jurnalisme investigasi dalam film jurusan ilmu komunikasi fakultas

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
JURNALISME INVESTIGASI DALAM FILM
(Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi dalam Film “State of Play”)
Oleh:
BARLIAN ANUNG PRABANDONO
D0206040
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:
JURNALISME INVESTIGASI DALAM FILM
(Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi dalam Film “State of Play”)
Adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain.
Apabila ada footnote atau kutipan dari buku atau pendapat lain, sudah dikutip
menurut tata cara penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima akibat dari
dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti
yang kuat, bahwa karya saya tersebut ternyata bukan karya saya yang asli atau
sebenarnya.
Surakarta, 8 Agustus 2012
Barlian Anung Prabandono
NIM. D 0206040
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”(6)
“ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain”(7)
(QS. Alam Nasyrah : 6 – 7)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Orang Tua
Dunia Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Keluarga besar komunikasi FISIP UNS
Semua pihak yang mendukung terselesaikannya penulisan skripsi
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melmpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, karena hanya atas kehendak-Nya, skripsi
dengan judul Jurnalisme Investigasi dalam Film (Analisis Wacana Jurnalisme
Investigasi dalam Film “State of Play”) dapat diselesaikan dengan baik.
Penelitian untuk skripsi ini bermula dari ketertarikan penulis untuk
mengetahui lebih banyak mengenai wacana jurnalisme investigasi dalam film
“State of Play”.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis hendak menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta.
2. Dra. Prahastiwi Utari, Msi Ph. D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP UNS.
3. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang telah
bersedia memberikan bimbingan, ilmu, arahan, dan masukan pada pembuatan
skripsi saya.
4. Team penguji (Drs. Alexius Ibnu Muridjal, M.Si, Drs. Aryanto Budhy, M.Si,
dan Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D) yang telah memacu skripsi ini menjadi lebih
baik.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Semua staf pengajar dan karyawan di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS.
Atas ilmu, pengetahuan, pembelajaran, dan kerjasama yang baik.
6. Untuk kedua orang tua saya, keluarga besar, dan kerabat.
7. Eka Nada Shofa Alkhajar atas arahan dan diskusi yang baik.
8. Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006 atas lingkungan belajar yang baik.
9. Rochmat Fajri Susetyo sang empunya MARKAS dan teman-teman yang
bernaung di MARKAS itu sendiri atas lingkungan pergaulan serta hubungan
perkawanan yang baik.
10. Sahabat, sohib, rekan, tetangga, dan konco baik dunia nyata ataupun maya
yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu atas proses menjadi manusia yang
lebih baik.
11. Nikky Fardhani atas hubungan hati yang baik.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu,
kritik dan saran selalu diharapkan untuk perbaikan ke depan. Semoga karya
sederhana ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Surakarta, 8 Agustus 2012
Barlian Anung P.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Barlian Anung Prabandono, D0206040, Wacana Jurnalisme
Investigasi dalam film (Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi dalam film
“State of Play”), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wacana-wacana apa saja yang
dikemas dalam film “State of Play”, bagaimana wacana Jurnalisme Investigasi
dikonstruksi oleh komunikator film serta faktor apa saja yang menjadi pendorong
maupun penghambat Jurnalisme Investigasi. Objek penelitian ini adalah film
“State of Play” yang diluncurkan oleh Universal Studio pada 17 April 2009 silam.
Jurnalisme investigasi mengungkap fakta dari kasus yang sengaja
disembunyikan. Membutuhkan kegigihan dan keberanian dalam melakukan kerja
investigasi. Hal ini dikarenakan adanya pihak yang tidak ingin kasus yang
melibatkan pihak tersebut terungkap kebenarannya. Film adalah media yang
efektif dibandingkan dengan media massa lainnya. Film mampu menyuguhkan
audio dan visual secara bersamaan sehingga khalayak mampu lebih mudah dalam
menangkap pesan yang disampaikan. Oleh karena itu menarik untuk meneliti
pesan dalam sebuah karya audio visual berupa film.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian interpretif – kualitatif dengan
menggunakan pendekatan subjektif yang mengasumsikan bahwa pengetahuan
bersifat tidak tetap melainkan bersifat interpretif yang memberi peluang yang
besar bagi peneliti dalam melihat dan menggambarkan objek penelitian secara
detail. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
wacana Van Dijk yang sering disebut kognisi sosial. Pendekatan ini dipilih karena
model Van Dijk juga melihat bagaimana struktus sosial, dominasi, dan kelompok
kekuasaan yang ada dalam masyarakat, serta bagaimana pikiran serta kesadaran
yang membentuk dan berpengaruh besar terhadap teks tertentu. Dengan melihat
bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa
melihat makna yang tersembunyi dari konstruksi wacana dalam suatu teks.
Strategi wacana komunikator dalam film ini dapat ditemukan melalui
pisau analisis wacana Van Dijk yang meliputi elemen Tematik, Skematik, dan
Semantik. Analisis dalam elemen tersebut memerlukan penyesuaian, hal ini
karena teks tertulis berbeda dengan teks pada film. Strategi wacana yang
dilakukan, komunikator film ini berhasil menciptakan keterkaitan antara satu
wacana denggan wacana yang lain sehingga kesimpulan akhir dalam benak
khalayak adalah wacana jurnalisme investigasi.
Film ini memang dielu-elukan sebagai film tentang jurnalisme secara
umum dan jurnalisme investigasi secara khususnya. Jurnalisme investigasi
berusaha mengungkap sebuah fakta yang sengaja disembunyikan. Berbagai
tantangan dan rintangan harus dihadapi jurnalis dalam perjalanan investigasi
mencapai fakta akhir. Ia menerima berbagai tekanan dari berbagai pihak mulai
dari pemerintah, militer, mapun media sendiri. Secara umum tertangkap kesan
kuat bahwa komunikator film hendak mengkonstruksikan tema besar tentang
Jurnalisme Investigasi. Jurnalisme Investigasi diposisikan sebagai pihak yang
to user
dapat mengungkap kebenaran daricommit
suatu kasus.
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Barlian Anung Prabandono, D0206040, Wacana Jurnalisme
Investigasi dalam film (Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi dalam film
“State of Play”), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.
This study aims to determine what are the discourses that are packed in the
film "State of Play", how the discourse constructed by the communicator
Investigative Journalism and the film becomes what factors driving and inhibiting
Investigation Journalism. Object of this study is the film "State of Play" was
released by Universal Studio on 17 April 2009 back.
Investigative journalism is an interesting journalistic masterpiece.
Investigative journalism uncover the facts of the case are deliberately hidden.
Requires persistence and courage in doing investigative work. This is because the
parties do not want a case involving the truth was revealed. The film is an
effective medium compared to other mass media. Film can deliver audio and
visual simultaneously so the audience can more easily catch the message. It is
therefore interesting to examine the message in an audio visual masterpiece of
film.
This study is a kind of interpretive research - qualitatively using a
subjective approach that assumes that knowledge is not fixed, but rather an
interpretive who gives a great opportunity for researchers to see and describe in
detail the research object. The method of analysis used in this study is a model of
discourse analysis is often referred to Van Dijk social cognition. This approach
was chosen because the model of Van Dijk also look at how social struktus,
domination, and power groups in society, and how the mind and consciousness
that shape and influence on a particular text. By looking at how the building
structure of language, discourse analysis is more able to see the hidden meaning
of the construction of discourse in a text.
Strategies of discourse communicator in this movie can be found through
the analysis of discourse Van Dijk knife which includes thematic elements,
Schematic, and Semantics. Analysis of the elements requires adjustment, this is
because the text is different from the written text on the film. Through the
discourse strategies that do, this film managed to create the communicator link
between the discourse denggan discourse of the other so the final conclusion in
the minds of audiences is the discourse of investigative journalism.
This film is being hailed as a film about journalism in general and
investigative journalism in particular. Investigative journalism trying to uncover a
fact that is intentionally hidden. Various challenges and obstacles faced in the
course of investigations of journalists reached the final facts. He received a variety
of pressures from various parties ranging from government, military, media
mapun own. In general, captured the strong impression that the movie was about
to construct a communicator major theme of Investigative Journalism.
Investigative journalism is positioned as a party that can reveal the truth of a case.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...........................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN. ..................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
ABSTRAK .....................................................................................................
ix
ABSTRACT ...................................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................
2
B. Rumusan Masalah ......................................................................
8
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
9
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
9
E. Telaah Pustaka ...........................................................................
9
E.1. Komunikasi Sebagai Proses Pertukaran Makna ..............
10
E.2. Film Sebagai Medium Komunikasi .................................
12
E.3 Hubungan Wacana Dengan Film ......................................
15
commit to user
E.4 Jurnalistik .........................................................................
19
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E.4.1 Pengertian Jurnalistik .............................................
19
E.5 Reportase Investigasi dalam Jurnalistik ...........................
23
E.5.1 Pengertian Reportase Investigasi ...........................
23
E.5.2 Ciri Jurnalisme Investigasi .....................................
29
E.5.3 Tujuan dan Sifat Pelaporan Junalisme Investigasi .
36
F. Metode Penelitian ......................................................................
41
F.1 Penelitan Terdahulu ..........................................................
41
F.2 Jenis Penelitian .................................................................
44
F.3 Subyek Penelitan ..............................................................
45
G. Sumber Data .............................................................................
46
H. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
46
I. Teknik Analisis Data ..................................................................
46
J. Validitas Data .............................................................................
57
BAB II. DESKRIPSI LOKASI
A. Deskripsi Film ...........................................................................
59
B. Sinopsis .....................................................................................
60
C. Keterangan Film ........................................................................
63
D. Casting Film .............................................................................
64
E. Pemeran Film ............................................................................
64
F. Biografi dan Portofolio Sutradara Kevin Mc’Donald ...............
67
BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Tematik Film “State of Play” ..................................................
commit to user
xii
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.1 Mengembangkan Fakta Dangerous Project ........................
70
A.1.1 Investigasi Sebagai Pengungkap Fakta yang
Tersembunyi............................................................. .....
71
A.1.2 Kerja Investigasi yang Berkesinambungan dan
Tidak Cepat Puas Terhadap Fakta Awal yang
Diperoleh............................................................. ..........
84
A.2 Penelusuran Fakta Material dan Saksi Kunci .....................
91
A.2.1
Penelusuran
Jurnalis
Investigasi
Bukti-bukti
dalam
yang
Film
Dilakukan
“State
of
Play”............................................................. ................
91
A.2.2 Kegiatan Wawancara yang Dilakukan Jurnalis
Investigasi
dalam
Film
“State
of
Play”
............................................................. ..........................
100
A.3 Tekanan Terhadap Jurnalisme Investigasi .........................
119
A.3.1 Kekerasan Fisik Terhadap Jurnalis.......................
120
A.3.2 Tekanan dari Media.............................................
123
A.3.3 Tekanan dari Pemerintah Terhadap Jurnalisme
Investigasi......................................................................
127
B. Skematik Film “State of Play” ................................................
130
C. Semantik Film “State of Play” ............................................... ..
141
C.1 Latar ................................................ ...................................
141
C.2 Maksud .............................................. .................................
147
C.3 Detail ................................................................ ..................
commit to user
152
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
159
B. Saran ........................................................................................
164
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini informasi telah menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat.
Dengan informasi, masyarakat menjadi tahu apa yang terjadi di sekitarnya. Butuh
media penyaluran informasi kepada masyarakat. Salah satu media yang dapat
menyampaikan informasi kepada masyarakat adalah melalui kegiatan jurnalistik
baik cetak maupun elektronik.
BM Mursito memaparkan jurnalistik sebagai kegiatan mengumpulkan dan
memproses fakta menjadi format informasi tertentu, serta menyiarkannya kepada
khalayak melalui media massa.1
Informasi yang disampaikan melalui kegiatan jurnalistik tidak boleh dibuatbuat atau direkayasa. Jurnalistik berperan utama dalam proses penyebaran
informasi yang benar dan jujur kepada masyarakat. Jurnalistik harus mampu
mengungkap kebenaran yang sesungguhnya dan tidak memanipulasi informasi
yang disuguhkan kepada khalayak. Sehingga kebenaran tersebut dapat membuka
mata masyarakat dalam menentukan sikap dan langkah menjalani dinamika
kehidupan.
Permasalahan kemudian muncul ketika jurnalistik berusaha mengungkap
fakta namun ditutup-tutupi atau sengaja disembunyikan oleh pihak tertentu. Arus
informasi melalui kegiatan jurnalistik kepada masyarakat yang seharusnya
1
commit to user
Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, SPIKOM, Solo, 1999, hal. 3.
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersalurkan dengan baik menjadi terhambat. Memerlukan strategi khusus dalam
mengungkap kebenaran tersebut. Dalam dunia jurnalistik, dikenal teknik
investigasi dalam pengungkapan sebuah kebenaran yang sengaja disembunyikan.
Teknik seperti ini sering disebut sebagai jurnalisme investigasi.
Istilah investigasi sendiri muncul pertama kali dari Nellie Bly ketika menjadi
reporter di Pittsburg Dispatch pada tahun 1890. Ia memulai gaya jurnalistik yang
menandakan pengisahan seorang wartawan tentang orang-orang biasa. Pelaporan
materi jurnalistik yang mengembangkan secara serial bagaimana kehidupan orang
kelas bawah di dalam kenyataan sehari-hari. Bahkan Bly harus bekerja di sebuah
pabrik untuk menyelidiki kehidupan buruh di bawah umur (anak-anak) yang
dipekerjakan dalam kondisi yang tidak baik tersebut.2
Dalam sejarah pers Indonesia, Harian Indonesia Raya dianggap koran
pertama yang melakukan reportase investigasi ketika mereka membongkar adanya
komite yang menyediakan wanita penghibur bagi para peserta Konferensi Asia
Afrika pada April 1955. Komite tersebut bernama Hospitality Committee.3
Jurnalisme investigasi diposisikan sebagai level teratas dalam tingkatan
kesulitan dalam jurnalistik. Berita-berita yang berdasarkan investigasi ini sering
disebut dengan istilah berita eksklusif. 4 Hal ini tidak berlebihan karena sifat
peliputannya yang berbeda dari peliputan reguler. Dalam melakukan investigasi,
jurnalis harus mampu mengungkap fakta dari sebuah kasus yang tersembunyi
maupun sengaja ditutup-tutupi. Sikap yang independen dibutuhkan agar berita
yang disajikan terbebas dari pengaruh apapun. Pengaruh tersebut dapat berupa
2
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 51.
commit
to user
Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori
& Praktik,
ROSDA, Bandung, 2006, hal.261.
4
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, ROSDA, Bandung, 2000, hal.53.
3
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tekanan pemerintah, kepentingan partai politik, tekanan golongan, kekuatan
mayoritas, subyektifitas pribadi, maupun tekanan dari media tempat sang jurnalis
bekerja.
Jurnalis atau wartawan investigasi ada di antara kepentingan dan dinamika
politik; berada di antara berbagai kepentingan menuntut jurnalis investigasi untuk
mengambil sikap yang netral dan menampilkan berita secara obyekif. Sikap
obyektif mengharamkan adanya keberpihakan dan mengutamakan prinsip cover
both side yaitu memberikan porsi yang sama terhadap kedua belah pihak. Jurnalis
investigasi harus mampu mengetengahkan berita yang utuh, benar, jujur, dan
seorang jurnalis investigasi harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap
suatu peristiwa yang terjadi.
"Konon, investigasi itu seperti seks. Sebagian orang lebih suka
langsung mempraktikkannya daripada berlama-lama membicarakan
teorinya." 5
Sangat menarik ketika kita bisa melihat kinerja jurnalisme investigasi yang
tidak mudah layaknya peliputan regular. Hal ini karena jurnalisme investigasi
membutuhkan perjuangan wartawan dalam mengungkap sebuah kasus yang
tersembunyi dan sarat akan kepentingan. Film “State of Play” menggambarkan
kinerja jurnalis yaitu Cal Mc Affrey yang diperankan oleh Russell Crowe dan
Della Frye yang diperankan oleh Rachel Mc Adams dalam melakukan investigasi
suatu kasus. Mereka berusaha untuk mengungkap fakta secara obyektif.
commit to user
http://anugerahadiwarta.org/tips-dan-review/review/jurnalisme-investigasi-trik-pengalaman-para-wartawan/
diakses tanggal 08/08/2012 pukul 20.24 WIB.
5
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Film “State of Play” mengisahkan tentang jurnalisme investigasi dalam
mengungkap sebuah kasus pembunuhan. Awal dari film ini bercerita tentang 3
kasus pembunuhan yang ternyata saling berkaitan. Salah satu korban pembunuhan
adalah seorang kepala Peneliti Departemen Pertahanan Amerika yaitu Sonia
Baker. Kematian Sonia Baker berpengaruh pada Kepala Departemen Pertahanan
yaitu Steven Callin yang notabene adalah teman baik Cal sewaktu kuliah. Cal
memiliki pengalaman emosional yang buruk dengan istri Steven Callin karena
dulu ia pernah tidur dengan istri Steven. Skandal tersebut menciptakan tantangan
bagi sang jurnalis karena kepentingan pribadi dihadapkan pada independensi
liputan.
Pencarian informasi kepada narasumber merupakan syarat mutlak dalam
suatu investigasi. Itu pula yang dilakukan Cal yaitu dengan mencari narasumber
yang dirasa relevan dan mengetahui kejadian pembunuhan. Hal ini tidak mudah
mengingat tidak semua narasumber yang dihubunginya mau memberikan
penjelasan karena alasan ancaman yang akan diterima.
Dalam kegiatan investigasi yang dilakukan oleh Cal yang notabene adalah
seorang jurnalis dalam film “State of Play”, ia dihadapkan pada banyak tantangan
dan tekanan. Kasus yang ia ungkap ternyata mengancam eksistensi suatu
perusahaan jasa keamanan, pemerintahan, serta melibatkan orang penting di
dalam parlemen. Meski begitu, Cal tetap berusaha mengungkap fakta karena ia
merasa mengemban tanggung jawab kepada masyarakat yaitu kebenaran yang
sejati walaupun nyawa menjadi taruhan. Hal ini senada dengan pernyataan Bill
Kovach dan Rosenstiel melalui sembilan elemen jurnalistik. Sembilan elemen ini
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipandang memiliki kedudukan yang sama. Dalam pandangannya, Kovach dan
Rosenstiel menempatkan elemen jurnalisme “kebenaran” pada urutan yang
pertama. 6 Sebagaimana yang dialami oleh Cal dalam film “State of Play”, ia
ditembak oleh pelaku pembunuhan dan harus terseret mobil karena berusaha
untuk menyelamatkan diri dari percobaan pembunuhan demi mengungkap
kebenaran.
Joseph Pulitzer, menurut Mitchell V.Charnley, menyatakan ada dua
hal yang signifikan yang mendasari reportase investigatif: bahwa jurnalisme
harus membawa muatan pelayanan “pencerahan” (enlightened) publik dan
seringkali juga kegiatan fighting reporting (reportase perlawanan). Kerja
peliputan jurnalistik macam ini dimotivasi oleh “semangat, ketrampilan,
keberanian, dan imajinasi”. Kerja peliputannya tidak puas dengan
“kemendalaman penggalian” dan agresivitas serta kerap “berbahaya/berisiko
tinggi” terhadap fakta-fakta yang tersembunyi.7
Jurnalis investigasi tak akan berjalan sendirian dalam melaksanakan
tugasnya. Terdapat instansi netral bernama media yang menaungi para jurnalis
dalam bekerja. Kita tidak boleh lupa bahwa media massa merupakan perusahaan
yang membutuhkan keuntungan agar tetap bertahan dan berkembang. Mereka
membutuhkan ketepatan waktu dan kecepatan jurnalis dalam peliputan. Bahkan
tak jarang media memberikan tekanan kepada jurnalis dalam pemberian tenggat
waktu penerbitan berita kepada wartawannya agar keuntungan tetap mengalir.
Dalam film “State of Play” ini, Cal diminta oleh sang editor di tempat ia bekerja
yaitu Washington Globe untuk menampilkan berita mengenai peristiwa
pembunuhan Sonia Baker sesuai tenggat waktu yang diberikan. Masalah muncul
ketika Cal belum menemukan siapa pembunuh dan apa yang sebenarnya terjadi di
commit
to user
http://monitoringmedia.wordpress.com/jurnalisme/
diakses
pada tanggal 08/08/2012 pukul 20.33 WIB.
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 53-54.
6
7
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
balik kasus Sonia Baker ketika tenggat waktu telah tiba. Washington Globe
membutuhkan berita untuk ditampilkan agar keuntungan tetap diperoleh. Di sisi
lain, Cal juga membutuhkan fakta untuk menguak kebenaran sejati dan
independen. Akhir dari film ini menyajikan investigasi seorang jurnalis bernama
Cal yang berusaha sangat keras menampilkan fakta sesungguhnya dengan
mengesampingkan tenggat waktu yang diberikan oleh pihak media. Baginya,
kebenaran lebih penting dari tenggat waktu dan cerita bohong. Ia menulis
kesimpulan dalam liputan berita investigasinya bahwa Steven Collin yang
notebene adalah teman baiknya menjadi otak dari pembunuhan Sonia Baker.
Penelitian ini ingin melihat bagaimana isu-isu jurnalisme investigasi
diwacanakan dalam film, dalam hal ini yang menjadi objek kajian adalah film
“State of Play”. Film ini bisa dikatakan sebagai representasi dari jurnalisme
investigasi. Dinamika jurnalisme investigasi nampak kental ditampilkan dengan
kisah seorang jurnalis yang harus mempertahankan independensinya dalam
melakukan investigasi. Sang sutradara tentu memiliki maksud tersendiri dari film
garapannya mulai dari pemilihan cerita hingga jalan ceritanya. Oleh karena itu
analisis wacana berperan penting dalam pengungkapan makna-makna yang
terkandung dalam film ini.
Menurut Ronald Carter dalam bukunya Working with Texts: A core
book for language analysis, Discourse is a term used in linguistics to
describe the rules and conventions underlying the use of language in
extended stretches of text, spoken and writen. (Such an academic study is
referred to as discourse analysis ). The term is also used as a convenient
general term to refer to language in action and the patterns which
characteristise particular types of language in action. 8
commit to user
http://sakbanrosidi.files.wordpress.com/2008/07/sakban-rosidi-analisis-wacana-kritis-sebagai-ragamparadigma-kajian-wacana.pdf diakses pada tanggal 08/08/2012 pukul 20.47 WIB.
8
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Wacana adalah istilah yang digunakan dalam linguistik untuk
menggambarkan aturan dan konvensi yang mendasari penggunaan bahasa
dalam bentangan panjang teks, lisan dan ditulis. (Semacam studi akademik
disebut sebagai analisis wacana). Istilah ini juga digunakan sebagai istilah
umum yang nyaman untuk merujuk kepada bahasa dalam tindakan dan pola
yang mana karakteristik jenis tertentu mengenai bahasa dalam tindakan.
Analisis wacana, dalam arti paling sederhana adalah kajian terhadap satuan
bahasa di atas kalimat. Lazimnya, perluasan arti istilah ini dikaitkan dengan
konteks lebih luas yang mempengaruhi makna rangkaian ungkapan secara
keseluruhan. Para analis wacana mengkaji bagian lebih besar bahasa ketika
mereka saling bertautan. Beberapa analis wacana mempertimbangkan konteks
yang lebih luas lagi untuk memahami bagaimana konteks itu mempengaruhi
makna kalimat.
Analisis wacana melihat pada “bagaimana” dari suatu pesan atau teks
komunikasi. Analisis wacana bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita,
tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Selain itu, analisis wacana lebih
bisa melihat makna yang tersembunyi dari sebuah teks melalui struktur
kebahasaannya.
9
Dengan menggunakan metode analisis wacana, peneliti
menganalisis unsur teks film, sehingga dapat diketahui apakah film ini mampu
mengusung wacana atau pesan-pesan tentang jurnalisme investigasi kepada
khalayaknya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang seperti yang sudah penulis utarakan diatas dapatlah
kiranya dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
commit to user
9
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Lkis, Yogyakarta, 2000, hal. 5.
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Bagaimana wacana jurnalisme investigasi dalam film “State of Play”?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mendorong dan menghambat jurnalisme
investigasi dalam film “State of Play”?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin penulis capai melalui penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui
bagaimana
wacana
jurnalisme
investigasi
direpresentasikan dalam film “State of Play”.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong dan
menghambat jurnalis melakukan investigasi dalam film “State of Play”.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait dengan
bagaimana wacana isu-isu jurnalisme investigasi yang direpresentasikan
dalam bentuk adegan dan dialog.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan
keputusan terkait permasalahan jurnalisme investigasi.
3. Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada para sineas untuk dapat
memahami bahwa jurnalisme investigasi dapat mengungkap sebuah fakta
yang tersembunyi sehingga dapat mendorong sineas Indonesia utuk lebih
menggambarkan film sebagai wacana konstruksi sosial.
E. Telaah Pustaka
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Komunikasi Sebagai Proses Pertukaran Makna
Manusia melakukan interaksi antar sesama yang sifatnya saling
melengkapi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan karena
manusia tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan orang lain. Untuk
memperlancar interaksi sosial tersebut maka dibutuhkan komunikasi sebagai
kegiatan pertukaran pesan antara manusia.10
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal
dari kata Latin communication, dan berasal dari kata communis yang
memiliki arti yaitu sama. Komunikasi akan terlaksana dengan lancar apabila
terdapat kesamaan pengertian antara bentuk komunikasi yang digunakan dan
makna yang dimaksudkan.11
Dalam bukunya, John Fiske membagi studi komunikasi menjadi dua
mazhab utama yang sering dijadikan landasan berpikir para ilmuwan
komunikasi dalam meneliti berbagai fenomena komunikasi. 12 Pertama, ia
mengkategorikan komunikasi sebagai suatu transmisi pesan. Fiske tertarik
mengenai bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode)
dan menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana transmiter
menggunakan saluran dan media komunikasi. Lebih lanjut Fiske melihat
komunikasi
sebagai
suatu
proses
dimana
seorang
pribadi
dapat
mempengaruhi perilaku atau state of mind pribadi yang lain. Apabila efek
tersebut tidak sama atau lebih kecil daripada yang diharapkan, maka hal
10
Skripsi Muhammad Fanni Ikhsan berjudul Potret Perjuangan Perempuan dalam Mengahadapi
Ketidakadilan yang Direpresentasikan dalam Film Perempuan (Analaisis Wacana Perjuangan Perempuan
dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”). UNS Surakarta.
commit PT.
to user
11
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, hal. 69-71.
12
John Fiske, Cultural and Communication Studies, Jalasutra, Jogjakarta, 2004, hal. 8.
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut dapat dinilai sebagai kegagalan komunikasi. Kemudian hal tersebut
dapat ditelaah dengan melihat tahap-tahap dalam proses tersebut untuk
mengetahui dimana kegagalan tersebut terjadi. Mahzab ini disebut oleh Fiske
sebagai “Mahzab Proses”.13
Kedua, Fiske melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran
makna, hal ini berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks berinteraksi
dengan orang-orang guna menghasilkan makna yakni peran teks dalam
kebudayaan kita. Terdapat penggunaan istilah-istilah seperti pertandaan atau
signification, dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yang
penting dari kegagalan komunikasi. Hal itu bisa saja terjadi karena adanya
perbedaan budaya antara pengirim dan penerima.14 Bagi mahzab ini, pesan
merupakan suatu konstruksi tanda yang melalui interaksinya dengan
penerima kemudian menghasilkan makna. Studi komunikasi dalam mashab
ini adalah studi tentang teks dan kebudayan. Pengirim yang didefinisikan
sebagai transmiter pesan menjadi turun arti pentingnya. Penekanan bergeser
kepada teks dan bagaimana teks itu “dibaca”. Terjadi proses penemuan
makna ketika pembaca sedang berinteraksi atau bernegoisasi dengan teks.
Munculnya negosiasi karena pembaca membawa aspek-aspek pengalaman
budayanya untuk berhubungan dengan kode dan tanda yang menyusun teks
tersebut. Pembaca yang memiliki pengalaman sosial berbeda atau dari budaya
yang berbeda mungkin menemukan makna yang berbeda pula ketika
13
Ibid, hal. 8.
Ibid, hal. 9.
commit to user
14
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dihadapkan dengan teks yang sama. Maka dari itu, hal itu tidak dapat dinilai
sebagai kegagalan komunikasi.15
Dari uraian di atas maka disimpulkan bahwa pesan bukanlah sesuatu
yang dikirim dari A ke B akan tetapi suatu elemen di dalam sebuah hubungan
terstruktur beserta elemen-elemen lainnya termasuk realitas eksternal dan
produser/pembaca. Memproduksi dan membaca teks dilihat sebagai proses
yang peralel, jika tidak identik, karena mereka menduduki tempat yang sama
dalam hubungan yang terstruktur ini. Model struktur ini dapat digambarkan
sebagai sebuah segitiga dengan anak panah yang menunjukan interaksi yang
konstan dan dinamis. 16 Di dalam mashab inilah penerima atau pembaca teks
dipandang memainkan peran yang lebih aktif dibandingkan kebanyakan
model mazhab komunikasi proses yang lebih menonjolkan pihak pengirim
pesan teks.
2. Film Sebagai Medium Komunikasi
Media komunikasi manusia dan segala karakteristiknya akan terus
berubah dan berkembang sesuai dengan tekanan-tekanan politik, ekonomi,
sosial, dan budaya yang ada di masyarakat. Selain itu salah satu unsur yang
membuat media terus berkembang adalah kemajuan dari teknologi.17
Perangkat audio visual memiliki arti bahwa perangkat tersebut adalah
perangkat yang bisa diterima menggunakan indera pendengar maupun indera
penglihatan. Singkatnya, alat tersebut dapat didengar dan dilihat. Melalui
15
Ibid.
Ibid, hal.11.
17
Skripsi Muhammad Fanni Ikhsan berjudul Potret Perjuangan Perempuan dalam Mengahadapi
to user(Analaisis Wacana Perjuangan Perempuan
Ketidakadilan yang Direpresentasikan dalamcommit
Film Perempuan
dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”) UNS Surakarta.
16
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perangkat tersebut, komunikasi bisa terjalin lebih efektif. Perangkat audio
visual meliputi gambar, foto, slaid, model, pita kaset tape recorder, film
bersuara dan televisi.18
Larry Gross, di dalam jurnal Sol Worth and The Study of Visual
Communication, pada Chapter One : The Development of a Semiotic of Film
yang dapat diakses di http://astro.temple.edu/~ruby/wava/worth/sintro.html,
film menciptakan tanda (sign) dan simbol dengan makna (pesan) tertentu.
Oleh karena itu, film merupakan sebuah bentuk komunikasi dengan tanda.
Dimana simbol dan tanda erat kaitannya dengan bahasa. Film layaknya
sebuah bahasa yang dirangkai melalui bentuk simbol dan tanda yang
membawa pesan tertentu.19
Salah satu fungsi film menurut Ron Mottram adalah sebagai media
yang komunikatif. Film dianggap bagian penting dari sistem yang
dipergunakan oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan
menerima pesan (send and receive messages).20
Makna yang dimiliki oleh film berasal dari hubungan antara pembuat
film (bisa dikatakan produsen film, bisa produser atau sutradara) dengan
penonton dari film itu sendiri.21 Hal ini bisa dimaknai bahwa makna bukan
berasal dari film itu sendiri. Pemaknaan film dibentuk melalui proses
produksi sebuah film terkait dengan ”pengirim”, dimana proses produksi ini
akan menentukan bagaimana pesan (message) yang akan disampaikan kepada
18
Ibid.
Eka Nada Sofa Al Khajar dalam skripsinya yang berjudul Patriotisme Dalam Film, UNS Surakarta tahun
2007.
20
commit to user
Opcit.
21
Opcit.
19
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penonton atau ”penerima”. Jakobson mengemukakan bahwa pesan yang
dibawa pastilah mengacu pada sesuatu diluar pesan itu sendiri. Hal ini ia
sebut dengan ”konteks”. Jakobson juga menambahkan dua faktor lain yakni
”kontak” sebagai sarana saluran fisik dan koneksi fisiologis antara pengirim
dan penerima; dan ”kode”, sebagai sistem makna.22
Context Message
Addresser------------------------------------------------------------------Addresse
Contact Code
Gambar 1.1.
Model Komunikasi Jakobson
Berdasar model di atas maka bisa dilihat bahwa sebuah film
mengandung unsur komunikasi karena selain terkait dengan aktor utama
komunikasi yaitu dalam hal ini pembuat film dan penonton, terdapat juga
konteks acuan terhadap realitas. Sehingga seringkali film mengisahkan
sebuah realitas sosial dalam masyarakat atau kondisi saat film itu dibuat.
Bentuk hubungan antara aktor pun terjalin karena penonton seolah-olah
mengalami hal yang diceritakan dalam film.23 Film memiliki sistem makna
22
Opcit.
Ibid, hal.17.
commit to user
23
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersendiri dimana melalui sistem makna tersebut maka pesan yang terdapat
dalam film nisa dikomunikasikan. Hal ini lantas bisa juga dikaitkan dengan
model komunikasinya Jakobson 24
3. Hubungan Wacana dengan Film
Wacana merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “discourse”. Di
beberapa kamus wacana atau discourse secara harfiah memiliki beberapa
artian, yaitu : 1) komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau
gagasan-gagasan, konversasi atau percakapan 2) komunikasi secara umum
terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah 3) risalat tulis, disertasi
formal, kuliah, ceramah, khotbah.25
James P. Gee memeliki gagasan berupa teori discourse yang sangat
relevan dengan teori komunikasi. Ia membedakan discourse ke dalam dua
jenis: Yang pertama adalah “discourse” (d kecil) yang melihat bagaimana
bahasa digunakan pada tempatnya (“on site”) untuk memerankan kegiatan,
pandangan, dan identitas atas dasar-dasar linguistik. Kemudian yang kedua
adalah “Discourse” (D besar) yang merangkaikan unsur linguistik pada
“discourse” (dengan d kecil) bersama-sama unsur non-linguistik (nonlanguage “stuff”) untuk memerankan kegiatan, pandangan, dan identitas.
Bentuk non-language “stuff” ini bisa berupa kepentingan ideologi, politik,
ekonomi, dan sebagainya. Komponen non-language “stuff” itu juga yang
membedakan cara beraksi, berinteraksi, berperasaan, kepercayaan, penilaian
24
Ibid.
Opcit.
commit to user
25
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
satu komunikator dari komunikator lainnnya dalam mengenali atau mengakui
diri sendiri dan orang lain.26
Secara ilmiah teoritik beberapa pakar telah mendefinisikan perdebatan
tentang wacana atau discourse ini. Fiske mendefinisikan “discourse” atau
wacana sebagai bahasa atau sistem representasi yang dibangun secara sosial
dalam suatu tertib untuk membuat dan mengedarkan seperangkat makna yang
koheren
tentang
suatu
topik
penting.
Sedangkan
Roger
Fowler
mendefinisikan wacana sebagai komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat
dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya,
kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia, sebuah organisasi atau
representasi dari pengalaman.27
Merunut pada pendapat Fiske dan Roger Fowler di atas maka wacana
dapat berupa komunikasi lisan atau komunikasi ujaran dan komunikasi tulis.
Yang menjadi faktor penting adalah bentuk komunikasi tersebut harus berupa
sistem representasi yang dibangun secara sosial untuk mengedarkan suatu
makna koheren tentang suatu topik. Karena itu, sebuah wacana harus punya
dua unsur penting, yakni kesatuan (unity) dan kepaduan (coherence).28
Seringkali banyak orang terpaku jika wacana hanya melingkupi
komunikasi tulisan saja padahal titik singgung utama dari sebuah wacana
adalah adanya pemakaian bahasa. Dalam kenyataan, wujud dari bentuk
wacana itu dapat dilihat dalam beragam buah karya si pembuat wacana:
26
Ibid.
Ibid.
commituntuk
to user
28
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar
Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis
Framing, ROSDA, Bandung, 2006, hal. 10.
27
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Text (wacana dalam wujud tulisan/garfis) antara lain dalam wujud
berita, features, artikel opini, cerpen, novel, dsb.
2. Talk (wacana dalam wujud ucapan), antara lain dalam wujud
rekaman wawancara, obrolan, pidato, dsb.
3. Act (wacana dalam wujud tindakan) antara lain dalam wujud lakon
drama, tarian, film, defile, demonstrasi, dsb.
4. Artifact (wacana dalam wujud jejak) antara lain dalam wujud
bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb. 29
Dalam wacana terdapat unsur teks dan konteks yang tidak bisa
dipisahkan. Ia mengartikan teks sebagai semua bentuk bahasa, bukan hanya
kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua bentuk ekspresi
komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya.
Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan
mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di
mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya.Hal
ini diungkapkan oleh Guy Cook.30
Graeme Turner dalam Film As Social Practice menyatakan bahwa,
wacana juga berada di media komunikasi film dimana terdapat unsur ekspresi
komunikasi berupa ucapan, musik, gambar, efek suara, dan citra. Film, TV,
dan periklanan akan menjadi target utama penelitian analisis teks karena
29
Opcit.
commituntuk
to user
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar
Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis
Framing, ROSDA, Bandung, 2006, hal. 56.
30
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan penelitian ini kebudayaan sosial akan terlihat dari interaksi sistem
tanda dan makna.31
Lebih lanjut film bukan berarti hanyalah sebuah media komunikasi
yang dapat dipahami hanya dari segi tekstualnya melainkan film juga sebagai
sarana perdebatan yang lebih luas mengenai representasi proses sosial yang
telah menghasilkan gambar, suara, tanda dan tujuan untuk sesuatu (dalam
wacana ini yang disebut dengan konteks). Film merupakan produk budaya
dan wujud praktek sosial di mana nilai yang terkandung dari sebuah film
dapat memberitahu kita tentang sistem dan proses sebuah budaya.32
Lebih lanjut Graeme Turner melihat makna film sebagai representasi
dari realitas masyarakat, bagi Turner, berbeda dengan film sekedar sebagai
refleksi dari realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film sekadar memindah
realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara itu sebagai
representasi dari realitas, film membentuk dan menghadirkan kembali realitas
berdasarkan
kode-kode,
konvensi-konvensi,
dan
ideologi
dari
kebudayaannya. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar film
menciptakan imaji dan sistem penandaan. Menurut Van Zoest pada film
menggunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan
sesuatu.33
Pesan yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah bagaimana sebuah
film dapat merepresentasikan isu-isu jurnalisme investigasi. Sehingga dapat
31
Skripsi Muhammad Fanni Ikhsan berjudul Potret Perjuangan Perempuan dalam Mengahadapi
Ketidakadilan yang Direpresentasikan dalam Film Perempuan (Analaisis Wacana Perjuangan Perempuan
dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”). UNS Surakarta.
commit to user
32
Ibid.
33
Ibid.
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilihat apakah sebuah film mampu menciptakan wacana atau pesan-pesan
jurnalisme investigasi kepada khalayaknya.34
4. Jurnalistik
a.
Pengertian Jurnalistik
Menurut Kustadi Suhandang, pengertian jurnalistik dari segi estimologi
terdiri dari dua suku kata, jurnal dan istik. Kata jurnal berasal dari bahasa
Perancis, journal, yang berarti catatan harian. Hampir sama bunyi ucapannya
dengan kata yang ditemukan dalam bahasa Latin, diurna yang berarti hari ini.
Sehubungan dengan kegiatan jurnalistik, pada zaman kerajaan Romawi Kuno
yang diperintah oleh Julius Caesar dikenal dengan istilah acta diurna yang
mengandung makna rangkaian akta (gerakan, kegiatan, dan kejadian) hari ini.
Adapun kata istik merujuk pada istilah estetika yang memiliki arti ilmu
pengetahuan tentang keindahan.35
Berdasar uraian di atas, Kustadi Suhandang mengartikan jurnalistik
secara estimologis sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan
tentang peristiwa sehari-hari, karya mana memiliki nilai keindahan yang
dapat menarik perhatian khalayaknya sehingga dapat dinikmati dan
dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.36
Ia juga menambahkan bahwa jurnalistik adalah seni dan keterampilan
mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita
34
Disarikan dari skripsi Muhammad Fanny Ikhsan yang berjudul Potret Perjuangan Perempuan dalam
Mengahadapi Ketidakadilan yang Direpresentasikan dalam Film Perempuan (Analaisis Wacana Perjuangan
Perempuan dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”).
to user2004, hal.13.
35
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, commit
Nuansa, Bandung,
36
Ibid.
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka
memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya,
sehingga terjadi
perubahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengan
kehendak para jurnalisnya.37
Jurnalistik, menurut Lislie Stephen, seperti dikutip Fraser Bond
dalam buku “ Pengantar Jurnalistik”, terdiri dari penulisan tentang halhal yang penting yang tidak anda ketahui.38
Seperti yang dijelaskan Adinegoro yang dikutip Suhandang dalam
bukunya yang berjudul “Pengantar Jurnalistik”, jurnalistik adalah kepandaian
yang praktis, sedangkan publisistik adalah kepandaian yang ilmiah. Sebagai
kepandaian praktis, jurnalistik adalah salah satu obyek di samping obyekobyek lainnya dari ilmu publisistik, yang mempelajari seluk beluk penyiaran
berita-berita dalam keseluruhannya dengan meninjau segala saluran, bukan
saja pers, tapi juga radio, televisi, film, teater, rapat-rapat umum, dan segala
lapangan.39
Astrid S. Susanto melalui bukunya, Komunikasi Massa (1986:73)
mendefinisikan jurnalistik sebagai kejadian pencatatan dan atau
pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.40
BM Mursito memaparkan jurnalistik sebagai kegiatan mengumpulkan
dan memproses fakta menjadi format informasi tertentu, serta menyiarkannya
kepada khalayak melalui media massa. Fakta di sini adalah berupa peristiwa,
fenomena, situasi, kondisi, atau kecenderungan yang benar-benar ada dalam
37
Ibid.
Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, SPIKOM, Solo, 1999, hal. 3.
commit to user
39
Opcit hal.21.
40
Opcit.
38
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunitas sosial. Sedangkan memroses fakta menjadi format tertentu adalah
menstruktur fakta menjadi suatu bentuk wacana baik bersifat audio, visual,
maupun audio visual.41
Senada dengan itu Onong Uchyana Effendy (1981:102)
menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan
harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan hingga
penyebarannya kepada masyarakat. 42
Begitu juga A.W. Widjaja (1986:27) yang menyebutkan bahwa
jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan
cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa
atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang
secepat-cepatnya.43
Djafar H. Assegaff, seorang wartawan senior Indonesia yang juga
mantan Duta Besar mendefinisikan jurnalistik sebagai “kegiatan untuk
menyampaikan pesan/berita kepada khalayak ramai (massa), melalui
saluran media entah media tadi media cetak ataupun elektronika”. (Djafar
H. Assegaff, 1985:11)44
Lebih ringkas lagi Djen Amar, mantan Pimpinan Umum Harian
Indonesia
Expres,
mendefinisikan
jurnalistik
sebagai
kegiatan
mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluasluasnya dalam waktu yang secepat-cepatnya.45
Dalam bukunya yang berjudul Ihwal Jurnalistik, Rosihan Anwar
(1974:10) menceritakan bahwa di Amerika Serikat ada orang-orang yang
mengatakan bahwa, jurnalism is not a game, kewartawanan itu bukan
41
Ibid.
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, Nuansa, Bandung, 2004, hal.21.
43
Ibid, hal 21-22.
commit
to user
44
Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, SPIKOM,
Solo, 1999,
hal. 3.
45
Opcit, hal 22.
42
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu permainan. Ia juga menjelaskan bahwa jurnalisme mempunyai
tujuan sosial yang serius. Dengan menggunakan kemerdekaannya, pers di
Amerika merupakan senjata yang paling berkuasa untuk menjaga dan
melindungi kebebasan rakyat, membetulkan apa yang salah dan yang
tidak adil, serta memerangi kejahatan.46
Dalam buku Kustadi Suhandang, terdapat satu definisi yang lengkap
mengenai beberapa pendapat tokoh-tokoh di atas yaitu jurnalistik adalah seni
dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan
menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah,
dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.47
Dari beberapa uraian definisi di atas, terdapat beberapa persamaan yaitu
definisi-definisi tersebut tidak keluar dari ciri utama jurnalistik. Ciri-ciri
utama tersebut adalah tentang keterampilan dalam menyusun pemberitahuan,
penyampaian yang menarik perhatian, dan bertujuan untuk mempengaruhi
khalayak.
Ciri kegiatan jurnalistik memang ditandai oleh kegiatan menyampaikan
berita. Namun tidak setiap kejadian bisa dijadikan berita jurnalistik. Ada
ukuran-ukuran tertentu yang harus dipenuhi agar suatu kejadian atau
peristiwa dapat diberitakan pers. Inilah yang disebut sebagai kriteria layak
berita (news value, news worthy), yaitu layak tidaknya suatu kejadian dalam
masyarakat diberitakan oleh pers atau bernilainya kejadian tersebut bagi
pers.48
46
Opcit.
Opcit, 23.
commit
tountuk
userMedia Massa, kanisius, Yogyakarta, 1998,
48
Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis
Berita
hal. 27.
47
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Secara umum kejadian yang dianggap memiliki nilai berita atau news
valuedan layak berita adalah yang mengandung satu atau beberapa unsur di
bawah ini :
1. Significance
mempengaruhi
(penting),
yaitu
kehidupan
kejadian
orang
yang
banyak,
atau
berkemungkinan
kejadian
yang
mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca.
2. Magnitude (besar), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang
berarti bagi kehidupan orang banyak.
3. Timelines (waktu), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru
terjadi, atau baru dikemukakan.
4. Proximity (kedekatan), yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca. Bisa
berupa kedekatan geografis maupun emosional.
5. Prominence (tenar), yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat
dikenal oleh pembaca.
6. Human interest (manusiawi), yaitu kejadian yang memberi sentuhan
perasaan bagi pembaca.49
b.
Reportase Investigasi dalam Jurnalistik
1. Pengertian Reportase Investigatif
Dalam bukunya yang berjudul “Jurnalisme Investigasi”, Septiawan
Santana mengutip dari http://www.spatacus.schoolnet.co.uk pada bulan
Agustus tahun 2000 mengenai historical jurnalisme investigasi. Dalam
commit to user
49
Ibid, hal 28
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
buku tersebut dipaparkan bahwa istilah investigasi sendiri baru muncul
pertama kali dari Nellie Bly ketika menjadi reporter di Pittsburg Dispatch
pada tahun 1890. Ia memulai gaya jurnalistik yang menandakan
pengisahan seorang wartawan tentang orang-orang biasa. Pelaporan materi
jurnalistik yang mengembangkan, secara serial, bagaimana kehidupan
orang kelas bawah di dalam kenyataan sehari-hari. Bahkan Bly harus
bekerja di sebuah pabrik untuk menyelidiki kehidupan buruh di bawah
umur (anak-anak) yang dipekerjakan dalam kondisi yang tidak baik.50
Pernyataan Atmakusumah juga dikutip dalam buku ini. Menurut
Atmakusumah, reporting berasal dari asal kata latin reportare, yang
berarti "membawa pulang sesuatu dari tempat lain". Dijelaskan oleh
Atmakusumah bahwa bila dikaitkan ke dalam dunia jurnalisme, hal itu
menjelaskan seorang wartawan yang membawa laporan kejadian dari
sebuah tempat di mana telah terjadi sesuatu. Sementara investigative
berasal dari kata Latin vestigum, yang berarti "jejak kaki". Hal itu
menyiratkan pelbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta,berbentuk data
dan keterangan, dari sebuah peristiwa.51
Ullmann dan Honeyman menggambarkan investigasi sebagai
hidung penciuman yang keras dari wartawan. Mereka
mengklasifikasikan dan mendefinisikannya, bahwa: kegiatan
investigative reporting ialah sebuah reportase, sebuah kerja
menghasilkan produk dan inisiatif, yang menyangkut hal-hal penting
dari banyak orang atau organisasi yang sengaja merahasiakannya.
Ada tiga elemen dasar yang mendorong kerja investigasi reporter,
menurut Ullmann dan Honeyman, yakni: laporan investigasi
bukanlah laporan yang dibuat oleh seseorang, subjek kisahnya
meliputi sesuatu yang penting alasannya bagi pembaca atau pemirsa,
commit
user
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi,
YayasantoObor
Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 51.
Ibid. hal. 135.
50
51
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan menyangkut beberapa hal yang sengaja disembunyikan dari
hadapan publik.52
Definisi jurnalisme investigasi menurut Steve Weinberg dalam
bukunya The Reporter’s Handbook, An Investigator’s guide to Documents
and Technique adalah “reportase, melalui inisiatif sendiri dan hasil kerja
pribadi, yang penting bagi pembaca, pemirsa, dan pemerhati. Dalam
banyak hal, subjek yang diberitakan menginginkan bahwa perkara yang
berada dalam penyelidikan tetap tidak tersingkap”.53
Dikutip dari Chris White dari The Parliament Magazine di Brussels,
pekerjaan
jurnalisme
investigatif
adalah
pertama,
tertuju
untuk
mengungkapkan dan mendapatkan sebuah kisah berita yang bagus dan,
kedua, menjaga masyarakat untuk memiliki kecukupan informasi dan
mengetahui adanya bahaya di tengah kehidupan mereka.54
Septiawan Santana menambahkan bahwa kegiatan investigasi
menjadi tertuju kepada penelusuran dan penemuan sesuatu yang dianggap
tertutup. Arah kerja liputannya menjadi arah kegiatan. Yaitu bagaimana
para pencari info mendapatkan informasi yang dibutuhkan, bagaimana dan
di mana informasi dapat dievaluasi. Santana membenarkan bahwa kegiatan
reportase investigasi terlibat dengan upaya yang berbahaya, dikarenakan
upaya menembus pengaturan yang sengaja ditutup-tutupi.55
52
Ibid 135-136.
Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori & Praktik, ROSDA, bandung, 2006, hal. 258.
commit to user
54
Opcit 136.
55
Opcit.
53
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Senada dengan Santana, pernyataan Goenawan Mohamad, wartawan
senior Indonesia, yang dikutip oleh Santana menyatakan bahwa ia melihat
upaya reportase investigatif yang tengah bergerak mengikuti naluri
penciuman untuk membuka upaya pihak-pihak yang menutup-tutupi suatu
kejahatan. Mereka terus menelusuri pelbagai dokumen, yang terkait
dengan kejahatan tersebut, dan mencoba
mempelajarinya, untuk
menemukan adanya tindak kejahatan dilakukan di balik sebuah
peristiwa.56
Peliputan investigasi adalah sebuah proses, tidak bisa dilakukan
secara instan. Karena investigasi bertujuan untuk menguak sesuatu yang
belum terungkap dan berbeda dengan peliputan biasa. Hal ini diungkapkan
oleh Saur Hutabarat, Ketua Dewan Redaksi Media Group dan mantan
jurnalis Tempo pada kuliah umum di FISIP USU, Kamis (14/6/2012).57
"Reportase investigasi adalah pekerjaan membuka pintu dan
mulut yang tertutup rapat," tulis Rivers dan Mathews.58
Jurnalisme investigasi mengenal istilah penilaian post factum, yaitu
penilaian
tentang
adanya
unsur
sengaja
“disembunyikan”
atau
“dirahasiakan” oleh pelaku dari beberapa kasus apabila liputan telah tuntas
dikerjakan karena tidak semua kasus kejahatan terhadap publik sengaja
“dirahasiakan” atau “disembunyikan.”59
56
Opcit.
http://www.tribunnews.com/2012/06/14/investigasi-tak-bisa-instan diakses pada tanggal 04/08/2012 pukul
16.24 WIB.
5858
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 137.
commit to user
59
http://penyrahmadhani.wordpress.com/2011/03/03/jurnalisme-investigasi-bab-i/
diakses pada tanggal
08/08/2012 pukul 21.32 WIB.
57
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Robert Greene yang sering disebut sebagai bapak
investigasi modern, menegaskan pentingnya elemen “dirahasiakan oleh
mereka yang terlibat.” Ini artinya bila ada kejahatan yang sengaja ditutuptutupi, maka itulah pintu masuk untuk jurnalisme investigasi.60
Menurut Santana, pekerjaan reportase investigasi terkait dengan
kegiatan mencari informasi yang tersembunyi untuk dilaporkan kepada
masyarakat. Ciri peliputannya meliputi kegiatan pengujian berbagai
dokumen dan rekaman, pemakaian informan, keseriusan dan perluasan
riset. Ia juga menambahkan bahwa reportase investigatif seringkali
mengekspos penyimpangan yang dilakukan para pekerja publik dan
aktivitasnya.61
Ada suatu fokus yang hendak diinvestigasi, yakni hal-hal yang
mengarah kepada sebuah problem, masalah yang tampil ke
permukaan (isu), dan kontroversi. Hal ini yang membedakan dengan
peliputan reguler, atau reportase pada umumnya.62
Telah sering kita sebut, seorang jurnalis harus bermata elang, telinga
ayam dan hidung anjing. Penglihatan, pendengaran dan penciuman jurnalis
di atas rata-rata manusia dalam menghadapi realitas yang terjadi seharihari. Masyarakat umumnya, menerima kejadian dan kenyatan yang
dikatakan dan terjadi sebagai kebenaran, tanpa memertanyakan lebih lanjut
kenapa dan bagaimana suatu itu terjadi.
Namun dari seluruh penjelasan di atas, target investigasi tidak
melulu tertuju pada efek atau dampak untuk tujuan menjatuhkan lawan,
60
Ibid.
commit
user
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi,
YayasantoObor
Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 51.
62
Ibid.
61
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau selalu tertuju pada upaya membongkar-bongkar aib pihak tertentu.
Karena menurut Gene Roberts tl, editor Philadelphia Inquirer,
Investigative reporting tidak selalu ditujukan untuk menangkap kejatuhan
politisi atau mengincar keburukannya. Ia menjelaskan bahwa peliputan
investigatif merupakan keluhuran jurnalisme yang hendak melakukan
penggalian di bawah permukaan, yang akan membantu pembaca untuk
memahami apa yang akan terjadi di kompleksitas persoalan dunia, yang
semakin meningkat.63
Perlindungan terhadap kepentingan publik adalah esensi dari sebuah
produk jurnalistik. Dan jurnalisme investigasi akan memberikan
perlindungan yang lebih komprehensif dan maksimal, meski di luar itu
bukan berarti praktik jurnalisme yang salah.
Menurut Farid Gaban (alumni peliput perang Bosnia dan redaktur
pelaksana majalah Tempo 1998-2003), “Laporan investigasi tidak selalu
seputar liputan yang canggih dan harus membeberkan persoalan-persoalan
rumit atau high politics. Tema kehidupan sehari-hari dapat menjadi liputan
investigasi yang dahsyat. Wartawan tidak hanya terpaku pada investigasi
yang menyangkut pejabat atau polisi, tetapi juga berkaitan dengan relasi
konsumen-produsen atau kejahatan korporasi.”64
Septiawan Santana menyimpulkan pengertian reportase investigatif
secara harfiah yaitu membawa pulang jejak kaki dari tempat lain. Bila
pengertian tersebut dikaitan dengan kegiatan pers, berarti kegiatan yang
63
Ibid.
commit to user
http://penyrahmadhani.wordpress.com/2011/03/03/jurnalisme-investigasi-bab-i/
diakses pada tanggal
08/08/2012 pukul 21.32 WIB.
64
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bisa mengkonotasikan pelbagai bukti, yang dapat dijadikan fakta, bagi
upaya menjelaskan adanya kesalahan atau pelanggaran atau kejahatan
yang telah dilakukan oleh seseorang atau pihak-pihak tertentu. Septiawan
Santana membenarkan bahwa Reportase investigasi memang merupakan
sebuah kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan
fakta-fakta adanya pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan
kepentingan umum atau masyarakat.65
2. Ciri Jurnalisme Investigasi
Greene Roberts, mantan redaksi Newsday di Amerika : “ia,
(reportase investigasi) adalah reportase, (terutama) melalui hasil kerja dan
inisiatif sendiri, yang artinya penting yang oleh beberapa pribadi atau
organisasi ingin tetap dirahasiakan. Tiga unsur dasarnya adalah bahwa
investigasi itu merupakan kerja wartawan, bukan laporan investigasi yang
dilakukan oleh orang lain; bahwa masalah yang diberitakan melibatkan
sesuatu yang sangat penting bagi pembaca atau pemirsa; dan bahwa pihakpihak lain berusaha menutup-nutupi masalah ini dari publik”66
Paparan Rivers dan Mathewsyang dikutip oleh Septiawan Santana,
menunjukkan beberapa indikasi ciri-ciri wartawan investigatif. Indikasi
awal dari wartawan investigatif adalah memiliki agresivitas yang tinggi
terhadap data dan keterangan yang muncul di permukaan, yang tersedia
begitu saja di hadapannya, akan tetapi memiliki kepekaan terhadap adanya
commit to user
Opcit.
Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori & Praktik, ROSDA, bandung, 2006, hal. 259.
65
66
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
persekongkolan, para penghasut rakyat, atau keculasan yang terjadi di
masyarakat.67
Mereka menganggap pelbagai media informasi telah demikian
kuat dan canggihnya menancapkan imaji kebenaran yang harus
dipercaya masyarakat. Wartawan investigasi menunjukkan cara lain
untuk memahami kebenaran, dan menyatakan premis-premis salah
dari kekuatan dan kecanggilan informasi modern (Lloyd, 1998).68
Menurut Septiawan Santana, Terminologi investigative journalism
memberikan atribut penyelidikan, keingintahuan dan misi tertentu dari
para wartawannya. Jurnalisme ini tidak mau terjebak dengan adonan
pemberitaan entertainment. Liputan beritanya bukan lagi berdasar agenda
pemberitaan harian yang sudah terjadwal di ruang redaksi. Para wartawan
investigasi tidak bekerja berdasarkan pengagendaan berita seperti yang
dalam peliputan reguler. Mereka memasuki subjek pemberitaan tatkala
mereka tertarik untuk mengetahui sesuatu. Kerja peliputannya tidak lagi
dibatasi oleh tekanan-tekanan waktu. Ada kekhususan kerja peliputan
dibanding biasanya.69
Ia juga menambahkan bahwa jurnalis investigasi tidak sekadar
mendeskripsikan ketepatan, penjelasan, atau pengembangan pemberitaan.
Mereka lebih menganalisis belbagai data yang layak dilaporkan, dan telah
dikonfigurasikan. Mereka membantu pertanyaan masyarakat, mengenai
67
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 144.
http://penyrahmadhani.wordpress.com/2011/03/03/jurnalisme-investigasi-bab-i/ diakses pada tanggal
08/08/2012 pukul 21.32 WIB.
commit to user
69
Opcit hal. 51.
69
Opcit hal. 97.
68
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebuah situasi atau pernyataan atau kenyataan, dengan cara yang berbeda
dari pemberitaan biasa.70
Topik seputar kejahatan publik saja juga tidak cukup layak disebut
investigasi, tapi haruslah yang orisinal, dan bukan menindaklanjuti
investigasi pihak lain, seperti polisi atau jaksa. Orisinalitas yang dimaksud
dalam elemen investigasi adalah bukan pada jenis topiknya, melainkan
pada fakta-fakta yang ditemukan dapat mengarah ke suatu kesimpulan
yang baru. Jurnalis dapat menulusuri ulang hasil temuan polisi atau jaksa
asalkan temuan tersebut bersifat melengkapi, mempertajam, atau
membantah dan mementahkan temuan-temuan otoritas formal. Bukan
mengklaim temuan tersebut sebagai hasil liputan investigasi.71
"Mereka mencoba untuk mendapatkan dasar kepastian apa
yang telah terjadi, kekuatan-kekuatan yang ada di baliknya,"
menurut Clive Edwards (1999), dari programa Panorama di
BBC's.72
Dengan kata lain, kerja kewartawanan ibarat seorang
penyelidik yang tengah meneliti dan meluruskan pelbagai
kebohongan yang sengaja diciptakan oleh pihak-pihak tertentu. Akan
tetapi, pada titik tertentu, dalam sebuah perbandingan, wartawan
investigatif bisa dibedakan dengan wartawan harian atau beat
reporter. Atmakusumah yang mengistilahkan beat reporter dengan
reporter "patroli atau ronda", menjelaskan perbedaannya.73
Namun perlu diingat bahwa investigasi yang dilakukan jurnalis tidak
sama dengan investigasi yang dilakukan oleh kepolisian. Meski teknik
yang digunakan bisa sama seperti pengamatan, pengintaian, atau
70
Opcit.
Ibid.
72
Opcit.
73
Opcit, hal.141.
71
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyamaran. Namun, jurnalis tetap bekerja dalam batasan yang jelas dan
terbatas. Sebagai contoh, jurnalis tidak bisa menggeledah rumah atau
kantor seseorang, tidak bisa menyita dokumen, tak mungkin memanggil
paksa nara sumbernya, atau mustahil menangkap seseorang.
Kebenaran jurnalistik bukanlah kebenaran hukum. Fakta jurnalistik
tidak harus selalu sama dengan fakta hukum. Bila hasil investigasi
wartawan tidak lebih hebat dari investigasi polisi atau jaksa, itu adalah
wajar karena mustahil membandingkan hasil kerja jurnalis dengan aparat
yang memiliki kewenangan dan kekuatan hukum.
Sebuah laporan investigasi yang baik membuat masyarakat
(termasuk institusi hukum atau negara) bisa mengambil keputusan atau
menindaklanjutinya.
Investigasi
yang
baik
kadang
justru
menjungkirbalikkan kinerja aparat hukum atau negara yang kurang cermat
dan telah tercemari kepentingan. 74
Dalam penjelasan lain, Secara keseluruhan, berita di media massa
dapat dipilah menjadi tiga jenis:
1. Reportase investigasi : merupakan metodologi pencarian berita
secara
mendalam,
mendetail,
dan
tuntas,
serta
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bentuk pencarian berita
dengan cara penelusuran, sangat mengandalkan bukti-bukti
material (dokumen maupun kesaksian). Ciri-cirinya antara lain
commit to user
74
Ibid.
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jumlah paragraf, struktur dalam penulisan, aktualitas dan gaya
bahasa yang disampaikan sangat bebas.
2. In depth reporting (pelaporan berkedalaman) : Jenis penulisan
berita secara mendalam dan biasanya tidak digunakan untuk
membongkar suatu masalah. Ciri menonjolnya ialah beritanya
tidak basi karena tidak mengikuti trend news. Panjangnya antara
10-25 paragraf, struktur penulisannya seperti piramida.
3. Straight news (berita langsung) : Jumlah paragraf berita langsung
biasanya antara 3-10 paragraf. Struktur penulisan beritanya seperti
piramida terbalik.75
Perbedaan dari ketiga jenis berita di atas adalah :
Regular News
a. Laporannya bersifat menceritakan
b. Menceritakan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana
(5W+1H)
c. Tujuan dari laporan adalah sebagai informasi (data) bagi public
In-Depth :
a. Laporannya bersifat menjelaskan
b. Lebih menjelaskan bagaimana dan mengapa (how dan why)
c. Tujuan dari laporan adalah memberi pengetahuan dan pemahaman
Investigative :
75
Rangkuman dan Analisis Buku “Reportase Investigasi, Menelisik Lorong Gelap” Penulis: Dadi
commit to user
Sumaatmadja yang diunduh dalam http://catatancalonwartawan.wordpress.com/2009/03/11/rangkumanbuku-jurnalisme-investigasi/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB.
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Laporannya bersifat menunjukkan
b. Lebih menunjukkan apa dan siapa (what and who)
c. Tujuan laporan adalah membeberkan dan meluruskan persoalan
dengan bergerak maju ke pertanyaan: bagaimana bisa, sampai
sejauh apa, dan siapa saja.76
Septiawan Santana menjelaskan bahwa awal perbedaan antara
jurnalis reguler dan investigatif terletak pada inisiatif. Wartawan
investigatif tidak menunggu sampai suatu masalah atau peristiwa timbul
atau diberitakan, akan tetapi menampilkan permasalahan baru atau sesuatu
hal baru atau membuat berita. Jika reporter reguler bekerja cepat mencari
dan menghasilkan beberapa berita dalam satu hari dan mengejar setiap
informasi yang dapat disiarkan sedini mungkin lebih cepat daripada
penerbitan saingannya, wartawan investigatif memerlukan waktu jauh
lebih lama untuk dapat mengungkapkan satu masalah. Jika reporter ronda
menjalin sebanyak mungkin "pejabat resmi yang berpotensi sebagai
sumber berita", wartawan investigatif "sangat selektif dan skeptis terhadap
bahan berita resmi, meneliti dengan kritis setiap pendapat, catatan dan
bocoran informasi resmi, tidak serta merta membenarkan". Jika reporter
harian memberitakan "apa yang terjadi atau yang diumumkan", wartawan
investigatif malah mengungkapkan "mengapa suatu hal diumumkan atau
commit to user
http://penyrahmadhani.wordpress.com/2011/03/03/jurnalisme-investigasi-bab-i/
diakses pada tanggal
08/08/2012 pukul 21.36 WIB.
76
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadi, mengapa terjadi lagi." 77 Jurnalistik investigasi bisa mengungkap
fakta lebih dalam dari berita ringkas, ungkap pengamat media dan dosen
FISIP UI, Ade Armando, dalam Obrolan Langsat 5 Juli 2011.78
Septiawan Santana memaparkan lingkup permasalahan pelbagai
kasus-kasus investigasi yang diambil dari kumpulan materi Burgh, yaitu:
1. Hal-hal yang memalukan, biasanya terkait dengan hal yang ilegal, atau
pelanggaran moral
2. Penyalahgunaan kekuasaan
3. Dasar faktual dari hal-hal aktual yang tengah menjadi pembicaraan
publik
4. Keadilan yang korup
5. Manipulasi laporan keuangan
6. Bagaimana hukum dilanggar
7. Perbedaan antara profesi dan praktisi
8. Hal-hal yang sengaja disembunyikan79
Namun perlu diingat bahwa terdapat 3 contoh kasus yang sering
disalah artikan sebagai laporan investigasi:
a. Liputan bakso tikus atau sapi glonggong sering ditampilkan di
Trans TV sebagai laporan investigasi. Liputan tersebut dapat
dikategorikan sebagai aksi yang menggunakan teknik investigasi.
Namun, tanpa kemampuan menjawab ihwal rangkaian kejadian,
77
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 142.
http://obrolanlangsat.com/news/2011/07/06/116/jurnalisme_investigasi_yang_penuh_tantangan.html
diunduh pada tanggal 15/6/2012 jam 13.50. commit to user
79
Opcit, hal,98.
78
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
benang merah, atau unsur sistematis tentang siapa saja yang
terlibat dan harus bertanggung jawab, maka liputan tersebut
tergolong liputan biasa tentang kejahatan konsumen yang
diverifikasi dengan menggunakan teknik investigasi.
b. Ada pula liputan kasus perselingkuhan asmara pribadi yang bisa
saja diungkap dengan menggunakan teknik investigasi. Namun,
hilangnya
elemen
“kepentingan
publik”
yang
dilanggar
menjadikan liputan seperti ini sebagai praktik jurnalistik yang
rendah.
c. Kasus National Geographic dalam liputan eksklusifnya tentang
keberadaan orang pendek di Taman Nasional Kerinci Seblat,
Jambi, bukanlah termasuk laporan investigasi. Sebab, laporan itu
tidak menyangkut isu yang berkaitan dengan kejahatan public,
bertujuan mengungkap rahasia alam (bukan sesuatu yang
disembunyikan atau konspirasi) yang akan menjadi pengetahuan
yang menakjubkan bagi khalayak.80
3. Tujuan dan Sifat Pelaporan Jurnalisme Investigasi
Reportase investigasi yang oleh Atmakusumah diistilahkan dengan
Laporan Penyidikan, dapat dipahami melalui lima Tujuan dan Sifat
pelaporannya yaitu:
commit to user
http://penyrahmadhani.wordpress.com/2011/03/03/jurnalisme-investigasi-bab-i/
diakses pada tanggal
08/08/2012 pukul 21.36 WIB.
80
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Mengungkapkan kepada masyarakat, informasi yang perlu mereka
ketahui karena menyangkut kepentingan atau nasib mereka. Dengan
mengetahui informasi itu, masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam
mengambil keputusan. Tanpa bantuan laporan penyidikan, informasi
itu mungkin tidak dapat mereka ketahui, karena:
a.
"pemilik"
atau
"penyimpan"
informasi
tidak
menyadari
pentingnya informasi itu;
b.
Informasi itu sengaja disembunyikan.
2. Laporan penyidikan tidak hanya mengungkapkan hal-hal yang
secara operasional tidak sukses, tetapi dapat juga sampai kepada
konsep yang keliru.
3. Laporan penyidikan itu beresiko tinggi, karena bisa menimbulkan
kontroversi
dan
bahkan
kontradiksi
dan
konflik.
Untuk
menghasilkan laporan seperti ini, sering kali harus menggali bahanbahan informasi yang dirahasiakan.
4. Karena itu harus jauh-jauh hari dipikirkan akibat-akibat yang dapat
ditimbulkannya terhadap:
a. Subjek laporannya (dengan menimbang-nimbang akibat negatif
yang diderita subyek laporan dibandingkan dengan manfaat bagi
umum)
b. Penerbitan pers itu sendiri (baik reaksi dari lembaga resmi
maupun dari pemasang iklan dan publik pembaca).
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Untuk menghadapi dilema ini diperlukan kecintaan dan semangat
pengabdian kepada kepentingan masyarakat luas. Pada pokoknya,
harus ada idealisme, baik di dalam diri reporter penyidikan
(investigative reporter) itu sendiri maupun di sektor-sektor lain
dalam struktur organisasi penerbitan pers itu - sampai kepada
anggota direksi dan pemegang sahamnya. Mereka semua perlu
memiliki integritas pribadi, dapat membedakan antara yang benar
dan yang salah, serta bersikap tenang dan tidak emosional dalam
menghadapi kemungkinan guncangan-guncangan akibat reaksi dari
luar.81
Menurut Santana, tujuan kegiatan jurnalisme investigatif adalah
memberi tahu kepada masyarakat adanya pihak-pihak yang telah
berbohong dan menutup-nutupi kebenaran. Masyarakat diharapkan
menjadi waspada terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
berbagai pihak, setelah mendapatkan bukti-bukti yang dilaporkan. Buktibukti itu ditemukan melalui pencarian dari pelbagai sumber dan tipe
informasi, penelaahan terhadap dokumen-dokumen yang signifikan, dan
pemahaman terhadap data-data statistik.82
Menurut Santana, pelaporan jurnalistik menjadi tidak hanya
menyampaikan keseimbangan antara dugaan dan penolakkan. Hasil
liputannya mengeluarkan sebuah judgement yang didasari oleh fakta-fakta
yang melingkupi persoalan yang dilaporkan wartawan. Koleksi dan
commit
user
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi,
