular News a. Laporannya bersifat menceritakan b. Menceritakan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana (5W+1H) c. Tujuan dari laporan adalah sebagai informasi (data) bagi public In-Depth : a. Laporannya bersifat menjelaskan b. Lebih menjelaskan bagaimana dan mengapa (how dan why) c. Tujuan dari laporan adalah memberi pengetahuan dan pemahaman Investigative : 75 Rangkuman dan Analisis Buku “Reportase Investigasi, Menelisik Lorong Gelap” Penulis: Dadi commit to user Sumaatmadja yang diunduh dalam http://catatancalonwartawan.wordpress.com/2009/03/11/rangkumanbuku-jurnalisme-investigasi/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 32 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Laporannya bersifat menunjukkan b. Lebih menunjukkan apa dan siapa (what and who) c. Tujuan laporan adalah membeberkan dan meluruskan persoalan dengan bergerak maju ke pertanyaan: bagaimana bisa, sampai sejauh apa, dan siapa saja.76 Septiawan Santana menjelaskan bahwa awal perbedaan antara jurnalis reguler dan investigatif terletak pada inisiatif. Wartawan investigatif tidak menunggu sampai suatu masalah atau peristiwa timbul atau diberitakan, akan tetapi menampilkan permasalahan baru atau sesuatu hal baru atau membuat berita. Jika reporter reguler bekerja cepat mencari dan menghasilkan beberapa berita dalam satu hari dan mengejar setiap informasi yang dapat disiarkan sedini mungkin lebih cepat daripada penerbitan saingannya, wartawan investigatif memerlukan waktu jauh lebih lama untuk dapat mengungkapkan satu masalah. Jika reporter ronda menjalin sebanyak mungkin "pejabat resmi yang berpotensi sebagai sumber berita", wartawan investigatif "sangat selektif dan skeptis terhadap bahan berita resmi, meneliti dengan kritis setiap pendapat, catatan dan bocoran informasi resmi, tidak serta merta membenarkan". Jika reporter harian memberitakan "apa yang terjadi atau yang diumumkan", wartawan investigatif malah mengungkapkan "mengapa suatu hal diumumkan atau commit to user http://penyrahmadhani.wordpress.com/2011/03/03/jurnalisme-investigasi-bab-i/ diakses pada tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 76 33 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terjadi, mengapa terjadi lagi." 77 Jurnalistik investigasi bisa mengungkap fakta lebih dalam dari berita ringkas, ungkap pengamat media dan dosen FISIP UI, Ade Armando, dalam Obrolan Langsat 5 Juli 2011.78 Septiawan Santana memaparkan lingkup permasalahan pelbagai kasus-kasus investigasi yang diambil dari kumpulan materi Burgh, yaitu: 1. Hal-hal yang memalukan, biasanya terkait dengan hal yang ilegal, atau pelanggaran moral 2. Penyalahgunaan kekuasaan 3. Dasar faktual dari hal-hal aktual yang tengah menjadi pembicaraan publik 4. Keadilan yang korup 5. Manipulasi laporan keuangan 6. Bagaimana hukum dilanggar 7. Perbedaan antara profesi dan praktisi 8. Hal-hal yang sengaja disembunyikan79 Namun perlu diingat bahwa terdapat 3 contoh kasus yang sering disalah artikan sebagai laporan investigasi: a. Liputan bakso tikus atau sapi glonggong sering ditampilkan di Trans TV sebagai laporan investigasi. Liputan tersebut dapat dikategorikan sebagai aksi yang menggunakan teknik investigasi. Namun, tanpa kemampuan menjawab ihwal rangkaian kejadian, 77 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 142. http://obrolanlangsat.com/news/2011/07/06/116/jurnalisme_investigasi_yang_penuh_tantangan.html diunduh pada tanggal 15/6/2012 jam 13.50. commit to user 79 Opcit, hal,98. 78 34 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id benang merah, atau unsur sistematis tentang siapa saja yang terlibat dan harus bertanggung jawab, maka liputan tersebut tergolong liputan biasa tentang kejahatan konsumen yang diverifikasi dengan menggunakan teknik investigasi. b. Ada pula liputan kasus perselingkuhan asmara pribadi yang bisa saja diungkap dengan menggunakan teknik investigasi. Namun, hilangnya elemen “kepentingan publik” yang dilanggar menjadikan liputan seperti ini sebagai praktik jurnalistik yang rendah. c. Kasus National Geographic dalam liputan eksklusifnya tentang keberadaan orang pendek di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi, bukanlah termasuk laporan investigasi. Sebab, laporan itu tidak menyangkut isu yang berkaitan dengan kejahatan public, bertujuan mengungkap rahasia alam (bukan sesuatu yang disembunyikan atau konspirasi) yang akan menjadi pengetahuan yang menakjubkan bagi khalayak.80 3. Tujuan dan Sifat Pelaporan Jurnalisme Investigasi Reportase investigasi yang oleh Atmakusumah diistilahkan dengan Laporan Penyidikan, dapat dipahami melalui lima Tujuan dan Sifat pelaporannya yaitu: commit to user http://penyrahmadhani.wordpress.com/2011/03/03/jurnalisme-investigasi-bab-i/ diakses pada tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 80 35 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Mengungkapkan kepada masyarakat, informasi yang perlu mereka ketahui karena menyangkut kepentingan atau nasib mereka. Dengan mengetahui informasi itu, masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan. Tanpa bantuan laporan penyidikan, informasi itu mungkin tidak dapat mereka ketahui, karena: a. "pemilik" atau "penyimpan" informasi tidak menyadari pentingnya informasi itu; b. Informasi itu sengaja disembunyikan. 2. Laporan penyidikan tidak hanya mengungkapkan hal-hal yang secara operasional tidak sukses, tetapi dapat juga sampai kepada konsep yang keliru. 3. Laporan penyidikan itu beresiko tinggi, karena bisa menimbulkan kontroversi dan bahkan kontradiksi dan konflik. Untuk menghasilkan laporan seperti ini, sering kali harus menggali bahanbahan informasi yang dirahasiakan. 4. Karena itu harus jauh-jauh hari dipikirkan akibat-akibat yang dapat ditimbulkannya terhadap: a. Subjek laporannya (dengan menimbang-nimbang akibat negatif yang diderita subyek laporan dibandingkan dengan manfaat bagi umum) b. Penerbitan pers itu sendiri (baik reaksi dari lembaga resmi maupun dari pemasang iklan dan publik pembaca). commit to user 36 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Untuk menghadapi dilema ini diperlukan kecintaan dan semangat pengabdian kepada kepentingan masyarakat luas. Pada pokoknya, harus ada idealisme, baik di dalam diri reporter penyidikan (investigative reporter) itu sendiri maupun di sektor-sektor lain dalam struktur organisasi penerbitan pers itu - sampai kepada anggota direksi dan pemegang sahamnya. Mereka semua perlu memiliki integritas pribadi, dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, serta bersikap tenang dan tidak emosional dalam menghadapi kemungkinan guncangan-guncangan akibat reaksi dari luar.81 Menurut Santana, tujuan kegiatan jurnalisme investigatif adalah memberi tahu kepada masyarakat adanya pihak-pihak yang telah berbohong dan menutup-nutupi kebenaran. Masyarakat diharapkan menjadi waspada terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan berbagai pihak, setelah mendapatkan bukti-bukti yang dilaporkan. Buktibukti itu ditemukan melalui pencarian dari pelbagai sumber dan tipe informasi, penelaahan terhadap dokumen-dokumen yang signifikan, dan pemahaman terhadap data-data statistik.82 Menurut Santana, pelaporan jurnalistik menjadi tidak hanya menyampaikan keseimbangan antara dugaan dan penolakkan. Hasil liputannya mengeluarkan sebuah judgement yang didasari oleh fakta-fakta yang melingkupi persoalan yang dilaporkan wartawan. Koleksi dan commit user Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, YayasantoObor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 139 – 140. Ibid, hal,100. 81 82 37 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id presentasi pembuktiannya tidak boleh berat sebelah, harus adil membagi tudingan, tidak boleh mengarahkan, condong memberatkan pihak tertentu. Kerja reportasenya mesti menyiapkan perangkat kejelasan fakta-fakta yang kuat.83 Pekerjaan pengepakkan fakta-fakta ini memang merupakan kelaziman bagi kegiatan jurnalistik. Pada dasarnya, setiap wartawan mengerjakan peliputan yang dilakukan investigative reporters. Bruce Page, ketika di The Sunday Times, memberikan argumen tersebut, dalam hal bahwa pekeljaan jurnalisme investigatif mementingkan sekali kesiapan kerja kewartawanan untuk "selalu mengecek fakta-fakta, tidak mudah menaruh kepercayaan pada segala sesuatu, tidak langsung mempercayai orang-orang yang memiliki kepentingan di dalam pandangan- pandangannya".84 Sebagaimana menurut Weinberg, wartawan investigatif adalah mereka yang penuh rangsangan ingin tahu atau skeptis.85 Hal ini terkait dengan upaya menelusuri pelbagai catatan publik yang ada di berbagai tempat. Juga, meliputi kemampuan mempenetrasi pertanyaan kepada sumber-sumber berita, di dalam mengarahkan jawaban yang terkait dengan permasalahan yang hendak diungkap. Pertanyaan bukan hanya diarahkan kepada para narasumber, akan tetapi upaya mempertanyakan harus diteruskan pula kepada pelbagai catatan (records) 83 Ibid, hal.104. commit to user Ibid,hal. 104-105. 85 Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori & Praktik, ROSDA, bandung, 2006, hal. 257. 84 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang kelak menjadi jawaban penting di dalam merumuskan titik pelanggaran yang hendak diungkap kasusnya. 4. Contoh kasus- kasus berita investigasi di Amerika : 1. Pada tahun 1920-an, pihak swasta secara rahasia membayar kepada pejabat tinggi agar mereka diizinkan untuk menambang minyak di sebuah tanah lindung pemerintah 2. Pada tahun 1930-an, investigasi jurnalistik mengungkap sikap malasmalasan pegawai pemerintah di badan Kemajuan Kerja. 3. Pada tahun 1940-an, investigasi jurnalistik mengungkap penggunaan kapal militer di sebuah zona perang untuk mengangkut anjing presiden kala itu. 4. Pada tahun 1950-an, sebuah berita mengungkap tentang diterimanya sebuah mantel oleh seorang ajudan Gedung Putih sebagai imbalan atas pengaruhnya supaya badan-badan pengatur menghentikan sebuah penyelidikan. 5. Pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an, wartawan berhasil mengungkap kekejaman militer AS di Vietnam yang ditutup-tutupi 6. Pada tahun 1970-an, sebuah penyelidikan atas pembobolan gedung perkantoran Watergate mengungkapkan presiden untuk menindas lawan politik. commit to user 39 penggunaan kekuasaan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. Pada tahun 1980-an, memberikan pembeberan secara rinci tentang penjualan senjata rahasia kepada Iran dan bantuan terselubung oleh pejabat AS kepada kaum kontra revolusi di Amerika tengah.86 F. Metode Penelitian 1. Penelitian terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Veronika Novita Lestari Manaan, berjudul Wacana Pendidikan Dalam Film (Analisis Wacana Terhadap Konstruksi Realitas Pendidikan di Indonesia dalam Film “Denias, Senandung di Atas Awan), menggunakan pendekatan analisis wacana model Teun A. Van Dijk dalam menganalisis dan mengungkapkan makna yang terkandung dalam film “Denias, Senandung di Atas Awan” pada tahun 2007. Penelitian tersebut merupakan bentuk apresiasi dan penafsiran terhadap film “Denias, Senandung di Atas Awan”. Dalam penelitian tersebut, Veronika Novita Lestari Manaan berhasil menemukan kecenderungan kuat bahwa komunikator mengusung wacana pendidikan, terutama yang menyangkut tema pendidikan kaum tertindas. Wacana pendidikan digambarkan melalui scene-scene yang terdapat dalam film “Denias, Senandung di Atas Awan”, baik secara eksplisit maupun implisit yang berkaitan dengan realitas situasi pendidikan yang terjadi di Papua terutama daerah pedalaman. Wacana pendidikan kaum tertindas sendiri direpresentasikan melalui ketimpangan hak dalam memperoleh commit user Gaines, William C, Laporan Investigasi untuk Media to Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi Kedutaan Besar Amerika Serikat, 1998, hal 360. 86 40 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pendidikan bagi kaum lemah, miskin, dan tersingkir akibat adanya pelapisan sosial yang begitu kuat dan menguntungkan pihak yang berkuasa. Terdapat wacana-wacana lain dalam film tersebut, namun wacanawacana tersebut tetap memiliki jalinan yang kuat terhadap wacana pendidikan. Pada akhirnya, perspektif yang paling dominan dimunculkan dalam film ini adalah pandangan yang menganggap sekolah sebagai satusatunya jalan pemenuhan kebutuhan belajar dan penjamin masa depan. Kemudian wacana dispartas gender secara implisit dalam film ini juga dapat ditemukan melalui beberapa scene yang mempresentasikan adanya tradisi keutamaan anak laki-laki terutama di desa asal Denias. Dalam film ditampilkan bahwa semua murid honai sekolah darurat di desa Denias adalah laki-laki, begitu pula saat membantu pekerjaan orang tua. Kaum wanita tidak pernah ditampilkan dalam adegan bekerja melainkan hanya duduk santai berkumpul keluarga atau sekedar menunggui anaknya yang masih kecil saat bermain di halaman honai. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa Veronika Novita Lestari Manaan berusaha untuk tidak terjebak begitu saja dalam wacana-wacana yang eksplisit yang disuguhkan komunikator dan tetap mengasah kekritisan dan logika berpikir atau daya nalar. Bagi peneliti lain yang akan menerapkan metode analisis wacana Van Dijk pada film, pada penelitian ini disarankan untuk melakukan beberapa penyesuaian dalam menggunakan elemen-elemen analisis wacana yang ditawarkan oleh Van Dijk. Disarankan commit to user 41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pula untuk melakukan analasis terhadap semua elemen yang terdapat dalam film, tidak terbatas pada pesan verbal.87 Ulfa Mubarak, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta, juga menggunakan pendekatan analisis wacana dengan model Van Dijk dalam penelitiannya yang berjudul “Poligami Dalam Film (Analisis Wacana Film Berbagi Suami dan Ayat-Ayat Cinta)” pada tahun 2009. Dalam teknik analsisis datanya, Ulfa Mubarak mengemukakan tiga pandangan yaitu analisis wacana menurut Theo VanLeeuwen, Sara Mills, Foucault, dan Van Dijk. Model Van Dijk dipilih karena dianggap memiliki struktur yang jelas dan lengkap untuk diaplikasikan dalam analisis wacana film. Kesulitan dalam penerapan model Van Dijk dalam penelitian ini adalah sulitnya penerapan analisis Van Dijk dalam film yang mencakup aspek audio visual karena analisis Van Dijk awalnya digunakan dalam menganalisis teks berita. Elemen-elemen teks tertulis dalam wacana model Van Dijk banyak yang tidak setaraf apabila diterapkan pada teks audio visual sehingga tidak semua struktur mikro bisa diterapkan dalam analisis film. Ulfa MUbarak menerapkan metode analisis wacana dengan cara mentransformasikan tiga struktur analisis wacana model Van Dijk dalam menganalisis adegan film. Karena keterbatasan tersebut, Ulfa Mubarak berharap agar penelitian film oleh para ahli film menggunakan analisis wacana model Van Dijk, sehingga struktur Van Dijk dapat digunakan secara 87 Skripsi Veronika Novita Lestari Manaan, berjudul Wacana Pendidikan Dalam Film (Analisis Wacana to user Terhadap Konstruksi Realitas Pendidikan di commit Indonesia dalam Film “Denias, Senandung di Atas Awan) UNS Surakarta tahun 2007. 42 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tepat dengan memperhatikan aspek sinematografi dalam menganalisis film yang bersifat audio visual.88 2. JENIS PENELITIAN Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian komunikasi kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol gejalagejala komunikasi atau mengemukakan prediksi-prediksi tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.89 Bogan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kat-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik / utuh. Tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.90 Lebih lanjut, S. Nasution mengemukakan konsep dasar penelitian kualitatif dan masalah yang mendasar mengenai penelitian ini sebagai berikut : 88 Skripsi Ulfa Mubarak yang berjudul “Poligami Dalam Film (Analisis Wacana Film Berbagi Suami dan Ayat-Ayat Cinta)” UNS Surakarta tahun 2009. 89 commit to user Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Lkis, Yogyakarta, 2007, hlm. 35. 90 Moleong,J lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Rosdakarya, 2007, hal.35. 43 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Penelitian ini tidak bertujuan menguji atau membuktikan kebenaran suatu teori. 2. Tidak ada pengertian populasi dalam penelitian ini. Sampling bersifat purposive yakni tergantung tujuan dan fokus pada suatu saat. 3. Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal melainkan internal, yakni penelitian ini tanpa menggunakan eksperimen atau angket melainkan menyeleksi aspek-aspek khas yang berulang kali terjadi dan menyelidikinya lebih dalam. 4. Analisis data bersifat terbuka dan induktif yang membuka peluang untuk perubahan, perbaikan, atau penyempurnaan berdasar data baru yang masuk 5. Hipotesis tidak dirumuskan pada awal penelitian karena tidak ada maksud menguji kebenaran. 6. Hasil penelitian tidak bisa diramalkan atau dipastikan sebelumnya sebab akan banyak hal terungkap yang tidak terduga sebelumnya.91 3. SUBYEK PENELITIAN Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah adegan-adegan Film "State of Play”, yang menggambarkan wacana jurnalisme investigasi. Adapun analisis penelitian ini akan difokuskan pada beberapa scene (adegan) yang dominan mengarah pada penelitian. Himawan Pratista sendiri mendefinisikan adegan sebagai bagian dari rangkaian yang dapat berupa user terori dan Praktis, Pusat Penelitian Sutopo, Heribertus, Pengantar Pennelitian commit Kualitatif, to Dasar-dasar Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 1998, hal. 91 44 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id teks atau gambar yang terdiri dari beberapa frame atau juga bisa kumpulan dari beberapa shot.92 G. SUMBER DATA a. Sumber Data Primer Sumber data utama dalam penelitian adalah Film “State of Play”. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan, jurnal, artikel-artikel, dan data dari situs internet. H. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan adegan yang secara dominan menggambarkan jurnalisme investigasi kemudian menganalisisnya menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk. I. TEKNIK ANALISIS DATA Analisis adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang akan atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang di inginkan.93 Analisis data dilakukan oleh peneliti untuk dapat menarik kesimpulankesimpulan. Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya dikembangkan dengan maksud hendak memberikan makna (making sense of) 92 Himawan Pratista, Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, hlm 29. commit to userdiakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 http://azteza.wordpress.com/category/analisis-wacana-kritis/ WIB. 93 45 perpustakaan.uns.ac.id terhadap data, digilib.uns.ac.id menafsirkan (interpreting), atau mentransformasikan (transforming) data ke dalam bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah (thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulan final.94 Secara umum penelitian ini menggunakan teknik analisis data interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Teknik analisis ini menurut Punch pada dasarnya terdiri dari tiga komponen: reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian kesimpulan.95 Gambar 1.2. Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman (1994:12)96 (Pawito : 2008) 94 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS, Yogyakarta, 2008, hal 100-101. commit to user Ibid,hal 104. 96 Ibid,hal 105. 95 46 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokkan, dan meringkas data. Pada tahap kedua, peneliti-menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo) mengenai berbagai hal.97 Kemudian pada tahap akhir dari reduksi data, peneliti meyusun rancangan konsep konsep (mengupayakan konseptualisasi) serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan tema, pola, atau kelompok data bersangkutan. Dalam komponen reduksi data ini kelihatan bahwa peneliti akan mendapatkan data yang sangat sulit untuk diidentifikasi pola serta temanya, atau mungkin kurang relevan untuk tujuan penelitian sehingga data-data bersangkutan terpaksa harus disimpan (diredusir) dan tidak termasuk yang akan dianalisis.98 Komponen kedua analisis interaktif dari Miles dan huberman, yakni penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk, maka penyajian data (data display) pada umumnya diyakini sangat membantu proses analisis.99 Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and veryfying conclusions), peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. 97 Ibid,hal 104. Ibid, hal 104-105. 99 Ibid, hal 105-106. 98 commit to user 47 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Film memiliki sejumlah makna pesan yang disampaikan melalui sejumlah tanda dalam bentuk audio-visual. Dengan demikian, bagaimana data diinterpretasi dan bagaimana pesan dalam sebuah film dikupas sangat bergantung pada landasan teori yang dipergunakan dalam suatu penelitian. Sesuai dengan metode penelitian, film sebagai obyek penelitian ini akan dianalisis melalui analisis wacana model Teun A. Van Dijk. Model analisis wacana yang dikemukakan oleh Van Dijk dipilih karena memiliki struktur yang jelas dan lengkap untuk diaplikasikan dalam analisis wacana teks dalam hal ini film. Model analisis Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut: 100 Teks Kognisi Sosial Konteks Sosial Gambar 1.3. Model Analisis Wacana Van Dijk (Eriyanto : 2005) Van Dijk tidak mengesklusi modelnya semata-mata dengan menganalisis teks semata. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana commit to user 100 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Lkis, Yogyakarta, 2000, hal. 225. 