BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan mendasar

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perubahan mendasar dalam sistem perpolitikan di Indonesia terjadi
di masa reformasi. Salah satu agenda reinstitusionalisasi politik tersebut
telah menempatkan partai politik sebagai salah satu instrumen terpenting
dalam demokratisasi. Namun demikian, dinamika kehidupan partai politik
tidak berkembang di ruang vakum. Partai politik memiliki sejarah yang
panjang sejak pemerintahan Republik melalui Maklumat X/ 1945 membuka
ruang kehidupan multipartai, pembatasan kehidupan kepartaian di masa
Demokrasi Terpimpin hingga pengerdilan ruang gerak partai di masa Orde
Baru.
Di masa Reformasi, penataan partai politik terus berlanjut. Salah
satunya adalah dengan upaya merevisi tatanan kepartaian sebagaimana
ditunjukkan melalui UU No. 2 Tahun 2008 sebagai revisi atas UU No 31
Tahun 2002 dan mengalami pembaharuan revisi lagi menjadi UU No 2
Tahun 2011. Hal ini memperlihatkan desakan masyarakat sekaligus
keinginan di kalangan partai sendiri untuk membangun relevansi dengan
perkembangan masyarakat (Firmanzah, 2008).
Dalam penyelengaraan ketatanegaraan, Pemilihan Umum (Pemilu)
merupakan instrumen penting untuk mengejawantahkan kedaulatan rakyat.
Pemilu juga merupakan metode yang secara universal digunakan untuk
mengisi keanggotaan lembaga perwakilan. Di Indonesia setelah perubahan
UUD 1945, tidak ada lagi anggota DPRD, DPR, MPR yang di angkat.
Semuannya dipilih secara langsung melalui Pemilu. Pemilu juga digunakan
untuk memilih Presiden dan Kepala Daerah. Pilihan sistem pemilu yang
diterapkan akan berperan menstrukturkan hubungan antara pemilih dengan
calon dan selanjutnya berperan menstrukturkan hubungan wakil dengan
1
rakyatnya. Struktur hubungan inilah yang akan menentukan tingkat
responsifitas wakil terhadap aspirasi rakyatnya (Tricahyo, 2009).
Peta perpolitikan di Indonesia cukup menarik untuk dikaji
dikarenakan sifat perkembangannya yang dinamis dari waktu ke waktu.
Banyaknya
partai-partai
politik
yang
berpartisipasi
dalam
pemilu
mengakibatkan adanya dinamika dalam dunia perpolitikan, tercatat pasca
reformasi sudah 4 kali diselenggarakan Pemilu yaitu pemilu 1999, pemilu
2004, pemilu 2009 dan pemilu 2014. Dari keempat pemilu ini mempunyai
jumlah partisipasi partai politik yang berbeda, tercatat ada 48 parpol peserta
pemilu pada tahun 1999, 24 parpol peserta pemilu pada tahun 2004, 38
parpol peserta pemilu pada tahun 2009 dan 12 parpol peserta pemilu pada
tahun 2014 (www.kpu.go.id, 2013).
Partai Demokrat merupakan salah satu partai peserta pemilu pada
tahun 2004, 2009, dan 2014. Partai Demokrat didirikan atas inisiatif Susilo
Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahan terhormat Susilo
Bambang Yudhoyono pada pemilihan Calon wakil Presiden dalam Sidang
MPR tahun 2001. Pada awal kemunculannya Partai Demokrat memperoleh
suara sebesar 8.445.225 atau 7,45% perolehan suara secara nasional dan
menempatkan wakilnya sebanyak 57 orang duduk di kursi DPR RI pada
pemilu tahun 2004. Dengan hasil ini Partai Demokrat menduduki posisi 5
besar jajaran partai politik di Indonesia berdampingan dengan partai-partai
politik elite lainnya dan sekaligus dapat lolos dari ketentuan ET (electoral
threshold) sebesar 3% yang ditetapkan KPU sesuai dengan UU no 8 Tahun
2008 (www.kpu.go.id, 2013). Hasil tersebut merupakan pencapaian yang
baik bagi Partai Demokrat mengingat Partai Demokrat merupakan partai
baru tetapi pada pemilu tahun 2004 dapat menduduki posisi 5 besar
perolehan suara partai politik berdampingan dengan partai Golkar, PDIP,
PKB, dan PPP yang merupakan partai lama yang telah mengikuti pemilu
sejak tahun 1999.
