perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Belajar a. Pengertian Belajar Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari–hari hampir tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami ataupun tidak, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari–hari merupakan aktivitas belajar. Dengan demikian dapat dikatakan, tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar juga tidak pernah berhenti. (Aunurrahman, 2009: 33) Heri Rahyubi (2012: 3) menyatakan bahwa: “Belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan., Belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu”. Belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh kompetensi, ketrampilan, dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik. Sedangkan kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem dan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sumadi Suryabrata, (2004: 233–234) mengutip beberapa definisi belajar oleh beberapa ahli di bidang Pendidikan, di antaranya: 1) Menurut Hergenhahn dan Olson, belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak dicirikan oleh kondisi diri yang sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan, atau obat–obatan. commit to user 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 2) Menurut Mayer, belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. Begitu juga menurut Singer, belajar diindikasikan oleh suatu perubahan yang relative permanen dalam penampilan atau potensi perilaku yang disebabkan latihan atau pengalaman masa lalu dalam suatu situasi tertentu. 3) Menurut Biggs, belajar dicirikan oleh suatu perubahan yang bertahan lama dalam kehidupan individu dan tidak dilahirkan atau didahului oleh warisan keturunan. Justru karena diindikasikan oleh suatu perubahan yang bertahan lama, maka belajar bukanlah suatu proses yang instan melainkan suatu proses pergulatan dan internalisasi nilai–nilai dan pengalaman yang matang dan memerlukan cukup waktu. Sesuatu yang begitu mudah dan instan hanya ada pada “iklan” dan “citraan”, tak pernah ada dalam kenyataan. 4) Menurut Higrad dan Bower, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasi pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas dan penguasaan tentang sesuatu. Belajar selalu melibatkan adanya perubahan di dalam diri orang yang belajar. Perubahan bisa terjadi dengan sengaja bisa juga tidak, bisa lebih baik bisa pula lebih buruk. Agar berkualitas sebagai belajar, perubahan harus dilahirkan oleh pengalaman, oleh interaksi antara orang dengan lingkungan Perubahan yang semata–mata terjadi karena kematangan, seperti anak kecil mulai dapat berjalan, tidaklah termasuk berkualitas sebagai belajar. Jadi belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. (M. Dimyati Mahmud, 2009: 121) b. Tujuan Belajar Dimyati & Mudjiono, (2002: 26-29) menyatakan bahwa “Pencapaian tujuan belajar akan menghasilkan hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Ketiga hasil belajar (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) merupakan tiga hal yang secara perencanaan terpisah tetapi setelah proses internalisasi, terbentuk suatu kepribadian utuh dalam diri siswa. 1) Ranah Kognitif (Blomm, dkk), terdiri dari enam jenis perilaku: a) Pengetahuan, mencangkup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang commit to di user telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan dapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode. b) Pemahaman, mencangkup kemampuan menangkap sari dan makna hal-hal yang dipelajari. c) Penerapan, mencangkup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. d) Analisis, mencangkup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. e) Sintesis, mencangkup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya tampak di dalam kemampuan menyusun suatu progam kerja. f) Evaluasi, mencangkup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan suatu kriteria. Keenam jenis perilaku dalam ranah kognitif bersifat hirarkis, artinya perilaku menggambarkan tingkatan kemampuan yang dimiliki seseorang. Perilaku terendah sebaiknya dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari atau memiliki perilaku yang lebih tinggi. 2) Ranah Afektif menurut Krathwohl & Blomm dkk, terdiri lima jenis perilaku, yaitu: a) Penerimaan, merupakan kesadaran atau kepekaan yang disertai keinginan untuk bertoleransi terhadap suatu gagasan, benda, atau gejala. b) Partisipasi, yang mencangkup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. c) Penilaian dan penetuan sikap, yang mencangkup penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. d) Organisasi, yang mencangkup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. e) Pembentukan pola hidup, yang mencangkup kemampuan menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 3) Ranah Psikomotor (Simpson), terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan motorik, yaitu: a) Persepsi, mencangkup kemampuan (mendeskripsikan) sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan terhadap sesuatu yang didiskripsikan. b) Kesiapan, yang mencangkup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan dimana akan terjadi suatu rangkaian gerakan, kemampuan kesiapan mencangkup aktivitas jasmani dan rohani. c) Gerakan terbimbing, mencangkup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan penipuan. d) Gerakan terbiasa, mencangkup kemampuan melakukan gerakangerakan tanpa contoh. e) Gerakan kompleks, yang mencangkup kemampuan melakukan gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efesien dan tepat. f) Penyesuaian pola gerakan, yang mencangkup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan persyaratan yang berlaku. g) Kreativitas, mencangkup kemampuan melahirkan pola-pola gerak gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. 