48 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersebut, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks untuk mengetahui bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu/kelompok pembuat teks. Pada aspek ketiga, mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.101 We have stressed that, facing the real issues and problems of today's world, discourse analysis, whether critical or not, may not make much difference, unless we are able to contribute to stimulating a critical perspective among our students or colleagues. To do that, we should persuade them not merely by our views or arguments, but also with our expertise. Although many studies in critical discourse analysis have shown that our results so far are encouraging, our expertise is still very limited.102 Kita telah menekankan bahwa, menghadapi masalah-masalah nyata dan masalah dunia saat ini, wacana, baik kritis atau tidak, mungkin tidak ada bedanya, kecuali kita mampu berkontribusi untuk merangsang perspektif kritis di kalangan siswa kita atau rekan. Untuk melakukan itu, kita harus membujuk mereka tidak hanya dengan pandangan kita atau argumen, tetapi juga dengan keahlian kita. Meskipun banyak penelitian dalam analisis wacana kritis telah menunjukkan bahwa hasil kami sejauh ini adalah mendorong, keahlian kami masih sangat terbatas. Ini berarti bahwa analisis wacana harus dilakukan secara sistematik, didasarkan pada data autentik, dilandasi wawasan teoretik, disajikan secara eksplisit, disemangati sikap reflektif, dan ditutup dengan akhiran terbuka (openended). Keterbukaan adalah keberanian menerima pembenahan dari mana pun serta dari siapa pun. 101 Ibid, 224-225. Teun A. van Dijk. 1993. "Principles of critical discourse analysis". Discourse &Society. 1993 London: commit to user Sage, vol. 4(2): 249-283.Dalam http://das.sagepub.com/content/4/2/249.abstract diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 102 49 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Apabila digambarkan, maka struktur teks Van Dijk ialah sebagai berikut.103 Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamatidari topik / tema yang diangkatoleh suatu teks. Superstruktur Kerangka suatu teks seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan Struktur Mikro Makna lokal dari suatuteks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks Gambar 1.4. Dimensi Teks Van Dijk (Eriyanto : 2005) Dimensi teks, menurut Van Dijk terdiri dari tiga struktur, yaitu104: 1. Struktur Makro, merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks, bersifat tematik (tema/ topik yang dikedepankan dalam suatu teks) dan sintaksis (bagaimana kalimat [bentuk, susunan] yang dipilih) commit user Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks to Media, Yogyakarta, Lkis, 2005, hal. 227. Ibid,hal. 225-229. 103 104 50 perpustakaan.uns.ac.id 2. Superstruktur, digilib.uns.ac.id merupakan kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan, bersifat skematik (bagaimana bagian dan urutan teks diskemakan dalam suatu teks secara utuh), dan stilistik (bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam suatu teks) The meaning of discourse is not limited to the meaning of its words and sentences. Discourse also has more 'global' meanings, such as 'topics' or 'themes'. Such topics represent the gist or most important information of a discourse, and tell us what a discourse 'is about', globally speaking. We may render such topics in terms of (complete) propositions such as 'Neighbors attacked Moroccans'. Such propositions typically appear in newspaper headlines.105 Arti dari wacana tidak terbatas pada arti kata-kata dan kalimat. Wacana juga memiliki lebih makna global, seperti 'topik' atau 'tema'. Topik-topik tersebut merupakan inti atau informasi yang paling penting dari suatu wacana, dan memberitahu kita apa yang wacana bicarakan secara global. Kita dapat membuat topik seperti dalam hal (lengkap) proposisi seperti 'Tetangga menyerang Maroko'. Proposisi tersebut biasanya muncul dalam berita utama surat kabar. Superstruktur menunjuk pada kerangka suatu wacana atau skematika, seperti kelaziman percakapan atau tulisan yang dimulai dari pendahuluan, dilanjutkan dengan isi pokok, diikuti oleh kesimpulan, dan diakhiri dengan penutup. Bagian mana yang didahulukan, serta bagian mana yang dikemudiankan, akan diatur demi kepentingan pembuat wacana. 3. Struktur mikro, merupakan makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks, bersifat semantik (makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks), dan retoris (bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan). Overall meanings, i.e. topics or macrostructures, may be organized by conventional schemata (superstructures), such as 105 Teun A. van Dijk. 2003. Discourse analysis as Ideology analysis. Internet Course for the Oberta de commit to user Catalunya (UOC). Dalam http://sakbanrosidi.files.wordpress.com/2008/07/sakban-rosidi-analisis-wacanakritis-sebagai-ragam-paradigma-kajian-wacana.pdf diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 51 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id those that define an argument, a conversation or a news report. As is the case for all formal structures, schematic structures are not directly controlled by ideological variation. A reactionary and a progressive story are both stories and should both feature specific narrative categories to be a story in the first place. 106 Makna keseluruhan, yaitu topik atau macrostructures, dapat diorganisasi oleh skema konvensional (superstruktur), seperti mendefinisikan argumen, percakapan atau laporan berita. Seperti halnya untuk semua struktur formal, struktur skematik tidak secara langsung dikendalikan oleh variasi ideologis. Sebuah reaksioner dan cerita progresif berada diantara cerita dan harus berada pada fitur kategori naratif tertentu untuk menjadi cerita di tempat pertama. Struktur mikro menunjuk pada makna setempat (local meaning) suatu wacana. Ini dapat digali dari aspek semantik, sintaksis, stilistika, dan retorika. Aspek semantik suatu wacana mencakup latar, rincian, maksud, pengandaian, serta nominalisasi. Menurut Van Dijk, meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat (mikro) yang dipakai. 107 Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu oleh Van Djik bukan semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai politik berkomunikasi, yaitu suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi dan menyingkirkan lawan atau penantang. Berikut ini dicantumkan satu per satu elemen teks wacana Van Dijk.108 106 Ibid. Ibid,hlm. 226. 108 Ibid, hlm. 228. 107 commit to user 52 perpustakaan.uns.ac.id STRUKTUR WACANA Struktur Makro Superstruktur digilib.uns.ac.id HAL YANG DlAMATI Tematik ELEMEN Tema/ topik yang dkedepankan dalam suatu berita Topik Skematik Skema Bagaimana bagian dan urrutan berita diskemakan dalam teks berita utuh Struktur Mikro StrukturMikro Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain Sintaksis Bagaimana kalimat (bentuk,susunan) yang dipilih StrukturMikro Stilistik Latar, detil, maksud, praanggapan, nominalisasi Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Leksikon Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita StrukturMikro Retoris Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan Grafis, metafora, ekspresi Gambar 1.5. Elemen Teks Wacana Van Dijk (Eriyanto : 2005) Elemen-elemen yang akan diteliti dalam analisis film nantinya, tidak commit to user sepenuhnya menggambarkan semua elemen yang sama dan setaraf dengan 53 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id elemen-elemen yang terdapat dalam struktur makro, superstruktur dan struktur mikro analisis teks wacana Teun Van Dijk. Dalam penerapan analisis film dengan menggunakan analisis model Van Dijk, penulis menerapkan model tiga struktur teks Van Dijk (struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro) dalam menganalisis adegan dalam film State of Play. Pada struktur mikro, pemisahan bagian-bagiannya seperti sintaksis, stilistik, dan retoris tidak dapat penulis terapkan dalam analisis adegan film karena komponen-komponen antara teks tertulis dan teks visual dan audio dalam film sangat berbeda. Komponenkomponen pada film lebih kompleks daripada teks tertulis sehingga penerapan analisis menggunakan model Van Dijk penulis terapkan dengan menggunakan ketiga struktur tersebut, namun tetap tidak meninggalkan aspek-aspek mikro dalam film seperti aspek sinematografisnya109. Adapun penerapan analisis wacana Van Dijk bila penulis terapkan dalam analisis film antara lain. Struktur Makro Tema general dari temuan-temuan fakta dalam adegan. Superstruktur Kerangka adegan fakia-fakta yang dimunculkan secara eksplisit atau implisit dalam adegan. Struktur Mikro Detil dari temuan fakta yang mencakup aspek sinematografi. Merupakan penjelasan dari struktur makro dan superstruktur Gambar 1.6. Elemen Teks Wacana Van Dijk dalam Analisis Adegan (Eriyanto :2005) 109 Skripsi Veronika Novita Lestari Manaan, berjudul Wacana Pendidikan Dalam Film (Analisis Wacana commit dalam to user Terhadap Konstruksi Realitas Pendidikan di Indonesia Film “Denias, Senandung di Atas Awan), UNS Surakarta tahun 2007. 54 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tahapan analisis adegan film dimulai dengan menentukan fakta-fakta cerita yang muncul dalam adegan film, inilah yang nantinya menjadi kerangka adegan. Setelah ditemukan kerangka atau sub tema dari adegan, dapat disimpulkan tema global dari adegan tersebut yang menjadi struktur makronya. Selanjutnya, struktur mikro merupakan penjelasan secara rinci dari kerangka adegan (supersruktur) dan tema global adegan (struktur Makro). Di akhir penjelasan, kemudian penulis mengambil kesimpulan apa yang ada di dalam adegan tersebut110. Pada penjelasan di atas merupakan penerapan analisis Van Dijk pada dimensi teks yang penulis terapkan dalam analisis film. Selanjutnya pada dimensi kognisi sosial, yaitu mengenai kesadaran mental pembuat film, wacana diyakini menunjukkan atau menandakan (sejumlah makna, pendapat, dan ideologi) yang dikedepankan pembuat film. Kognisi atau mental komunikator (pembuat film) ini secara jelas dapat dilihat dari topik yang dimunculkan dalam setiap adegan dalam film. Elemen-elemen lain dipandang sebagai bagian dan strategi yang dipakai oleh komunikator (pembuat film) untuk mendukung topik yang ingin dia tekankan dalam filmnya. Gagasan Van Dijk ini membantu penulis untuk memahami bahwa teks tidak lain adalah pencerminan dari mental atau kognisi wartawan (pembuat teks), yang dalam penelitian ini ialah pembuat film111. Selanjutnya pada analisis konteks sosial, teks kemudian dikaitkan dengan kondisi sosial yang ada di masyarakat. Dalam penelitian ini, penulis mengkaitkannya dengan wacana jurnalisme investigasi. Ketika analisis teks ada 110 Ibid. Ibid. commit to user 111 55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan sudah diteliti kemudian dikaitkan dengan konteks sosial, secara tidak langsung peneliti telah melakukan analisis wacana model Van Dijk secara utuh karena kognisi sosial sudah terkuak ketika analisis teks telah benar-benar terbongkar setelah dihubungkan dengan konteks sosial yang berkembang dalam masyarakat.112 Penelitian kognisi sosial merupakan kesadaran mental pembuat teks yang membentuk teks tersebut. Dalam proses ini, struktur wacana diyakini menunjukan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi sehingga untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks tersebut membutuhkan analisis kognisi dan konteks sosial. Wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Point penting dari analisis pada konteks sosial ialah untuk menunjukan bagaimana makna yang dihayati bersama kekuasaan sosial diproduksi oleh praktik diskursus dan legitimasi.113 J. Validitas Data Keabsahan (validitas) merupakan bentuk batasan yang berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data. Menurut Patton dalam HB Sutopo, terdapat empat macam triangulasi sebagai tekni pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu114: a. Triangulasi data 112 Ibid. commit to user Ibid. 114 HB. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, UNS Press, Surakarta, 2002, hlm. 78-85. 113 56 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. b. Triangulasi pengamat Adanya pengamat di luar peneliti sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data dan turut memeriksa hasil pengumpulan data. c. Triangulasi teori Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada telaah pustaka untuk dipergunakan dalam menganalisis penelitian. d. Triangulasi metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Penelitian ini menggunakan triangulasi data dengan perspektif lebih dari satu data dalam membahas permasalahan yang dikaji karena suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu masyarakat tidak hanya dikaji dari satu data saja namun juga pandangan lain.115 115 Skripsi Muhammad Fanni Ikhsan berjudul Potret Perjuangan Perempuan dalam Mengahadapi Ketidakadilan yang Direpresentasikan dalam Film Perempuan (Analaisis Wacana Perjuangan Perempuan commitUNS to user dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”). Surakarta. 57 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Deskripsi Film Perkembangan teknologi informasi berhubungan erat dengan perkembangan dunia jurnalisme yang sekarang semakin berkembang. Kerja jurnalistik tidak hanya menyampaikan suatu berita, namun juga menyelipkan ideologinya di dalam berita yang dikonstruksinya. Kerja jurnalistik juga semakin berat bilamana kasus yang akan diberitakan menyangkut skandal penguasa yang sedang berkuasa. Jurnalis harus melakukan kerja investigasi untuk dapat mengungkap fakta yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Hal tersebut yang digambarkan dalam film State of Play mengenai jurnalisme investigasi dalam mengungkap kasus pembunuhan yang melibatkan militer dan pemerintah. Bila dirunut, bukan hanya film State of Play yang mengangkat kerja jurnalisme ke dalam film. Dari tahun 1939 hingga tahun 2005, sudah ada 20 film yang mengangkat tema mengenai jurnalisme. Berikut daftar 20 film terbaik tentang wartawan yang datanya disarikan dari berbagai referensi, antara lain Film Site, Internet Movie Data Base, All Movie, National Geographic, The New York Times, The Washington Post,dan YouTube. Film-film tersebut adalah Inside Story – 1939, Foreign Correspondent – 1940, Night Editor – 1946, Deadline USA – 1952, Front Page Story – 1953, All The President’s Men – 1976, Network – 1976, Newsfront – 1978, Under Fire – 1983, The Killing Fields – 1984, Salvador – 1986, Broadcast News – 1987, The Paper – 1994, Up Close and Personal – 1996, commit to user 58 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Welcome to Sarajevo – 1997, The Insider – 1999, War Photographer – 2001, Live from Baghdad – 2002, Shattered Glass – 2003, dan Good Night and Good Luck – 2005.116 Sedangkan dari tahun 2007 hingga 2009, sudah tayang sebanyak 5 film yang mengangkat tema tentang jurnalis termasuk juga film “State of Play”. Diantaranya adalah The Hunting Party (2007), Veronica Guerin (2003), State Of Play (2009), Beyond A Reasonabled Doubt (2009), dan Balibo (2009). 117 Film State of Play dipilih untuk diteliti karena dalam film ini jurnalisme investigasi digambarkan sebagai pihak yang mampu mengungkap kebenaran yang sengaja ditutupi dengan berbagai tekanan yang diterimanya. Dalam film ini, jurnalisme investigasi mengemban tanggung jawab dan merasa terpanggil dalam memberikan fakta yang sebenarnya kepada masyarakat. Hal ini dibuktikan melalui scene terakhir dalam film yang menampilkan adegan sang jurnalis ketika menulis berita yang berisi tentang fakta akhir dari suatu kasus. Ia membongkar semua fakta mengenai kejahatan di balik kasus pembunuhan di mana masyarakat sangat membutuhkan informasi tersebut. Diadaptasi dari sebuah mini seri Inggris berjudul sama yaitu State of Play, film ini memberikan gambaran bagaimana wartawan investigasi yang berusaha mengungkap suatu kasus. Dengan menggunakan investigasi, sang jurnalis berusaha mengungkap kasus dengan terang benderang dan menampilkan fakta yang sebenarnya dalam mengungkap kasus pembunuhan. 116 http://sangpemburuberita.blogspot.com/2010/06/20-film-terbaik-tentang-wartawan.html diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. commit to user 117 http://ekajazzlover.wordpress.com/2010/02/26/film-film-tentang-jurnalis/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 59 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Sinopsis Film Diadaptasi dari sebuah mini seri Inggris berjudul sama, State of Play adalah sebuah film bertema politik yang disutradarai oleh sutradara film The Last King of Scotland, Kevin Macdonald. Berkisah mengenai penyelidikan beberapa jurnalis atas pembunuhan seorang wanita, yang ternyata merupakan wanita selingkuhan seorang anggota Kongres, film ini dibintangi oleh nama-nama besar di Hollywood. State of Play dimulai dengan adegan penembakan seorang perampok oleh seorang pria yang memegang sebuah koper. Seorang pengantar pizza, yang menyaksikan penembakan tersebut, juga ditembak oleh sang pria dan membuatnya menjadi koma di rumah sakit. Keesokan paginya, seorang wanita ditemukan tewas di sebuah jalur kereta api dan diduga sebagai sebuah usaha bunuh diri. Setelah diselidiki, wanita tersebut ternyata adalah Sonia Baker (Maria Thayer), seorang pegawai dari anggota Kongres Pennsylvania, Stephen Collins (Ben Affleck). Reaksi Stephen yang meneteskan air mata di depan publik ketika menyampaikan berita kematian Sonia kemudian menimbulkan spekulasi di kalangan pers bahwa Stephen telah menjalin sebuah hubungan khusus dengan Sonia. Di sudut kantor The Washington Globe, jurnalis Cal McAffrey (Russell Crowe), yang juga mantan teman satu kamar asrama Collins di masa kuliah, sedang mendiskusikan permasalahan tersebut dengan Della Frye (Rachel McAdams), reporter baru yang mengelola divisi online dari harian tersebut. Cal, commit to user 60 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang awalnya menyelidiki pembunuhan seorang perampok oleh seorang pria bersenjata yang digambarkan di awal film, ternyata menemnukan adanya hubungan antara Sonia dengan sang perampok tersebut. Naluri jurnalisme Cal dan Della akhirnya membimbing mereka untuk terus menyelidiki kasus ini. Investigasi ini sendiri juga didorong rasa bersalah Cal terhadap Stephen yang dulu sempat berselingkuh dengan istri Stephen, Anne Collins (Robin Wright Penn). Apalagi, setelah didera berbagai pemberitaan buruk mengenai dirinya, Stephen datang langsung ke apartemen Cal dan meminta bantuannya. State of Play kemudian menggambarkan penelusuran Cal dan Della atas kasus ini, yang ternyata, sedikit demi sedikit, malah membuka sebuah kasus besar yang melibatkan berbagai pihak militer Amerika Serikat. Dengan durasi sepanjang 128 menit, dan tema serta permasalahan yang sangat rumit, harus diakui State of Play adalah sebuah film yang cukup melelahkan bagi mereka yang bukan penggemar genre thriller politik seperti ini. Namun, dengan jajaran penulis naskah seperti Matthew Michael Carnahan, Tony Gilroy, Peter Morgan dan Billy Ray, yang masing-masing telah berpengalaman dalam menuliskan naskah sebuah film bernuansa politik, State of Play mampu hadir sebagai sebuah film politik yang tidak hanya pintar, namun juga mampu menghibur para penontonnya. Nuansa hiburan itu sendiri didapat ketika para penulis naskah film menyelipkan beberapa dialog ringan dan segar diantara dialog-dialog berat yang dihadirkan di sepanjang film. Kecerdasan naskah film ini juga didapat dari intensitas film yang sangat terjaga baik semenjak awal film. Secara perlahan, intensitas film ini terus commit to user 61 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id meningkat hingga menjaga ketegangan yang dirasakan para penontonnya ketika menyimak duet Cal dan Della yang sedang menyibak berbagai pertanyaan yang hadir di seputar kematian Sonia Baker. Walau terasa sedikit melambat dan menurun di bagian menjelang akhir film, namun tetap saja jalan cerita film ini kemudian perlahan meningkat kembali seiring dihadirkannya sebuah twist baru di akhir film. Tentu saja, daya tarik utama film ini adalah jajaran aktor dan aktris yang berperan didalamnya. Nama-nama besar seperti Russell Crowe, Ben Affleck, Rachel McAdams, Helen Mirren hingga Robin Wright Penn, Jeff Daniels, Jason Bateman dan Viola Davis mampu memberikan kualitas akting yang setara nama besar mereka. Para jajaran pemeran film ini saling mengisi karakter satu sama lainnya dengan sangat baik sehingga terlihat sangat, sangat meyakinkan bagi setiap penontonnya. Lewat State of Play, sutradara Kevin Macdonald berhasil mengantarkan sebuah naskah film bertema politik yang sangat cerdas dengan sangat baik: tidak terlalu berat dan depresif, namun juga tetap menjaga kadar ketegangan yang dihadirkan dengan penuh makna. Sisi naskah yang cerdas juga mampu didukung penuh oleh representasi akting para jajaran pemerannya yang berisi para aktor dan aktris papan atas yang semakin membuat kualitas State of Play berada di jajaran atas.118 C. Keterangan Film commit to user http://amiratthemovies.wordpress.com/2010/02/27/review-state-of-play-2009/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 118 62 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Judul film : State of Play Genre : Drama, Thriller, Adaptation and Politics/Religion Durasi : 1 hr. 58 min. Tanggal rilis : April 17th, 2009 (wide) Produsen : Universal Studio Directed : Kevin Mc.Donald Writing Credits : Matthew Michael Carnahan (screenplay) D. Casting Tony Gilroy (screenplay) Billy Ray (screenplay) Paul Abbott (television series) E. Pemeran Russell Crowe sebagai Cal McAffrey Ben Affleck sebagai Rep. Stephen Collins Rachel McAdams sebagai Della Frye Helen Mirren sebagai Cameron Lynne commit to user 63 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Robin Wright sebagai Anne Collins (as Robin Wright Penn) Jason Bateman sebagai Dominic Foy Jeff Daniels sebagai Rep. George Fergus Michael Berresse sebagai Robert Bingham Harry Lennix sebagai Det. Donald Bell Josh Mostel sebagai Pete Michael Weston sebagai Hank Viola Davis sebagai Dr. Judith Franklin David Harbour sebagai PointCorp Insider Sarah Lord sebagai Mandi Brokaw Tuck Milligan sebagai PointCorp Executive Steve Park sebagai Chris Kawai (as Stephen Park) Brennan Brown sebagai Andrew Pell Maria Thayer sebagai Sonia Baker Wendy Makkena sebagai Greer Thornton Zoe Lister Jones sebagai Jessy Michael Jace sebagai Officer Brown Rob Benedict sebagai Milt LaDell Preston sebagai Deshaun Stagg Dan Brown sebagai Vernon Sando Katy Mixon sebagai Rhonda Silver commit to user 64 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Shane Edelman sebagai D.A. Purcell Cornell Womack sebagai Junior Detective #1 Nat Benchley sebagai Junior Detective #2 Gregg Binkley sebagai Ferris Trula M. Marcus sebagai Carol (as Trula Marcus) Carolyn Barrett sebagai Policewoman Escorting Della Wil Love sebagai Iowan Congressman David E. Goodman sebagai Graves (as David CopelandGoodman) John Badila sebagai Mr. James Brigid Cleary sebagai Mrs. James Joy Spears sebagai Waitress / Dancer #1 Brandi Oglesby sebagai Waitress / Dancer #2 Stacey Walker sebagai Waitress / Dancer #3 R.B. Brenner sebagai Globe