1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerusakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Kerusakan lingkungan di darat dan lautan akibat perbuatan manusia seperti
halnya peristiwa menyemburnya lumpur Lapindo yang menyebabkan kerusakan
ekosistem perairan terutama sungai Porong Sidoarjo karena kebijakan pemerintah
yang kurang mempertimbangkan kelestarian ekosistem akibat pembuangan lumpur
Lapindo secara langsung ke badan air yaitu sungai. Kerusakan tersebut telah
dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Ruum/30 ayat 41:
              

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) "(Qs. Al-Ruum/30:
41).
Menurut Ali (2009) dalam Tafsir Yusuf Ali,
kalimah (‫)لعلّهم يرجعون‬
“La’allahum Yarji’un” mengandung makna bahwa tujuan terakhir keadilan Tuhan
dan
hukuman-Nya
ialah
memperbaiki
manusia
dari
kerusakan
dan
mengembalikannya kepada asalnya seperti halnya ketika diciptakan. Dalam konteks
Ekologi hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan komponen alam harus
berlangsung dalam batas keseimbangan agar tetap terjaga kelestariannya. Agama
Islam telah mengajarkan tentang pemeliharaan lingkungan hidup yang sesuai dengan
1
2
konsep kembali ke alam (‫ )لعلّهم يرجعون‬yaitu penyadaran manusia akan tugasnya
sebagai hamba Allah, bahwa alam semesta dengan segala isinya adalah kepunyaan
Allah. Untuk itu manusia dilarang melakukan pengrusakan sebagai wujud
ketundukan dan kepatuhan kepada-Nya (Suriyani dan Kotijah, 2013).
Ayat di atas menjelaskan bagaimana al-Qur’an secara spesifik menyebut
tentang perlakuan manusia terhadap lingkungan. Kerusakan lingkungan di darat dan
di laut merupakan akibat ulah manusia yang ceroboh. Manusia terus menerus
melakukan eksploitasi alam untuk memenuhi kerakusannya, sehingga bertebarlah
bencana di muka bumi, baik di daratan maupun di lautan (Abdullah, 2010).
Menurut Wardhana (1999), menyatakan bahwa baik buruknya suatu perairan
dipengaruhi oleh kegiatan di sekitarnya. Sering kali kegiatan yang ada dapat
menurunkan kualitas air yang pada akhirnya akan mengganggu kehidupan biota air.
Kualitas air merupakan salah satu komponen dari habitat yang turut menentukan
kelangsungan kehidupan dalam suatu ekosistem perairan. Kualitas air yang baik
berpengaruh pada kecerahan perairan, karena kecerahan ada kekurangannya dengan
daya tembus cahaya matahari yang merupakan salah satu faktor untuk membantu
kehidupan (Guntur dkk., 2000).
Tanggal 29 Mei 2006 terjadi semburan lumpur panas di daerah Porong –
Sidoarjo akibat bocornya saluran pipa pengeboran oleh PT. Lapindo Brantas di Desa
Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Semburan lumpur panas
tersebut hingga saat ini masih terus berlanjut. Dampak dari semburan lumpur panas
menyebabkan pemukiman, sawah, jalan
dan bangunan lainnya
terendam.
3
Penanggulanagan lumpur yang terus meluap, maka diusulkan untuk pembuangan
lumpur lapindo ke laut melalui Sungai Porong (Badan Lingkungan Daerah, 2007).
Pembuangan lumpur Lapindo ke laut tentu akan menimbulkan dampak
terhadap ekosistem air. Apabila terdapat bahan pencemar yang masuk ke aliran
sungai, maka akan membahayakan kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan
ekosistem perairan di sepanjang aliran sungai dan laut . Pembuangan lumpur ke laut
tentu juga akan kesehatan masyarakat sekitar dan industri-industri kelautan seperti
budidaya tambak udang, ikan, dan produksi garam yang ada (Juniawan, 2013).
Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang dilakukan oleh UNDAC (2006);
Juniawan (2013), lumpur Lapindo diketahui mengandung logam berat Pb sebesar
17,8 ppm. Apabila logam berat tersebut masuk ke dalam perairan dapat menyebabkan
pencemaran terhadap sungai, tanah dan organisme di sekitar aliran sungai. Sedangkan
berdasarkan uji pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, lumpur Lapindo
diketahui mengandung logam berat Pb sebesar 2 ppm, yang jauh di atas ambang batas
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Baku Mutu hasil
pemantauan kualitas air DAS yaitu 0,03 ppm.
Logam berat adalah semua jenis logam yang mempunyai berat jenis lebih dari
5 g/cm3. Logam berat tersebar ke permukaan bumi di tanah, air dan udara. Logam
berat tersebut dapat berbentuk senyawa organik, anorganik atau terikat dalam suatu
senyawa logam yang lebih berbahaya daripada keadaan murninya. Unsur kimia yang
termasuk ke dalam logam berat antara lain Hg, Pb, Cd, Cu, Mn, Ni, Cr, Mo dan lainlain (Fatriyah, 2007).
4
Timbal (Pb) termasuk salah satu golongan logam berat non-esensial yang
masuk ke dalam tubuh organisme hidup akan dapat bersifat racun. Timbal (Pb)
memiliki afinitas tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan
belerang dalam enzim sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Timbal (Pb)
dapat mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan manusia karena Pb
bersifat karsinogenik (Juniawan, 2013).
Aliran lumpur Lapindo dengan kadar Pb yang besar dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan kehidupan biota sehingga berpengaruh terhadap keseimbangan
rantai makanan, kelestarian fungsi sungai dan laut yang aliri oleh lumpur Lapindo.
Kandungan timbal pada aliran lumpur Lapindo akan berefek negatif terhadap biota air
seperti jenis makroinvertebrata, karena Pb merupakan logam beracun yang akan
mempengaruhi kualitas perairan (Parawita, 2009).
Jumlah logam berat dalam suatu lingkungan bisa berkurang atau bertambah,
hal ini tidak terlepas dari aktivitas manusia yang dapat mencemari lingkungan dan
akhirnya merugikan manusia itu sendiri. Allah telah menciptakan unsur logam berat
dengan kadar yang seimbang di alam. Seperti yang telah tercantum dalam surat alFurqon/25 ayat 2 :
               
   
"Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia
telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya" (Qs. al- Furqon/25 : 2).
5
Menurut Yunus (1991) dalam Tafsir Qur’an Karim, kalimah “Wa Khalaqa
Kulla Syaiin Faqaddarahu Taqdiiran” mengandung makna sesungguhnya Allah
menjadikan alam ini serta mengatur segala sesuatu dengan ketentuan-ketentuan yang
tidak dapat diketahui orang sebelum terjadinya. Menurut Qurthubi (2009) dalam
Tafsir Al- Qurthubi, menjelaskan bahwa (‫ )فق ّدره تقديرا‬mengandung arti Allah
menetapkan segala sesuatu dari apa yang diciptakan-Nya sesuai dengan hikmah yang
diinginkan-Nya, dan bukan karena nafsu dan kelalaian, melainkan segala sesuatu
berjalan sesuai dengan ketentuan-Nya hingga hari Kiamat dan setelah Kiamat. Ayat
tersebut menjelaskan bahwa, semua fenomena alam memiliki pola-pola tertentu yang
teratur mengikuti aturan, ukuran, hukum sebab-akibat yang telah ditentukan oleh
Allah SWT. secara rapi, benar, koheren, harmonis, dan seimbang (Rossidy, 2008).
Menurut Rachmawatie (2009) kejadian semburan lumpur panas Lapindo telah
menimbulkan dampak hampir semua sektor kehidupan, sehingga mengancam
keberlanjutan kehidupan masyarakat di daerah sekitar semburan, khususnya
ekosistem biota perairan. Salah satu kandungan senyawa yang terdapat dalam lumpur
yang di buang ke Sungai Porong adalah logam berat Cd, Cu, Pb dan Hg. Senyawa
tersebut membahayakan kelestarian ekosistem yaitu kelangsungan hidup biota air.
