hubungan jenis asupan makanan pendamping asi dominan dengan

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN JENIS ASUPAN MAKANAN PENDAMPING ASI
DOMINAN DENGAN PERKEMBANGAN
ANAK USIA 6 – 24 BULAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Restu Maharany Arumningtyas G 0007139
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skripsi dengan judul:
Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan
Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan
Oleh:
Restu Maharany Arumningtyas, G0007139, Tahun 2010
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari
, tanggal
2010
Pembimbing Utama
Penguji Utama
Endang Dewi Lestari, dr., Sp.A (K),
MPH
NIP : 19591201 198603 2 008
Prof. Harsono Salimo, dr., Sp.A (K)
Pembimbing Pendamping
Anggota Penguji
NIP : 19441226 197310 1 001
Selfi Handayani, dr., M.Kes
Pudjiastuti, dr., Sp.A (K)
NIP : 19670214 199702 2 001
NIP : 19600110 198712 2 001
Ketua Tim Skripsi
Sudarman, dr., SpTHT-KL (K)
NIP : 19450712 197610 1 001
commit to user
PERNYATAAN
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 4 Oktober 2010
Restu Maharany Arumningtyas
NIM: G0007139
commit to user
ABSTRAK
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Restu Maharany Arumningtyas, G0007139, 2010. Hubungan Jenis Asupan
Makanan Pendamping ASI Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 –
24 Bulan. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara jenis makanan pendamping ASI yang dominan dengan
perkembangan anak usia 6 – 24 bulan.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di beberapa posyandu
di wilayah Puskesmas Sibela Surakarta pada bulan Mei – Juni 2010. Teknik
sampling yang digunakan adalah purposive random sampling dengan beberapa
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah anak usia 6 – 24 bulan dengan
riwayat pemberian ASI eksklusif, dalam keadaan sehat, dan bersedia dilakukan
Tes Denver II. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah memiliki riwayat berat
badan lahir, riwayat kelainan bawaan, riwayat kelahiran prematur, dan memiliki
cacat fisik maupun mental. Subjek penelitian diukur berat badan dan tinggi badan,
kemudian dilakukan wawsancara terhadap orang tua berkaitan dengan pengisian
kuisioner food frequency dan 24-hours recall. Setelah itu, subjek penelitian
dilakukan tes Denver II untuk mengetahui ada atau tidaknya keterlambatan
perkembangan. Diperoleh data yang dapat dianalisis sebanyak 76 sampel. Data
variabel jenis makanan pendamping ASI dan perkembangan anak usia 6 – 24
bulan dianalisis menggunakan uji chi-square melalui program SPSS 17.0 for
Windows.
Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) adanya hubungan bermakna
antara makanan pendamping ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan
(p=0.000) dan pada anak usia 13 – 24 bulan (p=0.001), (2) anak dengan MP-ASI
home made dominan memiliki risiko 6 kali lebih besar mengalami keterlambatan
perkembangan dibandingkan anak dengan MP-ASI fabric made pada usia 6 – 12
bulan (OR=6, CI 95%= 2.242 – 17.890) dan pada usia 13 – 24 bulan (OR=3, CI
95% = 1.507 – 4.890)
Simpulan Penelitian: Ada hubungan bermakna antara jenis makanan
pendamping ASI yang dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan.
Kata Kunci: makanan pendamping ASI dominan, perkembangan anak
commit
to user
ABSTRACT
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Restu Maharany Arumningtyas, G0007139, 2010. The Relation between
Domination of Complementary Foods and 6 – 24 Months Children’s
Development. Medical Faculty of Sebelas Maret University.
Objective: The aim of this research is to find relation between domination of
complementary foods and 6 – 24 months children’s development.
Methods: This research was an analytical observational study using crosssectional approach. It has been done at Puskesmas Sibela Surakarta from May –
July 2010. Subjects were sampled using purposive random sampling method with
inclusion and exclusion criterias. The inclusion criterias were 6 – 24 month
children with history of exclusively breasts feed, in a healthy condition, and
wanted to do Denver II Test. The exclusion criterias were did not have history of
low birth weight , congenital failure, history of prematurity, and hereditary
deformities. Subjects were measured their weight and height first. Then researcher
interviewed their parents to fill food frequency and 3-days diet recall’s quisioners.
After that, researcher did Denver II Test to subjects and analyzed whether they
were included to normal development or suspect of delayed development. There
were 76 samples which could be analyzed. Those variables such as
compelementary foods and childrens’ development were analyzed using chisquare test, and it tests in SPSS 17.0 for Windows.
Results: This research showed (1) a significant relation between complementary
foods and children’s development at age 6 – 12 months (p=0.000) and at age 13 –
24 months (p=0.001) , (2) children who consumed home made’s complementary
foods dominantly has 6 times bigger risk to be suspect of delayed development
than children who consumed fabric made’s complementary foods dominantly at
age 6 – 12 months (OR=6, CI 95%= 2.242-17.890) and at age 13 – 24 months
(OR = 3, CI 95% = 1.507 – 4.890).
Conclusion: This study finds a significant relation between domination of
complementary foods and 6 – 24 months children’s development.
Keyword: domination of compelementary foods, children’s development
commit
to user
PRAKATA
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alhamdulillaahirabbil ‘alamiin. Puji syukur senantiasa penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan
Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam
penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui
bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. A.A. Subiyanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Endang Dewi Lestari, dr. Sp.A (K), MPH selaku Pembimbing Utama yang
telah memberi bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Selfi Handayani, dr., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberi bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Prof. Harsono Salimo, dr., Sp.A(K) selaku Penguji Utama yang telah
memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Pudjiastuti, dr., Sp. A(K) selaku Anggota Penguji yang telah memberi
saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Muthmainah, dr., M.Kes selaku Ketua beserta Tim Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Kedua orang tua tercinta, Mama Siti Munafiati dan Papa Soeroyo
Machfudz yang senantiasa memberikan doa, cinta dan kasih sayang,
kesabaran, semangat, serta bimbingan dan pengarahan selama ini.
8. Kakak-kakak penulis dan seluruh keluarga B7/71 dan B7/79 tercinta yang
telah memberi doa dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini.
9. Sahabat seperjuangan penulis, Irma Chandra Pratiwi, yang telah senantiasa
bersama-sama mencari sampel dan untuk semangatnya juga.
10. Sahabat-sahabat tercinta di Tigers Phamz (Pram, Mba Ciom, Meta) dan
Mutiara Rahma yang selalu memotivasi penulis dengan tawa canda
mereka.
11. Teman-teman Wisma Putri Anggia dan Angkatan 2007.
12. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari
semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, 4 Oktober 2010
commit
to user
DAFTAR
ISI
vi
Restu Maharany Arumingtyas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
halaman
PRAKATA ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 5
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 5
1................................................................................................. M
akanan Pendamping ASI ................................................................. 5
2................................................................................................. Pe
rkembangan Anak........................................................................ 16
3................................................................................................. H
ubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI
Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan .............. 24
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 26
C. Hipotesis ............................................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 28
commit to user
A. Jenis Penelitian ..................................................................................
28
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 28
C. Subjek Penelitian ............................................................................... 28
D. Ukuran Sampel ................................................................................... 29
E. Teknik Sampling ............................................................................... 30
F. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 30
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 31
H. Instrumental Penelitian ...................................................................... 32
I.
Teknik Penelitian .................................................................................
33
J.
Skema Penelitian ................................................................................ 34
K. Prosedur Penelitian ............................................................................ 35
L. Teknik Analisis Data ......................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 41
A. Karakteristik Subjek Penelitian ........................................................... 41
B. Uji Chi-Kuadrat ................................................................................... 45
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 60
A. Simpulan .............................................................................................. 60
B. Saran .................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Kebutuhan Energi MP-ASI Berdasarkan Usia .................................. 7
Tabel 2. Kebutuhan Protein Berdasarkan Usia ................................................. 8
Tabel 3. Kecukupan Vitamin dan Mineral ...................................................... 10
Tabel 4. Keuntungan dan Kerugian MP-ASI Lokal ........................................ 11
Tabel 5. Keuntungan dan Kelemahan MP-ASI Pabrikan ................................ 14
Tabel 6. Ketentuan Pemberian Makanan pada Anak Usia 6 – 24 Bulan.......... 15
Tabel 7. Milestone Perkembangan Anak ......................................................... 20
Tabel 8. Distribusi Anak Usia 6 – 24 Bulan Menurut Distribusi Umur ........... 41
Tabel 9. Distribusi Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Dominan pada Usia 6 – 12 Bulan ....................................................... 42
Tabel 10. Distribusi Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Dominan Pada Usia 13 – 24 Bulan ....................................................`42
Tabel 11. Distribusi Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan ............................ 43
Tabel 12. Distribusi Perkembangan Anak Usia 13 – 24 Bulan .......................... 43
Tabel 13. Distribusi Jenis Asupan MP-ASI Dominan dan Perkembangan
Anak Usia 6 – 12 Bulan ....................................................................44
Tabel 14. Distribusi Jenis Asupan MP-ASI Dominan dan Perkembangan
Anak Usia 13 – 24 Bulan ...................................................................46
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 15. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan MP-ASI Dominan
dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan.................................47
Tabel 16. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan MP-ASI Dominan
dengan Perkembangan Anak Usia 13 – 24 Bulan...............................49
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran A. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 66
Lampiran B. Surat Izin Pengambilan Data ......................................................... 67
Lampiran C. Kuisioner Penelitian....................................................................... 68
Lampiran D. Formulir Tes Denver II .................................................................. 72
Lampiran E. Data Sampe Penelitian ................................................................... 73
Lampiran F. Distribusi Data................................................................................ 74
Lampiran G. Jenis Asupan MP-ASI Dominan – Perkembangan Anak
Usia 6 – 12 Bulan Uji Chi-Square ................................................ 76
Lampiran H. Jenis Asupan MP-ASI Dominan – Perkembangan Anak
Usia 13 – 24 Bulan Uji Chi-Square .............................................. 77
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI
Dominan dengan Perkembangan Anak 6 – 24 Bulan
Restu Maharany Arumningtyas, NIM : G0007139, Tahun : 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari
, Tanggal
2010
Pembimbing Utama
Endang Dewi Lestari, dr., Sp.A (K), MPH
NIP : 19591201 198603 2 008
....................................................
Pembimbing Pendamping
Selfi Handayani, dr., M.Kes
NIP : 19670214 199702 2 001
.....................................................
Penguji Utama
Prof. Harsono Salimo, dr., Sp.A (K)
NIP : 19441226 197310 1 001
.....................................................
