Abstrak - LPPM USNI

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG JAGUNG HASIL FERMENTASI SEBAGAI BAHAN PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus Carpio)
Marlenny Sirait1, Yudha Lestira Dhewantara1
Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perikanan, FPIK Universitas Satya Negara Indonesia (USNI), Jakarta1
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor, dari bulan Maret
sampai Juli 2015, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung jagung hasil fermentasi pada
pakan terhadap pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio). Benih ikan yang digunakan adalah benih ikan mas
dengan bobot rata-rata 9 gram yang diperoleh dari Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan
Air Tawar, Sukamandi. Padat penebaran ikan adalah 15 ekor per akuarium yang berukuran 60x50x40 cm 3.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan
tiga ulangan. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan yang menggunakan tepung jagung fermentasi 0%,
5%, 10%, 15%, dan 20%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung jagung fermentasi menggunakan Rhizopus
oligosporus pada pakan buatan, memberikan pengaruh berbeda nyata (P < 0,05) terhadap laju pertumbuhan
spesifik dan efisiensi pakan. Pakan buatan dengan (20%) tepung jagung fermentasi menghasilkan rata-rata
laju pertumbuhan yang lebih baik dari pakan perlakuan lainnya yaitu sebesar 1,82%. Pakan buatan fermentasi
menghasilkan nilai efisiensi pakan yang lebih baik daripada pakan yang tidak difermentasi (37,48%)
sedangkan pakan hasil fermentasi menghasilkasn efisiensi pakan berturut-turut untuk pakan dengan tepung
jagung fermentasi 5, 10, 15 dan 20 % sebesar 40.26%, 40.11%, 40.27%, dan 41.97%
Abstract
This experiment was conducted in Research Institute for Freshwater Aquaculture Bogor, from March
until July 2015, the purpose of research to know the effect of fermented corn feeds on the growth of
common carp (Cyprinus carpio). The average individual of weight is 9 grams were used in this experiment
from Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi. The fish stocking
density was 15 ind used glass aquarium 60x50x40 cm3. Statistic of Randomized Design was used with five
treatments and three replicates. The treatments were different levels of fermented corn in feeds about 0 %, 5
%, 10 %, 15 %, and 20 %.
The result of the experiment showed that the treatment of fermented corn by Rhizopus oligosporus have
significant different (P < 0,05) for growth and feed efficiency rate. Fermented corn in feed (20%) have the
high growth (1,82%). Feed efficiency compared to another feeds efficiency for non fermented corn diet was
37,48%, and fermented corn feeds 5, 10, 15 dan 20 % were 40.26%, 40.11%, 40.27%, and 41.97%.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan mas merupakan ikan yang mudah
berkembang dalam kondisi lingkungan yang
kurang optimal, tahan terhadap perubahan
lingkungan sekitar, dan salah satu komoditi yang
memiliki nilai ekonomis tinggi diproduksi dalam
sistem budidaya intensif. Intesifikasi budidaya
ikan mas merupakan kegiatan budidaya yang
sangat tergantung pada suplai pakan buatan baik
dari kualitas maupun kuantitas. Kegiatan budidaya
ikan mas saat ini dihadapkan pada kenyataan
mahalnya harga pakan buatan yang berkisar antara
Rp. 5000 – 7.000/kg dengan protein 27% - 28%.
48
Menurut Setiawati, dkk (2008), kebutuhan biaya
untuk pakan dalam proses produksi budidaya ikan
mas mencapai lebih dari 50% sehingga
peningkatan harga pakan secara signifikan
menurunkan tingkat keuntungan petani.
Permasalahan harga pakan yang relatif mahal
disebabkan oleh tingginya kandungan protein
dalam pakan. Protein merupakan zat terpenting
dari semua zat gizi yang diperlukan ikan/udang
karena merupakan zat penyusun dari sumber
energi utama bagi ikan (NRC, 1997). Pada ikan,
protein lebih efektif digunakan sebagai sumber
energi daripada karbohidrat (Furuichi, 1988).
Tepung jagung merupakan salah satu bahan
pakan yang belum termanfaatkan secara maksimal
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol.8, No.2 Desember 2015 Hal.: 48-55
sebagai pakan ikan. Hal ini disebabkan karena
kandungan protein dan kecernaannya pada ikan
relative rendah. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas bahan pakan dilakukan
dengan teknologi fermentasi (Rachman,1998).
Fermentasi adalah suatu proses kegiatan kimiawi
pada substrat organik melalui enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut yaitu
meliputi perubahan molekul-molekul komplek atau
senyawa organik seperti protein, karbohidrat, dan
lemak menjadi molekul-molekul sederhana dan
mudah dicerna (Jay, 1978).
