13Memberdayakan Peternak Melalui Pengembangan Koperasi

advertisement
13
Memberdayakan Peternak
Melalui Pengembangan Koperasi
Agribisnis Peternakan
K
alau kita membicarakan upaya pemberdayakan ekonomi rakyat, maka
yang kita maksudkan adalah memberdayakan ekonomi rakyat yang
mengantungkan hidupnya pada sektor agribisnis. Argumennya adalah:
sebagian besar rakyat menggantungkan hidupnya pada kegiatan agribisnis.
Dari jumlah penduduk Indonesia 200 juta jiwa saat ini, sekitar 80 persen
menggantungkan hidupnya pada sektor agribisnis, baik pada agribisnis hulu,
usahatani agribisnis hilir, maupun pada kegiatan yang menyediakan jasa
bagi agribisnis. Pada agribisnis usahatani saja, diperkirakan sekitar 70 persen
dari jumlah penduduk nasional. Mereka mendiami kawasan pedesaan mulai
dari Sabang sampai Merauke, baik sebagai keluarga petani tanaman pangan,
perkebunan rakyat peternak, nelayan, buruh tani dan sebagainya, yang sampai
saat ini masih berada pada golongan berpendapatan rendah di Indonesia.
Dengan demikian, untuk memberdayakan ekonomi rakyat maka yang
dapat dilakukan adalah: pertama, mempercepat tingkat kemajuan sektor
ekonomi dimana sebagian besar rakyat menggantungkan hidupnya, yaitu
sektor agribisnis. Dan, kedua, memperbesar pangsa manfaat ekonomi yang
diterima oleh rakyat dari manfaat ekonomi yang ditimbulkan oleh kemajuan
sektor agribisnis. Salah satu subsektor yang cukup penting peranannya
dalam kegiatan ekonomi di kawasan pedesaan adalah subsektor peternakan.
Gambaran makro perkembangan subsektor peternakan selama ini cukup
mengembirakan. Populasi sapi potong mampu bertumbuh dari hanya sekitar
6,4 juta ekor pada tahun 1969 menjadi sekitar 12,0 juta ekor tahun 1996.
Populasi sapi perah bertumbuh dari sekitar 52 ribu ekor pada tahun 1969
menjadi 343 ribu ekor tahun 1996. Populasi kerbau meningkat dari 2,9 juta
ekor tahun 1969 menjadi 3,1 juta ekor tahun 1996. Sementara itu, kambing
dan domba yang pada tahun 1969 baru mencapai 10 juta ekor, pada tahun
1996 meningkat menjadi sekitar 22 juta ekor. Ternak yang tergolong cepat
pertumbuhan populasinya adalah unggas. Populasi ayam buras pada tahun
1969 baru mencapai 61,7 juta ekor, tahun 1996 menjadi 270,7 juta ekor.
Sementara itu, populasi ayam ras pedaging pada tahun 1980 baru mencapai
25,5 juta ekor, pada tahun 1996 telah mencapai 755,1 juta ekor. Sedangkan
ayam ras petelur pada tahun 1969 baru mencapai sekitar 0,6 juta ekor,
R3_bab_13_Edited.indd 169
02/04/2010 17:52:06
Memberdayakan Peternak melalui Pengembangan Koperasi Agribisnis Peternakan
meningkat menjadi 77,5 juta ekor pada tahun 1996. Berikut ini adalah
petikan wawancara Prof. Bungaran Saragih dengan Warta Pertanian.
Bagaimana Perkembangan Pola Pengusahaan Ternak di Indonesia?
Dilihat dari pengusahaan, kegiatan ekonomim berbasis peternakan
diselenggarakan oleh dua golongan yaitu peternak rakyat dan perusahaan
peternakan. Berdasarkan data yang ada dapat dikemukakan bahwa untuk
ternak sapi perah, ayam buras, domba, kambing dan kerbau, seluruhnya (100
persen) berada di tangan peternakan rakyat. Kemudian untuk sapi potong,
sebelum tahun 1990, pangsa petemak rakyat mendekati 100 persen. Namun
dengan berkembangnya feedloter 5 tahun terakhir ini, pangsa peternak
rakyat sedikit menurun yaitu sekitar 90-95 persen. Sedangkan pada ayam ras
petelur, pangsa peternak rakyat mencapai sekitar 80 persen. Pada ayam ras
pedaging, pangsa peternak rakyat tidak diperoleh angka yang pasti. Namun
dapat diperkirakan pangsa peternak rakyat tidak lebih dari 50 persen. Pangsa
peternak rakyat yang demikian, secara keseluruhan menunjukan bahwa
tulang punggung penyediaan hasil ternak (daging, susu, telur) nasional adalah
peternak rakyat.