2. Pembelajaran IPA (Fisika) di SMP IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam, dalam bahasa Inggrisnya, science. Menurut Academic Press Dictionary of Science & Technology, IPA merupakan pengamatan sistematis terhadap gejala alam dan kondisinya, kemudian mengembangkannya menjadi teori, hukum, prinsip, dan konsep berdasarkan fakta. IPA merupakan organisasi pengetahuan berdasarkan pengamatan yang selanjutnya dapat dibuktikan berdasarkan penelitian. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, maka ciri-ciri Fisika tidak jauh berbeda dari IPA, yang mana hasil-hasil Fisika juga meliputi fakta, konsep, hukum, dan teori. Sedangkan commit tomenurut user Brockhous yang dikutip oleh perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 Herbert Druxes mengemukakan bahwa, “Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam, yang memungkinkan dengan pengukuran atau percobaan, pengujian secara matematis dan berdasarkan aturan umum” (Herbert Druxes, 1986: 3). Fisika berhubungan dengan materi dan energi, hukum-hukum yang mengatur gerakan partikel dan gelombang, interaksi antar partikel, sifat-sifat molekul, atom dan inti atom, serta sistem-sistem yang berskala lebih besar seperti gas, zat cair, dan zat padat (Tipler, 1998: 1). Menurut Sagala (2006: 61), “Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.” Menurut Sutrisno (2009: 15-16), penumbuhan sikap-sikap positif melalui pembelajaran Fisika dapat diringkas sebagai berikut: belajar Fisika berarti usaha memahami alam, berlatih berpikir logis, menyelesaikan persoalan fisis berarti berlatih berpikir logis dan analitis, menyelesaikan soal Fisika dengan perhitungan berarti melatih ketelitian dan berpikir kritis, dan melakukan eksperimen berarti melatih sikap hati-hati, teratur, dan jujur. 3. Kesulitan Belajar Siswa a. Hakikat Kesulitan Belajar Siswa Kesulitan belajar merupakan suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran dan tulisan (Abdurrahman, 2009: 6). Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatanhambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Muhibbin Syah, (2006: 165) mendiskripsikan mengenai kesulitan belajar siswa berkaitan dengan kondisi pribadi siswa yaitu: “Pada dasarnya setiap orang memiliki perbedaan dalam hal intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan dalam pelajaran. Ada yang merasa bahwa belajar merupakan hal yang mudah, ada yang biasacommit saja bahkan ada yang merasa sulit. Hal tersebut to user dapat dilihat dari nilai atau prestasi yang mereka peroleh. Siswa yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 mengalami kesulitan dalam belajar akan memperoleh nilai yang kurang memuaskan dibandingkan siswa lainnya”. Kesulitan belajar siswa atau masalah belajar siswa dapat terjadi karena beberapa faktor, dari dimensi siswa, masalah-masalah belajar yang muncul sebelum kegiatan belajar dapat berhubungan dengan karateristik/ ciri siswa, baik berkenaan dengan minat, kecakapan, maupun pengalaman-pengalaman. Selama proses belajar, masalah belajar berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, pengolahan pesan pembelajaran, menyimpan pesan, menggali kembali pesan yang telah tersimpan. Sesudah belajar, masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan prestasi atau ketrampilan yang sudah diperoleh melalui proses belajar sebelumnya. Sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Sebelum belajar masalah belajar terjadi berkaitan dengan pengorganisasian belajar. Selama proses belajar, masalah muncul berkenaan dengan bahan ajar dan sumber belajar. Sedangkan sesudah kegiatan belajar, masalah belajar yang dihadapi guru kebanyakan berkaitan dengan evaluasi hasil belajar. ( Aunurrahman,2009:178-196) b. Cara Mengatasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa ialah melihat kemungkinan penyebab dari ketidakberhasilan siswa belajar. Objek yang dapat diperiksa yang mungkin menjadi penyebab kesukaran anak belajar ialah materi yang diajarkan, pengajarannya, dan siswa. (Russefendi, 1998: 465). Muhibbin Syah, (2006 :175–178) mengungkapkan, banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut: 1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian–bagian masalah dan menganalisis hubungan antar bagian, untuk memperoleh pengertian yang commityang to user benar mengenai kesulitan belajar dihadapi siswa. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 2) Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. 3) Menyusun progam perbaikan. Khususnya progam remidial teaching (pengajaran perbaikan) 4. Kesulitan Siswa Belajar Fisika Fisika (IPA) dipandang sebagai mata pelajaran yang penuh dengan rumus–rumus dan angka menurut sebagian siswa, sehingga siswa enggan tertarik pada mata pelajaran Fisika. Masalah yang sering dijumpai dalam pembelajaran Fisika (IPA) di sekolah adalah pembelajaran Fisika yang sukar dimengerti sehingga menyebabkan siswa mendapatkan kesulitan untuk belajar. Siswa mendapat kesulitan belajar karena tidak paham rumus, kurang mengerti materi, dan cara menggunakan rumus untuk menyelesaikan masalah. Herbert Druxes (1986: 27-30) juga mengungkapkan beberapa masalah pelajaran Fisika di sekolah, sebagai berikut: a. Fisika Tidak Disukai Orang beranggapan Fisika kurang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga orang tidak tertarik dan tidak suka untuk mempelajari konsep Fisika, dan juga kebanyakan berpendapat bahwa Fisika sama dengan Matematika, karena kebanyakan soal-soal diselesaikan dengan hitungan. b. Fisika merupakan Mata Pelajaran yang Berat Fisika dianggap