Perkembangan & Prospek Perekonomian Indonesia 2016 Februari 2016 Economic Research – PT Danareksa (Persero) Jl. Medan Merdeka Selatan No. 14 Jakarta 10110 Tel. (6221) 350 9777 ext: 3602 Fax: (6221) 3501709 http://www.danareksa-research.com Ri Danareksa Research Institute -0- Outline A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global • Amerika Serikat • Uni Eropa • Asia: Jepang, Tiongkok dan India B. Prospek Perekonomian Indonesia 2016 • Inflasi, suku bunga dan nilai tukar • Early economic indicators • IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi • Prospek pasar modal C. Kesimpulan Ri Danareksa Research Institute -1- Perekonomian AS: kondisi terkini & prospeknya masih baik Index percent 12 65 12 GDP Growth (YoY) Unemployment rate 9 9 Inflation Rate 55 FFR 45 PMI-Mfg 6 6 3 3 0 0 -3 -3 PMI-Serv 35 Dec-15 Jul-15 Feb-15 Sep-14 Apr-14 Nov-13 Jun-13 Jan-13 Aug-12 Mar-12 Oct-11 May-11 Dec-10 Jul-10 Feb-10 Sep-09 Apr-09 Nov-08 Jun-08 Jan-08 25 -6 -6 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 YoY% 10 Perekonomian Amerika masih dalam masa ekspansi (terus bertumbuh positif). Ekspansi ini menciptakan lapangan kerja, sehingga tingkat pengangguran pun terus menurun dari 10.0% (Okt 2009) menjadi 4.9% (Jan 2016). Perbaikan ekonomi yang signifikan dibandingkan dengan masa krisis 2008/09, mendorong the Fed mulai melakukan normalisasi kebijakan (menaikkan bunga) setelah pd thn 2014 mengakhiri QE3-nya. Perubahan kebijakan ini menyebabkan volatilitas pasar, baik nilai tukar maupun pasar modal. Namun kenaikan bunga the Fed tersebut blm tentu berlanjut, mengingat pemulihan ekonominya blm kuat, belakangan ini inflasi masih rendah dan kondisi ekonomi dunia msh relatif rapuh. 5 0 -5 Industrial Production -10 Retail Sales -15 Ri Danareksa Research Institute Sep-15 Apr-15 Nov-14 Jun-14 Jan-14 Aug-13 Mar-13 Oct-12 May-12 Dec-11 Jul-11 Feb-11 Sep-10 Apr-10 Nov-09 Jun-09 Jan-09 -20 -2- Pertumbuhan ekonomi AS saat ini berada dibawah potensialnya Pertumbuhan Ekonomi AS: Aktual vs Potensial 6.0 4.0 2.0 0.0 -2.0 Actual HP Trend -4.0 -6.0 Q1 1989 Q1 1991 Q1 1993 Q1 1995 Q1 1997 Q1 1999 Q1 2001 Q1 2003 Q1 2005 Q1 2007 Q1 2009 Q1 2011 Pertumbuhan ekonomi AS saat ini berada dibawah potensialnya, dimana trend dihitung dengan menggunakan Hondrick Presscott filter. Ri Danareksa Research Institute -3- Q1 2013 Q1 2015 Pertumbuhan LEI melambat US LEI 130 8.0 US LEI (% YoY) 125 7.0 120 6.0 115 5.0 110 105 4.0 100 3.0 95 2.0 90 1.0 85 Nov-15 Sep-15 Jul-15 May-15 Mar-15 Jan-15 Nov-14 Sep-14 Jul-14 May-14 Mar-14 Jan-14 Nov-13 Sep-13 Jul-13 May-13 Mar-13 Jan-13 Nov-12 Sep-12 Jul-12 May-12 Mar-12 Jan-12 Nov-11 Sep-11 Jul-11 May-11 Mar-11 0.0 Jan-11 80 Pertumbuhan leading econimic index Amerika Serikat makin melambat, mengindikasikan prospek pertumbuhan ekonomi yang melambat ke depan, sehingga prospek kenaikan suku bunga yang lebih agresif akan menurun. Ri Danareksa Research Institute -4- Kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi AS menurun YoY% Index 2000=100 120 30 110 20 100 10 90 0 80 -10 70 -20 60 -30 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 USD Index Export Growth Penguatan dolar Amerika menyebabkan daya saing produk Amerika menurun, sehingga kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi-nya menurun. Sementara kenaikan bunga the Fed semakin mendorong penguatan dolar Amerika terhadap mata uang dunia. Ri Danareksa Research Institute -5- Siklus Bisnis Ekonomi AS: masih dalam fase ekspansi Leading Economic Index Naik Siklus Bisnis Ekonomi AS USA: Coincident & Leading Economic Index Siklus Bisnis Perekonomian Amerika Serikat 114 111 CEI Fase resesi 120 LEI LEI 110 111 105 Resesi 104 100 3 bulan 108 118 CEI 92 97 8 bulan 90 105 79 Fase ekspansi 80 90 66 102 70 60 Fase ekspansi Fase ekspansi 50 76 53 40 Jan-80 Jan-81 Jan-82 Jan-83 Jan-84 Jan-85 Jan-86 Jan-87 Jan-88 Jan-89 Jan-90 Jan-91 Jan-92 Jan-93 Jan-94 Jan-95 Jan-96 Jan-97 Jan-98 Jan-99 Jan-00 Jan-01 Jan-02 Jan-03 Jan-04 Jan-05 Jan-06 Jan-07 Jan-08 Jan-09 Jan-10 Jan-11 Jan-12 Jan-13 Jan-14 Jan-15 Jul-15 Oct-15 Apr-15 Jan-15 Jul-14 Oct-14 Apr-14 Jan-14 Jul-13 Oct-13 Apr-13 Jan-13 Jul-12 Oct-12 Apr-12 Jan-12 Jul-11 Oct-11 Apr-11 Jan-11 Jul-10 Oct-10 Apr-10 Jan-10 Jul-09 Oct-09 Apr-09 Jan-09 Jul-08 Oct-08 Fase ekspansi Apr-08 Jan-08 Jul-07 Oct-07 Fase ekspansi Apr-07 96 Fase ekspansi 83 Jan-07 99 CEI yang menggambarkan kondisi ekonomi terkini dan LEI yang menggambarkan prospek ekonomi kedepan masih dalam tren meningkat yang mengindikasikan bahwa perekonomian AS saat ini dan prospeknya 6 – 12 bulan kedepan masih dalam masa ekspansi dalam siklus bisnisnya. Secara historis rata-rata lamanya ekspansi perekonomian AS adalah 7 – 10 tahun. Artinya ekspansi yang dimulai sejak tahun 2009 berpotensi berlanjut sampai dengan 2016 – 2019 mendatang. Data terkini menunjukkan bahwa pertumbuhan CEI dan LEI Amerika Serikat sedikit melambat, yang mengindikasikan bahwa pemulihan ekonominya juga sedikit melambat. Ri Danareksa Research Institute -6- Perekonomian Jepang: pemulihan melambat, namun prospeknya msh baik Japan: Purchasing Manager Index Japan: Composite coincident & leading economic index 120 59 LEI 56 CEI 115 53 110 50 105 47 100 Japan: New Orders for Machinery 1150 1100 48.0 Level % YoY 40.0 1050 1000 32.0 950 24.0 900 16.0 850 800 8.0 750 0.0 700 -8.0 650 -16.0 J-10 M-10 M-10 J-10 S-10 N-10 J-11 M-11 