Anggota Penguji
Pudjiastuti, dr., Sp.A (K)
NIP : 19600110 198712 2 001
.....................................................
Surakarta, ___________________
Ketua Tim Skripsi
Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., MKes.
NIP: 19660702 199802 2 001
Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS
NIP: 19481107 197310 1 003
commit to user
ii
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Makanan berperan penting terhadap tumbuh kembang, kesehatan,
dan daya tahan tubuh anak, khususnya sebagai materi yang mengandung
zat-zat khusus untuk melindungi anak dari berbagai jenis penyakit.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008).
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Global Strategy for
Infant and Young Child Feeding dari WHO/UNICEF merekomendasikan
empat hal penting yang harus dilakukan, yaitu memberikan air susu ibu
kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan
hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping air
susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
(Almatsier, 2001; LINKAGE, 2004). Peranan MP-ASI sama sekali bukan
untuk menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008).
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu MP-ASI yang merupakan hasil pengolahan pabrik atau
disebut dengan MP-ASI pabrikan
complementary food) dan
commit to(commercial
user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
MP-ASI yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal
(home-made baby food) (Depkes RI. 2006). Pemberian MP-ASI
hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di
daerah setempat (indigenous food). (Krisnatuti dan Yenrina, 2008). Secara
umum, pemilihan MP-ASI pabrikan dikarenakan cara pemberiannya yang
lebih mudah dan praktis. Akan tetapi, tidak sedikit ibu yang memilih untuk
menggunakan MP-ASI lokal dengan alasan bahan-bahan yang digunakan
dalam pembuatannya mudah diperoleh. (Hayati, 2009).
Usia 6-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus
periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi
dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang
optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak
memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan
berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang
bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. (Almatsier,
2001; Scrimshaw, 2003). Pada periode ini, perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
(Soetjiningsih, 1995).
Berdasarkan data di RSCM tahun 2009, prevalensi keterlambatan
perkembangan anak mencapai 10-15%. Oleh karena itu, saat ini berbagai
metode untuk deteksi dini guna mengetahui keterlambatan perkembangan
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anak telah dibuat. Demikian pula dengan screening untuk mengetahui
penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan keterlambatan
perkembangan anak. Deteksi dini keterlambatan perkembangan anak
sangat berguna agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan
lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal
mungkin. (Soetjiningsih, 1995).
Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, penulis ingin
membuktikan adakah hubungan pemberian jenis MP-ASI tertentu dengan
perkembangan anak usia 6-24 bulan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apakah terdapat hubungan antara jenis MP-ASI dominan dengan
perkembangan anak usia 6 – 24 bulan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI yang
dominan dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan.
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI
yang dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan dan
pada anak usia 13 – 24 bulan.
b. Mengetahui kandungan makronutrien dan mikronutrien pada MPASI
c. Mengetahui cara melakukan Tes Denver II untuk menilai
perkembangan pada anak usia 6 – 24 bulan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI yang dominan
dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan.
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini bermanfaat untuk mendorong masyarakat, klinisi, dan
pihak yang terkait untuk lebih memperhatikan jenis asupan makanan
pendamping ASI dalam hal perkembangan, sehingga tumbuh kembang
anak dapat optimal.
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Makanan Pendamping ASI
a. Definisi
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan
tambahan yang diberikan selain ASI (WHO, 2000). Peranan MPASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI, melainkan hanya
untuk melengkapi ASI. Pemberian MP-ASI kepada bayi diberikan
setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008). Hal tersebut merupakan salah satu
cara untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. (Soetjiningsih, 1995).
b. Manfaat Pemberian MP-ASI
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk
menambah energi dan zat-zat yang diperlukan bayi karena ASI
tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2000). Selain sebagai pelengkap ASI,
pemberian MP-ASI dapat membantu bayi dalam proses belajar
makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang
baik. (Almatsier, 2001).
commit to user
5
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Syarat Pemberian MP-ASI
1) MP-ASI hanya boleh diberikan setelah bayi berumur 6 bulan.
Sistem persarafan dan otot pada mulut telah berkembang
dengan
cukup
baik
untuk
mengunyah,
menggigit
dan
menelan.(WHO, 2000)
Pemberian MP-ASI yang dilakukan terlalu dini dapat
menyebabkan berkurangnya produksi ASI. Hal ini disebabkan
ukuran perut bayi masih kecil, sehingga mudah penuh,
sedangkan kebutuhan gizi bayi belum terpenuhi. Akibatnya,
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi akan terganggu.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008). Selain berkurangnya produksi
ASI, pemberian MP-ASI yang dilakukan terlalu dini dapat pula
mengakibatkan
diare,
berkurangnya
fungsi
ASI sebagai
kontrasepsi, dan bayi mudah terserang penyakit. Sedangkan
penundaan waktu pemberian MP-ASI sesudah 6 bulan
menyebabkan
gangguan
pada
pertumbuhan
dan
perkembangannya, seperti berat badan bayi tidak bertambah,
kseulitan dalam memberikan makanan padat pada bayi,
sehingga menyebabkan bayi kekurangan gizi. (WHO,2000;
Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) MP-ASI sebaiknya dibuat dari bahan lokal (jika memungkinkan)
Pemberian MP-ASI lokal pada anak bermanfaat untuk
mengenalkan bahan makanan yang berasal dari lingkungan
sekitarnya. (WHO, 2000)
3) MP-ASI yang diberikan harus yang mudah dicerna serta sesuai
dengan umur dan kebutuhan gizi bayi. (WHO, 2000)
d. Kebutuhan Nutrien Pada Bayi dan Anak
1) Kalori
Jumlah energi yang dianjurkan untuk bayi dihitung
berdasarkan jumlah konsumsi energi yang diperlukan agar dapat
tumbuh dengan baik dan sehat. Bayi yang baru lahir
memerlukan konsumsi energi yang selalu meningkat per unit
berat badan, khususnya antara satu sampai enam bulan.
Selanjutnya sampai usia satu tahun pertama keperluan energi per
unit berat badan menurun dan hal itu berlangsung selama masa
anak-anak. (Hayati, 2009; Pudjiaji, 2000)
Tabel 1. Kebutuhan Energi MP-ASI Berdasarkan Usia
Asupan Energi
Usia
Kebutuhan energi total
(Bulan)
(kkal/hari)
(kkal/hari)
ASI
MP-ASI
6 – 12
650
400
250
12 – 24
850
350
500
(Depkes RI, 2006)
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Protein
Protein untuk bayi sebaiknya yang bermutu tinggi, sedapat
mungkin mirip dengan kasein dan protein whey yang terdapat
dalam ASI. (Wuryo, 2002). Protein mempunyai beberapa fungsi,
di antaranya adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan,
pembentukan
ikatan-ikatan
esensial
tubuh,
mengatur
keseimbangan air, memeliharan netralitas tubuh, pembentukan
antibodi, mengangkut zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi
(ekuivalen dengan karbohidrat, karena menghasilkan 4 kkal/gr
protein). (Almatsier, 2001).
RDA (Recommended Daily Allowance) untuk protein bayi
selama 12 bulan pertama adalah 1,0 gram/100 kkal. Kebutuhan
akan protein bayi pada umur 6-12 bulan adalah 2,0 gram
(Wiryo, 2002)
Tabel 2. Kebutuhan Protein Berdasarkan Usia
Usia (bulan)
AKP (nilai PST) gram/kgBB
6 – 12
1,86 (85 % dari ASI)
12 – 24
1,39 (80% dari ASI)
(Almatsier, 2001)
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Lemak
Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi yang
cukup tinggi. Dalam 1 gram lemak dapat menghasilkan energi
sebanyak 9 kkal. Selain itu, lemak mempunyai fungsi lain yaitu
sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, K,
serta pemberi rasa gurih dan sedap pada makanan. (Hayati,
2009)
Untuk menentukan pertimbangan menu yang beragam dan
apabila energi dan protein sudah terpenuhi maka kecukupan gizi
lemak yang dianjurkan tidak dicantumkan. Hal ini disebabkan
secara otomatis kecukupan lemak sudah terpenuhi. Dengan
demikian terlihat bahwa kebutuhan lemak tidak dinyatakan
dalam angka mutlak. Namun, dianjurkan bahwa sekitar 15-20%
energi total berasal dari lemak. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
4) Vitamin dan Mineral
Vitamin yang dibutuhkan manusia terdiri dari vitamin yang
larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin
yang larut dalam lemak terdiri dari vitamin A, D, E, K,
sedangkan vitamin yang larut dalam air terdiri atas vitamin C,
vitamin B, riboflavin, niasin, B6, B12, asam folat, dan vitamin
lain yang tergolong vitamin B kompleks. (Krisnatuti dan
Yenrina, 2008).
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa jenis mineral sering menimbulkan masalah gizi
yang cukup serius. Oleh karena itu, kebutuhan mineral untuk
memenuhi kebutuhan gizi balita harus diperhatikan. Unsur Fe
dan I merupakan dua jenis mineral yang kebutuhannya sering
kali tidak terpenuhi. Jenis mineral lain yang perlu mendapat
perhatian khusus adalah kalsium , fosfor, dan seng. (Krisnatuti
dan Yenrina, 2008; Lutter dan Rivera, 2007).
Tabel 3. Kecukupan Vitamin dan Mineral
Kriteria
Golongan Umur
0-6 bulan
6-12 bulan
1-3 tahun
Vitamin A (RE, µg)
350
350
350
Tiamin (mg)
0,3
0,4
0,5
Riboflavin (mg)
0,3
0,4
0,6
Niasin (mg)
2,5
3,8
5,4
Vitamin B12 (mg)
0,1
0,1
0,5
Asam folat (mg)
22
32
40
Vitamin C (mg)
30
35
40
Kalsium (mg)
300
400
500
Fosfor (mg)
200
250
250
Besi (mg)
3
5
8
Seng (mg)
3
5
10
Iodium (mg)
50
70
70
(Almatsier, 2000)
commit to user
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Jenis MP-ASI
1) MP-ASI Lokal
Pada
tahun
2005,
UNICEF
menganjurkan
untuk
memberikan MP-ASI yang berasal dari bahan lokal jika kondisi
memungkinkan. (Depkes RI, 2006).
Tabel 4. Keuntungan dan Kerugian MP-ASI Lokal
Keuntungan
1.
2.
Meningkatkan
Kerugian
pengetahuan
dan 1.
Lebih sulit dalam menentukan kebutuhan
kemampuan ibu dalam membuat MP-ASI
nutrisi yang sesuai dalam penyajian.