Production Manager Lucía Navarro sebagai Telemundo Reporter Chris Matthews sebagai MSNBC Reporter Lou Dobbs sebagai CNN Reporter James Vance III sebagai Reporter Sharon Dugan sebagai Business Woman Noel Werking sebagai Business Man Rose Coleman sebagai Jackie Lee von Ernst sebagai ICU Nurse commit to user 65 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Richard Ruyle sebagai Karaoke Singer Stuart Brazell sebagai Karaoke Bar Hostess (as Susan Stuart Herbert Gordon sebagai News Reporter #1(as Herbert 'ChrisGordon) Keith Anthonyvin sebagai News Reporter #2 Julie Carey sebagai News Reporter #3 Eun Yang sebagai News Reporter #4 Denae D'Arcy sebagai News Reporter #5 Natasha Chugtai sebagai News Reporter #6 Greg Graham sebagai The Wolf Eric Hatch sebagai Peter Josh Rhodes sebagai The Hunter Brazell) Barry Shabaka Henley sebagai Gene Stavitz Maurice Burnice Harcum sebagai Ben's Cashier F. Biografi dan porto folio Sutradara Kevin Mc. Donald Tempat & Tanggal Lahir : Scotland, 28 Oktober 1967 Filmography Director : - 2011 Marley (documentary) (filming) commit to user 66 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id - 2011 The Eagle - 2011 Life in a Day(documentary) - 2009 State of Play - 2007 My Enemy's Enemy (documentary) - 2006 The Last King of Scotland - 2004 Touching the Void: Return to Siula Grande (video documentary short) - 2003 Touching the Void (documentary) - 2001 Being Mick (TV documentary) - 2000 Humphrey Jennings: The Man Who Listened to Britain (TV documentary) - 2000 A Brief History of Errol Morris (documentary) - 1999 One Day in September (documentary) - 1998 Donald Cammell: The Ultimate Performance (documentary) - 1998 Kindertransport (documentary short) - 1997 Howard Hawks: American Artist (TV documentary) - 1997 The Moving World of George Rickey (documentary) - 1996 Chaplin's Goliath (documentary) - 1995 The Making of an Englishman (TV documentary) commit to user 67 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Producer : - 2010 Senna (documentary) (executive producer) - 2007 My Enemy's Enemy (documentary) (producer) - 1998 Donald Cammell: The Ultimate Performance (documentary) (producer) - 1998 Kindertransport (documentary short) (executive producer) - 1997 Shoot Out in Swansea: The Making of 'Twin Town' (TV documentary) (executive producer) Writer : - 2007 My Enemy's Enemy (documentary) (writer) - 1996 Chaplin's Goliath (documentary) (writer) - 1995 The Making of an Englishman (TV documentary) Miscellaneous Crew : - 2003 The Making of 'Touching the Void' (TV documentary) (director: Suilia Grande footage) Cinematographer : - 2001 Being Mick commit to user 68 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Tematik Film “State of Play” Tema merupakan gagasan pokok atau ide utama dalam sebuah teks atau naskah yang disampaikan baik secara tertulis maupun oral. Tema bisa disampaikan setelah kita selesai membaca secara tuntas dan menyeluruh sebuah teks atau naskah. Karena menggambarkan ide umum dari keseluruhan isi teks, maka tema didukung oleh beberapa sub tema yang saling mendukung satu sama lain. Dengan demikian teks atau naskah dapat menjadi koheren atau utuh. Dalam elemen tematik ini, penulis ingin mengetahui dan menganalisa tematema beserta subtema apa saja yang muncul atau coba diangkat dalam naskah film “State of Play”. Secara keseluruhan penulis mendapat kesan bahwa film ini mencoba mengangkat atau banyak berbicara seputar tema jurnalisme investigasi. Namun penulis juga mendapatkan kesan adanya beberapa subtema lain dalam film ini, baik yang mengandung signifikansi terhadap wacana jurnalisme investigasi. Maka dalam elemen tematik ini, penulis membagi tema-tema atau wacana yang muncul tersebut ke dalam tiga bagian besar : 1. Mengembangkan Fakta Dangerous Projects119 commit to user 119 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.102. 69 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dalam buku Septiawan Santana, yang dikutip oleh M.S. Wibowo dalam tulisannya di blog internet, menyebutkan bahwa jurnalisme investigasi dialokasikan sebagai pekerjaan berbahaya atau dangerous projects. Para wartawannya berhadapan dengan kesengajaan pihak-pihak yang tidak mau urusannya diselidiki, dinilai, dan juga dilaporkan kepada masyarakat. Oleh karena itu, kewaspadaan dalam karier kewartawanan menjadi hal yang penting. 120 a. Investigasi sebagai pengungkap fakta yang tersembunyi Subtema pertama adalah mengenai jurnalisme investigasi sebagai pengungkap fakta yang tersembunyi. Kesan ini sangat kuat dalam film State of Play. Dalam pengumpulan fakta-fakta, sang jurnalis menggunakan teknik investigasi. Ia berusaha untuk membongkar suatu kejahatan yang tersembunyi. Berikut adalah scenescene tentang jurnalisme investigasi dalam mengungkap fakta yang tersembunyi itu: Scene 33 (Cal mencoba menghubungi sebuah nomor telepon) Mail box commit to user http://mswibowo.blogspot.com/2010/05/pengantar-jurnalisme-investigasi.html diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 120 70 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjawab : “Hai. Kau menghubungi Sonia Baker. Aku tak bisa menghubungimu sekarang. tapi jika kau tinggalkan nama, nomor dan waktu kau menelpon, aku pasti menghubungimu. Terima kasih.” Scene 45 Scene91a Stagg dan Sando, keduanya ditembak. Satu peluru di tulang belakang, satunya di kepala. Ciri khas pembunuh profesional atau setidaknya seseorang dengan latar belakang militer. Mungkin Pasukan Khusus. PointCorp didirikan oleh 100% mantan militer. Kurasa itu hubungan yang tak bisa kita abaikan. Cal : Aku baru saja diberitahu mantan pegawai Ponitcorp bahwa mereka memiliki rencana memonopoli keamanan dalam negeri yang bernilai sekitar 40 miliar per tahun. Apa itu benar? Stephen : Ya Cal : Bagaimana? Stephen : Kau tak bisa menghubungkan apapun yang akan aku katakan kembali kepadaku. Kau mengerti? Cal : Tentu saja Stephen : baiklah. Tahun lalu, 47 perusahaan melakukan penawaran terhadap kontrak-kontrak besar Keamanan dalam negeri. Dari 57 perusahaan, 16 perusahaan memenangkan kontrak-kontrak itu. Dari 16 perusahaan itu, aku bisa buat koneksi antara 14 perusahaan. Dan maksudku bukan seseorang berganti perusahaan. Maksudku adalah praktek berbagi bank, perilaku kolusi. Aku yakin pada akhirnya, saat semuanya commit to userdibongkar, kau tak akan melihat 14 perusahaan individu. Kau akan 71 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id melihat 1 perusahaan saja. Kau mengerti? Scene 109b Scene 118a Watergate.Bukan cuma itu, Suite 413.Suite yang sama ketika Medal of Freedom Initiative sedang Melobi anak perusahaan PointCorp. Cal : Dua pertanyaan. Bagaimna Sonia bisa bekerja di kantormu dan nama orang yang merekomendasikan dirinya. Stpehen : Fergus. George Fergus Scene 119 Scene124 Cal memperlihatkan rekaman Aku perlu konfirmasi darimu Dominic yang berhubungan untuk sebuah artikel. Yang akan dengan kematian Sonia Baker kami cetak besok. Aku diberitahu kau merekomendasikan Greer Thornton untuk menyewa Sonia Baker. Apa itu benar? Scene 141 Scene 145 commit to user 72 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Cal : Bagaimana Anne Collins Cal : Siapa Robert Bingham tahu Sonia Baker mendapatkan 26 Stephen? (sambil melemparkan sebuah surat kabar) ribu dolar per bulan? Scene-scene di atas mempresentasikan kegiatan jurnalisme investigasi dalam mengungkap fakta yang tersembunyi. Cal, Sang jurnalis, terkesan sedang menghubungi 3 nomor yang didapatkannya dari catatan panggilan telepon genggam Deshaun Stagg. Dalam scene ini, Cal nampak ingin mengetahui orang-orang yang ia hubungi dengan melakukan penyamaran via telepon. Cal terkejut ketika menghubungi salah satu nomor yang ternyata adalah nomor Sonia Baker. Dikesankan bahwa ia mendapatkan satu fakta yang mengejutkan dirinya (scene33). Dari fakta yang ia dapatkan, kemudian ia menanyakan perihal keterlibatan Sonia Baker dalam dunia narkoba. Ia menanyakan hal itu karena nomor Sonia ada dalam catatan panggilan telepon genggam Deshaun yang diperkirakan meninggal karena terlibat dunia narkoba. Cal menganalisa dan menyimpulkan bahwa Sonia dibunuh oleh seseorang dengan latar belakang militer. Ia menyimpulkan demikian dengan alasan bahwa pria yang menembak Deshaun Stagg memiliki foto-foto Sonia Baker,commit memiliki sekantung peluru aneh yaitu peluru to user 73 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang didaur ulang dengan berat dua kali lipat peluru agar susah melacak pemiliknya, dan menembak korban dengan dua kali tembakan yaitu di tulang belakang dan di kepala. Hal ini menunjukkan bahwa pembunuh memang benar-benar berencana membunuh dan profesional atau bahkan pasukan khusus. PointCorp dijalankan oleh 100% militer dan Sonia Baker adalah kepala peneliti dalam penyelidikan PointCorp. Cal menghubungkan fakta – fakta tersebut menjadi suatu kesimpulan yaitu PointCorp berusaha merusak citra Stephen Callin karena Stephen bisa menjadi kerugian besar bagi perusahaan tersebut (scene45). Cal menemui Stephen Callin dan mengkonfirmasikan informasi yang disampaikan oleh orang dalam PointCorp. Stephen menjelaskan bahwa terjadi kolusi dalam pemenang kontrak-kontrak besar keamanan dalam negeri. Dalam scene ini, Stephen tekesan akan memperjelas koneksi antar pihak-pihak yang berkolusi melalui berbagai penyelidikannya yang dilakukan bersama Sonia Baker (scene91a). Ditemukan fakta menarik dalam scene ini yaitu Dominic Foy, seorang pria yang ada di setiap foto Sonia Baker menangis maupun di dalam foto-foto telepon selular Rhonda.Dominic adalah seorang humas yang bekerja di Daily Gril. Alamat kantor Dominic terdaftar di gedung Watergate kamar 413 yang merupakan anak perusahaan PointCorpdalam kegiatan lobi. (scene109b) commit to user 74 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Cal bertanya kepada Stephen melalui telepon tentang siapa yang memasukkan Sonia Baker bekerja dengannya. Stephen mengatakan bahwaanggota kongres yaitu George Fergus yang memasukkan Sonia untuk bekerja bersama dirinya (scene 118). Cal memanggil Stephen untuk datang ke hotel tempat dilakukannya wawancara dengan Dominic dan menyaksikan rekaman yang telah dilakukan dengan maskud mendapatkan berita dari kedua sisi. Setelah Stephen datang, ia menyaksikan rekaman wawancara Dominic yang menyatakan bahwa Dominic bertemu dengan seseorang yang nampak marah kepada Sonia karena Sonia tidak lagi memberikan informasi kepadanya. Dan ia mengatakan bahwa sejak saat itu Sonia tidak mau mengangkat telponnya ketika ia mencoba menghubungi Sonia. Kemudian ia bertemu dengan Sonia dan mencoba bicara padanya tetapi ia menangis. Ia menangis karena ia jatuh cinta kepada Collin dan dia hamil. Sonia sangat takut jika Collin mengetahui apa yang dia perbuat dan kemudian Stephen tidak menginginkan dia dan bayinya. Sonia tampak hancur hingga ia membakar ceknya. (scene 119) Dari fakta baru bahwa George Fergus (anggota kongres) yang memasukkan Sonia Baker ke dalam kantor Stephen, maka Cal melakukan konfirmasi kepada anggota kongres tersebut. Namun anggota kongres nampak marah dan tidak mengakui indikasi bahwa dirinya terlibat dalam skandal tersebut (scene 124) commit to user 75 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Cal menanyakan kepada Della darimana Anne tahu Sonia mendapatkan uang 26 ribu dolar per bulan. Hal ini janggal karena Cal dan Della tidak menunjukkan rekaman jumlah uang kepada Stephen. Cal lalu melihat sebuah foto Stephen Collin dengan gambar logo militer di belakangnya yang ternyata sama dengan logo pada baju pria yang berusaha membunuh Cal di kediaman Fred Summers. Cal berlari sambil membawa sebuah koran dan menyuruh Della untuk mengatakan kepada Cameron agar menunda berita yang akan dicetak. (scene141) Cal mendatangi Stephen dan menanyakan kepadanya siap sebenarnya Robert Bingham karena pria itulah yang berusaha membunuh Cal dan diduga membunuh Sonia Baker karena ia ada dalam rekaman video kereta bawah tanah. Di sinilah Stephen mengakui bahwa ialah yang menyuruh Bingham membuntuti dan melaporkan apa saja yang dilakukan Sonia karena Stephen merasakan ada sesuatu yang ditutupi oleh Sonia. Bingham dikeluarkan dari militer karena jiwanya yang labil. Karena jiwanya yang labil, Bingham kemudian membunuh Sonia karena ia kesal apa yang telah diperbuat Sonia kepada Stephen. Bagi Bingham, militer adalah segalanya dan ia membenci PointCorp karena apa yang telah mereka lakukan. Inilah akhir dari cerita film State of Play (scene145). Analisis Data commit to user 76 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Secara keseluruhan, scene-scene di atas menunjukkan bahwa tema film “State of Play”sangat lekat dengan kegiatan jurnalisme investigasi. Dalam buku Septiawan Santana mengenai jurnalisme investigasi, kerja peliputan wartawan merujuk pada tiga tipe reporter, yaitu general reporters, specialist reporters, dan reporters with an investigative turn of mind. Yang pertama, reporter tipe general, reporter yang mencari berita tanpa mengetahui lebih dulu subjek pemberitaannya. Ia bekerja dalam ketergesaan deadline. Berita yang diliput juga ditentukan editor. Sementara itu, reporter specialist adalah reporter yang memiliki rincian keterangan mengenai subjek liputan dan mencoba menjelaskannya. Sedangkan para reporter yang bekerja dengan pikiran investigative adalah berbeda dengan kedua tipe reporter sebelumnya. Reporter tipe ini selalu menyiapkan diri untuk mendengar berbagai hal yang dikatakan orang kebanyakan. Reporter investigasi juga mencari pemikiran yang berbeda dari orang-orang yang berbeda.121 Seorang wartawan investigasi handal mempunyai ciri pribadi yang skeptis, sabar, dan bisa menyusun strategi dalam mengungkap ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan.122 Tom Friedman, dari New York Times dalam buku Catatan-catatan Jurnalisme Dasar karya Luwi Ishwara mengatakan bahawa sikap skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, 121 Ibid,hal.147. commit user William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Mediato Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal 2. 122 77 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu. Inti dari sikap ini adalah keraguan, berbeda dari sikap sinis yang lebih mengarah kepada ketidakpercayaan.123 Scene-scene di atas mengesankan bahwa kerja investigasi yang dilakukan Cal adalah bermaksud mengungkap fakta yang tersembunyi. Jurnalisme investigasi dialokasikan sebagai pekerjaan berbahaya, Dangerous Projects. Para wartawannya berhadapan dengan kesengajaan pihak-pihak yang tidak mau urusannya diselidiki, dinilai, dan dilaporkan kepada masyarakat. Peliputan semacam pelacuran anak-anak di bawah umur mengharuskan Paul Ehrlich, dari Reader’s Digest, mesti bekerja di tengah orang-orang yang penuh dengan ketakutan. Walaupun mereka mengharapkan bahwa kegiatan pelanggaran di dunia prostitusi itu harus segera diakhiri. Mereka begitu sukarnya untuk menyampaikan berbagai keterangan yang diperlukan, sebelum mereka mempercayai betul apa yang tengah dikerjakan Ehrlich. Wawancara pun akhirnya sering dikerjakan di tempat-tempat yang terpencil, pada saat malam larut atau fajar pagi mulai terbit. Bahkan, ketika Ehrlich hendak memulai liputannya, dalam kerja reportase yang baru di tingkat amatan dan pertanyaanpertanyaan awal, seseorang telah mendatanginya, dan berseru, "Don't ask too many questions. It can be dangerous".124 to user Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalismecommit Dasar, Kompas, Jakarta, 2005, hal.1. Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.102. 123 124 78 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sebagai contoh saja, dalam kerja investigatif yang dilakukan Bondan Winarno mengenai “Skandal Emas di Busang Kalimantan”, ia tidak begitu saja dapat mempercayai sebuah berita kematian “seorang de Guzman”. Menurut hipotesanya, berita kematian tersebut tidaklah wajar karena bertentangan dengan fakta – fakta yang ia cari dan temukan.125 Banyak berita investigasi berkaitan dengan korupsi maupun penyalahgunaan hak konsumen namun berita investigasi tidak selalu mengurusi hal-hal demikian melainkan juga berupa tanggapan terhadap bisnis swasta yang menyalahgunakan kepentingan umum.126 Kaitannya dengan film State of Play, jurnalis investigasi berupaya mengungkap penyalahgunaan tentara bayaran oleh pelaku bisnis militer swasta dan terjadinya korupsi dalam pemerintahan. Temuan berupa penyalahgunaan dan korupsi tersebut adalah perkembangan dari penyelidikan kasus pembunuhan yang dari awal terus menerus digali hingga mendapatkan fakta lanjutan yang tersembunyi. Reporter investigasi juga kerap menjatuhkan reputasi pemikiran kepemimpinan tertentu, dan menjadi sosok yang tidak selalu benar, memiliki aib kesalahan. Ia mengumpulkan fakta-fakta yang ditunggutunggu banyak orang sebagai sebuah kejutan. Bukan sekadar pernyataan-pernyataan kontroversial, yang dikutipnya dari para narasumbernya, atau para pakar yang menyatakan sebuah kebenaran, 125 Ibid,hal.18. commit user William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Mediato Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal 2. 126 79 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id melainkan orang-orang yang mengetahui adanya rahasia yang belum atau tidak bisa diungkap, dan merasa marah atau merasa wajib untuk mengungkapkan apa-apa yang telah dirahasiakan selama ini.127 Kita tentunya masih ingat tentang penyelidikan Watergate oleh Washington Post pada tahun 1972 yang mengakibatkan mundurnya presiden Amerika Richard Nixon adalah contoh betapa ketekunan dapat mengungkapkan kebenaran di hadapan lawan dahsyat yang berupaya menutupi kebenaran.128 Kerja investigasi wartawan kerap menemukan area liputan yang mesti dibuka dengan sengaja, dicari dengan hitungan tertentu, dan dikontak dengan ketekunan dalam menarik narasumber untuk membeberkan keterangan yang diperlukan. Berbagai narasumber bahkan diasumsikan berkemungkinan untuk corupt, memanipulasi keterangan. Karena itulah, pelbagai data dan keterangan yang didapat dari sebuah kisah berita memerlukan analisis kritis wartawan investigatif. 129 Scene–scene berikut juga merupakan representasi dari jurnalisme investigasi yang berusaha untuk mengungkap fakta yang tersembunyi : Scene 74 Scene 76 127 Opcit,hal.148. William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi commit Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal.3. to user 129 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.104. 128 80 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Della : Hai. Tuan Statler? Ya? Ya Della : Hai. Della Frye dari aku dari Washington Globe. Aku Washington Globe. menulis artikel tentang kematian Sonia Baker dan aku hanya ingin.. Scene 77 Scene 78 Della : aku..bisakah aku bicara denganmu.. Tolong jangan... Sydney Schanberg memenangkan sebuah Pulitzer pada 1976 untuk liputannya tentang Kamboja di The New York Times. "Kalau saya harus memberitahu Anda seseorang yang pernik investigatifnya paling saya hormati, yang secara personal saya ketahui, orang itu adalah Sy Hersh. Namun ada pula orangorang lain yang tak pernah saya temui, seperti George Seldes, yang menulis tentang industri rokok lama sebelum setiap orang ingin mencetak karyanya. Koran-koran tidak tertarik karena mereka mengiklankan produk rokok. Saya tidak hendak mengatakan bahwa ia selalu benar; tak seorang pun begitu (tidak to user pernah salah). commit Reportase investigatif, sesungguhnya, adalah 81 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id reportase kulit-sepatu (shoe-leather reporting). Anda keluar, membunyikan bel pintu, berbicara pada orang. Anda tidak duduk di kantor. Anda mendatangi rumah-rumah orang dan mendapati pintu dibanting di depan wajah Anda." 130 Ada 3 elemen dasar yang mendorong kerja investigasi reporter menurut Ullmann dan Honeyman, yakni : laporan investigasi bukanlah laporan yang dibuat oleh seseorang, subjek kisahnya meliputi sesuatu yang penting alasannya bagi pembaca atau pemirsa, dan menyangkut beberapa hal yang sengaja disembunyikan dari hadapan publik.131 Hasil riset yang dilakukan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel yang didukung dan dibantu para ahli media yang tergabung dalam Comitte of Concerned Journalism yang kemudian ditulis dalam buku The Elements of Journalism, disebutkan bahwa tujuan utama dari jurnalisme adalah menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya kepada warga masyarakat agar dengan informasi itu mereka bisa membangun sebuah masyarakat yang bebas.132 Dalam buku Catatan-catatan Jurnalisme Dasar karya Luwi Ishwara yang diterbitkan Kompas, Paus Johanes Paulus II berkata : “Dengan pengaruh yang luas dan langsung terhadap opini masyarakat, jurnalisme tidak bisa dipandu hanya oleh kekuatan ekonomi, keuntungan, dan kepentingan khusus. Jurnalisme haruslah diresapi sebagai tugas suci, dijalankan dengan kesadaran bahwa sarana 130 Ibid,hal.130. commit to user Ibid,hal.136. 132 Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Kompas, 2005, Jakarta, hal.9. 