sebagai pelajaran yang sangat kompleks dan di dalam konsep Fisika terdapat banyak simbol. c. Pelajaran Fisika Tidak Aktual Pembelajaran Fisika di sekolah tidak mengaktualkan peristiwaperistiwa Fisika yang sedang terjadi. d. Pelajaran Fisika Eksperimental Pelajaran Fisika eksperimental, yaitu pelajaran Fisika oleh guru harus dibarengi dengan percobaan di kelas dan di laboratorium oleh siswa, dalam proses memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 Menurut Sriati (1994: 8) dalam penelitian yang dilakukannya mengenai kesulitan belajar Matematika, menyatakan terdapat 9 jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal Matematika, diantaranya sebagai berikut: a. Kesalahan strategi Kesalahan strategi terjadi jika siswa memilih jalan yang tidak tepat yang mengarahkan ke jalan buntu. Misalnya menentukan akar-akar (x+p)2 = q2 dengan menjabarkan ruas kiri. Peneliti mengambil contoh untuk Fisika, misalnya pada materi pokok Tekanan, jika diberikan soal menghitung besanya gaya apung, siswa keliru dalam menentukan rumus yang digunakan, siswa menjawab soal dengan menggunakan rumus P g h , sehingga siswa salah dalam menyelesaikan soal (siswa salah dalam langkah penyelesaian soal). b. Kesalahan terjemahan Kesalahan terjemahan merupakan kesalahan mengubah informasi ke dalam ungkapan Matematika. Menurut peneliti, jika diberikan soal untuk mencari kondisi benda dalam zat cair (terapung, melayang, tenggelam), siswa menjawab dengan mencari besarnya gaya apung benda, sehingga jawaban siswa belum bisa menjelaskan maksud soal. c. Kesalahan konsep Kesalahan konsep merupakan kesalahan dalam memahami gagasan abstrak. Misalnya siswa menganggap perbandingan sudut segitiga sama dengan perbandingan sisi. Pada mata pelajaran Fisika, peneliti mengambil contoh, siswa salah dalam mengartikan simbol h , sebagai ketinggian (seharusnya kedalaman) dari persamaan Tekanan Hidrostatik P g h ) d. Kesalahan sistematik Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang berkenaan dengan pilihan yang salah atas teknik ekstrapolasi dan pengetahuan dasar yang kurang. Kesalahan sistematis merupakan kesalahan umum, dalam penelitian siswa menganggap (x+a)(x+b) = x2 + ab. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 e. Kesalahan tanda f. Kesalahan tanpa pola g. Kesalahan menentukan sudut di luar kuadran I h. Kesalahan menentukan nilai fungsi trigonometri sudut-sudut istimewa i. Kesalahan hitung Kesalahan hitung merupakan kesalahan dalam menghitung, seperti menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Contohnya dalam matei pokok Tekanan (Fisika), jika diberikan soal untuk mencari volume akhir suatu gas, jika diketahui tekanan awal sebesar 2 atm dan volume awal 2 m3, gas dimampatkan tekanan gas menjadi 5,5 atm, siswa menjawab V2 22 4 4 0,5 0,4m3 , seharusnya V2 = 4/ 5,5 = 0,72 m3 5,5 5,5 5 Seorang guru dalam membantu anak berkesulitan belajar matematika perlu mengenal berbagai kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang studi matematika. Beberapa kekeliruan umum menurut Lerner (1981: 367) dalam (Abdurrohman, 2003: 262-264) adalah kekurangan pemahaman tentang (a) simbol, (b) nilai tempat, (c) perhitungan, (d) penggunaan proses yang keliru, dan (e) tulisan yang tidak terbaca. a. Kekurangan Pemahaman tentang Simbol Anak-anak umumnya banyak mengalami kesulitan jika mereka disajikan soal-soal sepert 4+3=…, atau 8-5=…., akan tetapi mereka mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal sepert 4+…=7, 8=….+5. Kesulitan tentang kekurangan pemahaman mengenai simbol umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol seperti sama dengan (=), tidak sama dengan, tambah, kurang. Agar anak dapat menyelesaikan soal-soal matematika, mereka harus lebih dahulu memahami simbol-simbol. b. Nilai Tempat Ketidakpahaman tentang nilai tempat akan semakin mempersulit commit user bilangan basis bukan sepuluh. anak jika mereka dihadapkan padatolambang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 Bagi anak yang tidak berkesulitan belajar pun banyak yang mengalami kesulitan untuk memahami lambang bilangan yang berbasis bukan sepuluh. Anak yang mengalami kekeliruan mengenai nilai tempat dapat juga karena lupa cara menghitung persoalan pengurangan atau penjumlahan bersusun, sehingga untuk anak yang mengalami kesulitan tidak cukup hanya diajak memahami nilai tempat tetapi juga diberi latihan yang cukup. c. Penggunaan Proses yang Keliru d. Perhitungan Terdapat anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian tetapi mencoba menghafal perkalian. Cara yang demikian dapat menimbulkan kekeliruan jika hafalannya salah. e. Tulisan yang Tidak Bisa Dibaca Anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentukbentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis, akibatnya anak banyak mengalami kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri. 5. Tekanan Pada Benda Padat, Cair, dan Gas a. Tekanan Pada Benda Padat Pada saat berjalan di atas tanah yang berlumpur jejak kaki akan tampak membekas lebih dalam jika dibandingkan saat berjalan di tanah yang tak berlumpur. Gejala menunjukkan bahwa tekanan kaki pada tanah berlumpur lebih besar dibandingkan tekanan kaki pada tanah yang tak berlumpur. Tekanan adalah gaya per satuan luas permukaan tempat gaya bekerja. Jika gaya bekerja pada sebuah bidang yang luas, tekanan yang ditimbulkan akan lebih kecil. Sebaliknya, jika gaya bekerja pada bidang yang sempit tekanan yang ditimbulkannya akan lebih besar. Tekanan berbanding terbalik dengan luas bidang permukaan atau dapat ditulis menjadi: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 P (2.1) 1 A Besarnya tekanan sebanding dengan gaya yang bekerja pada