YayasantoObor
Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 139 – 140.
Ibid, hal,100.
81
82
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
presentasi pembuktiannya tidak boleh berat sebelah, harus adil membagi
tudingan, tidak boleh mengarahkan, condong memberatkan pihak tertentu.
Kerja reportasenya mesti menyiapkan perangkat kejelasan fakta-fakta yang
kuat.83
Pekerjaan
pengepakkan
fakta-fakta
ini
memang
merupakan
kelaziman bagi kegiatan jurnalistik. Pada dasarnya, setiap wartawan
mengerjakan peliputan yang dilakukan investigative reporters. Bruce
Page, ketika di The Sunday Times, memberikan argumen tersebut, dalam
hal bahwa pekeljaan jurnalisme investigatif mementingkan sekali kesiapan
kerja kewartawanan untuk "selalu mengecek fakta-fakta, tidak mudah
menaruh kepercayaan pada segala sesuatu, tidak langsung mempercayai
orang-orang
yang
memiliki
kepentingan
di
dalam
pandangan-
pandangannya".84
Sebagaimana menurut Weinberg, wartawan investigatif
adalah mereka yang penuh rangsangan ingin tahu atau skeptis.85
Hal ini terkait dengan upaya menelusuri pelbagai catatan publik
yang ada di berbagai tempat. Juga, meliputi kemampuan mempenetrasi
pertanyaan kepada sumber-sumber berita, di dalam mengarahkan jawaban
yang terkait dengan permasalahan yang hendak diungkap. Pertanyaan
bukan hanya diarahkan kepada para narasumber, akan tetapi upaya
mempertanyakan harus diteruskan pula kepada pelbagai catatan (records)
83
Ibid, hal.104.
commit to user
Ibid,hal. 104-105.
85
Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori & Praktik, ROSDA, bandung, 2006, hal. 257.
84
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang kelak menjadi jawaban penting di dalam merumuskan titik
pelanggaran yang hendak diungkap kasusnya.
4. Contoh kasus- kasus berita investigasi di Amerika :
1. Pada tahun 1920-an, pihak swasta secara rahasia membayar kepada
pejabat tinggi agar mereka diizinkan untuk menambang minyak di
sebuah tanah lindung pemerintah
2. Pada tahun 1930-an, investigasi jurnalistik mengungkap sikap malasmalasan pegawai pemerintah di badan Kemajuan Kerja.
3. Pada tahun 1940-an, investigasi jurnalistik mengungkap penggunaan
kapal militer di sebuah zona perang untuk mengangkut anjing presiden
kala itu.
4. Pada tahun 1950-an, sebuah berita mengungkap tentang diterimanya
sebuah mantel oleh seorang ajudan Gedung Putih sebagai imbalan atas
pengaruhnya supaya badan-badan pengatur menghentikan sebuah
penyelidikan.
5. Pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an, wartawan berhasil
mengungkap kekejaman militer AS di Vietnam yang ditutup-tutupi
6. Pada tahun 1970-an, sebuah penyelidikan atas pembobolan gedung
perkantoran
Watergate
mengungkapkan
presiden untuk menindas lawan politik.
commit to user
39
penggunaan
kekuasaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Pada tahun 1980-an, memberikan pembeberan secara rinci tentang
penjualan senjata rahasia kepada Iran dan bantuan terselubung oleh
pejabat AS kepada kaum kontra revolusi di Amerika tengah.86
F. Metode Penelitian
1.
Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Veronika Novita Lestari
Manaan, berjudul Wacana Pendidikan Dalam Film (Analisis Wacana
Terhadap Konstruksi Realitas Pendidikan di Indonesia dalam Film
“Denias, Senandung di Atas Awan), menggunakan pendekatan analisis
wacana model Teun A. Van Dijk dalam menganalisis dan mengungkapkan
makna yang terkandung dalam film “Denias, Senandung di Atas Awan”
pada tahun 2007. Penelitian tersebut merupakan bentuk apresiasi dan
penafsiran terhadap film “Denias, Senandung di Atas Awan”.
Dalam penelitian tersebut, Veronika Novita Lestari Manaan berhasil
menemukan kecenderungan kuat bahwa komunikator mengusung wacana
pendidikan, terutama yang menyangkut tema pendidikan kaum tertindas.
Wacana pendidikan digambarkan melalui scene-scene yang terdapat dalam
film “Denias, Senandung di Atas Awan”, baik secara eksplisit maupun
implisit yang berkaitan dengan realitas situasi pendidikan yang terjadi di
Papua terutama daerah pedalaman. Wacana pendidikan kaum tertindas
sendiri direpresentasikan melalui ketimpangan hak dalam memperoleh
commit
user
Gaines, William C, Laporan Investigasi untuk
Media to
Cetak
dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi
Kedutaan Besar Amerika Serikat, 1998, hal 360.
86
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendidikan bagi kaum lemah, miskin, dan tersingkir akibat adanya pelapisan
sosial yang begitu kuat dan menguntungkan pihak yang berkuasa.
Terdapat wacana-wacana lain dalam film tersebut, namun wacanawacana tersebut tetap memiliki jalinan yang kuat terhadap wacana
pendidikan. Pada akhirnya, perspektif yang paling dominan dimunculkan
dalam film ini adalah pandangan yang menganggap sekolah sebagai satusatunya jalan pemenuhan kebutuhan belajar dan penjamin masa depan.
Kemudian wacana dispartas gender secara implisit dalam film ini juga dapat
ditemukan melalui beberapa scene yang mempresentasikan adanya tradisi
keutamaan anak laki-laki terutama di desa asal Denias. Dalam film
ditampilkan bahwa semua murid honai sekolah darurat di desa Denias
adalah laki-laki, begitu pula saat membantu pekerjaan orang tua. Kaum
wanita tidak pernah ditampilkan dalam adegan bekerja melainkan hanya
duduk santai berkumpul keluarga atau sekedar menunggui anaknya yang
masih kecil saat bermain di halaman honai.
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa Veronika Novita Lestari
Manaan berusaha untuk tidak terjebak begitu saja dalam wacana-wacana
yang eksplisit yang disuguhkan komunikator dan tetap mengasah kekritisan
dan logika berpikir atau daya nalar. Bagi peneliti lain yang akan
menerapkan metode analisis wacana Van Dijk pada film, pada penelitian ini
disarankan untuk melakukan beberapa penyesuaian dalam menggunakan
elemen-elemen analisis wacana yang ditawarkan oleh Van Dijk. Disarankan
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pula untuk melakukan analasis terhadap semua elemen yang terdapat dalam
film, tidak terbatas pada pesan verbal.87
Ulfa Mubarak, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Sebelas Maret Surakarta, juga menggunakan pendekatan analisis wacana
dengan model Van Dijk dalam penelitiannya yang berjudul “Poligami
Dalam Film (Analisis Wacana Film Berbagi Suami dan Ayat-Ayat Cinta)”
pada tahun 2009. Dalam teknik analsisis datanya, Ulfa Mubarak
mengemukakan tiga pandangan yaitu analisis wacana menurut Theo
VanLeeuwen, Sara Mills, Foucault, dan Van Dijk. Model Van Dijk dipilih
karena dianggap memiliki struktur yang jelas dan lengkap untuk
diaplikasikan dalam analisis wacana film.
Kesulitan dalam penerapan model Van Dijk dalam penelitian ini
adalah sulitnya penerapan analisis Van Dijk dalam film yang mencakup
aspek audio visual karena analisis Van Dijk awalnya digunakan dalam
menganalisis teks berita. Elemen-elemen teks tertulis dalam wacana model
Van Dijk banyak yang tidak setaraf apabila diterapkan pada teks audio
visual sehingga tidak semua struktur mikro bisa diterapkan dalam analisis
film. Ulfa MUbarak menerapkan metode analisis wacana dengan cara
mentransformasikan tiga struktur analisis wacana model Van Dijk dalam
menganalisis adegan film. Karena keterbatasan tersebut, Ulfa Mubarak
berharap agar penelitian film oleh para ahli film menggunakan analisis
wacana model Van Dijk, sehingga struktur Van Dijk dapat digunakan secara
87
Skripsi Veronika Novita Lestari Manaan, berjudul Wacana Pendidikan Dalam Film (Analisis Wacana
to user
Terhadap Konstruksi Realitas Pendidikan di commit
Indonesia dalam
Film “Denias, Senandung di Atas Awan) UNS
Surakarta tahun 2007.
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tepat dengan memperhatikan aspek sinematografi dalam menganalisis film
yang bersifat audio visual.88
2. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif.
Penelitian komunikasi kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk
memberikan penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol gejalagejala komunikasi atau mengemukakan prediksi-prediksi tetapi lebih
dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman
(understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau
realitas komunikasi terjadi.89
Bogan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kat-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan
ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik / utuh. Tidak
boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu
keutuhan.90
Lebih lanjut, S. Nasution mengemukakan konsep dasar penelitian
kualitatif dan masalah yang mendasar mengenai penelitian ini sebagai
berikut :
88
Skripsi Ulfa Mubarak yang berjudul “Poligami Dalam Film (Analisis Wacana Film Berbagi Suami dan
Ayat-Ayat Cinta)” UNS Surakarta tahun 2009.
89
commit
to user
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Lkis,
Yogyakarta,
2007, hlm. 35.
90
Moleong,J lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Rosdakarya, 2007, hal.35.
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Penelitian ini tidak bertujuan menguji atau membuktikan kebenaran
suatu teori.
2. Tidak ada pengertian populasi dalam penelitian ini. Sampling bersifat
purposive yakni tergantung tujuan dan fokus pada suatu saat.
3. Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal melainkan internal, yakni
penelitian ini tanpa menggunakan eksperimen atau angket melainkan
menyeleksi aspek-aspek khas yang berulang kali terjadi dan
menyelidikinya lebih dalam.
4. Analisis data bersifat terbuka dan induktif yang membuka peluang
untuk perubahan, perbaikan, atau penyempurnaan berdasar data baru
yang masuk
5. Hipotesis tidak dirumuskan pada awal penelitian karena tidak ada
maksud menguji kebenaran.
6. Hasil penelitian tidak bisa diramalkan atau dipastikan sebelumnya
sebab akan banyak hal terungkap yang tidak terduga sebelumnya.91
3. SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah adegan-adegan Film
"State of Play”, yang menggambarkan wacana jurnalisme investigasi.
Adapun analisis penelitian ini akan difokuskan pada beberapa scene
(adegan) yang dominan mengarah pada penelitian. Himawan Pratista sendiri
mendefinisikan adegan sebagai bagian dari rangkaian yang dapat berupa
user terori dan Praktis, Pusat Penelitian
Sutopo, Heribertus, Pengantar Pennelitian commit
Kualitatif, to
Dasar-dasar
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 1998, hal.
91
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teks atau gambar yang terdiri dari beberapa frame atau juga bisa kumpulan
dari beberapa shot.92
G. SUMBER DATA
a. Sumber Data Primer
Sumber data utama dalam penelitian adalah Film “State of Play”.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi
kepustakaan, jurnal, artikel-artikel, dan data dari situs internet.
H. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan adegan yang secara dominan menggambarkan jurnalisme
investigasi kemudian menganalisisnya menggunakan analisis wacana Teun A. Van
Dijk.
I. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi
penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang akan atau sedang dikaji oleh
seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan
tertentu untuk memperoleh apa yang di inginkan.93
Analisis data dilakukan oleh peneliti untuk dapat menarik kesimpulankesimpulan. Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya
dikembangkan dengan maksud hendak memberikan makna (making sense of)
92
Himawan Pratista, Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, hlm 29.
commit to userdiakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36
http://azteza.wordpress.com/category/analisis-wacana-kritis/
WIB.
93
45
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap
data,
digilib.uns.ac.id
menafsirkan
(interpreting),
atau
mentransformasikan
(transforming) data ke dalam bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah pada
temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah (thesis) yang akhirnya
sampai pada kesimpulan final.94
Secara umum penelitian ini menggunakan teknik analisis data interaktif
yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Teknik analisis ini menurut Punch
pada dasarnya terdiri dari tiga komponen: reduksi data, penyajian data, dan
penarikan serta pengujian kesimpulan.95
Gambar 1.2.
Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman (1994:12)96
(Pawito : 2008)
94
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS, Yogyakarta, 2008, hal 100-101.
commit to user
Ibid,hal 104.
96
Ibid,hal 105.
95
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,
melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokkan, dan meringkas data. Pada
tahap kedua, peneliti-menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo) mengenai
berbagai hal.97
Kemudian pada tahap akhir dari reduksi data, peneliti meyusun rancangan
konsep konsep (mengupayakan konseptualisasi) serta penjelasan-penjelasan
berkenaan dengan tema, pola, atau kelompok data bersangkutan. Dalam
komponen reduksi data ini kelihatan bahwa peneliti akan mendapatkan data yang
sangat sulit untuk diidentifikasi pola serta temanya, atau mungkin kurang relevan
untuk tujuan penelitian sehingga data-data bersangkutan terpaksa harus disimpan
(diredusir) dan tidak termasuk yang akan dianalisis.98
Komponen kedua analisis interaktif dari Miles dan huberman, yakni
penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan
data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain
sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan
karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan
terasa bertumpuk, maka penyajian data (data display) pada umumnya diyakini
sangat membantu proses analisis.99
Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan
(drawing
and
veryfying
conclusions),
peneliti
pada
dasarnya
mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data
yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.
97
Ibid,hal 104.
Ibid, hal 104-105.
99
Ibid, hal 105-106.
98
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Film memiliki sejumlah makna pesan yang disampaikan melalui sejumlah
tanda dalam bentuk audio-visual. Dengan demikian, bagaimana data diinterpretasi
dan bagaimana pesan dalam sebuah film dikupas sangat bergantung pada landasan
teori yang dipergunakan dalam suatu penelitian. Sesuai dengan metode penelitian,
film sebagai obyek penelitian ini akan dianalisis melalui analisis wacana model
Teun A. Van Dijk.
Model analisis wacana yang dikemukakan oleh Van Dijk dipilih karena
memiliki struktur yang jelas dan lengkap untuk diaplikasikan dalam analisis
wacana teks dalam hal ini film.
Model analisis Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut: 100
Teks
Kognisi Sosial
Konteks Sosial
Gambar 1.3.
Model Analisis Wacana Van Dijk (Eriyanto : 2005)
Van Dijk tidak mengesklusi modelnya semata-mata dengan menganalisis
teks semata. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana
commit to user
100
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Lkis, Yogyakarta, 2000, hal. 225.
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial dalam satu kesatuan
analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks untuk
mengetahui bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk
menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial untuk menjelaskan
bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu/kelompok pembuat teks. Pada
aspek ketiga, mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat
akan suatu masalah.101
We have stressed that, facing the real issues and problems of today's
world, discourse analysis, whether critical or not, may not make much
difference, unless we are able to contribute to stimulating a critical
perspective among our students or colleagues. To do that, we should
persuade them not merely by our views or arguments, but also with our
expertise. Although many studies in critical discourse analysis have shown
that our results so far are encouraging, our expertise is still very limited.102
Kita telah menekankan bahwa, menghadapi masalah-masalah nyata
dan masalah dunia saat ini, wacana, baik kritis atau tidak, mungkin tidak ada
bedanya, kecuali kita mampu berkontribusi untuk merangsang perspektif
kritis di kalangan siswa kita atau rekan. Untuk melakukan itu, kita harus
membujuk mereka tidak hanya dengan pandangan kita atau argumen, tetapi
juga dengan keahlian kita. Meskipun banyak penelitian dalam analisis
wacana kritis telah menunjukkan bahwa hasil kami sejauh ini adalah
mendorong, keahlian kami masih sangat terbatas.
Ini berarti bahwa analisis wacana harus dilakukan secara sistematik,
didasarkan pada data autentik, dilandasi wawasan teoretik, disajikan secara
eksplisit, disemangati sikap reflektif, dan ditutup dengan akhiran terbuka (openended). Keterbukaan adalah keberanian menerima pembenahan dari mana pun
serta dari siapa pun.
101
Ibid, 224-225.
Teun A. van Dijk. 1993. "Principles of critical discourse analysis". Discourse &Society. 1993 London:
commit to user
Sage, vol. 4(2): 249-283.Dalam http://das.sagepub.com/content/4/2/249.abstract
diakses tanggal 08/08/2012
pukul 21.36 WIB.
102
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Apabila digambarkan, maka struktur teks Van Dijk ialah sebagai
berikut.103
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamatidari topik / tema yang
diangkatoleh suatu teks.
Superstruktur
Kerangka suatu teks seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan
kesimpulan
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatuteks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat,
dan gaya yang dipakai oleh suatu teks
Gambar 1.4.
Dimensi Teks Van Dijk (Eriyanto : 2005)
Dimensi teks, menurut Van Dijk terdiri dari tiga struktur, yaitu104:
1. Struktur Makro, merupakan makna global dari suatu teks yang dapat
diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks, bersifat tematik
(tema/ topik yang dikedepankan dalam suatu teks) dan sintaksis (bagaimana
kalimat [bentuk, susunan] yang dipilih)
commit
user
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis
Teks to
Media,
Yogyakarta, Lkis, 2005, hal. 227.
Ibid,hal. 225-229.
103
104
50
perpustakaan.uns.ac.id
2. Superstruktur,
digilib.uns.ac.id
merupakan
kerangka
suatu
teks,
seperti
bagian
pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan, bersifat skematik (bagaimana
bagian dan urutan teks diskemakan dalam suatu teks secara utuh), dan
stilistik (bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam suatu teks)
The meaning of discourse is not limited to the meaning of its
words and sentences. Discourse also has more 'global' meanings, such
as 'topics' or 'themes'. Such topics represent the gist or most important
information of a discourse, and tell us what a discourse 'is about',
globally speaking. We may render such topics in terms of (complete)
propositions such as 'Neighbors attacked Moroccans'. Such
propositions typically appear in newspaper headlines.105
Arti dari wacana tidak terbatas pada arti kata-kata dan kalimat.
Wacana juga memiliki lebih makna global, seperti 'topik' atau 'tema'.
Topik-topik tersebut merupakan inti atau informasi yang paling
penting dari suatu wacana, dan memberitahu kita apa yang wacana
bicarakan secara global. Kita dapat membuat topik seperti dalam hal
(lengkap) proposisi seperti 'Tetangga menyerang Maroko'. Proposisi
tersebut biasanya muncul dalam berita utama surat kabar.
Superstruktur menunjuk pada kerangka suatu wacana atau skematika,
seperti kelaziman percakapan atau tulisan yang dimulai dari pendahuluan,
dilanjutkan dengan isi pokok, diikuti oleh kesimpulan, dan diakhiri dengan
penutup. Bagian mana yang didahulukan, serta bagian mana yang
dikemudiankan, akan diatur demi kepentingan pembuat wacana.
3. Struktur mikro, merupakan makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati
dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks, bersifat
semantik (makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks), dan retoris
(bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan).
Overall meanings, i.e. topics or macrostructures, may be
organized by conventional schemata (superstructures), such as
105
Teun A. van Dijk. 2003. Discourse analysis as Ideology analysis. Internet Course for the Oberta de
commit to user
Catalunya (UOC). Dalam http://sakbanrosidi.files.wordpress.com/2008/07/sakban-rosidi-analisis-wacanakritis-sebagai-ragam-paradigma-kajian-wacana.pdf diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB.
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
those that define an argument, a conversation or a news report. As
is the case for all formal structures, schematic structures are not
directly controlled by ideological variation. A reactionary and a
progressive story are both stories and should both feature specific
narrative categories to be a story in the first place. 106
Makna keseluruhan, yaitu topik atau macrostructures, dapat
diorganisasi oleh skema konvensional (superstruktur), seperti
mendefinisikan argumen, percakapan atau laporan berita. Seperti
halnya untuk semua struktur formal, struktur skematik tidak secara
langsung dikendalikan oleh variasi ideologis. Sebuah reaksioner
dan cerita progresif berada diantara cerita dan harus berada pada
fitur kategori naratif tertentu untuk menjadi cerita di tempat
pertama.
Struktur mikro menunjuk pada makna setempat (local meaning) suatu
wacana. Ini dapat digali dari aspek semantik, sintaksis, stilistika, dan retorika.
Aspek semantik suatu wacana mencakup latar, rincian, maksud, pengandaian,
serta nominalisasi.
Menurut Van Dijk, meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen
tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama
lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks dan
pada akhirnya pilihan kata dan kalimat (mikro) yang dipakai. 107
Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu oleh Van Djik bukan
semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai
politik berkomunikasi, yaitu suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum,
menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi dan menyingkirkan lawan atau
penantang. Berikut ini dicantumkan satu per satu elemen teks wacana Van Dijk.108
106
Ibid.
Ibid,hlm. 226.
108
Ibid, hlm. 228.
107
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
STRUKTUR
WACANA
Struktur Makro
Superstruktur
digilib.uns.ac.id
HAL YANG
DlAMATI
Tematik
ELEMEN
Tema/ topik yang dkedepankan
dalam suatu berita
Topik
Skematik
Skema
Bagaimana bagian dan urrutan
berita diskemakan dalam teks
berita utuh
Struktur Mikro
StrukturMikro
Semantik
Makna yang ingin ditekankan
dalam teks berita Misal dengan
memberi detil pada satu sisi
atau membuat eksplisit satu sisi
dan mengurangi detil sisi lain
Sintaksis
Bagaimana kalimat
(bentuk,susunan) yang dipilih
StrukturMikro
Stilistik
Latar, detil, maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Bentuk kalimat,
koherensi, kata
ganti
Leksikon
Bagaimana pilihan kata yang
dipakai dalam teks berita
StrukturMikro
Retoris
Bagaimana dan dengan cara
penekanan dilakukan
Grafis, metafora,
ekspresi
Gambar 1.5.
Elemen Teks Wacana Van Dijk (Eriyanto : 2005)
Elemen-elemen yang akan diteliti dalam analisis film nantinya, tidak
commit to user
sepenuhnya menggambarkan semua elemen yang sama dan setaraf dengan
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
elemen-elemen yang terdapat dalam struktur makro, superstruktur dan struktur
mikro analisis teks wacana Teun Van Dijk. Dalam penerapan analisis film dengan
menggunakan analisis model Van Dijk, penulis menerapkan model tiga struktur
teks Van Dijk (struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro) dalam
menganalisis adegan dalam film State of Play. Pada struktur mikro, pemisahan
bagian-bagiannya seperti sintaksis, stilistik, dan retoris tidak dapat penulis
terapkan dalam analisis adegan film karena komponen-komponen antara teks
tertulis dan teks visual dan audio dalam film sangat berbeda. Komponenkomponen pada film lebih kompleks daripada teks tertulis sehingga penerapan
analisis menggunakan model Van Dijk penulis terapkan dengan menggunakan
ketiga struktur tersebut, namun tetap tidak meninggalkan aspek-aspek mikro
dalam film seperti aspek sinematografisnya109.
Adapun penerapan analisis wacana Van Dijk bila penulis terapkan dalam
analisis film antara lain.
Struktur Makro
Tema general dari temuan-temuan fakta dalam adegan.
Superstruktur
Kerangka adegan fakia-fakta yang dimunculkan secara eksplisit atau
implisit dalam adegan.
Struktur Mikro
Detil dari temuan fakta yang mencakup aspek sinematografi. Merupakan
penjelasan dari struktur makro dan superstruktur
Gambar 1.6.
Elemen Teks Wacana Van Dijk dalam Analisis Adegan (Eriyanto :2005)
109
Skripsi Veronika Novita Lestari Manaan, berjudul Wacana Pendidikan Dalam Film (Analisis Wacana
commit dalam
to user
Terhadap Konstruksi Realitas Pendidikan di Indonesia
Film “Denias, Senandung di Atas Awan), UNS
Surakarta tahun 2007.
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahapan analisis adegan film dimulai dengan menentukan fakta-fakta cerita
yang muncul dalam adegan film, inilah yang nantinya menjadi kerangka adegan.
Setelah ditemukan kerangka atau sub tema dari adegan, dapat disimpulkan tema
global dari adegan tersebut yang menjadi struktur makronya. Selanjutnya, struktur
mikro merupakan penjelasan secara rinci dari kerangka adegan (supersruktur) dan
tema global adegan (struktur Makro). Di akhir penjelasan, kemudian penulis
mengambil kesimpulan apa yang ada di dalam adegan tersebut110.
Pada penjelasan di atas merupakan penerapan analisis Van Dijk pada
dimensi teks yang penulis terapkan dalam analisis film. Selanjutnya pada dimensi
kognisi sosial, yaitu mengenai kesadaran mental pembuat film, wacana diyakini
menunjukkan atau menandakan (sejumlah makna, pendapat, dan ideologi) yang
dikedepankan pembuat film. Kognisi atau mental komunikator (pembuat film) ini
secara jelas dapat dilihat dari topik yang dimunculkan dalam setiap adegan dalam
film. Elemen-elemen lain dipandang sebagai bagian dan strategi yang dipakai oleh
komunikator (pembuat film) untuk mendukung topik yang ingin dia tekankan
dalam filmnya. Gagasan Van Dijk ini membantu penulis untuk memahami bahwa
teks tidak lain adalah pencerminan dari mental atau kognisi wartawan (pembuat
teks), yang dalam penelitian ini ialah pembuat film111.
Selanjutnya pada analisis konteks sosial, teks kemudian dikaitkan dengan
kondisi sosial yang ada di masyarakat. Dalam penelitian ini, penulis
mengkaitkannya dengan wacana jurnalisme investigasi. Ketika analisis teks ada
110
Ibid.
Ibid.
commit to user
111
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan sudah diteliti kemudian dikaitkan dengan konteks
sosial, secara tidak
langsung peneliti telah melakukan analisis wacana model Van Dijk secara utuh
karena kognisi sosial sudah terkuak ketika analisis teks telah benar-benar
terbongkar setelah dihubungkan dengan konteks sosial yang berkembang dalam
masyarakat.112
Penelitian kognisi sosial merupakan kesadaran mental pembuat teks yang
membentuk teks tersebut. Dalam proses ini, struktur wacana diyakini menunjukan
atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi sehingga untuk
membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks tersebut membutuhkan
analisis kognisi dan konteks sosial. Wacana tentang suatu hal diproduksi dan
dikonstruksi dalam masyarakat. Point penting dari analisis pada konteks sosial
ialah untuk menunjukan bagaimana makna yang dihayati bersama kekuasaan
sosial diproduksi oleh praktik diskursus dan legitimasi.113
J. Validitas Data
Keabsahan (validitas) merupakan bentuk batasan yang berkaitan dengan
suatu kepastian bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin
diukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang
tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data. Menurut Patton dalam HB Sutopo, terdapat empat
macam triangulasi sebagai tekni pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu114:
a. Triangulasi data
112
Ibid.
commit to user
Ibid.
114
HB. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, UNS Press, Surakarta, 2002, hlm. 78-85.
113
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu
subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
b. Triangulasi pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti sebagai pengamat (expert judgement)
yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data dan turut
memeriksa hasil pengumpulan data.
c. Triangulasi teori
Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data
yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai
teori telah dijelaskan pada telaah pustaka untuk dipergunakan dalam
menganalisis penelitian.
d. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi.
Penelitian ini menggunakan triangulasi data dengan perspektif lebih
dari satu data dalam membahas permasalahan yang dikaji karena suatu
peristiwa yang terjadi dalam suatu masyarakat tidak hanya dikaji dari satu
data saja namun juga pandangan lain.115
115
Skripsi Muhammad Fanni Ikhsan berjudul Potret Perjuangan Perempuan dalam Mengahadapi
Ketidakadilan yang Direpresentasikan dalam Film Perempuan (Analaisis Wacana Perjuangan Perempuan
commitUNS
to user
dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”).
Surakarta.
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Deskripsi Film
Perkembangan teknologi informasi berhubungan erat dengan perkembangan
dunia jurnalisme yang sekarang semakin berkembang. Kerja jurnalistik tidak
hanya menyampaikan suatu berita, namun juga menyelipkan ideologinya di dalam
berita yang dikonstruksinya. Kerja jurnalistik juga semakin berat bilamana kasus
yang akan diberitakan menyangkut skandal penguasa yang sedang berkuasa.
Jurnalis harus melakukan kerja investigasi untuk dapat mengungkap fakta yang
tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Hal tersebut yang digambarkan dalam
film State of Play mengenai jurnalisme investigasi dalam mengungkap kasus
pembunuhan yang melibatkan militer dan pemerintah.
Bila dirunut, bukan hanya film State of Play yang mengangkat kerja
jurnalisme ke dalam film. Dari tahun 1939 hingga tahun 2005, sudah ada 20 film
yang mengangkat tema mengenai jurnalisme. Berikut daftar 20 film terbaik
tentang wartawan yang datanya disarikan dari berbagai referensi, antara lain Film
Site, Internet Movie Data Base, All Movie, National Geographic, The New York
Times, The Washington Post,dan YouTube. Film-film tersebut adalah Inside Story
– 1939, Foreign Correspondent – 1940, Night Editor – 1946, Deadline USA –
1952, Front Page Story – 1953, All The President’s Men – 1976, Network – 1976,
Newsfront – 1978, Under Fire – 1983, The Killing Fields – 1984, Salvador –
1986, Broadcast News – 1987, The Paper – 1994, Up Close and Personal – 1996,
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Welcome to Sarajevo – 1997, The Insider – 1999, War Photographer – 2001, Live
from Baghdad – 2002, Shattered Glass – 2003, dan Good Night and Good Luck –
2005.116 Sedangkan dari tahun 2007 hingga 2009, sudah tayang sebanyak 5 film
yang mengangkat tema tentang jurnalis termasuk juga film “State of Play”.
Diantaranya adalah The Hunting Party (2007), Veronica Guerin (2003), State Of
Play (2009), Beyond A Reasonabled Doubt (2009), dan Balibo (2009). 117 Film
State of Play dipilih untuk diteliti karena dalam film ini jurnalisme investigasi
digambarkan sebagai pihak yang mampu mengungkap kebenaran yang sengaja
ditutupi dengan berbagai tekanan yang diterimanya. Dalam film ini, jurnalisme
investigasi mengemban tanggung jawab dan merasa terpanggil dalam memberikan
fakta yang sebenarnya kepada masyarakat. Hal ini dibuktikan melalui scene
terakhir dalam film yang menampilkan adegan sang jurnalis ketika menulis berita
yang berisi tentang fakta akhir dari suatu kasus. Ia membongkar semua fakta
mengenai kejahatan di balik kasus pembunuhan di mana masyarakat sangat
membutuhkan informasi tersebut.
Diadaptasi dari sebuah mini seri Inggris berjudul sama yaitu State of Play,
film ini memberikan gambaran bagaimana wartawan investigasi yang berusaha
mengungkap suatu kasus. Dengan menggunakan investigasi, sang jurnalis
berusaha mengungkap kasus dengan terang benderang dan menampilkan fakta
yang sebenarnya dalam mengungkap kasus pembunuhan.
116
http://sangpemburuberita.blogspot.com/2010/06/20-film-terbaik-tentang-wartawan.html diakses tanggal
08/08/2012 pukul 21.36 WIB.
commit to user
117
http://ekajazzlover.wordpress.com/2010/02/26/film-film-tentang-jurnalis/
diakses tanggal 08/08/2012
pukul 21.36 WIB.
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Sinopsis Film
Diadaptasi dari sebuah mini seri Inggris berjudul sama, State of Play adalah
sebuah film bertema politik yang disutradarai oleh sutradara film The Last King of
Scotland, Kevin Macdonald. Berkisah mengenai penyelidikan beberapa jurnalis
atas pembunuhan seorang wanita, yang ternyata merupakan wanita selingkuhan
seorang anggota Kongres, film ini dibintangi oleh nama-nama besar di
Hollywood.
State of Play dimulai dengan adegan penembakan seorang perampok oleh
seorang pria yang memegang sebuah koper. Seorang pengantar pizza, yang
menyaksikan penembakan tersebut, juga ditembak oleh sang pria
dan
membuatnya menjadi koma di rumah sakit. Keesokan paginya, seorang wanita
ditemukan tewas di sebuah jalur kereta api dan diduga sebagai sebuah usaha
bunuh diri.
Setelah diselidiki, wanita tersebut ternyata adalah Sonia Baker (Maria
Thayer), seorang pegawai dari anggota Kongres Pennsylvania, Stephen Collins
(Ben Affleck). Reaksi Stephen yang meneteskan air mata di depan publik ketika
menyampaikan berita kematian Sonia kemudian menimbulkan spekulasi di
kalangan pers bahwa Stephen telah menjalin sebuah hubungan khusus dengan
Sonia.
Di sudut kantor The Washington Globe, jurnalis Cal McAffrey (Russell
Crowe), yang juga mantan teman satu kamar asrama Collins di masa kuliah,
sedang mendiskusikan permasalahan tersebut dengan Della Frye (Rachel
McAdams), reporter baru yang mengelola divisi online dari harian tersebut. Cal,
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang awalnya menyelidiki pembunuhan seorang perampok oleh seorang pria
bersenjata yang digambarkan di awal film, ternyata menemnukan adanya
hubungan antara Sonia dengan sang perampok tersebut.
Naluri jurnalisme Cal dan Della akhirnya membimbing mereka untuk terus
menyelidiki kasus ini. Investigasi ini sendiri juga didorong rasa bersalah Cal
terhadap Stephen yang dulu sempat berselingkuh dengan istri Stephen, Anne
Collins (Robin Wright Penn). Apalagi, setelah didera berbagai pemberitaan buruk
mengenai dirinya, Stephen datang langsung ke apartemen Cal dan meminta
bantuannya. State of Play kemudian menggambarkan penelusuran Cal dan Della
atas kasus ini, yang ternyata, sedikit demi sedikit, malah membuka sebuah kasus
besar yang melibatkan berbagai pihak militer Amerika Serikat.
Dengan durasi sepanjang 128 menit, dan tema serta permasalahan yang
sangat rumit, harus diakui State of Play adalah sebuah film yang cukup
melelahkan bagi mereka yang bukan penggemar genre thriller politik seperti ini.
Namun, dengan jajaran penulis naskah seperti Matthew Michael Carnahan, Tony
Gilroy, Peter Morgan dan Billy Ray, yang masing-masing telah berpengalaman
dalam menuliskan naskah sebuah film bernuansa politik, State of Play mampu
hadir sebagai sebuah film politik yang tidak hanya pintar, namun juga mampu
menghibur para penontonnya. Nuansa hiburan itu sendiri didapat ketika para
penulis naskah film menyelipkan beberapa dialog ringan dan segar diantara
dialog-dialog berat yang dihadirkan di sepanjang film.
Kecerdasan naskah film ini juga didapat dari intensitas film yang sangat
terjaga baik semenjak awal film. Secara perlahan, intensitas film ini terus
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meningkat hingga menjaga ketegangan yang dirasakan para penontonnya ketika
menyimak duet Cal dan Della yang sedang menyibak berbagai pertanyaan yang
hadir di seputar kematian Sonia Baker. Walau terasa sedikit melambat dan
menurun di bagian menjelang akhir film, namun tetap saja jalan cerita film ini
kemudian perlahan meningkat kembali seiring dihadirkannya sebuah twist baru di
