85 Ichthyos, Vol. 7, No. 2, Jull2008: 85-88 STATUS KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PANTAI TELUK AMBON BAGIAN DALAM (TAD) (The Community Status of Sea Grass In Coastal Water of Inner Ambon Bay(IAB) S.F. T u h u m u r y T e r i m a 1 2 J a n u a r i 2008/Disetujui 24 Mei 2008 ABSTRACT Research on the community status of sea grass in the coastal water of Inner Ambon Bay was aimed to establish some ecology aspects in order to know the community status of sea grass. The result showed that the number of sea grass species in inner Ambon bay is six species, such as Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halodule pirifolia, Halophilia ovata, Rovalis, and Thalassia hemprichi, whereas the highest number of species was found in Poka and Halong coastal waters, and the lower number of species was found in Galala coastal waters. Halodtile pinifolia is one of species that represented with highest density (4743,83 tegs.lm2), whereas the species that have higher percentage cover is Enhalus acoroides (75%). Base on the percentage cover approaches in corelated to Kepmen LH No. 20012004, the community status of sea grass in coastal waters of IAB in recently was in damage condition. Key Words: Sea grass, percentage cover, density,Inner Ambon Bay PENDAHULUAN Padang lamun merupakan suatu ekosistem bahari yang sangat menunjang produktivitas perairan. Lamun sendiri merupakan tumbuhan yang sudah sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungan laut, sehingga mampu melaksanakan penyerbukan dengan perantaraan air (hydrophilous). Sama dengan ekosistem mangrove, lamun juga memiliki peranan ekologis, selain sebagai produktivitas primer, morfologi daunnya dapat sebagai substrat bagi biota lain, maupun untuk meredam pukulan ombak, gelombang ke arah pantai. Selain itu lamun juga sebagai makanan langsung bagi berbagai jenis biota laut seperti ikan duyung (Dugong dugong), ikan samandar (Siganus spp.), maupun penyu hijau (Chelonia mydas). Dengan demikian kehadiran komunitas ini adalah sangat penting demi kelangsungan hidup organisma laut. Kehadiran komunitas lamun di suatu perairan turut menyumbangkan nilai produktivitas perairan tersebut. Padang lamun yang dijumpai di alam sering berasosiasi dengan fauna dan flora akuatik lainnya, seperti alga, meiofauna, moluska, ekinodemata, krustasea serta berbagai jenis ikan. Asosiasi inilah yang membentuk suatu ekosistem yang kompleks di padang lamun (Dahuri, 2003). Dengan demikian kehilangan komunitas lamuu di suatu perairan, tentunya akan mempengaruhi rantai makanan yang sebelumnya ada di komunitas ini. Jumlah jenis lamun yang dijumpai di perairan Asia Tenggara adalah sekitar 20 jenis, dimana hanya 12 jenis lamun yang dijumpai di perairan Indonesia yaitu Cymodocea sermlata, C.rotundata, Enhalus acoroides, Halodule uninewis, Hpirfolia, Halophilia minor, H.ovalis, Rdecipiens, Hspinulosa, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium dun Thalassodendron ciliaturn. Ke 12jenis menyebar di perairan Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTT dan Irian Jaya. Selanjutnya Den Hartog (1970) mendapatkan bahwa ada 13 jenis lamun di perairan Indonesia, dengan tambahan jenis yaitu Halophilia beccari, dan tujuh jenisnya ada di perairan Maluku. Kajian-kajian dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ekosistem lamun memerlukan data dan infomasi yang memadai melalui kegiatan - kegiatan penelitian. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, Status Komunitas Lamun ... (S.F. Tuhumury) maka penelitian tentang status komunitas lamun yang ada di perairan pesisir Teluk Ambon Dalam, dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji beberapa aspek penting status komunitas lamun, meliputi (1) komposisi jenis dan sebaran spasial spesies lamun, serta faktor-faktor yang menentukan, (2) kerapatan dan persen penutupan, dan (3) kondisi ekosistem lamun di dalam komunitasnya. Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah, lembaga pendidikan dan peneliti, 'Stakeholder" lainnya dalam mengelola ekosistem lamun di perairan Teluk Amhon Dalam. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel lamun dilakukan dengan menggunakan metode Transek dengan petak contoh, yaitu transek ditarik tegak lums garis pantai. Jenis lamun yang dijumpai diambil contohnya untuk dianalisis dan catat karakteristik habitatnya. Data kerapatan dan biomas jenis-jenis lamun diperoleh dengan meggunakan metode kwadrat ukuran 1 x 1 m pada setiap transek antara satu petak dengan petak selanjutnya bejarak 5 - 25 m. Di setiap kuadrat semua jenis lamun di identifikasi jenisnya. Analisis Data Untuk mengestimasi tingkat kerusakan padang lamun diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah (Tabel I). Sedangkan untuk penentuan status padang lamun didasarkan pada metode transek dan petak contoh (transect plot). Adapun perbitungan persen penutupan jenis lamun tertentu pada masing-masing petak dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut: C = X (Mi xfi)i)lC f ..................... (I) Dimana: C = prosenlase penulupan jenis lamun i, Mi =prosenlase ritik tengah dari kelas kehadiranjenis lamun i, f = banyak& sub petak dimana kelas kehadiranjenis lamun i sama Tabel 1. Kriteria Baku Kerusakan Padang.Lamun Tingkat Kerusakan Tinggi Sedane Luas Area Kerusakan (%) 2 50 30 - 49.9 Untuk menglihat dampak akihat pencemaran dengan pendekatan ekologis maka dilakukan beberapa analisis yaitu terhadap nilai kerapatan. Adapun analisis-analisisnya merujuk pada persamaan sebagai berikut: Kerapatan adalah jumlah individu per satuan luas (BRKP, 2004) Dimana: X rata-rajajumlah biota per satuan luas biota dulam satnan contoh ke-i N = jumlah luas satuan contoh ke-i = = jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Tegakan dun Kerapatan Spesies Lamun di Perairan TAD Komunitas lamun di perairan pantai Teluk Ambon Dalam (TAD) memiliki penyebaran yang tidak merata, mulai dari perairan pantai Desa Rumah Tiga sampai Desa Galala. Ada 6 (enam) spesies lamun yang ditemukan pada perairan pantai tersebut yaitu: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halodule pinfolia, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis. H Ovata dan Enhalus Merupakan spesies yang acoroides. penyeharannya merata pada setiep perairan pantai TAD. Dikatakan penyebarannya merata karena di temukan pada setiap lokasi sampling di TAD. Jika dilihat dari jumlah spesies yang ditemukan per lokasi sampling, terlihat perairan pantai Desa Poka dan desa Halong memiliki jumlah spesies lamun tertinggi yaitu masingmasing sebanyak 5 ( h a ) spesies (Tabel 2). Spesies lamun yang hadir dengan jumlah kerapatan tertinggi adalah Halophila ovata yaitu sebesar 4743,83 ind/m2 yang dijumapai pada perairan pantai desa Poka dan Halong (Gambar 2). Walaupun spesies ini memiliki nilai kerapatan tertinggi di perairan pantai TAD, namun jenis Enhalus acoroides merupakan jenis yang memberi sumbangan nilai kerapatan yang berkisar antara 425.33-905.17 tegg/m2 di semua lokasi (Gambar 2). Demikian juga dengan jenis Thalassia hemprichii yang juga memberi sumbangan nilai kerapatan berkisar antara 7.56800.17 teg/m2 di 4 (empat) lokasi pengamatan. Lamun yang bertahan dan hidup di sepanjang perairan pantai Desa Hunuth sampai ke Desa Passo, Lateri, Latta dan Halong tercatat memiliki kerapatan kecil dengan jenis yang hampir seragam, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata dan Halophila ovalis. Jenis lamun Thalassia hemprichii biasanya mendominasi perairan. Sedangkan di Perairan pantai Desa Galala, 87 Ichthyos, Vol. 7, No. 2, Juli 2008: 85-88 Enhalus acoroides berada dalam dominan dengan kerapatan tinggi. jumlah Kernpatan jenis Lamun di Peraim TAD 2597.71 disekitamya, membuat perairan ini menjadi tidak sehat hagi permmbuhan lamun. Kehadiran hanya 1 (satu) spesies lamun yaitu Enhalus acoroides, setelah sebelumnya dengan kondisi yang sama kita masih menemukan 3(tiga) spesies di tempat yang sama. Hal ini menjelaskan bahwa tingkat kerusakan di habitat perairan ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Persen Penutupan Jenis Lamun di Perairan TAD Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa jenis E.acoroides mempakan jenis yang memiliki persen penutupan tertinggi sekitar 75% (Gambar P.Poka P.Waihe~ P.Laleri P.Halong P . M a -\ Slasion 3). Gambar 2. Nilai Kerapatan Spesies Lamun di Perairan TAD Hasil penelitian sebelumnya mendapat bahwa secara keseluruhan jumlah jenis lamun di TAD adalah lima jenis yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halodule pinfolia, Cymodocea rotundata dun Halophila ovalis (Setyono,l993). Penelitian ini sendiri menemukan bahwa ada 6 (enam) jenis lamun yang tersebar di perairan Poka (5sp.), Waehem (2sp.), Lateri (2sp.), Halong (5sp.) dan Galala (Isp.). Jenis yang menyebar di semua