Kemudian, dilihat dari tingkat komersialisasinya, usaha peternakan dapat
juga dikelompokkan menjadi empat pola usaha yaitu: (1) usaha sampingan,
(2) cabang usaha, (3) usaha pokok, dan (4) industri peternakan. Berapa
besar pangsa masing-masing pola usaha tersebut belum pernah diperoleh
secara empiris. Namun secara spekulatif dapat disebutkan berdasarkan jenis
ternak. Usaha ayam buras, kerbau, domba dan kambing masih terkonsentrasi
pada pola usaha sambilan dan cabang usaha. Pengusahaan jenis ternak ini
umumnya terintegrasi dengan kegiatan usahatani di pedesaan. Usaha sapi
potong, dewasa ini tampaknya mulai terpolarisasi. Di satu sisi berada pada
pola usaha sambilan-cabang usaha yang dikelola oleh peternak rakyat, namun
di sisi lain juga telah berkembang industri petemakan sapi potong yang
dikelola oleh pengusaha.
Usaha ayam ras pedaging dan petelur, dewasa ini telah berkembang
sebagai usaha pokok sampai industri petemakan. Bagi peternak rakyat, usaha
ayam ras pedaging dan petelur sudah merupakan usaha pokok. Sedangkan
usaha ayam ras yang dikelola oleh perusahaan petemakan telah menjadi
suatu industri petemakan yang terintegrasi secara vertikal. Artinya, industri
pembibitan ayam ras, industri pakan, budi daya, industri pemotongan ayam,
170
170
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_13_Edited.indd 170
02/04/2010 17:52:06
Memberdayakan Peternak melalui Pengembangan Koperasi Agribisnis Peternakan
bahkan sampai industri layanan makanan berada atau dimiliki suatu satu grup
perusahaan. Sedangkan usaha ayam ras yang dikelola oleh peternak rakyat
hanyalah budi daya ayam ras (on-farm) sedangkan agribisnis hulu (industri
pembibitan, industri pakan dan lain-lain) dan agribisnis hilir (industri
pemotongan ayam, industri layanan makanan, perdagangan dikuasai oleh
perusahaan peternakan.
Satu-satunya kegiatan petemakan dengan pola industri petemakan yang
dikuasai oleh peternak bersama koperasinya adalah agribisnis sapi perah yang
tergantung dalam Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI).
Mengapa Kegiatan Peternakan yang Telah Memasuki
Tahap Industrialisasi, Pangsa Peternakan Rakyat
Semakin Menurun Bahkan Cenderung Terdesak? Apakah
Fenomena Ini Mengindikasikan Bahwa Porsipeternak
Hanya Sampai Tahap Usaha Pokok Saja?
Fenomena yang demikian memang terjadi. Usaha ayam ras yang pada
awal Orde Baru masih terbatas pada usaha sambilan atau cabang usaha,
sepenuhnya dikuasai oleh peternak rakyat Namun setelah keberhasilan pilot
proyek ayam ras yang dilaksanakan di sekitar Bogor dan Yogyakarta pada awal
tahun 1970-an dan kemudian dijadikan gerakkan massal (Bimas ayam ras),
perusahaan swasta mulai memasuki bisnis ayam ras.
Pada perkembangan berikutnya ternyata pertumbuhan perusahaan
swasta pada ayam ras melaju sangat cepat bukan hanya usaha budi daya (onfarm) tetapi juga pada industri pembibitan, pakan dan pemotongan ayam
serta perdagangannya (industrialisasi peternakan ayam ras). Sementara itu,
peternak rakyat ayam ras hanya mampu melaju dari pola cabang usaha ke
pola usaha pokok.
Akibatnya dominasi petemak rakyat dalam bisnis ayam ras digantikan
oleh dominasi perusahaan peternakan. Hal ini menimbulkan persaingan
yang ketat pada tahun 1980, dan peternak rakyat banyak yang gulung tikar.