Pada pemilu tahun 2009 Partai Demokrat memperoleh suara
sebesar 21.703.137 atau 20,85% suara secara nasional. Dengan hasil ini
2
telah mengantarkan Partai Demokrat menjadi partai politik pemenang
pemilu pada tahun 2009 dengan menempatkan wakilnya sebanyak 150
orang dikursi DPR RI (www.kpu.go.id, 2013). Peningkatan jumlah dan
prosentase perolehan suara partai yang besar selama pemilu tahun 2004 dan
2009 dengan mencapai angka 100% lebih ini menjadi sebuah pencapaian
yang sangat luar biasa dan menjadi sebuah catatan dan prestasi tersendiri
bagi Partai Demokrat.
Kabupaten Pacitan merupakan kabupaten yang terletak di Pantai
Selatan Pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah
dan daerah Istimewa Yogyakarta. Perolehan suara Partai Demokrat di
Kabupaten Pacitan juga menunjukkan hasil yang sama dengan perolehan
suara Partai Demokrat di tingkat nasional.
Partai Demokrat memperoleh suara 302.686 atau 20,74% suara
Kabupaten Pacitan pada pemilu tahun 2004 dengan menempatkan 9
wakilnya di kursi DRRD dan memperoleh suara 117.388 atau 40,29% pada
pemilu tahun 2009 dengan menempatkan 18 wakilnya di kursi DPRD
Kabupaten Pacitan (KPUD Pacitan, 2013). Kedekatan historis antara Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Kabupaten Pacitan memberikan
pengaruh bagi perolehan suara Partai Demokrat di Kabupaten Pacitan.
Kedekatan historis ini tercermin dari masa kecil SBY yang lahir dan besar
di Kabupaten Pacitan. Karena prestasinya yang luar biasa dengan menjadi
Menteri pada masa Pemerintahan Presiden Megawati danmenjadi Presiden
RI selama 2 kali periode menjadikan figur SBY menjadi idola bagi
masyarakat di Kabupaten Pacitan. Hal ini di buktikan dengan perolehan
suara Partai Demokrat yang baik pada Pemilu tahun 2004 dan 2009 di
Kabupaten Pacitan. Tetapi dengan adanya beberapa isu dan masalah yang
menimpa partai serta habisnya periode pencalonan SBY sebagai kandidat
Presiden pada pemilu 2014 membawa pengaruh dengan turunnya
elektabilitas Partai Demokrat (LSI, 2012).
3
Gambar 1.1 Grafik Trend 3 Suara Partai Politik (%)
Sumber : (LSI, 2012)
Hal yang sama juga dinyatakan oleh sesama lembaga survey yang
ada di Indonesia yaitu Saifulmuljani Research and Consulting (SMRC).
Dalam research yang dilakukan didapatkan hasil bahwa juga terjadi trend
penurunan perolehan suara Partai Demokrat.
Gambar 1.2 Grafik Penurunan Perolehan Partai Demokrat (%)
Sumber : (SMRC, 2012)
Pergeseran atau perubahan suara menjadi hal yang wajar terjadi
pada sebuah partai yang mengikuti pemilu, tidak terkecuali Partai
Demokrat. Adanya isu dan juga beberapa masalah yang menimpa, sudah
wajar di alami oleh setiap partai begitupun Partai Demokrat. Melihat
fenomena ini menjadi menarik jika dikaitkan dengan Kabupaten Pacitan.