M-11 J-11 S-11 N-11 J-12 M-12 M-12 J-12 S-12 N-12 J-13 M-13 M-13 J-13 S-13 N-13 J-14 M-14 M-14 J-14 S-14 N-14 J-15 M-15 M-15 J-15 S-15 600 Ri Danareksa Research Institute -7- 95 J-10 M-10 M-10 J-10 S-10 N-10 J-11 M-11 M-11 J-11 S-11 N-11 J-12 M-12 M-12 J-12 S-12 N-12 J-13 M-13 M-13 J-13 S-13 N-13 J-14 M-14 M-14 J-14 S-14 N-14 J-15 M-15 M-15 J-15 S-15 N-15 J-16 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 Mar-15 May-15 Jul-15 Sep-15 Nov-15 Jan-16 44 Data terkini mengindikasikan bahwa perekonomian Jepang cenderung flat seperti tercermin pada CEI yang cenderung mendatar. Namun PMI yang diatas 50 mengindikasikan aktifitas perekonomian yang tumbuh positif. Konsensus memperkirakan tahun 2016 ekonomi Jepang akan tumbuh 1.1% lebih baik dari tahun 2015 sebesar 0.6%. Namun indikator makroekonomi yang menggambarkan prospek kedepan menunjukkan adanya tren menurun. Karena itu untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi kedepan, maka kebijakan moneter yang longgar (berupa suku bunga rendah bahkan minus & stimulus) masih berlanjut yang akan berdampak positif ke emerging market. Ekonomi Euro: pemulihan kembali membaik Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Inflasi 6 Euro: Leading Economic Index LEI 6 LEI 4 YoY% YoY% 4 98 2 2 95 0 0 -2 92 Pertumbuhan Ekonomi -2 -4 Tingkat Inflasi Suku Bunga -4 -6 89 -8 12 M1 M2 S-15 A-15 N-14 J-14 J-14 A-13 M-13 O-12 D-11 J-11 F-11 S-10 A-10 M-12 Pertumbuhan M1, M2 dan Kredit YoY% 15 -10 N-09 86 J-09 12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 J-09 -6 Setelah keluar dari krisis ekonomi tahun 2012, pemulihan ekonomi Eropa kembali melambat sejak Q2 2014, akibat krisis geopolitik di Ukraina dan kecenderungan deflasi di kawasan Eropa. Credit 9 6 Untuk itu bank sentral Eropa (ECB) melonggarkan kebijakan moneter (berupa bunga rendah dan QE bonds korporasi dan pemerintah). Kebijakan moneter yg longgar ini berdampak positif thdp pasar modal emerging market termasuk Indonesia. 3 0 -3 Data makroekonomi terkini (LEI, IKK, EPE, dll) mengindikasikan adanya perbaikan pemulihan ekonomi di kawasan Euro, meskipun sempat tertahan ketika terjadi gejolak politik di Yunani pada bulan Juli 2015 yang lalu. Ri Danareksa Research Institute Sep-15 Apr-15 Nov-14 Jun-14 Jan-14 Aug-13 Mar-13 Oct-12 May-12 Dec-11 Jul-11 Feb-11 Sep-10 Apr-10 Nov-09 Jun-09 Jan-09 -6 -8- Pertumbuhan ekonomi Tiongkok masih Melambat Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Infl asi 12 15 12 9 9 6 6 3 3 0 0 1234123412341234123412341234123412341234123412341234123412341234 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan Ekonomi Lending Rate -3 Tingkat Inflasi Perekonomian Tiongkok terus melambat, sesuai disain pemerintahnya menuju ke 7%. Data terkini beberapa indikator makroekonominya (CEI, LEI, PMI, IKK) menunjukkan pertumbuhan perekonomian Tiongkok cenderung masih lemah. Untuk mendorong pertumbuhan ekonominya kembali ke level yang diinginkan, otoritas moneter Tiongkok makin melonggarkan kebijakan moneter nya berupa penurunan bunga dan GWM, termasuk melemahkan Yuan untuk mendorong ekspor. Ri Danareksa Research Institute -9- Devaluasi Yuan QE yang dilakukan oleh Eropa dan Jepang menyebabkan nilai tukar kedua mata uang tersebut melemah terhadap US$. Sementara itu otortitas moneter China (PBoC) berupaya melakukan stabilisasi nilai tukar nya utk mencegah capital outflow, sehingga China Yuan cenderung menguat. Apresiasi Yuan menyebabkan penurunan daya saing produk Tiongkok di pasar global, sehingga ekspor nya menurun melampaui perkiraan (data terakhir bulan Nopember 2015 masih tumbuh negatif) yang juga berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonominya. Untuk mendorong peningkatan ekspor nya Bank Sentral China (PBoC) mendevaluasi Yuan agar produk China lebih kompetitif di pasar global. Dengan demikian ekspor diharapkan akan kembali membaik dan memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nya (ekspor China elastis terhadap nilai tukarnya). Devaluasi ini juga dimaksudkan untuk mengantisipasi masuknya Yuan sebagai salah satu mata uang official reserve IMF (mengurangi tekanan depresiasi yg ditahan semala ini). Devaluasi ini menyebabkan mata uang negara lain turut “terdepresiasi”, termasuk Rupiah. Disamping itu kebijakan ini juga akan mempengaruhi rencana the Fed kedepan untuk menaikkan suku bunga the Fed ke level yang lebih tinggi. Ri Danareksa Research Institute - 10 - Perekonomian India: ada indikasi mulai membaik Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Inflasi 15 18 15 12 12 9 9 6 6 3 0 3 12341234123412341234123412341234123412341234123412341234 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan Ekonomi Policy Rate 0 Inflation Rate Perekonomian India cenderung membaik seperti tercermin pada GDP growth, PMI manufaktur dan jasa2 yg meningkat, dll. Kedepan diperkirakan juga membaik sejalan inflasi yang menurun yang akan diikuti oleh penurunan bunga. Hal ini akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi kedepan seperti terlihat pada pertumbuhan LEI yang semakin meningkat. Ri Danareksa Research Institute - 11 - Pertumbuhan Ekonomi Global: 2016 lebih prospektif Pertumbuhan ekonomi sebagian besar mitra dagang utama Indonesia sedikit membaik pada thn 2016 mendatang akan berdampak positif terhadap ekspor kita. Ri Danareksa Research Institute - 12 - Neraca Perdagangan: ada indikasi semakin