perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAMPAK JUMLAH PASAR, JUMLAH PEDAGANG DAN PAD TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR TRADISIONAL Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Oleh : DEWI LUPITOSARI F 1107007 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Dewi Lupitosari NIM. F1107007 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh revitalisasi pasar tradisional terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Sehubungn dengan masalah tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut diduga jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi pasar berpengaruh secara terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang tergolong data time series dan bersifat kuantitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan yang didapat dari berbagai sumber, seperti Dinas Pengelolaan Pasar dan Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Surakarta, BPS Surakarta serta rujukan dari referensi di internet. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Proses pengujian yang digunakan terdiri dari pengujian secara ststistik meliputi uji t, uji F dan uji determinasi. Sedangkan untuk pengujian ekonometrika (asumsi klasik) meliputi uji Multikolinieritas, uji Heteroskedastisitas, uji Autokorelasi. Hasil penelitian ini menunjukan variable jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi pasar secara signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, sedangkan variabel jumlah pasar tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Hasil uji ekonometrika menunjukan tidak adanya gangguan multikolinieritas, gangguan heteroskedastisitas dan gangguan autokorelasi dalam model. Melihat hasil analisis ini, maka disarankan tentang perlunya dukungan dari berbagai pihak agar dapat berperan dalam merubah citra pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar modern. Perlu diperhatikan lagi masih banyak pospos penerimaan yang potensial guna menumbuhkan perekonomian. Kata kunci: revitalisasi pasar, jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD, pertumbuhan ekonomi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Dewi Lupitosari NIM. F1107007 This study aims to determine the effect of revitalizing traditional markets to economic growth Surakarta City. Sehubungn with the issue posed the following hypothesis is expected the number of markets, the number of traders, PAD and influential market revitalization policies on economic growth Surakarta City. The analysis in this study is to use secondary data belonging to time series data and quantitative. Data collection techniques used were technical literature obtained from various sources, such as the Office of Management and Market Management Department of Revenue, Finance and Asset Government Areas in Surakarta, Surakarta Connecticut as well as referral of reference on the internet. Data analysis in this study using multiple linear regression model by the method of OLS (Ordinary Least Square). The testing process consists of testing used in ststistik include the t test, F test and a test of determination. As for econometric testing (classical assumption) includes Multicollinearity test, test Heteroskedastisitas, Autocorrelation test. The results of this study showed a variable number of merchants, revenue and market revitalization policies significantly affect economic growth in the city of Surakarta, while the number of market variables do not affect the economic growth of the city of Surakarta. Econometric test results indicate the absence of multicollinearity problems, disturbances and disorders heteroskedastisitas autocorrelation in the model. Seeing the results of this analysis, it is recommended concerning the need for support from various parties in order to play a role in changing the image of traditional markets to compete with the modern market. It should be noted again there are many items of potential revenue to grow the economy. Key words: revitalizing the market, the number of markets, the number of traders, PAD, economic growth commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul: DAMPAK JUMLAH PASAR, JUMLAH PEDAGANG DAN PAD TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR TRADISIONAL Surakarta, 23 September 2011 Disetujui dan diterima oleh Dosen Pembimbing Sumardi, SE NIP. 196209081987021004 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, Oktober 2011 Tim Penguji Skripsi : 1. Drs. Harimurti, Msi sebagai Ketua (………………………………) NIP. 195612141984031001 2. Sumardi, SE sebagai Pembimbing (……………………………..) NIP. 196209081987021004 3. Siti Aisyah TR, SE, Msi sebagai Anggota NIP. 196809271997022001 commit to user (……………………………..) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk : ÏMy best family ever ÏSahabat-sahabat EP Non Reguler 2007 ÏSemua orang yang mensupport saya ÏAlmamater UNS commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu (Q.S Al Baqarah; 45) How many special people change. How many lives living strange ( Oasis) Silences is the hardest thing for us to unveil ( Spoken - Pure Saturday) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, akhirnya skirpsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat dalam pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa kendala yang penulis hadapi. Namun, seiring dengan berlalunya waktu serta usaha yang tidak kenal lelah, kendala yang muncul bisa teratasi. Tak lupa penulis haturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuanya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Bapak Sumardi, SE, selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menutut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. 5. Sekretaris Program Non-Reguler Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. 6. Bapak Dr. Agustinus Suryantoro, M.S, yang telah berkenan membimbing penulis dalam olah data dalam skripsi ini. 7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis. 8. Kepala dan seluruh staff Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota Surakarta, yang telah membantu penulis dalam pencarian data. 9. Kepala dan seluruh staff DPPKAD Pemerintah Kota Surakarta, yang membantu penulis dalam pencarian data. 10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak langsung atas bantuanya kepada penulis hingga terselesaikanya penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan meski sudah berusaha semaksimal mungkin. Untuk itu penulis sangat mengharapkan dan menghargai saran maupun kritik demi sempurnanya skripsi ini. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis pribadi maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan. Surakarta, September 2011 Penulis commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................... i ABSTRAK .............................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v HALAMAN MOTTO ............................................................................. vi KATA PENGANTAR ............................................................................ vii DAFTAR ISI ........................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Perumusan Masalah..................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian......................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian....................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 7 A. Pengertian Pasar .......................................................................... 7 B. Pasar Menurut Jenisnya ............................................................... 9 C. Pasar Menurut Luas Jangkauan ................................................... 10 D. Pasar Menurut Wujud.................................................................. 11 E. Pengertian Revitalisasi ................................................................ 11 F. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi .............................................. 12 G. Teori Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 14 H. Penelitian Terdahulu ................................................................... 18 I. Kerangka Pemikiran .................................................................... commit to user J. Hipotesis ..................................................................................... 20 21 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 22 A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 22 B. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 22 C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 22 D. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 23 E. Metode Analisis Data .................................................................. 24 BAB IV PEMBAHASAN....................................................................... 34 A. Gambaran Umum Daerah Penelitian........................................... 34 1. Aspek Geografis ................................................................... 34 2. Aspek Demografi ................................................................. 35 3. Aspek Sosial Ekonomi ......................................................... 37 B. Gambaran Umum Revitalisasi Pasar ........................................... 42 C. Hasil Analisis dan Pembahasan................................................... 44 1. Uji Statistik ............................................................................. 46 a. Uji t Statistik.................................................................... 46 b. Uji F Statistik................................................................... 47 c. Koefisien Determinasi ..................................................... 47 2. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 48 a. Uji Multikolinieritas ........................................................ 48 b. Uji Homoskedastisitas ..................................................... 48 c. Uji Autokorelasi .............................................................. 49 D. Interpretasi secara Ekonomi ........................................................ 50 BAB V PENUTUP.................................................................................. 55 A. Kesimpulan.................................................................................. 55 B. Saran ............................................................................................ 