Karena tren positif perolehan suara Partai Demokrat yang ditunjukkan
secara nasional pada pemilu 2004 dan 2009 juga terjadi di Kabupaten
4
Pacitan. Tetapi berdasarkan hasil survey tentang penurunan suara secara
nasional, apakah juga akan berpengaruh bagi perolehan suara Partai
Demokrat di Kabupaten Pacitan pada pemilu tahun 2014. Sehingga hal ini
menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam dengan menggunakan pendekatan
ilmu geografi politik. Sebab ilmu ini dapat memberikan gambaran secara
kewilayahan melalui pendekatan ilmu geografi tentang peta perpolitikan dan
juga faktor-faktor yang mempengaruhi didalamnnya baik secara internal
maupun eksternal.
Karena Kabupaten Pacitan merupakan Kabupaten yang memiliki
heterogenitas kondisi wilayah yang cukup tinggi maka displin ilmu ini
sangat sesuai untuk menggali dan mengenali serta memetakan basis partai
yang ada di Kabupaten Pacitan. Sebab dominasi partai politik dalam suatu
wilayah akan mempengaruhi dalam penentuan kebijakan pembagunan
wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan akan didapatkan gambaran
kondisi latarbelakang kewilayahan perolehan suara, perubahan suara dan
basis suara partai besar di Kabupaten Pacitan khususnya Partai Demokrat.
1.2.
Rumusan Masalah
Pemilu merupakan suatu hal yang penting karena dalam pemilu
memilih pemimpin yang akan turut menentukan arah pembangunan wilayah
dan partisipasi masyarakat dalam pemilu merupakan wujud partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Adanya fluktuasi politik masyarakat
disebuah wilayah serta kecenderungan pilihan politik masyarakat terhadap
partai politik yang menjadi pilihannya pada saat pemilu dilaksanakan
menyebabkan terjadinya perubahan perolehan suara sebuah partai. Seperti
pada perubahan perolehan suara Partai Demokrat pada pemilu 2004 dan 2009.
5
Gambar 1.3 Grafik Trend Perolehan Suara Partai Demokrat
Sumber : (LSI, 2012)
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Lembaga Survey Indonesia
(LSI) menyebutkan bahwa akan ada penurunan perolehan suara Partai
Demokrat secara nasional pada pemilu tahun 2014 (LSI, 2012). Survey yang
dilakukan tersebut apakah nantinya juga akan memberikan pengaruh,
khususnya dalam hal perolehan suara Partai Demokrat di Kabupaten Pacitan
pada pemilu 2014. Berdasarkan atas latar belakang yang telah diuraikan
diatas maka permasalahan yang akan di angkat adalah :
1. Bagaimana distribusi persebaran dan perubahan perolehan suara Partai
Demokrat pada pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan.
2. Bagaimana perubahan persebaran kantong basis suara Partai
Demokrat pada pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan.
3. Adakah hubungan antara faktor geografi dengan perolehan suara
Partai Demokrat pada pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan.
1.3.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui distribusi persebaran dan perubahan perolehan suara Partai
Demokrat pada pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan.
2. Mengetahui perubahan kantong basis suara Partai Demokrat pada
pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan.
6
3. Mengetahui hubungan antara faktor geografi dengan perolehan suara
Partai Demokrat pada pemilu 2014 di Kabupaten Pacitan.
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Untuk penulis penelitian ini menjadi motivasi penulis untuk
memperdalam tentangstudi geografi politik. Penelitian ini juga
sekaligus merupakan syarat untuk menyelesaikan program sarjana yang
sedang ditempuh penulis.
2. Untuk studi geografi tulisan tentang geografi politik di ranah nasional
masih belum terlalu populis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk pengembangan studi geografi.
3. Adanya penelitian ini diharapkan dapat menyumbang referensi
tambahan terhadap studi geografi politik di Fakultas Geografi.
1.5.