akhir film.
Tentu saja, daya tarik utama film ini adalah jajaran aktor dan aktris yang
berperan didalamnya. Nama-nama besar seperti Russell Crowe, Ben Affleck,
Rachel McAdams, Helen Mirren hingga Robin Wright Penn, Jeff Daniels, Jason
Bateman dan Viola Davis mampu memberikan kualitas akting yang setara nama
besar mereka. Para jajaran pemeran film ini saling mengisi karakter satu sama
lainnya dengan sangat baik sehingga terlihat sangat, sangat meyakinkan bagi
setiap penontonnya.
Lewat State of Play, sutradara Kevin Macdonald berhasil mengantarkan
sebuah naskah film bertema politik yang sangat cerdas dengan sangat baik: tidak
terlalu berat dan depresif, namun juga tetap menjaga kadar ketegangan yang
dihadirkan dengan penuh makna. Sisi naskah yang cerdas juga mampu didukung
penuh oleh representasi akting para jajaran pemerannya yang berisi para aktor dan
aktris papan atas yang semakin membuat kualitas State of Play berada di jajaran
atas.118
C. Keterangan Film
commit to user
http://amiratthemovies.wordpress.com/2010/02/27/review-state-of-play-2009/
diakses tanggal 08/08/2012
pukul 21.36 WIB.
118
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Judul film
:
State of Play
Genre
:
Drama, Thriller, Adaptation and Politics/Religion
Durasi
:
1 hr. 58 min.
Tanggal rilis
:
April 17th, 2009 (wide)
Produsen
:
Universal Studio
Directed
:
Kevin Mc.Donald
Writing Credits
:
Matthew Michael Carnahan (screenplay)
D. Casting
Tony Gilroy (screenplay)
Billy Ray (screenplay)
Paul Abbott (television series)
E. Pemeran
Russell Crowe
sebagai
Cal McAffrey
Ben Affleck
sebagai
Rep. Stephen Collins
Rachel McAdams
sebagai
Della Frye
Helen Mirren
sebagai
Cameron Lynne
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Robin Wright
sebagai
Anne Collins (as Robin Wright Penn)
Jason Bateman
sebagai
Dominic Foy
Jeff Daniels
sebagai
Rep. George Fergus
Michael Berresse
sebagai
Robert Bingham
Harry Lennix
sebagai
Det. Donald Bell
Josh Mostel
sebagai
Pete
Michael Weston
sebagai
Hank
Viola Davis
sebagai
Dr. Judith Franklin
David Harbour
sebagai
PointCorp Insider
Sarah Lord
sebagai
Mandi Brokaw
Tuck Milligan
sebagai
PointCorp Executive
Steve Park
sebagai
Chris Kawai (as Stephen Park)
Brennan Brown
sebagai
Andrew Pell
Maria Thayer
sebagai
Sonia Baker
Wendy Makkena
sebagai
Greer Thornton
Zoe Lister Jones
sebagai
Jessy
Michael Jace
sebagai
Officer Brown
Rob Benedict
sebagai
Milt
LaDell Preston
sebagai
Deshaun Stagg
Dan Brown
sebagai
Vernon Sando
Katy Mixon
sebagai
Rhonda Silver
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Shane Edelman
sebagai
D.A. Purcell
Cornell Womack
sebagai
Junior Detective #1
Nat Benchley
sebagai
Junior Detective #2
Gregg Binkley
sebagai
Ferris
Trula M. Marcus
sebagai
Carol (as Trula Marcus)
Carolyn Barrett
sebagai
Policewoman Escorting Della
Wil Love
sebagai
Iowan Congressman
David E. Goodman
sebagai
Graves (as David CopelandGoodman)
John Badila
sebagai
Mr. James
Brigid Cleary
sebagai
Mrs. James
Joy Spears
sebagai
Waitress / Dancer #1
Brandi Oglesby
sebagai
Waitress / Dancer #2
Stacey Walker
sebagai
Waitress / Dancer #3
R.B. Brenner
sebagai
Globe Production Manager
Lucía Navarro
sebagai
Telemundo Reporter
Chris Matthews
sebagai
MSNBC Reporter
Lou Dobbs
sebagai
CNN Reporter
James Vance III
sebagai
Reporter
Sharon Dugan
sebagai
Business Woman
Noel Werking
sebagai
Business Man
Rose Coleman
sebagai
Jackie
Lee von Ernst
sebagai
ICU Nurse
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Richard Ruyle
sebagai
Karaoke Singer
Stuart Brazell
sebagai
Karaoke Bar Hostess (as Susan Stuart
Herbert Gordon
sebagai
News Reporter #1(as Herbert 'ChrisGordon)
Keith Anthonyvin
sebagai
News Reporter #2
Julie Carey
sebagai
News Reporter #3
Eun Yang
sebagai
News Reporter #4
Denae D'Arcy
sebagai
News Reporter #5
Natasha Chugtai
sebagai
News Reporter #6
Greg Graham
sebagai
The Wolf
Eric Hatch
sebagai
Peter
Josh Rhodes
sebagai
The Hunter
Brazell)
Barry Shabaka Henley
sebagai
Gene Stavitz
Maurice Burnice Harcum
sebagai
Ben's Cashier
F. Biografi dan porto folio Sutradara Kevin Mc. Donald
Tempat & Tanggal Lahir : Scotland, 28 Oktober 1967
Filmography
Director :
- 2011 Marley (documentary) (filming)
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- 2011 The Eagle
- 2011 Life in a Day(documentary)
- 2009 State of Play
- 2007 My Enemy's Enemy (documentary)
- 2006 The Last King of Scotland
- 2004 Touching the Void: Return to Siula Grande (video documentary short)
- 2003 Touching the Void (documentary)
- 2001 Being Mick (TV documentary)
- 2000 Humphrey Jennings: The Man Who Listened to Britain (TV documentary)
- 2000 A Brief History of Errol Morris (documentary)
- 1999 One Day in September (documentary)
- 1998 Donald Cammell: The Ultimate Performance (documentary)
- 1998 Kindertransport (documentary short)
- 1997 Howard Hawks: American Artist (TV documentary)
- 1997 The Moving World of George Rickey (documentary)
- 1996 Chaplin's Goliath (documentary)
- 1995 The Making of an Englishman (TV documentary)
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Producer :
- 2010 Senna (documentary) (executive producer)
- 2007 My Enemy's Enemy (documentary) (producer)
- 1998 Donald Cammell: The Ultimate Performance (documentary) (producer)
- 1998 Kindertransport (documentary short) (executive producer)
- 1997 Shoot Out in Swansea: The Making of 'Twin Town' (TV documentary)
(executive producer)
Writer :
- 2007 My Enemy's Enemy (documentary) (writer)
- 1996 Chaplin's Goliath (documentary) (writer)
- 1995 The Making of an Englishman (TV documentary)
Miscellaneous Crew :
- 2003 The Making of 'Touching the Void' (TV documentary) (director: Suilia
Grande footage)
Cinematographer :
- 2001 Being Mick
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Tematik Film “State of Play”
Tema merupakan gagasan pokok atau ide utama dalam sebuah teks atau
naskah yang disampaikan baik secara tertulis maupun oral. Tema bisa
disampaikan setelah kita selesai membaca secara tuntas dan menyeluruh sebuah
teks atau naskah. Karena menggambarkan ide umum dari keseluruhan isi teks,
maka tema didukung oleh beberapa sub tema yang saling mendukung satu sama
lain. Dengan demikian teks atau naskah dapat menjadi koheren atau utuh.
Dalam elemen tematik ini, penulis ingin mengetahui dan menganalisa tematema beserta subtema apa saja yang muncul atau coba diangkat dalam naskah film
“State of Play”. Secara keseluruhan penulis mendapat kesan bahwa film ini
mencoba mengangkat atau banyak berbicara seputar tema jurnalisme investigasi.
Namun penulis juga mendapatkan kesan adanya beberapa subtema lain dalam film
ini, baik yang mengandung signifikansi terhadap wacana jurnalisme investigasi.
Maka dalam elemen tematik ini, penulis membagi tema-tema atau wacana yang
muncul tersebut ke dalam tiga bagian besar :
1. Mengembangkan Fakta Dangerous Projects119
commit to user
119
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.102.
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam buku Septiawan Santana, yang dikutip oleh M.S. Wibowo
dalam tulisannya di blog internet, menyebutkan bahwa jurnalisme
investigasi dialokasikan sebagai pekerjaan berbahaya atau dangerous
projects. Para wartawannya berhadapan dengan kesengajaan pihak-pihak
yang tidak mau urusannya diselidiki, dinilai, dan juga dilaporkan kepada
masyarakat. Oleh karena itu, kewaspadaan dalam karier kewartawanan
menjadi hal yang penting. 120
a. Investigasi sebagai pengungkap fakta yang tersembunyi
Subtema pertama adalah mengenai jurnalisme investigasi
sebagai pengungkap fakta yang tersembunyi. Kesan ini sangat kuat
dalam film State of Play. Dalam pengumpulan fakta-fakta, sang
jurnalis
menggunakan
teknik
investigasi.
Ia
berusaha
untuk
membongkar suatu kejahatan yang tersembunyi. Berikut adalah scenescene tentang jurnalisme investigasi dalam mengungkap fakta yang
tersembunyi itu:
Scene 33
(Cal mencoba menghubungi
sebuah nomor telepon) Mail box
commit to user
http://mswibowo.blogspot.com/2010/05/pengantar-jurnalisme-investigasi.html
diakses tanggal 08/08/2012
pukul 21.36 WIB.
120
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjawab : “Hai. Kau
menghubungi Sonia Baker. Aku
tak bisa menghubungimu
sekarang. tapi jika kau tinggalkan
nama, nomor dan waktu kau
menelpon, aku pasti
menghubungimu. Terima kasih.”
Scene 45
Scene91a
Stagg dan Sando, keduanya
ditembak. Satu peluru di tulang
belakang, satunya di kepala. Ciri
khas pembunuh profesional atau
setidaknya seseorang dengan latar
belakang militer. Mungkin
Pasukan Khusus. PointCorp
didirikan oleh 100% mantan
militer. Kurasa itu hubungan yang
tak bisa kita abaikan.
Cal : Aku baru saja diberitahu
mantan pegawai Ponitcorp bahwa
mereka
memiliki
rencana
memonopoli keamanan dalam
negeri yang bernilai sekitar 40
miliar per tahun. Apa itu benar?
Stephen : Ya
Cal : Bagaimana?
Stephen : Kau tak bisa
menghubungkan apapun yang
akan aku katakan kembali
kepadaku. Kau mengerti?
Cal : Tentu saja
Stephen : baiklah. Tahun lalu, 47
perusahaan melakukan penawaran
terhadap kontrak-kontrak besar
Keamanan dalam negeri. Dari 57
perusahaan,
16
perusahaan
memenangkan kontrak-kontrak
itu. Dari 16 perusahaan itu, aku
bisa buat koneksi antara 14
perusahaan. Dan maksudku bukan
seseorang berganti perusahaan.
Maksudku adalah praktek berbagi
bank, perilaku kolusi. Aku yakin
pada akhirnya, saat semuanya
commit to userdibongkar, kau tak akan melihat
14 perusahaan individu. Kau akan
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melihat 1 perusahaan saja. Kau
mengerti?
Scene 109b
Scene 118a
Watergate.Bukan cuma itu, Suite
413.Suite yang sama ketika Medal
of Freedom Initiative sedang
Melobi
anak
perusahaan
PointCorp.
Cal : Dua pertanyaan. Bagaimna
Sonia bisa bekerja di kantormu
dan nama orang yang
merekomendasikan dirinya.
Stpehen : Fergus. George Fergus
Scene 119
Scene124
Cal memperlihatkan rekaman Aku perlu konfirmasi darimu
Dominic
yang
berhubungan untuk sebuah artikel. Yang akan
dengan kematian Sonia Baker
kami cetak besok. Aku diberitahu
kau merekomendasikan Greer
Thornton untuk menyewa Sonia
Baker. Apa itu benar?
Scene 141
Scene 145
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cal : Bagaimana Anne Collins Cal : Siapa Robert Bingham
tahu Sonia Baker mendapatkan 26 Stephen? (sambil melemparkan
sebuah surat kabar)
ribu dolar per bulan?
Scene-scene di atas mempresentasikan kegiatan jurnalisme
investigasi dalam mengungkap fakta yang tersembunyi.
Cal, Sang jurnalis, terkesan sedang menghubungi 3 nomor yang
didapatkannya dari catatan panggilan telepon genggam Deshaun
Stagg. Dalam scene ini, Cal nampak ingin mengetahui orang-orang
yang ia hubungi dengan melakukan penyamaran via telepon. Cal
terkejut ketika menghubungi salah satu nomor yang ternyata adalah
nomor Sonia Baker. Dikesankan bahwa ia mendapatkan satu fakta
yang mengejutkan dirinya (scene33). Dari fakta yang ia dapatkan,
kemudian ia menanyakan perihal keterlibatan Sonia Baker dalam
dunia narkoba. Ia menanyakan hal itu karena nomor Sonia ada dalam
catatan panggilan telepon genggam Deshaun yang diperkirakan
meninggal karena terlibat dunia narkoba.
Cal menganalisa dan menyimpulkan bahwa Sonia dibunuh oleh
seseorang dengan latar belakang militer. Ia menyimpulkan demikian
dengan alasan bahwa pria yang menembak Deshaun Stagg memiliki
foto-foto Sonia Baker,commit
memiliki
sekantung peluru aneh yaitu peluru
to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang didaur ulang dengan berat dua kali lipat peluru agar susah
melacak pemiliknya, dan menembak korban dengan dua kali
tembakan yaitu di tulang belakang dan di kepala. Hal ini menunjukkan
bahwa pembunuh memang benar-benar berencana membunuh dan
profesional atau bahkan pasukan khusus. PointCorp dijalankan oleh
100% militer dan Sonia Baker adalah kepala peneliti dalam
penyelidikan PointCorp. Cal menghubungkan fakta – fakta tersebut
menjadi suatu kesimpulan yaitu PointCorp berusaha merusak citra
Stephen Callin karena Stephen bisa menjadi kerugian besar bagi
perusahaan tersebut (scene45).
Cal menemui Stephen Callin dan mengkonfirmasikan informasi
yang disampaikan oleh orang dalam PointCorp. Stephen menjelaskan
bahwa terjadi kolusi dalam pemenang kontrak-kontrak besar
keamanan dalam negeri. Dalam scene ini, Stephen tekesan akan
memperjelas koneksi antar pihak-pihak yang berkolusi melalui
berbagai penyelidikannya yang dilakukan bersama Sonia Baker
(scene91a).
Ditemukan fakta menarik dalam scene ini yaitu Dominic Foy,
seorang pria yang ada di setiap foto Sonia Baker menangis maupun di
dalam foto-foto telepon selular Rhonda.Dominic adalah seorang
humas yang bekerja di Daily Gril. Alamat kantor Dominic terdaftar di
gedung Watergate kamar 413 yang merupakan anak perusahaan
PointCorpdalam kegiatan lobi. (scene109b)
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cal bertanya kepada Stephen melalui telepon tentang siapa yang
memasukkan Sonia Baker bekerja dengannya. Stephen mengatakan
bahwaanggota kongres yaitu George Fergus yang memasukkan Sonia
untuk bekerja bersama dirinya (scene 118).
Cal memanggil Stephen untuk datang ke hotel tempat
dilakukannya wawancara dengan Dominic dan menyaksikan rekaman
yang telah dilakukan dengan maskud mendapatkan berita dari kedua
sisi. Setelah Stephen datang, ia menyaksikan rekaman wawancara
Dominic yang menyatakan bahwa Dominic bertemu dengan seseorang
yang nampak marah kepada Sonia karena Sonia tidak lagi
memberikan informasi kepadanya. Dan ia mengatakan bahwa sejak
saat itu Sonia tidak mau mengangkat telponnya ketika ia mencoba
menghubungi Sonia. Kemudian ia bertemu dengan Sonia dan
mencoba bicara padanya tetapi ia menangis. Ia menangis karena ia
jatuh cinta kepada Collin dan dia hamil. Sonia sangat takut jika Collin
mengetahui apa yang dia perbuat dan kemudian Stephen tidak
menginginkan dia dan bayinya. Sonia tampak hancur hingga ia
membakar ceknya. (scene 119)
Dari fakta baru bahwa George Fergus (anggota kongres) yang
memasukkan Sonia Baker ke dalam kantor Stephen, maka Cal
melakukan konfirmasi kepada anggota kongres tersebut. Namun
anggota kongres nampak marah dan tidak mengakui indikasi bahwa
dirinya terlibat dalam skandal tersebut (scene 124)
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cal menanyakan kepada Della darimana Anne tahu Sonia
mendapatkan uang 26 ribu dolar per bulan. Hal ini janggal karena Cal
dan Della tidak menunjukkan rekaman jumlah uang kepada Stephen.
Cal lalu melihat sebuah foto Stephen Collin dengan gambar logo
militer di belakangnya yang ternyata sama dengan logo pada baju pria
yang berusaha membunuh Cal di kediaman Fred Summers. Cal berlari
sambil membawa sebuah koran dan menyuruh Della untuk
mengatakan kepada Cameron agar menunda berita yang akan dicetak.
(scene141)
Cal mendatangi Stephen dan menanyakan kepadanya siap
sebenarnya Robert Bingham karena pria itulah yang berusaha
membunuh Cal dan diduga membunuh Sonia Baker karena ia ada
dalam rekaman video kereta bawah tanah. Di sinilah Stephen
mengakui bahwa ialah yang menyuruh Bingham membuntuti dan
melaporkan apa saja yang dilakukan Sonia karena Stephen merasakan
ada sesuatu yang ditutupi oleh Sonia. Bingham dikeluarkan dari
militer karena jiwanya yang labil. Karena jiwanya yang labil,
Bingham kemudian membunuh Sonia karena ia kesal apa yang telah
diperbuat Sonia kepada Stephen. Bagi Bingham, militer adalah
segalanya dan ia membenci PointCorp karena apa yang telah mereka
lakukan. Inilah akhir dari cerita film State of Play (scene145).
Analisis Data
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Secara keseluruhan, scene-scene di atas menunjukkan bahwa
tema film “State of Play”sangat lekat dengan kegiatan jurnalisme
investigasi. Dalam buku Septiawan Santana mengenai jurnalisme
investigasi, kerja peliputan wartawan merujuk pada tiga tipe reporter,
yaitu general reporters, specialist reporters, dan reporters with an
investigative turn of mind. Yang pertama, reporter tipe general,
reporter yang mencari berita tanpa mengetahui lebih dulu subjek
pemberitaannya. Ia bekerja dalam ketergesaan deadline. Berita yang
diliput juga ditentukan editor. Sementara itu, reporter specialist adalah
reporter yang memiliki rincian keterangan mengenai subjek liputan
dan mencoba menjelaskannya. Sedangkan para reporter yang bekerja
dengan pikiran investigative adalah berbeda dengan kedua tipe
reporter sebelumnya. Reporter tipe ini selalu menyiapkan diri untuk
mendengar berbagai hal yang dikatakan orang kebanyakan. Reporter
investigasi juga mencari pemikiran yang berbeda dari orang-orang
yang berbeda.121
Seorang wartawan investigasi handal mempunyai ciri pribadi
yang skeptis, sabar, dan bisa menyusun strategi dalam mengungkap
ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan.122 Tom Friedman, dari
New York Times dalam buku Catatan-catatan Jurnalisme Dasar karya
Luwi Ishwara mengatakan bahawa sikap skeptis adalah sikap untuk
selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima,
121
Ibid,hal.147.
commit
user
William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk
Mediato
Cetak
dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal 2.
122
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu. Inti dari
sikap ini adalah keraguan, berbeda dari sikap sinis yang lebih
mengarah kepada ketidakpercayaan.123
Scene-scene di atas mengesankan bahwa kerja investigasi yang
dilakukan
Cal
adalah
bermaksud
mengungkap
fakta
yang
tersembunyi. Jurnalisme investigasi dialokasikan sebagai pekerjaan
berbahaya, Dangerous Projects. Para wartawannya berhadapan
dengan kesengajaan pihak-pihak yang tidak mau urusannya diselidiki,
dinilai, dan dilaporkan kepada masyarakat. Peliputan semacam
pelacuran anak-anak di bawah umur mengharuskan Paul Ehrlich, dari
Reader’s Digest, mesti bekerja di tengah orang-orang yang penuh
dengan ketakutan. Walaupun mereka mengharapkan bahwa kegiatan
pelanggaran di dunia prostitusi itu harus segera diakhiri. Mereka
begitu sukarnya untuk menyampaikan berbagai keterangan yang
diperlukan, sebelum mereka mempercayai betul apa yang tengah
dikerjakan Ehrlich. Wawancara pun akhirnya sering dikerjakan di
tempat-tempat yang terpencil, pada saat malam larut atau fajar pagi
mulai terbit. Bahkan, ketika Ehrlich hendak memulai liputannya,
dalam kerja reportase yang baru di tingkat amatan dan pertanyaanpertanyaan awal, seseorang telah mendatanginya, dan berseru, "Don't
ask too many questions. It can be dangerous".124
to user
Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalismecommit
Dasar, Kompas,
Jakarta, 2005, hal.1.
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.102.
123
124
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai contoh saja, dalam kerja investigatif yang dilakukan
Bondan Winarno mengenai “Skandal Emas di Busang Kalimantan”, ia
tidak begitu saja dapat mempercayai sebuah berita kematian “seorang
de Guzman”. Menurut hipotesanya, berita kematian tersebut tidaklah
wajar karena bertentangan dengan fakta – fakta yang ia cari dan
temukan.125
Banyak berita investigasi berkaitan dengan korupsi maupun
penyalahgunaan hak konsumen namun berita investigasi tidak selalu
mengurusi hal-hal demikian melainkan juga berupa tanggapan
terhadap bisnis swasta yang menyalahgunakan kepentingan umum.126
Kaitannya dengan film State of Play, jurnalis investigasi berupaya
mengungkap penyalahgunaan tentara bayaran oleh pelaku bisnis
militer swasta dan terjadinya korupsi dalam pemerintahan. Temuan
berupa penyalahgunaan dan korupsi tersebut adalah perkembangan
dari penyelidikan kasus pembunuhan yang dari awal terus menerus
digali hingga mendapatkan fakta lanjutan yang tersembunyi.
Reporter investigasi juga kerap menjatuhkan reputasi pemikiran
kepemimpinan tertentu, dan menjadi sosok yang tidak selalu benar,
memiliki aib kesalahan. Ia mengumpulkan fakta-fakta yang ditunggutunggu banyak orang sebagai sebuah kejutan. Bukan sekadar
pernyataan-pernyataan kontroversial, yang dikutipnya dari para
narasumbernya, atau para pakar yang menyatakan sebuah kebenaran,
125
Ibid,hal.18.
commit
user
William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk
Mediato
Cetak
dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal 2.
126
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melainkan orang-orang yang mengetahui adanya rahasia yang belum
atau tidak bisa diungkap, dan merasa marah atau merasa wajib untuk
mengungkapkan apa-apa yang telah dirahasiakan selama ini.127
Kita tentunya masih ingat tentang penyelidikan Watergate oleh
Washington Post pada tahun 1972 yang mengakibatkan mundurnya
presiden Amerika Richard Nixon adalah contoh betapa ketekunan
dapat mengungkapkan kebenaran di hadapan lawan dahsyat yang
berupaya menutupi kebenaran.128
Kerja investigasi wartawan kerap menemukan area liputan yang
mesti dibuka dengan sengaja, dicari dengan hitungan tertentu, dan
dikontak dengan ketekunan dalam menarik narasumber untuk
membeberkan keterangan yang diperlukan.
Berbagai narasumber
bahkan diasumsikan berkemungkinan untuk corupt, memanipulasi
keterangan. Karena itulah, pelbagai data dan keterangan yang didapat
dari sebuah kisah berita memerlukan analisis kritis wartawan
investigatif. 129
Scene–scene
berikut
juga
merupakan
representasi
dari
jurnalisme investigasi yang berusaha untuk mengungkap fakta yang
tersembunyi :
Scene 74
Scene 76
127
Opcit,hal.148.
William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi
commit
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998,
hal.3. to user
129
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.104.
128
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Della : Hai. Tuan Statler? Ya? Ya Della : Hai. Della Frye dari
aku dari Washington Globe. Aku Washington Globe.
menulis artikel tentang kematian
Sonia Baker dan aku hanya ingin..
Scene 77
Scene 78
Della : aku..bisakah aku bicara
denganmu.. Tolong jangan...
Sydney Schanberg memenangkan sebuah Pulitzer pada 1976
untuk liputannya tentang Kamboja di The New York Times.
"Kalau saya harus memberitahu Anda seseorang yang pernik
investigatifnya paling saya hormati, yang secara personal saya
ketahui, orang itu adalah Sy Hersh. Namun ada pula orangorang lain yang tak pernah saya temui, seperti George Seldes,
yang menulis tentang industri rokok lama sebelum setiap orang
ingin mencetak karyanya. Koran-koran tidak tertarik karena
mereka mengiklankan produk rokok. Saya tidak hendak
mengatakan bahwa ia selalu benar; tak seorang pun begitu (tidak
to user
pernah salah). commit
Reportase
investigatif, sesungguhnya, adalah
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
reportase kulit-sepatu (shoe-leather reporting). Anda keluar,
membunyikan bel pintu, berbicara pada orang. Anda tidak
duduk di kantor. Anda mendatangi rumah-rumah orang dan
mendapati pintu dibanting di depan wajah Anda." 130
Ada 3 elemen dasar yang mendorong kerja investigasi reporter
menurut Ullmann dan Honeyman, yakni : laporan investigasi
bukanlah laporan yang dibuat oleh seseorang, subjek kisahnya
meliputi sesuatu yang penting alasannya bagi pembaca atau pemirsa,
dan menyangkut beberapa hal yang sengaja disembunyikan dari
hadapan publik.131
Hasil riset yang dilakukan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel
yang didukung dan dibantu para ahli media yang tergabung dalam
Comitte of Concerned Journalism yang kemudian ditulis dalam buku
The Elements of Journalism, disebutkan bahwa tujuan utama dari
jurnalisme adalah menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya
kepada warga masyarakat agar dengan informasi itu mereka bisa
membangun sebuah masyarakat yang bebas.132
Dalam buku Catatan-catatan Jurnalisme Dasar karya Luwi
Ishwara yang diterbitkan Kompas, Paus Johanes Paulus II berkata :
“Dengan pengaruh yang luas dan langsung terhadap opini masyarakat,
jurnalisme tidak bisa dipandu hanya oleh kekuatan ekonomi,
keuntungan, dan kepentingan khusus. Jurnalisme haruslah diresapi
sebagai tugas suci, dijalankan dengan kesadaran bahwa sarana
130
Ibid,hal.130.
commit to user
Ibid,hal.136.
132
Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Kompas, 2005, Jakarta, hal.9.
131
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikasi yang sangat kuat telah dipercayakan kepada anda demi
kebaikan orang banyak”.133
Rivers dan Mathews juga menambahkan bahwa wartawan
investigasi mengamsalkan bahwa jurnalisme adalah memberikan
kepada publik informasi yang oleh pemerintah dilarang keras untuk
diketahui oleh publik. Mereka memiliki keyakinan bahwa korupsi
serta kebohongan yang terjadi lebih banyak daripada diduga orang.134
2. Kerja investigasi yang berkesinambungan dan tidak cepat
puas terhadap fakta awal yang diperoleh
133
Scene 23
Scene 26
Call menghubungi Della.
Cal : Aku punya sumber, kau
perlu bicara dengannya.
Della : Kenapa?
Cal : Apa kau punya pulpen?
Della : Ya.
Cal : Letnan Leon Comey. Tulis
itu. C-O-M-E-Y. C-O-M-E-Y.
202-555-0167.
Dia
akan
memperlihatkan padamu rekaman
kamera dari stasiun Metro.
Cal : Sonia baker. Ada informasi
dia terlibat narkoba? Dia pernah
ditangkap atau masuk tempat
rehabilitasi?
Ibid, hal.18.
Opcit,hal.144.
commit to user
134
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Scene 96c
Scene 100
Anne : kami memiliki dua
hipotek. Kami memiliki rumah di
Virginia. Kamu punya apartemen
di sini. Pada dasarnya kami
menghabiskan penghasilan kami.
Jadi tidak mungkin Stephen bisa
memberikan orang 40 ribu dolar
tanpa sepengetahuanku.
Dia sudah pasti seorang prajurit.
Temanku dulu melihatnya di
bursa keamanan. Tidak pernah
mengetahui namanya. Tapi dia
bekerja untuk pria tua bernama
Fred
Summers.
Memasang
instalasi alarm, hal-hal seperti itu.
Ini alamat Fred. Crystal City.
Scene 101
(Terlihat
Cal
mendatangi
kediaman Fred Summers berdasar
informasi yang ia dapatkan dari
orang dalam PointCorps).
Dalam scene23, terkesan bahwa Cal adalah sosok wartawan
commit to user
yang berupaya mendapatkan
fakta-fakta lain setelah fakta awal
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
didapatkannya. Ia menyuruh Della Frye menemui seseorang agar
mendapatkan rekaman video keamanan dari stasiun kereta bawah
tanah tempat Sonia Baker dinyatakan tewas. Hal ini dilakukan Cal
setelah Stephen menunjukkan sebuah rekaman video kepadanya.
Video tersebut direkam pada pagi hari di hari kematian Sonia dan
berisi rekaman Sonia Baker yang nampak ceria dan tidak menandakan
bahwa ia akan bunuh diri. Kesan bahwa Cal adalah seorang jurnalis
yang menjunjung tinggi fakta juga dikesankan dalam scene ini setelah
ia mengucapkan kalimat kepada Della bahwa ia berusaha membantu
mendapatkan fakta saat lain kali Della mencoba menulis sampah di
internet.
Scene 26 adalah scene yang menjawab bahwa tidak ada
hubungan Sonia dengan narkoba. Dalam scene ini diceritakan bahwa
Cal menemui seorang wanita teman Deshaun Stagg di tempat
tersembunyi yang terkesan kumuh. Wanita tersebut berprofesi sama
seperti Deshaun yaitu pencuri koper dan kemudia menjualnya kembali
(semacam uang jasa). Wanita tersebut menunjukkan pada Cal
beberapa foto-foto Sonia Baker, senjata, dan sekantung peluru aneh
dari koper yang diduga milik pria yang membunuh Deshaun.
Keberadaan nomor telepon genggam Sonia dalam catatan panggilan
telepon Deshaun adalah karena wanita tersebut (pacar Deshaun Stagg)
ingin mengingatkan sonia bahwa ia sedang dibuntuti oleh seseorang.
Melalui bukti-bukti tersebut, Cal kembali mendapatkan fakta baru.
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cal bertanya kepada Anne Callin (istri Stephen Callin) apakah
Stephen bisa memberikan uang 40 ribu dolar kepada seseorang dalam
satu bulan. Menurut Anne, Stephen tidak mungkin memberikan orang
uang sebesar itu tanpa sepengetahuannya karena pada dasarnya
mereka menghabiskan penghasilan mereka. Hal ini ditanyakan oleh
Cal karena informasi yang didapat oleh Della adalah Stephen
membayar hutang Sonia Baker sebesar 40 ribu dolar. Namun hal ini
tidak terbukti setelah Cal mengkonfirmasikannya kepada Anne Callin
(Scene96c).
Pria yang bekerja di PointCorp mendatangi cal dan menjelaskan
informasi yang ia dapat tentang seseorang yang terekam video
rekaman kereta bawah tanah. Pria tersebut mendatangi Cal setelah
sebelumnya Cal memintanya untuk mencari informasi tentang
seseorang yang diduga terlibat dalam kasus pembunuhan Sonia.
Menurutnya, pria dalam rekaman tersebut adalah seorang prajurit dan
sekarang ia bekerja kepada seorang pria tua bernama Fred Summers.
Ia memberikan alamat Fred Summers kepada Cal dan segera bergegas
meninggalkannya. Kesan yang didapat dalam adegan ini adalah usaha
Cal dalam melanjutkan fakta yang ia temukan. Dalam scene ini juga
digambarkan kewaspadaan narasumber tersebut seolah-olah bahaya
bisa mengancamnya kapan saja. (scene 100).
Cal mendatangi alamat Fred Summers namun yang ia temui
adalah pria yang ada dalam video rekaman kereta bawah tanah yang
commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditunjukkan oleh Della Frye. Cal mendatangi alamat tersebut setelah
ia mendapatkan informasi yang diberikan oleh pria yang memahami
sepak terjang PointCorps. Upaya yang Cal lakukaan tekesan bahwa ia
berusaha mencari tahu siapa sebenarnya pria yang terekam video
keamanan stasiun kereta bawah tanah tersebut (scene 101).
Analisis Data
Ada suatu fokus yang hendak diinvestigasi, yakni hal-hal yang
mengarah kepada sebuah problem, masalah yang tampil ke permukaan
(isu), dan kontroversi. Hal ini yang membedakan dengan peliputan
reguler, atau reportase pada umumnya. 135 Dari scene-scene di atas,
terdapat kesan bahwa dalam mendapatkan fakta-fakta yang utuh,
dibutuhkan kerja investigasi yang berkesinambungan dan tidak cepat
puas terhadap fakta awal yang diperoleh.
Wartawan investigasi yang berdedikasi akan melakukan
pekerjaanya karena ia percaya pada pentingnya pekerjaan itu.
Pekerjaanya memberikan tantangan yang terus-menerus dan ia yakin
bahwa ia berada di pihak kebenaran dan keadilan serta yakin ia
mendapatkan dukungan publik jika pekerjaanya dilaksanakan dengan
baik.136
135
Ibid,hal.137.
commit
user
William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk
Mediato
Cetak
dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal.5.
136
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Reportase investigasi yang oleh Atmakusumah diistilahkan
dengan Laporan Penyidikan, dapat dipahami melalui lima Tujuan dan
Sifat pelaporannya yaitu137:
a. Mengungkapkan kepada masyarakat, informasi yang perlu mereka
ketahui karena menyangkut kepentingan atau nasib mereka.
Dengan mengetahui informasi itu, masyarakat dapat ikut
berpartisipasi dalam mengambil keputusan. Tanpa bantuan laporan
penyidikan, informasi itu mungkin tidak dapat mereka ketahui,
karena:
3. "pemilik" atau "penyimpan" informasi tidak menyadari
pentingnya informasi itu
4. Informasi itu sengaja disembunyikan.
b. Laporan penyidikan tidak hanya mengungkapkan hal-hal yang
secara operasional tidak sukses, tetapi dapat juga sampai kepada
konsep yang keliru.
c. Laporan penyidikan itu beresiko tinggi, karena bisa menimbulkan
kontroversi
dan
bahkan
kontradiksi
dan
konflik.
Untuk
menghasilkan laporan seperti ini, sering kali harus menggali
bahan-bahan informasi yang dirahasiakan.
d. Karena itu harus jauh-jauh hari dipikirkan akibat-akibat yang dapat
ditimbulkannya terhadap:
commit to user
137
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.139-140.
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Subjek laporannya (dengan menimbang-nimbang akibat
negatif yang diderita subyek laporan dibandingkan dengan
manfaat bagi umum)
2. Penerbitan pers itu sendiri (baik reaksi dari lembaga resmi
maupun dari pemasang iklan dan publik pembaca).
e. Untuk menghadapi dilema ini diperlukan kecintaan dan semangat
pengabdian kepada kepentingan masyarakat luas. Pada pokoknya,
harus ada idealisme, baik di dalam diri reporter penyidikan
(investigative reporter) itu sendiri maupun di sektor-sektor lain
dalam struktur organisasi penerbitan pers itu sampai kepada
anggota direksi dan pemegang sahamnya. Mereka semua perlu
memiliki integritas pribadi, dapat membedakan antara yang benar
dan yang salah, serta bersikap tenang dan tidak emosional dalam
menghadapi kemungkinan guncangan-guncangan akibat reaksi dari
luar.
f. Dalam
jurnalisme
investigasi
dibutuhkan
keberhati-hatian.
Keberhati-hatian diperlukan bukan hanya untuk keselamatan jiwa
namun juga dalam menemukan fakta. Semua itu bermula dari
motivasi menyampaikan the wright a wrong. Pelbagai akumulasi
materi yang telah ditelusuri, pada ujungnya tertuju kepada sebuah
konklusi fakta: bahwa ada kenyataan yang salah yang terjadi di
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat. Dengan kata lain, kumpulan data dan materi
investigasi hanya sebuah bahan untuk sebuah fakta.138
Kerja wartawan investigasi ibarat seorang penyelidik yang
tengah meneliti dan meluruskan berbagai kebohongan yang sengaja
diciptakan oleh pihak-pihak tertentu. Wartawan investigasi bisa
dibedakan dengan wartawan harian. Awal perbedaannya terletak pada
inisiatif wartawan investigasi yang tidak menunggu sampai suatu
masalah atau peristiwa timbul dan diberitakan. Akan tetapi wartawan
investigasi justru menampilkan permasalahan baru atau sesuatu hal
yang baru.139
Dalam jurnalisme investigasi, juga dikenal istilah Libel Check.
Libel check berarti melihat kembali data dan fakta yang telah
diperoleh, termasuk kembali membaca tulisan yang sudah dibuat. Hal
ini dilakukan untuk menghindari berita-berita fitnah.140
2. Penelusuran Fakta Material dan Saksi Kunci
a. Penelusuran Bukti-bukti yang Dilakukan Jurnalis Investigasi
dalam Film “State of Play”
138
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.103.
http://materijurnalistikums.blogspot.com/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB.
140
Rangkuman dan Analisis Buku “Reportase Investigasi, Menelisik Lorong Gelap” Penulis: Dadi
Sumaatmadja yang diunduh dalam
http://catatancalonwartawan.wordpress.com/2009/03/11/rangkuman-dan-analisis-buku%E2%80%9Creportase-investigasi-menelisik-lorong-gelap%E2%80%9D/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul
commit to user
21.36 WIB.
139
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Scene 31
Scene 72
(Terlihat Cal memeriksa catatan
panggilan pada telepon gengam milik
Deshaun Stagg)
Della : siapa ini? Sepertinya aku
kenal.
Woman : Dominic Foy. Dia temannya
Sonia
Scene 86
Scene 21
Della : Aku sedang mencari gambar
Sonia dalam rekaman kamera keamanan
Metro. 20 detik setelah memasuki area di
luar kamera, pria ini muncul. Kurasa aku
melihat dia semalam di RS.
Stephen Collin menunjukkan rekaman
video Sonia Baker kepada Cal. Sonia
mengucapkan :“Sayang, kudoakan
kau semoga sukses. Taklukkan
mereka dan aku tidak sabar menunggu
akhir pekan ini. Aku cinta padamu.
Sampai ketemu.”
Scene 41
Scene 80
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Terlihat Cal sedang memperhatikan
Terlihat Della sedang memberikan
foto-foto yang ditunjukkan oleh kekasih temuan-temuannya kepada Cal. Della
Deshaun Stagg)
menemukan sosok Rhonda Silver
dalam investigasinya.
Scene82
Terlihat Cal sedang meemriksa laman
website
Cal berusaha mendapatkan catatan panggilan pada telepon
genggam milik Deshaun Stagg, pria kulit hitam yang dibunuh pria tak
dikenal. Penjaga mayat (yang terlihat sudah akrab dengan Cal)
nampak agak gusar dan mencoba memperingatkannya bahwa mereka
berdua akan mendapatkan masalah jika diketahui sedang berbincang
dalam ruangan tersebut (scene 31).
Scene72 berisi tentang usaha jurnalis yaitu Cal dan Della
mencari data-data mengenai orang-orang yang mengenal sosok Sonia
Baker mulai dari pengacara, teman kuliah, hingga mencari nomor
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
telepon seseorang bernama Rhonda Silver melalui nomor jaminan
sosial.
Della menunjukkan temuan mengejutkan kepada Cal. Ketika ia
sedang melihat video rekaman kereta bawah tanah, ia melihat seorang
pria memasuki titik buta 20 detik setelah Sonia lebih dulu masuk ke
sana. Ia memperlihatkan wajah pria tersebut sambil mengatakan
bahwa ia melihatnya pada hari terjadinya pembunuhan Vernon Sando
sang penjual Pizza di rumah sakit. Kemudian Cal segera
memverivikasi informasi ini kepada orang dalam di PointCorp dengan
tujuan mencari tahu siapa sebenarnya orang di dalam foto yang