57 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Kota Surakarta Menurut Kecamatan Tahun 2009 ................................................................................................... 36 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 .................. 37 4.3 Penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin Di Kota Surakarta Tahun 2009 (Jiwa) ............................................................................ 37 4.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Di Kota Surakarta Tahun 2009 (Jiwa)................... 38 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Harga Kostan Serta Indeks Perkembangan Di Kota Surakarta Tahun 2001-2009 (Juta Rupiah) .............................................................................................. 40 4.6 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta (Rupiah) ............................................................................................ 41 4.7 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pasar Kota Surakarta (Rupiah) ............................................................................ 42 4.8 Pasar Tradisional di Kota Surakarta yang Mengalami Revitalisasi . 43 4.9 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda .......................................... 45 4.10 Uji Multikolinieritas......................................................................... 48 4.11 Uji White.......................................................................................... 49 4.12 Estimasi Hasil Uji B-G .................................................................... 50 4.13 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 20 3.1 Kurva Distribusi t …………………………………………………. 27 3.2 Kurva Distribusi F ………………………………………………… 29 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id THE IMPACT OF THE MARKET, THE NUMBER OF TRADERS AND PAD HAS ON ECONOMIC GROWTH OF SURAKARTA CITY BEFORE AND AFTER THE POLICY OF REVITALIZING TRADITIONAL MARKETS ABSTRACT Dewi Lupitosari NIM. F1107007 This study aims to determine the effect of revitalizing traditional markets to economic growth Surakarta City. Sehubungn with the issue posed the following hypothesis is expected the number of markets, the number of traders, PAD and influential market revitalization policies on economic growth Surakarta City. The analysis in this study is to use secondary data belonging to time series data and quantitative. Data collection techniques used were technical literature obtained from various sources, such as the Office of Management and Market Management Department of Revenue, Finance and Asset Government Areas in Surakarta, Surakarta Connecticut as well as referral of reference on the internet. Data analysis in this study using multiple linear regression model by the method of OLS (Ordinary Least Square). The testing process consists of testing used in ststistik include the t test, F test and a test of determination. As for econometric testing (classical assumption) includes Multicollinearity test, test Heteroskedastisitas, Autocorrelation test. The results of this study showed a variable number of merchants, revenue and market revitalization policies significantly affect economic growth in the city of Surakarta, while the number of market variables do not affect the economic growth of the city of Surakarta. Econometric test results indicate the absence of multicollinearity problems, disturbances and disorders heteroskedastisitas autocorrelation in the model. Seeing the results of this analysis, it is recommended concerning the need for support from various parties in order to play a role in changing the image of traditional markets to compete with the modern market. It should be noted again there are many items of potential revenue to grow the economy. Key words: revitalizing the market, the number of markets, the number of traders, PAD, economic growth commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAMPAK JUMLAH PASAR, JUMLAH PEDAGANG DAN PAD TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR TRADISIONAL ABSTRAK Dewi Lupitosari NIM. F1107007 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh revitalisasi pasar tradisional terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Sehubungn dengan masalah tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut diduga jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi pasar berpengaruh secara terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang tergolong data time series dan bersifat kuantitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan yang didapat dari berbagai sumber, seperti Dinas Pengelolaan Pasar dan Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Surakarta, BPS Surakarta serta rujukan dari referensi di internet. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Proses pengujian yang digunakan terdiri dari pengujian secara ststistik meliputi uji t, uji F dan uji determinasi. Sedangkan untuk pengujian ekonometrika (asumsi klasik) meliputi uji Multikolinieritas, uji Heteroskedastisitas, uji Autokorelasi. Hasil penelitian ini menunjukan variable jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi pasar secara signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, sedangkan variabel jumlah pasar tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Hasil uji ekonometrika menunjukan tidak adanya gangguan multikolinieritas, gangguan heteroskedastisitas dan gangguan autokorelasi dalam model. Melihat hasil analisis ini, maka disarankan tentang perlunya dukungan dari berbagai pihak agar dapat berperan dalam merubah citra pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar modern. Perlu diperhatikan lagi masih banyak pospos penerimaan yang potensial guna menumbuhkan perekonomian. Kata kunci: revitalisasi pasar, jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD, commit to user pertumbuhan ekonomi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asal usul masyarakat Kota Surakarta merupakan campuran antara masyarakat agraris dan pedagang. Agraris karena daerah di sekitarnya merupakan wilayah pertanian, sedangkan perdagangan karena didukung oleh keberadaan Sungai Bengawan Solo yang menjadi jalur perdagangan ( Rejeki, 2006). Pasar adalah sebuah tempat yang mempertemukan penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka kegiatan ekonomi. Menurut Buku Putih Pasar Tradisional, pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua belah pihak mengambil kata sepakat tentang harga terhadap jumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu sebagai objek barang. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual yang dilaksanakan dengan manajemen sederhana tanpa adanya perangkat teknologi modern yang mewakili golongan pedagang menengah ke bawah. Masa operasi pasar tradisional biasanya rata-rata dari subuh hingga siang hari atau sore hari bahkan sebagian malam hari. Selama ini citra pasar tradisional yang ada di masyarakat masih identik dengan sebuah lokasi perdagangan yang kumuh, tidak teratur, tidak aman, penuh ketidakpastian harga, dan daerah sumber kemacetan lalu commit to user 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id lintas. Padahal lokasi pasar tradisional pada umumnya berada di lokasi yang strategis. Hal ini akan menyebabkan pasar tradisional dijauhi oleh masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke atas (Leksono, 2009). Semakin hari semakin banyak masyarakat yang meninggalkan pasar tradisional dan beralih ke pasar modern yang semakin hari semakin menjamur di lingkungan sekitar mereka. Kini pasar tradisional semakin terpinggirkan dan sepi pengunjung, sementara pasar-pasar modern terus bergeliat dan meningkatkan kualitas serta pelayanannya untuk semakin memuaskan para konsumennya. Sedangkan pendapatan para pedagang pasar tradisional semakin hari semakin merosot bahkan hingga gulung tikar dan akhirnya juga akan menurunkan kegiatan ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah, karena mayoritas pedagang ini adalah masyarakat kelas menengah ke bawah. Guna meningkatkan daya saing pasar tradisional dengan pasar modern, Pemerintah Kota Surakarta akan merevitalisasi empat hingga enam pasar tradisional setiap tahun. Rehabilitasi pasar tradisional menjadi modern diyakini akan meningkatkan omzet pedagang karena akan meningkatkan daya tarik pengunjung. Bahwa pasar tradisional tidak bisa dikesampingkan. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diterima dalam tiga tahun melonjak tajam dari sumber tersebut. Tahun 2008 PAD dari pasar mencapai Rp 17 miliar. Sementara tiga tahun yang lalu, hanya mendapat Rp 7,8 miliar. Maka, dengan berani pula Pemerintah Kota commit to user 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Surakarta menargetkan PAD pasar bisa meraup Rp 18,5 miliar untuk tahun 2009 ( Widodo, 2007 ). Sepanjang tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, Pemerintah Kota Surakarta telah menyelesaikan pembangunan empat pasar baru, merevitalisasi delapan pasar lama dan menyelenggarakan satu tempat penjualan kerajinan tangan. Kedelapan pasar yang direvitalisasi tersebut adalah Pasar Nusukan, Pasar Mojosongo, Pasar Kembang, Pasar Sidodadi, Pasar Gading, Pasar Panggungrejo, Pasar Windujenar dan Pasar Ayu. Tujuan direvitalisasinya pasar tradisional tersebut adalah untuk meningkatkan daya saing dan meningkatkan citra pasar tradisional. Pemerintah Kota Surakarta pun bersungguh-sungguh dalam menggarap program revitalisasi pasar tradisional. Terbukti, peresmian Pasar Gading, Ngarsopuro dan Windujenar, dilakukan oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia. (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 16 Februari 2009). Pasar-pasar tradisional tersebut direvitalisasi karena secara fisik dahulunya cukup memprihatinkan yakni sempit, kumuh dan tidak tertata. Secara umum pasar-pasar tersebut sudah padat, terlihat dari barang-barang dagangan yang digeletakkan diluar kios, selain itu pula pasar tidak memiliki lahan parkir yang memadai sehingga tidak jarang menimbulkan kemacetan. Adapun beberapa pasar tradisional merupakan salah satu pasar tujuan para turis yang ingin mencari barang antik atau sekedar mengabadikan foto untuk kenang-kenangan hal tersebut tentu membuat commit to user 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id citra pasar tradisional menjadi buruk. Sumber dana yang digunakan Pemerintah Kota Surakarta untuk merevitalisasi pasar tradisional adalah menggunakan dana dari APBD, APBD Provinsi, hibah dari APBN