PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil nanas di Asia Tenggara. Produksi nanas Indonesia pada tahun 2002 tercatat mencapai 300.000 ton yang menempati posisi tertinggi ketiga setelah Thailand dan Filipina (CABI 2005). Beberapa tahun terakhir, industri nanas di Indonesia dihadapkan pada suatu permasalahan penting yaitu munculnya penyakit layu pada tanaman nanas yang belum pernah dilaporankan sebelumnya. Berdasarkan laporan petani nanas, penyakit layu nanas muncul di beberapa daerah sentra produksi nanas di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Utara. Tanaman nanas yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala berupa warna daun tanaman yang terserang menjadi berwarna kuning sampai kemerahan, daun menggulung ke bawah, pada ujung daun nekrotik, dan tanaman menjadi layu. Pada keadaan yang sudah parah, tanaman nanas menjadi kerdil dan dapat roboh akibat terhambatnya perkembangan perakaran tanaman. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kegagalan dalam menghasilkan buah, atau mampu menghasilkan buah tetapi berukuran lebih kecil dari yang sehat. Penyakit layu nanas merupakan salah satu penyakit penting pada industri nanas di dunia. Gejala penyakit layu pada tanaman nanas di Indonesia mirip dengan gejala penyakit layu tanaman nanas yang telah banyak dilaporkan di negara-negara produsen nanas. Tanaman yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala mati pucuk daun yang parah, penggulungan tepi daun ke bawah, warna daun yang memerah, dan pelayuan daun yang dapat mengarah pada robohnya seluruh tanaman. Hawaii, sebagai salah satu daerah penghasil nanas terbesar di dunia, telah banyak mempublikasikan laporan mengenai penyakit layu pada tanaman nanas, yang dikenal dengan nama mealybug wilt of pineapple disease (MWP) yang disebabkan oleh pineapple mealybug wilt-associated virus (PMWaV) (Sether & Hu 2002). Sebelumnya, penyakit layu juga telah menjadi faktor pembatas penting terhadap produksi nanas di Hawaii pada awal tahun 1900an akibat penyakit ini (Carter 1933). 14 Di Malaysia, penyakit layu nanas menyebabkan tanaman yang terinfeksi menghasilkan buah yang tidak sesuai kriteria pasar dan buah menjadi tidak cocok untuk dikalengkan. Selain itu, kejadian penyakit layu nanas pada varietas Masmerah di Malaysia mencapai antara 0,4% sampai 7,6% (Lim 1985). Di Hawaii, Sether dan Hu (2002) melaporkan kehilangan hasil nanas sebesar 35% pada tanaman nanas yang menunjukkan gejala layu nanas yang diketahui terinfeksi PMWaV-2. Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap penyakit ini melaporkan bahwa penyakit layu nanas merupakan suatu penyakit yang melibatkan adanya partikel virus, serangga vektor, dan keadaan lingkungan yang mendukung munculnya gejala pada tanaman. Partikel virus Pineapple mealybug wiltassociated virus-1 (PMWaV-1) dan PMWaV-2 dilaporkan berhasil diekstrak dari tanaman nanas yang menunjukkan maupun yang tidak menunjukan gejala penyakit layu nanas (Sether et al. 2001). Dua spesies kutu putih yaitu Dysmicoccus brevipes (pink mealybug) (Hemiptera: Pseudococcidae), dan D. neobrevipes (grey mealybug) (Hemiptera: Pseudococcidae), dilaporkan berperan sebagai vektor PMWaV-1 dan PMWaV-2 di lapang (Sether et al. 1998 ). Penyakit layu pada tanaman nanas di Indonesia merupakan penyakit baru yang belum pernah dilaporkan dan dikarakterisasi mengenai dugaan keberadaan partikel virus penyebab penyakit ini di Indonesia. Deteksi dan identifikasi virus penyebab penyakit layu nanas merupakan hal penting bagi penentuan strategi pengendalian penyakit layu nanas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang dapat mengungkapkan identitas virus yang berasosiasi dengan penyakit layu yang banyak ditemukan pada tanaman nanas di Indonesia dengan metode deteksi secara serologi dan identifikasi virus melalui pendekatan biologi molekuler. 15 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi dan mengidentifikasi partikel virus yang berasosiasi dengan penyakit layu pada tanaman nanas cv. Smooth Cayenne di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Indonesia. Hipotesis PMWaV-1 dan PMWaV-2 berasosiasi dengan gejala penyakit layu pada tanaman nanas cv. Smooth Cayenne di Indonesia. Isolat PMWaV Indonesia memiliki ciri-ciri biomolekuler dan runutan nukleotida yang berkerabat dekat dengan PMWaV asal Hawaii. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai keberadaan PMWaV di Indonesia yang dapat digunakan sebagai dasar keilmuan bagi Badan Karantina Indonesia untuk menyusun ulang daftar Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Karantina, sehingga aturan mengenai lalu lintas bahan tanaman dengan negara lain atau antar daerah di Indonesia dapat disusun lebih tepat lagi.