Keaslian Penelitian
Penelitian dengan menggunakan geografi politik sebenarnya telah
beberapa kali dilakukan, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah
satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Luthfi Muta’ali dan Djarot
Sadharto Widyatmoko (2000) tentang pola sebaran keruangan kekuatan 5
PARPOL terbesar, yaitu PDI-P, PAN, PKB, GOLKAR, PPP dan faktorfaktor regional yang mempengaruhi besar kecilnya perolehan suara, serta
prediksi perolehan suara. Penelitian menggunakan metode analisis data
sekunder dengan pendekatan deskriptif analitik. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis kuantitatif atau statistik, yaitu Koefisien Asosiasi
Geografi (KAG), Indeks Spesialisasi (KS) dan Location Quotient (LQ),
analisis varian dan korelasi-regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perolehan suara dipengaruhi oleh faktor-faktor regional (karakter geografi,
tipe pekerjaan, dan tingkat pendidikan dan status wilayah desa/kota) dan
faktor agama.
7
Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ernawati
(2010) tentang kajian geografi politik terhadap perubahan perolehan suara
Partai Keadilan Sejahtera pada pemilu 2004 dan 2009. Penelitian ini
menggunakan data sekunder dengan unit analisis yang dipakai adalah
kelurahan. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis
Location Quotient (LQ) dan analisis product moment. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perubahan suara PKS dipengaruhi oleh beberapa faktor
geografi antara lain faktor jumlah penduduk usia muda, jumlah masjid dan
jumlah keluarga sejahtera.
Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Qori’atu
Zahro’ (2010) tentang distribusi pemilih golput pada pemilu legislatif tahun
2009 di Kabupaten Pacitan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan data primer dan data
sekunder. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis Koefisien Asosiasi
Geografi (KAG), Location Quotient (LQ), analisis korelasi, dan analisis
data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa golput tersebar
secara merata di Kabupaten Pacitan. Dan dari 6 faktor wilayah yang
dianalisis ditemukan faktor pendidikan merupakan faktor yang paling kuat
berpengaruh dalam pemilih golput.
Dari Penelitian yang pernah dilakukan oleh Asfar (2004), didapatkan
sejumlah faktor yang mempengaruhi perolehan suara, yaitu kondisi sosial,
ekonomi, jenis kelamin, kepercayaan, dan rasa.
1. Kondisi sosial berkenaan dengan aspek-aspek yang menempatkan manusia
di masyarakat. Aspek-aspek ini akan cukup mempengaruhi pikiran mereka
untuk memastikan partai mana yang akan mereka pilih. Status sosial yaitu
mereka yang memiliki peran dimata masyarakat. Seperti tokoh agama,
tokoh masyarakat, dan lain sebagainya.
2. Mata pencaharian masyarakat yang berbeda di setiap daerah mengakibatkan
pendapatan mereka berbeda. Di kota mata pencaharian masyarakat bersifat
heterogen dan pendapatannya juga cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
8
mereka. Sebaliknya di desa mata pencaharian yang homogen dan
pendapatannya yang relatif rendah, tidak semua kebutuhan hidup mereka
terpenuhi. Kaitannya dengan suara, masyarakat yang kondisi ekonominnya
baik akan lebih berani mengekspresikan apa yang dia rasa dan tidak
mementingkan bekerja.
3. Jenis kelamin sedikit banyak mempengaruhi suara pemilih. Rata-rata jenis
kelamin pada pemilu di dunia yang sangat berpengaruh adalah kaum lakilaki, karena kaum laki-laki dan para suami bisa mempengaruhi istrinya dan
anaknya untuk mengikuti suara pada pemilu. Walaupun hipotesis ini kurang
tepat namun sejumlah kasus menyebutkan suara perempuan pada sebuah
keluarga mendekati suara suaminya.
4. Tingkat pendidikan pada perolehan suara juga sangat berpengaruh.
Golongan pendidikan akan lebih terbuka dan sangat hati-hati dan selektif
dalam menetukan suaranya. Sebaliknya dari golongan yang berpendidikan
rendah akan mengikuti para tokoh informalnya mereka tinggal.
1.6.
1.6.1.