benda sehingga dapat ditulis menjadi: PF (2.2) Hubungan antara tekanan dengan gaya dan luas bidang dirumuskan dengan persamaan: P (2.3) F A Dalam SI satuan untuk Tekanan adalah Pascal (Pa). Satu pascal (Pa) adalah tekanan yang dilakukan oleh gaya satu newton pada luas permukaan satu meter persegi. Sering kali tekanan juga diukur dalam satuan kilopascal (kPa), satu kPa sama dengan 1000 Pa. b. Tekanan pada Benda Cair 1) Tekanan Hidrostatik Fluida atau zat cair berbeda dengan zat padat, yaitu tak dapat menopang tegangan geser, fluida berubah bentuk untuk mengisi tabung dengan bentuk bagaimanapun. Bila sebuah benda tercelup dalam fluida seperti air fluida mengadakan sebuah gaya yang tegak lurus permukaan benda di setiap titik pada permukaan. Gaya per satuan luas yang diadakan oleh fluida sama di setiap titik pada permukaan benda. Gaya per satuan luas dinamakan tekanan fluida P Sebuah kotak berada pada kedalaman h di bawah permukaan zat cair yang massa jenisnya ,seperti pada gambar 2.1. Tekanan yang dilakukan zat cair pada alas Gambar 2.1 Tekanan Hidrostatik Sumber (Bambang Haryadi, 2009: 150) kotak disebabkan oleh berat zat cair di atasnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 Dengan demikian,besarnya tekanan adalah: F mg P A A Karena m V dan V A h , maka: F mg P A A V g Ah g P A A Pgh (2.4) (2.5) Apabila tekanan udara luar (tekanan barometer) diperhitungkan, maka dari persamaan dihasilkan: P P0 g h (2.6) Dengan P0 = tekanan udara luar (N/m2) 2) Hukum Pascal Ketika suatu permukaan benda padat (misalnya meja belajar) ditekan dengan telapak tangan, maka tekanan disebarkan secara merata pada telapak tangan. Sebuah kantong plastik yang berisi air dan ujungnya dipegang kemudian pada kantong plastik dibuat lubang-lubang kecil. Ketika ujung kantong plastik ditekan maka air akan keluar dari setiap lubang dengan sama besar. Kedua peristiwa dapat dijelaskan menggunakan prinsip hukum Pascal. Hukum Pascal dinyatakan bahwa: “Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam suatu ruang (wadah) tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar (sama kuat) Pada model dongkrak hidrolik (gambar 2.2), tekanan yang diberikan pada pengisap yang penampangnya kecil diteruskan melalui pipa menuju ke pengisap yang penampangnya besar. Pada pengisap besar akan dihasilkan gaya angkat (gaya yang arahnya ke atas). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 Bila gaya F1 diberikan pada pengisap yang lebih kecil, tekanan dalam cairan akan bertambah dengan F1 . A1 Gaya yang diberikan oleh cairan pada pengisap yang Gambar 2.2 Model dongkrak Hidrolik Sumber:Wasis, dkk (2008: 187) lebih besar adalah pertambahan tekanan dikali luas A2 . Bila gaya pada pengisap besar adalah F2 , didapatkan: (2.7) F1 A F2 A2 2 F1 A1 A1 Prinsip Pascal dimanfaatkan banyak alat teknik yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dongkrak hidrolik, mesin hidrolik pengangkat mobil, dan rem hidrolik mobil. a) Dongkrak Hidrolik Cara kerja dongkrak hidrolik sebagai berikut. Ketika sebuah gaya F1 diberikan melalui tuas dongkrak untuk menekan penghisap kecil A1, tekanan yang dihasilkan akan diteruskan oleh minyak ke segala arah. Oleh karena dinding bejana terbuat dari Gambar 2.3Dongkrak Hidrolik Sumber:Wasis, dkk (2008: 188) bahan yang kuat, gaya yang diberikan tidak cukup untuk mengubah bentuk bejana. Tekanan diteruskan oleh minyak ke penghisap besar A2. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 b) Mesin Hidrolik Pengangkat Mobil Prinsip kerja mesin pengangkat mobil adalah udara dengan tekanan tinggi masuk melaui sebuah keran, kemudian udara dimampatkan dalam sebuah tabung, tekanan udara yang tinggi diteruskan Gambar 2.4. Mesin Hidrolik Pengangkat Mobil Sumber:Wasis, dkk (2008: 190) oleh minyak ke pengisap, kemudian pada pengisap dihasilkan gaya angkat yang besar sehingga pengisap mampu mengangkat mobil. c) Rem Hidrolik Setiap dihubungkan rem oleh mobil pipa-pipa menuju ke silinder master. Pipapipa penghubung dan master silinder diisi penuh dengan minyak rem. Ketika menekan pedal rem, silinder tertekan. kaki master Tekanan diteruskan oleh minyak rem ke setiap silinder rem. Gaya tekan Gambar 2.5. Rem Hidrolik Sumber:Wasis, dkk (2008: 189) pada silinder rem menekan sepasang sepatu rem sehingga menjepit piringan logam, akibatnya timbul gesekan pada piringan yang melawan arah gerak piringan hingga menghentikan putaran roda. 3) Bejana Berhubungan Bejana berhubungan adalah sebuah bejana yang mempunyai commit to user Hukum bejana berhubungan beberapa pipa yang saling berhubungan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 menyatakan jika bejana berhubungan diisi zat cair yang sejenis dalam keadaan seimbang, maka permukaan zat cair akan berada pada satu bidang sejajar (datar). Permukaan zat cair bermassa jenis sama dalam keadaan diam di dalam bejana berhubungan selalu mempunyai permukaan yang sejajar. Apabila ada zat cair yang bermassa jenis tidak sama dimasukkan ke dalam bejana berhubungan, maka kedua benda cair tidak akan bercampur, sehingga permukaan kedua zat cair tidak sama tinggi. Hukum bejana berhubungan tidak berlaku jika bejana diisi dengan zat cair yang tidak sejenis, bejana digoyang-goyangkan, salah satu kaki bejana ada yang berupa pipa kapiler, bejana ada yang mendapat tekanan yang tidak sama. Jika dalam bejana berhubungan terdapat dua jenis cairan yang berbeda, tinggi permukaan kedua zat dalam bejana berhubungan tidak akan sama. Pada gambar 2.6 terlihat bahwa tinggi permukaan zat cair yang berbeda dalam bejana berhubungan tidak sama. Titik P adalah titik khayal yang terletak di Gambar 2.6. Bejana Berhubungan Sumber:Wasis, dkk (2008: 192) perbatasan antara minyak goreng dan air. Titik Q adalah titik khayal pada air di ujung bejana lain. Tinggi titik P dan Q sama jika diukur dari dasar bejana. Di titik P dan Q, besarnya tekanan sama. P1 P2 (2.8) 1 g h1 2 g h2 1 h1 2 h2 Banyak alat yang digunakan dalam keseharian memanfaatkan konsep bejana berhubungan diantaranya teko air dan menara penampung air. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 a) Teko air Tinggi pancaran sebuah teko air tidak pernah dirancang lebih rendah dari pada tinggi permukaan tutupnya. Jika tinggi pancaran lebih rendah dari pada tingggi permukaan tutupnya teko tidak bisa diisi sampai penuh, sesuai dengan konsep bejana berhubungan yaitu untuk mencapai permukaan yang mendatar maka sebagian air akan tumpah keluar dari pancuran b) Menara air Menara air dipasang pada tempat yang tinggi dan dihubungkan ke semua keran dengan menggunakan pipa-pipa sebagai penghubung. Ketika keran dibuka maka untuk mencapai permukaan yang mendatar, air akan mengali dari menara air melalui pipa-pipa menuju ke keran air. 4) Hukum Archimedes a) Bunyi Hukum Archimedes Sebuah batu kecil yang ujungnya diikat dengan seutas benang akan terasa lebih berat ketika di pegang di udara, daripada batu dicelupkan ke dalam tabung yang berisi air. Berat batu ketika tercelup di dalam air tidak berkurang, tetapi air memberikan gaya apung pada batu, adanya gaya apung membuat batu terasa ringan bila dimasukkan ke dalam air. Besarnya gaya apung suatu benda di dalam zat cair pertama kali diselidiki oleh Archimedes. Archimedes menyatakan bahwa suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya di dalam zat cair akan mengalami gaya apung yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan (didesak) oleh benda. Jika benda tercelup seluruhnya dalam zat cair maka volume zat cair yang dipindahkan sama dengan volume benda seluruhnya. Namun, jika benda hanya tercelup sebagian saja dalam zat cair, maka volume zat cair yang dipindahkan sama dengan volum benda yang commit to user tercelup. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 b) Menghitung Besarnya Gaya Apung Benda Besarnya gaya angkat ke atas atau gaya apung dapat ditentukan dengan konsep tekanan hidrostatik. Gambar 2.3 menunjukkan Gambar 2.7. Prinsip Archimedes Sumber (Bambang Haryadi, 2009: 154) sebuah silinder dengan tinggi h yang luasnya A. Ujung atas dan bawahnya, dicelupkan ke dalam fluida yang massa jenisnya . Besarnya tekanan hidrostatik yang dialami permukaan atas dan bawah silinder adalah: F P A F mg (2.9) m V Ah m g Ah g A A P g h, P Sehingga: P1 g h1 dan P2 g h2 Besarnya gaya–gaya yang bekerja pada benda adalah F PA F1 g h1 A F2 g h2 A (2.10) Gaya total yang disebabkan oleh tekanan fluida merupakan gaya apung atau gaya tekan ke atas yang besarnya: FA F2 F1 FA g h2 A g h1 A FA g h2 h1 A FA g V commit to user (2.11) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 Gaya total FA g V mg adalah berat fluida yang dipindahkan. Dengan demikian, gaya angkat ke atas pada benda sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda. c) Mengapung, Melayang dan Tenggelam Apabila sebuah benda padat dicelupkan ke dalam zat cair, maka ada tiga kemungkinan yang terjadi pada benda, yaitu tenggelam, melayang, atau terapung. Gambar 2.8. Keadaan Benda dalam Zat Cair Sumber: http://www. jajalabut.com (1) Mengapung Jika sebuah balok kayu dijatuhkan ke dalam air, pada balok bekerja gaya apung Fa yang lebih besar daripada berat balok w . Akibatnya, balok akan bergerak ke atas sampai gaya apung Fa sama dengan berat balok w . Pada saat gaya apung sama dengan berat balok , sebagian balok muncul di permukaan air. Pada saat balok mengapung, volum balok yang dipindahkan hanya volum balok yang tercelup dalam air. Pada peristiwa mengapung, tidak semua bagian benda tercelup dalam zat cair, sehingga volume yang dipindahkan benda lebih kecil daripada volume benda, sehingga pada peristiwa mengapung massa jenis rata-rata benda lebih kecil daripada massa jenis zat to cair. commit user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 (2) Benda tenggelam Benda dikatakan tenggelam, jika benda berada di dasar zat cair. Jika sebutir telur baru dijatuhkan ke dalam gelas yang berisi air tawar, pada telur bekerja gaya apung Fa yang lebih kecil daripada berat telur w , akibatnya telur akan bergerak ke bawah sampai menyentuh dasar gelas. Pada peristiwa tenggelam massa jenis rata- rata benda lebih besar daripada massa jenis zat cair. (3) Benda melayang Benda dikatakan melayang jika seluruh benda tercelup ke dalam zat cair, tetapi tidak menyentuh dasar zat cair. Pada keadaan telur tenggelam di dasar gelas, ditambahkan garam pada zat cair kemudian diaduk sampai garam larut dalam air. Telur secara perlahan akan naik ke permukaan gelas dan berhenti di antara permukaan dan dasar gelas. Pada peristiwa melayang, gaya apung Fa sama dengan berat benda w . Dengan analisis massa jenis diperoleh massa jenis rata-rata benda sama dengan massa jenis zat cair. Baik dalam kasus mengapung maupun kasus melayang berlaku syarat yang sama, yaitu gaya apung yang dialami benda sama dengan berat benda. Perbedaannya adalah pada kasus melayang, volum air yang didesak benda sama dengan volum benda, sedangkan pada kasus mengapung, volume air yang didesak benda sama dengan volum benda yang tercelup saja dalam zat cair. d) Aplikasi Hukum Archimedes Beberapa alat yang bekerja berdasarkan Hukum Archimedes, antara lain jembatan ponton, hidrometer, kapal selam, dan balon udara. (1) Jembatan Ponton Dalam keadaan darurat oang membuat jembatan dengan commit to user memasang drum kosong yang tertutup rapat secara berjajar dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 meletakkan