membaik YTD (Jan-Des) 20 Pertamb. & Lain 12.9% Migas 12.3% 15 billions of US$ Export Pertanian 3.7% Industri 71.0% 10 Trade Balance Total Export Import Total Import 5 7.6% 17.3% 0 75.0% -5 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Barang Konsumsi Barang Modal Bahan Baku/Penolong Sepanjang tahun 2012 – 2014, permintaan domestik yang kuat telah memicu kenaikan impor, sedangkan kondisi global yang lesu membuat ekspor Indonesia tertekan. Akibatnya, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan. Kondisi terkini neraca perdagangan cenderung surplus. Ri Danareksa Research Institute - 13 - Defisit Neraca Transaksi Berjalan Akan Membaik ITEMS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 5.14 1.69 -24.42 -29.11 -27.50 31.00 -9.79 -20.70 4.63 0.05 33.83 -9.80 -26.55 4.21 0.03 8.68 -10.56 -26.63 4.09 0.05 5.83 -12.07 -27.05 4.18 0.05 26.48 13.60 24.86 -7.29 33.77 11.11 13.20 -2.51 15.71 -0.09 2.26 -1.73 3.99 31.67 -1.33 30.34 -30.34 -16.45 30.06 11.53 3.81 -1.19 5.00 0.07 -1.80 -6.75 4.95 15.32 -3.46 11.86 -11.86 - Reserve Assets Position 96.21 110.12 In Months of Imports & Official Debt Repayment 7.56 6.74 - Current Account (% GDP) 0.67 0.19 I. Current Account A. Goods 1) B. Services C. Primary Income D. Secondary Income II. Capital Account III. Financial Account 2) - Assets - Liabilities 1. Direct Investment 2. Portfolio Investment a. Assets b. Liabilities 3. Financial Derivatives 4. Other Investment a. Assets b. Liabilities IV. Total (I + II + III) V. Net Error and Omissions VI. Overall Balance (IV + V) VII. Reserves and Related Items 3) 2014 2015 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 -17.76 -4.93 -9.59 -7.04 -5.95 -4.16 -4.30 -4.19 -5.12 6.98 -10.01 -29.69 5.22 0.03 13.28 -8.49 -28.03 5.48 0.02 3.35 -2.13 -7.23 1.09 0.00 -0.38 -2.83 -7.91 1.53 0.01 1.56 -2.49 -7.31 1.20 0.00 2.45 -2.56 -7.24 1.40 0.02 3.06 -1.85 -6.81 1.43 0.00 4.13 -2.65 -7.20 1.43 0.00 4.14 -2.15 -7.45 1.27 0.00 1.95 -1.85 -6.58 1.35 0.01 21.96 44.96 17.12 6.39 14.48 14.53 9.56 5.09 2.24 0.28 9.52 -17.97 42.83 13.72 9.21 -5.47 14.67 0.01 1.92 -5.35 7.28 0.49 -0.28 0.22 -0.22 -15.47 37.43 12.30 10.87 -1.27 12.15 -0.33 -0.87 -3.43 2.56 -7.11 -0.22 -7.32 7.32 -10.79 55.75 14.79 26.07 2.59 23.48 -0.16 4.26 -3.43 7.69 17.49 -2.24 15.25 -15.25 -20.27 37.39 9.26 16.71 -1.00 17.71 0.02 -8.87 -10.51 1.65 -0.62 -0.47 -1.10 1.10 -5.39 11.78 2.02 8.73 0.47 8.27 -0.14 -4.23 -3.21 -1.01 1.46 0.61 2.07 -2.07 -2.96 17.45 4.35 8.05 -0.99 9.04 0.05 2.04 0.38 1.67 4.91 -0.61 4.30 -4.30 -3.79 18.32 5.75 7.41 1.30 6.11 -0.02 1.39 -2.87 4.26 7.50 -1.03 6.48 -6.48 1.35 8.21 2.66 1.88 1.81 0.07 -0.04 5.06 2.28 2.77 3.62 -1.21 2.41 -2.41 -8.30 13.39 1.70 8.51 0.02 8.48 0.09 -5.21 -5.08 -0.13 0.93 0.38 1.30 -1.30 -8.52 10.77 3.47 5.59 -0.74 6.33 0.00 -6.82 -4.62 -2.19 -2.06 -0.87 -2.93 2.93 -3.79 4.06 1.78 -2.22 -0.68 -1.54 0.23 0.48 -1.96 2.44 -3.91 -0.65 -4.57 4.57 0.34 9.18 2.32 4.83 0.39 4.43 -0.30 2.68 1.15 1.53 4.42 0.68 5.09 -5.09 112.78 99.39 111.86 105.93 102.59 107.68 111.16 111.86 111.55 108.03 101.72 105.93 6.15 -2.65 5.47 -3.19 6.40 -3.09 6.40 -2.06 5.70 -2.33 6.10 -4.26 6.30 -3.01 6.40 -2.70 6.60 -1.95 6.80 -1.97 6.80 -1.94 7.40 -2.39 Current account deficit memicu kekhawatiran apakah ekspansi ekonomi Indonesia berkesinambungan? Ekspansi ekonomi global & perlambatan ekonomi dom ekspor berpotensi membaik, impor turun, neraca perdagangan akan membaik shg defisit transaksi berjalan akan makin terkendali. Ri Danareksa Research Institute - 14 - Defisit neraca transaksi berjalan semakin membaik US$ MN Rp/US$ 6,000 8,500 4,000 9,500 2,000 10,500 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 0 -2,000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 -4,000 2013 2014 2015 11,500 12,500 -6,000 13,500 -8,000 14,500 -10,000 Transaksi Berjalan IDR ep -12,000 15,500 Defisit neraca berjalan memicu sentimen negatif terhadap rupiah. Karena itu perbaikan defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan akan mendorong penguatan nilai tukar rupiah. Ri Danareksa Research Institute - 15 - Peringkat ‘investment grade’ mendorong aliran FDI Meningkat Realisasi FDI and DDI Realisasi FDI Menurut Sektor Investment grade Aktivitas investasi (domestik and asing) meningkat dengan signifikan. Foreign Direct Investment (FDI) menunjukkan trend naik , dan mencapai US$ 6.8 miliar pada triwulan IV 2014. Sepanjang 4 tw 2014, FDI didominasi oleh sektor sekunder sekitar 46%, khususnya industri. Gejala ini menunjukkan prospek meningkatnya produktivitas. Meningkatnya produktivitas akan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar lokal maupun global. Ri Danareksa Research Institute - 16 - 16 Defisit Neraca Transaksi Berjalan Tidak Selalu Buruk US$ Bn percent 15 10 6 Current Account (US$ BN) 4 Current Account (%GDP) 2 0 0 -5 -2 -10 -4 -15 -6 -20 -8 -25 -10 -30 -12 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 5 Pada periode 1981-1996, ketika ekonomi Indonesia tumbuh dengan laju yang tinggi, Indonesia selalu mengalami defisit neraca transaksi berjalan. Indonesia mengalami surplus neraca transaksi berjalan ketika ekonominya jatuh ke resei yang dalam. Jadi, defisit neraca transaksi berjalan justru memberi sinyal bahwa ekonomi Indonesia mulai memasuki fasa pertumbuhan yg lebih cepat. Banyak ekonom yang meyakini bahwa defisit neraca transaksi berjalan adalah fenomena umum