Volume III No. 01 Juni 2016 pISSN 2460-1802 & eISSN 2528-0961 MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA ATAS KEMAMPUAN PEDAGOGIK GURU, DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA SD oleh : Konstantinus Dua Dhiu STKIP Citra Bakti Nusa Tenggara Timur ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dan persepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa SD. Penelitian ini menggunakan pendekatan ex post facto dengan teknik korelasional. Sampel penelitian sebanyak 70 orang siswa/i SD yang diambil dengan teknik sample random sampling di kelas V gugus IX, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Data mengenai motivasi belajar, presepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru dan prestasi belajar IPS dikumpulkan dengan kuesioner model skala likert. Kemudian data dianalisis dengan teknik analisis regresi sederhana dan regresi ganda. Hasil analisis data menemukan sebagai berikut. (1) hubungan motivasi belajar terhadap prestasi belajar sebesar 33,1% dengan persamaan regresi Ŷ = 33,647 + 0,288 X1.R1y= 0,576 dengan nilai F= 33,678 pada signifikan 0,00 (ã < 0,01). (2) hubungan persepsi siwa atas kemampuan pedagogik guru terhadap prestasi belajar IPS sebesar 64,8 % dengan persamaan regresi Ŷ = 28, 362 + 0,387X2. R2y = 0,805 dengan nilai F= 125,449 pada signifikansi 0,00 (ã < 0,01). (3) hubungan secara bersama-sama motivasi belajar dan persepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru terhadap prestrasi belajar IPS sebesar 65,1 % dengan persamaan regresi Ŷ = 28,691 + 0,416X1 + 0,039X2. Ry12 = 0,807 dengan nilai F = 62,516 pada signifikansi 0,00 (ã < 0,01). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar, persepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru berhubungan secara signifikan terhadap motivasi belajar IPS pada siswa SD Kelas V di gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Kata Kunci : Motivasi Belajar, Kemampuan Pedagogik dan Prestasi Belajar IPS Pendahuluan Kualitas dan profesionalisme mengajar guru merupakan hal yang utama dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, sebab posisi dan peranan guru sebagai penggerak dalam pendidikan (proses belajar mengajar) mempunyai pengaruh kuat terhadap keberhasilan siswa. Dapat dikatakan bahwa peningkatan kualitas pendidikan tidak bisa dipindahkan dari peningkatan profesionalisme mengajar guru itu sendiri. Di lembaga pendidikan formal seperti sekolah, guru berperan sebagai pemimpin kegiatan kerja yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dimana ia harus merencanakan, melaksanakan, mengorganisir dan mengawasi kegiatan proses belajar mengajar. Guru harus dapat memilih dan menetapkan metode mengajar yang tepat sesuai dengan lingkungan dan kondisi yang ada pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Bantuan dan bimbingan guru baik secara individual maupun kelompok kepada siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar merupakan bagian penting tugas guru sebagai pemimpin. Hal demikian karena pada hakikatnya mengajar adalah membimbing kegiatan siswa yang sesuai dengan pernyataan “teaching is guidance of learning activities”. 21 Volume III No. 01 Juni 2016 pISSN 2460-1802 & eISSN 2528-0961 Dalam pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor. 19 Tahun 2005, disebutkan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, kompentensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berahklak mulia, kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat, kompetensi profesional adalah kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan. Sebagai organisasi formal yang bukan sekedar kumpulan orang dan bukan pula hanya sekedar pembagian kerja, di dalamnya terdapat keterikatan individu yang saling mempengaruhi dalam bentuk kerja sama antara kepala sekolah, guru, pegawai, siswa dan orang-orang yang ada di instansi yang terikat erat dengan proses pendidikan. Semua unsur tersebut secara bersamasama ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Artinya walaupun dalam kegiatan setiap personil melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-masing tetapi secara keseluruhan pekerjaan mereka disahkan pada pencapaian tujuan pendidikan secara luas. Untuk mencapai tujuan dimaksud diperlukan pola mengajar guru yang memungkinkan semua komponen dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan optimal. Guru sebagai sumber daya manusia yang memiliki peran sangat strategis dan menentukan keberhasilan program pendidikan. Guru sebagai human faktor merupakan unsur penting yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam pelaksanaan pendidikan dan interaksi sehari-hari di sekolah. Sebagai profesi, kemampuan menjadi guru membutuhkan kriteria khusus seperti penguasaan ilmu, seni dan keterampilan. Ilmu pengetahuan tentang dasar-dasar keguruan dan materi bidang studi sangat perlu dikuasai oleh guru agar ia dapat melaksanakan tugasnya. Dengan demikian ia akan menjadi guru yang profesional. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualitas profesi guru sebagai tenaga profesional kependidikan. Pertama adalah tingkatan capable Personal, maksudya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecapakan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif. Tingkat kedua adalah guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Tingkat ketiga adalah guru sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas prospektifnya. Kunci keberhasilan pendidikan dari sekian banyak faktor adalah guru dan siswa sebagai pelakunya. Dari sisi guru artinya kemampuan dan profesonalitas sangat dibutuhkan guna mentransfer pengetahuan sedangakan dari sisi siswa adalah dibutuhkan kemauan dan kegigihan dalam melakukan aktivitas belajar karena sesungguhnya kelebihan pada manusia itu ialah daya akal dan daya kehidupan dalam arti peradaban, sehingga manusia mampu menciptakan dunia kehidupannya sendiri dan menetapkan nilai-nilai luhur yang ingin dicapai lengkap dengan pilihan strategi guna mencapai cita-cita hidupnya. Kemampuan yang demikian itu tidak dimiliki oleh binatang, apalagi tumbuh-tumbuhan dan benda mati. Bagi binatang dan mahkluk hidup lain di dunia ini, hidup dan kehidupan adalah sama, keduanya berada dalam kekuasaan alam, yang berjalan secara pasti. Guna menjalani kehidupannya, manusia diperintahkan sebagai khalifah dan pengelola di muka bumi, dan memanfaatkan semua yang ada untuk kemajuan dan kesejahteraan hidupnya sehingga menjadi sosok yang berkualitas. Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan secara positif menuju ke kedewasaan. Adanya proses belajar, menyebabkan manusia senantiasa dapat mengembangkan dirinya serta mengaktualisasikan segala kemampuan yang dimilikinya. Baik yang diperoleh melalui lingkungan pendidikan yang terdapat dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. 22 Volume III No. 01 Juni 2016 pISSN 2460-1802 & eISSN 2528-0961 Sebagaimana diketahui, kegiatan belajar merupakan kegiatan pertama dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak ditentukan oleh bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik. Belajar merupakan proses perubahan dalam tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang mana perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Kegiatan belajar terjadi jika pengalaman mengakibatkan perubahan yang relatif permanen pada tingkah laku serta pengetahuan seseorang. Seseorang dinyatakan telah memiliki pengalaman belajar apabila perubahan tingkah laku tersebut sebagai akibat dari proses pembelajaran. Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan yang besifat positif sehingga dapat menuju ke kedewasaan. Perubahan tersebut menunjukan adanya hasil belajar. Prestasi belajar inilah yang menjadi inti dari proses pembelajaran. Dengan pernyataan lain prestasi belajar merupakan tingkat hasil belajar yang ditunjukan seseorang setelah mendapatkan bimbingan dan latihan yang dibimbing oleh guru sebagai fasilitatornya. Fakta di lapangan ditemukan adanya guru-guru yang tidak memiliki interaksi kondusif dan menyenangkan dengan siswa sehingga berdampak kepada semakin menjauhnya siswa dari guru tersebut. Persoalan ini menjadi pemicu lahirnya antipati siswa terhadap guru dan menurunya motivasi siswa dalam belajar khususnya pada mata pelajaran tertentu yang tingkat hubungannya kurang hamonis antara guru dengan siswa. Berdasarkan pemikiran diatas, maka penulis akan membahas lebih lanjut dalam bentuk penelitian tentang hubungan motivasi belajar dan persepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tujuan penelitian korelasi antara motivasi belajar dan persepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru dengan prestasi belajar siswa ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dan persepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa SD di gugus IX, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Metode Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan motivasi belajar dan persepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa SD kelas V. Penelitian ini menggunakan pendekatan ex post facto dengan teknik korelasional. Sampel penelitian diambil dengan teknik sample random sampling. Data mengenai motivasi belajar, persepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru dan prestasi belajar IPS dikumpulkan dengan kuesioner model skala likert. Kemudian data dianalisis dengan teknik analisis regresi sederhana dan regresi ganda dengan bantuan SPSS. Dalam paradigma ini terdapat dua variabel bebas, yaitu “Motivasi Belajar” (X1) dan variabel “Kemampuan Pedagogik Guru” (X2) dan satu variabel terikat yaitu, variabel “Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial” (Y). X1 Y X2 Gambar 1. Kontelasi Hubungan antara Variabel 23 Volume III No. 01 Juni 2016 pISSN 2460-1802 & eISSN 2528-0961 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan analisis data dengan teknik regresi sederhana dan regresi ganda ditemukan hasil sebagai berikut. 