papan di atas drum untuk orang berjalan. Drum kosong akan mengapung dalam air sebab drum kosong memiliki rongga yang berisi udara di dalam drum. (2) Hidrometer Hidrometer adalah alat yang mengapung di dalam zat cair, dilengkapi dengan sebuah skala dan dipakai untuk mengukur massa jenis zat cair, massa jenis yang diuku adalah massa jenis relatif. Di dalam zat cair yang berbeda, hidrometer akan mengapung dengan kedalaman yang berbeda. Makin besar massa jenis zat cair maka makin tinggi tangkai kaca yang muncul ke permukaan zat cair. Dengan demikian skala pada sebuah hidrometer memiliki angka yang kecil pada bagian atas hidrometer dan angka yang besar pada bagian bawah hidrometer. (3) Kapal Selam Kapal selam adalah kapal yang dapat bergeak di dalam air. Kapal selam digunakan untuk kepentingan militer dan penyelidikan di bawah laut. Kapal selam memiliki tangki pemberat yang terletak di antara lambung dalam dan lambung luar. Agar dapat menyelam, tangki pemberat diisi dengan air laut, sehingga berat kapal bertambah besar. Untuk mengapung kembali, air laut dikeluarkan dari tangki pemberat. (4) Balon Udara Gaya apung yang dilakukan udara pada benda juga sebanding dengan volum udara yang dipindahkan benda, semakin besar volum udara yang dipindahkan benda, makin besar gaya apung yang dilakukan udara. Balon yang besar dapat lebih banyak memindahkan volum udaa. Beat udara yang dipindahkan balon menekan balon ke atas, sehingga balon dapat mengapung di udara. Agar balon to user dapat mengapungcommit di udara, massa jenis gas di dalam balon harus perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 lebih kecil dari pada massa jenis udara yang dipindahkan. Balon yang diisi udara panas mengapung karena massa jenis udara panas lebih kecil dari pada massa jenis udara dingin. c. Tekanan pada Benda gas 1) Tekanan Udara Ruang Terbuka a) Tekanan Atmosfer Udara Tekanan udara di permukaan laut rata-rata sebesar 1 atm atau 76 cmHg. Makin rendah suatu tempat, makin besar tekanannya. Sebaliknya, makin tinggi suatu tempat, makin rendah tenannya. Setiap kenaikkan 10 m tekanan udara berkurang sebesar 1 mmHg. Udara yang meliputi bumi mempunyai berat yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Karena udara memiliki berat, maka udara juga memiliki tekanan. Besarnya tekanan udara ditentukan oleh tinggi suatu tempatnya dari permukaan air laut. Tabel 2.1 Tekanan Udara di Berbagai Ketinggian No Ketinggian (m) 1 7000 2 5000 3 3000 4 1000 5 500 6 Di atas permukaan air laut Sumber (Karim,dkk, 2008: 235) Tekanan (cmHg) 6 26 46 66 71 76 b) Hubungan Gejala Alam dengan Tekanan Udara (1) Angin Bergerak Angin atau pergerakan udara timbul karena adanya perbedaan tekanan udara. Angin selalu bertiup dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan rendah. (2) Tekanan Udara Memperkirakan Cuaca Tekanan udara termasuk salah satu unsure utama cuaca. Cuaca adalah keadaan atmosfer di suatu tempat yang tidak luas pada saat tertentucommit dan tidak belangsung lama. to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 Tekanan udara pada suatu tempat berubah sepanjang hari. Lembaga meteorologi mencatat tekanan udara yang berubah-ubah. Penyimpangan yang cukup signifikan pada grafik yang diperoleh dapat memperkiakan cuaca di suatu tempat. Tekanan udara lebih rendah dari kondisi biasa maka kemungkinan besar akan turun hujan, sedangkan bila tekanan udara lebih tinggi dari kondisi biasa maka kemungkinan cuaca cerah. (3) Angin Siklon Aliran udara bergeak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jika suatu daeah tekanan udaranya sangat rendah maka udara di sekitar akan mengitari pusat tekanan rendah sehingga tmenghasilkan angin siklon. Siklon memiliki lintasan spiral konvergen yang naik dan memiliki arah berlawanan dengan jarum jam di BBU. Siklon tropis tejadi pada daerah-daerah air hangat di lautan dekat ekuator. c) Alat Ukur Tekanan Udara Ruang Terbuka (1) Baromoter Toricelli Pada Torricelli 1643 melakukan percobaan tabung tahun menggunakan kaca yang kuat dengan panjang kurang lebih 1 meter dan salah satu ujungnya tertututp. Tabung vertikal dengan ujung terbuka dihadapkan ke atas, Gambar 2.9. Pecobaan Toricelli dengan menggunakan corong Sumber: (Saiful Karim, dkk, dituangkan raksa ke dalam 2008: 228) tabung commit to user kemudian sampai menutup penuh ujung perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 tabung yang terbuka dan segera membaliknya. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan permukaan raksa dalam tabung turun dan berhenti ketika kolom raksa dalam tabung 76 cm di atas permukaan raksa dalam bejana. Ketika posisi tabung dimiringkan, tinggi kolom raksa tetap 76 cm. Gaya oleh tekanan atmosfer pada permukaan raksa dalam bejana seimbang dengan berat raksa setinggi 76 cm dalam tabung. Jika tekanan atmosfer naik maka gaya oleh tekanan atmosfer pada permukaan raksa dalam bejana akan menekan kolom raksa sehingga lebih tinggi dari pada 76 cm. Sebaliknya, jika tekanan atmosfer turun maka supaya seimbang, kolom raksa turun di bawah 76 cm. Tekanan atmosfer di permukaan laut kirakira 76 cmHg (tekanan 1 atm) (2) Barometer Aneroid Barometer logam disebut barometer aneroid. Barometer Aneroid banyak digunakan di Badan Meteorologi dan Geofisika untuk memperkirakan cuaca dengan mengukur tekanan udaranya. Barometer logam biasa juga disebut barometer kering. Karena barometer aneroid tidak berisi cairan maka barometer anaroid ringan, murah, dan mudah dipindah-pindahkan dibandingkan dengan barometer raksa. Skala barometer aneroid juga lebih mudah dibaca karena bentuknya lingkaran. Bagian utama barometer aneroid ialah sebuah kotak logam kecil yang berisi udara dengan tekanan yang