Tinjauan Pustaka
Geografi Politik
Definisi geografi politik adalah ilmu yang memperlajari relasi antara
kehidupan dan aktivitas politik dengan kondisi-kondisi alam dari suatu
negara. Selain itu, geografi politik juga mempelajari negara sebagai sebuah
politic region yang mencakup baik internal geographical factors, maupun
eksternal, yaitu hubungan antarnegara. Robinson yang dikutip oleh
Abdurachmat (dalam Sri Hayati & Ahmad Yani 2007) mengatakan bahwa
geografi politik adalah “...that the major objective of political geography is
the analysis ofinter-state relationships and of internal adaptations to
enviromental conditions”. Objek dan geografi politik adalah analisa dan
hubungan antarnegara dan adaptasi terhadap kondisi lingkungan di dalam
negara tersebut. Dengan demikian geografi politik dapat diartikan sebagai
9
“...is the geography of states and provide a geographical interpretation of
international relations”. Berdasarkan pengertian tersebut, ruang lingkup
geografi politik hanya ada toga pokok, yaitu menkaji tentang Enviromental
Relations,
National
Power,
dan
Political
Region.
Enviromental
Relationsmenekankan pada studi perbedaan dan keanekaragaman wilayah
negara dan penduduknya di muka bumi. National Power yaitu menekankan
kepada masalah power atau kekuasaan negara. Dan Political Region
membahas tentang pembagian wilayah administrasi, batas negara dan
masalah yang berhubungan dengan pengawasan wilayah kekuasaan negara.
Keterkaitan antara geografi dan politik dapat dilihat dari definisi
geografi politik yang dikemukakan oleh Sumaatmadja (dalam Alfandi 2002)
yaitu geografi politik adalah cabang geografi manusia yang objek studinya
aspek keruangan, pemerintahan atau kenegaraan, yang meliputi hubungan
regional dan internasional, pemerintah atau kenegaraan di permukaan bumi.
Pada perkembangannya sebagai reaksi terhadap paradigma organismik
yang menjatuhkan gengsi ilmiah geografi politik, Hettner (dalam Daldjoeni,
1991) membelokkan geogarfi politik dengan pendekatannya yang bercorak
khorologis, disitu geografi politik dipandang sebagai ilmu tentang wilayah
politik.
Bagi geografi politik, setiap kelompok penduduk yang menempati
wilayah yang mencerminkan suatu living body yang telah mampu
menyebarluaskan dirinya di atas bagian permukaan bumi, telah membentuk
wilayah sendiri melalui pengisian ruang dipermukaan bumi. Dikshit
mengemukakan dalam (Daldjoeni 1991) bahwa geografi politik sebagai
cabang geografi manusia dirumuskan sebagai suatu analisis geografis dari
gejala politik atau dapat dikatakan pula ilmu yang memepelajari keseiringan
spasial (spasial concomitans) dari politik.
Pendekatan geografi politik dalam memperlajari objek studinya dapat
menggunakan pendekatan historis, faktual, fungsional, dan relationship (Sri
Hayati & Ahmad Yani 2007).
10
a. Pendekatan pertama adalah pendekatan historis yang mengkaji negara
berdasarkan asal mula dan perkembangan suatu negara. Pendekatan
ini bermanfaat untuk mempelajari negara sebagai individual case.
b. Pendekatan kedua adalah pendekatan faktual yang oleh Valkenburg
(Abdurachmat, 1982) digunakan untuk mempelajari kenyataankenyataan kehidupan politik suatu negara dengan berbagai unsur
geografisnya seperti luas, bentuk wilayah, iklim, sumber daya dan
penduduk.
c. Pendekatan ketiga adalah pendekatan fungsional yang mempelajari
tentang bagaimana suatu negara membina dirinya sendiri ke dalam.