maupun dari investor. Peraturan yang mengatur tentang pasar tradisional adalah Peraturan Presiden No.112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Jika pasar tradisional bisa dikelola dengan baik dan menarik,maka tidak perlu ada pertentangan antara pasar modern dan tradisional. Keduanya dapat berkembang dengan nuansa serta daya tariknya sendiri-sendiri. Tidak menutup kemungkinan bahwa golongan masyarakat yang berpendapatan tinggi juga akan menjadi tertarik untuk sesekali datang mengunjungi dan berbelanja di pasar tradisional untuk menikmati berbagai hal yang tidak tersedia di pasar modern. Bagi pihak Pemerintah Kota Surakarta hal ini tentu akan menjadi suatu tantangan besar sekaligus untuk membuktikan kesungguhan pemerintah dalam mengelola pasar tradisional. Dalam kaitanya dengan hal tersebut, penulis mengambil judul : DAMPAK JUMLAH PASAR, JUMLAH PEDAGANG DAN PAD TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA SEBELUM DAN KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR TRADISIONAL. commit to user SESUDAH perpustakaan.uns.ac.id 5 digilib.uns.ac.id B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan diatas, rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh jumlah pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta? 2. Bagaimana pengaruh jumlah pedagang pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta? 3. Bagaimana pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta? 4. Bagaimana pengaruh kebijakan revitalisasi pasar tradisional terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian telah diungkapkan sebelumnya, maka tujuan studi yang ingin dicapai adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pedagang terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. 3. Untuk mengetahui pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. 4. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan revitalisasi pasar tradisional terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. commit to user 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. Manfaat Penelitian Pihak – pihak yang diharapkan akan memperoleh manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan, dalam hal ini Dinas Pengelolaan Pasar dan Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah pada khususnya dan Pemerintah Kota Surakarta pada umumnya. 2. Bagi mahasiswa, peneliti dan akademisi sebagai wacana dan sumber informasi bagi penelitian lain dibidang yang sama. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pasar Menurut Mankiw (2003:82) pasar (market) adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai kelompok menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw, 2000:75) Menurut sudut pandang yang lain, Sofyan Assauri (1993:93) mengemukakan bahwa pasar adalah merupakan arena pertukaran potensial baik dalam bentuk fisik sebagai tempat berkumpul atau bertemunya para penjual dan pembeli, maupun yang berbentuk non fisik yang memungkinkan terlaksananya pertukaran, karena dipenuhi persyaratan pertukaran, diantaranya yaitu adanya minat dan citra yang baik serta daya beli yang memadai. Berdasarkan Perpres No.112 Tahun 2007 Pasal 1 pengertian pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan tempat usaha berupa toko, kios,los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Sedangkan menurut Sinaga (2008) pasar tradisional adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisiknya tradisional yang menerapkan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 8 digilib.uns.ac.id sistem transaksi tawar-menawar secara langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan dan lainnya. Pihak yang berjualan di pasar ini terdiri dari UKM dan pedagang kaki lima. Harga di pasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh karena itu bisa dilakukan tawar-menawar. Sementara itu, pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasadengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya (Sinaga, 2008). Beberapa alasan orang lebih memilih berbelanja di pasar tradisional daripada di pasar modern, antara lain : a. Harga barang relatif lebih murah dan masih dapat ditawar. b. Produknya lebih segar, contohnya seperti sayuran, daging, ikan, ayam, bumbu dapur dan lain sebagainya. c. Adanya interaksi dan komunikasi sosial sehingga terjadi keakraban antara penjual dan pembeli. d. Buka dari pagi hari, suasananya lebih hidup dan ramai. e. Masih mengakarnya budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Kelas pasar tradisional dibagi berdasarkan luas pasar, jumlah pedagang berdasarkan kios, los, dan oprokan serta berdasarkan jumlah commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) per tahun. Tetapi tidak ada patokan pasti untuk membedakan kelas pasar tradisional. Kelas pasar tradisional terbagi menjadi kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas IV, yaitu sebagai berikut: a. Pasar kelas I adalah pasar dengan komponen bangunan yang lengkap, sistem arus barang dan orang, baik di dalam maupun di luar bangunan dan melayani perdagangan tingkat regional (pusat regional). b. Pasar kelas II adalah pasar dengan komponen bangun-bangunan, sistem arus barang dan orang, baik di dalam maupun di luar bangunan dan melayani perdagangan tingkat kota (pasar kota). c. Pasar kelas III adalah pasar dengan komponen bangunan, sistem arus barang dan orang, baik di dalam maupun di luar bangunan, dan melayani perdagangan tingkat wilayah bagian kota (pasar wilayah). d. Pasar kelas IV adalah pasar dengan komponen bangunan, sistem arus barang dan orang, terutama di dalam bangunan dan melayani perdagangan tingkat lingkungan (pasar lingkungan). B. Pasar Menurut Jenisnya 1. Pasar Konsumsi Adalah pasar yang menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi. Misalnya menjual beras, sandal, lukisan, dll. Contohnya adalah Pasar Gede di Surakarta, atau Pasar Kramat Jati di Jakarta. commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Pasar Faktor Produksi Adalah pasar yang menjual barang-barang untuk keperluan produksi. Misalnya menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk pabrik. C. Pasar Menurut Luas Jangkauan 1. Pasar Daerah Adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu daerah dimana produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan melayani permintaan dan penawaran dalam satu daerah. 2. Pasar Lokal Adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan dan penawaran dalam satu kota. 3. Pasar Nasional Adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri. 4. Pasar Internasional Adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia. commit to user 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. Pasar Menurut Wujud 1. Pasar Konkret Adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan kasat mata. Misalnya ada los-los, toko-toko, dll. Di pasar konkret, produk yang dijual dan dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen juga dapat dengan mudah dibedakan. 2. Pasar Abstrak Adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan kasat mata.konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung.Biasanya dapat melalui internet, pemesanan telepon, dll. Barang yang diperjual belikan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui brosur, rekomendasi, dll. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan produsen bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan konsumen sekaligus. E. Pengertian Revitalisasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Moeliono, 2007:954) revitalisasi adalah proses, cara, pembuatan menghidupkan kembali atau menggiatkan kembali. Revitalisasi dalam arti harfiahnya adalah menghidupkan kembali, maknanya bukan sekedar mengadakan atau mengaktifkan kembali apa yang sebelumnya pernah ada, tetapi menyempurnakan strukturnya, mekanisme kerjanya, dan menyesuaikan dengan kondisi baru, semangatnya dan komitmenya. Beberapa contoh revitalisasi pasar yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta antara commit to user 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id lain, Pasar Nusukan, pasar yang lokasinya berada didekat Terminal Tirtonadi ini merupakan pasar pertama yang direvitalisasi Pemerintah Kota Surakarta. Revitalisasi dilakukan pada tahun 2006 karena kondisi pasar yang “semrawut” oleh pedagang oprokan di lantai I. Contoh revitalisasi yang lain adalah Pasar Windujenar Surakarta, pasar ini dahulunya memang sudah ada namun karena penataan pasar yang buruk maka pada tahun 2008 Pemerintah Kota Surakarta merevitalisasi pasar tersebut hingga menjadi pasar yang lebih indah dan sesuai dengan citranya sebagai pasar antik. F. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Lalu menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita yang terus – menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro. Hal ini didasari oleh tiga alasan, yaitu: 1. Penduduk selalu bertambah. Bertambahnya jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga selalu bertambah. Pertumbuhan ekonomi akan mampu menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan lebih kecil daripada commit to user 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pertumbuhan angkatan kerja, hal ini mendorong terjadinya pengangguran. 2. Selama keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas, perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. 3. Usaha menciptakan pemerataan ekonomi (economic stability) melalui retribusi pendapatan (income redistribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi (Jhingan, 1988). Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu: 1) Sumber alam. 2) Akumulasi modal. 3) Organisasi (organisasi dalam ekonomi modern adalah para wiraswasta yang bersifat melengkapi). 4) Kemajuan teknologi. 5) Pembagian kerja dan skala produksi. Sedangkan faktor non-ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu: 1) Faktor sosial dan budaya. 2) Faktor manusia. 3) Faktor politik dan administratif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 14 digilib.uns.ac.id Laju pertumbuhan ekonomi daerah dapat diukur dengan laju kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) dan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Laju kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diukur dengan cara mengurangi PDRB tahun sekarang dengan PDRB tahun sebelumnya, atau dapat ditulis sebagai berikut : Laju Kenaikan PDRB = Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). G. