BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan mendasar dalam sistem perpolitikan di Indonesia terjadi di masa reformasi. Salah satu agenda reinstitusionalisasi politik tersebut telah menempatkan partai politik sebagai salah satu instrumen terpenting dalam demokratisasi. Namun demikian, dinamika kehidupan partai politik tidak berkembang di ruang vakum. Partai politik memiliki sejarah yang panjang sejak pemerintahan Republik melalui Maklumat X/ 1945 membuka ruang kehidupan multipartai, pembatasan kehidupan kepartaian di masa Demokrasi Terpimpin hingga pengerdilan ruang gerak partai di masa Orde Baru. Di masa Reformasi, penataan partai politik terus berlanjut. Salah satunya adalah dengan upaya merevisi tatanan kepartaian sebagaimana ditunjukkan melalui UU No. 2 Tahun 2008 sebagai revisi atas UU No 31 Tahun 2002 dan mengalami pembaharuan revisi lagi menjadi UU No 2 Tahun 2011. Hal ini memperlihatkan desakan masyarakat sekaligus keinginan di kalangan partai sendiri untuk membangun relevansi dengan perkembangan masyarakat (Firmanzah, 2008). Dalam penyelengaraan ketatanegaraan, Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan instrumen penting untuk mengejawantahkan kedaulatan rakyat. Pemilu juga merupakan metode yang secara universal digunakan untuk mengisi keanggotaan lembaga perwakilan. Di Indonesia setelah perubahan UUD 1945, tidak ada lagi anggota DPRD, DPR, MPR yang di angkat. Semuannya dipilih secara langsung melalui Pemilu. Pemilu juga digunakan untuk memilih Presiden dan Kepala Daerah. Pilihan sistem pemilu yang diterapkan akan berperan menstrukturkan hubungan antara pemilih dengan calon dan selanjutnya berperan menstrukturkan hubungan wakil dengan 1 rakyatnya. Struktur hubungan inilah yang akan menentukan tingkat responsifitas wakil terhadap aspirasi rakyatnya (Tricahyo, 2009). Peta perpolitikan di Indonesia cukup menarik untuk dikaji dikarenakan sifat perkembangannya yang dinamis dari waktu ke waktu. Banyaknya partai-partai politik yang berpartisipasi dalam pemilu mengakibatkan adanya dinamika dalam dunia perpolitikan, tercatat pasca reformasi sudah 4 kali diselenggarakan Pemilu yaitu pemilu 1999, pemilu 2004, pemilu 2009 dan pemilu 2014. Dari keempat pemilu ini mempunyai jumlah partisipasi partai politik yang berbeda, tercatat ada 48 parpol peserta pemilu pada tahun 1999, 24 parpol peserta pemilu pada tahun 2004, 38 parpol peserta pemilu pada tahun 2009 dan 12 parpol peserta pemilu pada tahun 2014 (www.kpu.go.id, 2013). Partai Demokrat merupakan salah satu partai peserta pemilu pada tahun 2004, 2009, dan 2014. Partai Demokrat didirikan atas inisiatif Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahan terhormat Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan Calon wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001. Pada awal kemunculannya Partai Demokrat memperoleh suara sebesar 8.445.225 atau 7,45% perolehan suara secara nasional dan menempatkan wakilnya sebanyak 57 orang duduk di kursi DPR RI pada pemilu tahun 2004. Dengan hasil ini Partai Demokrat menduduki posisi 5 besar jajaran partai politik di Indonesia berdampingan dengan partai-partai politik elite lainnya dan sekaligus dapat lolos dari ketentuan ET (electoral threshold) sebesar 3% yang ditetapkan KPU sesuai dengan UU no 8 Tahun 2008 (www.kpu.go.id, 2013). Hasil tersebut merupakan pencapaian yang baik bagi Partai Demokrat mengingat Partai Demokrat merupakan partai baru tetapi pada pemilu tahun 2004 dapat menduduki posisi 5 besar perolehan suara partai politik berdampingan dengan partai Golkar, PDIP, PKB, dan PPP yang merupakan partai lama yang telah mengikuti pemilu sejak tahun 1999. Pada pemilu tahun 2009 Partai Demokrat memperoleh suara sebesar 21.703.137 atau 20,85% suara secara nasional. Dengan hasil ini 2 telah mengantarkan Partai Demokrat menjadi partai politik pemenang pemilu pada tahun 2009 dengan menempatkan wakilnya sebanyak 150 orang dikursi DPR RI (www.kpu.go.id, 2013). Peningkatan jumlah dan prosentase