131 82 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id komunikasi yang sangat kuat telah dipercayakan kepada anda demi kebaikan orang banyak”.133 Rivers dan Mathews juga menambahkan bahwa wartawan investigasi mengamsalkan bahwa jurnalisme adalah memberikan kepada publik informasi yang oleh pemerintah dilarang keras untuk diketahui oleh publik. Mereka memiliki keyakinan bahwa korupsi serta kebohongan yang terjadi lebih banyak daripada diduga orang.134 2. Kerja investigasi yang berkesinambungan dan tidak cepat puas terhadap fakta awal yang diperoleh 133 Scene 23 Scene 26 Call menghubungi Della. Cal : Aku punya sumber, kau perlu bicara dengannya. Della : Kenapa? Cal : Apa kau punya pulpen? Della : Ya. Cal : Letnan Leon Comey. Tulis itu. C-O-M-E-Y. C-O-M-E-Y. 202-555-0167. Dia akan memperlihatkan padamu rekaman kamera dari stasiun Metro. Cal : Sonia baker. Ada informasi dia terlibat narkoba? Dia pernah ditangkap atau masuk tempat rehabilitasi? Ibid, hal.18. Opcit,hal.144. commit to user 134 83 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Scene 96c Scene 100 Anne : kami memiliki dua hipotek. Kami memiliki rumah di Virginia. Kamu punya apartemen di sini. Pada dasarnya kami menghabiskan penghasilan kami. Jadi tidak mungkin Stephen bisa memberikan orang 40 ribu dolar tanpa sepengetahuanku. Dia sudah pasti seorang prajurit. Temanku dulu melihatnya di bursa keamanan. Tidak pernah mengetahui namanya. Tapi dia bekerja untuk pria tua bernama Fred Summers. Memasang instalasi alarm, hal-hal seperti itu. Ini alamat Fred. Crystal City. Scene 101 (Terlihat Cal mendatangi kediaman Fred Summers berdasar informasi yang ia dapatkan dari orang dalam PointCorps). Dalam scene23, terkesan bahwa Cal adalah sosok wartawan commit to user yang berupaya mendapatkan fakta-fakta lain setelah fakta awal 84 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id didapatkannya. Ia menyuruh Della Frye menemui seseorang agar mendapatkan rekaman video keamanan dari stasiun kereta bawah tanah tempat Sonia Baker dinyatakan tewas. Hal ini dilakukan Cal setelah Stephen menunjukkan sebuah rekaman video kepadanya. Video tersebut direkam pada pagi hari di hari kematian Sonia dan berisi rekaman Sonia Baker yang nampak ceria dan tidak menandakan bahwa ia akan bunuh diri. Kesan bahwa Cal adalah seorang jurnalis yang menjunjung tinggi fakta juga dikesankan dalam scene ini setelah ia mengucapkan kalimat kepada Della bahwa ia berusaha membantu mendapatkan fakta saat lain kali Della mencoba menulis sampah di internet. Scene 26 adalah scene yang menjawab bahwa tidak ada hubungan Sonia dengan narkoba. Dalam scene ini diceritakan bahwa Cal menemui seorang wanita teman Deshaun Stagg di tempat tersembunyi yang terkesan kumuh. Wanita tersebut berprofesi sama seperti Deshaun yaitu pencuri koper dan kemudia menjualnya kembali (semacam uang jasa). Wanita tersebut menunjukkan pada Cal beberapa foto-foto Sonia Baker, senjata, dan sekantung peluru aneh dari koper yang diduga milik pria yang membunuh Deshaun. Keberadaan nomor telepon genggam Sonia dalam catatan panggilan telepon Deshaun adalah karena wanita tersebut (pacar Deshaun Stagg) ingin mengingatkan sonia bahwa ia sedang dibuntuti oleh seseorang. Melalui bukti-bukti tersebut, Cal kembali mendapatkan fakta baru. commit to user 85 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Cal bertanya kepada Anne Callin (istri Stephen Callin) apakah Stephen bisa memberikan uang 40 ribu dolar kepada seseorang dalam satu bulan. Menurut Anne, Stephen tidak mungkin memberikan orang uang sebesar itu tanpa sepengetahuannya karena pada dasarnya mereka menghabiskan penghasilan mereka. Hal ini ditanyakan oleh Cal karena informasi yang didapat oleh Della adalah Stephen membayar hutang Sonia Baker sebesar 40 ribu dolar. Namun hal ini tidak terbukti setelah Cal mengkonfirmasikannya kepada Anne Callin (Scene96c). Pria yang bekerja di PointCorp mendatangi cal dan menjelaskan informasi yang ia dapat tentang seseorang yang terekam video rekaman kereta bawah tanah. Pria tersebut mendatangi Cal setelah sebelumnya Cal memintanya untuk mencari informasi tentang seseorang yang diduga terlibat dalam kasus pembunuhan Sonia. Menurutnya, pria dalam rekaman tersebut adalah seorang prajurit dan sekarang ia bekerja kepada seorang pria tua bernama Fred Summers. Ia memberikan alamat Fred Summers kepada Cal dan segera bergegas meninggalkannya. Kesan yang didapat dalam adegan ini adalah usaha Cal dalam melanjutkan fakta yang ia temukan. Dalam scene ini juga digambarkan kewaspadaan narasumber tersebut seolah-olah bahaya bisa mengancamnya kapan saja. (scene 100). Cal mendatangi alamat Fred Summers namun yang ia temui adalah pria yang ada dalam video rekaman kereta bawah tanah yang commit to user 86 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ditunjukkan oleh Della Frye. Cal mendatangi alamat tersebut setelah ia mendapatkan informasi yang diberikan oleh pria yang memahami sepak terjang PointCorps. Upaya yang Cal lakukaan tekesan bahwa ia berusaha mencari tahu siapa sebenarnya pria yang terekam video keamanan stasiun kereta bawah tanah tersebut (scene 101). Analisis Data Ada suatu fokus yang hendak diinvestigasi, yakni hal-hal yang mengarah kepada sebuah problem, masalah yang tampil ke permukaan (isu), dan kontroversi. Hal ini yang membedakan dengan peliputan reguler, atau reportase pada umumnya. 135 Dari scene-scene di atas, terdapat kesan bahwa dalam mendapatkan fakta-fakta yang utuh, dibutuhkan kerja investigasi yang berkesinambungan dan tidak cepat puas terhadap fakta awal yang diperoleh. Wartawan investigasi yang berdedikasi akan melakukan pekerjaanya karena ia percaya pada pentingnya pekerjaan itu. Pekerjaanya memberikan tantangan yang terus-menerus dan ia yakin bahwa ia berada di pihak kebenaran dan keadilan serta yakin ia mendapatkan dukungan publik jika pekerjaanya dilaksanakan dengan baik.136 135 Ibid,hal.137. commit user William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Mediato Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal.5. 136 87 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Reportase investigasi yang oleh Atmakusumah diistilahkan dengan Laporan Penyidikan, dapat dipahami melalui lima Tujuan dan Sifat pelaporannya yaitu137: a. Mengungkapkan kepada masyarakat, informasi yang perlu mereka ketahui karena menyangkut kepentingan atau nasib mereka. Dengan mengetahui informasi itu, masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan. Tanpa bantuan laporan penyidikan, informasi itu mungkin tidak dapat mereka ketahui, karena: 3. "pemilik" atau "penyimpan" informasi tidak menyadari pentingnya informasi itu 4. Informasi itu sengaja disembunyikan. b. Laporan penyidikan tidak hanya mengungkapkan hal-hal yang secara operasional tidak sukses, tetapi dapat juga sampai kepada konsep yang keliru. c. Laporan penyidikan itu beresiko tinggi, karena bisa menimbulkan kontroversi dan bahkan kontradiksi dan konflik. Untuk menghasilkan laporan seperti ini, sering kali harus menggali bahan-bahan informasi yang dirahasiakan. d. Karena itu harus jauh-jauh hari dipikirkan akibat-akibat yang dapat ditimbulkannya terhadap: commit to user 137 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.139-140. 88 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Subjek laporannya (dengan menimbang-nimbang akibat negatif yang diderita subyek laporan dibandingkan dengan manfaat bagi umum) 2. Penerbitan pers itu sendiri (baik reaksi dari lembaga resmi maupun dari pemasang iklan dan publik pembaca). e. Untuk menghadapi dilema ini diperlukan kecintaan dan semangat pengabdian kepada kepentingan masyarakat luas. Pada pokoknya, harus ada idealisme, baik di dalam diri reporter penyidikan (investigative reporter) itu sendiri maupun di sektor-sektor lain dalam struktur organisasi penerbitan pers itu sampai kepada anggota direksi dan pemegang sahamnya. Mereka semua perlu memiliki integritas pribadi, dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, serta bersikap tenang dan tidak emosional dalam menghadapi kemungkinan guncangan-guncangan akibat reaksi dari luar. f. Dalam jurnalisme investigasi dibutuhkan keberhati-hatian. Keberhati-hatian diperlukan bukan hanya untuk keselamatan jiwa namun juga dalam menemukan fakta. Semua itu bermula dari motivasi menyampaikan the wright a wrong. Pelbagai akumulasi materi yang telah ditelusuri, pada ujungnya tertuju kepada sebuah konklusi fakta: bahwa ada kenyataan yang salah yang terjadi di commit to user 89 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id masyarakat. Dengan kata lain, kumpulan data dan materi investigasi hanya sebuah bahan untuk sebuah fakta.138 Kerja wartawan investigasi ibarat seorang penyelidik yang tengah meneliti dan meluruskan berbagai kebohongan yang sengaja diciptakan oleh pihak-pihak tertentu. Wartawan investigasi bisa dibedakan dengan wartawan harian. Awal perbedaannya terletak pada inisiatif wartawan investigasi yang tidak menunggu sampai suatu masalah atau peristiwa timbul dan diberitakan. Akan tetapi wartawan investigasi justru menampilkan permasalahan baru atau sesuatu hal yang baru.139 Dalam jurnalisme investigasi, juga dikenal istilah Libel Check. Libel check berarti melihat kembali data dan fakta yang telah diperoleh, termasuk kembali membaca tulisan yang sudah dibuat. Hal ini dilakukan untuk menghindari berita-berita fitnah.140 2. Penelusuran Fakta Material dan Saksi Kunci a. Penelusuran Bukti-bukti yang Dilakukan Jurnalis Investigasi dalam Film “State of Play” 138 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.103. http://materijurnalistikums.blogspot.com/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 140 Rangkuman dan Analisis Buku “Reportase Investigasi, Menelisik Lorong Gelap” Penulis: Dadi Sumaatmadja yang diunduh dalam http://catatancalonwartawan.wordpress.com/2009/03/11/rangkuman-dan-analisis-buku%E2%80%9Creportase-investigasi-menelisik-lorong-gelap%E2%80%9D/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul commit to user 21.36 WIB. 139 90 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Scene 31 Scene 72 (Terlihat Cal memeriksa catatan panggilan pada telepon gengam milik Deshaun Stagg) Della : siapa ini? Sepertinya aku kenal. Woman : Dominic Foy. Dia temannya Sonia Scene 86 Scene 21 Della : Aku sedang mencari gambar Sonia dalam rekaman kamera keamanan Metro. 20 detik setelah memasuki area di luar kamera, pria ini muncul. Kurasa aku melihat dia semalam di RS. Stephen Collin menunjukkan rekaman video Sonia Baker kepada Cal. Sonia mengucapkan :“Sayang, kudoakan kau semoga sukses. Taklukkan mereka dan aku tidak sabar menunggu akhir pekan ini. Aku cinta padamu. Sampai ketemu.” Scene 41 Scene 80 commit to user 91 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Terlihat Cal sedang memperhatikan Terlihat Della sedang memberikan foto-foto yang ditunjukkan oleh kekasih temuan-temuannya kepada Cal. Della Deshaun Stagg) menemukan sosok Rhonda Silver dalam investigasinya. Scene82 Terlihat Cal sedang meemriksa laman website Cal berusaha mendapatkan catatan panggilan pada telepon genggam milik Deshaun Stagg, pria kulit hitam yang dibunuh pria tak dikenal. Penjaga mayat (yang terlihat sudah akrab dengan Cal) nampak agak gusar dan mencoba memperingatkannya bahwa mereka berdua akan mendapatkan masalah jika diketahui sedang berbincang dalam ruangan tersebut (scene 31). Scene72 berisi tentang usaha jurnalis yaitu Cal dan Della mencari data-data mengenai orang-orang yang mengenal sosok Sonia Baker mulai dari pengacara, teman kuliah, hingga mencari nomor commit to user 92 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id telepon seseorang bernama Rhonda Silver melalui nomor jaminan sosial. Della menunjukkan temuan mengejutkan kepada Cal. Ketika ia sedang melihat video rekaman kereta bawah tanah, ia melihat seorang pria memasuki titik buta 20 detik setelah Sonia lebih dulu masuk ke sana. Ia memperlihatkan wajah pria tersebut sambil mengatakan bahwa ia melihatnya pada hari terjadinya pembunuhan Vernon Sando sang penjual Pizza di rumah sakit. Kemudian Cal segera memverivikasi informasi ini kepada orang dalam di PointCorp dengan tujuan mencari tahu siapa sebenarnya orang di dalam foto yang ditunjukkan Della (scene86). Dalam scene 21, tampak Stephen menunjukkan video rekaman Sonia Baker yang bersemangat dan tidak sabar menunggu akhir pekan bersamanya. Video tersebut direkam pada pagi hari di hari kematian sonia. Video tersebut menunjukkan bahwa sonia tidak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena tampak wajah keceriaan dan semangat dalam raut wajah Sonia. Cal nampak memberikan sinyal bahwa video tersebut dapat digunakan untuk merubah fakta tentang kematian Sonia Baker yang dianggap bunuh diri. Cal mencoba membangun fakta-fakta baru untuk menyangkal tuduhan berbagai media bahwa Sonia Baker meninggal karena bunuh diri. Seorang gadis nampak menyerahkan tas berisi foto-foto Sonia Baker kepada Cal. Tas berisi foto-foto tersebut dijual oleh gadis commit to user 93 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersebut seharga 500 dolar kepada Cal. Sang gadis menjelaskan bahwa ada seseorang yang sedang menguntit Sonia. Namun telepon genggam Sonia mati ketika ia mencoba menghubungi Sonia untuk memperingatkannya. (scene 41). Della memberikan informasi kepada Cal mengenai mantan teman sekamar Sonia Baker Yaitu Rhonda Silver (scene80). Penelusuran terhadap website yang berhubungan dengan PointCorps. Scene ini terkesan terhubung dengan pencarian Cal terhadap fakta-fakta lain dalam kasus pembunuhan Sonia karena diletakkan di antara pencarian data-data mengenai orang-orang dekat Sonia dan dengan tempo yang cepat (scene82). Analisi Data Scene-scene di atas menunjukkan bahwa kinerja jurnalisme investigasi menelusuri fakta material yang ada. Dalam buku Septiawan Santana mengenai jurnalisme investigasi, terdapat dua jenis fakta yang harus dikejar dalam reportase investigasi yaitu material dan saksi kunci. Fakta material berupa dokumen tertulis (kuitansi, laporan keuangan, nota pribadi, catatan harian, memo dinas, dsb). Fakta material sering dijadikan pintu untuk memasuki sebuah kasus. Investigasi tidak bisa ditampilkan apa adanya, tanpa dilengkapi data akurat dan bukti material yang otentik. Fakta tersebut ibaratnya commit to user 94 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id senjata bagi jurnalis investigasi untuk menangkal setiap kemungkinan pengaduan atau gugatan dari pihak terkait. 141 Dalam buku Laporan Investigasi Untuk Media cetak dan siaran karya William C. Gaines, dokumen merupakan salah satu metode jurnalis investigasi dalam mengumpulkan fakta. Di buku ini disebutkan bahwa dokumen merupakan informasi tertulis dan apa saja yang dicetak, dan lain-lain yang diandalkan untuk mencatat atau membuktikan sesuatu (Webster’s New World Dictionary). Dokumentasi dapat ditemukan di tempat-tempat yang ganjil bukan hanya dalam arsip resmi. Hal ini dapat memberikan ruang tambahan bagi jurnalis investigasi dalam bekerja. Dokumen dapat memberikan penolakan terhadap narasumber yang mengungkapkan pernyataan yang “berbalik” dan mencoba untuk berdusta.142 Dokumen ini penting karena di sanalah biasanya ketentuanketentuan yang mengikat bisa dijadikan barang bukti. Dokumen juga bisa dipakai untuk mempertentangkan pernyataan-pernyataan nara sumber yang berbohong. Di Indonesia banyak sekali pejabat atau pemimpin perusahaan yang setengahnya "berbohong" dengan cara menjawab pertanyaan wartawan secara diplomatis atau bahkan dengan memutarbalikkan logika. Keberadaan dokumen tertulis dengan mudah akan membantah semua kebohongan. 143 Seperti yang dilakukan Cal 141 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.109. William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi commit to user Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal 18-19. 143 Opcit, hal.173. 142 95 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam film “State of Play”, ia menunjukkan sebuah foto mengenai Bingham ketika ia mengajukan pertanyaan kepada Stephen Collin. Hal ini dapat mengikis kebohongan yang dilakukan oleh narasumber ketika investigasi sedang dilakukan. Pada era teknologi internet seperti sekarang, kerja investigasi jurnalistik menjadi lebih terbantu. Data-data dapat dikirim dengan mudah via email melalui provide yang menyediakan alamat email secara gratis. Investigasi juga dapat dilakukan melalui website dari instansi pemerintah maupun swasta. Kerja seperti itu dapat menghemat waktu daripada harus mendatangi instansi pemerintah/swasta satu per satu. 144 Goenawan Mohamad, wartawan senior Indonesia, menyatakan bahwa ia melihat upaya reportase investigatif yang tengah bergerak mengikuti naluri penciuman untuk membuka upaya pihak-pihak yang menutup-tutupi suatu kejahatan. Mereka terus menelusuri pelbagai dokumen, yang terkait dengan kejahatan tersebut, dan mencoba mempelajarinya, untuk menemukan adanya tindak kejahatan dilakukan di balik sebuah peristiwa.145 Dalam jurnalisme investigasi, dokumen yang dimaksud tidak harus berupa sesuatu yang tertulis namun juga gambar dan impuls elektronik yang direkam dalam pita yang mengandung informasi juga disebut sebagai dokumen. Definisi dokumen juga dapat diperluas commit to user Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori & Praktik, ROSDA, Bandung, 2006, hal 293. Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal 136. 144 145 96 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk mencakup informasi yang dipahat, ditulis, atau dicetak. Bahkan sebuah bagan gigi mungkin dianggap sebagai dokumen meskipun mungkin tidak berisi kata-kata sama sekali. Sebagai contoh adalah bagan gigi yang digunakan sebagai bahan identifikasi mayat.146 Benda-benda yang dikumpulkan oleh polisi dari TKP adalah bukti. Sedangkan daftar inventaris yang dicatat di lembaga kepolisian merupakan sebuah dokumen. Sebagai contoh adalah gigi seorang mayat korban pembunuhan. Gigi itu sendiri adalah bukti sedangakan bagan gigi yang dibuat adalah dokumen. 147 Namun yang perlu dijadikan catatan bahwa dokumen bukanlah ujung dari jejak suatu kasus. Dokumen harus dipahami dan maknanya dikaitkan dengan berita yang sedang diinvestigasi. Dalam buku Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa karya Ashadi Siregar dipaparkan bahwa kecenderungan menggunakan data atau dokumen untuk mendukung penulisan berita semakin berkembang. Hal ini terjadi karena tidak setiap masalah dapat dijelaskan secara baik kalau hanya lewat kata-kata. Ada masalah yang perlu dijelaskan dengan suatu gambaran yang terukur.148 Ada sifat kerja intelektual, yang harus disiapkan oleh reporter investigatif sebagai kunci pembuka kasus-kasus yang hendak diungkapkannya. Mereka harus 146 memiliki penalaran untuk Opcit, hal. 21. Gaines, William C, Laporan Investigasi untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi Kedutaan Besar Amerika Serikat, 1998, hal 21. commit to untuk user Media Massa,kanisius, Yogyakarta, 1998, 148 Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita hal 51. 147 97 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mendapatkan catatan dokumentasi, dan kemampuan mengaksesnya secara legal yang tidak semudah liputan reguler. Penelusuran dokumen merupakan sarana untuk mengecek kebenaran dari apa yang dikatakan narasumber terhadap sebuah peristiwa. Berbagai dokumen itu kerap menjadi batu loncatan, dasar pijakan, bagi bangunan kisah mengenai korupsi, penyelewengan tugas, konflik kepentingan, atau salahmanajemen. Pada momen tertentu, keseluruhan kisah mungkin telah terbangun melalui hanya lembaran catatan keuangan (financialrecords). Akan tetapi pada umumnya, kerja investigatif baru terlihat hasilnya setelah melewati prosedur dasar jurnalistik: berbicara dengan banyak orang, mengajukan pertanyaan, mencari jawaban. 149 Dalam buku Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran karya William C. Gaines, dokumen utama yang digunakan oleh jurnalis investigasi adalah yang merupakan arsip publik namun tidak semua dokumen yang dapat dipakai adalah bersifat publik saja. Catatan pribadi juga dapat digunakan sebagai dokumen seperti tagihan telepon, catatan medis, dan pengembalian pajak. Dulu, dokumen disimpan dalam brankas dan dinumerisasi. Namun di era komputerisasi, penyelidik dapat mencarinya ke dalam komputer dengan hanya mengetikkan nama seseorang atau dari kasus yang pernah dialaminya.150 149 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.109. commit user William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Mediato Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal 22. 150 98 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Kegiatan Wawancara yang dilakukan Jurnalis Investigasi dalam Film “State of Play” Scene 43 Scene87 Cal : siapa yang mungkin menginginkan Sonia mati? Stephen : apa? Cal : Apa ada sesuatu dalam sejarahnya, yang belum kau katakan kepadaku? Koneksi yang membuat Sonia terkena masalah? Stephen : Tidak. Tidak. Tidak. Tunggu, saat ini aku berbicara dengan temanku atau wartawan? Cal : Aku harus menjadi keduanya. Kau mengenal pria bernama Deshaun Stagg? Stephen : Tidak. Dia seorang pemuda. Kriminal kecil. Pecandu narkoba. Tertembak dan terbunuh satu malam sebelum Sonia mati. Stephen : Cal, Sonia tak punya hubungan apapun dengan narkoba. Cal : Dengar Stephen, aku memberitahumu hal-hal yang belum aku biarakan dengan koranku. Kau harus pikirkan ini. Siapa yang menginginkan kematian Sonia? Scene 90 Cal : Michael, aku perlu sesorang untuk membantuku menggali lebih dalam tentang PointCorp. Aku perlu orang dalam. Seseorang yang tahu cara mereka beroperasi (sembari melihat-lihat website PointCorp) Scene 117 commit to user 99 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Cal : Jadi, apa pemahamanmu mengenai tujuan PointCorp? Mr.X : Tujuan mereka? Mereka lakukan apapun yang mereka inginkan. Para tentara ini tak menjawab siapa pun. Mereka tidak setia pada apa pun selain cek pembayaran. Scene 127 Scene 57 Stephen : Aku pertama kali diperkenalkan kepada Sonia Baker pada bulan April 2007........ (Terlihat Cal sedang melakukan wawancara dengan Stephen dan Anne Collins) Scene 68 Dominic : Ada seorang pria, yang aku kenal dari klub. Dan dia bekerja untuk firma humas yang sangat besar. Cal : Nama? Dominic : Dan dia.. Tidak, aku tak akan memberikan namanya. Dia temanku. (Terlihat Cal, Della dan kedua temannya sedang melakukan wawancara mendalam terhadap Dominic Foy) (Terlihat Della mencari informasi tentang saksi pembunuhan Deshaug Stagg yang terlihat sudah sadar dari koma. Vernon Shando dianggap saksi kunci atas terbunuhnya Deshaun Stagg) Scene 81 commit to user 100 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Cal : Bob, ini Cal. Kau bisa melakukan Della: Ini Della Frye. Aku wartawan pencarian nomor jaminan sosial? The Globe. Kau pernah menjadi pengacara Sonia Baker dalam kasus mengutilnya? Someone: Apa Dominic memberikan nomorku kepadamu? Scene 145 Cal : Siapa Robert Bingham? Stephen : Apa ada polisi di luar? Cal : Tidak. Stephen : Aku menyelamatkan nyawa Robert Bingham di Kuwait, 1991. Saat itu dia berusia 17 tahun. Dia prajurit yang baik. Dia bangga dengan pekerjaan kami. Angkatan darat adalah hidupnya.dan dia memiliki masalah sat dia dilepaskan. Cal menemukan adanya nomor Sonia Baker pada telepon genggam Deshaun kemudian ia mencoba menyimpulkan adanya fakta commit user Cal mengkonfirmasikan fakta hubungan Sonia dalam duniatonarkoba. 