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan idiologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Smith dan Todaro,2004). Menurut pendangan ekonomi klasik, Adam Smith, David richardo, Thomas Robert Maltus dan John Stuart Mill, maupun ekonom neo-klasik, Robert Sollow dan Trevor Swan, mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok modal barang, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi. commit Suatu toperekonomian dikatakan mengalami user perpustakaan.uns.ac.id 15 digilib.uns.ac.id pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Artinya perkembangan baru tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut menjadi bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Smith dan Todaro (2004) mengatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah; pertama akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi yang bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi yaitu; kemajuan teknologi yang bersifat netral, kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, dan kemajuan teknologi yang hemat modal. Peranan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan menggunakan teori pertumbuhan (Smith dan Todaro, 2004), antara lain: Teori pertumbuhan Harrod-Domar, teori ini menyatakan bahwa agar bisa tumbuh dengan cepat, maka setiap perekonomian harus menginvestasikan sebanyak mungkin bagian dari pendapatan nasionalnya, dengan model persamaan sebagai berikut: 1. Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau s dari pendapatan nasional (Y). Oleh karena itu dapat ditulis adalam bentuk persamaan sederhana S = sY ………………………………………………………………. (2.1) commit to user 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Investasi neto (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang dapat diwakilkan oleh ∆K, sehingga persamaan tersebut ditulis sebagai berikut: I = ∆K ……………………………………………………………….. (2.2) Akan tetapi karena jumlah stok modal, K mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional (Y), seperti yang ditunjukan oleh rasio modal-output, k maka: = k atau = k …………………………………………………... (2.3) ∆K= k ∆Y 3. Mengingat tabungan nasional neto (S) harus sama dengan investasi neto (I) maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai berikut: S = I …………………………………………………………………. (2.4) I = ∆K = k ∆Y ……………………………………………………..... (2.5) S = s Y = k ∆K = ∆K= I ……………………………………………. (2.6) s Y = k ∆Y ………………………………………………………….. (2.7) Teori pertumbuhan Neo-Klasik Sollow, model pertumbuhan NeoKlasik Solow (Solow neoclassical growth model) merupakan pilar yang sangat mewarnai teori pertumbuhan Neo-Klasik. Model ini menyatakan bahwa secara kondisional, perekonomian berbagai negar akan bertemu (converge) pada tingkat pendapatan yang sama, dengan syarat bahwa Negara-negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama. commit to user 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Konsep tersebut dituliskan oleh Solow, yang menjadi salah satu karya klasik dalam literature pertumbuhan ekonomi. Solow maemasukan faktor produsi modal (capital) dan tenaga kerja (labour) sebagai sumber pertumbuhan. Model pertumbuhan yang dikembangkan Solow memakai fungsi produk agregat standar, yakni: Y= kα (AL) 1-α ……………………………………………………….. (2.8) Dimana Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhanya ditentukan secara eksogen. Y/L = f(K/L,1) atau y = f(k) ………………………………………… (2.9) Y = Ak α Teori pertumbuhan eksogen atau teori pertumbuhan baru (new growth theory) teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan endogen, yaitu pertumbuhan GNP yang persistem, yang ditentukan oleh sistem yang mengatur proses produksi dan bukan oleh kekuatan-kekuatan diluar sistem. Teori pertumbuhan endogen berupaya menjelaskan skala kecil yang semakin meningkat dan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda- beda antar Negara. H. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Caroline Paskarina (2007) menganalisis Evaluasi terhadap Kebijakan Pengelolaan Pasar di Kota Bandung. Dari analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Bandung banyak ditunjang commit to user oleh sektor perdagangan, 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebagaimana diindikasikan dari kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kota Bandung sebesar 31,91% pada tahun 2003, yang menempati urutan pertama dibandingkan sektor-sektor lainnya (Bandung dalam Angka, 2003). Sebagai salah satu ciri sarana perekonomian perkotaan, keberadaan pasar menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup potensial, sehingga pengaturan tentang pengelolaan pasar kemudian diawadahi dalam Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 17 Tahun 1996 tentang Pengurusan Pasar-pasar di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung, yang kemudian diubah dengan Perda No. 19 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Pasar di Kota Bandung. Perda No. 19 Tahun 2001 dibuat dengan maksuduntuk mengelola perkembangan pasar agar dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakatdan sekaligus peningkatan perekonomian masyarakat. Dalam pengelolaan pasar, Pemerintah Kota Bandung tidak pernah memiliki pos khusus untuk revitalisasi pasar tradisional, sehingga lebih mengandalkan pada investasi. Variabel investasi dan PAD dari pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, yaitu dengan probabilitas sebesar 0.0000 dan 0.0003. Sedangkan variabel dummy (kebijakan pengelolaan pasar) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, dengan nilai probabilitas 0.0246. Hasil evaluasi menyimpulkan bahwa investasi yang ditanamkan untuk pengelolaan pasar dapat meningkatkan pendapatan sektor perdagangan yang menunjang pertumbuhan ekonomi Kota Bandung. PAD yang berasal dari commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pendapatan retribusi pasar juga berpengaruh meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Bandung. commit to user dan potensial untuk 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id I. Kerangka Pemikiran Untuk memberikan pedoman dan mempermudah dalam kegiatan penelitian pengolahan data, penganalisaanya agar diperoleh hasil penelitian yang benar, maka digunakan kerangka penelitian sebagai berikut : Pasar Tradisional Kebijakan Revitalisasi Pasar Perdagangan Pemerintah Daerah PAD Jumlah Pasar dan Pedagang Pasar Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta 1.1 Kerangka Pemikiran Dari kerangka pemikiran diatas, keberadaan pasar tradisional di Kota Surakarta yang dahulunya kumuh, sempit dan tidak tertata kemudian dilakukan penataan sedemikian rupa. Dengan adanya kebijakan revitalisasi pasar dimungkinkan membawa pengaruh terhadap sektor perdagangan dan juga kepada Pemerintah Daerah. Dari sektor perdagangan akan berdampak kepada jumlah pedagang pasar, bertambah atau menurun, sedangkan dari sisi Pemerintah Daerah sebagai pemangku kebijakan revitalisasi pasar akan commit to user 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id membawa pengaruh ke PAD. Sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. J. Hipotesis 1. Diduga jumlah pasar berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. 2. Diduga jumlah pedagang pasar berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. 3. Diduga PAD ( Pendapatan Asli Daerah ) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. 4. Diduga kebijakan revitalisasi pasar berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh revitalisasi pasar tradisional terhadap pertumbuhan ekonomi kota Surakarta. Lokasi penelitian berada di Kota Surakarta. B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dan kemudian diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder, menurut Sekaran ( 2006:77 ) adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada. Yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data sekunder meliputi data yang dikumpulkan dari instansi terkait seperti Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota Surakarta, Badan Pusat Statistik, Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) serta laporan sebelumnya. C. Metode Pengumpulan Data Studi Pustaka, yaitu dengan cara mencari literatur-literatur yang diperlukan yang berupa data dan teori yang hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. Data-data tersebut diperoleh dari Dinas Pengelolaan Pasar commit to user 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (DPP) Kota Surakarta, Dinas Pengelola Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah ( DPPKAD) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Surakarta. D. Definisi Operasional Variabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Laju pertumbuhan ekonomi adalah suatu indikator untuk mengukur kemajuan ekonomi suatu daerah sebagai hasil pembangunan nasional. Laju pertumbuhan ekonomi daerah dapat diukur dengan laju kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan, dihitung dengan cara mengurangi PDRB tahun sekarang dengan PDRB tahun sebelumnya, dibagi dengan PDRB tahun lalu, kemudian dikali 100 % . Diukur dalam satuan persen. 2. PAD ( Pendapatan Asli Daerah) Menurut Mardiasmo (2002: 132) pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Diukur dalam satuan Rupiah. 3. Jumlah Pasar Adalah jumlah keseluruhan pasar tradisional yang ada di Kota Surakarta baik yang tidak direvitalisasi dan yang telah mengalami revitalisasi selama kurun waktu tahun 1998 – 2009. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 24 digilib.uns.ac.id 4. Jumlah Pedagang Pasar Adalah jumlah pedagang yang berada di kawasan pasar tradisional yang ada di Kota Surakarta baik yang tidak direvitalisasi dan yang telah mengalami revitalisasi selama kurun waktu tahun 1998 – 2009. 