ditunjukkan Della (scene86).
Dalam scene 21, tampak Stephen menunjukkan video rekaman
Sonia Baker yang bersemangat dan tidak sabar menunggu akhir pekan
bersamanya. Video tersebut direkam pada pagi hari di hari kematian
sonia. Video tersebut menunjukkan bahwa sonia tidak memiliki
keinginan untuk bunuh diri karena tampak wajah keceriaan dan
semangat dalam raut wajah Sonia. Cal nampak memberikan sinyal
bahwa video tersebut dapat digunakan untuk merubah fakta tentang
kematian Sonia Baker yang dianggap bunuh diri. Cal mencoba
membangun fakta-fakta baru untuk menyangkal tuduhan berbagai
media bahwa Sonia Baker meninggal karena bunuh diri.
Seorang gadis nampak menyerahkan tas berisi foto-foto Sonia
Baker kepada Cal. Tas berisi foto-foto tersebut dijual oleh gadis
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut seharga 500 dolar kepada Cal. Sang gadis menjelaskan bahwa
ada seseorang yang sedang menguntit Sonia. Namun telepon genggam
Sonia
mati
ketika
ia
mencoba
menghubungi
Sonia
untuk
memperingatkannya. (scene 41).
Della memberikan informasi kepada Cal mengenai mantan
teman sekamar Sonia Baker Yaitu Rhonda Silver (scene80).
Penelusuran terhadap website yang berhubungan dengan
PointCorps. Scene ini terkesan terhubung dengan pencarian Cal
terhadap fakta-fakta lain dalam kasus pembunuhan Sonia karena
diletakkan di antara pencarian data-data mengenai orang-orang dekat
Sonia dan dengan tempo yang cepat (scene82).
Analisi Data
Scene-scene di atas menunjukkan bahwa kinerja jurnalisme
investigasi menelusuri fakta material yang ada. Dalam buku
Septiawan Santana mengenai jurnalisme investigasi, terdapat dua jenis
fakta yang harus dikejar dalam reportase investigasi yaitu material dan
saksi kunci. Fakta material berupa dokumen tertulis (kuitansi, laporan
keuangan, nota pribadi, catatan harian, memo dinas, dsb). Fakta
material sering dijadikan pintu untuk memasuki sebuah kasus.
Investigasi tidak bisa ditampilkan apa adanya, tanpa dilengkapi data
akurat dan bukti material yang otentik. Fakta tersebut ibaratnya
commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
senjata bagi jurnalis investigasi untuk menangkal setiap kemungkinan
pengaduan atau gugatan dari pihak terkait. 141
Dalam buku Laporan Investigasi Untuk Media cetak dan siaran
karya William C. Gaines, dokumen merupakan salah satu metode
jurnalis investigasi dalam mengumpulkan fakta. Di buku ini
disebutkan bahwa dokumen merupakan informasi tertulis dan apa saja
yang dicetak, dan lain-lain yang diandalkan untuk mencatat atau
membuktikan
sesuatu
(Webster’s
New
World
Dictionary).
Dokumentasi dapat ditemukan di tempat-tempat yang ganjil bukan
hanya dalam arsip resmi. Hal ini dapat memberikan ruang tambahan
bagi jurnalis investigasi dalam bekerja. Dokumen dapat memberikan
penolakan terhadap narasumber
yang mengungkapkan pernyataan
yang “berbalik” dan mencoba untuk berdusta.142
Dokumen ini penting karena di sanalah biasanya ketentuanketentuan yang mengikat bisa dijadikan barang bukti. Dokumen juga
bisa dipakai untuk mempertentangkan pernyataan-pernyataan nara
sumber yang berbohong. Di Indonesia banyak sekali pejabat atau
pemimpin perusahaan yang setengahnya "berbohong" dengan cara
menjawab pertanyaan wartawan secara diplomatis atau bahkan dengan
memutarbalikkan logika. Keberadaan dokumen tertulis dengan mudah
akan membantah semua kebohongan. 143 Seperti yang dilakukan Cal
141
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.109.
William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi
commit
to user
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998,
hal 18-19.
143
Opcit, hal.173.
142
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam film “State of Play”, ia menunjukkan sebuah foto mengenai
Bingham ketika ia mengajukan pertanyaan kepada Stephen Collin.
Hal ini dapat mengikis kebohongan yang dilakukan oleh narasumber
ketika investigasi sedang dilakukan.
Pada era teknologi internet seperti sekarang, kerja investigasi
jurnalistik menjadi lebih terbantu. Data-data dapat dikirim dengan
mudah via email melalui provide yang menyediakan alamat email
secara gratis. Investigasi juga dapat dilakukan melalui website dari
instansi pemerintah maupun swasta. Kerja seperti itu dapat
menghemat
waktu
daripada
harus
mendatangi
instansi
pemerintah/swasta satu per satu. 144
Goenawan Mohamad, wartawan senior Indonesia, menyatakan
bahwa ia melihat upaya reportase investigatif yang tengah bergerak
mengikuti naluri penciuman untuk membuka upaya pihak-pihak yang
menutup-tutupi suatu kejahatan. Mereka terus menelusuri pelbagai
dokumen, yang terkait dengan kejahatan tersebut, dan mencoba
mempelajarinya,
untuk
menemukan
adanya
tindak
kejahatan
dilakukan di balik sebuah peristiwa.145
Dalam jurnalisme investigasi, dokumen yang dimaksud tidak
harus berupa sesuatu yang tertulis namun juga gambar dan impuls
elektronik yang direkam dalam pita yang mengandung informasi juga
disebut sebagai dokumen. Definisi dokumen juga dapat diperluas
commit
to user
Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori
& Praktik,
ROSDA, Bandung, 2006, hal 293.
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal 136.
144
145
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mencakup informasi yang dipahat, ditulis, atau dicetak. Bahkan
sebuah bagan gigi mungkin dianggap sebagai dokumen meskipun
mungkin tidak berisi kata-kata sama sekali. Sebagai contoh adalah
bagan gigi yang digunakan sebagai bahan identifikasi mayat.146
Benda-benda yang dikumpulkan oleh polisi dari TKP adalah
bukti. Sedangkan daftar inventaris yang dicatat di lembaga kepolisian
merupakan sebuah dokumen. Sebagai contoh adalah gigi seorang
mayat korban pembunuhan. Gigi itu sendiri adalah bukti sedangakan
bagan gigi yang dibuat adalah dokumen.
147
Namun yang perlu
dijadikan catatan bahwa dokumen bukanlah ujung dari jejak suatu
kasus. Dokumen harus dipahami dan maknanya dikaitkan dengan
berita yang sedang diinvestigasi.
Dalam buku Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk
Media Massa karya Ashadi Siregar dipaparkan bahwa kecenderungan
menggunakan data atau dokumen untuk mendukung penulisan berita
semakin berkembang. Hal ini terjadi karena tidak setiap masalah dapat
dijelaskan secara baik kalau hanya lewat kata-kata. Ada masalah yang
perlu dijelaskan dengan suatu gambaran yang terukur.148
Ada sifat kerja intelektual, yang harus disiapkan oleh reporter
investigatif sebagai kunci pembuka kasus-kasus yang hendak
diungkapkannya.
Mereka
harus
146
memiliki
penalaran
untuk
Opcit, hal. 21.
Gaines, William C, Laporan Investigasi untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi
Kedutaan Besar Amerika Serikat, 1998, hal 21.
commit
to untuk
user Media Massa,kanisius, Yogyakarta, 1998,
148
Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis
Berita
hal 51.
147
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendapatkan catatan dokumentasi, dan kemampuan mengaksesnya
secara legal yang tidak semudah liputan reguler. Penelusuran
dokumen merupakan sarana untuk mengecek kebenaran dari apa yang
dikatakan narasumber terhadap sebuah peristiwa. Berbagai dokumen
itu kerap menjadi batu loncatan, dasar pijakan, bagi bangunan kisah
mengenai korupsi, penyelewengan tugas, konflik kepentingan, atau
salahmanajemen. Pada momen tertentu, keseluruhan kisah mungkin
telah
terbangun
melalui
hanya
lembaran
catatan
keuangan
(financialrecords). Akan tetapi pada umumnya, kerja investigatif baru
terlihat hasilnya setelah melewati prosedur dasar jurnalistik: berbicara
dengan banyak orang, mengajukan pertanyaan, mencari jawaban. 149
Dalam buku Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran
karya William C. Gaines, dokumen utama yang digunakan oleh
jurnalis investigasi adalah yang merupakan arsip publik namun tidak
semua dokumen yang dapat dipakai adalah bersifat publik saja.
Catatan pribadi juga dapat digunakan sebagai dokumen seperti tagihan
telepon, catatan medis, dan pengembalian pajak. Dulu, dokumen
disimpan
dalam
brankas
dan
dinumerisasi.
Namun
di
era
komputerisasi, penyelidik dapat mencarinya ke dalam komputer
dengan hanya mengetikkan nama seseorang atau dari kasus yang
pernah dialaminya.150
149
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.109.
commit
user
William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk
Mediato
Cetak
dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal 22.
150
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kegiatan Wawancara yang dilakukan Jurnalis Investigasi
dalam Film “State of Play”
Scene 43
Scene87
Cal : siapa yang mungkin menginginkan
Sonia mati?
Stephen : apa?
Cal : Apa ada sesuatu dalam sejarahnya,
yang belum kau katakan kepadaku?
Koneksi yang membuat Sonia terkena
masalah?
Stephen : Tidak. Tidak. Tidak. Tunggu,
saat ini aku berbicara dengan temanku
atau wartawan?
Cal : Aku harus menjadi keduanya. Kau
mengenal pria bernama Deshaun Stagg?
Stephen : Tidak. Dia seorang pemuda.
Kriminal kecil. Pecandu narkoba.
Tertembak dan terbunuh satu malam
sebelum Sonia mati.
Stephen : Cal, Sonia tak punya hubungan
apapun dengan narkoba.
Cal : Dengar Stephen, aku
memberitahumu hal-hal yang belum aku
biarakan dengan koranku. Kau harus
pikirkan ini. Siapa yang menginginkan
kematian Sonia?
Scene 90
Cal : Michael, aku perlu sesorang
untuk membantuku menggali lebih
dalam tentang PointCorp. Aku perlu
orang dalam. Seseorang yang tahu
cara mereka beroperasi (sembari
melihat-lihat website PointCorp)
Scene 117
commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cal : Jadi, apa pemahamanmu mengenai
tujuan PointCorp?
Mr.X : Tujuan mereka?
Mereka lakukan apapun
yang mereka inginkan.
Para tentara ini tak
menjawab siapa pun.
Mereka tidak setia pada
apa pun selain cek pembayaran.
Scene 127
Scene 57
Stephen
:
Aku
pertama
kali
diperkenalkan kepada Sonia Baker pada
bulan April 2007........ (Terlihat Cal
sedang melakukan wawancara dengan
Stephen dan Anne Collins)
Scene 68
Dominic : Ada seorang pria, yang aku
kenal dari klub. Dan dia bekerja untuk
firma humas yang sangat besar.
Cal : Nama?
Dominic : Dan dia.. Tidak, aku tak
akan memberikan namanya. Dia
temanku.
(Terlihat Cal, Della dan kedua
temannya
sedang
melakukan
wawancara
mendalam
terhadap
Dominic Foy)
(Terlihat Della mencari informasi
tentang saksi pembunuhan Deshaug
Stagg yang terlihat sudah sadar dari
koma. Vernon Shando dianggap saksi
kunci atas terbunuhnya Deshaun Stagg)
Scene 81
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cal : Bob, ini Cal. Kau bisa melakukan
Della: Ini Della Frye. Aku wartawan
pencarian nomor jaminan sosial?
The Globe. Kau pernah menjadi
pengacara Sonia Baker dalam kasus
mengutilnya?
Someone: Apa Dominic memberikan
nomorku kepadamu?
Scene 145
Cal : Siapa Robert Bingham?
Stephen : Apa ada polisi di luar?
Cal : Tidak.
Stephen : Aku menyelamatkan nyawa
Robert Bingham di Kuwait, 1991. Saat
itu dia berusia 17 tahun. Dia prajurit
yang baik. Dia bangga dengan
pekerjaan kami. Angkatan darat adalah
hidupnya.dan dia memiliki masalah sat
dia dilepaskan.
Cal menemukan adanya nomor Sonia Baker pada telepon
genggam Deshaun kemudian ia mencoba menyimpulkan adanya fakta
commit
user Cal mengkonfirmasikan fakta
hubungan Sonia dalam
duniatonarkoba.
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini kepada Stephen. Ia menanyakan apakah ada pihak yang
menginginkan kematian Sonia. Ia juga menanyakan perihal hubungan
Sonia dengan Deshaun yang terbunuh satu malam sebelum Sonia
tewas (scene43).
Scene87 berisi tentang usaha jurnalis yaitu Cal dan Della
mencari data-data mengenai orang-orang yang mengenal sosok Sonia
Baker mulai dari pengacara, teman kuliah, hingga mencari nomor
telepon seseorang bernama Rhonda Silver melalui nomor jaminan
sosial.
Cal menemui orang dalam PointCorp yang tidak ingin
disebutkan identitasnya. Cal menemuinya untuk mendapatkan
informasi mengenai perusahaan tersebut. Cal nampak menyerahkan
foto orang yang dicurigai membunuh Vernon Sando dan Sonia Baker.
Pria tersebut menjelaskan kepada Cal bahwa para prajurit di
PointCorp hanya setia pada uang dan mengatakan bahwa Stephen
Callin akan terus dirusak reputasinya oleh PointCorp karena ia sedang
mengancam keuntungan perusahaan tersebut sebesar 30 atau 40 miliar
dolar per tahun. Pria tersebut menjelaskan keuntungan utama dari
PointCorp adalah dalam operasi dalam negeri mereka. Mereka dikirim
untuk mengendalikan massa setelah badai katarina, merekalah
kontraktor militer swasta yang diizinkan menembak warga Amerika,
melatih teknik interogasi baru kepolisian Chicago, dan tak lama lagi
mereka akan mengambil alih N.S.A dalam hal menyadap telepon,
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pusat data teroris, dan segalanya. Ia menambahkan bahwa ini adalah
restrukturisasi dasar kebijakan intelejen dalam negeri yang berarti
privatisasi keamanan dalam negeri (scene90)
Adegan ini berisi tentang wawancara Della dan Cal, dengan
Dominic Foy yang berlangsung di dalam sebuah kamar sebuah hotel.
Setelah ditekan oleh Cal, akhirnya Dominic bersedia untuk berbicara.
Ia mengakui bahwa dirinya yang memilih sonia untuk bekerja pada
PointCorp. Sonia dibayar 20 ribu dolar setiap bulan. Ia mengaku
bahwa Sonia bercerita kepadanya mengenai Collin yang ia matamatai. Menurutnya, Sonia terlibat kisah asmara dengan Stephen Callin
dan itulah yang menghancurkan rencana PointCorp untuk mematamati Stephen. Dalam scene ini juga dikesankan bahwa Cal ingin
mengetahui seluruh fakta, terutama yang tidak ia ketahui dari
Dominic. Dominic ketakutan ketika Cal menyuruhnya untuk
menyebutkan siapa orang yang merekomendasikan Sonia untuk
bekerja bersama Stephen. (scene117)
Stephen mendatangi kantor berita Washington globe untuk
memberikan
pernyataan.
Stephen
mengaku
bahwa
Sonia
direkomendasikan oleh anggota kongres yaitu George Fergus. Dan ia
mengaku bahwa Sonia ditempatkan di kantor Stephen sebagai matamata dan mengakui adanya korupsi di antara anggota partainya.
Stephen mambuka kejahatan yang telah dilakukan oleh PointCorp.
Kemudian ia menyatakan bahwa pointcorp membunuh Sonia Baker
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena
Sonia
dianggap
memiliki
semua
informasi
tentang
penyelidikan terhadap PointCorp. Yang menarik dari scene ini adalah
ketika Anne keluar ruangan, ia mengatakan kepada Cal bahwa Sonia
tidur dengan Stephen untuk 26 ribu dolar per bulannya. (scene127)
Della berusaha menemui Vernon Shando untuk mencari
informasi karena Shando dianggap sebagai saksi kunci dalam kasus
pembunuhan (scene 57)
Dalam scene 68, Della melakukan wawancara melalui telephon
kepada orang-orang yang dulu pernah berhubungan dengan Sonia.
Cal berusaha mencari nomor telephon Shonda Silver melalui
nomor jaminan sosial. Scene 81 berisi tentang penelusuran Cal
terhadap saksi kunci dalam kasus pembunuhan Sonia Baker.
Scene 145 merupakan upaya Cal dalam memperoleh informasi
mengenai
Robert
Bingham.
Cal
mendatangi
Stephen
dan
menanyakannya langsung.
Analisis Data
Merujuk pada scene-scene di atas, maka nampak jelas bahwa
jurnalisme investigasi melakukan kegiatan penelusuran saksi kunci
melalui wawancara. Saksi kunci adalah fakta berupa kesaksian dari
sumber berita. Saksi kunci menempati posisi terpenting dalam
reportase investigasi. Saksi kunci yang gampang digelitik umumnya
commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mereka yang kebetulan menjadi korban dari konspirasi dan relatif
bersih dari pusaran konflik dan intrik. 151
Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary dinyatakan
: Interview is a meeting between two people to discuss important
matters. Atau pertemuan antara dua orang untuk mendiskusikan
hal-hal yang penting.152
Jadi wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan
bahan berita (data atau fakta). Pelaksanaanya bisa dilakukan secara
tatap muka ataupun secara tidak langsung seperti melalui telepon,
internet, ataupun surat (termasuk juga surat elektronik).153 Wawancara
juga merupakan salah satu cara menggali informasi lewat percakapan
antara wartawan dengan seseorang yang menjadi sumber berita.154
Dalam buku Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran
karya William C. Gaines dinyatakan bahwa wawancara investigasi,
entah orang yang diwawancarai dianggap sebagai target atau tidak,
biasanya dilakukan dalam cara yang tidak resmi ketimbang seperti
interogasi
yang
kasar
dan
bermusuhan.
Wartawan
berusaha
memperoleh fakta dan pandangan orang yang diwawancara dengan
menjadi pendengar yang baik serta mengajukan pertanyaan yang
tepat. Dalam jurnalisme investigasi, wawancara dapat dilakukan
dengan teknik yang bermacam-macam. Jurnalis investigasi dapat
melakukan wawancara secara pribadi. Dengan cara ini, keuntungan
151
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.110.
Jani Yosef, To Be A Journalist, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal.34.
to user
153
Asep Syamsul M. Romli S.IP, Jurnalistik commit
Praktis Untuk
Pemula, ROSDA, Bandung, 1999, hal.35.
154
Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, SPIKOM, Solo, 1999, hal.43.
152
105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang diperoleh jurnalis adalah bisa mengetahui mimik muka dan raut
wajah yakin maupun kebohongan dari narasumber. Namun jika izin
wawancara tidak diberikan, jurnalis dapat menyusun strategi berupa
pembentukan tim dalam pengumpulan fakta. Jurnalisme investigasi
lekat dengan strategi dalam mengungkap fakta yang tersembunyi.155
Wawancara memegang peranan penting dalam mengungkap
fakta karena melalui wawancara didapat keterangan yang diperlukan
wartawan. Menurut Roy Paul Nelson, wawancara dinilai sebagai salah
satu bagian dari kerja riset jurnalistik (pencarian data dan keterangan)
yang menuntut kerja keras. Bagi dunia jurnalisme investigatif, setiap
melakukan wawancara, wartawan investigatif memerlukan pendekatan
dan penanganan yang berbeda pada tiap kasusnya. Setiap individu,
yang diwawancara memiliki segi-segi personal, kepribadian, dan
kejiwaan, yang khas manusiawi. Sementara, wartawan investigatif
dibebani dengan pengejaran tugas untuk mengungkap dan menggali
segala keterangan, yang kerap, masih diliputi kegelapan. Dari tiap
sumber
berita,
iajuga
harus
memperhitungkan
kemungkinan
manipulasi keterangan yang disengaja, ataupun bisa juga tidak
disengaja - dikarenakan oleh sebab human error. 156
Mula-mula seorang wartawan investigator adalah wartawan
yang tidak menerima mentah-mentah pernyataan sumber-sumber
resmi. Ia melakukan pekerjaan riset yang dalam, tekun merekonstruksi
155
William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi
commit
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998,
hal.20. to user
156
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.254.
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu kejahatan dan tidak kenal lelah untuk mengejar sumber-sumber
yang penting. Sumber-sumber mereka sangat banyak sehingga
dokumen-dokumennya
bertumpuk. Jelas bahwa sebuah
karya
investigasi tidak bisa dibuat hanya dengan mengandalkan sebuah
laporan pemeriksaan polisi atau keterangan pers sebuah lembaga
swadaya masyarakat.157
Studi yang dilakukan oleh American Society of Newspaper
Editors
(ASNE)
antara
tahun
1985-1998,
bahwa
pembaca
menginginkan semua sumber disebut namanya dan bila tidak bisa
harus disebutkan alasannya. Publik menginginkan wartawan dan
jurnalisme kembali ke dasar dari bercerita tentang orang-orang dan
peristiwa dalam komunitas mereka, dan menyajikan cerita dengan adil
dan imbang dengan sumber-sumber yang teridentifikasi.158
Ada berbagai jenis Wawancara yaitu:
a. WawancaraTelepon
Hubungan telepon dinilai dapat memangkas waktu dan
memungkinkan mengajukan pertanyaan lebih lugas daripada
pertemuan tatap muka. Wartawan dimungkinkan untuk mencatat
atau merekam komentar tanpa mengganggu pembicaraan. Namun
feedback non-verbal tidak dapat diamati wartawan.
b. Wawancara Langsung
commit to user
Ibid,hal.146.
Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Kompas, Jakarta, 2005, hal.26.
157
158
107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Melalui pertemmuan langsung, wartawan dapat lebih banyak
memiliki waktu dan kemungkinan mendapat ranah-ranah baru
pemberitaan.
c. Konferensi Pers
Konferensi pers sering diartikan sebagai suatu peristiwa yang
direncanakan oleh para pejabat atau pengusaha untuk kepentingan
dan keinginan sendiri. Suasana konferensi pers membuat wartawan
sulit mendapat, atau mengejar informasi yang berharga.159
Wawancara investigatif memang membutuhkan teknik tersendiri
karena berbagai macam kemungkinan dapat terjadi dalam sebuah
wawancara. Melalui sebuah pertanyaan yang salah, di dalam sebuah
wawancara investigatif, Alex Dobish dari Journal di Milwaukee,
Amerika, mendapatkan sebuah keberuntungan. Ketika itu, ia tengah
memojokkan seorang pegawai pemerintah daerah, agar mengakui
keterlibatannya di dalam suatu kasus manipulasi tanah. Dengan
kegeraman, dan ledakan intonasi retorik, Dobish menyatakan bahwa
pembeli tanah itu lalah Root River Land Corporation. Pengaruh
suasana
wawancara,
dengan
ajuan
pertanyaan
yang
terus
menghimpitnya, membuat pegawai pemerintahan daerah itu terlonjak,
terpancing. Dan menegaskan bahwa proses jual-beli tanah yang
dilakoninya tidak melibatkan sebuah korporasi (corporation) akan
commit to user
159
http://materijurnalistikums.blogspot.com/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB.
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tetapi sebuah perusahaan (Company). Usai menjelaskan hal itu, tibatiba ia sadar bahwa ia sudah terjebak.160
Dalam
melakukan
wawancara,
terdapat
beberapa
jenis
keterangan narasumber yang harus disepakati, sebelum bahan
wawancara ditulis:
a. On the record
Semua pernyataan boleh dikutip dengan menyertakan nama
serta gelar orang yang membuat pernyataan tersebut.
b. On Background
Semua peryataan boleh dikutip tapi tanpa menyertakan nama
dan gelar orang yang memberi peryataan tersebut.
c. On Deep Background
Apapun yang dikatakan boleh digunakan tapi tidak dalam
bentuk kutipan langsung dan tidak untuk sembarang jenis
penyebutan.
d. Off the record
Informasi yang diberikan tidak boleh disebarluaskan. Dan
juga tidak boleh dialihkan kepada narasumber lain dengan harapan
bahwa informasi itu kemudian boleh dikutip.161
Sering permasalahan muncul dari soal pencarian narasumber
yang menjadi kunci pembuka keterangan. Jack Tobin memaparkan
pengalamannya
mencari
seorang
Jane
Smith,
yang
commit
toObor
userIndonesia, Jakarta, 2004, hal.268.
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi,
Yayasan
Ibid,hal.262-263.
160
161
109
menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
narasumber liputan investigasinya, selama hampir tiga bulan, di kota
Los Angeles yang berjumlah sepuluh juta lebih penduduknya. Kisah
liputannya mencantumkan nama Jane Smith untuk jarak waktu
sebelum Perang Dunia ke-2, yakni pada tahun 1940. Melalui riset
kepustakaan di berbagai catatan kependudukan, Tobin berhasil
menemukan buruannya. Semua itu didapat melalui upaya repoltase
investigatif yang terfokus kepada segala keterangan yang terkait
dengan
rincian
kehidupan
individu
yang
hendak
dijadikan
narasumber. Untuk itu, dalam perkembangan masyarakat seperti
Amerika, berbagai sumber dan media informasi dapat dipergunakan,
seperti: newspaper libraries, buku-buku telepon, city directories, para
tetangga, registrasi pemilikan SIM, para peserta pemilu, catatan
kelahiran, sampai ke catatan-catatan yang bersifat komersial (Uniform
Commercial Code fillings), catatan keputusan pengadilan (pailitnya
perusahaan, pajak, perceraian, dsb), dan catatan tesis dan disertasi
univestitas. 162
Dalam menghadapi narasumber yang terkesan menghindar,
menutup-nutupi, ataupun menolak diwawancarai maka wartawan bisa
saja menuliskan kejadian tersebut dalam beritanya. Bahwa narasumber
menolak untuk diwawancarai atau terkesan menghindar ketika diminta
informasi. Jika itu yang terjadi maka pembaca akan menarik
commit to user
162
Ibid,hal.111.
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesimpulan
sendiri
mengapa
narasumber
menolak
untuk
diwawancarai.163
Wartawan investigatif jarang meliput mengenai agenda hidup
sehari-hari seseorang. Mereka seakan lebih mencari sesuatu
keburukan di dalam liputannya. Mereka datangi sebuah pertemuan
para pejabat bukan untuk sekadar mewawancarai biografi satu per
satunya, akan tetapi karena adanya seseorang yang dinilai memiliki
otoritas sebagai pembuataturan, dan mempertanyakannya. Mereka
meliput pertemuan dewankota, contohnya, jika di sana terdapat latar
belakang yang berhubungandengan sebuah proyek besar. Jika pun
mereka membuatnya menjadi laporan, hal itu berkaitan dengan tugas
liputannya. Bahan liputannya akan dijadikan dokumentasi bagi liputan
selanjutnya.164
Beberapa
prinsip
peliputan
mengindikasikan
kegiatan
penggalian informasi. Pekerjaan wartawan ialah mengumpulkan
informasi untuk membantu masyarakat memahami pelbagai kejadian
yang mempengaruhi kehidupan mereka. Penggalian itu membawa
para reporter untuk melakukan tiga kegiatan, di dalam reportase.
Pertama, Surfacefacts, yakni, penelusuran fakta-fakta dari sumberorisinal, seperti pelbagai rilis berita, catatan-catatan tangan, dan
pelbagai omongan (speeches); Kedua, Reportorial enterprise yang
meliputi kerja memverifikasi, menyelidiki, meliput kejadian-kejadian
commit
to user
Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori
& Praktik,
ROSDA, Bandung, 2006, hal.203.
Ibid,hal.145.
163
164
111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendadak
(spontaneous),
Interpretation
mengamati
andanalysis,
yakni,
latar
coba
belakang;
mengukur
Ketiga,
akumulasi
informasi berdasar tingkat signifikasinya, dampaknya, penyebabnya,
konsekuensinya. 165
"Saya harus memaksa diri saya untuk mengajukan berbagai
pertanyaan tajam," ujar wartawan investigatif Bruce Lockin. Gaya
ajuan pertanyaannya menjelaskan ciri, sekaligus teknik, di dalam
mengajukan pertanyaan secara tidak tampak, tidak memperlakukan
pertanyaan sebagai layaknya sebuah pertanyaan. Jenis pertanyaan ini
merupakan upaya mengajukan pertanyaan untuk sebuah informasi
yang sudah diketahui. Subjek investigatif dipojokkan pada posisi
seseorang yang harus menjelaskan, tidak diberi pilihan untuk
menyangkal. Bila pun maksud dari pertanyaan yang diajukan adalah
untuk kepentingan konfirmasi, jenis pertanyaan ini langsung
menggoyahkan subyek investigasi. Disini, wartawan investigatif tidak
bertanya
dengan
pertanyaan
apa
namun
lebih
menanyakan
mengapa.166
Bahkan ketika jurnalis mencoba mengorek informasi kepada
tipe masyarakat yang kurang ekspresif dalam mengemukakan
pendapat dan aspirasinya, maka jurnalis perlu melakukan pertanyaan-
165
Ibid,hal.140-141.
Ibid,hal.268.
commit to user
166
112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertanyaan yang memutar sehingga terwawancara tidak perlu harus
merumuskan pendapatnya.167
Kerja wartawan investigasi kerap harus mencari informasi
kepada orang-orang yang memgang peranan penting dalam suatu
kasus atau sering disebut dengan Finding the people. Finding the
people adalah kunci setelah sebuah kisah investigatif ditemukan
wartawan. Reportase investigatif membutuhkan pertolongan orangorang yang relevan, yang terkait dengan kisah yang hendak
disampaikan. Dari pelbagai narasumber yang mau diajak wawancara,
wartawan investigatif kerap menemukan rekomendasi penting bagi
pelacakan selanjutnya. Para informan menjadi petunjuk rangkaian
kisah yang hendak dikembangkan. Walaupun kerap harus dihadapi
risiko untuk tak berkehendak disebutkan jati dirinya. Hal ini
merupakan hal yang harus diminimalisir di dalam pelaporan
jurnalistik. Karena itu, "janganlah dikutip pernyataan orang yang tidak
diketahui keberadaannya," saran Spark. Namun, bila semuanya telah
absah dan memungkinkan, kutipan para informan amat diperlukan.168
Dalam buku Laporan Investigasi untuk Media Cetak dan Siaran
karya William C. Gaines memaparkan kegiatan wawancara yang
dilakukan Glays Tyding. Ia melakukan wawancara dengan sumbernya
beberapa kali. Sumber pertamanya tidak mengatakan segala hal yang
diketahuinya. Bahkan dalam sejumlah situasi, wartawan investigasi
167
Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa, kanisius, Yogyakarta, 1998,
commit to user
hal.48.
168
Ibid,hal.110-111.
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak pernah tahu identitas si pemberi petunjuk dan hanya
mengenalnya dari suara di telepon. Mungkin sumber pertama ini
memiliki faktor politis dengan memberikan informasi kepada jurnalis.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa motif sebuah sumber bukanlah
faktor yang harus diperhatikan bila sedang mempertimbangkan
apakah sebuah berita berdasarkan petunjuk harus dimuat atau tidak.
Jika ini mengenai isu penting maka berita itu tidak memerlukan halhal yang lain lagi atau dengan kata lain layak untuk diinvestigasi dan
kemudian dimuat.169 Namun ada pula kerja investigasi yang berhasil
mengungkapkan masalah-masalah besar melalui berita yang sudah
direncanakan sebelumnya. Dalam artian, berita investigasi yang
dihasilkan tidak berasal dari petunjuk atau tindak lanjut atas sebuah
berita yang menghebohkan akan tetapi lebih tertata dalam
perencanaanya.170
Ada sifat kerja intelektual, yang harus disiapkan oleh reporter
investigatif sebagai kunci pembuka kasus-kasus yang hendak
diungkapkannya.
Mereka
harus
memiliki
penalaran
untuk
mendapatkan catatan dokumentasi, dan kemampuan mengaksesnya
secara legal yang tidak semudah liputan reguler. Penelusuran
dokumen merupakan sarana untuk mengecek kebenaran dari apa yang
dikatakan narasumber terhadap sebuah peristiwa. Berbagai dokumen
itu kerap menjadi batu loncatan, dasar pijakan, bagi bangunan kisah
169
William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi
commit
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998,
hal.34. to user
170
Ibid, hal.53.
114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengenai korupsi, penyelewengan tugas, konflik kepentingan, atau
salahmanajemen. Pada momen tertentu, keseluruhan kisah mungkin
telah
terbangun
melalui
hanya
lembaran
catatan
keuangan
(financialrecords). Namun, pada umurnnya, kerja investigatif baru
terlihat hasilnya setelah melewati prosedur dasar jurnalistik: berbieara
dengan banyak orang, mengajukan pertanyaan, mencari jawaban. 171
Investigating Individuals adalah istilah lain dari people trails,
yaitu menyangkut kegiatan pencarian dan wawancara dengan para
narasumber. Hal ini terkait dengan kegiatan mendapatkan keterangan
dan para narasumber yang berwenang, kredibel, dan legimet, untuk
memperkuat pembuktian dari fakta yang hendak dilaporkan. Bukan
hanya mencatat pandangan dari para pakar/ahli, wartawan investigatif
juga harus mampu menembus narasumber yang terkait dengan
permasalahan yang hendak diungkap, seperti para mantan pejabat,
eksekutif, dan pekerja lainnya, bahkan orang-orang luar yang
mengetahui jelujuran persoalannya. Dapat melakukan wawancara
dengan mereka, merupakan langkah penting lain yang mesti dilakukan
wartawan investigatif. Banyak dari mereka yang harus diberi
kepercayaan dahulu sebelurn mau untuk diajak wawancara. Meraih
kepercayaan ini bukan pekerjaan mudah. Untuk itulah, teknik
interviewpun menjadi sarana lanjutan dari wartawan investigatif.
commit to user
171
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.109.
115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mereka harus menguasai pelbagai teknik mendapatkan keteranganketerangan penting dan orang-orang yang diajak wawancara.172
Wartawan perlu mengetahui cara bertanya yang tepat, agar
orang lain mau memberikan keterangan yang diperlukan. Sebelum
sampai ke tindakan mengajukan pertanyaan, seorang wartawan perlu
mengetahui untuk hal-hal apa ia perlu melakukan cara ini.173
Para wartawan investigatif dan redakturnya mesti siap untuk
mengantisipasi perkembangan kisah, dan sigap mencatat hal-hal
penting yang mesti ditelusuri. Penggalian investigatifnya bukan saja
tertuju pada perolehan fakta-fakta, atau sampai kepada kebenaran
yang hendak diungkap, namun tertuju pula untuk mengurangi
terjadinya kesalahan agar rangkaian reporter-sumber berita-khalayak
tidak terjebak dengan menelusuri persoalan dengan kerangka berpikir
yang salah. Pelbagai asumsi wartawan investigatif harus tetap dijaga
melalui pelbagai pengecekan, terkait dengan upaya mengamati
komentar atau kutipan kunci persoalan dan sumber berita yang benar.
174
Dunia jurnalisme membutuhkan kejelian dalam memilah dan
memilih fakta yang akan ditampilkan. Dalam reportase, terdapat lima
pegangan
yaitu
prinsip-prinsip
intelektual
yaitu
(1)
jangan
menambahkan sesuatu yang tidak ada (2) jangan menipu pembaca, (3)
172
Ibid,hal.110.
Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa,kanisius, Yogyakarta, 1998,
commit to user
hal 46.
174
Opcit,hal.134.
173
116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
transparan sebisa mungkin tentang metode dan motif dalam peliputan,
(4) percaya pada keaslian reportase sendiri, dan (5) rendah hati.175
Wartawan
investigatif
harus
memahami
benar
proses
mendapatkan kemudahan berbagai data di berbagai tempat. Mereka
harus bisa membuat jalinan hubungan yangbersahabat dengan orangorang yang bekerja, dan mengetahui betul berbagai catatan yang
hendak dicari di tempat-tempat yang menjadi area investigasi. Orangorang tersebut tidak harus kepala departemen, akan tetapai cukup
orang-orang yang menguasai betul bagaimana tempat tersebut
bekerja.176
Bahkan jenis wawancara investigasi yang lebih jauh lagi
ketajamannya, menggunakan teknik manipulasi sikap seolah-olah
mengetahui fakta yang terjadi. Partanyaan ditujukan melalui gaya
reporter yang telah mendapatkan keterangan – keterangan penting
sehingga
dalam
menolak
keterlibatannya,
narasumber
akan
menjelaskan berbagai hal yang sebenarnya terjadi. Seperti teknik yang
digunakan oleh Brit Hume, dalam Inside Story (Doubleday, 1974)
yaitu menuduh tokoh kunci melakukan sesuatu, walau telah diketahui
bahwa ia tidak mungkin terlibat. Keberhasilan dari teknik ini adalah
ketika mereka menyatakan ketidaksetujuan dan menyatakan telah
terjadi suatu kesalahan karena mereka sebenarnya hanya berada di
posisi keterlibatan tertentu. Bahkan mereka cenderung akan
to user
Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalismecommit
Dasar, Kompas,
2005, Jakarta, hal.25.
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal.112.
175
176
117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengungkap fakta sebenarnya karena tidak mau menerima tuduhan
yang lebih berat lagi.177
Dalam penjelasan Peter Benyaminson, dari Detroit Free Press,
yang dikutip Rivers dan Mathews di dalam buku Septiawan Santana,
memaparkan bahwa sangat sering terjadi bahwa seorang penyelidik
yang tekun mampu mengungkap segala sesuatunya kecuali kaitan
akhir dari serangkaian tindakan kriminal. Dalam keadaan seperti itu,
memutuskan untuk bertemu dengan tokoh utama dan menuduhkan
semua tindakan kriminal sambil membiarkan dulu kenyataan belum
terungkapnya bukti yang sebebutlnya menjadi kunci pemecahan,
seringkali membuahkan hasil. Karena tokoh utama mengira wartawan
sudah memiliki semua bukti sehingga ia lebih memilih mengakui
perbuatannya.178
Hasil dari wawancara harus dikonstruksi kembali oleh jurnalis
ke dalam suatu peristiwa dengan kritis agar fakta yang digunakan
untuk membangun rekonstruksi berhasil menampilkan gambaran yang
mendekati realitas sebenarnya dan obyektif. Hal ini penting karena
sering terwawancara (orang yang diwawancarai) memandang sesuatu
dengan subyektif dan mementingkan kepentingan golongan tertentu
atau memiliki keberpihakan terhadap salah satu pihak.179
3. Tekanan terhadap jurnalisme investigasi
177
Ibid,hal.269.
Ibid,hal.270.
commit
to untuk
user Media Massa,kanisius, Yogyakarta, 1998,
179
Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis
Berita
hal.58.
178
118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tekanan-tekanan tersebut meliputi :
a. Kekerasan Fisik Terhadap Jurnalis
Wacana ketiga adalah “kekerasan terhadap jurnalis”. Kesan
ini muncul karena adanya beberapa adegan kekerasan yang
dilakukan terhadap kerja jurnalis dalam film “State of Play”. Dalam
berbagai upaya pengungkapan fakta, sang jurnalis menghadapai