perolehan suara partai yang besar selama pemilu tahun 2004 dan 2009 dengan mencapai angka 100% lebih ini menjadi sebuah pencapaian yang sangat luar biasa dan menjadi sebuah catatan dan prestasi tersendiri bagi Partai Demokrat. Kabupaten Pacitan merupakan kabupaten yang terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta. Perolehan suara Partai Demokrat di Kabupaten Pacitan juga menunjukkan hasil yang sama dengan perolehan suara Partai Demokrat di tingkat nasional. Partai Demokrat memperoleh suara 302.686 atau 20,74% suara Kabupaten Pacitan pada pemilu tahun 2004 dengan menempatkan 9 wakilnya di kursi DRRD dan memperoleh suara 117.388 atau 40,29% pada pemilu tahun 2009 dengan menempatkan 18 wakilnya di kursi DPRD Kabupaten Pacitan (KPUD Pacitan, 2013). Kedekatan historis antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Kabupaten Pacitan memberikan pengaruh bagi perolehan suara Partai Demokrat di Kabupaten Pacitan. Kedekatan historis ini tercermin dari masa kecil SBY yang lahir dan besar di Kabupaten Pacitan. Karena prestasinya yang luar biasa dengan menjadi Menteri pada masa Pemerintahan Presiden Megawati danmenjadi Presiden RI selama 2 kali periode menjadikan figur SBY menjadi idola bagi masyarakat di Kabupaten Pacitan. Hal ini di buktikan dengan perolehan suara Partai Demokrat yang baik pada Pemilu tahun 2004 dan 2009 di Kabupaten Pacitan. Tetapi dengan adanya beberapa isu dan masalah yang menimpa partai serta habisnya periode pencalonan SBY sebagai kandidat Presiden pada pemilu 2014 membawa pengaruh dengan turunnya elektabilitas Partai Demokrat (LSI, 2012). 3 Gambar 1.1 Grafik Trend 3 Suara Partai Politik (%) Sumber : (LSI, 2012) Hal yang sama juga dinyatakan oleh sesama lembaga survey yang ada di Indonesia yaitu Saifulmuljani Research and Consulting (SMRC). Dalam research yang dilakukan didapatkan hasil bahwa juga terjadi trend penurunan perolehan suara Partai Demokrat. Gambar 1.2 Grafik Penurunan Perolehan Partai Demokrat (%) Sumber : (SMRC, 2012) Pergeseran atau perubahan suara menjadi hal yang wajar terjadi pada sebuah partai yang mengikuti pemilu, tidak terkecuali Partai Demokrat. Adanya isu dan juga beberapa masalah yang menimpa, sudah wajar di alami oleh setiap partai begitupun Partai Demokrat. Melihat fenomena ini menjadi menarik jika dikaitkan dengan Kabupaten Pacitan. Karena tren positif perolehan suara Partai Demokrat yang ditunjukkan secara nasional pada pemilu 2004 dan 2009 juga terjadi di Kabupaten 4 Pacitan. Tetapi berdasarkan hasil survey tentang penurunan suara secara nasional, apakah juga akan berpengaruh bagi perolehan suara Partai Demokrat di Kabupaten Pacitan pada pemilu tahun 2014. Sehingga hal ini menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam dengan menggunakan pendekatan ilmu geografi politik. Sebab ilmu ini dapat memberikan gambaran secara kewilayahan melalui pendekatan ilmu geografi tentang peta perpolitikan dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi didalamnnya baik secara internal maupun eksternal. Karena Kabupaten Pacitan merupakan Kabupaten yang memiliki heterogenitas kondisi wilayah yang cukup tinggi maka displin ilmu ini sangat sesuai untuk menggali dan mengenali serta memetakan basis partai yang ada di Kabupaten Pacitan. Sebab dominasi partai politik dalam suatu wilayah akan mempengaruhi dalam penentuan kebijakan pembagunan wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan akan didapatkan gambaran kondisi latarbelakang kewilayahan perolehan suara, perubahan suara dan basis suara partai besar di Kabupaten Pacitan khususnya Partai Demokrat. 1.2. Rumusan Masalah Pemilu merupakan suatu hal yang penting karena dalam pemilu memilih pemimpin yang akan turut menentukan arah pembangunan wilayah dan partisipasi masyarakat dalam pemilu merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Adanya fluktuasi politik masyarakat disebuah wilayah serta kecenderungan pilihan politik masyarakat terhadap partai politik yang menjadi pilihannya pada saat pemilu dilaksanakan menyebabkan terjadinya perubahan perolehan suara sebuah partai. Seperti pada perubahan perolehan suara Partai Demokrat pada pemilu 2004 dan 2009. 