5. Kebijakan Revitalisasi Pasar Adalah perwujudan dari Peraturan Presiden tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, maka Pemerintah Kota Surakarta melakukan revitalisasi pada sejumlah pasar yang penataannya kurang dan juga pembinaan manajemen pasar. Diukur dengan dummy, 0 sebagai sebelum revitalisasi dan 1 sebagai sesudah revitalisasi. E. Metode Analisis Data Dalam Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif adalah analisis dengan pendeskripsian faktor-faktor yang berhubungan dengan permasalahan sebagai pendukung hasil dari analisis kuantitatif. Sedangkan analisis kuantitatif adalah analisis dengan menggunakan rumus-rumus dan teknik perhitungan yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah-masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan analisis regresi linier berganda. Disebut sebagai linier berganda karena pada penelitian ini jumlah variabel bebasnya lebih dari satu (Insukindro, 2003 : 42) Analisis ini berfungsi untuk mengetahui apakah faktor-faktor jumlah commit to user pasar, jumlah pedagang, PAD Kota Surakarta dan kebijakan revitalisasi 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta dan seberapa besar pengaruh dari variabel- variabel di atas. Variabel dependen adalah Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Surakarta dari tahun 1998 – 2009. Dimana tahun tersebut merupakan masa sebelum revitalisasi, awal mula kebijakan revitalisasi dilaksanakan hingga tahun terakhir ketika masih dikerjakan revitalisasi. Variable independen yang dimasukkan adalah jumlah pedagang pasar, jumlah pasar, PAD Kota Surakarta dan kebijakan revitalisasi. Bentuk fungsi regresi linier berganda dalam hal ini adalah sebagai berikut : Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + D+ ei Dimana : Y = Laju Pertumbuhan ekonomi β0 = Konstanta X1 = Jumlah Pasar (Buah) X2 = Jumlah Pedagang (Orang) X3 = PAD (Rupiah) D = Kebijakan Revitalisasi Pasar (Dummy) 0 = sebelum revitalisasi 1 = sesudah revitalisasi β1,..β4 = Koefisien regresi masing-masing variabel, menunjukkan elastisitas masing-masing variabel terhadap Y. ei = Varibel Pengganggu commit to user 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Metode yang digunakan untuk mengestimasi parameter-parameter dalam fungsi regresi linier berganda di atas adalah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Bila asumsi-asumsi linier klasik dipenuhi, hasil yang diperoleh dengan OLS adalah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau lebih jelasnya adalah : (Gujarati dalam Insukindro, 2001 : 47) a. Linier, artinya semua parameter dalam fungsi regresi adalah linier. b. Parameter-parameternya adalah tidak bias, artinya semakin besar sampel yang diambil maka penaksir parameter semakin mendekati nilai parameter yang sebenarnya. c. Parameter-parameternya mempunyai varian yang minimum. Selanjutnya dari persamaan di atas dilakukan pengujian dengan uji statistik dan uji asumsi klasik sebagai berikut : a. Uji Statistik 1) Uji t (Uji secara individu) Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen (uji sendirisendiri semua koefisien regresi). Langkah-langkah yang dilakukan antara lain: a) Menyusun formulasi Ho dan Ha Ø Ho : β = 0 à tidak ada pengaruh yang signifikan antara, jumlah pasar, jumlah pedagang pasar, PAD dan kebijakan revitalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. commit to user 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Ø Ha : β ¹ 0 à ada pengaruh yang signifikan antara jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. b) Tingkat Signifikan t tabel = (t a 2 , n-k) di mana: a = derajat signifikansi (5%). n = jumlah sampel (observasi). k = jumlah variabel bebas c) Kriteria Pengujian Ø Ho diterima, Ha ditolak: t hitung > +t tabel. Kesimpulannya β tidak berbeda dengan nol (β tidak signifikan pada tingkat a=5%). Hal ini dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik tidak berpengaruh terhadap Y pada tingkat a. Ø Ho ditolak, Ha diterima: t hitung > +t tabel. Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak - tα 2; N - K tα 2; N - K Gambar 3.1 Kurva Distribusi t Kesimpulannya β berbeda dengan nol (β signifikan pada tingkat a=5%). Hal ini dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik commit to user berpengaruh terhadap Y pada tingkat a. 28 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Cara lain untuk menguji signifikan tidaknya koefisien regresi adalah dengan melihat probabilitasnya, jika nilai probabilitasnya: (1)< 0,05 maka koefisien regresi itu signifikan pada tingkat 5%. (2)< 0,10 maka koefisien regresi itu signifikan pada tingkat 10%. (3)0,15 maka koefisien regresi itu signifikan pada tingkat 15%. 2) Uji F (Uji secara bersama-sama) Digunakan untuk menguji signifikansi variabel independen secara bersama-sama. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain: a) Menyusun formulasi Ho dan Ha Ø Ho : β1 = β2 = β3 = β4= 0 à tidak ada pengaruh yang signifikan antara jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Ø Ha : β1 ¹ β2 ¹ β3 ¹ β4 ¹ 0 à ada pengaruh yang signifikan antara jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. 2) Tingkat Signifikan F tabel = F (a; (n-k),(k-1)) di mana: a = derajat signifikansi (5%). n = jumlah sampel (observasi). k = jumlah variabel bebas. commit to user 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Ho diterima Ho ditolak F (a; K-1; N-K) Gambar 3.2 Kurva Distribusi F 3) Kriteria pengujian: a) Jika nilai F hitung < F tabel, Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel independen secara serentak tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. b) Jika nilai F hitung > F tabel, Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel independen secara serentak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 3) Pengujian koefisien determinasi ( R2 ) Pengujian ini digunakan untuk mengetahui berapa % variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independent. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat koefisien R2 dengan kriteria pengujian 0 ≤ R2 ≤ 1 dimana nilai R2 antara 0 dan 1 , dan R2 akan selalu positif. Jika nilai R2 sebesar 1 berarti hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen bersifat sempurna, jika nilainya sebesar 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. commit to user 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Uji Asumsi Klasik Dalam pengujian empirik dengan menggunakan data runtut waktu kepastian tidak ada masalah autokorelasi, adanya homoskedastisitas, dan linearnya bentuk fungsi yang digunakan merupakan prasyarat yang harus dipenuhi. Pengujian asumsi klasik ini merupakan salah satu langkah penting dalam rangka menghindari munculnya regresi linear lancung yang mengakibatkan tidak sahihnya hasil estimasi. 1) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat interkorelasi yang sempurna diantara beberapa variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi. Untuk menguji ada tidaknya masalah multikolinearitas dalam suatu model empirik setidaknya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan korelasi parsial dan dengan pendekatan Koutsoyiannis (1977). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan korelasi parsial oleh Farrar dan Gruber (1967). Langkah-langkah untuk menerapkan metode ini adalah sebagai berikut: (1) Lakukan estimasi regresi awal. Dapatkan hasil estimasi persamaan awal R2 yang dinamakan R2a (R2 regresi awal). (2) Lakukan regresi antar variabel bebas. Dapatkan hasil estimasi regresi parsial R2 commit to user 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (3) Pedoman yang digunakan jika nilai R2a lebih tinggi dari nilai R2 pada regresi antar variabel bebas, maka dalam model empirik tidak terdapat adanya multikolinearitas dan sebaliknya. 2) Heteroskedastisitas Uji ini muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang dianalisis tidak memiliki varian yang konstan dari suatu observasi. Pengujian terhadap ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model empirik dapat dilakukan dengan beberapa metode. Antara lain Uji Park, Uji Glejser, Uji White, Uji Bruesch-Pagan-Godfrey, dan lainya. Penelitian ini menggunakan Uji White untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas. Ada dua versi Uji White, yaitu White Heteroscedastisitas (no cross term) dan White Heteroscedastisitas (cross term). Langkah-langkah pengujian Uji White: (1) Lakukan estimasi model awal (2) Bandingkan nilai Obs*R2 dengan x2 tabel (df= jumlah regresor, α= 5%). Jika nilai Obs*R2 < x2, maka tidak signifikan secara statistik. Berarti hipotesa yang menyatakan bahwa model empirik tidak terdapat masalah heteroskedastisitas diterima atau tidak ditolak. commit to user 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi diantara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) dalam model regresi. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainya. Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak ada autokorelasi. Adanya korelasi antar variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. Ada beberapa metode untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi. Antara lain adalah metode grafik, Runs test, Durbin-Watson test dan Bruesch-Godfrey test. Dengan langkah-langkah sebagai berikut (Ghozali, 2006): - Estimasi persamaan regresi dengan OLS (Ordinary Least Square), dapatkan nilai residualnya (ut). - Regresi ut terhadap variabel bebas dan ut-I.......... ut-p - Hitungan (n – p)R2 – x2. Jika lebih besar dari nilai tabel chi-square dengan df p, menolak hipotesa bahwa setidaknya ada satu koefisien autokorelasi yang berbeda dengan nol. commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Apabila dari hasil uji autokorelasi, diketahui bahwa nilai probabilitas lebih besar dari 5%, maka hipotesa yang terdapat pada model tidak terdapat autokorelasi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Aspek Geografis Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang dan Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian ± 92 meter dari permukaan laut. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainya seperti Semarang dan Purwokerto. Kota Solo mempunyai slogan The Spirit of Java. a. Keadaan Geografis Kota Surakarta terletak antara 110º 45’ 15” - 110º 45’ 35’’ Bujur Timur dan antara 7º 36’ 00” - 7º 56’ 00” Lintang Selatan. Batasan fisik Kota Surakarta meliputi : a. Sebelah Utara :Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. b. Sebelah Timur :Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo. c. Sebelah Selatan :Kabupaten Sukoharjo. d. Sebelah Barat :Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. commit to user 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Keadaan Alam Suhu udara rata-rata di Kota Surakarta berkisar antara 24,7ºC sampai dengan 27,9ºC. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara 64 persen sampai dengan 85 persen. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan Februari dengan jumlah hari hujan sebanyak 25. Sedangkan curah hujan terbanyak sebesar 699 mm jatuh pada bulan Oktober. Sementara itu ratarata curah hujan saat hari hujan terbesar jatuh pada bulan Nopember sebesar 33,1 mm per hari hujan. c. Luas Daerah Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,06 km2 yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan, Serengan, Banjarsari, Pasar Kliwon dan Jebres. Sebagian lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 61,68%. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar yaitu berkisar antara 20% dari luas lahan yang ada. 2. Aspek Demografi a. Pembagian Wilayah Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari. Dari 5 kecamatan terbagi 51 kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 595 dan jumlah RT sebanyak commit to user 36 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2.669 dengan jumlah KK sebesar 134.811 KK maka rata-rata KK setiap RT berkisar sebesar 50 KK setiap RT. Kota Surakarta memiliki luas 44.04 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 580.849 jiwa pada tahun 2009. Dalam hal ini tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 13.189 jiwa per km2 . Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Kota Surakarta menurut Kecamatan Tahun 2009 Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk 2 (km ) Laweyan 8.64 110.555 Serengan 3.19 63.659 Pasar Kliwon 4.82 88.044 Jebres 12.58 143.319 Banjarsari 14.81 175.272 Jumlah 44.04 580.849 Sumber: BPS, Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009 Tingkat Kepadatan/km2 12.796 19.956 18.266 11.393 11.835 13.189 b. Jumlah Penduduk Pada tahun 2009 penduduk Kota Surakarta berjumlah 580.849 orang yang terdiri dari 286.681 penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 294.168 penduduk berjenis kelamin perempuan, dengan pertumbuhan penduduk 1.01 persen dan tingkat kepadatan penduduk 13.189 jiwa per km2 . commit to user 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 Kecamatan Perempuan Laki-laki Laweyan 56.423 54.132 Serengan 32.281 31.378 Pasar Kliwon 44.768 43.276 Jebres 72.318 71.001 Banjarsari 88.378 86.894 Jumlah 294.168 286.681 Sumber: BPS, Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009 Tingkat Kepadatan/km2 12.796 19.956 18.266 11.393 11.835 13.189 3. Aspek Sosial Ekonomi a. Pendidikan dan Tenaga Kerja Sebagian besar penduduk di Kota Surakarta pada tahun 2009 memiliki tingkat pendidikan yang masih relatif rendah. Pada tahun 2009 total penduduk yang berusia 5 tahun ke atas yang tidak atau belum sekolah ada sebanyak 105.696 orang, yang tidak atau belum tamat SD sebanyak 88.909 orang dan penduduk yang mampu menyelesaikan pendidikan tinggi (S2/S3) sebanyak 2.186 orang. Tabel 4.3 Penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin Di Kota Surakarta Tahun 2009 (Jiwa) Jenis Pendidikan S2/S3 DIV/Universitas DIII/Sarjana muda DI/II SMK SMA Madrasah Aliyah SMP Laki-laki Perempuan 1.457 729 17.251 16.041 8.987 8.744 1.457 4.374 26.000 20.899 54.667 51.749 243 485 commit to user 37.903 48.116 Jumlah 2.186 33.292 17.731 5.831 46.899 106.416 728 86.019 perpustakaan.uns.ac.id SD 39.359 49.550 Tidak/belum sekolah 44.472 6.1224 Jumlah 231.796 261.911 Sumber : BPS. Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009 38 digilib.uns.ac.id 88.909 105.696 493.707 Kondisi mata pencaharian penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki dan kondisi sosial ekonomi seperti ketrampilan, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lapangan usaha yang tersedia dan modal kerja. Untuk mengetahui karakteristik penduduk berdasarkan usia 15 tahun ke atas dapat dilihat dalam Tabel 4.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Di Kota Surakarta Tahun 2009 (Jiwa) Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Pertanian 1.400 1.208 Pertambangan & Galian 0 0 Industri 22.599 19.466 Listrik, Gas dan Air 700 0 Bangunan 8.956 261 Perdagangan 53.755 52.671 Angkutan & Komunikasi 12.565 4.250 Keuangan & Jasa 5.943 3.214 Perusahaan Jasa-jasa 33.313 26.467 Jumlah 139.231 107.537 Sumber : BPS, Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009 Jumlah 2.608 0 42.065 700 9.217 106.426 16.815 9.157 59.780 246.768 Berdasar tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2009 total penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja sebanyak 246.768 jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 139.231 jiwa, sedangkan penduduk perempuan yang bekerja sebanyak 107.537 jiwa. Pada tahun 2009, penduduk Kota Surakarta paling babnyak bekerja di sektor perdagangan. Hal ini sangat commit to user 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id beralasan karena letak Kota Surakarta yang diapit oleh daerah-daerah produsen berbagai sumber daya alam seperti Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sragen, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo. Daerah-daerah tersebut banyak memasok produk yang dihasilkan untuk kemudian diperdagangkan di Kota Surakarta. Sektor yang paling kecil menyerap tenaga kerja adalah sektor pertambangan dan galian serta sektor listrik, gas dan air. b. Kondisi Perekonomian Kota Surakarta Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Keadaan perekonomian suatu daerah dapat silihat melalui angka Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) karena hingga saat ini PDRB masih digunakan sebagai ukuran kesejahteraan ekonomi atau tingkat perkembangan ekonomi suatu daerah. Dengan melihat Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diketahui besarnya kontribusi masing-masing sektor yang ada. Kontribusi suatu sektor adalah suatu peranan yang diberikan oleh masing-masing sektor terhadap PDRB. Dari masing-masing sektor dapat digunakan untuk mengetahui indikator pertumbuhan ekonomi. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah yang ditimbulkan dari semua unit produk dalam commit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Sektor-sektor penyusun PDRB dapat dikelompokan dalam tiga jenis kelompok lapangan usaha yaitu kelompok primer, yang meliputi sektor pertanian; pertambangan dan galian. Kelompok sekunder meliputi sektor industri; listrik,gas dan air bersih; bangunan. Sedangkan kelompok tersier meliputi sektor perdagangan,hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa. Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Serta Indeks Perkembanganya di Kota Surakarta Tahun 2001-2009 (Jutaan Rupiah) Tahun PDRB Atas Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga (%) Dasar Harga Berlaku Konstan 2001 3372850.36 112.79 3113668.99 2002 3772737.68 126.16 3268559.64 2003 4251845.59 142.18 3468276.94 2004 4756559.53 159.06 3669373.45 2005 5585776.84 186.79 3858169.67 2006 6190112.55 207.00 4067529.95 2007 6909094.57 231.04 4304287.37 2008 7901886.06 264.24 4549342.95 2009 8880691.24 296.97 4817877.63 Sumber: BPS. Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009 Perkembangan (%) 104.12 109.30 115.98 122.70 129.02 136.02 143.93 152.13 161.11 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Surakarta dari tahun ke tahunnya terus mengalami peningkatan. commit to user 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Data dibawah ini menunjukan pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) salah satu data yang menunjukan laju pertumbuhan PAD dari tahun ke tahun yang mencerminkan seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam menggali dan meningkatkan potensi daerahnya. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dihitung dengan membandingkan PAD tahun yang bersangkutan dikurangi PAD tahun lalu terhadap PAD tahun yang lalu. Tabel 4.6 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta (Rupiah) Tahun PAD Pertumbuhan (%) 2001 35.640.533.633 0 2002 44.938.084.099 26.09 2003 54.815.684.328 21.98 2004 59.101.372.207 7.82 2005 66.086.575.400 11.76 2006 74.709.440.000 18.97 2007 89.430.977.982 13.80 2008 102.929.501.970 15.09 2009 101.972.318.682 9.58 Sumber: DPPKAD Pemkot Surakarta, 2009 Dari tabel dapat dilihat laju pertumbuhan paling besar tahun 2002 meningkat mencapai 26.09%, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 0%. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang berasal dari sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri atas pajak commit to user 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan retribusi, bagi penerimaan non pajak yang berisi hasil BUMD, penerimaan investasi serta pengelolaan sumber daya alam. Tabel 4.7 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pasar Kota Surakarta (Rupiah) Tahun PAD Sektor Pasar 1998 7761843291 1999 7941025719 2000 8236150970 2001 8702294025 2002 9241008728 2003 9620472165 2004 9840712263 2005 9986689148 2006 10833038784 2007 11439809303 2008 13094728043 2009 14713127415 Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Pemkot Surakarta, 2009 B. Gambaran Umum Revitalisasi Pasar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Moeliono, 2007:954) revitalisasi adalah proses, cara, pembuatan menghidupkan kembali atau menggiatkan kembali. Revitalisasi dalam arti harfiahnya adalah menghidupkan kembali, maknanya bukan sekedar mengadakan atau mengaktifkan kembali apa yang sebelumnya pernah ada, tetapi menyempurnakan strukturnya, mekanisme kerjanya, dan menyesuaikan dengan kondisi baru, semangatnya dan komitmenya. commit to user 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.8 Pasar Tradisional di Kota Surakarta yang Mengalami Revitalisasi Nama Pasar Alamat Pasar Nusukan Notoharjo Mojosongo Kembang Sidodadi Tahun Revitalisasi Jl.Kapten P.Tendean, Banjarsari 2006 Jl.Serang, Semanggi 2006 Jl.Bridgen Katamso, Jebres 2006 Jl.Dr. Rajiman, Laweyan 2006 Jl.Bridgen Slamet Riyadi, Kleco, 2007 Laweyan Windujenar Jl.Seram, Keprabon 2008 Gading Jl.Veteran, Pasar Kliwon 2008 Ngarsopuro Jl.Ronggowarsito 2008 Panggungrejo Jl.Panggungrejo, Jebres 2008 Pucangsawit Jl.Ir.Juanda, Pucangsawit 2009 Ayu Jl.Monginsidi, Banjarsari 2009 Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Pemkot Surakarta, 2011 Luas (m2) Jumlah Pedagang 7311 17000 1190 1409 1640 807 984 211 283 484 2384 2283 2825 1600 2755 1375 212 360 71 181 27 35 Kebijakan revitalisasi pasar tradisional di Kota Surakarta mulai dilaksanakan pada tahun 2006 sebagai refleksi dari Peraturan Presiden No 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Sejak tahun 2006 hingga tahun 2009 sebanyak 8 pasar tradisional lama telah diperbaharui bangunan fisik maupun tata kelolanya, dan membangun sebanyak 4 pasar tradisional baru. Sumber pendanaan revitalisasi pasar berasal dari APBD, APBD Propinsi, APBN dan investor. Tujuan dilaksanakanya kebijakan revitalisasi pasar tradisional adalah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari retribusi pasar, meningkatkan daya saing dan citra pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar-pasar modern. commit to user 44 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Revitalisasi pasar tradisional meliputi perbaikan bangunan fisik (renovasi), perbaikan tata kelola pasar dan pembangunan pasar tradisional baru. Contoh pasar yang telah mengalami revitalisasi adalah pasar Windujenar atau yang lebih dikenal dengan nama pasar Triwindu. Pasar yang berlokasi di daerah Keprabon ini merupakan pasar tempat berjualan benda-benda antik, namun pasar cenderung sempit dan kumuh karena banyak penataan dagangan yang tidak teratur meluber ke jalan, serta areal parkir yang kurang memadai sehingga menimbulkan kemacetan. Lalu pada tahun 2008 dengan dana dari APBD pasar Windujenar direvitalisasi secara fisik dan pengelolaanya, sehingga sekarang bangunan pasar berupa blokblok dua lantai, didepan pasar terdapat area publik yang dapat digunakan untuk acara musik, night market maupun bersantai. Contoh lain revitalisasi pasar tradisional adalah pasar Gading, pasar ini dahulunya kumuh dan pedagang yang tidak teratur disisi-sisi pasar. Kemudian setelah mengalami revitalisasi pasar Gading ditetapkan menjadi pilot project pasar tradisional secara nasional. C. Hasil Analisis dan Pembahasan Untuk menguji hipotesis digunakan metode analisis regresi linier berganda untuk mengetahui bagaimana pengaruh revitalisasi pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel 4.9 commit to user 45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.9 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda Variabel C JPSR JPDG PAD DUMMY R2 Adjusted R-squared Coefficient 2.114061 -0.405360 2.002169 3.680005 3.340745 0.940522 0.890820 t-Statistic 2.785849 -0.948385 2.178243 3.690246 3.393067 F-statistic Prob(F-statistic) Probabality 0.0077 0.0745 0.0072 0.0078 0.0116 23.43774 0.000000 Tabel 4.9 diatas menunjukan persamaan regresi yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut adalah : Y = 21.14061 - 0.405360 JPSR + 2.002169 JPDG + 3.680005 PAD + 3.340745 D Probability = (0.0077) (0.0745) (0.0072) (0.0078) (0.0116) Keterangan : Y = Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta X1 = Jumlah Pasar X2 = Jumlah Pedagang X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) X4 = Dummy Besarnya pengaruh variabel bebas yaitu jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD dan dummy, terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta sebagai variabel dependen, ditunjukan oleh besarnya koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas. Tahap selanjutnya setelah melakukan estimasi regresi, dilakukan uji statistik dan uji asumsi klasik. Pengujian tersebut dilakukan untuk commit to user 46 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mengetahui apakah dugaan sementara (hipotesis) terhadap parameter sudah sesuai secara teori dan statistik. a) Uji statistik 1) Uji t statistik Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masingmasing variabel bebas dalam mempengaruhi variabel dependen. Kriteria pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai signifikan pada tingkat 0,05 dengan nilai signifikansi dari hasil uji t, jika nilai signifikan uji t lebih kecil dari batas signifikan 0,05 maka nilai koefisien regresi variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sehingga dari hasil analisis regresi linier berganda pada tabel 4.9 terlihat bahwa dari ke 4 variabel dependen tersebut terdapat variabel jumlah pedagang, variabel PAD dan variable dummy ( kebijakan revitalisasi ) yang berpengaruh secara individu terhadap partumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Dimana variabel jumlah pedagang memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0072, variabel PAD memiliki nilai probabilitas 0.0078 dan variabel dummy dengan nilai probabilitas 0.0116 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima pada tingkat signifikansi 5% (p<0,05). Sedangkan variabel jumlah pasar memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0745, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak pada tingkat signifikansi 5%. commit to user 47 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2) Uji F Statistik Tujuan dari Uji F ini adalah untuk membuktikan secara statistik bahwa keseluruhan koefisien regresi yang digunakan dalam analisi ini signifikan. Apabila nilai signifikan F lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka model regresi signifikan secara ststistik. Nilai probabilitas F-Statistik hasil regresi pada tabel 4.9 diatas adalah sebesar 0.000000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%, sehingga H0 ditolak, Ha diterima. Hal ini dapat dikatakan bahwa koefisien regresi secara bersama-sama signifikan pada tingkat α= 5%. 3) Koefisien Determinasi Uji ini digunakan untuk mengetahui berapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Koefisien determinan R2 (R-squared) pada tabel 4.9 diatas sebesar 0.940522 berarti nilai ini menunjukan bahwa variasi dependen variabel sebesar 94.0522% mampu dijelaskan oleh variabel independen. Sisanya sebesar 5.9478% dijelaskan oleh variabel-variabel diluar variabel yang digunakan dalam persamaan. commit to user 48 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b) Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat interkorelasi yang sempurna diantara beberapa variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi. Untuk menguji ada tidaknya masalah multikolinearitas dalam suatu model empirik setidaknya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan korelasi parsial dan dengan pendekatan Koutsoyiannis (1977). Tabel 4.10 Uji Multikolinieritas Variabel JPSR JPDG PAD DUMMY r2 0.864885 0.870549 0.897200 0.898257 R2 0.940522 0.940522 0.940522 0.940522 Kesimpulan Tidak ada multikolinier Tidak ada multikolinier Tidak ada multikolinier Tidak ada multikolinier Nilai R2 pada tabel 4.10 lebih besar daripada nilai r2 parsial seluruh variabel independen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model tersebut bebas dari masalah multikolinieritas. 2) Uji Heteroskedastisitas Uji ini muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang dianalisis tidak memiliki varian yang konstan dari suatu observasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dapat digunakan Uji White. commit to user 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.11 Uji White (no cross term) White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 3.276053 10.21776 Probability Probability 0.134230 0.176566 Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/08/11 Time: 13:15 Sample: 1998 2009 Included observations: 12 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C JPSR JPSR^2 JPDG JPDG^2 PAD PAD^2 DUMMY 552.4242 0.559431 -0.017057 -0.069477 2.13E-06 3.16E-05 -1.21E-11 15.81831 267.0062 15.44371 0.196124 0.022022 6.86E-07 4.07E-05 2.33E-11 14.11496 2.068956 0.036224 -0.086968 -3.154953 3.100522 0.777116 -0.519492 1.120677 0.1074 0.9728 0.9349 0.6344 0.6362 0.4805 0.6308 0.3252 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.851480 0.591570 0.250191 0.250383 6.190765 3.046163 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.262781 0.391483 0.301539 0.624810 3.276053 0.134230 Berdasarkan hasil dari tabel 4.11 diatas, nilai Obs*R-squared adalah 10,21776, dengan df=7 (jumlah regresor) dan α=5% didapatkan x2 tabel yaitu 14,067. Nilai Obs*R-squared lebih kecil dari x2, sehingga tidak ada masalah heteroskedastisitas. 3) Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi diantara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) dalam model regresi. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan to user sepanjang waktu commit berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul 50 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainya. Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak ada autokorelasi. Tabel 4.12 Estimasi Hasil Uji B-G Variabel JPSR JPDG PAD DUMMY RESID(-1) Probability 0.9496 0.8081 0.7878 0.8050 0.5651 Kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tidak ada autokorelasi Tidak ada autokorelasi Tidak ada autokorelasi Tidak ada autokorelasi Dilihat dari hasil tabel diatas, diketahui nilai probabilitas lebih besar dari probabilitas 5%, maka model tersebut lolos dari masalah autokorelasi. D. Interpretasi Secara Ekonomi Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh revitalisasi pasar tradisional terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, faktor yang diteliti meliputi jumlah pasar, jumlah pedagang, Pendapatan Asli Daerah (PAD), kebijakan revitalisasi pasar (Dummy). 1. Pengaruh jumlah pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta Dari hasil estimasi regresi didapat koefisien regresi jumlah pasar bernilai negatif -0.405360, nilai probabilitas sebesar 0.745 hasil tersebut berarti variabel jumlah pasar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. commit to user 51 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasar analisis regresi diketahui bahwa jumlah pasar tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta yang ditunjukan dari keseluruhan jumlah pasar tradisional yang ada di Kota Surakarta. Jumlah pasar yang ada di Kota Surakarta sejak tahun 1998 terhitung berjumlah 38 buah, hingga tahun 2009 bertambah menjadi 42 buah. Sejak sebelum diberlakukan program revitalisasi pasar hingga sesudah revitalisasi pasar dilakukan penambahan jumlah pasar hanya bertambah 4 buah. Sehingga jumlah pasar ini terlalu konstan sebagai variabel. Kebijakan revitalisasi pasar tidak hanya sebagai program untuk menambah pasar tradisional baru tetapi juga meremajakan pasar lama yang tata kelolanya buruk. Guna menumbuhkan ekonomi Kota Surakarta tidak hanya mengandalkan jumlah pasar tradisional saja, tetapi juga ritel-ritel modern yang sekarang ini banyak berkembang di Kota Surakarta. Jadi kesimpulanya bahwa jumlah pasar tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta namun ritel-ritel modern juga ikut berperan dalam menumbuhkan ekonomi. 