Saat itulah awal gejolak bisnis ayam ras sampai saat ini sehingga pemerintah
terpaksa turun tangan melalui Keppres No. 50 Tahun 1981 dan Keppres No.
22 Tahun 1990, yang intinya melindungi kepentingan peternak rakyat pada
agribisnis budi daya ayam ras.
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_13_Edited.indd 171
171
171
02/04/2010 17:52:06
Memberdayakan Peternak melalui Pengembangan Koperasi Agribisnis Peternakan
Lantas, Apakah Perusahaan Peternakan yang Melaju
Cepat Harus Disalahkan dan Harus Dikambinghitamkan
Sebagai Penyebab Rendahnya Kehidupan Ekonomi
Peternak Rakyat?
Menurut saya, kita harus objektif melihat persoalan ini. Perusahaan
peternakan mampu memasuki tahap industrialisasi (bahkan saat ini sudah
banyak yang go public) disebabkan karena mereka mampu memperluas
bisnisnya ke agribisnis hulu (terutama industri pakan) dan agribisnis hilir,
Dalam bisnis ternak apapun, penguasaan pakan sangat menentukan keberhasilan bisnis ternak. Perusahaan peternakan tahu itu, Sementara peternak
rakyat gagal mengembangkan kegiatan bisnisnya ke agribisnis hulu dan hilir
ayam ras. Memang secara individu, peternak rakyat yang umumnya kecilkecil tidak akan mampu untuk membangun industri pakan. Tetapi peternak
rakyat secara bersama-sama dapat membentuk organisasi bisnisnya sehingga
mampu menguasai agribisnis hulu, bahkan juga agribisnis hilir, Di sini jugalah
kegagalan kita. Kita gagal mengembangkan organisasi bisnis peternak rakyat
ayam ras secara dini.
Berbeda dengan ayam ras, agribisnis sapi perah berhasil mengembangkan
organisasi bisnis secara dini, sehingga sampai saat ini agribisnis susu segar mulai
dari hulu sampai hilir di kuasai oleh peternak sapi perah melalui koperasinya
yaitu KUD/KPS sebagai koperasi primer dan GKSI sebagai koperasi sekunder.
Saat ini, dari seluruh golongan petani, peternak sapi perahlah yang paling
tinggi pendapatannya.
Jadi pada tahap pola industri peternakan, pangsa peternak rakyat tidak
harus besar, tetapi dapat tetap besar bahkan dominan, bila organisasi bisnis
peternak rakyat secara dini dipersiapkan sebagai lokomotif industrialisasi
peternakan. Dan, tidak ada pembatasan bahwa porsi ekonomi petani hanya
pada tahap usaha pokok. Pemerintah mengharapkan peternak rakyat mampu
berkembang sejajar dengan perusahaan swasta nasional untuk menangkap
peluang ekonomi, baik di pasar domestik maupun di luar negeri.
172
172
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_13_Edited.indd 172
02/04/2010 17:52:06
Memberdayakan Peternak melalui Pengembangan Koperasi Agribisnis Peternakan
Mengapa Sudah 25 Tahun Pembangunan Pertanian/
Peternakan Berlangsung Kehidupan Ekonomi Peternak
Rakyat Tidak Banyak Berubah? Apakah Karena Bisnis
Peternakan Tidak Menguntungkan?
Sebenarnya, secara absolut terjadi juga perubahan/perbaikan. Namun
secara relatif memang kurang berarti, karena laju peningkatan pendapatan
mereka yang bukan petani/peternak jauh lebih cepat dari Iaju pertumbuhan
pendapatan peternak rakyat. Sehingga sampai saat ini peternak rakyat atau
petard secara keseluruhan tetap berada pada golongan terendah pendapatannya.
Relatif rendahnya laju pertumbuhan pendapatan peternak rakyat ini
disebabkan karena rakyat dari dahulu sampai sekarang hanya menguasai
kegiatan ekonomi yang memberikan nilai tambah (added value) terendah.