rintangan. Salah satu rintangan tersebut adalah kekerasan secara
fisik dan mental. Cal, seorang wartawan media cetak Washington
Globe dalam film State of Play mengalami percobaan pembunuhan.
Terdapat adegan yang menampilkan bahwa ada pihak yang tidak
senang jika kasus yang menimpanya terbongkar. Pihak tersebut
mencoba membunuh sang jurnalis dengan melakukan pengejaran
dan melepaskan tembakan kepada sang jurnalis. Berikut ini adalah
scene-scene yang menunjukkan kekerasan yang dialami sang
jurnalis.
Scene 104
Scene 147
(Penembakan
yang
dilakukan (Cal diancam dibunuh oleh Robert
Robert Bingham terhadap Cal)
Bingham
namun
usaha
pembunuhan
tersebut
dapat
digagalkan oleh polisi)
commit to user
119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cal, sang jurnalis mengalami percobaan pembunuhan kepada
dirinya dengan ditembak sebanyak 2 kali sesaat setelah mendatangi
narasumber dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi. Cal
harus sembunyi diantara mobil-mobil yang diparkir di sebuah
garasi untuk menghindari aksi percobaan pembunuhan kepada
dirinya. Bahkan ia sempat terjatuh dari mobil karena ia berusaha
untuk menggelayuti mobil agar terbebas dari tembakan. Ia selamat
setelah mobil yang ia gelayuti menabrak mobil polisi sehingga
pelaku melarikan diri karena takut tertangkap polisi ( scene 104).
Cal,
sang
jurnalis
kembali
mengalami
percobaan
pembunuhan terkait dengan berbagai fakta yang ia ungkap. Namun
upaya pembunuhan ini dapat digagalkan karena pelaku terlebih
dahulu ditembak oleh polisi yang tiba di lokasi (scene147).
Dari scene-scene di atas tampak bahwa kinerja jurnalis dalam
peliputan investigasi sangat rentan terhadap keekrasan. Hal ini
dikarenakan investigasi adalah kegiatan jurnalisme yang mencoba
untuk mengungkap sebuah kasus atau kejahatan yang tertutup
rapat. Seorang jurnalis harus mampu menghadapi berbagai tekanan
untuk dapat mencapai independensi dalam investigasi. Ketika suatu
peristiwa terjadi, ia harus mampu mencari informasi yang sebenarbenarnya. Informasi yang tertutupi dan yang sengaja ditutupi harus
ia gali.
Joseph Pulitzer, menurut Mitchell V.Charnley,
useryang signifikan yang mendasari
menyatakan commit
ada duato hal
120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
reportase investigatif: bahwa jurnalisme harus membawa
muatan pelayanan “pencerahan” (enlightened) publik dan
seringkali juga kegiatan fighting reporting (reportase
perlawanan). Kerja peliputan jurnalistik macam ini
dimotivasi oleh “semangat, ketrampilan, keberanian, dan
imajinasi”. Kerja peliputannya tidak puas dengan
“kemendalaman penggalian” dan agresivitas serta kerap
“berbahaya/berisiko tinggi” terhadap fakta-fakta yang
tersembunyi.180
Ini menjelaskan bahwa kinerja jurnalis dalam investigasi
dekat dengan bahaya. Hal ini dikarenakan sang jurnalis harus
menggali informasi dengan dalam terhadap suatu kasus yang
sengaja disembunyikan. Seperti layaknya sebuah perlawanan,
jurnalisme investigasi tidak berhenti berjuang untuk mendapatkan
kebenaran walau harus menghadapi berbagai tekanan.
Di Indonesia, kasus Udin BERNAS adalah salah satu dari
beberapa kasus tentang kekerasan jurnalis yang tidak mudah
dilupakan. Fuad Muhammad Syafruddin atau yang kerap disapa
Udin, wartawan Harian BERNAS, meninggal dunia karena
penganiayaan yang menyebabkan pendarahan berat di kepala dan
kerusakan otak. Dia diduga dibunuh setelah Tulisan-tulisan Udin
mengenai kebijakan pemerintah orde baru dan militer. 181 Kegiatan
jurnalisme investigasi adalah tentang memasuki ruangan berbahaya
yang sudah terdapat papan peringatan “dilarang masuk” pada
bagian depannya.
180
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 53-54.
commit to user
http://www.komnasham.go.id/component/content/article/1-latest-news/850-komnas-ham-akan-buka-kasuswartawan-bernas-udin diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB.
181
121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Reportase investigasi merupakan kerja jurnalistik yang
berisiko. Pihak-pihak yang namanya tersangkut dalam investigasi
sering melakukan perbuatan tidak terpuji terhadap wartawan.
Misalnya
dengan
cara
menyerang
nama
baik
wartawan,
pemboikotan secara ekonomis terhadap wartawan, dan mengancam
hingga melakukan penganiayaan.182
b. Tekanan dari media
Subtema kedua dalam wacana “jurnalisme investigasi” dalam
film State of Play adalah tekanan dari media. Berikut adalah scenescene yang mengesankan adanya tekanan dari media untuk
menampilkan gosip / sesuatu yang belum tentu benar :
Scene 107a
Scene 107e
Cam : Ya, mengapa kita tidak
Kita punya manajemen baru
bisa mempublikasikan itu?
untuk menjawab itu, Cal. Mereka
Seorang pelayan datang dengan
tertarik dengan penjualan, bukan
mengungkapkan skandal seks.
dengan kebijaksanaan.
Hebat, itu sungguh berita penting.
Lalu dia menolaknya.
Ada berita yang lain lagi.
Lalu salah satunya berkoar, dan
ada cerita lain lagi.
Sementara orang sedang membaca
commit to user
182
Budyatna M.A, Muhammad, Jurnalistik Teori & Praktik, ROSDA, Bandung, 2006, hal.266.
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
soal itu dan mereka dapatkan itu
dari kita
sebab kita yang pertama
memilikinya! Tapi kita tidak
melakukannya, bukan? Tidak,
karena ada orang bodoh
memutuskan untuk tak
meliputnya.
Cameroon (sang editor) nampak menekan Cal untuk
menampilkan fakta yang belum utuh. Fakta tersebut dinilai akan
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan media ( scene107a).
Cameroon nampak menjelaskan bahwa manajemen baru di
perusahaan. Perusahaan lebih tertarik dengan penjualan bukan
mengenai kebijaksanaan (scene107e).
Dari scene-scene di atas nampak bahwa kesan adanya
tekanan dari media. Sang editor yang merupakan representasi dari
pihak media menekan supaya jurnalis memuat berita mengenai
sesuatu yang belum tentu benar atau mengandung kebohongan
namun bisa mendatangkan profit atau keuntungan. Dalam scene
tersebut juga terdapat kesan bahwa editor menekan jurnalis untuk
segera menampilkan informasi yang didapat meskipun fakta
sebenarnya belum terungkap. Hal semacam inilah yang sering
menjadikan fakta sering kabur ataupun tenggelam.
Dalam scene ini direpresentasikan bagaimana seorang
wartawan diperhadapkan pada kepentingan institusi media yaitu
editor. Editor menghadapkan jurnalis pada persoalan oplah atau
commit to user
123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penjualan, iklan, saham, relasi pemilik modal dsb. Padahal tugas
redaktur adalah mengemban tanggung jawab akan isi dari halaman
surat kabar dengan menerima bahan mentah, baik dari kantor
berita, wartawan, koresponden, atau bahkan pers release dari
lembaga, organisasi, instansi pemerintah atau perusahaan swasta.
Bahan tersebut kemudia diseleksi untuk dipilih mana yang layak
untuk dimuat dengan segera(hari itu juga) dan mana yang bisa
ditunda pemuatannya.
183
Masalah-masalah tersebut membuat
banyak wartawan akan sulit bergerak memperjuangkan kebenaran
sebuah berita. Peran pemimpin redaksi yang tegas akan sebuah
irama “kebenaran” tentunya dibutuhkan. Kompetensi pemimpin
redaksi sebuah media juga membutuhkan perhatian khusus dari
institusi media.184
Scene di atas jelas mengganggu kinerja seorang jurnalis
dalam menampilkan berita yang objektif. Seorang editor hendaknya
tidak masuk dalam dunia bisnis atau keuntungan. Karena di dalam
dunia jurnalis, bidang “keuntungan” harus terpisah dengan bidang
“kebenaran dan fakta” agar fakta dapat dibangun dengan sebenarbenarnya tanpa ada tekanan.
Kesehatan keuangan perusahaan pers juga tidak boleh
terabaikan karena menurut Claude Sitton, direktur editorial dan
wakil presiden Observer Publishing Company, bahwa surat kabar
commit
toBandung,
user 2000, hal.21.
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers,
ROSDA,
http://rezarh.wordpress.com/tag/jurnalistik/ diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB.
183
184
124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang tidak sehat dalam bisnisnya rentan terhadap orang-orang yang
ingin memanfaatkan surat kabar itu untuk kepentingan pribadi.185
Kata Ellen Hume, jurnalisme yang dulunya
membongkar penyelewengan (muckrackers), sekarang
memberi jalan kepada pengeruk uang (buckrackers) yang
mencari popularitas dan kekayaan.186
Menurut Mursito BM, dalam menjalankan fungsinya,
jurnalisme tidak dapat lepas dari kontrol. Kontrol tersebut berasal
dari masyarakat dan sistem terutama sistem politik dan ekonomi.
Kekuasaan politik akan selalu memiliki kepentingan dalam
mengendalikan pers. Dengan menguasai pers, kekuasaan politik
dapat memperpanjang tangannya. Sedangkan kekuasaan ekonomi
diwujudkan terutama dalam bentuk modal, managemen, serta
profesionalismenya.187
James
mengatakan
C.
Thomson
bahwa
surat
Jr,
kurator
kabar
Nieman
harus
Foundation
mengoperasikan
“mendapatkan uang” dan “berbuat baik (mengungkapkan keadilan
dan kebenaran)” secara berimbang. Karena di satu sisi, wartawan
dan editor berusaha mengungkap kebenaran dalam membongkar
kejahatan dan di pihak lain pemilik berusaha mempertahankan
bisnis dan mengusahakan keuntungan yang besar. Otis Chandler,
pemimpin redaksi Times Miror Company, percaya bahwa surat
kabar yang sukses tidak akan membiarkan departemen bisnis
185
Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Kompas, Jakarta, 2005, Hal 19.
commit to user
Ibid, hal.21.
187
Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, SPIKOM, Solo, 1999, hal.4.
186
125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masuk ke arena editorial. Mereka memberikan keleluasaan pada
departemen editorial untuk sepenuhnya meliput berita seperti yang
dilihatnya.188
Mempertahankan imbang kedua sikap ini memang tidak
mudah terutama menghadapi berbagai godaan sehingga terkadang
harus ada yang dikorbankan. Oleh karena itu wartawan senior dan
penulis Seno Gumira Ajidarma mengatakan bahwa jika ada media
yang berniat untuk melakukan reportase investigatif maka
sebaiknya melepaskan diri dari kepentingan atau tujuan bisnisnya.
"Sebab reportase seperti ini memang untuk mencerahkan
publik,"189
c. Tekanan dari pemerintah
Berikutnya adalah tekanan dari pihak kepolisian. Kepolisian
berusaha
untuk
menghentikan
peliputan
berita
mengenai
pembunuhan yang ditangani oleh Cal. Polisi menganggap bahwa
ini bukanlah berita namun sebuah kasus yang seharusnya ditangani
oleh polisi. Berikut adalah scene-scene yang mengesankan bahwa
terdapat tekanan dari pihak kepolisian :
Scene 106
188
Opcit.
commit to user
http://obrolanlangsat.com/news/2011/07/06/116/jurnalisme_investigasi_yang_penuh_tantangan.html
diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB.
189
126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cal : Kau keberatan jika aku
kembali
mengerjakan beritaku?
Don : Itu bukan berita tapi kasus.
Berdasar percakapan di atas terkesan bahwa kepolisian
berusaha untuk menghentikan peliputan berita tentang pembunuhan
karena mereka menganggap bahwa ini adalah sebuah kasus yantg
seharusnya ditangani oleh kepolisian. Dalam hal ini kepolisian
merupakan representasi dari pemerintah.
Pekerjaan investigasi adalah pekerjaan yang sama–sama
dilakukan oleh para wartawan dan aparat keamanan (intelejen).
Secara prinsip pekerjaan investigasi yang dilakukan seorang
wartawan dan intel memang mirip. Hanya saja diantara keduanya
terdapat perbedaan yang menonjol. Seorang wartawan melakukan
pekerjaan investigasi untuk kemudian ditulis dan dipublikasikan
pada masyarakat luas. Maka intelejen bekerja berdasarkan perintah
komando di mana hasilnya dilaporkan secara tertutup kepada si
pemberi komando.
190
Bahkan dalam buku Laporan Investigasi
Untuk Media Cetak dan Siaran karya William C. Gaines
commit to user
http://catatancalonwartawan.wordpress.com/category/perkuliahan/rangkuman-buku-tentang-jurnalisme
diakses tanggal 08/08/2012 pukul 21.36 WIB.
190
127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipaparkan bahwa seorang wartawan investigasi hampir mirip
dengan petugas polisi reserse yang datang belakangan dalam suatu
kasus kecelakaan ataupun pembunuhan untuk menindaklanjuti
laporan kasus tersebut. Melalui sarana investigasinya, wartawan
tersebut mencari informasi ke sana kemari dan mengumpulkannya
untuk disusun dalam sebuah berita.191
Dalam buku
Septiawan
Santana
diungkapkan
bahwa
wartawan investigasi memang melakukan penyelidikan untuk
mengungkapkan suatu kasus layaknya seorang detektif. Namun ia
bekerja bukan untuk detektif partikelir yang disewa oleh seseorang
(kepentingan tertentu) namun untuk kepentingan pelaporan
peristiwa yang mesti diketahui oleh masyarakat.192
Berbagai tekanan tersebut hendaknya tidak menyurutkan
jurnalis dalam menampilkan fakta. Bernard C. Cohen dalam
Advanced
Newsgathering
karangan
Bryce
T.
McIntyre
menyebutkan bahwa beberapa peran yang umum dijalankan pers di
antaranya adalah sebagai pelapor atau informer. Pers bertindak
sebagai mata dan telingan publik untuk melaporkan peristiwaperistiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa
prasangka.193
191
William C. Gaines, Laporan Investigasi Untuk Media Cetak dan Siaran, Institut Studi Arus Informasi
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 1998, hal.36.
commit
toObor
userIndonesia, Jakarta, 2004,hal.34.
192
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi,
Yayasan
193
Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Kompas, Jakarta, 2005, hal.7.
128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada masa orde baru, tak ada satupun media di Indonesia
yang berani melakukan investigasi. Baik investigasi anggaran,
peristiwa kriminal, dan lain sebagainya. Namun di zaman reformasi
saat ini, peliputan investigasi dapat dilakukan oleh media apa saja.
Sehingga media memiliki fungsi kontrol atau pengawasan. Hal ini
diungkapkan oleh Saur Hutabarat, Ketua Dewan Redaksi Media
Group dan mantan jurnalis Tempo pada kuliah umum di FISIP
USU, Kamis (14/6/2012).194
B. Skematik Film “State of Play”
Sebuah teks atau wacana pada umumnya mempunyai skema atau alur dari
pendahuluan sampai akhir alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian
dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti.195 Dengan
urutan tertentu, skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan
bagian mana yang kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi
penting. Karena dengan menampilkan di bagian tertentu suatu bagian merupakan
proses penonjolan tertentu dan menyembunyikan bagian yang lain. Upaya
penyembunyian informasi penting itu dilakukan dengan menempatkan di bagian
akhir agar tidak terkesan menonjol. Semua bagian dan skema ini dipandang
sebagai strategi bukan saja bagaimana bagian dalam teks itu hendak disusun tetapi
194
http://www.tribunnews.com/2012/06/14/investigasi-harus-terus-dikembangkan diunduh tanggal 15/6/2012
commit to user
jam 13.35.
195
Budi Irawanto, film, ideologi, dan Militer, Media Pressindo, Yogyakarta, 1999, hal.162.
129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga bagaimana membentuk pengertian sebagaimana dipahami atau pemaknaan
komunikator atas suatu peristiwa. Penulis skenario (komunikator/kreator) film
“State of Play” pun menggunakan strategi skematik ini dalam menyampaikan
gagasan atau opininya. Untuk memudahkan analisis dalam elemen ini, maka
penulis akan menjabarkan susunan dan isi dari setiap scene dalam bentuk tabel.
Tabel 3.1.
Susunan dan Isi Scene Film “State of Play”
Scene
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Isi
Seorang pencuri yang berusaha lari sekuat tenaga
Penembakan seorang lelaki kepada pencuri dan pengantar pizza
Cal mengendarai mobil ke TKP pembunuhan
Cal melakukan investigasi tentnag kasus pembunuhan di TKP
Sonia baker berjalan kaki menuju stasiun kereta bawah tanah
Stephyen Collin datang di kantornya dan menerima kabar kematian
Sonia Baker.
Helicopter pointcorp (perusahaan keamanan swasta) mendarat dan
nampak seseorang keluar
Cal datang di kantornya (Washington Globe) dan terjadi percakapa
mengenai kronologi pembunuhan
Stephen Collin sedang melakukan pertemuan dengan Pointcorps dan
mengucapkan bela sungkawa terhadap kematian Sonia Baker sembari
menitikkan air mata
Wartawan di Washington Globe menyaksikan Stephen menangis di
televisi termasuk Cal
Della Frye menghampiri Cal dan menanyakan seputar gosip
perselingkuhan Stephen dengan Sonia.
Berita mengenai skandal Stephen dengan Sonia tersebar di dunia maya
dan televisi
Ane Collin menyaksikan berita tersebut dan memasukkan Hpnya ke
dalam laci
Stephen Collin mengadakan pertemuan dengan George Fergus dan ahli
media
Cal dipanggil pemimpin media dan membicarakan tentang liputan
skandal Stephen Collin
Sonia diberitakan bunuh diri oleh banyak media televisi
to user
Cal terlihat melemparcommit
surat kabar
yang menampilkan headline “Die for
130
perpustakaan.uns.ac.id
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
digilib.uns.ac.id
Love”
Sonia diberitakan bunuh diri oleh banyak media televisi
Cal nampak sedang memasaka makanan di rumah
Stephen mendatangi rumah Cal dan menceritakan permasalahan yang
terjadi
Stephen menunjukkan video rekaman Sonia yang tidak menunjukkan
sikap ingin bunuh diri dan kemudian Cal memberikan solusi mengenai
fakta tersebut
Della Frye menulis berita gosip tentang Stephen dan keatian Sonia
Della Frye yang sedang tidur ditelpon oleh Cal dan menyuruhnya
untuk menemui petugas polisi guna memeriksa video keamanan kereta
bawah tanah demi mendapatkan fakta karena Della dianggap telah
menulis sampah di internet
Della mengikuti saran Cal dan menemui seorang polisi
Suasana kesibukan di kantor Washington Globe
Cal bertemu dengan Della membicarakan hasil investigasinya di
stasiun kereta bawah tanah
Suasana kediaman Ane Collin yang dipenuhi wartawan dan nampak
Ane mengintip di jendela
Ane sedang menelepon Cal
Suasana di kamar mayat dan terlihat seorang petugas mayat sedang
memasukkan seorang mayat
Cal terlihat sedang dalam perjalanan mengendarai mobilnya
Cal terlihat melakukan investigasi kepada petugas mayat dan mencatat
beberapa nomor dari telepon genggam korban
Cal sedang membeli minuman ringan dan seorang gadis meminta 1
kaleng minuman soda dan kemudian ia memberikannya
Terlihat Cal menghubungi nomor-nomor yang ia dapar dari HP
Deshaun dan salah satunya ternyata adalah nomor Sonia Baker
Terlihat Cal terkejut hingga ia tak sadar jika traffic Light menyala hijau
hingga mobil di belakangnya membunyikan klakson
Ketika di kantor, Cal menanyakan kepada Della apakah Sonia terlibat
narkoba
Terlihat Cal berjalan
Cal memesan makanan di sebuah tempat makan dan ia mendapati
bahwa tas yang ia bawa hilang
Di luar, nampak seorang wanita sedang membawa tas milik Cal dan ia
menghampirinya
Stephen dan istrinya mempersiapkan diri untuk menggelar konferensi
pers dan terjadi sedikit konflik diantara mereka
Nampak Cal dan gadis pencuri tas berjalan menuju sebuah tempak di
tepi sungai yang terkesan kumuh
Cal dan gadis tersebut masuk ke dalam ruangan gelap dan kumuh.
Gadis tersebut menceritakan pekerjaanya mencuri dan menyerahkan
commit
to user
tas yang dicuri Deshaun
kepada
Cal. Tas tersebut berisi foto-foto Sonia
131
perpustakaan.uns.ac.id
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
digilib.uns.ac.id
baker , senjata, dan peluru.
Siaran televisi menayangkan konferensi pers yang dilakukan Stephen
dan istrinya
Stephen terlihat mengangkat telephon dari Cal. Terlihat Cal
menanyakan tentang siapa yang menginginkan Sonia mati dan
hubungan Sonia dengan narkoba.
Terlihat mobil melintas di perempatan jalan
Cal, cameroon, della, dan salah satu staff perusahaan sedang meneliti
mengenai bukti foto-foto sonia. Terlihat Cal menyimpulkan bahwa
selama ini, ada fakta yang tersembunyi.
Terlihat seorang polisi yang terbangun dari tidurnya setelah perawat
keluar dari ruangan Vernon Shando
Polisi tersebut masuk dan mengamati pasien Vernon Shando
Cal menyatakan bahwa dirinya adalah jurnalis bukan seorang juru
publikasi. Cam juga terkesan menyebut Cal sebagai wartawan
berpengalaman.
Terlihat pekerja medis sedang sibuk menangani pasien
Seorang polisi sedang menelepon dan seseorang mendengar
pembicaraan polisi tersebut
Terlihat Cal menjelaskan kepada Della pentingnya mengejar saksi
kunci karena Della salah paham mengenai hal ini.
Cal menemui Anne Collin di sebuah tempat
Della berjalan menuju tempat Vernon Shando dirawat
Della bertemu dengan seseorang ketika keluar dari lift
Della nampak berbincang dengan seorang polisi (opsir brown). Ia
menanyakan keadaan Vernon Shando
Cal berbincang dengan Anne Collin mengenai perselingkuhan mereka
Della nampak mengintip di pintu
Terlihat Vernon Shando sadar
Della nampak memasuki ruangan Vernon Shando dan dilarang oleh
petugas medis. Pada waktu itu juga telihat Vernon ditembak beberapa
kali
Cal dihubungi oleh Della dan bergegas pergi meninggalkan Anne
Terlihat Cal bisa dengan mudah memasuki police line
Della terlihat sedang berjalan bersama seorang polisi dan ia
menghampirinya
Della mengalami ketakutan dan Cal mencoba menenangkannya.
Terlihat polisi mendatangi kantor Washington globe dan menyatakan
rasa tidak senang karena pihak media dianggap menghambat kinerja
polisi dan tidak memberikan barang bukti
Cameroon ingin agar semua wartawan bekerja cepat, menyeluruh, dan
teliti dalam mengungkap fakta dalam kasus tersebut mengingat kasus
ini sudah diketahui polisi.
Stephen Collin melakukan pertemuan dengan pihak keamanan swasta
commit
to user
PointCorps dan Stephen
terkesan
ingin mengungkap kejahatan yang
132
perpustakaan.uns.ac.id
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
digilib.uns.ac.id
dilakukan perusahaan ini.
Investigasi Cal, Della, dan dua temannya terhadap pointcorps
Della melakukan penelusuran terhadap orang-orang yang pernah
berhubungan dengan Sonia Baker melalui telephon
Cal melakukan penelusuran informasi mengenai PointCorps melalui
telephon kepada temannya yang bernama Michael
Della menggali informasi tentang Sonia melalui teman dekat sewaktu
kuliah
Terlihat 2 wartawan lain sedang asik bermain-main
Della melakukan penelusuran foto-foto yang berhubungan dengan
Sonia
Cal terlihat mengkonfirmasi informasi yang didapat oleh Michael
melalui telephon
Pemilik rumah menutup pintu ketika Della ingin menanyakan sesuatu
yang berhubungan dengan kasus Sonia Baker
Cal terlihat melakukan perbincangan via telephon mengenai
PointCorps
Kembali, penghuni rumah menutup pintu ketika Della bermaksud
menanyakan tentang Sonia
Pintu ditutup kembali dengan kencang
Della meninggikan suara ketika kembali pintu rumah ditutup di
hadapannya
Dua wartawan terlihat berbincang dan salah satunya menyatakan
bahwa dirinya suka menunggu
Della menyerahkan hasil investigasi yang ia lakukan dan menjelaskan
bahwa ia harus berkencan dua kali dengan pria berkeringat
Cal terlihat menghubungi Bob, untuk mencarikan nomor jaminan
sosial.
Cal terlihat membuka laman website mengenai PointCorps
Cal terlihat berbincang dengan Della dan menyatakan bahwa
tindakannya mendapatkan nomor telepon Rhonda Silver adalah
pekerjaan wartawan yang baik
Della menghubungi seseorang dan mengaku bahwa ia adalah teman
lama dari sekolah dan bermaksud datang ke tempat kerjanya
Della memutar ulang video rekaman stasiun bawah tanah dan terkesan
ia menemukan sesuatu
Della menghampiri Cal dan memberitahu bahwa ia melihat seorang
pria tertangkap kamera 20 detik sebelum Sonia meninggal, dan pria
tersebut bertemu dengannya di rumah sakit tempat Vernon Shando
dibunuh.
Cal menghubungi Michael dan bermaksud dipertemukan dengan salah
seorang “orang dalam PointCorps”
Terlihat suasana pasar, yang ramai. Terdapat penjual kepiting
Cal bertemu dengan orang dalam PointCorps yang terkesan ingin
to user
menjaga identitasnya.commit
Cal menginginkan
informasi mengenai pria
133
perpustakaan.uns.ac.id
90
91a
91b
92
92a
92b
93
94
95
96
96a
96b
96c
96d
97
98
99
100
101
102
digilib.uns.ac.id
dalam foto rekaman video stasiun bawah tanah
Cal melakukan wawancara dengan orang dalam tersebut. Ia
memebeberkan mengenai modus PointCoprs, ancaman terhadap
Stephen Collin, dan kejahatan yang dilakukan perusahaan kemanan
swasta tersebut.
Cal mendatangi Stephen dan mengkonfirmasikan informasi mengenai
keuntungan PointCorp. Stephen menjelaskan bahwa memang terjadi
kejahatan/ kolusi dalam tender kemanan swasta.
Stephen menyuruh Cal agar ia bisa mencarikan bukti yang
menghubungkan kematian Sonia dengan PointCorps dan Stephen
bermaksud menyuarakan semuanya.
Della mendatangi tempat kerja Rhonda. Terlihat Rhonda sedagn
menari dan menyanyi menemani seorang pria yang sedang mabuk
dengan pakaian yang seronok.
Cal terkesan sangat menjunjung tinggi fakta dan menyatakan bahwa
Rhonda bukan merupakan saksi Independen karena tidak ada
konfirmasi dari Sonia sebab ia telah meninggal.
Della mngatakan bahwa menurut Rhonda, Stephen melakukan pesta
seks dengan Sonia dan ia membayar hutang kartu kredit Sonia sebesar
40 ribu dolar. Namun Cal menganggap itu belum tentu fakta, dan ia
meninggalkan Della dengan ekspresi yang tidak menyenagkan.
Anne Collin sedang menyaksikan televisi mengenai konferensi pers
yang ia lakukan dengan Stephen
Stephen berjalan di tangga sebuah gedung
Cal nampak berjalan dengan membawa tas plastik berwarna putih
Anne mengunjungi rumah Cal
Cal dan Anne berbincang sembari berkelakar dan meminum Whiskey
Cal mengkonfirmasikan kepada Ane apakah Stephen sanggup untuk
memberikan uang 40 ribu dolar kepada seseorang.
Anne menyatakan bahwa Stephen tidak mungkin memberikan uang 40
ribu dolar kepada seseorang . karena pada dasarnya mereka
menghabiskan uang penghasilan mereka.
Anne keluar dari rumah Cal dengan perasaan tidak senang
Terlihat seseorang mengamati wanita tersebut dan tidak berselang lama
telephon Cal berdering
Cal mengangkat telepon dan pria dalam telepon tersebut ingin
menemuinya di seberang jalan
Cal nampak mengamati sisi luar rumah dari jendela
Pria orang dalam PonitCorps memberikan informasi mengenai pria
dalam foto di rekaman stasiun bawah tanah dan memberikan alamat
kepadanya.
Cal nampak mengendarai mobil dan berhenti di suatu tempat
Cal mendatangi kediaman Fred Summers dan mengetuk pintu dan
bertemu dengan pria dalam rekaman video stasiun bawah tanah dan
commit to user
berbincang
134
perpustakaan.uns.ac.id
103
104
105
106
107
107a
107b
107c
107d
107e
108
109a
109b
110
111
112
113
114
115
116
digilib.uns.ac.id
Nampak Cal ketakutan dan lari. Ia berusaha secepatnya menghubungi
polisi.
Pria dalam video rekaman stasiun bawah tanah mengejar Cal dan
menembaknya 2 kali di tempat parkir mobil. Cal menghindar dan
berhasil selamat dari tembakan tersebut.
Cal bergelayut di mobil yang hendak pergi hingga akhirnya mobil
tersebut menabrak mobil polisi dan Cal terjatuh. Sang penembak
segera pergi setelah melihat keberadaan polisi. Tangan Cal terluka.
Polisi mendatangi kantor Washington Globe dan terkesan gusar karena
menilai Cal tidak memberikan informasi yang ia dapat kepada pihak
polisi.
Rhonda Silver terlihat sedang diliput oleh media televisi
Cameron nampak marah karena jurnalis mereka tidak menampilkan
berita mengenai Rhonda Silver.
Cal memberikan alasan bahwa Rhonda Silver tidak dapat dipercaya. In
terkesan bahwa ia ingin menampilkan fakta, bukan sekedar
kebohongan.
Cameroon menyalahkan Cal karena tidak menampilkan berita yang
akan membawa rentetan pembelaan dan konfirmasi dari pihak yang
diberitakan
Cal menegaskan bahwa berita tersebut hanya sampingan dan
pengaburan terhadap fakta sesungguhnya
Cameroon nampak gusar dan marah. Kemudia ia menjelaskan
mengenai kebijakan manajemen yang baru yang menginginkan
penjualan. Dan ia bersikukuh bahwa ia akan mencetak yang didapat
dalam hari tersebut. Terjadi konflik diantara wartawan dan Cameron
karena hal tersebut.
Stephen mendatangi George Fergus dan meminta maap atas
interupsinya dalam pertemuan dengan pihak PointCorps.
Jurnalis mendapatkan tekanan mengenai tenggat waktu. Dan mereka
bekerja keras dalam menelusuri berbagai bukti yang didapat.
Cal menemukan sesuatu yang disembunyikan berdasar fakta yang
didapat
Nampak seorang keluar dari mobil mewah yang baru saja
dikendarainya.
Cal menekan narasumber (dominic) agar mau diwawancara.
Dominic mengikuti Cal, ia berusaha agara namanya tidak disebut dlam
pemberitaan mengenai Sonia Baker.
Helicopter nampak melintas di udara
Mobil Cal nampak melintas di jalan dan menuju sebuah hotel.
Jurnalis telah mempersiapkan perekam dan Cal berusaha menekan agar
Dominic mau berbicara tentang Sonia Baker
Cameron nampak gusar karena para jurnalis tak kunjung terlihat.
Nampak adanya konflik mengenai kerugian dalam kemunduran waktu
mencetak surat kabar.commit to user
135
perpustakaan.uns.ac.id
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
digilib.uns.ac.id
Jurnalis melakukan wawancara dan berusaha untuk mendapatkan fakta
yang dalam. Wawancara tersebut dilakukan dalam ruangan yang jauh
dari keramaian dan terkesan tersembunyi.
Cal menelpon Stephen untuk melanjutkan penelusuran saksi kunci dan
fakta yang ia dapat dari dominic.
Cal memanggil Stephen dan memperlihatkan rekaman wawancara
Dominic kepadanya. Ia menginginkan kisah dari dua sudut pandang
dan mendapat fakta yang objektif.
Terlihat Stephen menyaksikan rekaman pembicaraan dengan Dominic
Stephen memukuli Dominic dan Cal melerainya
Stephen nampak marah dan meninglakan Cal. Ia terkesan tak mau
melanjutkan fakta yang telah didapatkan oleh Cal.
Nampak Cal mengendarai mobilnya
Cal mendatangi George Fergus untuk mengkonfirmasikan mengenai
keterlibatannya dalam kematian Sonia Baker.
Terjadi konflik antara Cameron dan Cal mengenai kesimpulan dari
kasus tersebut. Cam tidak mau menerima keputusan Cal yang
memposisikan PointCorps sebagai tersangka utama karena tak ada
pejabat berwenang yang mau diwawancara (on the record).
Stephen dan istrinya mendatangi Washington Globe dan bersedia
diwawancarai
Jurnalis mewawancarai Stephen untuk mendapatkan kesimpulan dari
berbagai fakta yang telah didapat.
Nampak pria dalam video rekaman stasiun bawah tanah sedang
mempersiapkan senjata
Selain menjelaskan mengenai Sonia Baker, Stephen juga menjelaskan
mengenai kejahatan militer swasta.
Ana Collin mengatakan kepada Ca bahwa suaminya dijebak.
Menurutnya, Sonia dibayar 26 ribu dolar per bulan untuk tidur
dengannya.
Cal dan Della memperhatikan kepergian Stephen dan Ana Collin
Della beranggapan bahwa berita sebesar ini sebaikny aorang-orang
membacanya di surat kabar. Terdapat kesan bahwa surat kabar lebih
baik dan terpercaya daripada blog internet
Robert Bingham berbicara via telepon kepada seseorang bahwa ia telah
siap menyelesaikan apa yang sudah dimulai.
Cal dan Della nampak menulis di meja mereka
Anna dan Stephen menaiki mobil
Helicopter melintas
Robert Bingham terkesan menghilangkan bukti dengan memasukkan
telepon genggam ke dalam air.
Anna dan Stephen bertatapn di dalam mobil
Terlihat derap langkah Bingham memakai sepatu militer
Della dan Cal menulis
commit
to mengapa
user
Cal menanyakan kepada
Della
Anna Collin bisa tahu bahwa
136
perpustakaan.uns.ac.id
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
digilib.uns.ac.id
Sonia mendapatkan uang 26 ribu dolar per bulan. Kecurigaan ini
muncul setelah Anna mengatakannya kepada Cal sesaat wawancara
berakhir.
Cal terlihat memperhatikan foto dan mengamati logo militer pada foto
tersebut sama dengan kaos yang dikenakan Bingham
Cal terlihat mencari sebuah surat kabar
Stephen sedang menulis di meja kerjanya
Cal mendatangi Stephen dan menanyakan siapakah Bingham
Fakta terakhir didapatkan oleh Cal setelah Stephen mengakui semua
bahwa ia yang menyuruh Bingham membuntuti Sonia dan Bingham
yang membunuh Sonia. Cal menunjukkan foto dalam sebuah surat
kabar. Dan ternyata Stephen berusaha memperdaya Cal.
Namapak Bingham mencoba membunuh Cal namun usaha tersebut
gagal setelah polisi datang dan menembak Bingham.
Cal menulis fakta terakhir dari hasil investigasinya.
Terlihat semua orang dalam Washington Globe menyimak Cal menulis
Della mengirimkan berita yang ditulis oleh Cal
Terlihat mereka berdua berjalan pulang bersama
Proses produksi surat kabar.
Berdasar tabel susunan dan isi scene dalam film “State of Play” tersebut,
tampaklah strategi komunikator dalam merepresentasikan gagasannya. Dalam
analisis elemen skematik ini, jumlah scene yang digunakan dalam mengangkat
sebuah wacana baik secara implisit maupun eksplisit akan diberikan perhatian
yang lebih banyak. Peletakan scene-scene tersebut nantinya juga akan menjadi
perhatian. Pertama-tama adalah adanya kesan adanya wacana jurnalisme
investigasi, terutama yang menyangkut subwacana “Mengembangkan Fakta
Dangerous Projects” yaitu sang jurnalis investigasi yang berusaha mengungkap
fakta tersembunyi yang direpresentasikan dalam 13 scene. Scene-scene tersebut
kemudian diimbangi dengan kerja investigasi yang berkesinambungan dan tidak
cepat puas terhadap fakta awal yang diperoleh, yang direpresentasikan dalan scene
cukup besar yaitu 27 scene. Seringkali
commitdalam
to userjurnalisme investigasi, fakta awal
137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menuntut kerja investigasi yang lebih keras untuk mengarah kepada fakta
sebenarnya (kesimpulan kasus). Jurnalis direpresentasikan sebagai agen pencari
fakta yang tidak puas terhadap fakta awal di dalam film ini. Fakta yang
tersembunyi diungkap dengan penelusuran fakta-fakta baru dan kesemuanya
dilakukan secara berkesinambungan. Jurnalis dikesankan sebagai sosok yang
memeiliki tekad dan kemauan keras untuk mengungkap fakta yang tersembunyi.
Semangat dan kerja wartawan yang berusaha menindak lanjuti berbagai
fakta awal yang ditemukan terkesan sangat kuat. Sebuah fakta diletakkan oleh
pembuat film pada posisi yang sangat penting dan serius. Perspektif ini semakin
kuat setelah didukung dengan kesan bahwa jurnalis investigasi menolak gosip.
Dalam film State of Play, blog internet diposisikan sebagai penebar berita yang
kurang tepat atau lebih sering disebut sebagai gosip. Terdapat 4 scene yang
mendukung bahwa dalam investigasi sangat dibutuhkan fakta bukan gosip (blog
internet). Sedangkan scene-scene yang menampilkan kerja wartawan investigasi
yang suka menunggu dan terkesan kurang serius digambarkan sangat sedikit yaitu
hanya 2 scene. Scene tersebut tidak menampilkan tokoh utama sebagai sosok
jurnalis investigasi yang terkesan kurang serius melainkan diperankan oleh rekan
Cal dan Della Frye. Secara implisit, scene tersebut mengesankan bahwa kerja
wartawan investigasi yang sesungguhnya adalah sebuah pekerjaan yang serius dan
tanggap terhadap fakta yang ditemukan.
Kerja jurnalis investigasi dalam menelusuri berbagai bukti dapat dilihat
dalam subwacana penelusuran fakta material. Jika dalam subwacana di atas lebih
mengulas kepada sikap dan sifat kerja jurnalisme investigasi, pada subwacana
commit to user
138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelusuran fakta material ini lebih kepada teknis pengumpulan fakta yang
dilakukan jurnalis. Penelusuran Bukti-bukti oleh Jurnalis dalam Film State of Play
mendapatkan porsi 12 scene. Sedangkan kegiatan wawancara yang dilakukan
jurnalis dalam Film State of Play mendapat porsi 24 scene. Penelusuran fakta
materiil dan saksi kunci ini mendapatkan porsi yang cukup besar karena
menyangkut mengenai pembuktian fakta melalui berbagai sumber yang terpercaya
dalam sebuah investigasi. Terkesan bahwa fakta yang muncul harus didukung
dengan bukti maupun narasumber yang kuat. Tanpa adanya bukti dan narasumber
yang kuat, sebuah fakta tidak dpat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Subwacana yang terakhir adalah adanya tekanan terhadap jurnalis baik
karena kekerasan fisik, tekanan media terhadap fakta yang ditampilkan, maupun
dari pemerintah. Kekerasan jurnalis yang dialami adalah berupa percobaan
pembunuhan yang direpresentasikan cukup kecil yaitu hanya 2 scene, tekanan
media terhadap fakta yang ditampilkan yaitu 2 scene, dan tekanan dari polisi yang
diasumsikan sebagai bagian dari pemerintah yaitu hanya 1 scene. Berbagai
tekanan tersebut mengesankan bahwa dalam melakukan kegiatan investigasi,
wartawan kerap memasuki situasi yang berbahaya. Hal ini dikarenakan investigasi
menyelidiki sesuatu di mana terdapat pihak yang suka kasusnya tercium atau
diselidiki.
Skema
Keterangan
commit to user
139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