Pada proses fermentasi, terjadi perombakan
karbohidrat menjadi glukosa, lemak menjadi asam
lemak dan gliserol, dan protein akan mengalami
penguraian menjadi asam amino (Hidayat et al.,
2006). Pembuatan pakan buatan dengan proses
permentasi selama ini banyak dilakukan dengan
menggunakan bungkil kedelai. Bungkil kedelai
adalah salah satu bahan pangan yang banyak
digunakan untuk konsumsi manusia. Penggunaan
fermentasi pernah dilakukan oleh Bachtiar (2002)
pada ikan gurami yang menunjukkan bahwa
substitusi 75% bungkil kedelai ditambah 25%
daun sente terfermentasi Rhizopus oligosporus
memberikan persentase laju pertumbuhan, efisiensi
pakan, dan retensi protein tertinggi yaitu masingmasing sebesar 1,56%, 70,7%, dan 66,9%.
Selanjutnya penggunaan pakan yang mengandung
tepung tongkol jagung fermentasi 5% untuk benih
ikan tawes memberikan pertumbuhan mutlak 25,88
gram, laju pertumbuhan harian 2,01%, dan Feed
Convertion Ratio (CFR) 2,83% (Rostika, 2010).
Walaupun tepung kedelai mampu mengganti
sebagian tepung ikan, ketersediaan tepung kedelai
masih bergantung dari impor. Khususnya untuk di
Indonesia, hampir sebagian besar bahan baku
pakan berasal dari impor, yaitu sebesar 70-80%
(Hadadi et al. 2007). Volume impor tepung
kedelai dari Januari-Oktober 2010 mencapai
538.240 ton, naik sebesar 58% dan harga
mencapai Rp 275.500 per kg (Anonim, 2012).
Harga pakan ikan berkisar antara Rp 275.500
hingga Rp 285.500 persak (50kg) kini menjadi Rp
302.000 per 50 kg (Kementrerian Kelautan dan
Perikanan, 2012).
Berdasarkan uraian di atas maka
dipandang perlu untuk mengetahui pengaruh
pemberian tepung jagung hasil fermentasi sebagai
bahan pakan terhadap pertumbuhan ikan mas
(Cyprinus carpio).
1.2 Perumusan Masalah
Ikan mas merupakan ikan omnivora (pemakan
hewan dan tumbuhan) yang cenderung herbivora
(pemakan tumbuhan). Beberapa faktor yang
menunjang pertumbuhan antara lain faktor internal
(kecepatan tumbuh, kemampuan memanfaatkan
pakan dan daya tahan terhadap penyakit) dan
faktor eksternal (suhu air, jumlah pakan, kimia air
dan ruang gerak). Pakan merupakan sumber energi
untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangbiakan ikan. Pemberian pakan yang
sesuai dengan kebutuhan selain dapat menjamin
sintasan, juga dapat mempercepat pertumbuhan.
Oleh karena itu, ketersediaan pakan dalam
kuantitas, kualitas dan waktu yang tepat
merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan.
Penggunaan pakan buatan untuk budidaya
ikan secara intensif merupakan salah satu upaya
untuk memperoleh keuntungan dibandingkan
dengan pakan alami, yaitu dengan cara
menyesuaikan komposisi nutrisi pakan buatan
dengan kebutuhan ikan. Kebutuhan nutrisi ikan
terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
dan mineral (Watanabe, 1988). Protein merupakan
salah satu zat makanan yang dibutuhkan ikan dan
perlu dipenuhi guna mencapai pertumbuhan yang
optimal .
Fermentasi jagung merupakan proses yang
menguntungkan karna dapat
mengawetkan,
menghilangkan bau yang tidak diinginkan,
meningkatkan daya cerna, dan menghilangkan
daya racun yang terdapat pada bahan mentahnya.
Produk fermentasi memiliki nilai gizi yang lebih
baik daripada bahan asalnya karena dalam proses
fermentasi terjadi pemecahan bahan-bahan organik
kompleks oleh mikroorganisme menjadi molekulmolekul sederhana yang mudah dicerna, mengubah
rasa dan aroma menjadi lebih baik serta menambah
daya tahan bahan (Shurtleff dan Aoyagi, 1979).
Selain itu, melalui proses fermentasi juga terjadi
perubahan pada kandungan protein terlarut,
degradasi asam fitat dan reduksi oligosakarida.