Memiliki kendali penuh atas apa yang 2.
Waktu penyajian yang lebih lama
akan dimakan oleh anak.
3.
4.
Membantu dalam hal pengenalan bahan 3.
Harus lebih cermat dalam hal kebersihan
makanan
dan cara memasak bahan makanan.
Menanamkan kebiasaan makan yang sehat
sejak dini.
5.
Makanan buatan sendiri lebih variatif.
6.
Makanan buatan sendiri lebih bergizi dan
bebas zat-zat aditif.
7.
Lebih murah dan mudah
8.
Makanan buatan sendiri jauh lebih lezat
dari makanan instan
(Depkes RI, 2006)
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) MP-ASI Pabrikan
MP-ASI pabrikan sering dikenal dengan sebutan MP-ASI
komersial. MP ASI komersial dibuat di pabrik untuk anak
berumur di bawah 3 tahun. (Hayati, 2009).
a) Hal-hal yang harus dipenuhi dalam pembuatan makanan bayi
(1) Formula
Formula harus dibuat berdasarkan angka kecukupan
gizi bayi dan balita, bahan baku yang diizinkan, kriteria
zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan
mineral. Secara umum, ciri-ciri konsep formula produk
sebagai berikut :
(a) Padat gizi dan seimbang, meliputi : bahan baku
yang kaya akan energi dan protein (PER>2,1;
susunan asam amino optimal dan nilai cerna
mendekati telur), perbandingan karbohidrat dan
lemak yang seimbang, membatasi konsumsi serat
kasar, gula dan garam, cukup vitamin dan mineral,
dan harus mampu menyuplai kebutuhan gizi
perhari.
(b)
Dapat
diterima dengan baik, meliputi : makanan yang
disukai, dibutuhkan dengan harga terjangkau serta
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki nilai sosial, sosial, budaya dan agama.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
(2) Teknologi proses
(a) Mampu
mengolah
makanan
dengan
tingkat
kehilangan gizi seminimal mungkin.
(b) Mampu menghilangkan faktor antigizi (komponenkomponen yang dapat mengganggu penyerapan zat
gizi oleh usus : antitripsin, haemaglutinin, saponin).
Selain itu mampu mengilangkan faktor flatulens
(rafinosa, stachyosa) yang menyebabkan perut
kembung.
(c) Mampu
meningkatkan
ketersediaan
mineral
(khususnya Fe)
(d) Mampu memperbaiki penerimaan produk karena
pati tergelatinase
(e) Mampu mengawetkan makanan sehingga tahan
lama dan mudah didistribusikan
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
(3) Higiene
(a) Bebas dari mikroorganisme patogen.
(b) Bebas dari kontaminan hasil pencemaran mikroba
penghasil racun dan alergi.
(c) Bebas racun.
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(d) Harus
dikemas
tertutup
sehingga
terjamin
sanitasinya dan disimpan di tempat yang terlindung.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
(4) Pengemas
Pengemas harus dari bahan yang kuat, tidak beracun,
tidak mempengaruhi mutu inderawi produk, dan mampu
melindungi mutu produk selama jangka waktu tertentu.
(Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
(5) Label
Persyaratan label makanan bayi harus mengikuti codex
standart 146-1985, dengan informasi jelas, tidak
menyesatkan
konsumen,
komposisi
bahan-bahan
tercantum pada kemasan, nilai gizi produk, dan petunjuk
penyajian. (Krisnatuti dan Yenrina, 2008)
b) Keuntungan dan kelemahan
Tabel 5. Keuntungan dan Kelemahan MP-ASI Pabrikan
Keuntungan
Kelemahan
1.
Cepat dan mudah disajikan
1.
Harga relatif mahal
2.
Bersih dan aman (jika belum kadaluarsa 2.
Banyak makanan bayi komersial dibuat
dan masih utuh dalam kemasan).
untuk bayi berumur 4 bulan. Padahal usia
ini terlalu dini dan dapat mengganggu
produksi ASI dan kerugian lain.
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Umumnya disukai bayi
3.
Relatif berbahaya jika disajikan dengan air
dingin. Bila air terkontaminasi
4.
Beberapa makanan komersial mengandung 4.
Makanan bayi komersial terkadang tidak
cukup energi dan zat gizi yang telah
ada di pasaran
disesuaikan dengan kebutuhan anak.
(Albar, 2004)
f. Ketentuan Pemberian Makanan
Pemberian makanan pendamping ASI harus memperhatikan
beberapa ketentuan yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Ketentuan Pemberian Makanan pada Anak Usia 6 – 24 Bulan
6- 8 bulan
Jenis
8 – 9 bulan
9 – 12 bulan
12 – 24 bulan
2 – 3 jenis bahan
3-4 jenis bahan
Makanan keluarga
dasar (6 bulan)
dasar
dasar
(sajikan
(tanpa garam, gula,
2
secara terpisah atau
secara
terpisah
penyedap,
dicampur)
atau dicampur)
1
jenis
bahan
jenis
bahan
dasar (7 bulan)
(disajikan
santan
gorengan)
Tekstur
Semi-cair
secara
,
bertahap
kurangi
campuran
sehingga
Lunak
(disaring)
Kasar (cincang)
dan
potongan
Makanan
yang
yang
dipotong
dan
makanan
air
dapat dingenggam
dapat digenggam
(finger food) dan
mudah larut
commit to user
Padat
hindari
dan
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi
semi-
padat
Frekuensi
Makanan utama :
Makanan utama :
Makanan utama :
Makanan utama : 3
1-2 kali/hari
2-3 kali/hari
3 kali/hari
-4 kali/hari
Camilan
Porsi
:
Camilan
:
1
Camilan
:
2
1kali/hari
kali/hari
kali/hari
1 – 2 sendok teh,
2-3 sendok makan
3-4
secara
makanan
makan makanan
bertahap
ditambahkan
semi
sendok
semi padat yang
Potongan makanan
kasar
seukuran
Potogan
gigit
:
2
kali/hari
padat.
sekali
Camilan
5 sendok makan
atau lebih
makanan ukuran
kecil/sekali gigit
Sesuka bayi
Sesuka bayi
Sesuka bayi
Sesuka bayi
-
Belum boleh susu
Belum
1 – 2 porsi susu
produk
sapi
susu sapi
susu
½
olahan
cheddar
ASI
Susu
&
slice
1/3
keju
½
slice
bolleh
sapi atau produk
keju
susu olahan
cheddar
cangkir
yoghurt untuk bayi
2/3
yoghurt
cangkir
untuk
bayi
(Anonim, 2006; Joy, et al., 2003)
2. Perkembangan
a. Definisi
Perkembangan
(development)
adalah
bertambahnya
commit to user
kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkemabang sedemikian rupa sehingga masingmasing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. (Soetjiningsih, 1995)
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
1) Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Termasuk ke dalam faktor
genetik ini antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang
normal maupun patologik, ras, dan jenis kelamin. Potensi yang
bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara
positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Di samping
itu, beberapa penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan
kromosom, seperti sindrom Down dan sindrom Turner, akan
berpengaruh terhadap hasil akhir dari proses tumbuh kembang.
(Soetjiningsih, 1995)
2) Faktor Hormonal
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
antara lain adalah : hormon pertumbuhan, hormon tiroid,
hormon seks, insulin, IGF (insulin-like growth factors), dan
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. (Soetjiningsih,
1995)
3) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
tercapai tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik
akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan
lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya.
a) Faktor lingkungan pra-natal, di antaranya adalah nutrisi ibu
selama kehamilan, mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin,
infeksi, radiasi, stres, dan imunitas.
b) Faktor lingkungan post-natal terdiri dari lingkungan biologis,
faktor fisik, dan faktor psikososial.
(Soetjiningsih. 1995)
c. Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum
digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar :
1) Kebutuhan fisik biomedik (“ASUH”)
a) Pangan/gizi, baik saat prenatal dan postnatal
b) Perawatan kesehatan dasar : imunisasi, ASI, penimbangan
secara teratur, dan pengobatan kalau sakit
c) Pemukiman yang layak
d) Sandang, rekreasi, dan lain-lain
(Soetjiningsih, 1995)
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Kebutuhan emosi/kasih sayang (“ASIH”)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat,
mesra, dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak,
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang
yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kekurangan
kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan
mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak, baik
fisik, mental, social, emosi, yang disebut “Sindroma Deprivasi
Maternal”. (Soetjiningsih, 1995)
3) Kebutuhan akan stimulasi mental (“ASAH”)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar
pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan
mental, psikososial, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral, etika, produktivitas, dan
sebagainya. (Soetjiningsih, 1995)
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Milestone Perkembangan Anak
Tabel 7. Milestone Perkembangan Anak
Aspek perkembangan
Umur rerata dan patokan perkembangan
1-3 Bulan
-
Motor
-
Mengangkat kepala dan dada dengan lengan pada waktu
tengkurap, menggapai mainan yang digerakkan, menggapai
ke arah objek bergerak.
-
Bahasa
-
Meniru beberapa bunyi, mulai berceloteh, tersenyum bila
mendengar bunyi yang dikenali
-
Kognitif
-
Senang bermain, memasukkan mainan ke dalam mulut
-
Sosial
-
Mulai tersenyum, melihat wajah dan mendengar suara,
menggerakkan kepala berirama, kontak sosial, senang
mendengarkan musik
4-7 Bulan
-
Motor
-
Duduk,
menyangga
beban
tubuhnya
dengan
kaki,
memindahkan objek dari tangan satu ke tangan lainnya.
-
Bahasa
-
Respon terhadap kata “tidak”, menggunakan suara untuk
mengekspresikan rasa senang dan tidak senang, mengikuti
satu perintah dengan gerakan isyarat, mengucapkan satu
atau beberapa suku kata.
-
Kognitif
-
Berusaha meraih benda-benda yang jangkauannya agak
luas, mengeksplorasi benda dengan menggunakan tangan
dan mulut.
-
Sosial
-
Labih
menyukai
ibu,
tertawa
keras,
menunjukkan
ketidaksukaan bila kontak sosial berhenti, menyukai cermin,
berceloteh
8-12 Bulan
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Motor
-
Duduk sendiri tanpa disangga dari belakang, merangkak dan
merayap, berusaha berdiri sendiri, mencoba berjalan dengan
berpegangan pada perabotan, berjalan dengan satu tangan,
berjalan beberapa langkah tanpa bantuan, membuka
halaman buku.