sangat rendah. Permukaan kotak dibuat bergelombang agar lebih mudah melentur di bagian tengahnya. Jika tekanan bertambah, bagian atas dan bawah kotak lebih mengempis. Gerakan mengempis kotak diperkuat oleh sebuah tuas yang menarik rantai ke kiri. Akibatnya, jarum penunjuk lebih menyimpang ke kanan menunjukkan angka lebih besar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 2) Tekanan Udara Ruang Tertutup a) Gas Dalam Ruang Tertutup Sebuah balon ditiup dan diikat sehingga bentuk balon yang kempis berubah menjadi bulat. Demikian pula, jika balon yang bulat ditekan maka balon yang ditekan akan kempis dan bagian balon yang lain akan menggelembung dan membesar. Dapat dikatakan bahwa udara di dalam balon menekan ke segala arah pada dinding balon. Udara dalam ruang tertutup mengadakan tekanan ke segala arah pada dinding ruang. b) Alat Ukur Tekanan Udara Tertutup Alat pengukur tekanan udara dalam ruang tertutup yang paling sederhana disebut manometer raksa dan manometer Bourdon. Manometer raksa dibedakan menjadi dua yaitu manometer raksa terbuka dan manometer aksa tertutup. (1) Manometer Raksa Terbuka Manometer raksa terbuka adalah sebuah tabung U yang kedua ujungnya terbuka. Salah satu kaki terbuka berhubungan dengan udara luar, sehingga tekanan permukaan raksa pada kaki terbuka selalu sama dengan tekanan atmosfer. Kaki lainnya dihubungkan ke uang yang akan diukur tekanan gasnya melalui sebuah selang karet. Sebelum kaki tertutup dihubungkan dengan uang gas, permukaan raksa dalam kedua kaki sama tinggi. Ketika kaki tertutup dihubungkan dengan ruang gas yang tekanannya lebih besar daripada tekanan atmosfer, permukaan raksa dalam kaki terbuka naik. Permukaan raksa dalam kaki tertutup akan lebih rendah daripada permukaan raksa dalam kaki terbuka. (2) Manometer Raksa Tertutup Manometer raksa tertutup adalah sebuah tabung U yang salah satu ujungnya tertutup. Ujung terbuka dihubungkan ke commit to karet. user Piupa U diisi dengan raksa dan suplai gas melalui selang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 ruang di atas permukaan raksa dalam pipa tertutup adalah vakum. Jika gas tidak memiliki tekanan maka permukaan raksa dalam kedua kaki sama tingi. Jika gas memiliki tekanan maka pemukaan raksa dalam ujung tertutup akan naik dan lebih tinggi daripada permukaan raksa yang kakinya berhubungan dengan suplai gas. (3) Manometer Bourdon Alat pengukur tekanan udara dalam ruang jenis lain adalah manometer Bourdon. Tekanan dari dalam ruang tertutup akan mengubah kelengkungan pipa lentur. Ujung pipa dihubungkan dengan jarum berskala. Ketika kelengkungan pipa berubah akibat tekanan, penunjukan jarum juga berubah. c) Hukum Boyle Hukum Boyle menyatakan bahwa: “ dalam ruang tertutup suhu dijaga konstan, jika volume suatu gas (V1) diperbesar menjadi (V2), maka tekanan gas di dalam ruang akan mengecil (dari P1 menjadi P2, dimana P2 < P1) atau sebaliknya, jika volumenya diperkecil maka tekanan gas di dalam ruang akan meningkat pula. Besarnya volume gas berbanding terbalik dengan besarnya tekanan gas di dalam ruang. Hukum Boyle secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: P V Kons tan (2.12) P1 V1 P2 V2 Marthen Kanginan (2007:92-125) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 B. Penelitian Yang Relevan Di dalam penelitian tentang analisis kesalahan siswa menyelesaikan soalsoal Fisika, mengacu pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh penelit i serupa sebelumnya, yaitu: 1. Anggraheni (2012: 76-77), melakukan penelitian mengenai tentang kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal Fisika materi Cahaya. Dari hasil penelitian, ditemukan jenis kesalahan dan penyebab kesalahan yang dilakukan oleh siswa yaitu kesalahan terjemahan yang disebabkan siswa tidak memahami data-data yang disebutkan dalam soal, tidak memahami simbolsimbol Fisika untuk data-data yang disebutkan dalam soal, kurang teliti dalam menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan ke dalam simbol Fisika, serta tidak memahami gambar pada soal, kesalahan strategi disebabkan siswa tidak memahami langkah yang tepat dalam penyelesaian soal dan kurang latihan menyelesaikan soal, kesalahan konsep yang disebabkan siswa kurang maksimal dalam belajar dan tidak memperhatikan penjelasan guru, kesalahan hitung yang disebabkan siswa kurang terampil dan kurang teliti dalam operasi hitung, dan soal tidak direspon yang disebabkan siswa tidak mengetahui jawaban soal, tidak memahami langkah dalam menyelesaikan soal, dan kurang latihan menyelesaikan soal. 2. Dewi (2011: 81-82), melakukan penelitian mengenai kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal Fisika materi Keseimbangan Benda Tegar. Dari hasil penelitian, ditemukan jenis kesalahan dan penyebab kesalahan yang dilakukan oleh siswa yaitu kesalahan terjemahan yang disebabkan siswa kurang teliti dalam memahami maksud soal, siswa belum paham tentang penguraian gaya ke sumbu x dan y, dan siswa cenderung mengerjakan soal secara langsung tanpa menggambarkan sketsa soal, kesalahan strategi yang disebabkan siswa kurang latihan soal sehingga salah dalam menentukan langkah penyelesaian soal, kesalahan konsep yang disebabkan siswa tidak memahami konsep Momen Gaya dan kurang memperhatikan saat diterangkan, kesalahan hitung yang disebabkan siswa commitoperasi to user hitung, kesalahan tanda yang kurang teliti dalam melakukan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 disebabkan siswa belum memahami bahwa gaya merupakan besaran vektor yang juga memperhatikan arahnya positif atau negatif dan siswa kurang teliti, dan kesalahan dalam trigonometri yang disebabkan siswa belum memahami konsep trigonometri. 