101 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ini kepada Stephen. Ia menanyakan apakah ada pihak yang menginginkan kematian Sonia. Ia juga menanyakan perihal hubungan Sonia dengan Deshaun yang terbunuh satu malam sebelum Sonia tewas (scene43). Scene87 berisi tentang usaha jurnalis yaitu Cal dan Della mencari data-data mengenai orang-orang yang mengenal sosok Sonia Baker mulai dari pengacara, teman kuliah, hingga mencari nomor telepon seseorang bernama Rhonda Silver melalui nomor jaminan sosial. Cal menemui orang dalam PointCorp yang tidak ingin disebutkan identitasnya. Cal menemuinya untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan tersebut. Cal nampak menyerahkan foto orang yang dicurigai membunuh Vernon Sando dan Sonia Baker. Pria tersebut menjelaskan kepada Cal bahwa para prajurit di PointCorp hanya setia pada uang dan mengatakan bahwa Stephen Callin akan terus dirusak reputasinya oleh PointCorp karena ia sedang mengancam keuntungan perusahaan tersebut sebesar 30 atau 40 miliar dolar per tahun. Pria tersebut menjelaskan keuntungan utama dari PointCorp adalah dalam operasi dalam negeri mereka. Mereka dikirim untuk mengendalikan massa setelah badai katarina, merekalah kontraktor militer swasta yang diizinkan menembak warga Amerika, melatih teknik interogasi baru kepolisian Chicago, dan tak lama lagi mereka akan mengambil alih N.S.A dalam hal menyadap telepon, commit to user 102 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pusat data teroris, dan segalanya. Ia menambahkan bahwa ini adalah restrukturisasi dasar kebijakan intelejen dalam negeri yang berarti privatisasi keamanan dalam negeri (scene90) Adegan ini berisi tentang wawancara Della dan Cal, dengan Dominic Foy yang berlangsung di dalam sebuah kamar sebuah hotel. Setelah ditekan oleh Cal, akhirnya Dominic bersedia untuk berbicara. Ia mengakui bahwa dirinya yang memilih sonia untuk bekerja pada PointCorp. Sonia dibayar 20 ribu dolar setiap bulan. Ia mengaku bahwa Sonia bercerita kepadanya mengenai Collin yang ia matamatai. Menurutnya, Sonia terlibat kisah asmara dengan Stephen Callin dan itulah yang menghancurkan rencana PointCorp untuk mematamati Stephen. Dalam scene ini juga dikesankan bahwa Cal ingin mengetahui seluruh fakta, terutama yang tidak ia ketahui dari Dominic. Dominic ketakutan ketika Cal menyuruhnya untuk menyebutkan siapa orang yang merekomendasikan Sonia untuk bekerja bersama Stephen. (scene117) Stephen mendatangi kantor berita Washington globe untuk memberikan pernyataan. Stephen mengaku bahwa Sonia direkomendasikan oleh anggota kongres yaitu George Fergus. Dan ia mengaku bahwa Sonia ditempatkan di kantor Stephen sebagai matamata dan mengakui adanya korupsi di antara anggota partainya. Stephen mambuka kejahatan yang telah dilakukan oleh PointCorp. Kemudian ia menyatakan bahwa pointcorp membunuh Sonia Baker commit to user 103 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id karena Sonia dianggap memiliki semua informasi tentang penyelidikan terhadap PointCorp. Yang menarik dari scene ini adalah ketika Anne keluar ruangan, ia mengatakan kepada Cal bahwa Sonia tidur dengan Stephen untuk 26 ribu dolar per bulannya. (scene127) Della berusaha menemui Vernon Shando untuk mencari informasi karena Shando dianggap sebagai saksi kunci dalam kasus pembunuhan (scene 57) Dalam scene 68, Della melakukan wawancara melalui telephon kepada orang-orang yang dulu pernah berhubungan dengan Sonia. Cal berusaha mencari nomor telephon Shonda Silver melalui nomor jaminan sosial. Scene 81 berisi tentang penelusuran Cal terhadap saksi kunci dalam kasus pembunuhan Sonia Baker. Scene 145 merupakan upaya Cal dalam memperoleh informasi mengenai Robert Bingham. Cal mendatangi Stephen dan menanyakannya langsung. Analisis Data Merujuk pada scene-scene di atas, maka nampak jelas bahwa jurnalisme investigasi melakukan kegiatan penelusuran saksi kunci melalui wawancara. Saksi kunci adalah fakta berupa kesaksian dari sumber berita. Saksi kunci menempati posisi terpenting dalam reportase investigasi. Saksi kunci yang gampang digelitik umumnya commit to user 104 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mereka yang kebetulan menjadi korban dari konspirasi dan relatif bersih dari pusaran konflik dan intrik. 151 Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary dinyatakan : Interview is a meeting between two people to discuss important matters. Atau pertemuan antara dua orang untuk mendiskusikan hal-hal yang penting.152 Jadi wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan bahan berita (data atau fakta). Pelaksanaanya bisa dilakukan secara tatap muka ataupun secara tidak langsung seperti melalui telepon, internet, ataupun surat (termasuk juga surat elektronik).153 Wawancara juga merupakan salah satu cara menggali informasi lewat percakapan antara wartawan dengan seseorang yang menjadi sumber berita.154 Dalam buku Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran karya William C. Gaines dinyatakan bahwa wawancara investigasi, entah orang yang diwawancarai dianggap sebagai target atau tidak, biasanya dilakukan dalam cara yang tidak resmi ketimbang seperti interogasi yang kasar dan bermusuhan. Wartawan berusaha memperoleh fakta dan pandangan orang yang diwawancara dengan menjadi pendengar yang baik serta mengajukan pertanyaan yang tepat. Dalam jurnalisme investigasi, wawancara dapat dilakukan dengan teknik yang bermacam-macam. Jurnalis investigasi dapat melakukan wawancara secara pribadi. Dengan cara ini, keuntungan 151 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.110. Jani Yosef, To Be A Journalist, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal.34. to user 153 Asep Syamsul M. Romli S.IP, Jurnalistik commit Praktis Untuk Pemula, ROSDA, Bandung, 1999, hal.35. 154 Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, SPIKOM, Solo, 1999, hal.43. 152 105 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang diperoleh jurnalis adalah bisa mengetahui mimik muka dan raut wajah yakin maupun kebohongan dari narasumber. Namun jika izin wawancara tidak diberikan, jurnalis dapat menyusun strategi berupa pembentukan tim dalam pengumpulan fakta. Jurnalisme investigasi lekat dengan strategi dalam mengungkap fakta yang tersembunyi.155 Wawancara memegang peranan penting dalam mengungkap fakta karena melalui wawancara didapat keterangan yang diperlukan wartawan. Menurut Roy Paul Nelson, wawancara dinilai sebagai salah satu bagian dari kerja riset jurnalistik (pencarian data dan keterangan) yang menuntut kerja keras. Bagi dunia jurnalisme investigatif, setiap melakukan wawancara, wartawan investigatif memerlukan pendekatan dan penanganan yang berbeda pada tiap kasusnya. Setiap individu, yang diwawancara memiliki segi-segi personal, kepribadian, dan kejiwaan, yang khas manusiawi. Sementara, wartawan investigatif dibebani dengan pengejaran tugas untuk mengungkap dan menggali segala keterangan, yang kerap, masih diliputi kegelapan. Dari tiap sumber berita, iajuga harus memperhitungkan kemungkinan manipulasi keterangan yang disengaja, ataupun bisa juga tidak disengaja - dikarenakan oleh sebab human error. 156 Mula-mula seorang wartawan investigator adalah wartawan yang tidak menerima mentah-mentah pernyataan sumber-sumber resmi. Ia melakukan pekerjaan riset yang dalam, tekun merekonstruksi 155 William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi commit Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal.20. to user 156 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.254. 106 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id suatu kejahatan dan tidak kenal lelah untuk mengejar sumber-sumber yang penting. Sumber-sumber mereka sangat banyak sehingga dokumen-dokumennya bertumpuk. Jelas bahwa sebuah karya investigasi tidak bisa dibuat hanya dengan mengandalkan sebuah laporan pemeriksaan polisi atau keterangan pers sebuah lembaga swadaya masyarakat.157 Studi yang dilakukan oleh American Society of Newspaper Editors (ASNE) antara tahun 1985-1998, bahwa pembaca menginginkan semua sumber disebut namanya dan bila tidak bisa harus disebutkan alasannya. Publik menginginkan wartawan dan jurnalisme kembali ke dasar dari bercerita tentang orang-orang dan peristiwa dalam komunitas mereka, dan menyajikan cerita dengan adil dan imbang dengan sumber-sumber yang teridentifikasi.158 Ada berbagai jenis Wawancara yaitu: a. WawancaraTelepon Hubungan telepon dinilai dapat memangkas waktu dan memungkinkan mengajukan pertanyaan lebih lugas daripada pertemuan tatap muka. Wartawan dimungkinkan untuk mencatat atau merekam komentar tanpa mengganggu pembicaraan. Namun feedback non-verbal tidak dapat diamati wartawan. b. Wawancara Langsung commit to user Ibid,hal.146. Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Kompas, Jakarta, 2005, hal.26. 157 158 107 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Melalui pertemmuan langsung, wartawan dapat lebih banyak memiliki waktu dan kemungkinan mendapat ranah-ranah baru pemberitaan. c. Konferensi Pers Konferensi pers sering diartikan sebagai suatu peristiwa yang direncanakan oleh para pejabat atau pengusaha untuk kepentingan dan keinginan sendiri. Suasana konferensi pers membuat wartawan sulit mendapat, atau mengejar informasi yang berharga.159 Wawancara investigatif memang membutuhkan teknik tersendiri karena berbagai macam kemungkinan dapat terjadi dalam sebuah wawancara. Melalui sebuah pertanyaan yang salah, di dalam sebuah wawancara investigatif, Alex Dobish dari Journal di Milwaukee, Amerika, mendapatkan sebuah keberuntungan. Ketika itu, ia tengah memojokkan seorang pegawai pemerintah daerah, agar mengakui keterlibatannya di dalam suatu kasus manipulasi tanah. Dengan kegeraman, dan ledakan intonasi retorik, Dobish menyatakan bahwa pembeli tanah itu lalah Root River Land Corporation. Pengaruh suasana wawancara, dengan ajuan pertanyaan yang terus menghimpitnya, membuat pegawai pemerintahan daerah itu terlonjak, terpancing. Dan menegaskan bahwa proses jual-beli tanah yang dilakoninya tidak melibatkan sebuah korporasi (corporation) akan commit to user 159 http://materijurnalistikums.blogspot.com/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 108 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tetapi sebuah perusahaan (Company). Usai menjelaskan hal itu, tibatiba ia sadar bahwa ia sudah terjebak.160 Dalam melakukan wawancara, terdapat beberapa jenis keterangan narasumber yang harus disepakati, sebelum bahan wawancara ditulis: a. On the record Semua pernyataan boleh dikutip dengan menyertakan nama serta gelar orang yang membuat pernyataan tersebut. b. On Background Semua peryataan boleh dikutip tapi tanpa menyertakan nama dan gelar orang yang memberi peryataan tersebut. c. On Deep Background Apapun yang dikatakan boleh digunakan tapi tidak dalam bentuk kutipan langsung dan tidak untuk sembarang jenis penyebutan. d. Off the record Informasi yang diberikan tidak boleh disebarluaskan. Dan juga tidak boleh dialihkan kepada narasumber lain dengan harapan bahwa informasi itu kemudian boleh dikutip.161 Sering permasalahan muncul dari soal pencarian narasumber yang menjadi kunci pembuka keterangan. Jack Tobin memaparkan pengalamannya mencari seorang Jane Smith, yang commit toObor userIndonesia, Jakarta, 2004, hal.268. Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Ibid,hal.262-263. 160 161 109 menjadi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id narasumber liputan investigasinya, selama hampir tiga bulan, di kota Los Angeles yang berjumlah sepuluh juta lebih penduduknya. Kisah liputannya mencantumkan nama Jane Smith untuk jarak waktu sebelum Perang Dunia ke-2, yakni pada tahun 1940. Melalui riset kepustakaan di berbagai catatan kependudukan, Tobin berhasil menemukan buruannya. Semua itu didapat melalui upaya repoltase investigatif yang terfokus kepada segala keterangan yang terkait dengan rincian kehidupan individu yang hendak dijadikan narasumber. Untuk itu, dalam perkembangan masyarakat seperti Amerika, berbagai sumber dan media informasi dapat dipergunakan, seperti: newspaper libraries, buku-buku telepon, city directories, para tetangga, registrasi pemilikan SIM, para peserta pemilu, catatan kelahiran, sampai ke catatan-catatan yang bersifat komersial (Uniform Commercial Code fillings), catatan keputusan pengadilan (pailitnya perusahaan, pajak, perceraian, dsb), dan catatan tesis dan disertasi univestitas. 162 Dalam menghadapi narasumber yang terkesan menghindar, menutup-nutupi, ataupun menolak diwawancarai maka wartawan bisa saja menuliskan kejadian tersebut dalam beritanya. Bahwa narasumber menolak untuk diwawancarai atau terkesan menghindar ketika diminta informasi. Jika itu yang terjadi maka pembaca akan menarik commit to user 162 Ibid,hal.111. 110 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kesimpulan sendiri mengapa narasumber menolak untuk diwawancarai.163 Wartawan investigatif jarang meliput mengenai agenda hidup sehari-hari seseorang. Mereka seakan lebih mencari sesuatu keburukan di dalam liputannya. Mereka datangi sebuah pertemuan para pejabat bukan untuk sekadar mewawancarai biografi satu per satunya, akan tetapi karena adanya seseorang yang dinilai memiliki otoritas sebagai pembuataturan, dan mempertanyakannya. Mereka meliput pertemuan dewankota, contohnya, jika di sana terdapat latar belakang yang berhubungandengan sebuah proyek besar. Jika pun mereka membuatnya menjadi laporan, hal itu berkaitan dengan tugas liputannya. Bahan liputannya akan dijadikan dokumentasi bagi liputan selanjutnya.164 Beberapa prinsip peliputan mengindikasikan kegiatan penggalian informasi. Pekerjaan wartawan ialah mengumpulkan informasi untuk membantu masyarakat memahami pelbagai kejadian yang mempengaruhi kehidupan mereka. Penggalian itu membawa para reporter untuk melakukan tiga kegiatan, di dalam reportase. Pertama, Surfacefacts, yakni, penelusuran fakta-fakta dari sumberorisinal, seperti pelbagai rilis berita, catatan-catatan tangan, dan pelbagai omongan (speeches); Kedua, Reportorial enterprise yang meliputi kerja memverifikasi, menyelidiki, meliput kejadian-kejadian commit to user Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori & Praktik, ROSDA, Bandung, 2006, hal.203. Ibid,hal.145. 163 164 111 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mendadak (spontaneous), Interpretation mengamati andanalysis, yakni, latar coba belakang; mengukur Ketiga, akumulasi informasi berdasar tingkat signifikasinya, dampaknya, penyebabnya, konsekuensinya. 165 "Saya harus memaksa diri saya untuk mengajukan berbagai pertanyaan tajam," ujar wartawan investigatif Bruce Lockin. Gaya ajuan pertanyaannya menjelaskan ciri, sekaligus teknik, di dalam mengajukan pertanyaan secara tidak tampak, tidak memperlakukan pertanyaan sebagai layaknya sebuah pertanyaan. Jenis pertanyaan ini merupakan upaya mengajukan pertanyaan untuk sebuah informasi yang sudah diketahui. Subjek investigatif dipojokkan pada posisi seseorang yang harus menjelaskan, tidak diberi pilihan untuk menyangkal. Bila pun maksud dari pertanyaan yang diajukan adalah untuk kepentingan konfirmasi, jenis pertanyaan ini langsung menggoyahkan subyek investigasi. Disini, wartawan investigatif tidak bertanya dengan pertanyaan apa namun lebih menanyakan mengapa.166 Bahkan ketika jurnalis mencoba mengorek informasi kepada tipe masyarakat yang kurang ekspresif dalam mengemukakan pendapat dan aspirasinya, maka jurnalis perlu melakukan pertanyaan- 165 Ibid,hal.140-141. Ibid,hal.268. commit to user 166 112 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pertanyaan yang memutar sehingga terwawancara tidak perlu harus merumuskan pendapatnya.167 Kerja wartawan investigasi kerap harus mencari informasi kepada orang-orang yang memgang peranan penting dalam suatu kasus atau sering disebut dengan Finding the people. Finding the people adalah kunci setelah sebuah kisah investigatif ditemukan wartawan. Reportase investigatif membutuhkan pertolongan orangorang yang relevan, yang terkait dengan kisah yang hendak disampaikan. Dari pelbagai narasumber yang mau diajak wawancara, wartawan investigatif kerap menemukan rekomendasi penting bagi pelacakan selanjutnya. Para informan menjadi petunjuk rangkaian kisah yang hendak dikembangkan. Walaupun kerap harus dihadapi risiko untuk tak berkehendak disebutkan jati dirinya. Hal ini merupakan hal yang harus diminimalisir di dalam pelaporan jurnalistik. Karena itu, "janganlah dikutip pernyataan orang yang tidak diketahui keberadaannya," saran Spark. Namun, bila semuanya telah absah dan memungkinkan, kutipan para informan amat diperlukan.168 Dalam buku Laporan Investigasi untuk Media Cetak dan Siaran karya William C. Gaines memaparkan kegiatan wawancara yang dilakukan Glays Tyding. Ia melakukan wawancara dengan sumbernya beberapa kali. Sumber pertamanya tidak mengatakan segala hal yang diketahuinya. Bahkan dalam sejumlah situasi, wartawan investigasi 167 Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa, kanisius, Yogyakarta, 1998, commit to user hal.48. 168 Ibid,hal.110-111. 113 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tidak pernah tahu identitas si pemberi petunjuk dan hanya mengenalnya dari suara di telepon. Mungkin sumber pertama ini memiliki faktor politis dengan memberikan informasi kepada jurnalis. Dalam buku ini dijelaskan bahwa motif sebuah sumber bukanlah faktor yang harus diperhatikan bila sedang mempertimbangkan apakah sebuah berita berdasarkan petunjuk harus dimuat atau tidak. Jika ini mengenai isu penting maka berita itu tidak memerlukan halhal yang lain lagi atau dengan kata lain layak untuk diinvestigasi dan kemudian dimuat.169 Namun ada pula kerja investigasi yang berhasil mengungkapkan masalah-masalah besar melalui berita yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam artian, berita investigasi yang dihasilkan tidak berasal dari petunjuk atau tindak lanjut atas sebuah berita yang menghebohkan akan tetapi lebih tertata dalam perencanaanya.170 Ada sifat kerja intelektual, yang harus disiapkan oleh reporter investigatif sebagai kunci pembuka kasus-kasus yang hendak diungkapkannya. Mereka harus memiliki penalaran untuk mendapatkan catatan dokumentasi, dan kemampuan mengaksesnya secara legal yang tidak semudah liputan reguler. Penelusuran dokumen merupakan sarana untuk mengecek kebenaran dari apa yang dikatakan narasumber terhadap sebuah peristiwa. Berbagai dokumen itu kerap menjadi batu loncatan, dasar pijakan, bagi bangunan kisah 169 William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi commit Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal.34. to user 170 Ibid, hal.53. 114 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengenai korupsi, penyelewengan tugas, konflik kepentingan, atau salahmanajemen. Pada momen tertentu, keseluruhan kisah mungkin telah terbangun melalui hanya lembaran catatan keuangan (financialrecords). Namun, pada umurnnya, kerja investigatif baru terlihat hasilnya setelah melewati prosedur dasar jurnalistik: berbieara dengan banyak orang, mengajukan pertanyaan, mencari jawaban. 171 Investigating Individuals adalah istilah lain dari people trails, yaitu menyangkut kegiatan pencarian dan wawancara dengan para narasumber. Hal ini terkait dengan kegiatan mendapatkan keterangan dan para narasumber yang berwenang, kredibel, dan legimet, untuk memperkuat pembuktian dari fakta yang hendak dilaporkan. Bukan hanya mencatat pandangan dari para pakar/ahli, wartawan investigatif juga harus mampu menembus narasumber yang terkait dengan permasalahan yang hendak diungkap, seperti para mantan pejabat, eksekutif, dan pekerja lainnya, bahkan orang-orang luar yang mengetahui jelujuran persoalannya. Dapat melakukan wawancara dengan mereka, merupakan langkah penting lain yang mesti dilakukan wartawan investigatif. Banyak dari mereka yang harus diberi kepercayaan dahulu sebelurn mau untuk diajak wawancara. Meraih kepercayaan ini bukan pekerjaan mudah. Untuk itulah, teknik interviewpun menjadi sarana lanjutan dari wartawan investigatif. commit to user 171 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.109. 115 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Mereka harus menguasai pelbagai teknik mendapatkan keteranganketerangan penting dan orang-orang yang diajak wawancara.172 Wartawan perlu mengetahui cara bertanya yang tepat, agar orang lain mau memberikan keterangan yang diperlukan. Sebelum sampai ke tindakan mengajukan pertanyaan, seorang wartawan perlu mengetahui untuk hal-hal apa ia perlu melakukan cara ini.173 Para wartawan investigatif dan redakturnya mesti siap untuk mengantisipasi perkembangan kisah, dan sigap mencatat hal-hal penting yang mesti ditelusuri. Penggalian investigatifnya bukan saja tertuju pada perolehan fakta-fakta, atau sampai kepada kebenaran yang hendak diungkap, namun tertuju pula untuk mengurangi terjadinya kesalahan agar rangkaian reporter-sumber berita-khalayak tidak terjebak dengan menelusuri persoalan dengan kerangka berpikir yang salah. Pelbagai asumsi wartawan investigatif harus tetap dijaga melalui pelbagai pengecekan, terkait dengan upaya mengamati komentar atau kutipan kunci persoalan dan sumber berita yang benar. 174 Dunia jurnalisme membutuhkan kejelian dalam memilah dan memilih fakta yang akan ditampilkan. Dalam reportase, terdapat lima pegangan yaitu prinsip-prinsip intelektual yaitu (1) jangan menambahkan sesuatu yang tidak ada (2) jangan menipu pembaca, (3) 172 Ibid,hal.110. Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa,kanisius, Yogyakarta, 1998, commit to user hal 46. 174 Opcit,hal.134. 173 116 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id transparan sebisa mungkin tentang metode dan motif dalam peliputan, (4) percaya pada keaslian reportase sendiri, dan (5) rendah hati.175 Wartawan investigatif harus memahami benar proses mendapatkan kemudahan berbagai data di berbagai tempat. Mereka harus bisa membuat jalinan hubungan yangbersahabat dengan orangorang yang bekerja, dan mengetahui betul berbagai catatan yang hendak dicari di tempat-tempat yang menjadi area investigasi. Orangorang tersebut tidak harus kepala departemen, akan tetapai cukup orang-orang yang menguasai betul bagaimana tempat tersebut bekerja.176 Bahkan jenis wawancara investigasi yang lebih jauh lagi ketajamannya, menggunakan teknik manipulasi sikap seolah-olah mengetahui fakta yang terjadi. Partanyaan ditujukan melalui gaya reporter yang telah mendapatkan keterangan – keterangan penting sehingga dalam menolak keterlibatannya, narasumber akan menjelaskan berbagai hal yang sebenarnya terjadi. Seperti teknik yang digunakan oleh Brit Hume, dalam Inside Story (Doubleday, 1974) yaitu menuduh tokoh kunci melakukan sesuatu, walau telah diketahui bahwa ia tidak mungkin terlibat. Keberhasilan dari teknik ini adalah ketika mereka menyatakan ketidaksetujuan dan menyatakan telah terjadi suatu kesalahan karena mereka sebenarnya hanya berada di posisi keterlibatan tertentu. Bahkan mereka cenderung akan to user Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalismecommit Dasar, Kompas, 2005, Jakarta, hal.25. Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.112. 