-
Bahasa
-
Lebih perhatian pada percakapan, respon terhadap perintah
yang sederhana, mengucapkan 4-6 kata, menggunakan
bahasa isyarat seperti menggelengkan kepala untuk “tidak”.
-
Kognitif
-
Mengeksplorasi benda dengan bermacam-macam cara,
menemukan
benda
yang
disembunyikan,
menirukan
gerakan tubuh dengan mudah, menyukai minum dengan
cangkir, bermain dengan permainan bola yang simpel,
perhatian pada objek permanen.
-
Sosial
-
Respon terhadap panggilan namanya, bermain ciuk-baa,
melambaikan “da-dah”, malu dan cemas dengan adanya
orang tak dikenal, menangis bila ayah-ibunya pergi.
12-24
-
Motor
-
Bulan
Berjalan sendiri, merangkak di tangga, menarik mainan di
belajang mereka, berlari, berjinjit, menendang bola, naikturun
dari
tangga,
mencorat-coret,
membuka
pintu,
menuangkan isis wadah dengan membalikkan wadah,
menyusun bangunan dengan 4 kubus, lebih sering
menggunakan satu tangan.
-
Bahasa
-
Mengucapkan lebih dari 5 kata, mengerti lebih dari 50 kata,
menyatukan 2 kata, menunjukkan gambar-gambar di dalam
buku, menggunakan kata tertentu untuk meminta sesuatu
-
Kognitif
-
Dapat
menemukan
commit to user
objek
yang
disembunyikan,
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membedakan bentuk dan warna, dapat mulai bermain purapura.
-
Sosial
-
Menunjukkan apa yang diinginkan dengan cara menunjuk,
memeluk orang tua, makan sendiri, mencari pertolongan
bila mengalami masalah, dapat mengeluh bila terasa basah,
memegang sendok dengan baik, menceritakan cerita dengan
gambar
24-36
-
Motor
-
Bulan
Memanjat dengan baik, melompat, naik turun tangga
dengan kaki yang berselingan, mengendarai sepeda roda
tiga, berdiri sesaat dengan satu kaki, membuat bangunan
susun 6 balok, memegang pensil dengan posisi seperti mau
menulis
-
Bahasa
-
Hampir selalu berbicara dengan menggunakan kalimat yang
dapat dimengerti sebagian, dapat menyebutkan nama, umur,
jenis
kelamin,
dan
bulan
ulang
tahunnya,
dapat
menyebutkan minimal 3 bagian tubuhnya, dapat bercerita
menggunakan paragraf sederhana.
-
Kognitif
-
Membuat mainan bermesin gerak, bermain pura-pura
dengan boneka, dapat menyelesaikan 3-4 keping puzel
-
Sosial
-
Dapat
bermain
permainan
sederhana,
membantu berpakaian, cuci tangan.
(Needleman RD, 2004)
commit to user
dapat
mulai
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Penilaian Perkembangan Anak
Frankerburg, dkk. (2009) melalui DDST (Denver Development
Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang
dipakai dalam menilai perkembangan anak balita, yaitu :
1) Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan. Pada awal
kehidupannya, anak sangat tergantung kepada orang lain. Dalam
hal memenuhi kebutuhannya sesuai dengan bertambahnya umur,
ketergantungan anak makin berkurang, akan tetapi tidak dapat
sama sekali terlepas dari masyarakat. (Soetjiningsih, 1995)
2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian
tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat. (Soetjiningsih, 1995)
3) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara
mengikuti perintah, dan berbicara spontan. (Soetjiningsih,
1995). Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung
pikiran dan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk tertentu,
sehingga mempunyai arti tertentu pula. Pada awal kehidupan
ekstrauterina, kebutuhan bayi untuk berhubungan dengan
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lingkungannya dinyatakan dengan gerak dan suara, belum
dengan kata-kata. Periode ini disebut periode permulaan bicara
yang berlangsung sampai usia 12 bulan. Setelah usia 12 bulan
sampai 15 bulan, anak dapat mengucapkan satu atau dua kata
yang pertama. (Hurlock, 2002; Pulungan, 2006).
Ada empat hal penting yang harus dikuasai anak dan
mempengaruhi kelancaran bicara, yaitu : mengerti apa yang
dibicarakan orang lain, perbendaharaan kata, menyusun kalimat
dengan kata-kata yang dikenal dan menyebutkan nama orang
atau benda. (Satoto, 2003)
4) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
dan biasanya dengan tenaga yang lebih karena dilakukan oleh
otot-otot yang besar. (Soetjiningsih, 1995)
3. Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI Dominan dengan
Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor
genetik, faktor hormonal, dan faktor lingkungan. Ketiganya saling
terkait dan menujang tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal.
Penilaian perkembangan anak dapat dilakukan dengan berbagai tes,
contohnya tes Denver II. Tes Denver II bertujuan untuk mendeteksi
penyimpangan perkembangan pada anak berusia kurang dari 6 tahun
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan berisi 125 tugas perkembangan yang terbagi dalam 4 sektor
perkembangan, yaitu personal sosial, adaptif motor halus, bahasa, dan
motorik kasar. (IDAI. 2006)
Pemilihan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan
dikarenakan berbagai faktor, salah satunya adalah usia 6-24 bulan
termasuk periode emas tumbuh kembang anak. Dapat dikatakan
periode emas karena pada masa itu sel-sel tubuh bertumbuh paling
pesat, terutama sel-sel otak yang nantinya akan berpengaruh pada
perkembangan anak. Maka usia 6-24 bulan bukan hanya periode emas
tumbuh kembang anak, melainkan dapat menjadi periode kritis apabila
asupan gizi tidak adekuat.
Kandungan nutrien (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,
dan lain sebagainya) dalam MP-ASI, baik itu MP-ASI lokal maupun
MP-ASI pabrikan bermacam-macam bentuk dan fungsinya. Secara
umum, nutrien tersebut akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Makronutrien dan mikronutrien berpengaruh terhadap maturitas otak
dan pembentukan jaringan-jaringan tubuh saat masih ada di dalam
kandungan sampai bayi terlahir dan bertumbuh kembang. Apabila
asupan MP-ASI tidak adekuat maka akan berpengaruh pada
perkembangan otak anak, sehingga nantinya akan mempengaruhi
perkembangan anak.
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Kerangka Pemikiran
Makanan Pendamping ASI
untuk anak usia 6-24 bulan
MP-ASI Pabrikan
MP-ASI Lokal
Kandungan dan komposisi gizi
jelas terukur Depkes
Kandungan dan komposisi gizi
tidak jelas terukur Depkes
Analisis frekuensi
MP-ASI Lokal dominan
MP-ASI Pabrikan dominan
Faktor genetik
Faktor hormonal
Faktor lingkungan
Penilaian Perkembangan anak
Normal
Suspek
Keterlambatan
Penilaian Perkembangan anak
Normal
commit to user
Suspek
Keterlambatan
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
Hipotesis
Terdapat hubungan positif antara jenis makanan pendamping ASI
dominan dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan dan pada anak usia
13 – 24 bulan.
commit to user
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat yang diobservasi hanya sekali pada
saat yang sama (Taufiqurohman, 2004).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa posyandu di Wilayah
Puskesmas Sibela, Surakarta
C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah anak usia 6 – 24 bulan di Puskesmas
Sibela, Surakarta dengan kriteria :
1.
Kriteria inklusi
a. Bayi usia 6 – 24 bulan dengan riwayat pemberian ASI eksklusif.
b. Bayi usia 6 – 24 bulan dengan keadaan sehat.
c. Bersedia dilakukan Tes Denver II
2.
Kriteria eklusi
a. Memiliki riwayat berat badan lahir rendah.
commit to user
28
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Memiliki riwayat kelainan bawaan (alergi, asma, kelainan
kongenital).
c. Memiliki riwayat kelahiran prematur
d. Memiliki cacat fisik maupun mental.
D. Ukuran Sampel
Pengambilan sampel diambil secara purposive random sampling.
Jumlah sampel=
n1 = n2 =
Zα2 . p . q
d2
Keterangan :
1. p = Perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada
populasi (0.15).
2. q = 1 – p (0.85)
3. Zα = Nilai statistik Zα pada kurva normal standart pada tingkat
kemaknaan (1.96)
4. d = Presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi
populasi (0.1)
5. n1 = Sampel yang mendapat asupan MP-ASI lokal
6. n2 = Sampel yang mendapat asupan MP-ASI pabrikan
commit to user
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
n1 = n2 =
(1.96)2 x 0.10 x 0.90
(0.1)2
=
34,5744 ≈ 3
(Murti, 2003)
E. Teknik Sampling
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive random sampling. Dari populasi sumber sebanyak 90 anak,
diambil secara acak menggunakan tabel random sebanyak 76 anak, dan
dilanjutkan dengan memperhatikan ada atau tidaknya anak yang tergolong
kriteria eksklusi pada penelitian ini.
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1.
Variabel Bebas
: Jenis asupan MP-ASI dominan
2.
Variabel Terikat : Perkembangan anak usia 6-24 bulan
3.
Variabel Luar
a. Variabel luar terkendali
: Usia
b. Variabel luar tidak terkendali
:
1)
Kondisi sosial ekonomi
2)
Tingkat pendidikan orang tua
3)
Pekerjaan orang tua
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Definisi Operasional Variabel
1. Jenis Asupan MP-ASI Dominan
Yang dimaksud jenis asupan MP-ASI dominan adalah pemberian
makanan atau minuman yang mengandung zat gizi pada bayi atau
anak usia 6-24 bulan yang dapat diolah di rumah tangga (MP-ASI
lokal) maupun buatan pabrik (MP-ASI pabrikan) dengan cut off point
dalam penelitian ini adalah 75%. MP-ASI pabrikan terbatas pada MPASI yang diproduksi oleh pabrik-pabrik yang telah mendapat izin dari
Departemen Kesehatan RI. Penilaian frekuensi MP-ASI yang dominan
menggunakan kuesioner food frequency dan 3 day diet recall,
sedangkan penghitungan kalori dengan kuesioner 24 hour recall.
Skala data : Nominal
2. Perkembangan Anak Usia 6-24 Bulan
Yang dimaksud dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan adalah
bertambahnya kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil dari proses pematangan pada anak usia 6-24 bulan.
Perkembangan diukur dengan cara pemeriksaan 4 aspek yang meliputi
: tingkah laku sosial, gerakan motorik halus, bahasa, dan gerakan
motorik kasar. Penilaian perkembangan anak usia 6-24 bulan dibagi
menjadi dua, yaitu perkembangan normal dan suspek keterlambatan.