3. Ikhbar Nur Jiwanto (2012), melakukan penelitian mengenai kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah Fisika SMA menurut Polya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dan test tertulis yang disebut teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan siswa dalam memecahkan masalah soal Fisika dari masing–masing tahapan Polya adalah pemahaman soal (understanding) sebanyak 50,1 %, sedangkan pada tahap rencana penyelesaian (planning) sebanyak 51,0 %, Tahapan berikutnya yaitu tahap pelaksanaan rencana (solving) sebanyak 68,7 % dan tahap terakhir peninjauan kembali (checking) sebanyak 85,7 %. 4. Rufaida (2012: 85-86), melakukan penelitian mengenai kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal Fisika materi Momentum dan Impuls. Dari hasil penelitian, ditemukan jenis kesalahan dan penyebab kesalahan yang dilakukan oleh siswa yaitu jenis kesalahan dan penyebab kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal Fisika materi pokok Momentum dan Impuls adalah kesalahan strategi (36%) yang disebabkan siswa kurang teliti dan belum dapat membedakan penggunaan simbol-simbol Fisika, kesalahan terjemahan (84%) yang disebabkan siswa kekurangan waktu, kurang teliti, lupa, bingung dengan simbol Fisika dan bahkan tidak tahu; kesalahan konsep (68%) yang disebabkan siswa belum memahami dan bahkan tidak tahu konsep-konsep yang terkandung dalam materi pokok Momentum dan Impuls akibat kurang belajar, kesalahan hitung (60%) yang disebabkan siswa kurang teliti, bingung dan tergesa-gesa dalam mengerjakan soal karena kekurangan waktu, bahkan beberapa siswa tidak dapat melakukan operasi perhitungan dengan baik, dan kesalahan tanda (48%) yang disebabkan siswa lupa dan tidak teliti dalam menerapkan tanda positif commit to user (+) dan negatif (-). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 C. Kerangka Berfikir Belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh kompetensi, ketrampilan, dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik. Sedangkan kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem dan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar tidak selalu berhasil dengan baik karena adanya hambatan dalam proses pembelajaran, salah satu hambatan adalah kesalahan yang dialami siswa sebagai hambatan dalam proses belajar mengajar. Kesalahan merupakan suatu ganguan yang terjadi dalam proses belajar sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar. Kesalahan-kesalahan belajar dilakukan oleh siswa yang tidak memahami cara belajar dengan baik, dengan mengetahui kesalahan–kesalahan yang dilakukan siswa, diharapkan para siswa mengerti bagaimana seharusnya belajar Fisika (IPA). Kesalahan banyak terjadi dalam pembelajaran Fisika (IPA) di SMP, khususnya dalam mengerjakan soal–soal. Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar Fisika dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi yang telah diajarkan. Ketidakberhasilan dari proses belajar dapat ditunjukkan dengan adanya kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu persoalan. Kesalahan merupakan suatu permasalahan yang wajar. Akan tetapi apabila dibiarkan saja, tujuan dari pembelajaran Fisika tidak dapat tercapai secara optimal. Tekanan merupakan salah satu materi yang dipelajari pada Semester Genap kelas VIII. Pada materi Tekanan sering terjadi berbagai kesalahan sehingga mengakibatkan hasil belajar tidak maksimal. Kesalahan terjadi dikarenakan karakteristik materi Tekanan yang termasuk sulit, yaitu konsep tekanan pada benda padat, cair, dan gas yang masih membuat siswa bingung, serta banyak penerapan rumus yang memerlukan perhitungan. Sesuai dengan karakteristik materi Tekanan, kesalahan yang mungkin dapat terjadi pada siswa antara lain: 1. Kesalahan terjemahan, merupakan kesalahan mengubah informasi ke dalam to user simbol Fisika serta kesalahan commit mengartikan maksud soal. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 2. Kesalahan konsep, merupakan kesalahan dalam memahami konsep-konsep Fisika dalam materi Tekanan 3. Kesalahan strategi, merupakan kesalahan siswa dalam mengerjakan sehingga mengarah ke jalan buntu dengan kata lain mengerjakan dengan cara yang salah sehingga jawaban siswa asal-asalan. 4. Kesalahan hitung, merupakan kesalahan dalam menghitung seperti menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Untuk mengetahui secara jelas apa saja jenis kesalahan dan penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal Fisika pada materi Tekanan, perlu dianalisis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal Tekanan pada benda padat, cair, dan gas. Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui mengenai jenis kesalahan dan penyebab kesalahan dapat dilakukan melalui observasi pada kegiatan belajar mengajar pada materi Tekanan. Selanjutnya, melakukan analisis terhadap hasil penyelesaian soal-soal materi Tekanan pada benda padat, cair, dan gas yang diberikan kepada siswa. Berdasarkan dari identifikasi jawaban siswa, kemudian dilakukan wawancara kepada beberapa siswa untuk mengetahui penyebab kesalahan yang dilakukan. Dari data yang diperoleh, selanjutnya dilakukan triangulasi data, yaitu membandingkan data yang diperoleh dari kegiatan observasi, penyelesaian soal, dan wawancara untuk memperoleh data yang valid. Kemudian, tahap yang dilakukan adalah analisis data yang meliputi kegiatan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 Soal tes Tekanan Jawaban siswa Salah Benar Observasi Analisis Kesalahan Jenis Kesalahan yang mungkin: Kesalahan Terjemahan Kesalahan Konsep Kesalahan Strategi Kesalahan Hitung Penyebab Kesalahan Kesimpulan Gambar 2.10. Bagan Kerangka Pemikiran commit to user Wawancara