Pendekatan ini
mempelajari
kekuatan-kekuatan
yang sifatnya
nonpolitis seperti iklim, pegunungan, penyebaran penduduk yang
tidak merata, pengaruh faktor fisik dan manusia terhadap aktivitas
politik negara, bagaimana pengaruh aspek-aspek politik yang
dilaksanakan terhadap aspek lain, bagaimana hubungan luar negeri
dan bagaimana tingkat ketergantungan suatu negara terhadap negara
lain.
d. Pendekatan keempat adalah pendekatan relationship. Pendekatan ini
lebih menekankan pada hubungan faktor-faktor lingkungna (alam)
dengna aspek-aspek politik. Secara sederhana pendekatan ini
digunakan untuk mengkaji kemakmuran suatu negara dilihat dari
ketersediaan faktor sumber daya alam. Perhitungan kekayaan alam
menjadi dasar pada kesadaran suatu bangsa untuk mempertahankan
dan melangsungkan hidupnya.
Lingkup telaah geografi politik dan geopolitik, yang bersifar
multidisipliner terpadu, terutama meliputi hal-hal sebagai berikut (Alfandi,
2002) :
1. Aspek spasial, kompleks wilayah, sistem ekologi, dan spatiotemporal : letak, batas, lusa, bentuk, posisi ibukota negara, iklim
11
dalam
wilayah,
taksonomi
negara,
regionalisme,
sistem
ketatanegaraan, analisis sitem kegiatan-ruang-waktu, daya tampung
dan daya dukung wilayah, termasuk perluasaan ruang (lebensraum).
2. Sikap dan kepentingan negara yang tercermin pada situasi konflik
dan ancaman (politik, sosial-ekonomi, militer) serta pemecahan
masalah atau kerjasama regional dan internasional.
3. Hubungan kepentingan ekonomi (ekspor-impor) dan hubungan
hankam (pakta militer), kepentingan ekonomi internal (distribusi dan
pengolahan SDA), dan SDM.
4. Kondisi internal dan eksternal : jumlah dan penyebaran penduduk,
kepadatan penduduk, perbedaan dan kesatuan bahasa, variabilitas
kelompok etnis, keragaman agama dan jumlah serta kualitas
pemeluknya, pola fikir yang terbentuk yang diakibatkan sejarah
masa lalu, dan budaya.
5. Kepentingan ideologi politik , sistem organisasi ekonomi dan pakta
militer.
6. Kebijakan politik dalam dan luar negeri, aspek wilayah dari ilmu
politik dan hukum internasional.
Dalam geografi politik, pokok bahasan geografi pemilihan umum
merupakan suatu bahasan yang cukup penting setelah membahas tentang
negara. Peter Tylor dan Ronal Jhonston dalam (Glessner, 1993),
mengungkapkan tiga pokok pikiran utama dalam studi electoral geografi,
yaitu : pertama, Geographyc Of Voting, pada umumnya merupakan studi
yang menerangkan pola-pola persebaran suara setelah suatu pemilihan
umum dilaksanakan, dan dalam analisisnya menggunakan metode statistik
atau formula stastistik untuk menggambarkan atau mengilustrasikan
perolehan suara . Kedua, The Geography Influences On Voting, dalam sudut
pandang geografi ada empat aspek yang mempengaruhi suatu pemilihan,
isu-isu yang digulirkan pada saat pemungutan suara, pemungutan suara
untuk para calon atau kandidat, pengaruh kampanye ketika pemilihan, dan
12
hal paling mendasar adalah “the neighborhood effect”, yaitu merupakan
hubungan antara hasil pemilihan dengan tempat kediaman atau daerah
tempat tinggal para calon. Ketiga, The Geography Of Representation, yaitu
memilih anggota legeislatif, berdasarkan jumlah pemilih atau distrik.
Jumlah distrik dan batasannya sangat mempengaruhi kompetisi bagi para
anggota legislatif.