Tindakan remediasi diperlukan bagi lingkungan yang telah terkontaminasi
dengan logam berat. Proses Bioremediaasi logam berat pada lingkungan dibutuhkan
suatu agen biologis tertentu yang mampu menyerap logam berat yang terdapat pada
lingkungan tercemar. Chlorella sp. merupakan suatu agen bioremediasi yang baik,
6
selain dapat hidup pada lingkungan yang tercemar juga dapat memakai logam berat
sebagai logam esensial untuk metabolisme (Wetipo et al, 2013).
Chlorella sp. adalah alga uniselular yang berwarna hijau dan berukuran
mikroskopis, berbentuk bulat, tidak mempunyai flagella sehingga tidak dapat
bergerak aktif, dinding selnya terdiri dari selulosa dan pektin, tiap-tiap selnya terdapat
satu buah inti sel dan satu kloroplast. Chlorella sp. merupakan alga yang kosmopolit,
terdapat di air payau, air laut dan air tawar . Chlorella sp. memiliki kemampuan
menyerap logam yang terlarut dalam air yang digunakan untuk membantu
metabolismenya. Chlorella sp. dapat tumbuh dan berkembang biak pada air yang
terkontaminasi logam berat, selain itu Chlorella sp. mempunyai kemampuan untuk
menyerap logam-logam berat dengan cara melakukan penyerapan melalui permukaan
selnya, karena adanya proses adsorpsi (Dewi dan Gultom, 2009).
Pengambilan ion logam berat oleh Chlorella sp. secara selektif disebabkan
oleh adanya ikatan yang kuat antara pasangan ion logam berat dan komponen sel,
khususnya protein. Adsorpsi terjadi melalui dua proses, yakni pertukaran ion dan
pengikatan ion logam berat oleh gugus fungsi yang terdapat pada permukaan sel.
Dinding sel mikroalga umumnya terdiri atas selulosa yang memiliki gugus fungsional
seperti hidroksil yang dapat berikatan dengan logam berat (Nakajima et al., 1981).
Menurut Sylvester et al . (2002) dalam Fachrullah (2011) faktor lingkungan
mempengaruhi proses pertumbuhan sel Chlorella sp. Faktor lingkungan yang
optimum untuk pertumbuhan Chlorella sp. adalah salinitas berkisar 0-35 ppt, suhu
optimum 25-35 C, dan pH optimum berkisar 6-8. Chlorella sp. mampu menyerap
7
beberapa logam berat dengan baik seperti logam Cr (6,660 mg), Cu (7,126 mg), Cd
(8,549 mg), Zn (9,181mg) dan mampu bertahan hidup pada lingkungan tercemar
dengan adanya peningkatan biomassanya Cr (0,089 mg), Cd (0,088 mg), Cu (0,090
mg), Zn (0,089 mg ) (Wetipo et al, 2013).
Sel Chlorella sp. memiliki daya serap yang tinggi terhadap ion logam berat.
Kapasitas serapan ini dapat terlihat dari persentase serapan ion logam berat yang
mencapai hampir 100% yaitu Pb sebesar 99,999 %, Cu 99,999 %, Cd sebesar 84,083
% dan Cr sebesar 47,669 % . Kapasitas serapan yang tinggi dapat disebabkan oleh
adanya faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan mikroalga dan tingkat
kelarutan logam berat di dalam media kultur (Fachrullah, 2011).
Menurut Fatriyah (2007), biomassa Chlorella sp. menaikkan persentase
jumlah logam yang terserap. Hal ini terjadi karena dengan bertambahnya jumlah
biomassa, maka akan semakin banyak situs aktif pada dinding sel biomassa yang
berinteraksi dengan ion logam. Penelitian yang dilakukan Syahputra (2009),
menyatakan bahwa penambahan algae Chlorella pyrenoidosa sebanyak 800 ml/l,
mampu memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan kadar tembaga (Cu) dengan
efisiensi penurunan mencapai 90,97 %.