yg dialami oleh negara berkembang spt Indonesia. Ri Danareksa Research Institute - 17 - 17 Prospek Perekonomian Global dan Ekonomi DN Dari diskusi di atas, meskipun lebih lambat dari perkiraan semula perekonomian global masih ekspansi dan prospeknya masih baik. Implikasinya terhadap perekonomian domestik adalah: o Perubahan kebijakan moneter the Fed, menimbulkan gejolak di pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Dalam jangka pendek IDR dan pasar modal masih berpotensi mengalami volatilitas, namun dalam jangka panjang akan lebih baik. o Peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia berpotensi mendorong kenaikan volume permintaan dan harga terhadap produk Indonesia, meskipun kenaikannya tidak tajam. o Dengan demikian ekspor masih berpotensi tumbuh (meskipun tidak tajam) sehingga kontribusi net-eskpor akan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. o Trade balance akan membaik CAD akan lebih terjaga positif utk IDR/US$. o Kebijakan moneter yang longgar (berupa bunga rendah dan QE) di beberapa negara akan berdampak pada meningkatnya inflow dari ke emerging market (termasuk Indonesia), yang akan berdampak positif terhadap pasar modal dan nilai tukar rupiah. Ri Danareksa Research Institute - 18 - Outline A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global • Amerika Serikat • Uni Eropa • Asia: Jepang, Tiongkok dan India B. Prospek Perekonomian Indonesia 2016 • Inflasi, suku bunga dan nilai tukar • Early economic indicators • IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi • Prospek pasar modal C. Kesimpulan Ri Danareksa Research Institute - 19 - Suku Bunga (BI rate) dan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Inflasi Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (berkorelasi negatif). Suku bunga yang relatif rendah akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya kenaikan suku bunga, cenderung memperlambat pertumbuhan ekonomi. Sementara itu tingkat bunga sangat tergantung pada laju inflasi di dalam negeri, karena BI menganut inflation targeting framework, dimana BI akan menaikkan bunga bila ekspektasi inflasi cenderung meningkat, dan sebaliknya. Ri Danareksa Research Institute - 20 - Perkembangan Inflasi Dalam Negeri, % Weight 2012 FOODSTUFFS 18.9 PREPARED FOOD 16.2 HOUSING 25.4 CLOTHING 7.3 MEDICAL CARE 4.7 EDUCATION 8.5 TRANSPORTATION 19.2 GENERAL 100.0 Food and Non-Food FOOD 35.0 NON-FOOD 65.0 Core Inflation Core Administered Price Volatile Food Nov-15 0.33 0.47 0.15 -0.23 0.44 0.05 0.06 0.21 M-on-M Dec-15 Jan-16 3.20 2.20 0.50 0.51 0.40 0.53 0.09 0.26 0.24 0.36 0.06 0.15 0.45 -1.11 0.96 0.51 Nov-15 4.96 7.97 4.42 4.00 5.84 4.28 3.47 4.89 Y-on-Y Dec-15 Jan-16 4.93 6.60 6.42 6.27 3.34 3.06 3.43 2.83 5.32 5.00 3.97 3.85 -1.53 1.47 3.35 4.14 Nov-15 0.07 0.08 0.03 -0.01 0.02 0.01 0.01 0.21 Share Dec-15 Jan-16 0.65 0.460 0.09 0.090 0.10 0.130 0.01 0.020 0.01 0.010 0.01 0.010 0.09 -0.210 0.96 0.510 2014 2.77 0.72 1.01 0.55 0.72 0.28 0.20 1.07 Jan-Jan 2015 0.60 0.65 0.80 0.85 0.66 0.26 -4.04 -0.24 2016 2.20 0.51 0.53 0.26 0.36 0.15 -1.11 0.51 0.40 0.09 1.97 0.33 1.44 -0.07 6.31 4.16 5.60 2.00 6.45 2.78 0.15 0.06 0.74 0.22 0.55 -0.04 1.84 0.60 0.62 -0.82 1.44 -0.07 0.16 0.20 0.35 0.23 0.86 3.53 0.29 -0.55 2.40 4.77 5.61 4.84 3.95 0.39 4.84 3.62 3.48 6.77 0.09 0.05 0.07 0.13 0.18 0.65 0.17 -0.11 0.45 0.56 1.00 2.89 0.61 -3.51 0.55 0.29 -0.55 2.40 Source : BPS Laju inflasi cenderung terjaga menyusul harga komoditas yang relatif stabil di pasar global. Dampak kenaikan harga BBM tahun 2014 hilang pada bulan Nop dan Des, sehingga inflasi tahunan turun tajam. Kenaikan inflasi bulanan saat ini (Desember dan Januari) bersifat musiman (awal musim paceklik), meskipun harga BBM turun. Ri Danareksa Research Institute - 21 - Prospek Inflasi Untuk bulan Februari 2016 tekanan inflasi bulanan diperkirakan akan semakin menurun menyusul dimulainya panen raya produksi pertanian (khususnya padi) di beberapa wilayah Indonesia. Panen raya bisanya akan mendorong penurunan harga kebutuhan pokok sehingga inflasi kelompok pengeluaran bahan makanan sangat rendah, bahkan adakalanya cenderung deflasi. Penurunan tekanan inflasi bulanan juga didukung oleh penurunan harga beberapa barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah seperti TDL, BBM, LPG dan tarif angkutan antar kota. Tekanan inflasi bulanan akan terus menurun pada bulan Maret dan April 2016 bersamaan dengan puncak panen raya, dimana produksi pertanian cukup melimpah sehingga harga2 kebutuhan pokok semakin menurun. Namun El-Nino 2015, tampaknya akan menyebabkan panen raya sedikit mundur. Meskipun inflasi bulanan terus menurun, namun inflasi tahunan bulan Februari ini akan naik signifikan karena pada bulan Februari 2015 terjadi deflasi menyusul penurunan harga BBM bersubsidi pd bln Januari. Dari sisi eksternal tekanan inflasi diperkirakan relatif terjaga, karena harga komoditas di pasar global diprediksikan akan relatif stabil sampai akhir tahun 2016. EIA memperkirakan harga minyak tahun 2016 (WTI) di sekitar US$ 40 per barel, bahkan saat ini tren-nya masih menurun. Jadi baik dari sisi domestik maupun global tampaknya kecil peluang adanya faktor yang mendorong kenaikan inflasi yang signifikan. Dengan perkembangan seperti itu, maka inflasi pada akhir tahun 2016, diperkirakan akan relatif stabil disekitar 4.5%. Ri Danareksa Research Institute - 22 - Perkiraan harga minyak mentah dunia US$ per barrel 120 100 80 60 40 Brent crude oil spot price 20 West Texas Intermediate Crude Oil Price 0 Q1 Q2 Q3 Q4 2013 Q1 Q2 Q3 Q4 2014 Q1 Q2 Q3 2015 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2016 EIA memperkirakan harga minyak mentah dunia tahun 2016 akan cenderung stabil sekitar 40 US$ per barel. Ri Danareksa Research Institute - 23 - Prospek Suku Bunga Seperti kita ketahui bersama, sejak tahun 2013 bank sentral kita menerapkan kebijakan moneter yg cenderung ketat untuk menstabilkan makroekonomi Indonesia (stability over growth), khususnya laju inflasi, defisit neraca transaksi berjalan, dan nilai tukar rupiah. Melihat perkembangan yang terjadi belakangan ini, maka peluang BI menurunkan suku bunga BI rate ke level yang lebih rendah semakin terbuka lebar krn: o Laju inflasi semakin terjaga o Defisit neraca transaksi berjalan semakin membaik, yang pada gilirannya berpotensi mendorong penguatan rupiah yang selama ini menjadi kekhawatiran Bank Indonesia. o Pemerintah menghendaki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi o Interest rate differential kita dengan negara2 tetangga masih melebar. o Kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga the Fed akan menyebabkan volatilitas rupiah sejauh ini tidak terbukti, bahkan nilai tukar rupiah cenderung menguat setelah kenaikan suku bunga the Fed. Dengan latar belakang seperti itu, maka penurunan BI rate yang lebih lanjut semakin terbuka lebar. BI diperkirakan masih akan menurunkan BI rate pada triwulan pertama tahun ini menjadi 7.00% (menyusul laju inflasi yang semakin terjaga dan rupiah yang terkendali), dan kemudian sesudah lebaran (sekitar Agustus atau September) serta masih berpeluang turun sekali lagi pada bulan Oktober atau Nopember 2016. Dengan demikian BI rate pada akhir tahun ini diperkirakan akan berada pada kisaran 6.50% - 6.75%. Ri Danareksa Research Institute - 24 - Kenaikan BI rate tidak mampu menahan pelemahan rupiah Kenaikan suku bunga BI rate tidak mampu menahan pelemahan rupiah, bahkan ada kecenderungan kenaikan suku bunga justru semakin menekan nilai tukar rupiah. Ri Danareksa Research Institute - 25 - Pertumbuhan ekonomi AS vs capital flow Pertumbuhan Ekonomi AS vs Inflow ke Indonesia, MA(4) 7000 3.00 6000 2.00 5000 1.00 4000 0.00 3000 -1.00 2000 -2.00 1000 -3.00 0 PI-Inflow FDI-Inflow USGDP Sep-14 Jun-14 Mar-14 Dec-13 Sep-13 Jun-13 Mar-13 Dec-12 Sep-12 Jun-12 Mar-12 Dec-11 Sep-11 Jun-11 Mar-11 Dec-10 Sep-10 Jun-10 Mar-10 Dec-09 Sep-09 Jun-09 Mar-09 Dec-08 Sep-08 Jun-08 Mar-08 Dec-07 Sep-07 -4.00 Jun-07 -1000 Perbaikan kinerja perekonomian AS berkorelasi positif dengan arus modal masuk ke Indonesia baik dalam bentuk portfolio maupun investasi langsung (FDI) return di emerging market tetap lebih menarik (long-run). Ri Danareksa Research Institute - 26 - Kinerja pasar modal AS sangat berpengaruh terhadap IHSG Perbaikan kinerja perekonomian AS akan berdampak positif terhadap pasar modalnya. Sementara itu perbaikan kinerja pasar modal AS akan berdampak positif terhadap pasar modal Indonesia. Ri Danareksa Research Institute - 27 - Indeks Nilai Tukar Nominal Indeks Nilai Tukar, 2010 = 100 120 110 100 90 80 70 IDR KRW MYR PHP THB Nov-15 Sep-15 Jul-15 May-15 Mar-15 Jan-15 Nov-14 Sep-14 Jul-14 May-14 Mar-14 Jan-14 Nov-13 Sep-13 Jul-13 May-13 Mar-13 Jan-13 Nov-12 Sep-12 Jul-12 May-12 Mar-12 Jan-12 Nov-11 Sep-11 Jul-11 May-11 Mar-11 Jan-11 Nov-10 Sep-10 Jul-10 May-10 Mar-10 Jan-10 60 Pada awalnya IDR bergerak seiring dengan mata uang regional. Namun sentimen negatif terhadap CAD membuat IDR bergerak melemah sendiri, termasuk pd saat AS melakukan QE3. Perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini menjadi faktor pelemahan IDR Ri Danareksa Research Institute - 28 - Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental Dengan menggunakan beberapa metode, nilai fundamental rupiah terhadap US$ adalah sekitar Rp 11300 per US$. Dengan demikian nilai spot rate rupiah yang saat ini (Desember 2015) sekitar Rp 13795 per US$ adalah undervalued sekitar -18.4%. Artinya secara fundamental nilai tukar rupiah seharusnya lebih kuat. Ri Danareksa Research Institute - 29 - …Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental 15500 12.0 14500 6.5 13500 1.0 12500 -4.5 Aktual Spot Rate Fundamental Value 11500 -10.0 Deviasi dari Fundamental Oct-15 Jul-15 Apr-15 Jan-15 Oct-14 Jul-14 Apr-14 Jan-14 Oct-13 Jul-13 Apr-13 Jan-13 Oct-12 Jul-12 Apr-12 Jan-12 Oct-11 Jul-11 Apr-11 Jan-11 Oct-10 Jul-10 Apr-10 Jan-10 Oct-09 -32.0 Jul-09 7500 Apr-09 -26.5 Jan-09 8500 Oct-08 -21.0 Jul-08 9500 Apr-08 -15.5 Jan-08 10500 Saat ini spot rate IDR undervalued sekitar 18.4%, dan dalam jangka panjang biasanya akan kembali ke fundamental value-nya. Selanjutnya perbaikan kinerja perekonomian dunia akan mendorong perbaikan neraca transaksi berjalan serta meningkatkan arus masuk investasi portfolio maupun FDI ke Indonesia. Dengan latar belakang seperti itu, maka dalam jangka menengah dan panjang IDR diprediksikan berpotensi lebih kuat dari level yang ada saat ini. Perbaikan pertumbuhan ekonomi domestik juga berpotensi mendorong penguatan nilai tukar rupiah kedepan. Ri Danareksa Research Institute - 30 - Faktor yang mempengaruhi kurs Rupiah Saat ini nilai tukar rupiah terhadap US$ berada pada level sekitar Rp 13900-an per US$, yang berarti terdepresiasi sekitar 