175 176 117 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengungkap fakta sebenarnya karena tidak mau menerima tuduhan yang lebih berat lagi.177 Dalam penjelasan Peter Benyaminson, dari Detroit Free Press, yang dikutip Rivers dan Mathews di dalam buku Septiawan Santana, memaparkan bahwa sangat sering terjadi bahwa seorang penyelidik yang tekun mampu mengungkap segala sesuatunya kecuali kaitan akhir dari serangkaian tindakan kriminal. Dalam keadaan seperti itu, memutuskan untuk bertemu dengan tokoh utama dan menuduhkan semua tindakan kriminal sambil membiarkan dulu kenyataan belum terungkapnya bukti yang sebebutlnya menjadi kunci pemecahan, seringkali membuahkan hasil. Karena tokoh utama mengira wartawan sudah memiliki semua bukti sehingga ia lebih memilih mengakui perbuatannya.178 Hasil dari wawancara harus dikonstruksi kembali oleh jurnalis ke dalam suatu peristiwa dengan kritis agar fakta yang digunakan untuk membangun rekonstruksi berhasil menampilkan gambaran yang mendekati realitas sebenarnya dan obyektif. Hal ini penting karena sering terwawancara (orang yang diwawancarai) memandang sesuatu dengan subyektif dan mementingkan kepentingan golongan tertentu atau memiliki keberpihakan terhadap salah satu pihak.179 3. Tekanan terhadap jurnalisme investigasi 177 Ibid,hal.269. Ibid,hal.270. commit to untuk user Media Massa,kanisius, Yogyakarta, 1998, 179 Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita hal.58. 178 118 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tekanan-tekanan tersebut meliputi : a. Kekerasan Fisik Terhadap Jurnalis Wacana ketiga adalah “kekerasan terhadap jurnalis”. Kesan ini muncul karena adanya beberapa adegan kekerasan yang dilakukan terhadap kerja jurnalis dalam film “State of Play”. Dalam berbagai upaya pengungkapan fakta, sang jurnalis menghadapai rintangan. Salah satu rintangan tersebut adalah kekerasan secara fisik dan mental. Cal, seorang wartawan media cetak Washington Globe dalam film State of Play mengalami percobaan pembunuhan. Terdapat adegan yang menampilkan bahwa ada pihak yang tidak senang jika kasus yang menimpanya terbongkar. Pihak tersebut mencoba membunuh sang jurnalis dengan melakukan pengejaran dan melepaskan tembakan kepada sang jurnalis. Berikut ini adalah scene-scene yang menunjukkan kekerasan yang dialami sang jurnalis. Scene 104 Scene 147 (Penembakan yang dilakukan (Cal diancam dibunuh oleh Robert Robert Bingham terhadap Cal) Bingham namun usaha pembunuhan tersebut dapat digagalkan oleh polisi) commit to user 119 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Cal, sang jurnalis mengalami percobaan pembunuhan kepada dirinya dengan ditembak sebanyak 2 kali sesaat setelah mendatangi narasumber dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi. Cal harus sembunyi diantara mobil-mobil yang diparkir di sebuah garasi untuk menghindari aksi percobaan pembunuhan kepada dirinya. Bahkan ia sempat terjatuh dari mobil karena ia berusaha untuk menggelayuti mobil agar terbebas dari tembakan. Ia selamat setelah mobil yang ia gelayuti menabrak mobil polisi sehingga pelaku melarikan diri karena takut tertangkap polisi ( scene 104). Cal, sang jurnalis kembali mengalami percobaan pembunuhan terkait dengan berbagai fakta yang ia ungkap. Namun upaya pembunuhan ini dapat digagalkan karena pelaku terlebih dahulu ditembak oleh polisi yang tiba di lokasi (scene147). Dari scene-scene di atas tampak bahwa kinerja jurnalis dalam peliputan investigasi sangat rentan terhadap keekrasan. Hal ini dikarenakan investigasi adalah kegiatan jurnalisme yang mencoba untuk mengungkap sebuah kasus atau kejahatan yang tertutup rapat. Seorang jurnalis harus mampu menghadapi berbagai tekanan untuk dapat mencapai independensi dalam investigasi. Ketika suatu peristiwa terjadi, ia harus mampu mencari informasi yang sebenarbenarnya. Informasi yang tertutupi dan yang sengaja ditutupi harus ia gali. Joseph Pulitzer, menurut Mitchell V.Charnley, useryang signifikan yang mendasari menyatakan commit ada duato hal 120 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id reportase investigatif: bahwa jurnalisme harus membawa muatan pelayanan “pencerahan” (enlightened) publik dan seringkali juga kegiatan fighting reporting (reportase perlawanan). Kerja peliputan jurnalistik macam ini dimotivasi oleh “semangat, ketrampilan, keberanian, dan imajinasi”. Kerja peliputannya tidak puas dengan “kemendalaman penggalian” dan agresivitas serta kerap “berbahaya/berisiko tinggi” terhadap fakta-fakta yang tersembunyi.180 Ini menjelaskan bahwa kinerja jurnalis dalam investigasi dekat dengan bahaya. Hal ini dikarenakan sang jurnalis harus menggali informasi dengan dalam terhadap suatu kasus yang sengaja disembunyikan. Seperti layaknya sebuah perlawanan, jurnalisme investigasi tidak berhenti berjuang untuk mendapatkan kebenaran walau harus menghadapi berbagai tekanan. Di Indonesia, kasus Udin BERNAS adalah salah satu dari beberapa kasus tentang kekerasan jurnalis yang tidak mudah dilupakan. Fuad Muhammad Syafruddin atau yang kerap disapa Udin, wartawan Harian BERNAS, meninggal dunia karena penganiayaan yang menyebabkan pendarahan berat di kepala dan kerusakan otak. Dia diduga dibunuh setelah Tulisan-tulisan Udin mengenai kebijakan pemerintah orde baru dan militer. 181 Kegiatan jurnalisme investigasi adalah tentang memasuki ruangan berbahaya yang sudah terdapat papan peringatan “dilarang masuk” pada bagian depannya. 180 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 53-54. commit to user http://www.komnasham.go.id/component/content/article/1-latest-news/850-komnas-ham-akan-buka-kasuswartawan-bernas-udin diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 181 121 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Reportase investigasi merupakan kerja jurnalistik yang berisiko. Pihak-pihak yang namanya tersangkut dalam investigasi sering melakukan perbuatan tidak terpuji terhadap wartawan. Misalnya dengan cara menyerang nama baik wartawan, pemboikotan secara ekonomis terhadap wartawan, dan mengancam hingga melakukan penganiayaan.182 b. Tekanan dari media Subtema kedua dalam wacana “jurnalisme investigasi” dalam film State of Play adalah tekanan dari media. Berikut adalah scenescene yang mengesankan adanya tekanan dari media untuk menampilkan gosip / sesuatu yang belum tentu benar : Scene 107a Scene 107e Cam : Ya, mengapa kita tidak Kita punya manajemen baru bisa mempublikasikan itu? untuk menjawab itu, Cal. Mereka Seorang pelayan datang dengan tertarik dengan penjualan, bukan mengungkapkan skandal seks. dengan kebijaksanaan. Hebat, itu sungguh berita penting. Lalu dia menolaknya. Ada berita yang lain lagi. Lalu salah satunya berkoar, dan ada cerita lain lagi. Sementara orang sedang membaca commit to user 182 Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori & Praktik, ROSDA, Bandung, 2006, hal.266. 122 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id soal itu dan mereka dapatkan itu dari kita sebab kita yang pertama memilikinya! Tapi kita tidak melakukannya, bukan? Tidak, karena ada orang bodoh memutuskan untuk tak meliputnya. Cameroon (sang editor) nampak menekan Cal untuk menampilkan fakta yang belum utuh. Fakta tersebut dinilai akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan media ( scene107a). Cameroon nampak menjelaskan bahwa manajemen baru di perusahaan. Perusahaan lebih tertarik dengan penjualan bukan mengenai kebijaksanaan (scene107e). Dari scene-scene di atas nampak bahwa kesan adanya tekanan dari media. Sang editor yang merupakan representasi dari pihak media menekan supaya jurnalis memuat berita mengenai sesuatu yang belum tentu benar atau mengandung kebohongan namun bisa mendatangkan profit atau keuntungan. Dalam scene tersebut juga terdapat kesan bahwa editor menekan jurnalis untuk segera menampilkan informasi yang didapat meskipun fakta sebenarnya belum terungkap. Hal semacam inilah yang sering menjadikan fakta sering kabur ataupun tenggelam. Dalam scene ini direpresentasikan bagaimana seorang wartawan diperhadapkan pada kepentingan institusi media yaitu editor. Editor menghadapkan jurnalis pada persoalan oplah atau commit to user 123 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penjualan, iklan, saham, relasi pemilik modal dsb. Padahal tugas redaktur adalah mengemban tanggung jawab akan isi dari halaman surat kabar dengan menerima bahan mentah, baik dari kantor berita, wartawan, koresponden, atau bahkan pers release dari lembaga, organisasi, instansi pemerintah atau perusahaan swasta. Bahan tersebut kemudia diseleksi untuk dipilih mana yang layak untuk dimuat dengan segera(hari itu juga) dan mana yang bisa ditunda pemuatannya. 183 Masalah-masalah tersebut membuat banyak wartawan akan sulit bergerak memperjuangkan kebenaran sebuah berita. Peran pemimpin redaksi yang tegas akan sebuah irama “kebenaran” tentunya dibutuhkan. Kompetensi pemimpin redaksi sebuah media juga membutuhkan perhatian khusus dari institusi media.184 Scene di atas jelas mengganggu kinerja seorang jurnalis dalam menampilkan berita yang objektif. Seorang editor hendaknya tidak masuk dalam dunia bisnis atau keuntungan. Karena di dalam dunia jurnalis, bidang “keuntungan” harus terpisah dengan bidang “kebenaran dan fakta” agar fakta dapat dibangun dengan sebenarbenarnya tanpa ada tekanan. Kesehatan keuangan perusahaan pers juga tidak boleh terabaikan karena menurut Claude Sitton, direktur editorial dan wakil presiden Observer Publishing Company, bahwa surat kabar commit toBandung, user 2000, hal.21. Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, ROSDA, http://rezarh.wordpress.com/tag/jurnalistik/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 183 184 124 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang tidak sehat dalam bisnisnya rentan terhadap orang-orang yang ingin memanfaatkan surat kabar itu untuk kepentingan pribadi.185 Kata Ellen Hume, jurnalisme yang dulunya membongkar penyelewengan (muckrackers), sekarang memberi jalan kepada pengeruk uang (buckrackers) yang mencari popularitas dan kekayaan.186 Menurut Mursito BM, dalam menjalankan fungsinya, jurnalisme tidak dapat lepas dari kontrol. Kontrol tersebut berasal dari masyarakat dan sistem terutama sistem politik dan ekonomi. Kekuasaan politik akan selalu memiliki kepentingan dalam mengendalikan pers. Dengan menguasai pers, kekuasaan politik dapat memperpanjang tangannya. Sedangkan kekuasaan ekonomi diwujudkan terutama dalam bentuk modal, managemen, serta profesionalismenya.187 James mengatakan C. Thomson bahwa surat Jr, kurator kabar Nieman harus Foundation mengoperasikan “mendapatkan uang” dan “berbuat baik (mengungkapkan keadilan dan kebenaran)” secara berimbang. Karena di satu sisi, wartawan dan editor berusaha mengungkap kebenaran dalam membongkar kejahatan dan di pihak lain pemilik berusaha mempertahankan bisnis dan mengusahakan keuntungan yang besar. Otis Chandler, pemimpin redaksi Times Miror Company, percaya bahwa surat kabar yang sukses tidak akan membiarkan departemen bisnis 185 Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Kompas, Jakarta, 2005, Hal 19. commit to user Ibid, hal.21. 187 Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, SPIKOM, Solo, 1999, hal.4. 186 125 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id masuk ke arena editorial. Mereka memberikan keleluasaan pada departemen editorial untuk sepenuhnya meliput berita seperti yang dilihatnya.188 Mempertahankan imbang kedua sikap ini memang tidak mudah terutama menghadapi berbagai godaan sehingga terkadang harus ada yang dikorbankan. Oleh karena itu wartawan senior dan penulis Seno Gumira Ajidarma mengatakan bahwa jika ada media yang berniat untuk melakukan reportase investigatif maka sebaiknya melepaskan diri dari kepentingan atau tujuan bisnisnya. "Sebab reportase seperti ini memang untuk mencerahkan publik,"189 c. Tekanan dari pemerintah Berikutnya adalah tekanan dari pihak kepolisian. Kepolisian berusaha untuk menghentikan peliputan berita mengenai pembunuhan yang ditangani oleh Cal. Polisi menganggap bahwa ini bukanlah berita namun sebuah kasus yang seharusnya ditangani oleh polisi. Berikut adalah scene-scene yang mengesankan bahwa terdapat tekanan dari pihak kepolisian : Scene 106 188 Opcit. commit to user http://obrolanlangsat.com/news/2011/07/06/116/jurnalisme_investigasi_yang_penuh_tantangan.html diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 189 126 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Cal : Kau keberatan jika aku kembali mengerjakan beritaku? Don : Itu bukan berita tapi kasus. Berdasar percakapan di atas terkesan bahwa kepolisian berusaha untuk menghentikan peliputan berita tentang pembunuhan karena mereka menganggap bahwa ini adalah sebuah kasus yantg seharusnya ditangani oleh kepolisian. Dalam hal ini kepolisian merupakan representasi dari pemerintah. Pekerjaan investigasi adalah pekerjaan yang sama–sama dilakukan oleh para wartawan dan aparat keamanan (intelejen). Secara prinsip pekerjaan investigasi yang dilakukan seorang wartawan dan intel memang mirip. Hanya saja diantara keduanya terdapat perbedaan yang menonjol. Seorang wartawan melakukan pekerjaan investigasi untuk kemudian ditulis dan dipublikasikan pada masyarakat luas. Maka intelejen bekerja berdasarkan perintah komando di mana hasilnya dilaporkan secara tertutup kepada si pemberi komando. 190 Bahkan dalam buku Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran karya William C. Gaines commit to user http://catatancalonwartawan.wordpress.com/category/perkuliahan/rangkuman-buku-tentang-jurnalisme diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB. 190 127 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dipaparkan bahwa seorang wartawan investigasi hampir mirip dengan petugas polisi reserse yang datang belakangan dalam suatu kasus kecelakaan ataupun pembunuhan untuk menindaklanjuti laporan kasus tersebut. Melalui sarana investigasinya, wartawan tersebut mencari informasi ke sana kemari dan mengumpulkannya untuk disusun dalam sebuah berita.191 Dalam buku Septiawan Santana diungkapkan bahwa wartawan investigasi memang melakukan penyelidikan untuk mengungkapkan suatu kasus layaknya seorang detektif. Namun ia bekerja bukan untuk detektif partikelir yang disewa oleh seseorang (kepentingan tertentu) namun untuk kepentingan pelaporan peristiwa yang mesti diketahui oleh masyarakat.192 Berbagai tekanan tersebut hendaknya tidak menyurutkan jurnalis dalam menampilkan fakta. Bernard C. Cohen dalam Advanced Newsgathering karangan Bryce T. McIntyre menyebutkan bahwa beberapa peran yang umum dijalankan pers di antaranya adalah sebagai pelapor atau informer. Pers bertindak sebagai mata dan telingan publik untuk melaporkan peristiwaperistiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka.193 191 William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal.36. commit toObor userIndonesia, Jakarta, 2004,hal.34. 192 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan 193 Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Kompas, Jakarta, 2005, hal.7. 128 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada masa orde baru, tak ada satupun media di Indonesia yang berani melakukan investigasi. Baik investigasi anggaran, peristiwa kriminal, dan lain sebagainya. Namun di zaman reformasi saat ini, peliputan investigasi dapat dilakukan oleh media apa saja. Sehingga media memiliki fungsi kontrol atau pengawasan. Hal ini diungkapkan oleh Saur Hutabarat, Ketua Dewan Redaksi Media Group dan mantan jurnalis Tempo pada kuliah umum di FISIP USU, Kamis (14/6/2012).194 B. Skematik Film “State of Play” Sebuah teks atau wacana pada umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti.195 Dengan urutan tertentu, skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Karena dengan menampilkan di bagian tertentu suatu bagian merupakan proses penonjolan tertentu dan menyembunyikan bagian yang lain. Upaya penyembunyian informasi penting itu dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar tidak terkesan menonjol. Semua bagian dan skema ini dipandang sebagai strategi bukan saja bagaimana bagian dalam teks itu hendak disusun tetapi 194 http://www.tribunnews.com/2012/06/14/investigasi-harus-terus-dikembangkan diunduh tanggal 15/6/2012 commit to user jam 13.35. 195 Budi Irawanto, film, ideologi, dan Militer, Media Pressindo, Yogyakarta, 1999, hal.162. 129 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id juga bagaimana membentuk pengertian sebagaimana dipahami atau pemaknaan komunikator atas suatu peristiwa. Penulis skenario (komunikator/kreator) film “State of Play” pun menggunakan strategi skematik ini dalam menyampaikan gagasan atau opininya. Untuk memudahkan analisis dalam elemen ini, maka penulis akan menjabarkan susunan dan isi dari setiap scene dalam bentuk tabel. Tabel 3.1. Susunan dan Isi Scene Film “State of Play” Scene 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Isi Seorang pencuri yang berusaha lari sekuat tenaga Penembakan seorang lelaki kepada pencuri dan pengantar pizza Cal mengendarai mobil ke TKP pembunuhan Cal melakukan investigasi tentnag kasus pembunuhan di TKP Sonia baker berjalan kaki menuju stasiun kereta bawah tanah Stephyen Collin datang di kantornya dan menerima kabar kematian Sonia Baker. Helicopter pointcorp (perusahaan keamanan swasta) mendarat dan nampak seseorang keluar Cal datang di kantornya (Washington Globe) dan terjadi percakapa mengenai kronologi pembunuhan Stephen Collin sedang melakukan pertemuan dengan Pointcorps dan mengucapkan bela sungkawa terhadap kematian Sonia Baker sembari menitikkan air mata Wartawan di Washington Globe menyaksikan Stephen menangis di televisi termasuk Cal Della Frye menghampiri Cal dan menanyakan seputar gosip perselingkuhan Stephen dengan Sonia. Berita mengenai skandal Stephen dengan Sonia tersebar di dunia maya dan televisi Ane Collin menyaksikan berita tersebut dan memasukkan Hpnya ke dalam laci Stephen Collin mengadakan pertemuan dengan George Fergus dan ahli media Cal dipanggil pemimpin media dan membicarakan tentang liputan skandal Stephen Collin Sonia diberitakan bunuh diri oleh banyak media televisi to user Cal terlihat melemparcommit surat kabar yang menampilkan headline “Die for 130 perpustakaan.uns.ac.id 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 digilib.uns.ac.id Love” Sonia diberitakan bunuh diri oleh banyak media televisi Cal nampak sedang memasaka makanan di rumah Stephen mendatangi rumah Cal dan menceritakan permasalahan yang terjadi Stephen menunjukkan video rekaman Sonia yang tidak menunjukkan sikap ingin bunuh diri dan kemudian Cal memberikan solusi mengenai fakta tersebut Della Frye menulis berita gosip tentang Stephen dan keatian Sonia Della Frye yang sedang tidur ditelpon oleh Cal dan menyuruhnya untuk menemui petugas polisi guna memeriksa video keamanan kereta bawah tanah demi mendapatkan fakta karena Della dianggap telah menulis sampah di internet Della mengikuti saran Cal dan menemui seorang polisi Suasana kesibukan di kantor Washington Globe Cal bertemu dengan Della membicarakan hasil investigasinya di stasiun kereta bawah tanah Suasana kediaman Ane Collin yang dipenuhi wartawan dan nampak Ane mengintip di jendela Ane sedang menelepon Cal Suasana di kamar mayat dan terlihat seorang petugas mayat sedang memasukkan seorang mayat Cal terlihat sedang dalam perjalanan mengendarai mobilnya Cal terlihat melakukan investigasi kepada petugas mayat dan mencatat beberapa nomor dari telepon genggam korban Cal sedang membeli minuman ringan dan seorang gadis meminta 1 kaleng minuman soda dan kemudian ia memberikannya Terlihat Cal menghubungi nomor-nomor yang ia dapar dari HP Deshaun dan salah satunya ternyata adalah nomor Sonia Baker Terlihat Cal terkejut hingga ia tak sadar jika traffic Light menyala hijau hingga mobil di belakangnya membunyikan klakson Ketika di kantor, Cal menanyakan kepada Della apakah Sonia terlibat narkoba Terlihat Cal berjalan Cal memesan makanan di sebuah tempat makan dan ia mendapati bahwa tas yang ia bawa hilang Di luar, nampak seorang wanita sedang membawa tas milik Cal dan ia menghampirinya Stephen dan istrinya mempersiapkan diri untuk menggelar konferensi pers dan terjadi sedikit konflik diantara mereka Nampak Cal dan gadis pencuri tas berjalan menuju sebuah tempak di tepi sungai yang terkesan kumuh Cal dan gadis tersebut masuk ke dalam ruangan gelap dan kumuh. Gadis tersebut menceritakan pekerjaanya mencuri dan menyerahkan commit to user tas yang dicuri Deshaun kepada Cal. Tas tersebut berisi foto-foto Sonia 131 perpustakaan.uns.ac.id 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 digilib.uns.ac.id baker , senjata, dan peluru. Siaran televisi menayangkan konferensi pers yang dilakukan Stephen dan istrinya Stephen terlihat mengangkat telephon dari Cal. Terlihat Cal menanyakan tentang siapa yang menginginkan Sonia mati dan hubungan Sonia dengan narkoba. Terlihat mobil melintas di perempatan jalan Cal, cameroon, della, dan salah satu staff perusahaan sedang meneliti mengenai bukti foto-foto sonia. Terlihat Cal menyimpulkan bahwa selama ini, ada fakta yang tersembunyi. Terlihat seorang polisi yang terbangun dari tidurnya setelah perawat keluar dari ruangan Vernon Shando Polisi tersebut masuk dan mengamati pasien Vernon Shando Cal menyatakan bahwa dirinya adalah jurnalis bukan seorang juru publikasi. Cam juga terkesan menyebut Cal sebagai wartawan berpengalaman. Terlihat pekerja medis sedang sibuk menangani pasien Seorang polisi sedang menelepon dan seseorang mendengar pembicaraan polisi tersebut Terlihat Cal menjelaskan kepada Della pentingnya mengejar saksi kunci karena Della salah paham mengenai hal ini. Cal menemui Anne Collin di sebuah tempat Della berjalan menuju tempat Vernon Shando dirawat Della bertemu dengan seseorang ketika keluar dari lift Della nampak berbincang dengan seorang polisi (opsir brown). Ia menanyakan keadaan Vernon Shando Cal berbincang dengan Anne Collin mengenai perselingkuhan mereka Della nampak mengintip di pintu Terlihat Vernon Shando sadar Della nampak memasuki ruangan Vernon Shando dan dilarang oleh petugas medis. Pada waktu itu juga telihat Vernon ditembak beberapa kali Cal dihubungi oleh Della dan bergegas pergi meninggalkan Anne Terlihat Cal bisa dengan mudah memasuki police line Della terlihat sedang berjalan bersama seorang polisi dan ia menghampirinya Della mengalami ketakutan dan Cal mencoba menenangkannya. Terlihat polisi mendatangi kantor Washington globe dan menyatakan rasa tidak senang karena pihak media dianggap menghambat kinerja polisi dan tidak memberikan barang bukti Cameroon ingin agar