Dalam electoral geography, hasil suatu pemungutan suara dapat
dipetakan berdasarkan provinsi-provinsi. Salah satu aspek dalam electoral
study yaitu terdapatnya variasi perilaku pemilih dalam suatu wilayah
pemilihan. Beberapa wilayah pemilihan konsisten memilih salah satu partai
politik tanpa memperhatikan isu-isu atau kandidat yang berkaitan dengan
partai yang dipilihnya. Analisis pemungutan suara dapat dilakukan dalam
skala wilayah tertentu baik tingkat kabupaten atau kota dengan
menggunakan teknik mapping analysis. Selanjutnya dalam electoral
geography juga ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan
suara, yaitu kondisi sosial, ekonomi, jenis kelamin, kepercayaan dan ras.
(Sri Hayati & Ahmad Yani 2007).
1.6.2.
Pemilu dan Partai Politik
Pada hakikatnya pemilu di Negara manapun mempunyai esensi yang
sama. Pemilu berarti rakyat melakukan kegiatan memilih orang atau
sekelompok orang yang menjadi pemimpin rakyat atau pemimpin Negara.
pemimpin yang terpilih akan menjalankan kehendak rakyat yang
memilihnya.Secara universal pemilu adalah
instrumen
mewujudkan
kedaulatan rakyat yang bermaksud membentuk pemerintahan yang absah
serta sarana mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan rakyat (Tricahyo,
2009).
Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
13
berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UU No 8 Tahun 2012 ).
Partai politik didefinisikan sebagai organisasi publik yang bertujuan
untuk
membawa
pemimpinya
berkuasa
dan
memungkinkan
para
pendukungnya (politisi) untuk mendapatkan keuntungan dari dukungan
tersebut (Firmanzah, 2008). Selain itu partai politik juga diharapkan
independen dari pengaruh pemerintah
agar dapat mengkritisi setiap
kebijakan dan tidak tergantung dari pemerintah ysng dikritisi.
Substansi sebuah partai politik adalah sebuah lembaga yang didirikan
atas suatu kehendak. Kehendak yang dimaksud disini adalah sebuah konsep
ideologis yang mendasari dibentuknya sebuah parpol.
Sehingga yang
membedakan antara partai politik yang satu dengan yang lain adalah
konsep ideoligis atau platform partai. Masing-masing parpol memiliki
konsep khas, yang berbeda dengan partai politik lainnya, mereka yang
memiliki cara pandang yang sama, konsep ideologis yang sama, bergabung
dalam satu partai politik tertentu.
Partai politik dianggap sebagai pusat politik dalam sistem Demokrasi,
tujuan partai politik ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik yang biasanya dengan cara konstitusionil untuk
melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.
Dalam literatur politik, setidaknya dikenal 80 defenisi mengenai partai
politik. Namun, terlepas dari variasi yang ada, para pakar politik sepakat
bahwa partai politik memiliki beberapa ciri umum sebagai berikut :
a.
Kumpulan orang-orang yang se-ide dan berupaya mewujudkan ide-ide
mereka dalam kehidupan masyarakat,
b.
Memiliki organisasi yang rapi, yang menjamin kontinyuitas kegiatan
sepanjang tahun,
c.
Berupaya menyusun agenda kebijakan publik, serta berusaha mempengaruhi
pengambilan keputusan atas agenda tersebut,
d.
Berambisi menempatkan wakil-wakilnya dalam jajaran pemerintahan.
14
Partai politik adalah unsur penting dalam kehidupan politik dan
pemerintahan. Partai politik menghubungkan masyarakat madani dengan
negara dan lembaga-lembaganya. Selain itu, partai menyuarakan pandangan
serta kepentingan berbagai kalangan masyarakat. Serupa lembaga-lembaga
politik lainnya, partai politik tentu memiliki kelemahan dan kekurangan.
Akan tetapi, sentimen anti partai, emoh partai, yang berkembang selama ini
bersumber dari orde politik yang melecehkan peran serta warga negara
supaya segolongan masyarakat dapat berkuasa dan mengontrol seluruh
rakyat dan sumberdaya nasional dengan cara-cara yang monopolistik dan
monolitik.
Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk
oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. (UU No 2 2011).