1.1% dari penutupan akhir thn 2015. Pada level ini rupiah terlalu murah (undervalued) sekitar 18%. Sebagaimana yg telah didiskusikan sebelumnya, pelemahan rupiah disebabkan oleh: o Perubahan kebijakan moneter the Fed o Adanya sentimen negatif karena CAD o Kebijakan ‘nilai tukar lemah’ untuk mengurangi impor dan mendorong ekspor o Perlambatan pertumbuhan ekonomi Kedepan IDR berpotensi menguat, karena: o Saat ini masih undervalued o Perbaikan neraca perdagangan yang akan berdampak positif terhadap perbaikan defisit neraca transaksi berjalan. Hal ini berpotensi mengembalikan sentimen positif terhadap rupiah. o Ada indikasi pemulihan pertumbuhan ekonomi yang biasanya diikuti oleh peningkatan kinerja emiten, yang pada gilirannya mendorong masuknya investor asing. Pemulihan pertumbuhan ekonomi juga berpotensi meningkatkan peringkat Indonesia (oleh S&P). Namun perlu diwaspadai bahwa jika ada perbaikan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, maka isu kenaikan bunga yang lebih tinggi oleh the Fed akan muncul kembali yang dapat menyebabkan volatilitas nilai tukar rupiah. Hanya saja dengan kinerja pertumbuhan ekonomi di dalam negeri yang lebih baik, maka potensi pelemahan akan lebih terbatas. Ri Danareksa Research Institute - 31 - Coincident Economic Index: … ada indikasi mulai membaik Composite Coincident Index 130 7.6 Index (LHS) SM6,% (RHS) 126 5.6 121 3.6 117 1.6 113 -0.4 108 -2.4 104 95 -6.4 J-08 A-08 J-08 O-08 J-09 A-09 J-09 O-09 J-10 A-10 J-10 O-10 J-11 A-11 J-11 O-11 J-12 A-12 J-12 O-12 J-13 A-13 J-13 O-13 J-14 A-14 J-14 O-14 J-15 A-15 J-15 O-15 99 -4.4 Dalam periode Juli 2008 – Februari 2009 CEI cenderung menurun. Hal ini mengindikasikan adanya perlambatan yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun dalam periode Maret 2009 – Q2 2013, tren CEI masih meningkat, yang mengindikasikan perekonomian masih bertumbuh. CEI yang relatif flat sejak 2012, mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat. Namun bbrp bulan terakhir CEI kembali membaik. Ri Danareksa Research Institute - 32 - Leading Economic Index: …ada indikasi mulai membaik COMPOSITE LEADING INDEX 143 10.0 Index (LHS) SM6,% (RHS) 7.5 129 5.0 122 2.5 115 0.0 108 -2.5 101 -5.0 94 J-08 A-08 J-08 O-… J-09 A-09 J-09 O-… J-10 A-10 J-10 O-… J-11 A-11 J-11 O-… J-12 A-12 J-12 O-… J-13 A-13 J-13 O-… J-14 A-14 J-14 O-… J-15 A-15 J-15 O-… 136 -7.5 Resesi mini yang terjadi dlm periode Jul 2008 - Feb 2009 sdh terdeteksi oleh LEI sejak bln Nop 2007. Demikian pula fase ekspansi yg mulai terjadi sejak Mar 2009 terdeteksi oleh LEI sejak Nop 2008. Data terkini menunjukkan level LEI yang cenderung flat bahkan menurun dan dengan tren pertumbuhan menurun. Artinya, dalam beberapa bulan mendatang pertumbuhan ekonomi kita masih berpotensi lambat. Tanpa kebijakan yg countercyclical perlambatan ini berpotensi makin memburuk. Ri Danareksa Research Institute - 33 - Siklus Bisnis P3 P2 P1 T3 T2 T1 ekspansi kontraksi ekspansi Semua negara di dunia memiliki siklus bisnis, dimana ekonomi ada kalanya bertumbuh (ekspansi) dan kontraksi (resesi). Pada saat ekonomi ekspansi dan terdeteksi titik P1 berarti ekonomi akan melambat. Jika terdeteksi P2 berarti ekonomi akan melambat signifikan. Dan bila terdeteksi P3 berarti ekonomi akan memasuki resesi. Sebaliknya pada saat ekonomi resesi, maka deteksi T1 berarti ekonomi akan segera ekspansi. Deteksi T2 dan T3 berarti ekspansinya akan lebih pesat atau full capacity. Ri Danareksa Research Institute - 34 - Deteksi Titik Puncak (Peak) CEI P1 P2 P3 129 123 117 111 105 99 93 87 19961997199819992000200120022003200420052006200720082009201020112012201320142015 Titik puncak P1 terdeteksi pada bulan Juni 2008 dan kemudian P2 serta P3 masing-masing terdeteksi pd bulan Oktober dan Nopember 2008. P1 kembali terdeteksi pada Maret 2015. Tanpa kebijakan yang counter-cyclical perlambatan yang terjadi saat ini berpotensi untuk munculnya P2 dan P3. Ri Danareksa Research Institute - 35 - Deteksi Titik Lembah (Trough) CEI T1 T2 T3 129 123 117 111 105 99 93 87 1996199719981999200020012002 2003 200420052006200720082009 2010 20112012201320142015 Titik T1 terdeteksi pada bulan Maret 2009 dan titik T2 dan T3 terdeteksi pada bulan Oktober. Artinya setelah mengalami resesi mini dalam periode Juli 2008 – Maret 2009, maka perekonomian Indonesia kembali memasuki fase ekspansi. Ri Danareksa Research Institute - 36 - Siklus Bisnis Indonesia: Rata-rata Periode Ekspansi 7 tahun 144 130 LEI (LHS) CEI (RHS) 136 124 Periode Resesi 128 119 Periode ekspansi 120 113 112 108 104 102 Periode ekspansi 96 97 88 91 Periode ekspansi 80 86 Periode ekspansi Ri Danareksa Research Institute - 37 - Jul-15 Oct-14 Jan-14 Apr-13 Jul-12 Oct-11 Jan-11 Apr-10 Jul-09 Oct-08 Jan-08 Apr-07 Jul-06 Oct-05 Jan-05 Apr-04 Jul-03 Oct-02 Jan-02 Apr-01 Jul-00 Oct-99 Jan-99 Apr-98 Jul-97 Oct-96 Jan-96 Apr-95 Jul-94 Oct-93 Jan-93 Apr-92 Jul-91 Oct-90 80 Jan-90 72 IKK: Kembali rebound Indeks Kepercayaan Konsumen 110 100 91.6 Penurunan harga BBM 90 Kenaikan BBM V Kenaikan BBM I 80 70 73.3 Harga bahan pokok naik Inflasi meningkat Kenaikan BBM IV Kenaikan BBM II 65.3 J-04 A-04 J-04 O-04 J-05 A-05 J-05 O-05 J-06 A-06 J-06 O-06 J-07 A-07 J-07 O-07 J-08 A-08 J-08 O-08 J-09 A-09 J-09 O-09 J-10 A-10 J-10 O-10 J-11 A-11 J-11 O-11 J-12 A-12 J-12 O-12 J-13 A-13 J-13 O-13 J-14 A-14 J-14 O-14 J-15 A-15 J-15 O-15 60 Kenaikan BBM III IKK memberikan