semua wartawan bekerja cepat, menyeluruh, dan teliti dalam mengungkap fakta dalam kasus tersebut mengingat kasus ini sudah diketahui polisi. Stephen Collin melakukan pertemuan dengan pihak keamanan swasta commit to user PointCorps dan Stephen terkesan ingin mengungkap kejahatan yang 132 perpustakaan.uns.ac.id 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 digilib.uns.ac.id dilakukan perusahaan ini. Investigasi Cal, Della, dan dua temannya terhadap pointcorps Della melakukan penelusuran terhadap orang-orang yang pernah berhubungan dengan Sonia Baker melalui telephon Cal melakukan penelusuran informasi mengenai PointCorps melalui telephon kepada temannya yang bernama Michael Della menggali informasi tentang Sonia melalui teman dekat sewaktu kuliah Terlihat 2 wartawan lain sedang asik bermain-main Della melakukan penelusuran foto-foto yang berhubungan dengan Sonia Cal terlihat mengkonfirmasi informasi yang didapat oleh Michael melalui telephon Pemilik rumah menutup pintu ketika Della ingin menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan kasus Sonia Baker Cal terlihat melakukan perbincangan via telephon mengenai PointCorps Kembali, penghuni rumah menutup pintu ketika Della bermaksud menanyakan tentang Sonia Pintu ditutup kembali dengan kencang Della meninggikan suara ketika kembali pintu rumah ditutup di hadapannya Dua wartawan terlihat berbincang dan salah satunya menyatakan bahwa dirinya suka menunggu Della menyerahkan hasil investigasi yang ia lakukan dan menjelaskan bahwa ia harus berkencan dua kali dengan pria berkeringat Cal terlihat menghubungi Bob, untuk mencarikan nomor jaminan sosial. Cal terlihat membuka laman website mengenai PointCorps Cal terlihat berbincang dengan Della dan menyatakan bahwa tindakannya mendapatkan nomor telepon Rhonda Silver adalah pekerjaan wartawan yang baik Della menghubungi seseorang dan mengaku bahwa ia adalah teman lama dari sekolah dan bermaksud datang ke tempat kerjanya Della memutar ulang video rekaman stasiun bawah tanah dan terkesan ia menemukan sesuatu Della menghampiri Cal dan memberitahu bahwa ia melihat seorang pria tertangkap kamera 20 detik sebelum Sonia meninggal, dan pria tersebut bertemu dengannya di rumah sakit tempat Vernon Shando dibunuh. Cal menghubungi Michael dan bermaksud dipertemukan dengan salah seorang “orang dalam PointCorps” Terlihat suasana pasar, yang ramai. Terdapat penjual kepiting Cal bertemu dengan orang dalam PointCorps yang terkesan ingin to user menjaga identitasnya.commit Cal menginginkan informasi mengenai pria 133 perpustakaan.uns.ac.id 90 91a 91b 92 92a 92b 93 94 95 96 96a 96b 96c 96d 97 98 99 100 101 102 digilib.uns.ac.id dalam foto rekaman video stasiun bawah tanah Cal melakukan wawancara dengan orang dalam tersebut. Ia memebeberkan mengenai modus PointCoprs, ancaman terhadap Stephen Collin, dan kejahatan yang dilakukan perusahaan kemanan swasta tersebut. Cal mendatangi Stephen dan mengkonfirmasikan informasi mengenai keuntungan PointCorp. Stephen menjelaskan bahwa memang terjadi kejahatan/ kolusi dalam tender kemanan swasta. Stephen menyuruh Cal agar ia bisa mencarikan bukti yang menghubungkan kematian Sonia dengan PointCorps dan Stephen bermaksud menyuarakan semuanya. Della mendatangi tempat kerja Rhonda. Terlihat Rhonda sedagn menari dan menyanyi menemani seorang pria yang sedang mabuk dengan pakaian yang seronok. Cal terkesan sangat menjunjung tinggi fakta dan menyatakan bahwa Rhonda bukan merupakan saksi Independen karena tidak ada konfirmasi dari Sonia sebab ia telah meninggal. Della mngatakan bahwa menurut Rhonda, Stephen melakukan pesta seks dengan Sonia dan ia membayar hutang kartu kredit Sonia sebesar 40 ribu dolar. Namun Cal menganggap itu belum tentu fakta, dan ia meninggalkan Della dengan ekspresi yang tidak menyenagkan. Anne Collin sedang menyaksikan televisi mengenai konferensi pers yang ia lakukan dengan Stephen Stephen berjalan di tangga sebuah gedung Cal nampak berjalan dengan membawa tas plastik berwarna putih Anne mengunjungi rumah Cal Cal dan Anne berbincang sembari berkelakar dan meminum Whiskey Cal mengkonfirmasikan kepada Ane apakah Stephen sanggup untuk memberikan uang 40 ribu dolar kepada seseorang. Anne menyatakan bahwa Stephen tidak mungkin memberikan uang 40 ribu dolar kepada seseorang . karena pada dasarnya mereka menghabiskan uang penghasilan mereka. Anne keluar dari rumah Cal dengan perasaan tidak senang Terlihat seseorang mengamati wanita tersebut dan tidak berselang lama telephon Cal berdering Cal mengangkat telepon dan pria dalam telepon tersebut ingin menemuinya di seberang jalan Cal nampak mengamati sisi luar rumah dari jendela Pria orang dalam PonitCorps memberikan informasi mengenai pria dalam foto di rekaman stasiun bawah tanah dan memberikan alamat kepadanya. Cal nampak mengendarai mobil dan berhenti di suatu tempat Cal mendatangi kediaman Fred Summers dan mengetuk pintu dan bertemu dengan pria dalam rekaman video stasiun bawah tanah dan commit to user berbincang 134 perpustakaan.uns.ac.id 103 104 105 106 107 107a 107b 107c 107d 107e 108 109a 109b 110 111 112 113 114 115 116 digilib.uns.ac.id Nampak Cal ketakutan dan lari. Ia berusaha secepatnya menghubungi polisi. Pria dalam video rekaman stasiun bawah tanah mengejar Cal dan menembaknya 2 kali di tempat parkir mobil. Cal menghindar dan berhasil selamat dari tembakan tersebut. Cal bergelayut di mobil yang hendak pergi hingga akhirnya mobil tersebut menabrak mobil polisi dan Cal terjatuh. Sang penembak segera pergi setelah melihat keberadaan polisi. Tangan Cal terluka. Polisi mendatangi kantor Washington Globe dan terkesan gusar karena menilai Cal tidak memberikan informasi yang ia dapat kepada pihak polisi. Rhonda Silver terlihat sedang diliput oleh media televisi Cameron nampak marah karena jurnalis mereka tidak menampilkan berita mengenai Rhonda Silver. Cal memberikan alasan bahwa Rhonda Silver tidak dapat dipercaya. In terkesan bahwa ia ingin menampilkan fakta, bukan sekedar kebohongan. Cameroon menyalahkan Cal karena tidak menampilkan berita yang akan membawa rentetan pembelaan dan konfirmasi dari pihak yang diberitakan Cal menegaskan bahwa berita tersebut hanya sampingan dan pengaburan terhadap fakta sesungguhnya Cameroon nampak gusar dan marah. Kemudia ia menjelaskan mengenai kebijakan manajemen yang baru yang menginginkan penjualan. Dan ia bersikukuh bahwa ia akan mencetak yang didapat dalam hari tersebut. Terjadi konflik diantara wartawan dan Cameron karena hal tersebut. Stephen mendatangi George Fergus dan meminta maap atas interupsinya dalam pertemuan dengan pihak PointCorps. Jurnalis mendapatkan tekanan mengenai tenggat waktu. Dan mereka bekerja keras dalam menelusuri berbagai bukti yang didapat. Cal menemukan sesuatu yang disembunyikan berdasar fakta yang didapat Nampak seorang keluar dari mobil mewah yang baru saja dikendarainya. Cal menekan narasumber (dominic) agar mau diwawancara. Dominic mengikuti Cal, ia berusaha agara namanya tidak disebut dlam pemberitaan mengenai Sonia Baker. Helicopter nampak melintas di udara Mobil Cal nampak melintas di jalan dan menuju sebuah hotel. Jurnalis telah mempersiapkan perekam dan Cal berusaha menekan agar Dominic mau berbicara tentang Sonia Baker Cameron nampak gusar karena para jurnalis tak kunjung terlihat. Nampak adanya konflik mengenai kerugian dalam kemunduran waktu mencetak surat kabar.commit to user 135 perpustakaan.uns.ac.id 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 digilib.uns.ac.id Jurnalis melakukan wawancara dan berusaha untuk mendapatkan fakta yang dalam. Wawancara tersebut dilakukan dalam ruangan yang jauh dari keramaian dan terkesan tersembunyi. Cal menelpon Stephen untuk melanjutkan penelusuran saksi kunci dan fakta yang ia dapat dari dominic. Cal memanggil Stephen dan memperlihatkan rekaman wawancara Dominic kepadanya. Ia menginginkan kisah dari dua sudut pandang dan mendapat fakta yang objektif. Terlihat Stephen menyaksikan rekaman pembicaraan dengan Dominic Stephen memukuli Dominic dan Cal melerainya Stephen nampak marah dan meninglakan Cal. Ia terkesan tak mau melanjutkan fakta yang telah didapatkan oleh Cal. Nampak Cal mengendarai mobilnya Cal mendatangi George Fergus untuk mengkonfirmasikan mengenai keterlibatannya dalam kematian Sonia Baker. Terjadi konflik antara Cameron dan Cal mengenai kesimpulan dari kasus tersebut. Cam tidak mau menerima keputusan Cal yang memposisikan PointCorps sebagai tersangka utama karena tak ada pejabat berwenang yang mau diwawancara (on the record). Stephen dan istrinya mendatangi Washington Globe dan bersedia diwawancarai Jurnalis mewawancarai Stephen untuk mendapatkan kesimpulan dari berbagai fakta yang telah didapat. Nampak pria dalam video rekaman stasiun bawah tanah sedang mempersiapkan senjata Selain menjelaskan mengenai Sonia Baker, Stephen juga menjelaskan mengenai kejahatan militer swasta. Ana Collin mengatakan kepada Ca bahwa suaminya dijebak. Menurutnya, Sonia dibayar 26 ribu dolar per bulan untuk tidur dengannya. Cal dan Della memperhatikan kepergian Stephen dan Ana Collin Della beranggapan bahwa berita sebesar ini sebaikny aorang-orang membacanya di surat kabar. Terdapat kesan bahwa surat kabar lebih baik dan terpercaya daripada blog internet Robert Bingham berbicara via telepon kepada seseorang bahwa ia telah siap menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Cal dan Della nampak menulis di meja mereka Anna dan Stephen menaiki mobil Helicopter melintas Robert Bingham terkesan menghilangkan bukti dengan memasukkan telepon genggam ke dalam air. Anna dan Stephen bertatapn di dalam mobil Terlihat derap langkah Bingham memakai sepatu militer Della dan Cal menulis commit to mengapa user Cal menanyakan kepada Della Anna Collin bisa tahu bahwa 136 perpustakaan.uns.ac.id 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 digilib.uns.ac.id Sonia mendapatkan uang 26 ribu dolar per bulan. Kecurigaan ini muncul setelah Anna mengatakannya kepada Cal sesaat wawancara berakhir. Cal terlihat memperhatikan foto dan mengamati logo militer pada foto tersebut sama dengan kaos yang dikenakan Bingham Cal terlihat mencari sebuah surat kabar Stephen sedang menulis di meja kerjanya Cal mendatangi Stephen dan menanyakan siapakah Bingham Fakta terakhir didapatkan oleh Cal setelah Stephen mengakui semua bahwa ia yang menyuruh Bingham membuntuti Sonia dan Bingham yang membunuh Sonia. Cal menunjukkan foto dalam sebuah surat kabar. Dan ternyata Stephen berusaha memperdaya Cal. Namapak Bingham mencoba membunuh Cal namun usaha tersebut gagal setelah polisi datang dan menembak Bingham. Cal menulis fakta terakhir dari hasil investigasinya. Terlihat semua orang dalam Washington Globe menyimak Cal menulis Della mengirimkan berita yang ditulis oleh Cal Terlihat mereka berdua berjalan pulang bersama Proses produksi surat kabar. Berdasar tabel susunan dan isi scene dalam film “State of Play” tersebut, tampaklah strategi komunikator dalam merepresentasikan gagasannya. Dalam analisis elemen skematik ini, jumlah scene yang digunakan dalam mengangkat sebuah wacana baik secara implisit maupun eksplisit akan diberikan perhatian yang lebih banyak. Peletakan scene-scene tersebut nantinya juga akan menjadi perhatian. Pertama-tama adalah adanya kesan adanya wacana jurnalisme investigasi, terutama yang menyangkut subwacana “Mengembangkan Fakta Dangerous Projects” yaitu sang jurnalis investigasi yang berusaha mengungkap fakta tersembunyi yang direpresentasikan dalam 13 scene. Scene-scene tersebut kemudian diimbangi dengan kerja investigasi yang berkesinambungan dan tidak cepat puas terhadap fakta awal yang diperoleh, yang direpresentasikan dalan scene cukup besar yaitu 27 scene. Seringkali commitdalam to userjurnalisme investigasi, fakta awal 137 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menuntut kerja investigasi yang lebih keras untuk mengarah kepada fakta sebenarnya (kesimpulan kasus). Jurnalis direpresentasikan sebagai agen pencari fakta yang tidak puas terhadap fakta awal di dalam film ini. Fakta yang tersembunyi diungkap dengan penelusuran fakta-fakta baru dan kesemuanya dilakukan secara berkesinambungan. Jurnalis dikesankan sebagai sosok yang memeiliki tekad dan kemauan keras untuk mengungkap fakta yang tersembunyi. Semangat dan kerja wartawan yang berusaha menindak lanjuti berbagai fakta awal yang ditemukan terkesan sangat kuat. Sebuah fakta diletakkan oleh pembuat film pada posisi yang sangat penting dan serius. Perspektif ini semakin kuat setelah didukung dengan kesan bahwa jurnalis investigasi menolak gosip. Dalam film State of Play, blog internet diposisikan sebagai penebar berita yang kurang tepat atau lebih sering disebut sebagai gosip. Terdapat 4 scene yang mendukung bahwa dalam investigasi sangat dibutuhkan fakta bukan gosip (blog internet). Sedangkan scene-scene yang menampilkan kerja wartawan investigasi yang suka menunggu dan terkesan kurang serius digambarkan sangat sedikit yaitu hanya 2 scene. Scene tersebut tidak menampilkan tokoh utama sebagai sosok jurnalis investigasi yang terkesan kurang serius melainkan diperankan oleh rekan Cal dan Della Frye. Secara implisit, scene tersebut mengesankan bahwa kerja wartawan investigasi yang sesungguhnya adalah sebuah pekerjaan yang serius dan tanggap terhadap fakta yang ditemukan. Kerja jurnalis investigasi dalam menelusuri berbagai bukti dapat dilihat dalam subwacana penelusuran fakta material. Jika dalam subwacana di atas lebih mengulas kepada sikap dan sifat kerja jurnalisme investigasi, pada subwacana commit to user 138 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penelusuran fakta material ini lebih kepada teknis pengumpulan fakta yang dilakukan jurnalis. Penelusuran Bukti-bukti oleh Jurnalis dalam Film State of Play mendapatkan porsi 12 scene. Sedangkan kegiatan wawancara yang dilakukan jurnalis dalam Film State of Play mendapat porsi 24 scene. Penelusuran fakta materiil dan saksi kunci ini mendapatkan porsi yang cukup besar karena menyangkut mengenai pembuktian fakta melalui berbagai sumber yang terpercaya dalam sebuah investigasi. Terkesan bahwa fakta yang muncul harus didukung dengan bukti maupun narasumber yang kuat. Tanpa adanya bukti dan narasumber yang kuat, sebuah fakta tidak dpat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Subwacana yang terakhir adalah adanya tekanan terhadap jurnalis baik karena kekerasan fisik, tekanan media terhadap fakta yang ditampilkan, maupun dari pemerintah. Kekerasan jurnalis yang dialami adalah berupa percobaan pembunuhan yang direpresentasikan cukup kecil yaitu hanya 2 scene, tekanan media terhadap fakta yang ditampilkan yaitu 2 scene, dan tekanan dari polisi yang diasumsikan sebagai bagian dari pemerintah yaitu hanya 1 scene. Berbagai tekanan tersebut mengesankan bahwa dalam melakukan kegiatan investigasi, wartawan kerap memasuki situasi yang berbahaya. Hal ini dikarenakan investigasi menyelidiki sesuatu di mana terdapat pihak yang suka kasusnya tercium atau diselidiki. Skema Keterangan commit to user 139 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bentuk, pola, dan susunan teks Bentu teks dalam film banyak memuat pesan, makna, dan wacana secara implisit. C. Semantik Film “State of Play” Elemen semantik merupakan perangkat analisis wacana yang mengulas tentang makna-makna yang ingin ditekankan dalam teks. 196 Dalam dimensi ini dipelajari relasi-relasi diantara tanda dan objek yang diacunya sebelum digunakan dalam tuturan tertentu atau tulisan. Makna dalam tingkatan semantik dapat dilihat dari hubungan antar kalimat dan proposisi yang membentuk makna tertentu dalam teks. Film “State of Play” juga menggunakan strategi wacana dalam level semantik untuk memberikan makna tertentu pada khalayak. Ada beberapa strategi semantik yang digunakan komunikator dalam film ini seperti latar, detil, maksud, untuk menyembunyikan informasi tertentu yang dapat mempengaruhi pemahaman khalayak terhadap teks. 1. Latar Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan sebab latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.197 Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat komunikator yang sebenarnya muncul dengan commit to user Eriyanto, analisis wacana pengantar analisis teks media, LKIS, Yogyakarta, 200, hal. 228. Ibid,hal.235. 196 197 140 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat komunikator sangat beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa dan dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Sehingga latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh komunikator. Bahkan terkadang maksud atau isi utama tidak dibeerkan dalam teks, namun dengan melihat latar apa yang ditampilkan dan bagaimana latar tersebut disajikan, maka kita bisa menganalisis apa maksud tersembunyi yang ingin dikemukakan oleh komunikator sesungguhnya. Komunikator film ini juga menggunakan strategi semantik latar guna mendukung gagasan/pendapatnya. Maka berikut ini akan disajikan terlebih dahulu scene-scene yang menjadi latar dari wacana-wacana pokok yang ada dalam film, dan demi kepentingan analisis maka tidak menutup kemungkinan akan adanya scene yang sudah pernah dimunculkan sebelumnya : Scene 45 Scene 91a Stagg dan Sando, keduanya ditembak. satu peluru di tulang belakang, satunya di kepala. Ciri Cal : Aku baru saja diberitahu mantan khas pembunuh profesional atau pegawai Ponitcorp bahwa mereka rencana memonopoli setidaknya seseorang dengan latar memiliki keamanan dalam negeri yang bernilai belakang militer. Mungkin commit Pasukanto user Khusus. PointCorp didirikan oleh sekitar 40 miliar per tahun. Apa itu 141 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 100% mantan militer. Kurasa itu benar? hubungan yang tak bisa kita abaikan. Stephen : Ya Cal : bagaimana? Stephen : kau tak bisa menghubungkan apapun yang akan aku katakan kembali kepadaku. Kau mengerti? Cal : tentu saja Stephen : baiklah. Tahun lalu, 47 perusahaan melakukan penawaran terhadap kontrak-kontrak besar Keamanan dalam negeri. Dari 57 perusahaan, 16 perusahaan memenangkan kontrak-kontrak itu. Dari 16 perusahaan itu, aku bisa buat koneksi antara 14 perusahaan. Dan maksudku bukan seseorang berganti perusahaan. Maksudku adalah praktek berbagi bank, perilaku kolusi. Aku yakin pada akhirnya, saat semuanya dibongkar, kau tak akan melihat 14 perusahaan individu. Kau akan melihat 1 perusahaan saja. Kau mengerti? Scene 117 Scene 145 Kau tidak mendengarkanku?lupakan Siapa Robert Bingham Stephen? saja. Jika aku menjawabnya, aku kan takut menyalakan mobilku setiap pagi hari. Merujuk scene-scene di atas, terkesan bahwa komunikator menggunakan elemen latar dalam menyampaikan wacana pokok pertama commit to user yang telah dirumuskan dalam elemen tematik yaitu mengembangkan fakta 142 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dangerous projects. Dalam scene45 dan 91a direpresentasikan bahwa jurnalis investigasi mengembangkan bangunan fakta yang tersembunyi dari sebuah kasus. Sedangkan dalam scene 117 tampak bahwa terdapat sesuatu yang sengaja disembunyikan. Hal ini direpresentasikan dalam adegan seorang nara sumber yang berusaha menutupi sebuah fakta sehingga memunculkan wacana bahwa tugas jurnalisme investigasi adalah membuka fakta yang tersembunyi. Kesan jurnalisme investigasi didapatkan juga ketika jurnalis mengungkap fakta akhir dalam scene145. Dalam scene terakhir terkesan bahwa kerja jurnalis yang berkesinambungan akan membawa titik temu yaitu fakta akhir dari suatu kasus yang tersembunyi. Berikut adalah scene-scene yang menjadi latar bagi wacana kedua yaitu penelusuran fakta material dan saksi kunci dalam melakukan kerja jurnalisme investigasi dalam film “State of Play”: Scene 31 Scene 21 Cal memeriksa catatan panggilan Stephen Collin menunjukkan pada handphone Deshaun Stagg. rekaman video Sonia Baker kepada Cal. Sonia mengucapkan : “Sayang, kudoakan kau semoga sukses. Taklukkan mereka dan aku tidak sabar menunggu akhir pekan ini. Aku cinta padamu. Sampai ketemu.” commit to user 143 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Scene 86 Aku sedang mencari gambar Sonia... dalam rekaman kamera keamanan Metro. 20 detik setelah memasuki area di luar kamera, pria ini muncul. Kurasa aku melihat dia semalam di RS Dalam scene31 terdapat kesan bahwa dalam melakukan kerja investigasi, jurnalis melakukan penelusuran terhadap fakta material. Hal ini direpresentasikan dalam adegan Cal yang sedang mencatat daftar panggilan pada telepon genggam milik korban pembunuhan. Kesan tersebut juga muncul dalam dalam scene 21 ketika Cal melihat rekaman video yang memberikan kesimpulan bahwa Sonia Baker meninggal bukan karena bunuh diri. Dalam scene 86, juga dikesankan secara kuat bahwa jurnalis investigasi melakukan penelusuran terhadap rekaman video kemanan statsiun bawah tanah. Merujuk pada temuan scene-scene di atas maka penelusuran fakta material tidak dapat terbantahkan dalam film “State of Play” dengan adanya latar yang menjadi alasan sekaligus pembenar hal ini. Berikut adalah scene-scene yang menjadi latar wacana ketiga yaitu adanya tekanan terhadap jurnalisme investigasi : commit to user 144 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Scene 103a Scene 103b Cal terlihat berlari dengan raut muka Cal terlihat menelepon polisi karena yang tegang. (diiringi backsound merasa jiwanya terancam dengan nuansa penuh ketegangan) Scene103a dan 103b menunjukkan adanya tekanan terhadap jurnalis, sehingga terdapat kesan bahwa komunikator hendak menjadikan hal ini sebagai alasan sekaligus pembenaran akan adanya tekanan terhadap jurnalis investigasi yang dimunculkan dalam film “Sate of Play”. Semantik Latar Film “State of Play” Semantik Latar Content Keterangan Jurnalisme investigasi mengungkap fakta Latar belakang pencarian fakta yang tersembunyi yang tersembunyi Jurnalisme investigasi Kerja jurnalisme melakukan investigasi yang penelusuran terhadap menelusuri fakta fakta material material commit to user 145 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Adanya tekanan terhadap jurnalis investigasi Latar belakang tekanan yang dialami oleh jurnalis investigasi 2. Maksud Elemen wacana maksud hampir sama dengan elemen detil. Dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjang. Sedangkan elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. 