Alat ukur yang digunakan adalah formulir tes Denver II.
Skala data : Nominal
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Instrumen Penelitian
1.
Kuisioner food frequency dan 3 day diet recall
Kedua kuesioner tersebut digunakan untuk menentukan frekuensi
jenis makanan pendamping ASI yang dominan.
2.
Kuesioner 24 hour recall
Kuesioner 24 hour recall bermanfaat untuk mengetahui jumlah kalori
yang diberikan pada anak setiap hari.
3.
Formulir Tes Denver II
Formulir Tes Denver II digunakan untuk menilai perkembangan anak.
4.
Alat peraga
a.
Gulungan benang wol warna merah (diameter 10 cm)
b.
Kerincingan dengan gagang kecil
c.
Boneka kecil dengan botol susu
d.
Cangkir plastik kecil dengan pegangan
e.
10 buah kubus ukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm, warna merah,
hijau, biru, putih, dan kuning, masing-masing 2 buah
f.
Botol bening kecil dengan tutup berdiameter ± 1,5 cm
g.
Manik-manik atau kismis
h.
Lonceng kecil bergagang
i.
Bola tenis
j.
Pensil merah
k.
Kertas kosong
(Frankenburg, 2009)
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Kartu Menuju Sehat (KMS)
KMS untuk mengetahui usia, status imunisasi, dan riwayat kelahiran.
I.
Teknik Pengambilan Data
Data yang diambil merupakan data primer dari hasil jawaban orang
tua dari subjek penelitian atas kuesioner food frequency, 24 day hour
recall, dan 3 day diet recall.
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
J.
Skema Penelitian
Populasi Balita usia 6 – 24 bulan di
Puskesmas Sibela
SAMPEL
MP-ASI lokal
MP-ASI pabrikan
Analisis frekuensi pemberian serta
kandungan dan komposisi gizi
Tes Denver II
Penilaian Perkembangan
Suspek
Keterlambatan
Normal
Uji Chi Kuadrat
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
K. Prosedur Penelitian
1.
Peneliti datang ke puskesmas dan melakukan pendataan jumlah balita
usia 6 – 24 bulan di Puskesmas Sibela Surakarta
2.
Peneliti menentukan sampel yang akan dijadikan subjek penelitian
3.
Peneliti meminta kesediaan subjek penelitian dengan mengutarakan
manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini.
4.
Peneliti melakukan analisis KMS untuk mengetahui usia, riwayat
imunisasi, dan riwayat kelahiran.
5.
Peneliti mengukur berat badan dan tinggi badan subjek penelitian.
6.
Peneliti melakukan Tes Denver II untuk menilai perkembangan anak.
a.
Cara pengukuran
Sebelumnya umur anak perlu ditentukan lebih dahulu
dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan, 12 bulan
untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari
maka dibulatkan ke bawah, dan bila lebih dari 15 hari maka
dibulatkan ke atas.
Tes Denver II ini dapat dilakukan secara mudah dan cepat
(15 sampai 20 menit), dapat diandalkan, dan menunjukkan
validitas yang tinggi. Tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali
skrining hanya berkisar antara 25-30 tugas dari keseluruhan tugas
yang ada berjumlah 125 tugas. Tiap kali diberi tugas ditentukan
apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan tugas (No opportunity
commit to user
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= N.O.), ataukah anak menolak melakukan tes perkembangan.
(Refusal = R). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur
kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan
pada formulir. Setelah itu dihitung berapa yang P, berapa yang F,
selanjutnya dinilai bagaimana perkembangan anak tersebut.
(Frankenburg, 2009)
b.
Penilaian Perkembangan Individual
1) Penilaian item ”Lebih”/Advanced
Bila anak lulus pada item tes yang terletak di kanan garis
umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada tes tersebut,
karena anak lulus pada tes dimana kebanyakan anak tidak
lulus sampai umurnya lebih tua. Bagian ini tidak perlu
diperhatikan untuk tujuan interpretasi keseluruhan tes.
(Frankenburg, 2009)
2) Penilaian item ”Normal”
Item individual yang gagal atau ditolak, tidak perlu
menunjukkan satu keterlambatan dalam perkembangan.
Sebagai contoh, bila anak gagal/menolak melakukan suatu
item tes di sebelah kanan garis umur, maka perkembangan
anak normal. Hal ini dikarenakan anak yang berumur lebih
muda dari umur dimana hanya 25% anak-anak pada sampel
dapat melakukan item ini, sehingga anak tidak diharapkan
lulus sampai umurnya lebih tua. Bagian ini tidak perlu
commit to user
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diperhatikan untuk tujuan interpretasi keseluruhan tes.
(Frankenburg, 2009)
3) Penilaian item ”Peringatan”/Caution = C
Satu Caution (C) pada item individual perlu diperhatikan saat
menginterpretasi hasil tes. Bila anak “Fail/Gagal” (F) atau
“Refusal/Menolak” (R) melakukan item tes dimana garis
umur terletak pada atau antara 75% sampai 90% maka diskor
dengan C. Ini menunjukkan lebih dari 75% anak-anak pada
sampel standar dapat lulus pada umur lebih muda
dibandingkan usia anak yang sedang dites. (Frankenburg,
2009)
4) Penilaian item ”Keterlambatan”/Delayed = D
Item individual yang terlambat perlu diperhatikan saat
menginterpretasikan tes. Item dinilai terlambat bila anak
gagal atau menolak melakukan item tes yang terletak jelas
berada di sebelah kiri garis umur. Hal ini disebabkan anak
telah gagal atau menolak pada item tes dimana 90% anakanak pada sampel standar dapat lewat pada umur lebih muda.
Keterlambatan item diberi warna pada tepi akhir kotak.
(Frankenburg, 2009)
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Penilaian item ”Tidak ada kesempatan”/No opportunity = NO
Item tes yang berdasarkan laporan orangtua dimana anak
tidak ada kesempatan untuk melakukannya. Hasil ini tidak
dimasukkan dalam mengambil kesimpulan. (Frankenburg,
2009)
c.
Interpretasi Tes Denver II
1) Normal
Bila tidak ada ”Delays” dan atau paling banyak satu
”Caution”
2) Suspek keterlambatan
Bila ada ≥ 2 ”Caution” dan atau ≥ 1 ”Delays”
3) Tidak dapat diuji
Bila ada skor menolak pada ≥ 1 item di sebelah kiri garis
umur atau menolak ≥ 1 item yang ditembus garis umur pada
daerah 75-90%
(Frankenburg, 2009)
7. Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui jenis MP-ASI yang
dominan diberikan. Wawancara dilakukan dengan metode frekuensi
makanan (food frequency) untuk mengetahui frekuensi jenis asupan
MP-ASI yang dominan dan 24 hours recall yang bertujuan
mengetahui jumlah asupan dalam makanan pendamping ASI.
commit to user
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Metode frekuensi makanan
1) Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar
makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi
penggunaannya dan ukuran porsinya.
2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenisjenis bahan makanan terutama bahan makanan yang
merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode
tertentu pula. (Supriasa et al., 2002)
b.
24 hours recall
1) Masing-masing kelompok menyiapkan bahan makanan,
misal: bahan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,
sayuran dan buah-buahan.
2) Lakukan penimbangan
terhadap masing-masing bahan
makanan untuk setiap ukuran rumah tangga yang dipakai.
3) Catat hasil penimbangan dalam suatu daftar ukuran rumah
tangga. (Supriasa et al., 2002)
8.
Peneliti mencatat semua data yang didapatkan.
L. Teknik Analisis Data
Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Uji Chi Kuadrat untuk mengetahui hubungan jenis asupan
makanan pendamping ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 12
bulan dan pada anak usia 13 – 24 bulan.
commit to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Penghitungan Odds Ratio (OR) untuk mengetahui seberapa kuat
hubungan jenis asupan makanan pendamping ASI dan perkembangan
anak usia 6 – 12 bulan dan pada anak usia 13 – 24 bulan. (Murti,
2010).
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Subjek Penelitian
Pada penelitian ini diperoleh subjek penelitian sebanyak 76 anak usia
6 – 24 bulan. Subjek penelitian tersebut diperoleh dari hasil penelitian
terhadap 90 anak usia 6 – 24 bulan di beberapa Posyandu yang berada di
wilayah Puskesmas Sibela, Surakarta pada bulan Mei – Juli 2010 yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang penulis tetapkan. Dari
76 anak tersebut 39 diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 37 lainnya
berjenis kelamin perempuan.
Secara lengkap karakteristik subjek penelitian dapat dilihat pada
tabel – tabel di bawah ini.
Tabel 8. Distribusi Anak Usia 6-24 Bulan Menurut Kelompok Umur
No
Kelompok Usia
Cakupan
Presentase
1
6-12 bulan
46
61%
2
13-24 bulan
30
39%
76
100%
Jumlah
Data Primer, Juli 2010
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa kelompok usia 6 – 12 bulan lebih
banyak (61%) dibandingkan kelompok usia 13 – 24 bulan (39%).
commit to user
41
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9. Distribusi Jenis Asupam Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Dominan pada Usia 6 – 12 Bulan
No
Jenis MP-ASI
Cakupan
Presentase
1
MP-ASI Pabrikan
27
59%
2
MP-ASI Lokal
19
41%
46
100%
Jumlah
Data Primer, Juli 2010
Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa pada anak usia 6 – 12 bulan,
distribusi
jenis
asupan
MP-ASI
pabrikan
lebih
banyak
(59%)
dibandingkan jenis asupn MP-ASI lokal (41%).
Tabel 10. Distribusi Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Dominan pada usia 13 – 24 bulan
No
Jenis MP-ASI
Cakupan
Presentase
1
MP-ASI Pabrikan
11
37%
2
MP-ASI Lokal
19
63%
30
100%
Jumlah
Data Primer, Juli 2010
Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa pada usia 13 – 24 bulan, distribusi
jenis asupan MP-ASI local lebih banyak (63%) dibandingkan jenis asupan
MP-ASI pabrikan (37%). commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Distribusi Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Bulan
No
Perkembangan Anak
Cakupan
Presentase
1
Normal
30
65%
2
Suspek Keterlambatan
16
35%
46
100%
Jumlah
Data Primer, Juli 2010
Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa 30 anak (65%) mempunyai
perkembangan yang normal, sedangkan 16 anak lainnya (35%) mengalami
keterlambatan dalam proses perkembangannya.