indikasi tentang tingkat keyakinan konsumen thdp kondisi perekonomian secara keseluruhan. Ri Danareksa Research Institute - 38 - Persepsi masyarakat terhadap pemerintah mulai membaik Indeks Kepercayaan Konsumen Kepada Pemerintah, 2003=100 150 Mega-Hamzah SBY-JK SBY-BOED JW - JK 130 Penurunan harga BBM 112.1 110 102.0 Kenaikan BBM I 90 Harga bahan pokok naik 92.9 Kenaikan BBM II Inflasi meningkat Kenaikan BBM III N-02 F-03 M-03 A-03 N-03 F-04 M-04 A-04 N-04 F-05 M-05 A-05 N-05 F-06 M-06 A-06 N-06 F-07 M-07 A-07 N-07 F-08 M-08 A-08 N-08 F-09 M-09 A-09 N-09 F-10 M-10 A-10 N-10 F-11 M-11 A-11 N-11 F-12 M-12 A-12 N-12 F-13 M-13 A-13 N-13 F-14 M-14 A-14 N-14 F-15 M-15 A-15 N-15 70 Kenaikan BBM IV Persepsi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah menjalankan tugas2nya mulai membaik Ri Danareksa Research Institute - 39 - Optimisme pebisnis mulai rebound Business Sentiment Index 180.0 165.0 150.0 135.0 120.0 105.0 BSI Present Situation Expectations Optimisme pebisnis mulai membaik, mengindikasikan aktifitas ekonomi yang mulai membaik. Ri Danareksa Research Institute - 40 - Oct-15 Jul-15 Apr-15 Jan-15 Oct-14 Jul-14 Apr-14 Jan-14 Oct-13 Jul-13 Apr-13 Jan-13 Oct-12 Jul-12 Apr-12 Jan-12 Oct-11 Jul-11 Apr-11 Jan-11 Oct-10 Jul-10 Apr-10 Jan-10 Oct-09 Jul-09 Apr-09 Jan-09 Oct-08 Jul-08 Apr-08 Jan-08 90.0 BPI: Sistem Perbankan Masih Baik Banking Pressure Index - Indonesia 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.5 97 98 99 00 01 02 Component REER index - deviation from LT trend Stock prices growth (Inverted) Money multiplier growth LEI growth (Inverted) Export growth (Inverted) Interbank call money 1 day rate Banking Pressure Index Ri Danareksa Research Institute 03 04 Oct-15 77.6 20.3 4.2 0.6 17.5 5.9 -0.03 05 06 07 Nov-15 77.1 19.1 2.9 1.6 28.1 5.9 0.07 - 41 - 08 09 10 11 12 13 14 15 Sistem perbankan masih relatif baik, namun tekanan di perbankan cenderung meningkat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi mulai meningkatkan NPL, meskipun masih dalam batas yang dapat diterima. Ringkasan APBN (dalam triliun rupiah) URA I A N A. Pendapatan Negara I. Pendapatan Dalam Negeri 1. Penerimaan Perpajakan 2013 2014 2015 2016 LKPP LKPP APBNP RAPBN 2015 REALISASI sd SEP 2015 % Thdp APBNP 2016 vs 2015, % 1,438.9 1,432.1 1,077.3 1,550.5 1,545.5 1,146.9 1,761.6 1,758.3 1,489.3 1,848.1 1,846.1 1,565.8 989.8 989.3 800.9 56.2 56.3 53.8 4.9 5.0 5.1 a . Penda pa ta n Pa ja k Da l a m Negeri 1,029.9 1,103.2 1,440.0 1,524.0 775.3 53.8 5.8 b. Penda pa ta n Pa ja k Perda ga nga n Int'l 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak II. Penerimaan Hibah B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 1. Transfer Ke Daerah 2. Dana Desa III. Suspen C. Keseimbangan Primer D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) E. Pembiayaan 47.5 354.8 6.8 1,650.6 1,137.2 513.3 513.3 43.6 398.6 5.0 1,777.2 1,203.6 573.7 573.7 39.7 357.8 0.4 1,248.9 737.7 511.2 494.6 16.6 0.0 -136.4 -259.2 263.9 -15.2 4.2 -38.7 6.9 1.5 17.7 14.2 126.2 -0.1 -93.3 -226.7 248.9 41.8 280.3 2.0 2,121.3 1,339.1 782.2 735.2 47.0 0.0 -89.8 -273.2 273.2 80.6 133.0 12.1 62.9 55.9 76.9 76.8 79.9 0.1 -98.6 -211.7 237.4 49.3 269.1 3.3 1,984.1 1,319.5 664.6 643.8 20.8 0.0 -66.8 -222.5 222.5 204.3 116.5 118.6 -227.6 -42.6 43.4 243.2 261.2 242.5 272.0 263.8 108.8 40.0 -5.8 -12.4 -20.0 1.2 0.1 -0.5 -41.7 25.7 22.2 0.0 0.0 0.0 I. Pembi a ya a n Da l a m Negeri II. Pembi a ya a n Lua r negeri (neto) Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan Sumber: Departemen Keuangan Tahun 2015 berpotensi defisit cukup besar, dan APBN 2016 tidak ekspansif (termasuk asumsi) Ri Danareksa Research Institute - 42 - Proyeksi indikator makroekonomi utama 2016 Pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan akan sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tahun 2014. Perlambatan ini disebabkan kebijakan moneter yang ketat berupa suku bunga yang relatif tinggi dan likuiditas yang ketat ditambah dengan keterlambatan pembelanjaan APBN (karena ada beberapa hambatan). Disamping itu menurunnya harga komoditas menyebabkan sumbangan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi kecil. Untuk tahun 2016, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan rebound menjadi sekitar 5.4%. Perbaikan ini ditopang oleh inflasi yang semakin terjaga sehingga suku bunga diperkirakan akan menurun, yang pada gilirannya akan mendorong kenaikan konsumsi dan investasi. Belanja APBN pun diperkirakan akan lebih optimal mengingat hambatan2 yang terjadi tahun 2015 sudah dapat diatasi. Sementara itu ekspor juga diperkirakan akan memberikan kontribusi yang lebih berarti seiring dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi dunia. Laju inflasi sepanjang tahun 2015 masih relatif tinggi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi tahun 2014 yang lalu serta kenaikan harga beberapa barang dan jasa yang harganya diatur pemerintah. Namun pada akhir tahun 2015 inflasi turun ke 3.4% dan bertahan stabil disekitar level tersebut hingga tahun 2016 mendatang. Perkiraan ini didasarkan pada proyeksi harga komoditas yang belum akan mengalami kenaikan yang tajam tahun 2016, sehingga dampaknya terhadap kenaikan harga di dalam negeri relatif kecil. Ri Danareksa Research Institute - 43 - Proyeksi indikator makroekonomi utama 2016 Dengan prospek inflasi yang semakin menurun ditambah dengan