Pengolahan bahan baku jagung pada ikan nila,
menurut Agustina (2012) yaitu fermentasi yang
menggunakan bakteri Bacillus megaterium dengan
kecernaan pakan perlakuan D yang tertinggi pada
kecernaan energi sebesar 72,98%, kecernaan bahan
sebesar 86,49% dan kecernaan total sebesar
67,16%. Selanjutnya penggunaan pakan yang
mengandung tepung tongkol jagung fermentasi 5%
untuk benih ikan tawes memberikan pertumbuhan
mutlak 25,88 gram, laju pertumbuhan harian
2,01%, dan Feed Convertion Ratio (CFR) 2,83%
(Rostika, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan
masalah penelitian ini untuk mengukur sejauh
mana pengaruh tingkat penggunaan tepung jagung
hasil fermentasi pada pakan ikan terhadap
pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio) dan dosis
yang optimal terhadap pertumbuhan ikan mas
(Cyprinus carpio).
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol.8, No.2 Desember 2015 Hal.:48-55
49
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian tepung jagung hasil
fermentasi sebagai bahan pakan terhadap
pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio).
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai tingkat penggunaan optimal
tepung jagung hasil fermentasi dalam pakan ikan
terhadap pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio).
Selain itu diharapkan dapat bermanfaat dalam
penggunaan bahan baku lokal yang banyak
tersedia dan relatif murah.
METODELOGI PENELITIAN
2.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di
Laboratorium Nutrisi, di Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Tawar, Sempur, Bogor. Waktu
penelitian mulai dari Maret sampai dengan Juli
2015.
3.1 Bahan dan Alat
3.1.1 Ikan Uji
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ikan mas (Cyprinus carpio) dengan bobot
rata-rata 9 gram dan berukuran 8 cm yang berasal
dari Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi
Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi. Benih
ikan mas dipuasakan 1 hari dan diaklimatisasi
selama 4 hari. Padat penebaran ikan yaitu 15 ekor
setiap akuarium. Sebelum dimasukkan ke dalam
akuarium ikan uji telah ditimbang untuk
mengetahui bobot awal.
Gambar 1. Ikan Mas
3.1.2 Bahan Pakan
Bahan pakan yang telah difermentasi adalah
tepung jagung. Kapang yang digunakan adalah
Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan
Aspergillus niger yang diperoleh dari PAU IPB,
50
Bogor. Fermentasi menggunakan Rhizopus
oligosporus, Rhizopus oryzae, dan Aspergillus
niger kemudian dipilih kapang yang paling bagus
dalam memfermentasi tepung jagung maka itu
yang digunakan dalam pembuatan pakan.
Disamping itu tepung jagung yang difermentasi
terdapat bahan-bahan lainnya yang digunakan
dalam pembuatan pakan.
3.1.3 Alat-alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
Akuarium ukuran 60x50x40 cm sebanyak 15
buah sebagai wadah percobaan diisi air 100 liter,
Akuarium ukuran 60x50x40 cm sebanyak 1 buah
sebagai wadah stok ikan, Selang aerasi dan batu
aerasi untuk suplai oksigen pada setiap akuarium,
Termometer air raksa untuk mengukur suhu air,
Selang untuk penyiponan dan pengganti air,
Serokan ikan untuk pengambilan ikan yang akan
ditimbang, Timbangan elektrik ACIS dengan
tingkat ketelitian 0,01 gram untuk menimbang ikan
uji dan pakan, Gelas ukur, ukuran 50 ml ketelitian
0,1 ml untuk mengukur volume air, Tabung reaksi
ukuran 10 ml untuk mencairkan kultur, Panci dan
kompor untuk mengukus tepung jagung, Tampah
untuk mencampur bahan pakan ikan, Kantong
plastik untuk menyimpan tepung jagung yang
difermentasi, pH meter, untuk mengukur pH,
Shaker untuk mengocok kultur jamur dan kapang,
Autoklaf
untuk
sterilisasi,
Oven
untuk
memanaskan bahan pakan, Distilation unit 6, 1007
digester untuk destilasi, Digitrate pro untuk titrasi,
Mikro pipet untuk mengukur dan menentukan
dosis pemberian kultur.
3.1.4
Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai
perlakuan yaitu tepung jagung fermentasi sebagai
bahan pengganti protein nabati dari protein
kedelai, yaitu :
(1) Perlakuan A = Tanpa tepung jagung
fermentasi (kontrol)
(2) Perlakuan B = Tepung jagung fermentasi 5 %
(3) Perlakuan C = Tepung jagung fermentasi 10 %
(4) Perlakuan D = Tepung jagung fermentasi 15 %
(5) Perlakuan E = Tepung jagung fermentasi 20 %
Analisis ragam dengan pergunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Yij
= µ + σi + Єij
Keterangan :
Yij
= Hasil pengamatan pada
perlakuan
ke-i dan ulangan
ke-j
µ
= nilai tengah umum (rata-rata
populasi)
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol.8, No.2 Desember 2015 Hal.: 48-55
σi
Єij
= Pengaruh perlakuan ke-i
= Pengaruh galat perlakuan ke-i
pada perlakuan ke-j
3.2 Prosedur Penelitian
1.