Tabel 12. Distribusi Perkembangan Anak Usia 13 – 24 Bulan
No
Perkembangan Anak
Cakupan
Presentase
1
Normal
18
60%
2
Suspek Keterlambatan
12
40%
30
100%
Jumlah
Data Primer, Juli 2010
Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa 18 anak (60%) mempunyai
perkembangan yang normal, sedangkan 12 anak lainnya (30%) mengalami
keterlambatan dalam proses perkembangannya.
commit to user
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 13. Distribusi Jenis Asupan MP-ASI Dominan dan Perkembangan Anak
Usia 6 – 12 Bulan
No
Jenis
Perkembangan
Jumlah
Asupan
Anak
Total
MP-ASI
Normal
Suspek
Keterlambatan
1
MP-ASI
Cakupan %
Cakupan
%
27
90%
0
0%
27
3
10%
16
100%
19
30
100%
16
100%
46
Pabrikan
2
MP-ASI
Lokal
Jumlah
Data Primer, Juli 2010
commit to user
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 14. Distribusi Jenis Asupan MP-ASI Dominan dan Perkembangan Anak
Usia 13 – 24 Bulan
No
Jenis
Perkembangan
Jumlah
Asupan
Anak
Total
MP-ASI
Normal
Suspek
Keterlambatan
1
MP-ASI
Cakupan %
Cakupan
%
11
61%
0
0%
11
7
39%
12
100%
19
18
100%
12
100%
30
Pabrikan
2
MP-ASI
Lokal
Jumlah
Data Primer, Juli 2010
2. Uji Chi Kudarat
Uji Chi Kuadrat merupakan uji hipotesis untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas pada penelitian ini adalah jenis MP-ASI dan variabel terikatnya
adalah perkembangan anak.
Pada penelitian ini, uji Chi Kuadrat juga digunakan untuk menguji
normalitas data dengan cara melihat hasil akhir dari uji Chi Kuadrat.
commit to user
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Apabila p<0.005 yang bermakna signifikan, artinya distribusi data normal,
sedangkan apabila p>0.005 yang bermakna tidak signifikan, artinya
distribusi data tidak normal.
Setelah peneliti melakukan analisis data dengan SPSS 17, didapatkan
hasil sebagai berikut.
Tabel 15. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI
Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 12 bulan
Perkembangan Anak
OR
95%
p
CI
Jenis
Normal
Suspek
Asupan
MP-ASI
Jum
2,242 –
lah
27
0
27
Lokal
3
16
19
Jumlah
30
16
46
Pabrik
6,333
17,890
0,000
an
Dari tabel 15 di atas terlihat bahwa terdapat hubungan yang bermakna
secara statistik antara jenis asupan makanan pendamping ASI dengan
perkembangan anak usia 6 – 12 bulan (p<0.005). Penulis juga melakukan
analisis bivariat untuk dapat mengetahui apakah hubungan tersebut bermakna
secara statistik sekaligus untuk mengetahui besarnya odds ratio dan
commit to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
confidence interval. Dari tabel 15 juga terlihat bahwa anak usia 6 – 12 bulan
yang mengkonsumi jenis asupan MP-ASI home made memiliki risiko 6 kali
lebih besar untuk mengalami keterlambatan perkembangan dibanding dengan
anak usia 6 – 12 bulan yang mengkonsumsi MP-ASI jenis fabric made (OR =
6.333% CI = 2.242 – 17.890).
Tabel 16. Uji Chi Kuadrat Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI
Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 13 – 24 bulan
Perkembangan Anak
OR
95%
p
CI
Jenis
Normal
Suspek
Asupan
MP-ASI
Jum
1,507 –
lah
11
0
11
Lokal
7
12
19
Jumlah
18
12
30
Pabrik
2,714
4,890
0,001
an
Dari tabel 16 di atas terlihat bahwa terdapat hubungan yang bermakna
secara statistik antara jenis asupan makanan pendamping ASI dengan
perkembangan anak usia 12 – 24 bulan (p<0.005). Penulis juga melakukan
analisis bivariat untuk dapat mengetahui apakah hubungan tersebut bermakna
secara statistik sekaligus untuk mengetahui besarnya odds ratio dan
commit to user
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
confidence interval. Dari tabel 16 juga terlihat bahwa anak usia 12 – 24 bulan
yang mengkonsumi MP-ASI jenis home made memiliki risiko 2 kali lebih
besar untuk mengalami keterlambatan perkembangan dibanding dengan anak
usia 12 – 24 bulan yang mengkonsumsi MP-ASI jenis fabric made (OR =
2.714% CI = 1.507 – 4.890).
commit to user
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di beberapa posyandu di Wilayah Puskesmas
Sibela Surakarta dengan menggunakan random purposive sampling. Akan tetapi,
dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian di
semua posyandu yang ada di Wilayah Puskesmas Sibela Surakarta, peneliti hanya
melakukan penelitian di 11 posyandu yang ada di Wilayah Puskesmas Sibela
Surakarta yang pada kenyataannya memiliki 47 posyandu, baik itu posyandu
balita maupun posyandu lansia.
Pada penelitian ini, peneliti membagi subjek penelitian, yaitu anak usia 6 –
24 bulan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama untuk anak usia 6 – 12
bulan, dan kelompok kedua untuk anak usia 13 – 24 bulan. Pembagian ini
dikarenakan adanya kecenderungan di lapangan bahwa umumnya anak usia 6 – 12
bulan lebih sering mengkonsumsi MP-ASI dalam bentuk pabrikan, sedangkan
untuk anak usia 13 – 24 bulan lebih sering mengkonsumi MP-ASI yang dibuat di
rumah. Pembagian tersebut juga untuk meningkatkan validitas dari penelitian ini.
Pada tabel 15 terlihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
jenis asupan MP-ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 12 bulan (p<0.005).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak usia 6 – 12 bulan yang
mengkonsumsi MP-ASI dominan lokal memiliki risiko 6 kali lebih besar
mengalami suspek keterlembatan perkembangan. (OR 6.333; 95% CI 2.242 –
17.890). Odds Ratio (OR) menunjukkan kekuatan dari hubungan antara variabel
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
50
digilib.uns.ac.id
bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini, OR 6.333 menunjukkan hubungan
positif yang kuat di antara kedua variabel penelitian. (Hubungan kuat :
3.00<=OR=<10.00). (Murti, 2005)
Pada tabel 16 juga terlihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis asupan MP-ASI dengan perkembangan anak usia 13 – 24 bulan
(p<0.005). Hasil penelitian ini menunjuk.kan bahwa anak usia 13 – 24 bulan yang
mengkonsumsi MP-ASI dominan lokal memiliki risiko 3 kali lebih besar
mengalami suspek keterlembatan perkembangan. (OR 2.714; 95% CI 1.507 –
4.890). Odds Ratio (OR) menunjukkan kekuatan dari hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini, OR 2.714 menunjukkan hubungan
positif yang sedang di antara kedua variabel penelitian. (Hubungan sedang :
1.50<=OR<3.00). (Murti, 2005)
Seperti yang telah peneliti paparkan di atas, bahwa hasil uji Chi Kuadrat
pada dua kelompok penelitian kali ini adalah signifikan (p < 0,005). Hal itu
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis asupan MP-ASI dengan
perkembangan anak usia 6 – 24 bulan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang peneliti paparkan pada Bab
tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa salah satu kelebihan MP-ASI pabrikan
adalah kadar gizinya yang telah diukur oleh Departemen Kesehatan RI untuk
disesuaikan terhadap kebutuhan gizi anak-anak yang mengkonsumsinya. Kadar
kandungan gizi yang telah terukur tersebut secara langsung akan berpengaruh
terhadap perkembangan anak dikarenakan zat gizi makronutrien dan mikroutrien
yang terkandung di dalamnya merupakan faktor yang berpengaruh pada maturitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51
digilib.uns.ac.id
otak dan pembentukan jaringan-jaringan tubuh di masa keemasan tumbuh
kembang anak, yaitu pada usia 1 – 3 tahun yang lebih dikenal dengan gold
period.
Sedangkan untuk MP-ASI lokal, seperti yang telah juga peneliti paparkan
pada Bab tinjauan pustaka bahwa salah satu kekurangannya adalah kadar gizinya
yang tidak terukur secara jelas walaupun dalam KMS telah tercantum cara
pembuatan MP-ASI yang bergizi baik. Akan tetapi, terkadang ibu rumah tangga
tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Sehingga nantinya konsumsi MP-ASI
yang tidak terukur secara jelas kadar gizinya dapat mempengaruhi perkembangan
anak karena ketidaksesuaian antara asupan gizi dan kebutuhan gizi yang
dibutuhkan oleh anak.
Akan tetapi, penelitian ini juga mempunyai kelemahan. Penelitian ini
dipengaruhi juga oleh beberapa faktor perancu, salah satunya dari faktor
lingkungan di sekitar anak tersebut. Seperti yang diketahui bahwa tingkat sosial
ekonomi, pekerjaan orang tua, dan tingkat pendidikan orang tua termasuk dalam
variabel luar yang tidak terkendali pada penelitian ini. Untuk itu, hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa anak-anak yang mengkonsumi MP-ASI dominan lokal
mempunyai kecenderungan untuk mengalami keterlambatan dalam perkembangan
dapat juga dipengaruhi oleh beberapa variabel luar yang tidak terkendali di atas.
Sejalan dengan penelitian ini, pada penelitian sebelumnya yang cukup
berkaitan dengan penelitian ini, menyebutkan bahwa frekuensi dalam pemberian
MP-ASI mempengaruhi status gizi anak. (Ritasari, 2009). Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian MP-ASI dalam jumlah cukup merupakan salah satu faktor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52
digilib.uns.ac.id
tercapainya status gizi anak yang baik. Akan tetapi, pada penelitian lain,
didapatkan hasil penelitian yang tidak signifikan pada hubungan jenis asupan MPASI dominan dengan status gizi anak usia 6 – 24 bulan (Pratiwi, 2010). Hal itu
disebabkan oleh tidak hanya jenis asupan MP-ASI saja yang mempengaruhi status
gizi anak, akan tetapi juga banyak terdapat faktor perancu lain, di antaranya
adalah faktor lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada usia 6 – 12 bulan anak lebih
banyak mengkonsumsi jenis MP-ASI dominan pabrikan. Hasil itu sesuai dengan
teori yang telah peneliti paparkan di bab tinjauan pustaka yang menyebutkan
bahwa umumnya anak usia 6 – 12 bulan cenderung lebih banyak mengkonsumsi
jenis MP-ASI dominan pabrikan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor
waktu dan tenaga. Pada umumnya, orang tua cenderung lebih menginginkan
segala sesuatu yang praktis dalam hal menyiapkan makan untuk anaknya pada
tahun pertama. Kemungkinan juga anak yang lebih suka mengkonsumi MP-ASI
dominan pabrikan karena dirasa lebih lezat dan dapat meningkatkan selera makan.
Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada usia 13 – 24
bulan anak lebih banyak mengkonsumis jenis MP-ASI dominan lokal. Hal itu
sesuai dengan teori yang telah peneliti paparkan di bab tinjauan pustaka yang
menyebutkan bahwa umumnya anak usia 13 – 24 bulan cenderung lebih banyak
mengkonsumsi jenis MP-ASI dominan lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh kebutuhan anak itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bahwa ada beberapa
tahap dalam pemberian makanan pada anak. Pada anak usia di atas 12 bulan, anak
harusnya sudah diperkenalkan pada makanan keluarga berupa makanan yang
commit to user
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
biasa dikonsumsi oleh orang dewasa akan tetapi tanpa garam, gula, penyedap, dan
santan. Contohnya, makanan seperti tim yang dibuat sendiri di rumah tangga.
Pemilihan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan dikarenakan
berbagai faktor, salah satunya adalah usia 6-24 bulan termasuk periode emas
tumbuh kembang anak. Dapat dikatakan periode emas karena pada masa itu selsel tubuh bertumbuh paling pesat, terutama sel-sel otak yang nantinya akan
berpengaruh pada perkembangan anak. Maka usia 6-24 bulan bukan hanya
periode emas tumbuh kembang anak, melainkan dapat menjadi periode kritis
apabila asupan gizi tidak adekuat.
Kandungan nutrien (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan lain
sebagainya) dalam MP-ASI, baik itu MP-ASI lokal maupun MP-ASI pabrikan
bermacam-macam bentuk dan fungsinya. Secara umum, nutrien tersebut akan
mempengaruhi
tumbuh
kembang
anak.
Makronutrien
dan
mikronutrien
berpengaruh terhadap maturitas otak dan pembentukan jaringan-jaringan tubuh
saat masih ada di dalam kandungan sampai bayi terlahir dan bertumbuh kembang.
Apabila asupan MP-ASI tidak adekuat maka akan berpengaruh pada
perkembangan otak anak, sehingga nantinya akan mempengaruhi perkembangan
anak.
Seiring dengan pertumbuhan anak antara 6 sampai 24 bulan, maka ibu
harus menyesuaikan tekstur, frekuensi dan porsi makanan yang sesuai dengan usia
anak. Perlu diperhatikan juga pemberian ASI lanjutan sampai usia 2 tahun atau
lebih dengan frekuensi sesuka bayi. Kebutuhan energi dari makanan bayi adalah
sekitar 200 kcal/hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300 kcal/hari untuk bayi usia 9-11
commit to user
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bulan, dan 550 kcal/hari untuk anak usia 12-23 bulan Makanan pertama bayi
sebaiknya adalah golongan beras dan sereal karena berdaya alergi rendah. Beras
dan sereal dihaluskan menjadi tepung, tim dengan air secukupnya sampai matang,
kemudian campurkan dengan ASI atau air matang untuk membentuk tekstur semi
cair. (Almatsier, 2001)
Secara berangsur-angsur, anak mulai diperkenalkan dengan sayuran yang
dikukus dan dihaluskan dan kemudian buah yang dihaluskan, kecuali pisang dan
alpukat matang, serta perlu diingat untuk jangan berikan buah/sayuran mentah.
Setelah bayi dapat mentolerir beras/sereal, sayur dan buah dengan baik, berikan
sumber protein (tahu, tempe, ati ayam, daging ayam atau sapi) yang dikukus dan
dihaluskan. Setelah bayi mampu mengkoordinasikan lidahnya dengan lebih baik,
secara bertahap bubur dibuat lebih kental (kurangi campuran air), kemudian
menjadi lebih kasar (disaring kemudian cincang halus), lalu menjadi kasar
(cincang kasar) dan akhirnya bayi siap menerima makanan padat yang dikonsumsi
keluarga. (Pudjiaji, 2001)
Sejumlah jenis makanan harus ditunda pemberiannya karena merupakan
pencetus alergi, sedangkan sejumlah jenis lainnya harus ditunda pemberiannya
karena mempunyai kandungan dan bentuk yang berbahaya bagi anak di usia
tertentu. Pemberian makanan pendamping ASI memang perlu menjadi perhatian
karena nantinya akan berpengaruh pada perkembangan anak pada periode
emasnya. (Albar, 2004)
commit to user
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor genetik,
faktor hormonal, dan faktor lingkungan. Ketiganya saling terkait dan menujang
tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal. (Soetjiningsih, 1995)
Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung sejak konsepsi sampai
remaja, dan saling berkaitan satu sama lain. Pada umumnya bila pertumbuhan
mengalami gangguan maka akan memberikan dampak pula pada aspek
perkembangan.
Untuk
itu
dalam
pemantauan
perlu
dilakukan
secara
berkesinambungan antara pemantauan pertumbuhan dan skrining perkembangan.
(Soetjiningsih, 2006). Tiga tahun pertama merupakan periode keemasan (golden
period) atau jendela kesempatan (window of opportunity) atau masa kritis (critical
period) untuk optimalisasi proses tumbuh kembang, merupakan masa yang tepat
untuk mempersiapkan seorang anak menjadi dewasa yang unggul di kemudian
hari. (Soetjiningsih, 1995; Departemen Kesehatan RI, 2006; Brainwonder, 2006)
Di Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar, diperkirakan jumlah
balita 10% dari jumlah seluruh penduduk. Di Amerika deteksi gangguan
perkembangan yang terdeteksi sebelum usia sekolah sebesar 20-30%, dan di
Indonesia sekitar 12,8 – 28,5 %. (American Academy of Pediatrics, 2001;
Susanah S, 2002). Masalah penyimpangan tumbuh kembang akan lebih banyak
ditemukan pada bayi-bayi yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami gangguan
tumbuh kembang seperti neonatus kurang bulan, neonatus dengan kecil masa
kehamilan, sindrom gawat nafas, sepsis neonatorum, perdarahan intraventrikuler,
dan lain-lain (Strauss RS, 2008). Waktu yang tepat untuk melakukan skrining
perkembangan yaitu pada usia 0-3 tahun, saat terjadi perkembangan saraf otak
commit to user
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang pesat. Selain itu waktu ini juga merupakan waktu yang ideal untuk dilakukan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang, sehingga diharapkan akan
tercapai perkembangan anak yang optimal. Oleh karena itu harus secara rutin
pertumbuhan anak diukur dan dicantumkan pada grafik pertumbuhan,
perkembangan harus dilakukan skrining. (Glascoe FP, 2005)
Perkembangan merupakan interaksi kematangan susunan saraf pusat
dengan organ yang dipengaruhinya. Ditandai oleh bertambahnya kemampuan dan
ketrampilan dalam struktur fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan biofisikopsikososial. (Needlemen RD, 2004; Soetjiningsih, 1995).
Perkembangan dimulai pada masa prenatal, dan memiliki berbagai dimensi yang
saling berhubungan, memiliki variasi yang besar dalam kecepatan dan sifatnya
berkelanjutan. (Needlemen RD, 2004; Tanuwidja S., 2002; Soetjiningsih, 2002)
Secara umum perkembangan dibagi dalam beberapa aspek, yaitu
perkembangan motor kasar (gross miotor), motor halus (fine motor adaptive),
bahasa dan komunikasi serta pemecahan masalah – personal sosial. (Needlemen
RD, 2004; William K, 2001; Chris P, 2000). Terdapat variasi pada pola batas
pencapaian dan kecepatan keempat aspek perkembangan, atau yang sering disebut
dengan milestone perkembangan. Skala waktu tersebut lebar dalam rentang yang
normal.
Proses tumbuh kembang seorang anak dalam perjalanannya mengalami
gangguan.
Gangguan
tersebut
dapat
berupa
gangguan
perkembangan
(developmental disability) atau keterlambatan perkembangan (developmental
commit to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
delay), hal tersebut berkaitan dengan patokan nilai (milestones) pada setiap aspek
perkembangan. (Needlemen RD, 2004; Oberklaid F, 2002). Prevalensi gangguan
perkembangan bervariasi. Dikatakan sekitar 12- 16 % anak akan mengalami
keterlambatan perkembangan, (Committee on children and disabilities American
Academy of Pediatrics, 2001) dan hanya 20-30% yang dapat terdeteksi sebelum
usia sekolah. (American Academy of Pediatrics, 2001)
Gangguan perkembangan dapat dideteksi dengan menggunakan berbagai
perangkat uji tapis/skrining perkembangan. Skrining dapat dilakukan secara masal
ataupun bersifat individu. Uji tapis perkembangan ini dapat dilakukan baik oleh
tenaga ahli/tenaga kesehatan maupun oleh orangtua sendiri. (Needleman RD,
2004; Soetjiningsih, 2002; Squires J, 2006). Demikian pula suatu alat uji skrining
perkembangan harus memenuhi syarat, yaitu reliable, valid, sensitif, dan spesifik.
(Glascoe FP, 2000; Alyward GP, 2007; Oberklaid F, 2002).
Penilaian perkembangan anak dapat dilakukan dengan berbagai tes,
contohnya tes Denver II. Denver II merupakan revisi dari Denver Developmental
Screening Test (DDST), dibuat pada tahun 1993, bertujuan untuk mendeteksi
secara dini masalah penyimpangan perkembangan pada anak yang berusia kurang
dari 6 tahun. Denver beris 125 tugas perkembangn yang terbagi dalam 4 sektor
perkembangan, yaitu personal sosial, adaptif motor halus, bahasa, dan motor
kasar. (Frankenburg WK, 2005). Uji ini membutuhkan waktu cukup lama antara
30-45 menit. Denver II bukan merupakan tes IQ, tidak dibuat untuk mendapatkan
diagnosis maupun pengganti evaluasi diagnostik. Setelah menyelesaikan semua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58
digilib.uns.ac.id
pemeriksaan, dilakukan juga tes perilaku yang terdapat dalam formulir tersebut.
(Frankenburg WK, 2002).