Menurut Fatriyah (2007), pertambahan waktu kontak adsorpsi akan
menaikkan persentase jumlah ion logam yang teradsorpsi. Waktu yang relatif singkat
dapat menyebabkan proses adsorpsi belum maksimal karena permukaan sel akan
semakin banyak terisi oleh adsorbat dengan semakin lamanya waktu kontak adsorpsi.
Penelitian Rehman (2004) menjelaskan bahwa Chlorella sp. dapat menurunkan Cd+2
8
(5.0μg/ml) sebesar 76% setelah 7 hari, 80% setelah 14 hari, 88% setelah 21 hari dan
96% setelah 28 hari. Alga Chlorella sp. juga dapat menurunkan Ni+2 (5.0μg/ml)
sebesar 78% setelah 7 hari, 82% setelah 14 hari, 88% setelah 21 hari dan 94% setelah
28 hari.
Sebagai makhluk yang dapat berpikir, sudah seharusnya manusia terus belajar
agar tidak menyia-nyiakan karunia yang sebenarnya sudah tersedia di lingkungan
sekitarnya, seperti Chlorella sp. yang ternyata dapat hidup pada media yang
terkontaminasi logam berat dan memiliki manfaat untuk menyerap logam berat yang
berbahaya. Penyerapan logam berat Pb oleh Chlorella sp. dilakukan dengan
memvariasikan volume penambahan dan waktu kontak dengan tujuan untuk
mengetahui potensi Chlorella sp. sebagai bioremediator dan mengetahui pengaruh
beberapa perlakuan yang paling optimal terhadap penyerapan logam berat Pb dari
lumpur Lapindo Sidoarjo.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1.
Bagaimana pertumbuhan populasi Chlorella sp. pada media lumpur Lapindo
Sidoarjo?
2.
Berapa volume dan waktu kontak yang optimal dari Chlorella sp. untuk
menyerap logam berat timbal (Pb) dari lumpur Lapindo Sidoarjo?
9
1.3
Hipotesa Penelitian
Hipotesa - hipotesa yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Chlorella sp. dapat tumbuh pada media lumpur Lapindo Sidoarjo.
2. Bioremediasi logam berat timbal (Pb) dari lumpur Lapindo Sidoarjo oleh
Chlorella sp. dipengaruhi oleh volume dan waktu kontak.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pertumbuhan Chlorella sp. pada media lumpur Lapindo
Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui volume dan waktu kontak yang optimal dari Chlorella sp.
dalam menyerap logam berat timbal (Pb) dari lumpur Lapindo Sidoarjo.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi remediasi logam
berat Pb dan memberikan informasi kepada Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo
(BPLS) tentang potensi Chlorella sp. sebagai bioremediator logam Pb sebelum
dialirkan ke badan air (sungai) dengan menaburkan Chlorella sp. pada bak
pengenceran.
10
1.6 Batasan Masalah
1. Bahan yang digunakan untuk bioremediasi adalah mikroalga Chlorella sp. yang
diambil dari biakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Sampel yang digunakan adalah lumpur Lapindo Sidoarjo dari bak penampungan
pembuangan pipa saluran ketiga.
3. Kondisi lumpur Lapindo yang digunakan dalam penelitian ini adalah lumpur yang
telah dilakukan pengenceran dengan aquades.
4. Kemampuan Chlorella sp. sebagai bioremediator logam Pb dilihat dari
penginokulasian ke lumpur koloid Lapindo dan dilakukan analisis penyerapan Pb
menggunakan analisa Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS).
5. Metode volume dan waktu kontak yang optimal Chlorella sp. dalam menyerap Pb
ditentukan dengan melihat area efesiensi ≥ 50%.
Download