Bentuk, pola, dan susunan teks
Bentu teks dalam film banyak
memuat pesan, makna, dan
wacana secara implisit.
C. Semantik Film “State of Play”
Elemen semantik merupakan perangkat analisis wacana yang mengulas
tentang makna-makna yang ingin ditekankan dalam teks. 196 Dalam dimensi ini
dipelajari relasi-relasi diantara tanda dan objek yang diacunya sebelum digunakan
dalam tuturan tertentu atau tulisan. Makna dalam tingkatan semantik dapat dilihat
dari hubungan antar kalimat dan proposisi yang membentuk makna tertentu dalam
teks. Film “State of Play” juga menggunakan strategi wacana dalam level
semantik untuk memberikan makna tertentu pada khalayak. Ada beberapa strategi
semantik yang digunakan komunikator dalam film ini seperti latar, detil, maksud,
untuk menyembunyikan informasi tertentu yang dapat mempengaruhi pemahaman
khalayak terhadap teks.
1. Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik
(arti) yang ingin ditampilkan sebab latar yang dipilih menentukan ke arah
mana pandangan khalayak hendak dibawa.197 Latar umumnya ditampilkan
di awal sebelum pendapat komunikator yang sebenarnya muncul dengan
commit
to user
Eriyanto, analisis wacana pengantar analisis
teks media,
LKIS, Yogyakarta, 200, hal. 228.
Ibid,hal.235.
196
197
140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat komunikator
sangat beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki bagaimana
seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa dan dapat menjadi
alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Sehingga latar
teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa
maksud yang ingin disampaikan oleh komunikator. Bahkan terkadang
maksud atau isi utama tidak dibeerkan dalam teks, namun dengan melihat
latar apa yang ditampilkan dan bagaimana latar tersebut disajikan, maka kita
bisa menganalisis apa maksud tersembunyi yang ingin dikemukakan oleh
komunikator sesungguhnya.
Komunikator film ini juga menggunakan strategi semantik latar guna
mendukung gagasan/pendapatnya. Maka berikut ini akan disajikan terlebih
dahulu scene-scene yang menjadi latar dari wacana-wacana pokok yang ada
dalam film, dan demi kepentingan analisis maka tidak menutup
kemungkinan akan adanya scene yang sudah pernah dimunculkan
sebelumnya :
Scene 45
Scene 91a
Stagg
dan
Sando,
keduanya
ditembak. satu peluru di tulang
belakang, satunya di kepala. Ciri Cal : Aku baru saja diberitahu mantan
khas pembunuh profesional atau pegawai Ponitcorp bahwa mereka
rencana
memonopoli
setidaknya seseorang dengan latar memiliki
keamanan dalam negeri yang bernilai
belakang militer. Mungkin commit
Pasukanto user
Khusus. PointCorp didirikan oleh sekitar 40 miliar per tahun. Apa itu
141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100% mantan militer. Kurasa itu benar?
hubungan yang tak bisa kita abaikan. Stephen : Ya
Cal : bagaimana?
Stephen
:
kau
tak
bisa
menghubungkan apapun yang akan
aku katakan kembali kepadaku. Kau
mengerti?
Cal : tentu saja
Stephen : baiklah. Tahun lalu, 47
perusahaan melakukan penawaran
terhadap
kontrak-kontrak
besar
Keamanan dalam negeri. Dari 57
perusahaan,
16
perusahaan
memenangkan kontrak-kontrak itu.
Dari 16 perusahaan itu, aku bisa buat
koneksi antara 14 perusahaan. Dan
maksudku bukan seseorang berganti
perusahaan.
Maksudku
adalah
praktek berbagi bank, perilaku kolusi.
Aku yakin pada akhirnya, saat
semuanya dibongkar, kau tak akan
melihat 14 perusahaan individu. Kau
akan melihat 1 perusahaan saja. Kau
mengerti?
Scene 117
Scene 145
Kau tidak mendengarkanku?lupakan
Siapa Robert Bingham Stephen?
saja. Jika aku menjawabnya, aku kan
takut menyalakan mobilku setiap pagi
hari.
Merujuk scene-scene di atas, terkesan bahwa komunikator
menggunakan elemen latar dalam menyampaikan wacana pokok pertama
commit
to user
yang telah dirumuskan dalam
elemen
tematik yaitu mengembangkan fakta
142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dangerous projects. Dalam scene45 dan 91a direpresentasikan bahwa
jurnalis investigasi mengembangkan bangunan fakta yang tersembunyi dari
sebuah kasus. Sedangkan dalam scene 117 tampak bahwa terdapat sesuatu
yang sengaja disembunyikan. Hal ini direpresentasikan dalam adegan
seorang nara sumber yang berusaha menutupi sebuah fakta sehingga
memunculkan wacana bahwa tugas jurnalisme investigasi adalah membuka
fakta yang tersembunyi. Kesan jurnalisme investigasi didapatkan juga ketika
jurnalis mengungkap fakta akhir dalam scene145. Dalam scene terakhir
terkesan bahwa kerja jurnalis yang berkesinambungan akan membawa titik
temu yaitu fakta akhir dari suatu kasus yang tersembunyi.
Berikut adalah scene-scene yang menjadi latar bagi wacana kedua
yaitu penelusuran fakta material dan saksi kunci dalam melakukan kerja
jurnalisme investigasi dalam film “State of Play”:
Scene 31
Scene 21
Cal memeriksa catatan panggilan Stephen
Collin
menunjukkan
pada handphone Deshaun Stagg.
rekaman video Sonia Baker kepada
Cal.
Sonia mengucapkan : “Sayang,
kudoakan kau semoga sukses.
Taklukkan mereka dan aku tidak
sabar menunggu akhir pekan ini. Aku
cinta padamu. Sampai ketemu.”
commit to user
143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Scene 86
Aku sedang mencari gambar Sonia...
dalam rekaman kamera keamanan
Metro. 20 detik setelah memasuki area
di luar kamera, pria ini muncul.
Kurasa aku melihat dia semalam di RS
Dalam scene31 terdapat kesan bahwa dalam melakukan kerja
investigasi, jurnalis melakukan penelusuran terhadap fakta material. Hal ini
direpresentasikan dalam adegan Cal yang sedang mencatat daftar panggilan
pada telepon genggam milik korban pembunuhan. Kesan tersebut juga
muncul dalam dalam scene 21 ketika Cal melihat rekaman video yang
memberikan kesimpulan bahwa Sonia Baker meninggal bukan karena
bunuh diri. Dalam scene 86, juga dikesankan secara kuat bahwa jurnalis
investigasi melakukan penelusuran terhadap rekaman video kemanan
statsiun bawah tanah. Merujuk pada temuan scene-scene di atas maka
penelusuran fakta material tidak dapat terbantahkan dalam film “State of
Play” dengan adanya latar yang menjadi alasan sekaligus pembenar hal ini.
Berikut adalah scene-scene yang menjadi latar wacana ketiga yaitu adanya
tekanan terhadap jurnalisme investigasi :
commit to user
144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Scene 103a
Scene 103b
Cal terlihat berlari dengan raut muka Cal terlihat menelepon polisi karena
yang tegang. (diiringi backsound merasa jiwanya terancam
dengan nuansa penuh ketegangan)
Scene103a dan 103b menunjukkan adanya tekanan terhadap jurnalis,
sehingga terdapat kesan bahwa komunikator hendak menjadikan hal ini
sebagai alasan sekaligus pembenaran akan adanya tekanan terhadap jurnalis
investigasi yang dimunculkan dalam film “Sate of Play”.
Semantik Latar Film “State of Play”
Semantik
Latar
Content