2.
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu:
Tahap fermentasi tepung jagung
- Tepung jagung yang akan difermentasi
diperoleh dari daerah sekitar Bogor.
Inokulum yang digunakan adalah
Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae,
dan Aspergillus niger yang diperoleh dari
laboratorium mikrobiologi PAU IPB,
Bogor
- Tepung jagung dicampur masing-masing
dengan inokulum dengan dosis 9 % dari
bobot tepung jagung dengan lama
fermentasi 4 hari
- Analisis proksimat tepung jagung hasil
dari fermentasi yang dapat menaikan
protein tertinggi maka dipilih dan
digunakan dalam formulasi pakan
perlakuan.
Tahap pembuatan pakan perlakuan
Bahan penyusun pakan terdiri dari : tepung
ikan, tepung bungkil kedelai, tepung jagung
fermentasi, dedak padi, dedak polar, vitamin
mix, mineral mix, minyak ikan dan tapioka.
Seluruh perlakuan disusun sedemikian rupa
hingga dicapai protein 29 % dan jumlah
tepung jagung fermentasi dan tepung bungkil
kedelai dalam pakan dari kedua sumber ini
sama.
3.2.1 Pengamatan
3.2.2 Laju Pertumbuhan Spesifik
Untuk mengetahui laju pertumbuhan
spesifik maka ikan ditimbang pada awal penelitian
dan 2 minggu sekali selama penelitian.
Laju pertumbuhan harian (α) ikan dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ket :
α
Wt
Wo
t
= Laju pertumbuhan spesifik (%)
= Bobot rata-rata individu pada
waktu t (g)
= Bobot rata-rata individu pada
awal penelitian (g)
= hari
3.2.3 Efisiensi Pakan
Perhitungan efisiensi pakan dilakukan ketika
ikan mulai diberi pakan buatan.Perhitungan
efisiensi pakan menggunakan rumus menurut
Zonneveld et al. (1991) sebagai berikut :
EP= ((Wt+D)-Wo)x100%
F
Keterangan :EP
Wt
Wo
D
F
= Efisiensi pakan (%)
= Biomassa ikan akhir (g)
= Biomassa ikan awal (g)
= Biomassa ikan mati (g)
= Jumlah pakan yang diberikan
(g)
3.3 Kualitas Air
Untuk
mengetahui
kondisi
media
pemeliharaan dilakukan pengukura beberapa
parameter kualitas air di antaranya suhu, pH, DO
(Oksigen terlarut), dan ammoniak. Pengukuran
kualitas air ini dilakukan pada saat awal dan akhir
percobaan, dengan kisaran nilai disajikan Tabel.
Dari hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa
kondisi media pemeliharaan selama percobaan
berada dalam kondisi yang optimal.
Tabel 1. Kisaran kualitas air selama
pemeliharaan
Parameter
Periode
DO
Suhu (0C)
pH
sampling
(mg/l)
(unit)
standar
3-5
7-8
18-31
(Puspo
(Puspoward (Abuias
wardoy
oyo dan
dalam
o dan
Djarijah,
Koostat
Djarija
1992)
i, 1994)
h,
1992)
NH3
(mg/l)
<0,6
(Boyd,19
82)
3.5 Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan benih
ikan mas. Data dianalisis dengan menggunakan uji
F dengan tingkat kepercayaan 95%, kemudian
dilanjutkan ke Uji Jarak Berganda Duncan untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan dengan
taraf kepercayaan 95% (Gasperz, 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Fermentasi Tepung Jagung
Hasil analisis proksimat tepung jagung
fermentasi dengan menggunakan Rhizopus
ologosporus, Rhizopus oryzae, dan Aspergillus
niger menunjukkan adanya perubahan nilai gizi
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol.8, No.2 Desember 2015 Hal.:48-55
51
tepung jagung setelah difermentasi. Protein tepung
jagung sebelum difermentasi 9,49%, kandungan
protein kasar tepung jagung hasil fermentasi
Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan
Aspergillus niger berturut-turut sebesar 17,68%,
16,67% , dan 12,83%.
Kandungan gizi tepung jagung dengan tepung
jagung yang difermentasi dapat dilihat pada Tabel
2. Tepung jagung difermentasi Rhizopus
oligosporus dapat meningkatkan protein sebesar
86,30 % dari protein tepung jagung yang tidak
difermentasi.