Partai politik membentuk landasan masyarakat demokratis. Mereka
mengumpulkan kepentingan publik, mengartikulasikannya dalam bentuk
pilihan kebijakan dan memberikan struktur untuk berpartisipasi dalam
politik. Selain itu, mereka melatih para pemimpin politik dan melakukan
pemilihan umum untuk mencari ukuran kontrol atas lembaga pemerintah.
Ketika menjadi mayoritas, partai memberikan basis organisasi untuk
membentuk pemerintah, dan ketika menjadi minoritas, partai menjadi
oposisi, atau alternatif terhadap pemerintah. Ketika terpilih, kandidat
berusaha untuk memajukan kepentingan partai mereka di badan legislatif,
mewakili agenda kebijakan tertentu yang memiliki legitimasi dari mandat
pemilihan yang populer (Kelly&Ashiagbor, 2011).
15
1.7.
Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian kali ini, faktor geografi digunakan sebagai variabel
pengaruh terhadap adanya perubahan suara Partai Demokrat yaitu meliputi
kepadatan penduduk, gender, struktur umur, tingkat pendidikan, struktur
pekerjaan, kedesaan-kekotaan. Jika dilakukan analisis terhadap perubahan
suara Partai Demokrat dengan menggunakan dan membandingkan
perolehan suara partai dari pemilu tahun 2009 dan pemilu tahun 2014 maka
akan didapatkan hasil perubahan distribusi ruang suara Partai Demokrat.
Diagram alir yang berkaitan dengan kerangka pemikiran diatas
digambarkan dalam gambar 1.4
Pemilu Tahun 2009 dan 2014
Partai Demokrat
Perolehan Suara Pemilu
Tahun 2009
Perolehan Suara Pemilu
Tahun 2014
Perubahan Distribusi Ruang
Suara Partai Demokrat
Faktor Geografi :
-
Kepadatan Penduduk
Gender
Struktur Umur
Tingkat Pendidikan
Struktur Pekerjaan
Kedesaan – Kekotaan
Gambar 1.4 Diagram Alir Pemikiran
16
1.8.
Hipotesis
Mengkaji fenomena politik melalui sudut pandang geografi memang
belum terlalu banyak dilakukan oleh para peneliti. Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan tidak jarang menunjukkan hasil yang berbeda walaupun
dilakukan pada objek kajian yang sama. Hal ini dikarena adanya variasi
kondisi internal dan eksternal dalam suatu masyarakat pelaku politik.
Dari kajian beberapa penelitian yang telah dilakukan maka
dirumuskan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Perolehan suara Partai Demokrat mengalami penurunan dan
tersebar merata disemua kecamatan di Kabupaten Pacitan
2. Basis Partai Demokrat tersebar di setiap kecamatan yang ada di
Kabupaten Pacitan.
3. Terdapat hubungan antara faktor geografi (jumlah penduduk
perempuan, jumlah penduduk struktur umur muda 17-25 tahun,
jumlah penduduk berpendidikan SLTA ke atas, pekerjaan sektor
primer, dan desa-kota) dengan perubahan perolehan suara Partai
Demokrat.
1.9.
Batasan Operasional
Dapil adalah daerah pemilihan, batas wilayah, atau jumlah penduduk yang
menjadi dasar penentuan jumlah kursi yang diperebutkan, dan karena itu
menjadi dasar penentuan jumlah suara untuk menentukan calon terpilih
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (UU No 2 Tahun 2011)
Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
17
politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (UU No 8 Tahun
2012)
Perolehan suara Partai Demokrat adalah jumlah dukungan pemilih
kepada Partai Demokrat yang dinyatakan dengan pencoblosan atau
pencontrengan nomor atau tanda gambar Partai Demokrat atau nomor atau
nama calon legeslatif Partai Demokrat pada saat Pemilu dilakasanakan yang
kemudian dicatat dan disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Perubahan adalah suatu keadaan dimana keadaan sekarang berbeda dengan
keadaaan sebelumnya.
18
Download