1) Nilai R1y = 0,576 dengan nilai F= 33,678 pada signifikansi 0,00 (ã < 0,01) dengan persamaan regresi Ŷ = 33,647 + 0,288. Dengan demikian berarti regresi adalah signifikan. Hubungan X1 terhadap Y sebesar 33,1%. Dapat terlihat dalam tabel sebagai berikut. Model Summary ModeI R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .321 3.03057 1 .576 .331 a. Predictors: (Constant), Motivasi ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 309.307 1 309.307 Residual 624.536 68 9.184 Total 933.843 69 a. Predictors (Constant), Motivasi b. Dependent Variable: Prestasi Belajar Coefficientsa Model 1 (Constant) Motivasi Understandardized Coefficients B Std Error 33.647 .288 2.011 .050 Mean Square Beta .576 F 33.678 Sig .000a t 16.728 5.803 Sig .000 .000 a. Dependent Variable: Prestasi Belajar 2) Nilai R2y = 0,805 dengan nilai F= 125,449 pada signifikansi 0,00 (ã < 0,01) dengan persamaan regresi Ŷ 28,362 + 0,387. Dengan demikian berarti regresi adalah signifikan. Hubungan X2 terhadap Y sebesar 64,8%. Dapat terlihat dalam tabel sebagai berikut. Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 .805a .648 .643 2.19712 a. Predictors: (Constant), Persepsi Siswa terhadap Kemampuan Pedagogoik Guru ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 605.584 328.259 933.843 df Mean Square 1 68 69 605.584 4.827 F 125.449 a. Predictors (Constant), Persepsi Siswa terhadap Kemampuan Pedagogoik Guru 24 Sig .000a Volume III No. 01 Juni 2016 pISSN 2460-1802 & eISSN 2528-0961 b. Dependent Variable: Prestasi Belajar Coefficientsa a. Dependent Variable: Prestasi Belajar Model Understandardized Coefficients B Std Error Mean Square t Sig Beta 1 (Constant) 28.362 1.520 .805 18.662 .000 Persepsi Siswa .387 .035 11.200 .000 terhadap Kemampuan Pedagogoik Guru 3) Secara bersama-sama nilai Ry12 = 0,807 dengan nilai F= 62,516 pada ignifikansi 0,00 (ã < 0,01) dengan persamaan regresi Ŷ = 28,691 + 0,416 X1 + 0,039 X2. Hubungan X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y sebesar 65,1%. Dapat terlihat dalam tabel sebagai berikut. Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 .807a .651 .641 2.20521 Predictors: (Constant), Motivasi Belajar, Persepsi Siswa terhadap Kemampuan Pedagogoik Guru ANOVAb a. Predictors (Constant), Motivasi Belajar Persepsi Siswa terhadap Kemampuan Pedagogoik Guru a. Model 1 b. Sum of Squares df Mean Square Regression 608.026 2 304.013 Residual 325.817 67 4.863 Total 933.843 69 Dependent Variable: Prestasi Belajar Coefficientsa Model Understandardized Coefficients B Std Error Mean Square F 62.516 Sig .000a t Sig Beta 1 (Constant) 26.691 1.594 Persepsi Siswa .416 .053 terhadap -.039 .055 Kemampuan Pedagogoik Guru, Motivasi Belajar a. Dependent Variable: Prestasi Belajar .864 -.078 17.995 7.838 -.709 .000 .000 .481 Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar, persepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru berhubungan secara signifikan terhadap motivasi belajar IPS pada siswa SD Kelas V di gugus IX, kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Dengan kata lain makin tinggi motivasi belajar dengan persepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru, maka makin tinggi pula prestasi belajar IPS pada siswa SD. Berdasarkan hasil penelitian tersebut berarti teoriteori yang digunakan untuk merumuskan hipoitesis penelitian didukung oleh data lapangan. 25 Volume III No. 01 Juni 2016 pISSN 2460-1802 & eISSN 2528-0961 Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan penelitian yang menjawab tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Hubungan Motivasi Belajar Siswa dan Kemampuan Pedagogik Guru terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa. Dari uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan tersebut dihasilkan temuan yang dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. 2. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar dan Persepsi Siswa atas Kemampuan Pedagogik Guru secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa. Berdasarkan perhitungan didapat temuan hubungan motivasi belajar terhadap prestasi belajar sebesar 33,1% dengan persamaan regresi Ŷ = 33,647 + 0,288 X1.R1y= 0,576 dengan nilai F= 33,678 pada signifikan 0,00 (ã < 0,01). Terdapat hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa. Hubungan persepsi siwa atas kemampuan pedagogik guru terhadap prestasi belajar IPS sebesar 64,8 % dengan persamaan regresi Ŷ = 28, 362 + 0,387X2. R2y = 0,805 dengan nilai F= 125,449 pada signifikansi 0,00 (ã < 0,01). Terdapat hubungan yang signifikan antara Kemampuan Pedagogik Guru terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa. Hubungan secara bersama-sama motivasi belajar dan persepsi siswa atas kemampuan pedagogik guru terhadap prestrasi belajar IPS sebesar 65,1 % dengan persamaan regresi Ŷ = 28,691 + 0,416X1 + 0,039X2. Ry12 = 0,807 dengan nilai F = 62,516 pada signifikansi 0,00 (ã < 0,01). Daftar Pustaka Balitbang SMK Negeri 1 http://guruvalah.com. Samarinda, Hubungan Prestasi dengan Minat, 2003, Hasan, Ani M, Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pengetahuan, (2003 : Malang) Richard, Denny, Sukses Memotivasi Juru-Jurus Meningkatkan Prestasi, (1997, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama) Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (2002, Bandung: Sinar Baru) Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, (2000, Bandung: Remaja Rosdakarya) 26