Tabel 2. Kandungan gizi tepung jagung tanpa
difermentasi dan tepung jagung fermentasi
(berdasar bobot kering 100%)
Bahan
Protein
Lemak
Abu
Tepung Jagung
Tepung Jagung
+ R.
oligosporus
Tepung jagung
+ R. oryzae
Tepung jagung
+ A. niger
9,49
3,95
1,24
Serat
kasar
2,28
83,04
Kadar
air
4,60
17,68
6,04
2,94
15,30
58,04
54,85
16,67
7,99
2,73
16,19
56,42
52,91
12,83
1,69
2,45
12,49
70,54
46,68
BETN
Penambahan dan penurunan nilai gizi tepung
jagung setelah difermentasi dapat dilihat pada
(gambar 3). Secara umum terjadi peningkatan
kandungan protein, lemak, abu dan serat kasar,
kecuali kandungan lemak hasil fermentasi
Aspergillus niger, sedangkan kandungan bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN) pada masingmasing tepung jagung fermentasi menurun.
Selama proses fermentasi, terjadi perubahan
pada komposisi kimia bahan. Menurut Winarno
(1980) perubahan tersebut meliputi kandungan
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, pH,
dan aroma. Perubahan akibat aktivitas dan
perkembangbiakan mikroba selama fermentasi
disebabkan oleh aktivitas enzim yang dihasilkan
mikroba ataupun enzim yang ada pada substrat dan
mengubah molekul-molekul kompleks atau
senyawa-senyawa organik.
Peningkatan kandungan lemak disebabkan
aktivitas lipolitik, enzim lipase yang aktif
memecah
asam
lemak
jenuh
menjadi
monogliserida dan fraksi-fraksi asam lemak bebas
(Rahayu, 1992). Meningkatnya kadar serat kasar
terjadi karena terbentuknya dinding sel berasal dari
substrat yang terfentasi (Puslitbangnak, 1996).
Analisis proksimat menunjukkan bahwa
kandungan protein kasar tepung jagung hasil
fermentasi Rhizopus oligosporus meningkat
sebesar 86,30 %, sedangkan hasil fermentasi
Rhizopus oryzae sebesar 75,66 %, dan Aspergillus
niger sebesar 35,19 % dari kandungan protein
52
tepung jagung tanpa fermentasi. Berdasarkan
penambahan kandungan protein kasar, maka
dipilih fermentasi tepung jagung dengan
menggunakan Rhizopus oligosporus.
4.2 Pertumbuhan
Hasil penelitian selama 56 hari
pemeliharaan
ikan
menunjukkan
adanya
peningkatan bobot rata-rata individu pada setiap
perlakuan (Lampiran 10). Pemberian tepung
jagung hasil fermentasi dengan berbagai
persentase pada ikan mas menunjukkan bahwa
pakan perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap laju pertumbuhan ikan mas
(1,63 – 1,82 %). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian pakan dengan tepung jagung
fermentasi 20 % menghasilkan laju pertumbuhan
tertinggi yaitu 1,82 %, sedangkan pakan tanpa
fermentasi 0 % menghasilkan laju pertumbuhan
terendah yaitu 1,63 %.
Rata-rata laju pertumbuhan benih ikan
mas selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Grafik bobot rata-rata ikan mas untuk setiap
perlakuan.
Tabel 3. Rata-rata laju pertumbuhan ikan mas
selama penelitian
Perlakuan
A (Tanpa tepung jagung
fermentasi)
B (Tepung jagung
fermentasi 5 %)
C (Tepung jagung
fermentasi 10 %)
D (Tepung jagung
fermentasi 15%)
E (Tepung jagung
fermentasi 20%)
Laju pertumbuhan
spesifik (%)
1,63 a ± 0,05
1,71 a ± 0,02
1,72 a ± 0,09
1,72 a ± 0,00
1,82 b ± 0,03
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf superscript
yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P>0,05).
Pengaruh
perlakuan
terhadap
laju
pertumbuhan ikan mas diketahui dari hasil analisis
sidik ragam (Lampiran 12). Uji Duncan
menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ikan mas
yang diberi pakan D tepung jagung fermentasi
15% tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan pakan
A, B, dan C. Pakan E berbeda nyata (P<0,05)
dengan pakan A, B, C, dan D. Dengan demikian
dapat dilihat pakan tepung jagung fermentasi 20%
memberikan laju pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan dengan pakan perlakuan lainnya.
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran
ikan baik bobot maupun panjang dalam satu
periode waktu tertentu. Pertumbuhan terjadi
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol.8, No.2 Desember 2015 Hal.: 48-55
apabila ada kelebihan energi setelah energi yang
tersedia digunakan untuk metabolism standar,
untuk pencernaan, dan untuk beraktivitas (Yandes
et al., 2003). Secara fisik pertumbuhan adalah
perubahan ukuran panjang, bobot dan lebar tubuh.
Dari sudut pandang kimia, perubahan dilihat dari
peningkatan
kandungan
protein,
lemak,
karbohidrat, abu dan air di dalam tubuh ikan.