198 Sementara informasi yang merugikan akan diinformasikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik disajikan informasi-informasi yang menguntungkan komunikator. Berikut penggunaan elemen maksud secara strategis dalam dialog film ini : Scene 74 Della : Hai. Tuan Statler? Ya? Ya aku dari Washington Globe. Aku menulis artikel tentang kematian Sonia Baker dan aku hanya ingin.. ( Della belum menyelesaikan kalimatnya, namun penghuni rumah sudah menutup pintu dengan keras tanpa mengucapkan sepatah kata) Scene 76 Della : Hai. Della Frye dari Washington Globe. (terlihat pintu ditutup) Scene 77 commit to user 198 Ibid Hal 240 146 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pintu terlihat langsung ditutup sebelum Della mengucapkan sesuatu Scene 78 Della : aku..bisakah aku bicara denganmu.. Tolong jangan...(kembali pintu nampak ditutup dengan keras) Scene di atas merupakan bentuk representasi dari penggunaan strategi semantik maksud dalam film “State of Play”. Potongan dialog dan adegan di atas mengesankan dengan jelas/eksplisit bahwa terdapat pihak-pihak yang tidak mau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Della Frye yaitu mengenai kasus pembunuhan Sonia Baker. Dalam jurnalisme investigasi, tertutupnya informasi mengenai suatu kasus mengharuskan jurnalis untuk dapat mengungkap secara terang-benderang apa sesuatu di balik tertutupnya informasi tersebut. Scene di atas juga mengesankan bahwa sifat jurnalis investigasi yang pantang menyerah dalam mengumpulkan informasi. Berikut adalah scene-scene yang merepresentasikan strategi komunikator dalam semantik maksud penelusuran fakta material dan saksi kunci yang dilakukan jurnalis investigasi dalam film “State of Play”: Scene 72: Della : Siapa ini? Sepertinya aku kenal. Woman : Dominic Foy. Dia temannya Sonia (terlihat Della sedang memperlihatkan sebuah foto) commit to user 147 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Scene 86: Della Frye : Aku sedang mencari gambar Sonia... dalam rekaman kamera keamanan Metro. 20 detik setelah memasuki area di luar kamera, pria ini muncul. Kurasa aku melihat dia semalam di RS Scene 31 (Terlihat Cal memeriksa catatan panggilan pada handphone Deshaun Stagg) Scene 87 Cal : Michael, aku perlu sesorang untuk membantuku menggali lebih dalam tentang PointCorp. Aku perlu orang dalam. Seseorang yang tahu cara mereka beroperasi. (terlihat Cal sedang melakukan wawancara via telepon) Scene 90 Cal : Jadi, apa pemahamanmu mengenai tujuan PointCorp? Mr.X : Tujuan mereka?Mereka lakukan apapun yang mereka inginkan. Para tentara ini tak menjawab siapa pun. Mereka tidak setia pada apa pun selain cek pembayaran. (terlihat Cal sedng melakukan wawancara dengan seseorang yang mengetahui banyk tentang pointCorps) Scene 127 commit to user 148 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Terlihat Cal sedang melakukan wawncara dengan Stephen Callin) Scene 117 (Terlihat Cal sedang melakukan wwancara dengan Dominic) Scene-scene di atas adalah bentuk representasi dari penggunaan strategi semantik maksud dalam film “State of Play”. Potongan dialog di atas merepresentasikan dengan jelas bahwa jurnalis investigasi melakukan penelusuran fakta material seperti terlihat dalam scene 72, 86, dan 31. Ditampilkan adegan Della yang menunjuk sebuah foto, video rekaman kenmanan stasiun kereta bawah tanah, dan Cal yang sedang mencatat panggilan telepon milik Deshaun Stagg. Sedangkan penelusuran saksi kunci dikesankan dengan jelas dalam scene 87, 90, 127, dan 117. Cal melakukan wawancara dalam menelusuri saksi kunci dalam kerja investigasi yang ia lakukan. Ulasan selanjutnya adalah elemen semantik tentang tekanan terhadap jurnalis investigasi. Berikut scene-scene yang merepresentasikan strategi semantik maksud tersebut : Scene 104 (terlihat Cal berlari dan ditembak oleh Bingham) Scene 107e commit to user 149 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Cameroon : Cal. Mereka tertarik dengan penjualan, bukan dengan kebijaksanaan. Scene 106 Cal : Kau keberatan jika aku kembali mengerjakan beritaku? Don : Itu bukan berita tapi kasus. (sang polisi menjawab dengan nada tinggi) Scene-scene di atas merepresentasikan adanya tekanan terhadap jurnalis investigasi. Tekanan tersebut muncul melalui percobaan pembunuhan yang dialami oleh Cal. Bingham, sang pembunuh, menembak Cal sebanyak dua kali ketika Cal berusaha lari dari ancaman dirinya. Tekanan juga dilakukan oleh media yang direpresentasikan melalui kalimat yang diucapkan oleh Cameroon bahwa perusahaan media membutuhkan penjualan bukan kebijaksanaan. Tekanan tersebut juga berasal dari polisi yang merasa tidak senang jika kasus yang ditangani Cal dilanjutkan. Bahkan sang polisi menggunakan nada tinggi dalam menunjukkan rasa tidak senang tersebut. Semantik Maksud Film “State of Play” Semantik Content Maksud Jurnalisme investigasi Keterangan Terlihat jelas pintu ditutup dan narasumber tidak mau memberikan commit to user 150 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengungkap komentar terhadap pertanyaan fakta yang wartawan. tersembunyi Penelusuran fakta material dan saksi Penelusuran kunci yang dilakukan oleh Della terhadap fakta maupun Cal. material Penembakan terhadap Cal, tekanan Tekanan polisi untuk tidak melanjutkan kasus terhadap yang sedang diselidiki, dan jurnalisme pernyataan Cam yang terkesan tidak investigasi menganggap penting fakta karena media cenderung mencari keuntungan. 3. Detil Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang disampaikan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau memberi citra baik. 199 Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (bahkan kalau perlu tidak disampaikan) kalau hal itu merugikan kedudukannya. Informasi yang menguntungkan komunikator ini bukan hanya ditampilkan secara berlebih, tetapi juga dengan detil yang lengkap kalau perlu dengan data-data. Detail yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan commit to user 199 Ibid Hal 238 151 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Dan detil yang lengkap itu akan dihilangkan apabila berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan atau kegagalan diri atau kelompok yang didukungnya. Berikut detil yang terdapat dalam film “State of Play” : Scene45 Nampak Cameroon, Della, Cal, dan salah seorang staff media sedang membicarakan mengenai berbagai temuan/fakta yang didapat. Fakta yang dikemukakan Della terkesan tidak menunjukkan fakta yang tersembunyi. Kemudian Cal terkesan menyela karena dalam scene dikesankan bahwa sebelum kamera berpindah ke Cal, terdengar Cal mengucapkan kalimat terlebih dahulu. Cal : Dia juga kepala peneliti dlam penyelidikan PointCorps. Cameroon Cal : Jadi? :Stephen bisa membuat banyak kerugian bagi mereka.Dengar.Bagaimana jika semua ini hanyalah usaha untuk merusak citra Stephen Collins? Cameroon :Imajinasimu memang hebat. Berikan Cal 24 jam, satu mayat, dan dia akan merubahnya menjadi konspirasi perusahaan besar. Cal Cameroon :Kau tidak melihatnya? :Tidak. commit to user 152 perpustakaan.uns.ac.id Cal digilib.uns.ac.id : baiklah, mari kita ulas apa yang kita ketahui.Pria yang menguntit Sonia Baker. Dia menembak Deshaun Stagg dan Vernon Sando. Deshaun Stagg, tak memiliki rumah, dia mencuri sebuah koper. Di dalam koper itu adalah foto-foto ini. Dan menurut sumber kita, “sekantong peluru aneh”. Kepolisisan metro mengatakan bahwa peluru di tempat kejadian perkara adalah peluru daur ulang. Tidak bisa dilacak. Peluru dibuat sendiri dengan berat dua kali lipat peluru. Ditandai X untuk pembesaran. Jadi artinya si penembak berniat untuk membunuh. Stagg dan Sando, keduanya ditembak dua kali, di tulang belakang dan di kepala. Itu adalah pertanda pembunuh profesional atau setidaknya seseorang dengan latar belakang militer. Mungkin Pasukan Khusus. PointCorp didirikan dan dijalankan oleh 100% mantan anggota militer. Kurasa itu hubungan yang tak bisa kita abaikan. Dialog dalam scene 45 di atas, komunikator nampak menggunakan strategi semantik detil dalam menyampaikan kesan bahwa jurnalisme investigasi mengembangkan fakta dangerous project dengan mengungkap fakta yang tersembunyi. Jurnalisme investigasi menganalisis berbagai fakta yang didapat untuk mengungkap fakta yang tersembunyi di dalamnya. Selanjutnya akan disajikan petikan atau potongan dialog dalam scene-scene yang ditampilkan dengan detil yang sedikit oleh komunikator dalam film “State of Play” : Scene 106 commit to user 153 perpustakaan.uns.ac.id Polisi digilib.uns.ac.id : dan ketahui saja, seorang gadis bernama Mandi Brokaw. Usia 16, pecandu narkoba, ditemukan mati malam ini. Kemungkinan dibunuh. Kalian mengenalnya? Sidik jarinya ada di foto-fotoyang kalian berikan kepada kami. (Polisi tersebut segera meninggalkan Cal dan Della fan terkesan tidak senang terhadap apa yang terjadi.) Dari potongan dialog di atas tampak bahwa kinerja polisi adalah menelusuri dan mengungkap fakta. Namun dalam film “State of Play”, peran polisi diberikan porsi yang sangat sedikit. Hal ini mengesankan bahwa komunikator ingin mengurangi image polisi dalam mengungkapkan fakta tentang suatu kejahatan dan menonjolkan image seorang jurnalis investigasi dalam mengungkap sebuah fakta yang tersembunyi. Simak pula scene berikut yang memberikan detil dalam wacana jurnalisme investigasi melakukan penelusuran terhadap fakta material dalam film “State of Play” : Scene86 Della melihat-lihat rekaman video keamanan stasiun bawah tanah dan terlihat terkejut. Sampai-sampai ia mengakhiri pembicaraaan dengan seseorang melalui telepon. Ia menghampiri cal yang terlihat sedang berbincang dengan 2 orang rakannya. Della Frye : Cal! Maaf, aku ahrus bicara padamu. commit to user 154 perpustakaan.uns.ac.id (Cal bergegas digilib.uns.ac.id keluar dan meninggalkan kedua rekannya untuk menghampiri Della) Cal : Apa yang kau dapatkan? Della Frye : Aku sedang melihat Sonia di vedeo rekaman kereta bawah tanah. Dan 20 detik setelah dia masuk ke titik buta, pria ini muncul ( sambil menunjukkan foto seorang pria). Kau lihat? Aku rasa aku melihatnyakemarin malam di rumah sakit Cal terlihat terdiam dan mereka berdua bertatapan dengan serius.kemudian Cal terlihat mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang. Dalam scene 10 ini terkesan bahwa komunikator juga menggunakan strategi semantik detil dalam mengungkapkan bahwa jurnalisme investigasi melakukan penelusuran terhadap fakta material dalam mengungkap fakta. Detil ini menjadi pendukung bagi wacana penelusuran fakta material yang dilakukan jurnalis invesyigasi dalam film “State of Play”. Selanjutnya adalah adegan dalam scene 101 : Scene 101 Terlihat Cameroon geram setelah melihat tayangan Rhonda Silver yang berkomentar di televisi mengenai Sonia Baker. Cam : aku tahu kau ditembak semalam dan aku tahu seharusnya aku membuatkan coklat untukmu, tapi aku sangat marah! Maksudku keputusanmu yang menilai bahwa ini bukan berita penting! Della commit user : kami...dengar, kami tidaktoingin...kami cemas... 155 perpustakaan.uns.ac.id Cal digilib.uns.ac.id : itu keputusanku, Cam. Aku tidak mempercayainya. Dia tidak dapat dipercaya. Dia hanya mencoba menjual foto-foto seksi temannya, Sonia Baker.temannya yang sudah mati. Cam : Ya, lalu mengapa kita tidakbisa mencetak berita itu? Seorang pelayan mengklaim tentangsebuah skandal seks!Bagus! Itu kisah yang hebat.Lalu Stephen menyangkalnya.Itu berita lagi. Kemudian, salah satu dari mereka mengakui kebenaran.. dan itu berita lagi. Sementara itu, orang-orang membaca tentang semua itu dan mereka membacanya di koran kita.Karena kita yang pertama mendapatkannya! Tapi tidak! Tidak, tidak. Karena seorang idiot menganggap itu bukan berita yang pantas bagi kita. Dari potongan dialog di atas dikesankan adanya tekanan terhadap jurnalis investigasi yang dilakukan oleh pihak media tempat jurnalis bekerja yaitu sang editor. Dalam menampilkan fakta, media menekan jurnalis untuk menampilkan fakta yang menjual/menguntungkan sacara finansial walaupun fakta tersebut belum terbukti secara pasti kebenarannya. Semantik Detil Film “State of Play” Semantik Detil Content Keterangan Jurnalisme Analisis Cal investigasi terhadap berbagai mengungkap fakta fakta yang yang tersembunyi commit to user 156 terkesan tertutup perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penelusuran Penelusuran terhadap fakta jurnalis material investigasi terhadap fakta material Tekanan terhadap Tekanan yang jurnalisme dialami Cal dari investigasi media tempat ia bekerja terhadap fakta yang ditampilkan. commit to user 157 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian ini merupakan bentuk apresiasi dan penafsiran terhadap film “State of Play” dengan menggunakan jenis analisis wacana representasi model Teun A. Van Dijk. Sangat memungkinkan apabila orang lain akan memiliki penafsiran dan perspektif yang berbeda terutama bila menggunakan pisau analisis yang berbeda. Dalam film ini terdapat kecenderungan kuat bahwa komunikator mengusung wacana jurnalistik terutama yang menyangkut tema jurnalisme investigasi. Wacana ini terkonstruksi dalam berbagai scene yang sejatinya hendak menyatakan gagasan komunikator bahwa jurnalisme investigasi mengungkap fakta yang tersembunyi. Proses pengungkapan fakta tersebut dilakukan melalui penelusuran terhadap fakta material dan saksi kunci. Namun selama proses penelusuran fakta tersebut, jurnalisme investigasi tidak terlepas dari berbagai tekanan. Komunikator film ini berhasil menciptakan keterkaitan antara satu wacana dengan wacana yang lain, sehingga wacana yang menonjol dalam benak khalayak adalah wacana jurnalisme investigasi. Dengan segenap kerendahan hati pula, diakui bahwa meski penelitian ini telah diusahakan untuk diproses secara holistik atau menyeluruh, namun tidak dipungkiri akan adanya wacana yang tidak diikut sertakan demi kepentingan analisis. Wacana ini misalnya mengenai wacana commit to user 158 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kejahatan militer swasta, wacana lemahnya institusi kepolisian, dan wacana wartawan blog/internet. Scene-scene yang terdapat dalam film “State of Play” sendiri, baik secara eksplisit maupun tidak, mengusung wacana yang berkaitan dengan pengungkapan fakta yang dilakukan oleh jurnalis investigasi terhadap suatu kasus. Wacana jurnalisme investigasi ditandai dengan beberapa karakteristik atau kecenderungan sebagai berikut. Komunikator memulai film ini dengan menampilkan kinerja jurnalisme investigasi dalam mengembangkan fakta dangerous project. Wacana jurnalisme investigasi dalam mengembangkan fakta dangerous project sendiri, seperti yang sudah diulas dalam penyajian data pada bab sebelumnya, direpresentasikan melalui scene usaha jurnalis investigasi dalam mengungkap fakta secara berkesinambungan dan tidak cepat puas terhadap fakta awal yang diperoleh. Jurnalis investigasi nampak melakukan penelusuran dengan hati-hati karena fakta yang akan diungkap tersebut adalah fakta yang tersembunyi ataupun sengaja disembunyikan oleh pihak yang tidak mau kasusnya terungkap. Karakteristik berikutnya adalah upaya jurnalis investigasi dalam melakukan penelusuran terhadap fakta material dan saksi kunci. Kegiatan penelusuran terhadap fakta material ini ditampilkan melalui scene penelusuran jurnalis terhadap dokumen, website, foto, rekaman video, maupun nomor jaminan sosial. Sedangkan penelusuran saksi kunci ditampilkan melalui berbagai scene wawancara. Tema pokok film ini didukung melalui berbagai elemen strategis seperti latar, detil, dan maksud. Unsur-unsur ini kemudian membentuk sebuah pola yang maknanya diarahkan pada kesan yang diinginkan oleh komunikator. commit to user 159 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Melalui konstruksi realitas jurnalisme investigasi yang direpresentasikan dalam film ini, kemudian dapat dirumuskan sebuah perspektif sebagaimana diistilahkan oleh Septiawan Santana. Perspektif ini beranggapan bahwa jurnalisme investigasi merupakan kasta kegiatan jurnalis yang tertinggi. Karena dalam kerja jurnalistiknya, jurnalisme investigasi harus bisa mengungkap fakta beserta buktibukti yang tersembunyi, bukan sekedar sebuah fakta yang tersaji dalam sebuah acara peluncuran buku baru maupun peresmian sebuah wahana bermain. Kerja jurnalistiknya kerap memasuki daerah yang rawan/bahaya. Hal ini dikarenakan jurnalisme investigasi bertugas mengungkap fakta yang tersembunyi maupun sengaja disembunyikan oleh pihak-pihak yang tidak ingin kasusnya terungkap. Karakteristik atau kecenderungan yang terakhir adalah adanya wacana tekanan terhadap jurnalisme investigasi. Jurnalisme investigasi kerap memasuki situasi yang berbahaya karena berbenturan dengan pihak-pihak yang tidak ingin kasusnya terungkap. Tekanan terhadap jurnalisme investigasi dimunculkan melalui adegan tindakan kekerasan yang diterima oleh wartawan. Dalam film “State of Play”, tindakan kekerasan tersebut direpresentasikan melalui adegan percobaan pembunuhan terhadap jurnalis investigasi sebanyak dua kali. Dalam penyajian data pada bab sebelumnya dapat kita lihat bahwa terdapat scene penembakan sebanyak 2 kali terhadap jurnalis yang mengakibatkan luka fisik. Ditambah adanya scene yang berisi tentang percobaan pembunuhan yang ditujukan kepada jurnalis ketika berusaha untuk menggali informasi. Tekanan tersebut berupa kekerasan fisik dan mental dari pihak yang tidak ingin kasus tersebut terungkap. Tekanan juga muncul dari media tempat para jurnalis commit to user 160 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id investigasi bekerja terkait adanya tenggat waktu. Dengan dasar penjualan, media tidak memperhatikan keutuhan fakta. Media berupaya menekan wartawan untuk segera menerbitkan berita yang disusun walaupun fakta akhir belum diperoleh. Keutuhan fakta terkalahkan oleh iming-iming penjualan yang berlipat ganda. Tekanan oleh media ditampilkan melalui scene redaktur yang tengah berupaya menekan jurnalis untuk menampilkan fakta yang belum tuntas. Pihak media menginginkan keuntungan yang besar dari bongkahan berita gosip yang diterbitkan. Tekanan yang terakhir adalah berasal dari kepolisian yang merasa bahwa penelusuran jurnalis terhadap suatu fakta dianggap mengganggu psoses penyelidikan dari kepolisian. Hal itu dapat kita lihat pada scene pihak kepolisian ketika sedang memberikan instruksi penghentian pencarian fakta kepada jurnalis yang dianggap telah masuk dalam ranah penyelidikan kepolisian. Membongkar scene demi scene beserta semua unsur yang terdapat dalam film “State of Play” merupakan tantangan tersendiri dalam penelitian ini. Apalagi di saat harus berusaha untuk tidak terjebak begitu saja dalam wacana-wacana eksplisit yang disuguhkan komunikator, dengan tetap mengasah kekritisan dan logika berpikir atau daya nalar yang diperkuat oleh berbagai data dan referensi terkait. Dari hasil analisis penelitian ini, tampak bahwa komunikator menempatkan diri sebagai pihak yang membela kegiatan jurnalisme investigasi dalam mengungkap fakta sebuah kasus. Wartawan terkesan diposisikan sebagai pihak yang baik dalam mengungkap sebuah fakta dari suatu kasus. Bahkan peran wartawan terkesan lebih bisa mengungkap fakta daripada peran polisi yang hanya commit to user 161 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diberikan porsi scene yang sedikit. Terkesan juga bahwa kepentingan jurnalis adalah untuk menyampaikan fakta kepada masyarakat. Melalui berbagai penelusuran bukti-bukti dan berbagai tekanan yang dialami jurnalis, mengesankan bahwa jurnalis investigasi melakukan kerja keras dengan memikul tanggung jawab pers. Teori tanggung jawab pers seperti yang diuraikan oleh Theodore Peterson, mendasarkan pandangannya kepada suatu prinsip bahwa “kebebasan pers harus disertai dengan kewajiban-kewajiban, dan pers mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat guna melaksanakan tugas-tugas pokoknya yang dibebankan kepada komunikasi massa dalam masyarakat modern seperti sekarang ini.” Pers diharapkan dapat lebih bersifat objektif dalam pemberitaanya. Teori ini cenderung berorientasi kepada kepentingan umum. 200 Berdasar uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mendorong Jurnalisme Investigasi adalah kegigihan jurnalis dalam mengungkap fakta yang tersembunyi dari suatu kasus. Selanjutnya, kegigihan tersebut mengarah kepada upaya pencarian yang berkesinambungan terhadap fakta material dan saksi kunci. Sedangkan faktor penghambat Jurnalisme Investigasi adalah adanya pihak yang sengaja menutupi informasi dan fakta. Terdapat pihak yang sengaja memberikan ancaman hingga tindak kekerasan kepada jurnalis dalam upayanya mengungkap kebenaran. Di dalam lingkungan media sendiri, hambatan tersebut berupa tekanan terhadap tenggat waktu penerbitan. Jurnalisme investigasi menuntut kebenaran sesungguhnya sedangkan commit to user Rachmadi F, Perbandingan Sistem Pers, analisis deskriptif sistem pers berbagai negara, PT. Gramedia, jakarta: 1990, hal.38. 200 162 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id media juga membutuhkan berita untuk selalu diterbitkan setiap hari. Hal ini menjadi masalah ketika suatu berita belum menampilkan fakta sesungguhnya dan media menghendaki untuk memuatnya. Menurut Van Dijk, kontrol wacana dapat terjadi karena dua hal.201 Pertama adanya pihak yang mempunyai kekuasaan lebih dibanding pihak lain, sehingga seseorang mengontrol, atau kelompok satu mengontrol kelompok lain karena seseorang atau kelompok tersebut mempunyai basis kekuasaan yang menyebabkan orang lain tunduk kepada pihak yang mendominasinya. Kedua, kontrol wacana itu juga terjadi karena satu pihak mempunyai akses wacana dibandingkan dengan kelompok lain. Akses itu memberi kesempatan pada satu pihak untuk menonjolkan basis penafsirannya dibandingkan pihak lain sehingga khalayak hanya menerima suatu informasi dari satu sisi saja. B. SARAN 1. Pelaku Penelitian Sejenis Bagi para peneliti yang akan menerapkan metode analisis wacana Van Dijk pada film, hendaknya melakukan beberapa penyesuaian dalam penggunaan elemen-elemen analisis wacana yang ditawarkan oleh Van Dijk. Selain itu, disarankan pula untuk melakukan analisis terhadap semua elemen yang terdapat dalam film, tidak hanya terbatas pada pesan verbal seperti yang masih dilakukan dalam penelitian ini. 2. Pemerhati Jurnalistik commit to user 201 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001, hal.245. 163 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hendaknya para pemerhati jurnalistik turut ambil bagian dalam mengembangkan jurnalisme investigasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan jurnalisme investigasi di Indonesia masih jauh tertinggal dengan jurnalisme investigasi di luar negeri khususnya Amerika. Terbukti dalam buku Septiawan Santana, baru sedikit sekali contoh jurnalisme investigasi di Indonesia dalam mengungkap suatu kasus yang tersembunyi. commit to user 164