Dalam suatu sistem agribisnis peternakan, nilai tambah yang terbesar berada
pada subsistem agribisnis hulu (misalnya industri pakan dan perdagangannya)
dan pada subsistem agribisnis hilir (misalnya industri pehgolahan hasil ternak
dan perdagangannya). Sedangkan pada subsistem agribisnis budi daya (usaha
peternakan) nilai tambahnya relatif kecil. Dengan demikian, mereka yang
menguasai agribisnis budi daya (petemak rakyat) akan menerima pendapatan
yang relatif rendah juga. Sementara mereka yang menguasai subsistem
agribisnis hulu dan hilir (pengusaha/industriawan, pedagang) menerima
pendapatan yang relatif tinggi. Mereka yang menguasai agribisnis hulu dan
hilir inilah yang saat ini tergolong berpendapatan menengah ke atas bahkan
sebagian telah menjadi konglomerat.
Posisi peternak rakyat yang berada pada kegiatan yang memberikan
nilai tambah kecil, diperparah pula oleh posisinya yang terjepit karena harus
menghadapi kekuatan monopolistis di pasar input dan kekuatan monopsonistis
di pasar output usahatani. Akibatnya, harga yang diterima peternak rakyat
tetap relatif rendah, sementara harga input yang dibayar peternak cenderung
mahal. Hal ini jelas akan mengurangi peluang peternak rakyat memperoleh
keuntungan. Padahal secara tahunan, harga-harga produk akhir peternakan
(yang dibayar konsumen) cenderung naik, tetapi dengan posisi seperti itu,
kenaikan harga tersebut hanya sedikit dinikmati peternak rakyat.
Jadi, kegiatan peternakan yang dikuasai oleh peternak rakyat selama ini
menjadi tidak menguntungkan, namun dilihat sebagai sudah sistem agribisnis
menguntungkan. Sebab kalau tidak menguntungkan tidak mungkin
pengusaha agribisnis peternakan tetap bertahan sampai saat ini. Bahkan
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_13_Edited.indd 173
173
173
02/04/2010 17:52:06
Memberdayakan Peternak melalui Pengembangan Koperasi Agribisnis Peternakan
akhir-akhir ini semakin ekspansif dan semakin banyak pendatang baru, baik
dari PMDN maupun PMA. Selain itu, sejak tahun 1993 lalu, perusahaanperusahaan agribisnis peternakan khususnya ayam ras sudah ikut meramaikan
bursa saham di pasar modal. Dan akhir-akhir ini, media massa memberitakan
bahwa saham agribisnis peternakan banyak diburu investor asing?
Apakah dengan Mengembangkan Koperasi Agribisnis
Peternakan Mampu Memberdayakan Ekonomi Peternak
Rakyat?
Menurut saya bisa. Esensi dari pemberdayaan ekonomi peternak rakyat
adalah bagaimana cara peternak rakyat untuk merebut nilai tambah yang ada
pada agribisnis hilir, sekaligus mampu memperkuat usahanya.
Mengingat petemak rakyat kita umumnya serba kecil-lemah, maka secara
individu tidak akan mampu merebut nilai tambah tersebut. Oleh sebab itu,
perlu ada organisasi bisnis peternak rakyat. Maksudnya adalah peternak
rakyat yang bergerak pada agribisnis budi daya peternakan didorong (kalau
perlu difasilitasi) untuk membentuk organisasi bisnis peternak rakyat berupa
koperasi agribisnis, yang dikelola oleh orang-orang yang profesional. Perlu
saya tekankan bahwa kegiatan yang dikoperasikan bukan kegiatan budi daya,
karena tidak efisien. Yang dikoperasikan adalah kegiatan agribisnis hulu dan
hilir yang memang bersifat biaya produksi per unit yang menurun dengan
meningkatnya total produksi (decreasing cost).
Dengan adanya koperasi agribisnis petemakan milik petemak rakyat mi,
maka koperasi ini akan mengembangkan unit-unit usaha pada agribisnis hulu
(misalnya industri pakan ternak) dan unit-unit usaha pada agribisnis hilir
(misalnya pemotongan ternak atau perdagangan hasil ternak).
Bila kondisi yang demikian dapat dicapai, maka nilai tambah yang ada
pada agribisnis hulu dan hilir akan dapat direbut oleh peternak rakyat melalui
koperasinya. Selain itu, karena industri pakan sudah dimiliki oleh peternak
melalui koperasinya, maka harga pakan yang dibayar oleh peternak rakyat
hanyalah harga pokok penjualan saja, tidak lagi harga yang ditetapkan lebih
tinggi dari harga normal (mark-up) atau harga monopoli seperti selama ini.