5 Gambar 1.3 Grafik Trend Perolehan Suara Partai Demokrat Sumber : (LSI, 2012) Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Lembaga Survey Indonesia (LSI) menyebutkan bahwa akan ada penurunan perolehan suara Partai Demokrat secara nasional pada pemilu tahun 2014 (LSI, 2012). Survey yang dilakukan tersebut apakah nantinya juga akan memberikan pengaruh, khususnya dalam hal perolehan suara Partai Demokrat di Kabupaten Pacitan pada pemilu 2014. Berdasarkan atas latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan yang akan di angkat adalah : 1. Bagaimana distribusi persebaran dan perubahan perolehan suara Partai Demokrat pada pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan. 2. Bagaimana perubahan persebaran kantong basis suara Partai Demokrat pada pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan. 3. Adakah hubungan antara faktor geografi dengan perolehan suara Partai Demokrat pada pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan. 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui distribusi persebaran dan perubahan perolehan suara Partai Demokrat pada pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan. 2. Mengetahui perubahan kantong basis suara Partai Demokrat pada pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan. 6 3. Mengetahui hubungan antara faktor geografi dengan perolehan suara Partai Demokrat pada pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Untuk penulis penelitian ini menjadi motivasi penulis untuk memperdalam tentangstudi geografi politik. Penelitian ini juga sekaligus merupakan syarat untuk menyelesaikan program sarjana yang sedang ditempuh penulis. 2. Untuk studi geografi tulisan tentang geografi politik di ranah nasional masih belum terlalu populis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan studi geografi. 3. Adanya penelitian ini diharapkan dapat menyumbang referensi tambahan terhadap studi geografi politik di Fakultas Geografi. 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian dengan menggunakan geografi politik sebenarnya telah beberapa kali dilakukan, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Luthfi Muta’ali dan Djarot Sadharto Widyatmoko (2000) tentang pola sebaran keruangan kekuatan 5 PARPOL terbesar, yaitu PDI-P, PAN, PKB, GOLKAR, PPP dan faktorfaktor regional yang mempengaruhi besar kecilnya perolehan suara, serta prediksi perolehan suara. Penelitian menggunakan metode analisis data sekunder dengan pendekatan deskriptif analitik. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif atau statistik, yaitu Koefisien Asosiasi Geografi (KAG), Indeks Spesialisasi (KS) dan Location Quotient (LQ), analisis varian dan korelasi-regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan suara dipengaruhi oleh faktor-faktor regional (karakter geografi, tipe pekerjaan, dan tingkat pendidikan dan status wilayah desa/kota) dan faktor agama. 7 Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2010) tentang kajian geografi politik terhadap perubahan perolehan suara Partai Keadilan Sejahtera pada pemilu 2004 dan 2009. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan unit analisis yang dipakai adalah kelurahan. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ) dan analisis product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan suara PKS dipengaruhi oleh beberapa faktor geografi antara lain faktor jumlah penduduk usia muda, jumlah masjid dan jumlah keluarga sejahtera. Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Qori’atu Zahro’ (2010) tentang distribusi pemilih golput pada pemilu legislatif tahun 2009 di Kabupaten Pacitan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis Koefisien Asosiasi Geografi (KAG), Location Quotient (LQ), analisis korelasi, dan analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa golput tersebar secara merata di Kabupaten Pacitan. Dan dari 6 faktor wilayah yang dianalisis ditemukan faktor pendidikan merupakan faktor yang paling kuat berpengaruh dalam pemilih golput. Dari Penelitian yang pernah dilakukan oleh Asfar (2004), didapatkan sejumlah faktor yang mempengaruhi perolehan suara, yaitu kondisi sosial, ekonomi, jenis kelamin, kepercayaan, dan rasa. 1. Kondisi sosial berkenaan dengan aspek-aspek yang menempatkan manusia di masyarakat. Aspek-aspek ini akan cukup mempengaruhi pikiran mereka untuk memastikan partai mana yang akan mereka pilih. Status sosial yaitu mereka yang memiliki peran dimata masyarakat. Seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, dan lain sebagainya. 2. Mata pencaharian masyarakat yang berbeda di setiap daerah mengakibatkan pendapatan mereka berbeda. Di kota mata pencaharian masyarakat bersifat heterogen dan pendapatannya juga cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup 8 mereka. Sebaliknya di desa mata pencaharian yang homogen dan pendapatannya yang relatif rendah, tidak semua kebutuhan hidup mereka terpenuhi. Kaitannya dengan suara, masyarakat yang kondisi ekonominnya baik akan lebih berani mengekspresikan apa yang dia rasa dan tidak mementingkan bekerja. 3. Jenis kelamin sedikit banyak mempengaruhi suara pemilih. Rata-rata jenis kelamin pada pemilu di dunia yang sangat berpengaruh adalah kaum lakilaki, karena kaum laki-laki dan para suami bisa mempengaruhi istrinya dan anaknya untuk mengikuti suara pada pemilu. Walaupun hipotesis ini kurang tepat namun sejumlah kasus menyebutkan suara perempuan pada sebuah keluarga mendekati suara suaminya. 4. Tingkat pendidikan pada perolehan suara juga sangat berpengaruh. Golongan pendidikan akan lebih terbuka dan sangat hati-hati dan selektif dalam menetukan suaranya. Sebaliknya dari golongan yang berpendidikan rendah akan mengikuti para tokoh informalnya mereka tinggal. 1.6. 1.6.1. Tinjauan Pustaka Geografi Politik Definisi geografi politik adalah ilmu yang memperlajari relasi antara kehidupan dan aktivitas politik dengan kondisi-kondisi alam dari suatu negara. Selain itu, geografi politik juga mempelajari negara sebagai sebuah politic region yang mencakup baik internal geographical factors, maupun eksternal, yaitu hubungan antarnegara. Robinson yang dikutip oleh Abdurachmat (dalam Sri Hayati & Ahmad Yani 2007) mengatakan bahwa geografi politik adalah “...that the major objective of political geography is the analysis ofinter-state relationships and of internal adaptations to enviromental conditions”. Objek dan geografi politik adalah analisa dan hubungan antarnegara dan adaptasi terhadap kondisi lingkungan di dalam negara tersebut. Dengan demikian geografi politik dapat diartikan sebagai 9 “...is the geography of states and provide a geographical interpretation of international relations”. Berdasarkan pengertian tersebut, ruang lingkup geografi politik hanya ada toga pokok, yaitu menkaji tentang Enviromental Relations, National Power, dan Political Region. Enviromental Relationsmenekankan pada studi perbedaan dan keanekaragaman wilayah negara dan penduduknya di muka bumi. National Power yaitu menekankan kepada masalah power atau kekuasaan negara. Dan Political Region membahas tentang pembagian wilayah administrasi, batas negara dan masalah yang berhubungan dengan pengawasan wilayah kekuasaan negara. Keterkaitan antara geografi dan politik dapat dilihat dari definisi geografi politik yang dikemukakan oleh Sumaatmadja (dalam Alfandi 2002) yaitu geografi politik adalah cabang geografi manusia yang objek studinya aspek keruangan, pemerintahan atau kenegaraan, yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintah atau kenegaraan di permukaan bumi. Pada perkembangannya sebagai reaksi terhadap paradigma organismik yang menjatuhkan gengsi ilmiah geografi politik, Hettner (dalam Daldjoeni, 1991) membelokkan geogarfi politik dengan pendekatannya yang bercorak khorologis, disitu geografi politik dipandang sebagai