2. Pengaruh jumlah pedagang terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel jumlah pedagang terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta nilai probabilitas 0.0072 signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Berdasar commit to user 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tabel 4.9 didapat koefisien variabel jumlah pedagang sebesar 2.002169 dimana diketahui bahwa jumlah pedagang yang berjualan di pasar tradisional berperan dalam menumbuhkan ekonomi Kota Surakarta melalui PAD dari retribusi pasar. Keberadaan pasar tradisional di Kota Surakarta mampu menyerap puluhan ribu tenaga kerja. Menurut data Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota Surakarta telah mencatatkan jumlah pedagang yang berjualan di pasar tradisional ada sekitar 17.000 orang, jumlah itu tersebar di 42 pasar di Kota Surakarta. Besarnya PAD yang diperoleh dari retribusi pedagang pasar akan masuk ke dalam penerimaan sektor perdagangan dimana merupakan bagian dari PDRB, apabila PAD yang diterima naik maka akan terjadi kenaikan sektor perdagangan sehingga terjadi pertumbuhan. 3. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel PAD terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta bernilai positif, artinya apabila PAD mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan adanya pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya dari hasil uji signifikansi variabel PAD terbukti mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat signifikansi 5%. Besarnya pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi variabel tersebut. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien commit to user 53 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id variabel PAD sebesar 3.680005 artinya, jika setiap penerimaan pendapatan dari sektor pasar sebesar mengakibatkan kenaikan PAD sebesar Rp 1.000.000,- akan Rp 3.680.005 dengan menganggap variabel independen lainya tetap/konstan. Nilai ini sesuai dengan hasil probabilitas pada tabel 4.9 yaitu sebesar 0.0078 yang dimana diketahui bahwa PAD merupakan faktor pendukung dalam pertumbuhan ekonomi karena tanpa PAD, pertumbuhan ekonomi tidak dapat terjadi. Dengan adanya revitalisasi pasar tradisional Pemerintah Kota Surakarta semakin optimis dalam meningkatkan PAD terutama dari sektor pasar. Besarnya PAD yang masuk akan menunjang peningkatan sektor perdagangan, yang berdampak pada naiknya PDRB sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terjadi. 4. Pengaruh kebijakan revitalisasi pasar (Dummy) terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta Koefisien regresi dummy bernilai positif 3.340745 dengan nilai probabilitas 0.0116 sehingga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta yang ditunjukan melalui kebijakan revitalisasi pasar tradisional (p<0,05). Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variable dummy sebesar 3.340745 artinya, angka tersebut menunjukan adanya perbedaan sebelum dan sesudah kebijakan revitalisasi pasar dilaksanakan. Pengaruhnya yaitu, ekonomi Kota Surakarta tumbuh commit to user 54 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebesar 3.34%. Kebijakan revitalisasi pasar tradisional di Kota Surakarta mulai dilaksanakan pada tahun 2006 sebagai refleksi dari Peraturan Presiden No 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Sejak tahun 2006 hingga tahun 2009 sebanyak 11 pasar telah direvitalisasi. Revitalisasi pasar tradisional dilakukan selain untuk meningkatkan daya saing dengan pasar modern juga untuk meningkatkan PAD pasar agar penerimaan sektor perdagangan ikut meningkat sehingga berdampak pada terjadinya pertumbuhan ekonomi. Namun bukan hanya kebijakan revitalisasi pasar saja yang dapat menumbuhkan ekonomi tetapi masih ada kebijakan pengelolaan pasar modern yang keberadaanya dapat pula menjadikan pertumbuhan ekonomi. Jadi kesimpulanya bahwa kebijakan revitalisasi pasar tradisional berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta namun perlu juga diberlakukan kebijakan yang serupa, seperti pengelolaan pasar modern.. Ketidak sesuaian variabel jumlah pasar terhadap teori yang ada mengindikasikan bahwa masih banyak faktor lain diluar model yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Faktor tersebut seperti besarnya investasi revitalisasi pasar, berapa besar penerimaan PAD dari ritel maupun pasar modern serta faktor lainya yang belum dapat diamati. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP Dalam bab ini akan disajikan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dari kesimpulan yang ada penulis berusaha memberikan saran sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, sehingga hal ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan. A. Kesimpulan Beberapa kesimpulan mengenai Analisis Pengaruh Revitalisasi Pasar Tradisional terhadap Perumbuhan Ekonomi Kota Surakarta antara lain sebagai berikut: 1. Dari hasil estimasi diperoleh besarnya nilai koefisien regresi untuk variabel jumlah pasar adalah -0.405360 dengan probabilitas sebesar 0.0745. Jadi variabel jumlah pasar tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tingkat signifikansi 5% (p<0,05). Sehingga hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel jumlah pasar terhadap pertumbuhan ekonomi tidak terbukti. Variabel ini tidak berpengaruh dimungkinkan karena keberadaan ritel dan pasar modern ikut menunjang pendapatan dari sektor pasar, sehingga pertumbuhan ekonomi tumbuh. commit to user 54 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Dari hasil estimasi diperoleh besarnya nilai koefisien regresi untuk variabel jumlah pedagang adalah 2.002169 dengan probabilitas 0.0072. sehingga hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh jumlah pedagang terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta terbukti. Jumlah pedagang yang berjualan di pasar tradisional berperan dalam menumbuhkan ekonomi Kota Surakarta melalui PAD dari retribusi pasar. Besarnya PAD yang diperoleh dari retribusi pedagang pasar akan masuk ke dalam penerimaan sektor perdagangan dimana merupakan bagian dari PDRB, apabila PAD yang diterima naik maka akan terjadi kenaikan sektor perdagangan sehingga terjadi pertumbuhan. 3. Dari hasil estimasi diperoleh besarnya nilai koefisien regresi untuk variabel PAD adalah 3.680005 dengan probabilitas 0.0078. Jadi, variabel PAD secara nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada tingkat signifikansi 5% (p<0,05). Sehingga hipotesis yang menyatakan PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta dapat terbukti. Besarnya PAD yang masuk akan menunjang peningkatan sektor perdagangan, yang berdampak pada naiknya PDRB sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terjadi. 4. Dari hasil estimasi diperoleh besarnya nilai koefisien regresi untuk variabel dummy (kebijakan revitalisasi pasar) adalah 3.340745 dengan commit to user 55 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id probabilitas 0.0116. Jadi, variabel kebijakan revitalisasi berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tingkat signifikansi 5% (p<0,05). Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa variabel kebijakan revitalisasi pasar berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta terbukti. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variable dummy sebesar 3.340745 artinya, angka tersebut menunjukan pengaruh apabila kebijakan revitalisasi pasar tersebut berhasil maka dapat berpengaruh menumbuhkan ekonomi Kota Surakarta sebesar 3.34%. Variabel ini walaupun berpengaruh namun dimungkinkan juga bukan hanya kebijakan revitalisasi pasar saja yang dapat menumbuhkan ekonomi tetapi masih ada kebijakan pengelolaan pasar modern yang keberadaanya dapat pula menjadikan pertumbuhan ekonomi. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, maka ada beberapa hal yang dapat diberikan sebagai saran, antara lain sebagai berikut : 1. Dalam kaitanya dengan jumlah pasar, dalam merevitalisasi pasar tradisional Pemerintah Kota Surakarta hendaknya lebih memperhatikan pada pengelolaan daripada penambahan jumlah pasar. Serta diperlukan adanya pemetaan ulang terhadap peta pasar tradisional di Kota Surakarta. commit to user 56 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Perlu adanya pendataan ulang jumlah pedagang yang berjualan di pasar tradisional di Kota Surakarta. Hal ini untuk memperoleh kepastian jumlah pedagang yang kaitanya dengan target penerimaan retribusi pedagang pasar. 3. Peneriman Pendapatan Asli Daerah dari pasar menjadi penunjang pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, namun perlu diperhatikan lagi masih banyak pos-pos penerimaan yang potensial untuk menumbuhkan perekonomian. 4. Terkait kebijakan revitalisasi pasar tradisional, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak untuk dapat berperan dalam merubah citra pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar modern. Tidak hanya dari segi bangunan fisik namun juga pola pikir pedagang, bagaimana akses menuju pasar, kepastian harga yang diterapkan di pasar dan kenyamanan pasar. commit to user 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Siti TR. 2007. Modul Lab.Ekonometrika. FE UNS. Surakarta BPS. 2009. Statistik Surakarta dalam Angka Tahun 2009. Surakarta: BPS Surakarta Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES Gujarati, Damodar. 2001. Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa Sumarno Zain. Jakarta: PT. Erlangga Insukindro. 2003. Ekonometrika Dasar. Yogyakarta: BPFE UGM Jhingan, M.L. 1998. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Pers Leksono. 2009. Runtuhnya Modal Sosial, Pasar Tradisional. Malang: Penerbit Citra Mankiw, N Gregory. 2000. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Erlangga Moeliono, Anton. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Kuncoro, Mudrajat. 2004. Metode Kuantitatif. Yogyakarta: UPPAMP Paskarina, Caroline. 2007. Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Pasar di Kota Bandung. Bandung: Universitas Padjajaran Pemerintah Kota Surakarta. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor: 1 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional commit to user 58 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Presiden Nomor: 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Sekaran, Uma. 2006. Research Methods of Bussiness. New York: John Willey & Sons Inc. Sinaga, Pariaman. 2008. Koperasi dalam Sorotan Peneliti. Jakarta: Rajawali Pers Smeru. 2007. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern terhadap Pasar Tradisional. Jakarta: Smeru Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sumardi. 2009. Perencanaan dan Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Tradisional. Surakarta: PPEP UNS Sumodiningrat, Gunawan. 2001. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: BPFE Todaro dan Smith. 2008. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga commit to user