Keterangan
Jurnalisme investigasi

mengungkap fakta
Latar belakang pencarian
fakta yang tersembunyi
yang tersembunyi

Jurnalisme investigasi

Kerja jurnalisme
melakukan
investigasi yang
penelusuran terhadap
menelusuri fakta
fakta material
material
commit to user
145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

Adanya tekanan
terhadap jurnalis

investigasi
Latar belakang tekanan
yang dialami oleh
jurnalis investigasi
2. Maksud
Elemen wacana maksud hampir sama dengan elemen detil. Dalam
detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan
detil yang panjang. Sedangkan elemen maksud melihat informasi yang
menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. 198
Sementara informasi yang merugikan akan diinformasikan secara tersamar,
implisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik disajikan
informasi-informasi
yang
menguntungkan
komunikator.
Berikut
penggunaan elemen maksud secara strategis dalam dialog film ini :
Scene 74
Della : Hai. Tuan Statler? Ya? Ya aku dari Washington Globe. Aku menulis
artikel tentang kematian Sonia Baker dan aku hanya ingin.. ( Della belum
menyelesaikan kalimatnya, namun penghuni rumah sudah menutup pintu
dengan keras tanpa mengucapkan sepatah kata)
Scene 76
Della : Hai. Della Frye dari Washington Globe. (terlihat pintu ditutup)
Scene 77
commit to user
198
Ibid Hal 240
146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pintu terlihat langsung ditutup sebelum Della mengucapkan sesuatu
Scene 78
Della : aku..bisakah aku bicara denganmu.. Tolong jangan...(kembali pintu
nampak ditutup dengan keras)
Scene di atas merupakan bentuk representasi dari penggunaan strategi
semantik maksud dalam film “State of Play”. Potongan dialog dan adegan di
atas mengesankan dengan jelas/eksplisit bahwa terdapat pihak-pihak yang
tidak mau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Della Frye yaitu
mengenai kasus pembunuhan Sonia Baker. Dalam jurnalisme investigasi,
tertutupnya informasi mengenai suatu kasus mengharuskan jurnalis untuk
dapat mengungkap secara terang-benderang apa sesuatu di balik tertutupnya
informasi tersebut. Scene di atas juga mengesankan bahwa sifat jurnalis
investigasi yang pantang menyerah dalam mengumpulkan informasi.
Berikut adalah scene-scene yang merepresentasikan strategi komunikator
dalam semantik maksud penelusuran fakta material dan saksi kunci yang
dilakukan jurnalis investigasi dalam film “State of Play”:
Scene 72:
Della
: Siapa ini? Sepertinya aku kenal.
Woman
: Dominic Foy. Dia temannya Sonia (terlihat Della sedang
memperlihatkan sebuah foto)
commit to user
147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Scene 86:
Della Frye
: Aku sedang mencari gambar Sonia... dalam rekaman
kamera keamanan Metro. 20 detik setelah memasuki area di luar kamera,
pria ini muncul. Kurasa aku melihat dia semalam di RS
Scene 31
(Terlihat Cal memeriksa catatan panggilan pada handphone Deshaun
Stagg)
Scene 87
Cal
: Michael, aku perlu sesorang untuk membantuku menggali lebih
dalam tentang PointCorp. Aku perlu orang dalam. Seseorang yang tahu
cara mereka beroperasi. (terlihat Cal sedang melakukan wawancara via
telepon)
Scene 90
Cal
: Jadi, apa pemahamanmu mengenai tujuan PointCorp?
Mr.X
: Tujuan mereka?Mereka lakukan apapun yang mereka inginkan.
Para tentara ini tak menjawab siapa pun. Mereka tidak setia pada apa pun
selain cek pembayaran. (terlihat Cal sedng melakukan wawancara dengan
seseorang yang mengetahui banyk tentang pointCorps)
Scene 127
commit to user
148
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Terlihat Cal sedang melakukan wawncara dengan Stephen Callin)
Scene 117
(Terlihat Cal sedang melakukan wwancara dengan Dominic)
Scene-scene di atas adalah bentuk representasi dari penggunaan
strategi semantik maksud dalam film “State of Play”. Potongan dialog di
atas merepresentasikan dengan jelas bahwa jurnalis investigasi melakukan
penelusuran fakta material seperti terlihat dalam scene 72, 86, dan 31.
Ditampilkan adegan Della yang menunjuk sebuah foto, video rekaman
kenmanan stasiun kereta bawah tanah, dan Cal yang sedang mencatat
panggilan telepon milik Deshaun Stagg. Sedangkan penelusuran saksi kunci
dikesankan dengan jelas dalam scene 87, 90, 127, dan 117. Cal melakukan
wawancara dalam menelusuri saksi kunci dalam kerja investigasi yang ia
lakukan. Ulasan selanjutnya adalah elemen semantik tentang tekanan
terhadap jurnalis investigasi. Berikut scene-scene yang merepresentasikan
strategi semantik maksud tersebut :
Scene 104
(terlihat Cal berlari dan ditembak oleh Bingham)
Scene 107e
commit to user
149
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cameroon
: Cal. Mereka tertarik dengan penjualan, bukan dengan
kebijaksanaan.
Scene 106
Cal
: Kau keberatan jika aku kembali mengerjakan beritaku?
Don : Itu bukan berita tapi kasus. (sang polisi menjawab dengan nada
tinggi)
Scene-scene di atas merepresentasikan adanya tekanan terhadap
jurnalis
investigasi.
Tekanan
tersebut
muncul
melalui
percobaan
pembunuhan yang dialami oleh Cal. Bingham, sang pembunuh, menembak
Cal sebanyak dua kali ketika Cal berusaha lari dari ancaman dirinya.
Tekanan juga dilakukan oleh media yang direpresentasikan melalui kalimat
yang diucapkan oleh Cameroon bahwa perusahaan media membutuhkan
penjualan bukan kebijaksanaan. Tekanan tersebut juga berasal dari polisi
yang merasa tidak senang jika kasus yang ditangani Cal dilanjutkan. Bahkan
sang polisi menggunakan nada tinggi dalam menunjukkan rasa tidak senang
tersebut.
Semantik Maksud Film “State of Play”
Semantik Content
Maksud

Jurnalisme
investigasi
Keterangan

Terlihat jelas pintu ditutup dan
narasumber tidak mau memberikan
commit to user
150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengungkap
komentar terhadap pertanyaan
fakta yang
wartawan.
tersembunyi

Penelusuran fakta material dan saksi
Penelusuran
kunci yang dilakukan oleh Della
terhadap fakta
maupun Cal.
material



Penembakan terhadap Cal, tekanan
Tekanan
polisi untuk tidak melanjutkan kasus
terhadap
yang sedang diselidiki, dan
jurnalisme
pernyataan Cam yang terkesan tidak
investigasi
menganggap penting fakta karena
media cenderung mencari
keuntungan.
3. Detil
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
disampaikan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan
informasi yang menguntungkan dirinya atau memberi citra baik.
199
Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (bahkan
kalau perlu tidak disampaikan) kalau hal itu merugikan kedudukannya.
Informasi yang menguntungkan komunikator ini bukan hanya ditampilkan
secara berlebih, tetapi juga dengan detil yang lengkap kalau perlu dengan
data-data. Detail yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan
commit to user
199
Ibid Hal 238
151
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada
khalayak. Dan detil yang lengkap itu akan dihilangkan apabila berhubungan
dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan atau kegagalan diri atau
kelompok yang didukungnya. Berikut detil yang terdapat dalam film “State
of Play” :
Scene45
Nampak Cameroon, Della, Cal, dan salah seorang staff media sedang
membicarakan mengenai berbagai temuan/fakta yang didapat. Fakta yang
dikemukakan Della terkesan tidak menunjukkan fakta yang tersembunyi.
Kemudian Cal terkesan menyela karena dalam scene dikesankan bahwa
sebelum kamera berpindah ke Cal, terdengar Cal mengucapkan kalimat
terlebih dahulu.
Cal
: Dia juga kepala peneliti dlam penyelidikan
PointCorps.
Cameroon
Cal
: Jadi?
:Stephen
bisa
membuat
banyak
kerugian
bagi
mereka.Dengar.Bagaimana jika semua ini hanyalah usaha untuk merusak
citra Stephen Collins?
Cameroon
:Imajinasimu memang hebat. Berikan Cal 24 jam, satu
mayat, dan dia akan merubahnya menjadi konspirasi perusahaan besar.
Cal
Cameroon
:Kau tidak melihatnya?
:Tidak.
commit to user
152
perpustakaan.uns.ac.id
Cal
digilib.uns.ac.id
: baiklah, mari kita ulas apa yang kita ketahui.Pria yang menguntit
Sonia Baker. Dia menembak Deshaun Stagg dan Vernon Sando. Deshaun
Stagg, tak memiliki rumah, dia mencuri sebuah koper. Di dalam koper itu
adalah foto-foto ini. Dan menurut sumber kita, “sekantong peluru aneh”.
Kepolisisan metro mengatakan bahwa peluru di tempat kejadian perkara
adalah peluru daur ulang. Tidak bisa dilacak. Peluru dibuat sendiri dengan
berat dua kali lipat peluru. Ditandai X untuk pembesaran. Jadi artinya si
penembak berniat untuk membunuh. Stagg dan Sando, keduanya ditembak
dua kali, di tulang belakang dan di kepala. Itu adalah pertanda pembunuh
profesional atau setidaknya seseorang dengan latar belakang militer.
Mungkin Pasukan Khusus. PointCorp didirikan dan dijalankan oleh 100%
mantan anggota militer. Kurasa itu hubungan yang tak bisa kita abaikan.
Dialog dalam scene 45 di atas, komunikator nampak menggunakan
strategi semantik detil dalam menyampaikan kesan bahwa jurnalisme
investigasi mengembangkan fakta dangerous project dengan mengungkap
fakta yang tersembunyi. Jurnalisme investigasi menganalisis berbagai fakta
yang didapat untuk mengungkap fakta yang tersembunyi di dalamnya.
Selanjutnya akan disajikan petikan atau potongan dialog dalam scene-scene
yang ditampilkan dengan detil yang sedikit oleh komunikator dalam film
“State of Play” :
Scene 106
commit to user
153
perpustakaan.uns.ac.id
Polisi
digilib.uns.ac.id
: dan ketahui saja, seorang gadis bernama Mandi Brokaw. Usia
16, pecandu narkoba, ditemukan mati malam ini. Kemungkinan dibunuh.
Kalian mengenalnya? Sidik jarinya ada di foto-fotoyang kalian berikan
kepada kami.
(Polisi tersebut segera meninggalkan Cal dan Della fan terkesan tidak
senang terhadap apa yang terjadi.)
Dari potongan dialog di atas tampak bahwa kinerja polisi adalah
menelusuri dan mengungkap fakta. Namun dalam film “State of Play”,
peran polisi diberikan porsi yang sangat sedikit. Hal ini mengesankan bahwa
komunikator ingin mengurangi image polisi dalam mengungkapkan fakta
tentang suatu kejahatan dan menonjolkan image seorang jurnalis investigasi
dalam mengungkap sebuah fakta yang tersembunyi.
Simak pula scene berikut yang memberikan detil dalam wacana
jurnalisme investigasi melakukan penelusuran terhadap fakta material dalam
film “State of Play” :
Scene86
Della melihat-lihat rekaman video keamanan stasiun bawah tanah dan
terlihat terkejut. Sampai-sampai ia mengakhiri pembicaraaan dengan
seseorang melalui telepon. Ia menghampiri cal yang terlihat sedang
berbincang dengan 2 orang rakannya.
Della Frye
: Cal! Maaf, aku ahrus bicara padamu.
commit to user
154
perpustakaan.uns.ac.id
(Cal
bergegas
digilib.uns.ac.id
keluar
dan
meninggalkan
kedua
rekannya
untuk
menghampiri Della)
Cal
: Apa yang kau dapatkan?
Della Frye
: Aku sedang melihat Sonia di vedeo rekaman kereta bawah
tanah. Dan 20 detik setelah dia masuk ke titik buta, pria ini muncul ( sambil
menunjukkan
foto
seorang
pria).
Kau
lihat?
Aku
rasa
aku
melihatnyakemarin malam di rumah sakit
Cal terlihat terdiam dan mereka berdua bertatapan dengan serius.kemudian
Cal terlihat mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.
Dalam
scene
10
ini
terkesan
bahwa
komunikator
juga
menggunakan strategi semantik detil dalam mengungkapkan bahwa
jurnalisme investigasi melakukan penelusuran terhadap fakta material dalam
mengungkap fakta. Detil ini menjadi pendukung bagi wacana penelusuran
fakta material yang dilakukan jurnalis invesyigasi dalam film “State of
Play”. Selanjutnya adalah adegan dalam scene 101 :
Scene 101
Terlihat Cameroon geram setelah melihat tayangan Rhonda Silver yang
berkomentar di televisi mengenai Sonia Baker.
Cam
: aku tahu kau ditembak semalam dan aku tahu seharusnya aku
membuatkan coklat untukmu, tapi aku sangat marah! Maksudku
keputusanmu yang menilai bahwa ini bukan berita penting!
Della
commit
user
: kami...dengar, kami
tidaktoingin...kami
cemas...
155
perpustakaan.uns.ac.id
Cal
digilib.uns.ac.id
: itu keputusanku, Cam. Aku tidak mempercayainya. Dia tidak
dapat dipercaya. Dia hanya mencoba menjual foto-foto seksi temannya,
Sonia Baker.temannya yang sudah mati.
Cam
: Ya, lalu mengapa kita tidakbisa mencetak berita itu? Seorang
pelayan mengklaim tentangsebuah skandal seks!Bagus! Itu kisah yang
hebat.Lalu Stephen menyangkalnya.Itu berita lagi. Kemudian, salah satu
dari mereka mengakui kebenaran.. dan itu berita lagi. Sementara itu,
orang-orang membaca tentang semua itu dan mereka membacanya di koran
kita.Karena kita yang pertama mendapatkannya! Tapi tidak! Tidak, tidak.
Karena seorang idiot menganggap itu bukan berita yang pantas bagi kita.
Dari potongan dialog di atas dikesankan adanya tekanan terhadap
jurnalis investigasi yang dilakukan oleh pihak media tempat jurnalis bekerja
yaitu sang editor. Dalam menampilkan fakta, media menekan jurnalis untuk
menampilkan fakta yang menjual/menguntungkan sacara finansial walaupun
fakta tersebut belum terbukti secara pasti kebenarannya.
Semantik Detil Film “State of Play”
Semantik
Detil
Content

Keterangan
Jurnalisme

Analisis Cal
investigasi
terhadap berbagai
mengungkap fakta
fakta yang
yang tersembunyi
commit to user
156
terkesan tertutup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

Penelusuran

Penelusuran
terhadap fakta
jurnalis
material
investigasi
terhadap fakta
material

Tekanan terhadap

Tekanan yang
jurnalisme
dialami Cal dari
investigasi
media tempat ia
bekerja terhadap
fakta yang
ditampilkan.
commit to user
157
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini merupakan bentuk apresiasi dan penafsiran terhadap film
“State of Play” dengan menggunakan jenis analisis wacana representasi model
Teun A. Van Dijk. Sangat memungkinkan apabila orang lain akan memiliki
penafsiran dan perspektif yang berbeda terutama bila menggunakan pisau analisis
yang berbeda. Dalam film ini terdapat kecenderungan kuat bahwa komunikator
mengusung wacana jurnalistik terutama yang menyangkut tema jurnalisme
investigasi. Wacana ini terkonstruksi dalam berbagai scene yang sejatinya hendak
menyatakan gagasan komunikator bahwa jurnalisme investigasi mengungkap
fakta yang tersembunyi. Proses pengungkapan fakta tersebut dilakukan melalui
penelusuran terhadap fakta material dan saksi kunci. Namun selama proses
penelusuran fakta tersebut, jurnalisme investigasi tidak terlepas dari berbagai
tekanan.
Komunikator film ini berhasil menciptakan keterkaitan antara satu wacana
dengan wacana yang lain, sehingga wacana yang menonjol dalam benak khalayak
adalah wacana jurnalisme investigasi. Dengan segenap kerendahan hati pula,
diakui bahwa meski penelitian ini telah diusahakan untuk diproses secara holistik
atau menyeluruh, namun tidak dipungkiri akan adanya wacana yang tidak diikut
sertakan demi kepentingan analisis. Wacana ini misalnya mengenai wacana
commit to user
158
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kejahatan militer swasta, wacana lemahnya institusi kepolisian, dan wacana
wartawan blog/internet.
Scene-scene yang terdapat dalam film “State of Play” sendiri, baik secara
eksplisit maupun tidak, mengusung wacana yang berkaitan dengan pengungkapan
fakta yang dilakukan oleh jurnalis investigasi terhadap suatu kasus. Wacana
jurnalisme investigasi ditandai dengan beberapa karakteristik atau kecenderungan
sebagai berikut. Komunikator memulai film ini dengan menampilkan kinerja
jurnalisme investigasi dalam mengembangkan fakta dangerous project. Wacana
jurnalisme investigasi dalam mengembangkan fakta dangerous project sendiri,
seperti yang sudah diulas dalam penyajian data pada bab sebelumnya,
direpresentasikan melalui scene usaha jurnalis investigasi dalam mengungkap
fakta secara berkesinambungan dan tidak cepat puas terhadap fakta awal yang
diperoleh. Jurnalis investigasi nampak melakukan penelusuran dengan hati-hati
karena fakta yang akan diungkap tersebut adalah fakta yang tersembunyi ataupun
sengaja disembunyikan oleh pihak yang tidak mau kasusnya terungkap.
Karakteristik berikutnya adalah upaya jurnalis investigasi dalam melakukan
penelusuran terhadap fakta material dan saksi kunci. Kegiatan penelusuran
terhadap fakta material ini ditampilkan melalui scene penelusuran jurnalis
terhadap dokumen, website, foto, rekaman video, maupun nomor jaminan sosial.
Sedangkan penelusuran saksi kunci ditampilkan melalui berbagai scene
wawancara. Tema pokok film ini didukung melalui berbagai elemen strategis
seperti latar, detil, dan maksud. Unsur-unsur ini kemudian membentuk sebuah
pola yang maknanya diarahkan pada kesan yang diinginkan oleh komunikator.
commit to user
159
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Melalui konstruksi realitas jurnalisme investigasi yang direpresentasikan
dalam film ini, kemudian dapat dirumuskan sebuah perspektif sebagaimana
diistilahkan oleh Septiawan Santana. Perspektif ini beranggapan bahwa jurnalisme
investigasi merupakan kasta kegiatan jurnalis yang tertinggi. Karena dalam kerja
jurnalistiknya, jurnalisme investigasi harus bisa mengungkap fakta beserta buktibukti yang tersembunyi, bukan sekedar sebuah fakta yang tersaji dalam sebuah
acara peluncuran buku baru maupun peresmian sebuah wahana bermain. Kerja
jurnalistiknya kerap memasuki daerah yang rawan/bahaya. Hal ini dikarenakan
jurnalisme investigasi bertugas mengungkap fakta yang tersembunyi maupun
sengaja disembunyikan oleh pihak-pihak yang tidak ingin kasusnya terungkap.
Karakteristik atau kecenderungan yang terakhir adalah adanya wacana
tekanan terhadap jurnalisme investigasi. Jurnalisme investigasi kerap memasuki
situasi yang berbahaya karena berbenturan dengan pihak-pihak yang tidak ingin
kasusnya terungkap. Tekanan terhadap jurnalisme investigasi dimunculkan
melalui adegan tindakan kekerasan yang diterima oleh wartawan. Dalam film
“State of Play”, tindakan kekerasan tersebut direpresentasikan melalui adegan
percobaan pembunuhan terhadap jurnalis investigasi sebanyak dua kali. Dalam
penyajian data pada bab sebelumnya dapat kita lihat bahwa terdapat scene
penembakan sebanyak 2 kali terhadap jurnalis yang mengakibatkan luka fisik.
Ditambah adanya scene yang berisi tentang percobaan pembunuhan yang
ditujukan kepada jurnalis ketika berusaha untuk menggali informasi. Tekanan
tersebut berupa kekerasan fisik dan mental dari pihak yang tidak ingin kasus
tersebut terungkap. Tekanan juga muncul dari media tempat para jurnalis
commit to user
160
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
investigasi bekerja terkait adanya tenggat waktu. Dengan dasar penjualan, media
tidak memperhatikan keutuhan fakta. Media berupaya menekan wartawan untuk
segera menerbitkan berita yang disusun walaupun fakta akhir belum diperoleh.
Keutuhan fakta terkalahkan oleh iming-iming penjualan yang berlipat ganda.
Tekanan oleh media ditampilkan melalui scene redaktur yang tengah berupaya
menekan jurnalis untuk menampilkan fakta yang belum tuntas. Pihak media
menginginkan keuntungan yang besar dari bongkahan berita gosip yang
diterbitkan. Tekanan yang terakhir adalah berasal dari kepolisian yang merasa
bahwa penelusuran jurnalis terhadap suatu fakta dianggap mengganggu psoses
penyelidikan dari kepolisian. Hal itu dapat kita lihat pada scene pihak kepolisian
ketika sedang memberikan instruksi penghentian pencarian fakta kepada jurnalis
yang dianggap telah masuk dalam ranah penyelidikan kepolisian.
Membongkar scene demi scene beserta semua unsur yang terdapat dalam
film “State of Play” merupakan tantangan tersendiri dalam penelitian ini. Apalagi
di saat harus berusaha untuk tidak terjebak begitu saja dalam wacana-wacana
eksplisit yang disuguhkan komunikator, dengan tetap mengasah kekritisan dan
logika berpikir atau daya nalar yang diperkuat oleh berbagai data dan referensi
terkait.
Dari hasil analisis penelitian ini, tampak bahwa komunikator menempatkan
diri sebagai pihak yang membela kegiatan jurnalisme investigasi dalam
mengungkap fakta sebuah kasus. Wartawan terkesan diposisikan sebagai pihak
yang baik dalam mengungkap sebuah fakta dari suatu kasus. Bahkan peran
wartawan terkesan lebih bisa mengungkap fakta daripada peran polisi yang hanya
commit to user
161
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diberikan porsi scene yang sedikit. Terkesan juga bahwa kepentingan jurnalis
adalah untuk menyampaikan fakta kepada masyarakat. Melalui berbagai
penelusuran bukti-bukti dan berbagai tekanan yang dialami jurnalis, mengesankan
bahwa jurnalis investigasi melakukan kerja keras dengan memikul tanggung
jawab pers.
Teori tanggung jawab pers seperti yang diuraikan oleh Theodore Peterson,
mendasarkan pandangannya kepada suatu prinsip bahwa “kebebasan pers harus
disertai dengan kewajiban-kewajiban, dan pers mempunyai kewajiban untuk
bertanggung jawab kepada masyarakat guna melaksanakan tugas-tugas pokoknya
yang dibebankan kepada komunikasi massa dalam masyarakat modern seperti
sekarang ini.” Pers diharapkan dapat lebih bersifat objektif dalam pemberitaanya.
Teori ini cenderung berorientasi kepada kepentingan umum. 200
Berdasar uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor
yang mendorong Jurnalisme Investigasi adalah kegigihan jurnalis dalam
mengungkap fakta yang tersembunyi dari suatu kasus. Selanjutnya, kegigihan
tersebut mengarah kepada upaya pencarian yang berkesinambungan terhadap
fakta material dan saksi kunci. Sedangkan faktor penghambat Jurnalisme
Investigasi adalah adanya pihak yang sengaja menutupi informasi dan fakta.
Terdapat pihak yang sengaja memberikan ancaman hingga tindak kekerasan
kepada jurnalis dalam upayanya mengungkap kebenaran. Di dalam lingkungan
media sendiri, hambatan tersebut berupa tekanan terhadap tenggat waktu
penerbitan. Jurnalisme investigasi menuntut kebenaran sesungguhnya sedangkan
commit
to user
Rachmadi F, Perbandingan Sistem Pers, analisis
deskriptif
sistem pers berbagai negara, PT. Gramedia,
jakarta: 1990, hal.38.
200
162
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
media juga membutuhkan berita untuk selalu diterbitkan setiap hari. Hal ini
menjadi masalah ketika suatu berita belum menampilkan fakta sesungguhnya dan
media menghendaki untuk memuatnya.
Menurut Van Dijk, kontrol wacana dapat terjadi karena dua hal.201 Pertama
adanya pihak yang mempunyai kekuasaan lebih dibanding pihak lain, sehingga
seseorang mengontrol, atau kelompok satu mengontrol kelompok lain karena
seseorang
atau
kelompok
tersebut
mempunyai
basis
kekuasaan
yang
menyebabkan orang lain tunduk kepada pihak yang mendominasinya. Kedua,
kontrol wacana itu juga terjadi karena satu pihak mempunyai akses wacana
dibandingkan dengan kelompok lain. Akses itu memberi kesempatan pada satu
pihak untuk menonjolkan basis penafsirannya dibandingkan pihak lain sehingga
khalayak hanya menerima suatu informasi dari satu sisi saja.
B. SARAN
1. Pelaku Penelitian Sejenis
Bagi para peneliti yang akan menerapkan metode analisis wacana Van
Dijk pada film, hendaknya melakukan beberapa penyesuaian dalam
penggunaan elemen-elemen analisis wacana yang ditawarkan oleh Van
Dijk. Selain itu, disarankan pula untuk melakukan analisis terhadap semua
elemen yang terdapat dalam film, tidak hanya terbatas pada pesan verbal
seperti yang masih dilakukan dalam penelitian ini.
2. Pemerhati Jurnalistik
commit to user
201
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001, hal.245.
163
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hendaknya para pemerhati jurnalistik turut ambil bagian dalam
mengembangkan jurnalisme investigasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan
jurnalisme investigasi di Indonesia masih jauh tertinggal dengan
jurnalisme investigasi di luar negeri khususnya Amerika. Terbukti dalam
buku Septiawan Santana, baru sedikit sekali contoh jurnalisme investigasi
di Indonesia dalam mengungkap suatu kasus yang tersembunyi.
commit to user
164
Download