ilmu tentang wilayah politik. Bagi geografi politik, setiap kelompok penduduk yang menempati wilayah yang mencerminkan suatu living body yang telah mampu menyebarluaskan dirinya di atas bagian permukaan bumi, telah membentuk wilayah sendiri melalui pengisian ruang dipermukaan bumi. Dikshit mengemukakan dalam (Daldjoeni 1991) bahwa geografi politik sebagai cabang geografi manusia dirumuskan sebagai suatu analisis geografis dari gejala politik atau dapat dikatakan pula ilmu yang memepelajari keseiringan spasial (spasial concomitans) dari politik. Pendekatan geografi politik dalam memperlajari objek studinya dapat menggunakan pendekatan historis, faktual, fungsional, dan relationship (Sri Hayati & Ahmad Yani 2007). 10 a. Pendekatan pertama adalah pendekatan historis yang mengkaji negara berdasarkan asal mula dan perkembangan suatu negara. Pendekatan ini bermanfaat untuk mempelajari negara sebagai individual case. b. Pendekatan kedua adalah pendekatan faktual yang oleh Valkenburg (Abdurachmat, 1982) digunakan untuk mempelajari kenyataankenyataan kehidupan politik suatu negara dengan berbagai unsur geografisnya seperti luas, bentuk wilayah, iklim, sumber daya dan penduduk. c. Pendekatan ketiga adalah pendekatan fungsional yang mempelajari tentang bagaimana suatu negara membina dirinya sendiri ke dalam. Pendekatan ini mempelajari kekuatan-kekuatan yang sifatnya nonpolitis seperti iklim, pegunungan, penyebaran penduduk yang tidak merata, pengaruh faktor fisik dan manusia terhadap aktivitas politik negara, bagaimana pengaruh aspek-aspek politik yang dilaksanakan terhadap aspek lain, bagaimana hubungan luar negeri dan bagaimana tingkat ketergantungan suatu negara terhadap negara lain. d. Pendekatan keempat adalah pendekatan relationship. Pendekatan ini lebih menekankan pada hubungan faktor-faktor lingkungna (alam) dengna aspek-aspek politik. Secara sederhana pendekatan ini digunakan untuk mengkaji kemakmuran suatu negara dilihat dari ketersediaan faktor sumber daya alam. Perhitungan kekayaan alam menjadi dasar pada kesadaran suatu bangsa untuk mempertahankan dan melangsungkan hidupnya. Lingkup telaah geografi politik dan geopolitik, yang bersifar multidisipliner terpadu, terutama meliputi hal-hal sebagai berikut (Alfandi, 2002) : 1. Aspek spasial, kompleks wilayah, sistem ekologi, dan spatiotemporal : letak, batas, lusa, bentuk, posisi ibukota negara, iklim 11 dalam wilayah, taksonomi negara, regionalisme, sistem ketatanegaraan, analisis sitem kegiatan-ruang-waktu, daya tampung dan daya dukung wilayah, termasuk perluasaan ruang (lebensraum). 2. Sikap dan kepentingan negara yang tercermin pada situasi konflik dan ancaman (politik, sosial-ekonomi, militer) serta pemecahan masalah atau kerjasama regional dan internasional. 3. Hubungan kepentingan ekonomi (ekspor-impor) dan hubungan hankam (pakta militer), kepentingan ekonomi internal (distribusi dan pengolahan SDA), dan SDM. 4. Kondisi internal dan eksternal : jumlah dan penyebaran penduduk, kepadatan penduduk, perbedaan dan kesatuan bahasa, variabilitas kelompok etnis, keragaman agama dan jumlah serta kualitas pemeluknya, pola fikir yang terbentuk yang diakibatkan sejarah masa lalu, dan budaya. 5. Kepentingan ideologi politik , sistem organisasi ekonomi dan pakta militer. 6. Kebijakan politik dalam dan luar negeri, aspek wilayah dari ilmu politik dan hukum internasional. Dalam geografi politik, pokok bahasan geografi pemilihan umum merupakan suatu bahasan yang cukup penting setelah membahas tentang negara. Peter Tylor dan Ronal Jhonston dalam (Glessner, 1993), mengungkapkan tiga pokok pikiran utama dalam studi electoral geografi, yaitu : pertama, Geographyc Of Voting, pada umumnya merupakan studi yang menerangkan pola-pola persebaran suara setelah suatu pemilihan umum dilaksanakan, dan dalam analisisnya menggunakan metode statistik atau formula stastistik untuk menggambarkan atau mengilustrasikan perolehan suara . Kedua, The Geography Influences On Voting, dalam sudut pandang