Laju pertumbuhan spesifik ikan yang
diberikan pakan A (0%) sebesar 1,63, pakan B
(5%) sebesar 1,71, pakan C (10%) sebesar 1,72,
pakan D (15%) sebesar 1,72, pakan E (20%)
sebesar 1,82. Setelah dianalisis ragam hasilnya
menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Pakan
dengan tepung jagung fermentasi 20% untuk ikan
mas berpengaruh lebih baik pertumbuhannya
dibandingkan dengan pakan dengan tepung jagung
fermentasi 0%, 5%, 10% dan 15%.
Rendahnya laju pertumbuhan pada ikan yang
diberi pakan A dapat disebabkan oleh kandungan
protein nabati pada pakan lebih tinggi daripada
protein hewani. Pada umumnya protein hewani
relatif lebih mudah tercerna daripada protein
nabati. Selain itu, kandungan asam amino esensial
dari protein hewani lebih lengkap dibandingkan
dengan protein nabati (Indratresna 2001).
Pakan E (tepung jagung fermentasi 20%)
memberikan
laju
pertumbuhan
tertinggi
dibandingkan dengan pakan lainnya. Hal ini
disebabkan tepung jagung hasil fermentasi cukup
optimal dan didukung dengan komposisi tepung
ikan yang memberikan komposisi asam amino
yang sesuai dengan yang dibutuhkan ikan mas.
Selanjutnya, protein yang disimpan dalam tubuh
dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
ikan yang diberi pakan lainnya. Kombinasi sumber
protein pakan dapat mengoreksi tidak sesuainya
dengan kebutuhan energi yang dibutuhkan ikan.
Alava dan Lim (1983) menyatakan bahwa
makanan yang komponennya terdiri dari dua atau
lebih sumber protein dapat memacu pertumbuhan
ikan selama penggabungan itu saling melengkapi
akan memberikan hasil yang lebih baik daripada
yang satu sumber protein.
Kandungan protein setiap perlakuan adalah
sama 29%. Fermentasi mempermudah ikan dalam
mencerna pakan yang berbahan protein nabati.
Selama fermentasi akan berlangsung proses
denaturasi protein menjadi penyederhanaan
molekul protein menjadi asam-asam amino yang
lebih mudah diserap tubuh ikan dapat memberikan
pengaruh positif pada sistem penyerapan zat
makanan
dalam
tubuh
ikan
yang
mengkonsumsinya (Liviawaty et al., 2003).
Hesseltine (1963) menyatakan bahwa Rhizopus
oligosporus dapat mengurai zat pati dan selulosa
menjadi gula sederhana yaitu glukosa, lemak
menjadi asam lemak dan gliserol, serta protein
menjadi asam
proteolitik.
amino
oleh
adanya
enzim
Protein pakan yang dikonsumsi berfungsi
sebagai penyedia asam amino yang akan
dimetabolisme oleh tubuh. NRC (1993)
menyatakan bahwa asam asam amino dari pakan
akan digunakan dalam proses
pembentukan
protein baru yang dapat digunakan untuk
memelihara jaringan atau membentuk jaringan
baru untuk pertumbuhan. Dengan demikian, pakan
yang diberikan harus mencukupi supaya
pertumbuhannya optimal.
4.3 Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan adalah perbandingan antara
bobot tubuh yang dihasilkan dengan jumlah pakan
yang diberikan selama penelitian. Semakin besar
nilai efisiensi, maka semakin baik ikan
memanfaatkan pakan yang diberikan sehingga
semakin besar bobot tubuh ikan yang dihasilkan.
Pemberian bahan tepung jagung fermentasi yang
berbeda ke dalam pakan menghasilkan nilai
efisiensi pakan yang berbeda nyata (P<0,05). Nilai
efisiensi pakan berkisar antara 37,48 – 41,97 %
(Tabel 4).
Hasil
perhitungan
analisis
ragam
memperlihatkan bahwa pemberian tepung jagung
fermentasi memberikan pengaruh yang berbeda
nyata (P<0,05%) terhadap efisiensi pakan.
Tabel 4. Efisiensi pakan ikan mas selama
penelitian
Perlakuan
A ( Tanpa tepung jagung
fermentasi)
B ( Tepung jagung
fermentasi 5 %)
C ( Tepung jagung
fermentasi 10 %)
D ( Tepung jagung
fermentasi 15%)
E ( Tepung jagung
fermentasi 20%)
Efisiensi pemberian
pakan(%)
37,48 a ± 0,70
40,26 b ± 0,61
40,11 b ± 2,11
40,27 b ± 0,18
41,97 b ± 0,99
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf superscript
sama
menunjukkan
tidak
berbeda nyata (P>0,05).