kecenderungan defisit neraca transaksi berjalan yang semakin terjaga serta perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa triwulan terakhir ini, maka suku bunga BI rate berpotensi turun menjadi 7.25% pada Q1 2016 ini. Stabilitas indikator makroekonomi diperkirakan akan semakin baik tahun 2016, dengan inflasi yang tetap rendah serta CAD yang semakin menurun. Dengan prospek seperti itu, maka suku bunga BI rate berpotensi turun lebih jauh menjadi sekitar 6.75% pada akhir tahun 2016 mendatang. Secara fundamental saat ini nilai tukar rupiah undervalued, sehingga dengan perbaikan faktor2 yang membuat rupiah melemah (perubahan kebijakan moneter the Fed yang sudah dilakukan, CAD dan inflasi yang makin terjaga serta peningkatan pertumbuhan ekonomi) diharapkan ada potensi penguatan rupiah kedepan, khususnya pada akhir tahun 2016. Potensi perbaikan rating juga dapat mendorong penguatan rupiah tahun depan. Ri Danareksa Research Institute - 44 - Proyeksi indikator makroekonomi utama, 2016 Basic Economic Indicators Indikator 2013 2014 2015 2016F 1. Pertumbuhan PDB, % 5.56 5.02 4.79 5.40 2. Laju Inflasi, %YoY 7.72 8.36 3.35 4.50 3. BI rate, %pa 7.50 7.75 7.50 6.75 10,563 11,885 13,458 13,401 4. IDR/US$, rata2 setahun Laju inflasi diperkirakan akan semakin menurun dan defisit neraca transaksi berjalan akan semakin terjaga, sehingga potensi penurunan suku bunga BI rate atau relaksasi makroprudential semakin besar (misal penurunan GWM, LFR, cap suku bunga, dll). Hal ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan konsumsi dan investasi, shg pertumbuhan ekonomi jg akan semakin membaik. Kinerja ekonomi yang semakin baik akan berdampak positif terhadap penguatan nilai tukar rupiah. Ri Danareksa Research Institute - 45 - Kenaikan IHSG selama ini didukung oleh fundamental ekonomi yang baik Periode Resesi 126 5950 122 5250 118 114 Coincident Economic Index (sumbu kiri) 4550 IHSG (sumbu kanan) 3850 110 3150 ` 106 2450 102 1750 98 May-15 Sep-14 Jan-14 May-13 Sep-12 Jan-12 May-11 Sep-10 Jan-10 May-09 Sep-08 Jan-08 May-07 Sep-06 Jan-06 May-05 Sep-04 Jan-04 May-03 Sep-02 Jan-02 350 May-01 90 Sep-00 1050 Jan-00 94 Sepanjang perekonomian msh ekspansi, mk berinvestasi dipasar modal tetap menjanjikan. Utk tahun 2016, perbaikan indikator makroekonomi seperti inflasi yang semakin menurun dan defisit neraca transaksi berjalan yang makin terjaga yang mungkin akan diikuti penurunan suku bunga dapat berdampak positif terhadap IHSG hingga akhir tahun. Ri Danareksa Research Institute - 46 - Kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga the Fed berlebihan Tahun Suku bunga Fed 1997 5.50 1998 4.75 1999 5.50 2000 6.50 2001 1.75 2002 1.25 2003 1.00 2004 2.25 2005 4.25 2006 5.25 2007 4.25 2008 0.25 2009 0.25 2010 0.25 2011 0.25 2012 0.25 2013 0.25 2014 0.25 Net Foreign Buy 0.4 5.1 12.1 0.8 4.5 7.9 9.9 18.8 -15.4 17.3 32.6 18.7 13.3 21.0 24.3 15.9 -20.6 42.6 Ri Danareksa Research Institute Pertumbuhan JCI -44.3 -0.9 70.1 -38.5 -5.8 8.4 62.8 44.6 16.2 55.3 52.1 -50.6 87.0 46.1 3.2 12.9 -1.0 22.3 - 47 - Secara historis kenaikan suku bunga the Fed tidak membuat return JCI negatif. Sebaliknya penurunan suku bunga the Fed hampir selalu disertai koreksi JCI Sebab penurunan suku bunga the Fed, biasanya dilakukan ketika ekonomi AS krisis, dan dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi AS agar keluar dari resesi. Jadi kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga the Fed ke level yang lebih tinggi cenderung berlebihan. Outline A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global • Amerika Serikat • Uni Eropa • Asia: Jepang, Tiongkok dan India B. Prospek Perekonomian Indonesia 2016 • Inflasi, suku bunga dan nilai tukar • Early economic indicators • IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi • Prospek pasar modal C. Kesimpulan Ri Danareksa Research Institute - 48 - Kesimpulan Perekonomian global masih dalam masa ekspansi, dan diperkirakan masih akan terus berlanjut sampai dengan tahun 2016 mendatang. Hal ini akan berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Untuk tahun 2015 pertumbuhan ekonomi kita diperkirakan 4.8% atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014 (5.0%). Untuk tahun 2016 pertumbuhan ekonomi kita akan lebih baik (5.4%) yang terutama ditopang oleh konsumsi dan investasi serta kontribusi ekspor yang lebih berarti. Laju inflasi sepanjang tahun 2016 diperkirakan akan relatif stabil disekitar 4.5%. Dengan inflasi dan CAD yang semakin terjaga serta pertumbuhan ekonomi yang masih lambat, terbuka peluang penurunan suku bunga BI rate menjadi 7.25% pada Q1 tahun 2016 dan 6.75% pada akhir tahun 2016. Dalam jangka pendek rupiah masih tertekan dengan rata-rata Rp 13458 sepanjang tahun 2015. Namun dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dan indikator makroekonomi lainnya yang lebih terjaga, maka tahun 2016 nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguat menjadi rata-rata sekitar 13401 per dolar Amerika. Resiko: Penurunan harga minyak dunia menyebabkan tekanan terhadap harga komoditas ekspor utama, sehingga dapat berdampak negatif terhadap neraca transaksi berjalan dan APBN, yang pada gilirannya dapat memunculkan sentimen negatif terhadap terhadap IDR & pasar modal. Tekanan tsb dpt meningkat jika pemulihan ekonomi dunia lebih lambat dari yang diprediksikan. Ri Danareksa Research Institute - 49 -