geografi ada empat aspek yang mempengaruhi suatu pemilihan, isu-isu yang digulirkan pada saat pemungutan suara, pemungutan suara untuk para calon atau kandidat, pengaruh kampanye ketika pemilihan, dan 12 hal paling mendasar adalah “the neighborhood effect”, yaitu merupakan hubungan antara hasil pemilihan dengan tempat kediaman atau daerah tempat tinggal para calon. Ketiga, The Geography Of Representation, yaitu memilih anggota legeislatif, berdasarkan jumlah pemilih atau distrik. Jumlah distrik dan batasannya sangat mempengaruhi kompetisi bagi para anggota legislatif. Dalam electoral geography, hasil suatu pemungutan suara dapat dipetakan berdasarkan provinsi-provinsi. Salah satu aspek dalam electoral study yaitu terdapatnya variasi perilaku pemilih dalam suatu wilayah pemilihan. Beberapa wilayah pemilihan konsisten memilih salah satu partai politik tanpa memperhatikan isu-isu atau kandidat yang berkaitan dengan partai yang dipilihnya. Analisis pemungutan suara dapat dilakukan dalam skala wilayah tertentu baik tingkat kabupaten atau kota dengan menggunakan teknik mapping analysis. Selanjutnya dalam electoral geography juga ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan suara, yaitu kondisi sosial, ekonomi, jenis kelamin, kepercayaan dan ras. (Sri Hayati & Ahmad Yani 2007). 1.6.2. Pemilu dan Partai Politik Pada hakikatnya pemilu di Negara manapun mempunyai esensi yang sama. Pemilu berarti rakyat melakukan kegiatan memilih orang atau sekelompok orang yang menjadi pemimpin rakyat atau pemimpin Negara. pemimpin yang terpilih akan menjalankan kehendak rakyat yang memilihnya.Secara universal pemilu adalah instrumen mewujudkan kedaulatan rakyat yang bermaksud membentuk pemerintahan yang absah serta sarana mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan rakyat (Tricahyo, 2009). Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia 13 berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UU No 8 Tahun 2012 ). Partai politik didefinisikan sebagai organisasi publik yang bertujuan untuk membawa pemimpinya berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya (politisi) untuk mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut (Firmanzah, 2008). Selain itu partai politik juga diharapkan independen dari pengaruh pemerintah agar dapat mengkritisi setiap kebijakan dan tidak tergantung dari pemerintah ysng dikritisi. Substansi sebuah partai politik adalah sebuah lembaga yang didirikan atas suatu kehendak. Kehendak yang dimaksud disini adalah sebuah konsep ideologis yang mendasari dibentuknya sebuah parpol. Sehingga yang membedakan antara partai politik yang satu dengan yang lain adalah konsep ideoligis atau platform partai. Masing-masing parpol memiliki konsep khas, yang berbeda dengan partai politik lainnya, mereka yang memiliki cara pandang yang sama, konsep ideologis yang sama, bergabung dalam satu partai politik tertentu. Partai politik dianggap sebagai pusat politik dalam sistem Demokrasi, tujuan partai politik ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik yang biasanya dengan cara konstitusionil untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. Dalam literatur politik, setidaknya dikenal 80 defenisi mengenai partai politik. Namun, terlepas dari variasi yang ada, para pakar politik sepakat bahwa partai politik memiliki beberapa ciri umum sebagai berikut : a. Kumpulan orang-orang yang se-ide dan berupaya mewujudkan ide-ide mereka dalam kehidupan masyarakat, b. Memiliki organisasi yang rapi, yang menjamin kontinyuitas kegiatan sepanjang tahun, c. Berupaya menyusun agenda kebijakan publik, serta berusaha mempengaruhi pengambilan keputusan atas agenda tersebut, d. Berambisi menempatkan wakil-wakilnya dalam jajaran pemerintahan. 