Dalam melakukan skrining ini perlu dipastikan usia anak. Pada anak
dengan riwayat kelahiran kurang bulan harus dilakukan koreksi umur, sampai
anak berusia 2 tahun. Setelah ditentukan usianya dibuat/diplot garis usia pada
formulir Denver II. Interpretasi pemeriksaan ini yaitu normal bila tidak ada
keterlambatan atau paling banyak ada satu caution; suspek bila didapatkan dua
atau lebih caution dan/atau satu atau lebih keterlambatan, dan tidak dapat diuji
bila ada penilaian menolak pada satu atau lebih uji coba di sebelah kiri garis umur
atau menolak pada lebih dari satu uji coba di sebelah kiri garis umur atau menolak
pada lebih dari satu uji coba yang ditembus umur pada daerah 75-90%. Pada hasil
suspek atau tidak dapat diuji, uji dapat diulang 1-2 minggu kemudian.
(Frankenburg WK, 2002; Sudjarwo, 2006). Glascoe mendapatkan bahwa Denver
II memiliki sensitivitas 83% dan spesifitas 43%.
Penapisan pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu evaluasi singkat
tentang pertumbuhan dan perkembangan pada seseorang anak sehingga dapat
diketahui ada tidaknya penyimpangan atau keterlambatan. Keterbatasan waktu
yang ada untuk melakukan skrining tumbuh kembang, dapat dicermati dengan
melibatkan orangtua dalam pemantauan tumbuh kembang anak mereka. Penilaian
atau deteksi perkembangan yang dilakukan oleh orangtua dengan instrumen
khusus bagi orang tua dapat mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan.
Dengan menggunakan perangkat tersebut, orangtua atau pengasuh dapat
memberikan informasi yang baik tentang perkembangan anak, sehingga dapat
commit to user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan masukan bagi dokter yang memeriksa anak tersebut terutama agar
penilaiannya dapat lebih akurat.
Pada penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis MP-ASI yang dominan dan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan.
Anak-anak
dengan
suspek
keterlambatan
perkembangan
umumnya
mengkonsumsi jenis MP-ASI dominan lokal. Akan tetapi, bukan berarti setiap
anak yang mengkonsumis jenis MP-ASI dominan lokal akan menjadi suspek
keterlambatan perkembangan. Karena tidak hanya jenis MP-ASI saja yang
mempengaruhi perkembangan, namun juga beberapa faktor lain, seperti faktor
genetik, faktor hormonal, dan faktor lingkungan. Penelitian ini masih memiliki
beberapa kelemahan, yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional sehingga tidak dapat
secara kuat menjelaskan hubungan sebab akibat antara jenis asupan makanan
pendamping ASI dengan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan.
2. Pada penelitian ini masih terdapat beberapa variabel luar yang belum dapat
dikendalikan seperti kondisi sosial ekonomi, tingkat pendapatan keluarga, dan
pendidikan orang tua.
3. Penelitian ini lebih baik apabila dilakukan pada populasi yang lebih luas lagi.
4. Penelitian ini dapat dipengaruhi oleh bias, karena pengambilan data kedua
variabel, yaitu jenis MP-ASI dominan dan perkembangan anak dilakukan
oleh orang yang sama.
commit to user
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB VI
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulan
bahwa terdapat hubungan bermakna antara jenis asupan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dominan dengan perkembangan anak usia 6 –
24 bulan. Anak-anak yang mengkonsumsi MP-ASI dominan lokal akan
mengalami kecenderungan suspek keterlambatan lebih besar.
1. Pada kelompok usia 6 – 12 bulan didapatkan hasil OR = 6.333% yang
berarti terdapat hubungan yang kuat antar variabel (hubungan kuat :
3.00<=OR=<10.00) dan CI atau interval kepercayaan = 2.242 – 17.890.
2. Pada kelompok usia 13 – 24 bulan didapatkan hasil OR = 2.714% yang
berarti terdapat hubungan yang sedang antar variabel (hubungan sedang
: 1.50<=OR<3.00) dan CI atau interval kepercayaan = 1.507 – 4.890.
B.
Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran
penulis adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya dilakukan penelitian pada populasi yang lebih luas, misalnya
seluruh posyandu di Puskesmas Sibela Surakarta untuk memperluas
generalisasi hasil penelitian.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan rancangan penelitian
yang lebih baik (studi longitudinal) sehingga dapat membuktikan
commit to user
60
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adanya hubungan sebab akibat antara jenis asupan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dengan perkembangan anak usia 6 – 24
bulan.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian lain dengan memperhitungkan faktor
perancu lain yang belum dapat dikendalikan pada penelitian ini.
4. Sebaiknya orang tua terutama ibu lebih memperhatikan asupan gizi
untuk anak mereka, dengan senantiasa memilih makanan pendamping
ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan usia anak dan memenuhi kebutuhan
gizi anak.
5. Sebaiknya orang tua terutama ibu rumah tangga belajar bagaimana
membuat MP-ASI lokal yang lebih baik dalam hal kadar gizinya dan
juga lebih bervariasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
DAFTAR PUSTAKA
Albar H. 2004. Makanan Pendamping ASI. Cermin Dunia Kedokteran. pp : 51 – 3
Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia, pp: 26-85
Alyward GP. 2007. Conceptual Issues in Developmental Screening and Assessment.
USA : Pediatrics, pp : 340 - 9
American Academy of Pediatrics. 2001. Developmental Surveillance of Infants and
Young Children. USA : Pediatrics, pp : 108 : 192-5
Brainwoder. 2006. Diunduh dari http://www.zerotothree.org/brainwonders/care.
diakses pada tanggal 10 Juni 2010.
Chris P, Johnson M. 2000. Using Developmental and Behavioral Screening Tests.
USA : Pediatrics, pp : 314 – 7
Committee on children and disabilities, American Academy of Pediatrics. 2001.
Developmental surveillance and screening for infants and young children. USA
: Pediatrics, pp : 192 – 6
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
pp : 1-4
.
. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI, pp : 48 - 64
Frankenburg, W.K. 1990. Denver II Screening Manual. Colorado : Denver
Developmental Centre
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Glascoe FP. 2005. Developmental screening. Dalam : Parker S, Zuckerman B,
Augustyn, penyunting. Developmental and Behavioral Pediatrics Edisi Ke-2.
Philadelphia : Lippincott, pp : 41 – 50
Hurlock, E. 2002. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Ismail, D. 2000. Kebutuhan Anak untuk Mencapai Tumbuh Kembang Optimal.
Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Krisnatuti D., Yenrina R., 2001. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta :
Puspa Swara, pp :
Lestari E.D., 2010. Peran zat gizi mikro pada tumbuh kembang anak.Simposium
Sehari Manajemen Terkini Tumbuh Kembang Anak yang Optimal. Surakarta :
Salim design, pp: 28-39
Murti, B. 2005. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik dalam Ilmu-ilmu
Kesehatan. Jakarta : Gramedia
Needleman R. Growth and Development. Dalam : Behrman RE. Kliegman RM,
Jenson HB, penyunting. 2004. Nelson Textbook of Pediatrics 17th Edition.
Philadelphia : Saunders
Pediatri D. 2008. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini dengan Insiden
Diare Pada Bayi Usia 1 – 4 Bulan. Surakarta : FK UMS. Skripsi
Perrin E, Stancin T. 2002. A Contiuning Dilemma : Whether How To Screen For
Concerns About Children’s Behaviour. USA : Pediatrics, pp : 57 - 9
Pratiwi, Irma C. 2010. Hubungan Jenis MP-ASI Dominan dengan Status Gizi Anak
Usia 6 – 24 Bulan. Surakarta : Sebelas Maret University Library
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Pudjiadi S. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi keempat. Jakarta : FKUI, p :13
Pulungan, Aman B., Aryono, Hendarto., Hegar, Badriul., Oswari, Hanifah. 2006.
Nutrition Growth-Development. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia
Oberklaid F, Wake M. Haris C, Hesketh K, Wright M. 2002. Child Health Screening
and Surveillance : A Critical Review on Evidance. Melbourne : Royal
Children’s Hospital
Ritasari, N. 2009. Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-AS)
dengan Status Gizi pada Balita Umur 6 – 12 Bulan di Desa Ngimboh,
Kecamatan Ujung Pangkah, Gresik. Surabaya : Airlangga University Library
Runtuwene L. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Gangguan Perkembangan
Psikis Anak. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 1999. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi Jilid II.
Jakarta : Dian Rakyat
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC, pp : 1-32
.1995. Tumbuh Kembang Anak . Jakarta : EGC, p:6
.1995. Penilaian pertumbuhan fisik anak. Tumbuh Kembang Anak .
Jakarta : EGC, pp: 37 – 53
Soetjiningsih. 2006. Skrining Tumbuh Kembang Di Berbagai Tingkat Pelayanan
Kesehatan. Disampaikan pada Simposium dan Pelatihan Deteksi Dini dan
Intervensi Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak. Malang, 13-14 Mei 2006/
Squires J. Early Detection of Developmental Problems : Strategies for Monitoring
Young Children in The Practice Setting. USA : Pediatrics, pp : 420 - 427
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Strauss RS, Dietz WH. 2008. Growth and Development of Term Children Born with
Low Birth Weight. Effect of Genetic and Enviromental Factors. USA : J Pediatr,
pp : 67 - 72
Supriasa I.D.N., Bakri B., Fajar I.,. 2001. Antropometri Gizi.Penilaian Status Gizi.
Jakarta : EGC, pp: 26-85
Susanah S, Tanuwidjaja S, Rusmil K. 2002. Gambaran Perkembangan Anak Balita
di Daerah Kumuh Perkotaan Kelurahan Sukapura Kecamatan Kiaracondong
Kotamadya Bandung. Abstrak KONIKA. Bali : Departemen Kesehatan RI
Tanuwidjaja S. 2002. Konsep umum tumbuh kembang. Buku Ajar Tumbuh Kembang
Anak dan Remaja. Yogyakarta : Sagung Seto, pp : 1-12
William K, Frankenburg MD. 2001. Develpomental Surveillance and Screening of
Infants and Young Chilfren. USA : Pediatr, pp : 192 - 195
Wiryo, Hananto. 2002a. Beberapa pengertian dasar mengenai gizi anak. Peningkatan
Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal.
Jakarta : Sagung Seto, pp : 3 – 11
.
. Kemampuan saluran pencernaan pada bayi baru lahir.
Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui dengan Bahan Makanan
Lokal. Jakarta : Sagung Seto, pp : 31 – 5
World Health Organization (WHO). 2000. Complementary Feeding : Family Foods
for Breastfed Children. France : FSG MediMedia Ltd, pp: 1 - 23
World Health Organization (WHO).2005. Guiding Principles for Feeding NonBreastfeed Children 6-24 Months of Age. Switzerland : Department of Child
and Adolescent Health and Development (CAH) World Health Organization.
commit to user
Download