Hasil
perhitungan
analisis
ragam
memperlihatkan bahwa pemberian tepung jagung
fermentasi memberikan pengaruh yang berbeda
nyata (P<0,05%) terhadap efisiensi pakan.
Nilai efisiensi pakan dari pemberian pakan
dengan
tepung
jagung
fermentasi
20%
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol.8, No.2 Desember 2015 Hal.:48-55
53
menghasilkan nilai efisiensi, yaitu sebesar 41,97
%. Laju pertumbuhan tinggi menghasilkan nilai
efisiensi pakan yang tinggi. Hal ini disebabkan
bahan pakan tepung jagung yang difermentasi
mengubah protein menjadi asam amino dan dapat
meningkatkan daya cerna pakan sehingga
meningkatkan efisiensi pakan. Semakin besar nilai
efisiensi pemberian pakan, maka semakin baik
ikan memanfaatkan pakan yang diberikan sehingga
semakin besar bobot tubuh ikan yang dihasilkan.
Efisiensi pakan perlakuan yang terbesar yaitu
perlakuan pakan E dapat memanfaatkan pakan
ikan untuk pertumbuhan, hal ini dapat diketahui
dari nilai efisiensi pemberian pakan E lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Lampiran
14). Hal ini memperlihatkan bahwa tepung jagung
yang
difermentasi
menghasilkan
efisiensi
pemberian pakan yang lebih baik dari tepung
jagung tanpa fermentasi.
Pada perlakuan E, diperkirakan zat gizinya
sudah terombak menjadi molekul-molekul
sederhana yang mudah dicerna oleh benih ikan
mas. Hal ini sesuai dengan Bachtiar (2002) yang
menyatakan bahwa pakan yang difermentasi akan
mengalami perombakan zat gizi menjadi molekul
sederhana yang mudah dicerna ikan. Efek
fermentasi tepung jagung dapat meningkatkan
aroma pada pakan ikan sehingga dapat merangsang
konsumsi benih ikan mas karena adanya aroma
yang disukai ikan. Hal tersebut menandakan
bahwa kandungan gizi pada pakan E lebih baik
dibandingkan pakan lainnya.
4.4 Sifat Fisika dan Kimia Air
Rata-rata sifat fisika dan kimia air selama
penelitian berada pada kisaran yang layak untuk
pertumbuhan benih ikan mas (Lampiran 16).
Kisaran suhu selama penelitian berlangsung adalah
29,7 - 32,1 oC. Menurut Suseno (2000) kisaran
suhu yang ideal untuk pertumbuhan ikan mas yaitu
antara 28 – 32 oC. Kisaran pH selama penelitian
adalah 6,17 - 6,98, dan menurut Wardoyo (1991)
pH yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan ikan mas adalah 6,50 – 8,50.
Kisaran oksigen terlarut selama penelitian 6,00 7,74 mg/l. Wardoyo (1991) menyatakan bahwa
ikan dapat tumbuh dengan normal pada kandungan
oksigen terlarut antara 4 – 10 mg/l.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan tepung jagung fermentasi
berpengaruh terhadap pertambahan bobot dan
laju pertumbuhan yang lebih tinggi dari pada
54
2.
3.
pakan yang tanpa fermentasi. Penggunaan
bahan pakan tepung jagung fermentasi 20%
menghasilkan bobot dan laju pertumbuhan
ikan mas tertinggi yaitu 15,99 gram dan
1,82% .
Penggunaan bahan pakan tepung jagung
fermentasi 5%, 10%, 15%, dan 20 %
menghasilkan nilai efisiensi pakan, berturutturut sebesar 40,26%, 40,11%, 40,27%, dan
41,97 %.
Pemberian tepung jagung fermentasi pakan
buatan
sebesar
20%
menghasilkan
pertumbuhan yang baik pada ikan mas.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
penggunaan tepung jagung fermentasi dalam
pakan yang lebih besar dari 20 % untuk
meningkatkan melihat pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ikan mas.
DAFTARA PUSTAKA
Agustina, Z. 2012. Evaluasi Kecernaan Jagung
Yang Diolah Secara Kimia Dan
Fermentasi Sebagai Bahan Pakan Ikan
Nila
Oreochromis
Sp.
(Skripsi).
Departemen Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Amri, M. 1998. Peningkatan Kualitas Daun Talas
(Colocasia sp) Melalui Fermentasi
Sebagai Bahan Pakan Ikan. Jurnal
Perikanan Edisi Pertama, Universitas
Bung Hatta. 20-26 hlm.
Buckle, K. A. 1987.
Ilmu Pangan.
DGHP/IDP.Penerbit
Universitas
Indonesia Jakarta.365 hlm.