lokasi adalah Enhalus acoroides dengan jumlah tegakan tiap lokasi hervariasi dari sedikit hingga Hal ini kemnngkinan berhubungan dengan kondisi fisik tumbuhan yang relatif besar sehingga lebih tahan terhadap pembahanpembahan fisik perairan yang terjadi. Ditinjau dari peranan ekologis ekosistem lamun untuk usaha perikanan, maka jenis E.acoroides yang berdaun lebar serta panjang memainkan peran yang sangat penting bagi beberapa sumberdaya laut ekonomis penting seperti, udang, kepiting dan ikan yaitu sebagai nursery ground, feeding ground dan spawning ground. Sementara itu Setyono (1993) Themprichii, menjelaskan bahwa jenis Hpinfolia dun Hovalis mempakan makanan bagi beberapa jenis biota laut, seperti moluska (Sfrombus gigas), kepiting (Uca sp.), bulu babi (Diadema antilarum), ikan (Siganus sp., Scarus sp., dan Acanthurus sp.), Tabel 2. Jumlah Tegakan dan Jumlah Jenis Lamun pada Perairan TAD Poka 113852 Waihem Lateri Halon Galala 18184 19204 banyak (Tabel 2). Jumlah tegakan tertinggi ditemukan di Poka yaitu jenis Halodule pinfolia (1 13852). H a d penelitian ini mendapatkan bahwa khusus untuk perairan Galala dengan kondisi perairan yang sejak dulu sampai sekarang ini digunakan sebagai tempat aktivitas transportasi perahu tradisional, disamping itu perairan yang penuh sampah serta terdapat buangan minyak kura-kura (Chelonia midas) dan lumba-lumba (Dugong dugong). Dengan demikian apabila tingkat kemsakan tidak terdeteksi secara awal maka akan sangat sulit untuk memulihkannya lagi. Apalagi substrat sebagai habitat tempat hidup sampai terkontaminasi berbagai bahan buangan yang sudah sulit untuk dieliminir. Status Komunitas L8:?ri11... (S.F. Tuhumury) Pendugaan Angka Kerusakan Komunitas Lamun di TAD Penelitian ini mencoba memberi gambaran sementara keadaan komunitas lamun di perairan Teluk Ambon. Dengan menggunakan pendekatan persen penutupan seperti yang tertuang dalam Kepmen LH No.200 Tabun 2004, maka status ekosistem lamun dapat dikategorikan berdasarkan Tabel 4. I 1 Penen Penulupan Iamun di Perairan TAD ekosistem lamun dalam teluk, bagi keberlanjutan sumberdaya biota laut yang hidupnyatergantungpada ekosistem lamun. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa spesies lamun yang ditemukan pada perairan pantai Teluk Ambon Dalam adalah sebanyak 6 spesies lamun, dimana Halodule pinfolia hadir dengan jurnlah tegakan tertinggi sedangkan Halophila ovalis hadir dengan jumlah kerapatan tertinggi. Persen penutupan tertinggi dijumpai pada spesies Enhalus acoroides. Hasil analisis tentang status komunitas lamun yang ada di peraimn Teluk Ambon Dalam, disimpulkan bahwa keberadaan spesies lamun yang di perairan ini sudab berada dalam kondisi kurang kaya atau kurang sehat sampai miskin. DAFTAR PUSTAKA Gambar 3. Persen penutupan Jenis lamun di Perairan TAD Berdasarkan rujukan Tabel 3, maka secara rinci dapat dilihat status padang lamun di perairan TAD sebagai tercatat dalam Tabel 4, dimana semua lokasi berada dalam kondisi rusak. Tabel 3. Status Padang Lamun yang ada di Perairan TAD. Baik Rusak Kondisi Kaya I Sehat Kurang Kayat Sehat Miskin Penutupan (%) 2 60 30-59.9 5 29.9 Tabel 4. Status Komunitas Lamun di Perairan TAD Stasion Poka Waeheru Lateri Halong Galala Penutupan (%) Kurane sehat ~iikin Miskin Kurang sehat Miskin Kondisi Lamun 36.27 14.67 16.75 46.03 12.5 Status ~usak Rusak Rusak Rusak Rusak Kenyataan ini membuktikan bahwa kemungkinan telah terjadinya sedimentasi ataupun berbagai aktivitas di sekitar perairan ini yang secara langsung berdampak ke ekosistem lamun. Gambaran kondisi kurang kaya atau kurang sehat sampai miskin mestinya sudah memberi "warning" tentang apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan keberadaan Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) DKP.,2004. Ekologi dan Potensi Sumherdaya Perikanan Lambata, Nusa Tenggara Timur. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Lautjpser Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.hal38. Den Hartog,C., 1970. The Sea Grasses of the World. North Holland Publishing Company. Amsterdam,275p Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI. No.200 Tahun 2004. Kriteria Baku Kemsakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. Jakarta. Setyono,D.E.D., 1993. Distribusi dan Dominasi Lamun (Sea grass) di Teluk Ambon. Perairan Maluku dan Sekitarnya. Jakarta: Balai Litbang Sumberdaya Laut. Puslitbang Oseanologi-LIPI.