14 Partai politik adalah unsur penting dalam kehidupan politik dan pemerintahan. Partai politik menghubungkan masyarakat madani dengan negara dan lembaga-lembaganya. Selain itu, partai menyuarakan pandangan serta kepentingan berbagai kalangan masyarakat. Serupa lembaga-lembaga politik lainnya, partai politik tentu memiliki kelemahan dan kekurangan. Akan tetapi, sentimen anti partai, emoh partai, yang berkembang selama ini bersumber dari orde politik yang melecehkan peran serta warga negara supaya segolongan masyarakat dapat berkuasa dan mengontrol seluruh rakyat dan sumberdaya nasional dengan cara-cara yang monopolistik dan monolitik. Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (UU No 2 2011). Partai politik membentuk landasan masyarakat demokratis. Mereka mengumpulkan kepentingan publik, mengartikulasikannya dalam bentuk pilihan kebijakan dan memberikan struktur untuk berpartisipasi dalam politik. Selain itu, mereka melatih para pemimpin politik dan melakukan pemilihan umum untuk mencari ukuran kontrol atas lembaga pemerintah. Ketika menjadi mayoritas, partai memberikan basis organisasi untuk membentuk pemerintah, dan ketika menjadi minoritas, partai menjadi oposisi, atau alternatif terhadap pemerintah. Ketika terpilih, kandidat berusaha untuk memajukan kepentingan partai mereka di badan legislatif, mewakili agenda kebijakan tertentu yang memiliki legitimasi dari mandat pemilihan yang populer (Kelly&Ashiagbor, 2011). 15 1.7. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian kali ini, faktor geografi digunakan sebagai variabel pengaruh terhadap adanya perubahan suara Partai Demokrat yaitu meliputi kepadatan penduduk, gender, struktur umur, tingkat pendidikan, struktur pekerjaan, kedesaan-kekotaan. Jika dilakukan analisis terhadap perubahan suara Partai Demokrat dengan menggunakan dan membandingkan perolehan suara partai dari pemilu tahun 2009 dan pemilu tahun 2014 maka akan didapatkan hasil perubahan distribusi ruang suara Partai Demokrat. Diagram alir yang berkaitan dengan kerangka pemikiran diatas digambarkan dalam gambar 1.4 Pemilu Tahun 2009 dan 2014 Partai Demokrat Perolehan Suara Pemilu Tahun 2009 Perolehan Suara Pemilu Tahun 2014 Perubahan Distribusi Ruang Suara Partai Demokrat Faktor Geografi : - Kepadatan Penduduk Gender Struktur Umur Tingkat Pendidikan Struktur Pekerjaan Kedesaan – Kekotaan Gambar 1.4 Diagram Alir Pemikiran 16 1.8. Hipotesis Mengkaji fenomena politik melalui sudut pandang geografi memang belum terlalu banyak dilakukan oleh para peneliti. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tidak jarang menunjukkan hasil yang berbeda walaupun dilakukan pada objek kajian yang sama. Hal ini dikarena adanya variasi kondisi internal dan eksternal dalam suatu masyarakat pelaku politik. Dari kajian beberapa penelitian yang telah dilakukan maka dirumuskan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Perolehan suara Partai Demokrat mengalami penurunan dan tersebar merata disemua kecamatan di Kabupaten Pacitan 2. Basis Partai Demokrat tersebar di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Pacitan. 3. Terdapat hubungan antara faktor geografi (jumlah penduduk perempuan, jumlah penduduk struktur umur muda 17-25 tahun, jumlah penduduk berpendidikan SLTA ke atas, pekerjaan sektor primer, dan desa-kota) dengan perubahan perolehan suara Partai Demokrat. 1.9. Batasan Operasional Dapil adalah daerah pemilihan, batas wilayah, atau jumlah penduduk yang menjadi dasar penentuan jumlah kursi yang diperebutkan, dan karena itu menjadi dasar penentuan jumlah suara untuk menentukan calon terpilih Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (UU No 2 Tahun 2011) Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan 17 politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (UU No 8 Tahun 2012) Perolehan suara Partai Demokrat adalah jumlah dukungan pemilih kepada Partai Demokrat yang dinyatakan dengan pencoblosan atau pencontrengan nomor atau tanda gambar Partai Demokrat atau nomor atau nama calon legeslatif Partai Demokrat pada saat Pemilu dilakasanakan yang kemudian dicatat dan disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Perubahan adalah suatu keadaan dimana keadaan sekarang berbeda dengan keadaaan sebelumnya. 18