Dwidjoseputro, D. 1990. Microbiological Studies
of Indonesia Ragi.Direktorat Pembinaan
dan Pengabdian Masyarakat. Dijen
DepDik Bud.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan
Pustaka Nusantara. Bogor. 163 hlm.
Furuichi, M. 1988. Dietary requirements, p. 8-78.
In T. Watanabe (Ed.). Fish Nutrition and
Mariculture. Departement of Aquatic.
Bioscience. Tokyo University of
Fisheries, JICA, Tokyo
Gasperz.1991 Metode Perancangan Percobaan.
Armico, Bandung. 472 hlm.
Gandjar, I, 1977.Fermentasi biji Mucuna pruriens
D. C dan Pengaruhnya Terhadap
Kualitas
Protein.Disertsasi
Institut
Teknologi Bandung. Bandung.
Hickling, C. F. 1971. Fish Culture. Fabour Publ,
London. 371 hlm.
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol.8, No.2 Desember 2015 Hal.: 48-55
Hidayat, N., Pandaga M.C., Suhartini S. 2006.
Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi.
Yogyakarta.198 hlm.
Jay, J. M., 1978. Modern Food
Microbiology.Second Edition. D. Van
Nostrand Company, New York. 254
hlm.
Lingga, P. B. Sarwono, F. Rahardi, P. C. Raharja.
1990. Bertanam Ubi-ubian. Penerbit
Penebar Swadaya. Jakarta.
Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of
Fish.Van Nostrad Reinold. New York.
217 hal.
Kuswanto, K.R. dan Sumarmadji, S. 1989. Prosesproses Mikrobiologi Pangan PAU.
Pangan dan Gizi. Universitas Gajah
Mada. 547 hlm.
Mudjiman, A. 2008.Makanan Ikan. Cetakan 21.
Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 191
hlm.
Nationsl Research Council. 1993. Nutrition
Requirement of Warm Water Fish and
Shell Fish. National Academic Press.
Washington DC. 181 hal.
NRC (National Research Council). 1977. Nutrient
requirement of warm water fishes.
National Academy of Fish Science.
Washington, D.C. 78pp
Rachman, A. 1989. Pengantar Teknologi
Fermentasi. Pusar Antar Universitas.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 186 hal.
Raper, K.B., and D.I Fannel, 1977.The Genus
Aspergillus.The William and Wilking
Co., Baltimore.
Rahayu, W.P., S. Ma’oen, Suliantri dan S. Fardiaz.
1992. Teknologi Fermentasi Produk
Perikanan. PAU Pangan dan Gizi. IPB.
Bogor. 142 hal.
Rostika, R. 2010. Peningkatan Kualitas Tongkol
Jagung
melalui
Fermentasi
Trichoderma, Aspergillus, Rhizopus
oligosporus Konsorsiumnya sebagai
Sumber Karbohidrat Pakan Ikan dan
Efeknya terhadap Performa Ikan Tawes
(Puntius gonionitus). Disertasi. Fakultas
Perikanan
dan
Ilmu
Kelautan.
Universitas Padjadjaran.
Saanin, H. 1995. Taksonomi dan Kunci Taksonomi
Ikan. Bina Cipta.
Setiawati, M. Sutajaya, R. dan Suprayudi, M.
2008.
Pengaruh Pemberian Kadar
Protein dan Rasio Energi Protein Pakan
Terhadap
Kinerja
Pertumbuhan
Fingerlings Ikan Mas (Cyprinus
carprio).Jurnal Akuakultur Indonesia, 7
(2): 171-178.
Shurtleff, W., and A. Aoyogi.1979. A. Super Soy
Food from Indonesia.In Book of
Tempe.Harper and Row New York.
Steinkraus, K.H. 1983. Handbook of Indigenous
Fermented Foods.Marcel-Dekker Inc.,
New York and Bassel.352 hlm.
Suseno, D. 2000. Pengelolaan Usaha Pembenihan
Ikan Mas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutajaya, R. 2006. Pengaruh Perbedaan Kadar
Protein dan Rasio Energi Protein Pakan
Terhadap
Kinerja
Pertumbuhan
Fingerling Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Disertasi. Program Studi Teknologi dan
Manajemen
Akuakultur.
Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Steinkraus, K. H. 2002. Fermentation in World
Food
Processing
Comprehensive
Reviews in Foos Science and Food
Safety. 1:23-32.
Sutisna, D. H. dan R. Sutarmanto 1995.
Pembenihan
Ikan
Air
Tawar.
Kanisius.Yogyakarta.
Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and
Mariculture.Departement of Aquatic
Biosciences. Tokyo University of
Fisheries.JICA.
Zonneveld, N., E. A. Husman dan Bonn, J. H.
1991.Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.PT.
Gramedia. Jakarta.318 hal.
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol.8, No.2 Desember 2015 Hal.:48-55
55
Download