Demikian juga pada agribisnis hilir, karena pemotongan ternak (pengolahan)
dan perdagangan sudah dikuasai peternak rakyat melalui koperasinya,
maka harga produk-produk akhir petemakan yang dibayar konsumen (hasil
mekanisme pasar) secara langsung dapat dinikmari oleh peternak rakyat.
Dengan kondisi yang demikian maka pendapatan peternak rakyat akan
174
174
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_13_Edited.indd 174
02/04/2010 17:52:06
Memberdayakan Peternak melalui Pengembangan Koperasi Agribisnis Peternakan
meningkat dan usahanya, baik budi daya peternakan yang dikelola secara
individu maupun kegiatan agribisnis hulu dan hilir yang dikelola koperasinya
akan semakin kuat dan kondusif mencapai efisiensi tertinggi.
Selama Ini Koperasi (KUD, Koperasi Unggas) Sudah
Ada. Koperasi Agribisnis Peternakan Yang Bagaimana
yang Dimaksudkan ?
Koperasi (KUD, non-KUD) yang ada selama ini masih terbatas pada
budi daya saja. Peran utamanya baru menyalurkan sarana produksi atau
mengumpulkan (bukan memasarkan) hasil usahatani. Jadi kehadiran
koperasi masih lebih menguntungkan bagi pengusaha yang bergerak pada
agribisnis hulu dan hilir, bahkan bagi peternak rakyat dapat merugikan jika
koperasi mengambil marjin dalam menyalurkan sarana produksi maupun
pengumpulan hasil. Selama ini, koperasi (KUD) masih menangani banyak
komoditas, sehingga tidak pernah menguasai suatu agribisnis komoditas
tertentu.
Koperasi agribisnis mampu memberdayakan ekonomi peternak rakyat
adalah koperasi agribisnis yang menangani suatu jenis komoditas sebagai
bisnis inti (core business), Artinya, seluruh kegiatan agribisnis mulai dari hulu
sampai ke hilir dikuasai oleh koperasi. Dalam agribisnis peternakan sudah ada
yang berhasil yaitu koperasi susu GKSI sebagai koperasi susu sekunder dan
koperasi peternak sapi perah (KPS) sebagai koperasi primer, Pada agribisnis
hulu susu, koperasi memiliki pabrik pakan ternak, dan gudang pencampuran
pakan ternak, mengimpor Iangsung bibit sapi perah dan memiliki pembesaran
pedat sapi perah dan lain-lain, Sedangkan pada budi daya dilaksanakan
oleh peternak sapi perah (di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Sedangkan, pada agribisnis hilir, mereka memiliki pabrik pengolahan susu
(milk treatment), armada khusus pengangkutan susu, industri pengolahan susu
(pasteurisasi yogurt), susu alam murni, dan mengembangkan aliansi dengan
industri pengolahan susu seperti dengan Susu Bendera, PT Ultra Jaya, PL Sari
Husada, PL Nestle dan lain-lain. Mungkin di masa yang akan datang, GKSI
dapat mendirikan industri es krim.
Saat ini Departemen Pertanian cq. Ditjen Peternakan bersama-sama
dengan Pemda Jawa Barat sedang mengembangkan koperasi agribisnis ayam
ras. Kita harapkan koperasi ayam ras ini mampu berkembang cepat, Pada
komoditi lainnya, seperti sapi potong, domba, kambing dan ayam buras dapat
muncul koperasinya di masa yang akan datang.
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_13_Edited.indd 175
175
175
02/04/2010 17:52:06
Memberdayakan Peternak melalui Pengembangan Koperasi Agribisnis Peternakan
Di negara-negara Eropa, seperti Denmark dan Belanda, koperasi agribisnis
dengan bisnis inti satu komoditas sangat berhasil. Bahkan di negara Jepang,
dimana Bung Hatta dulu belajar koperasi, yang berkembang adalah koperasi
agribisnis seperti itu.
Apakah bila dari Hulu Hingga ke Hilir Dikuasai oleh
Koperasi Agribisnis Tidak Merupakan Distorsi Pasar
Seperti Praktek Kartel?
Tidak akan! Sebab, mengembangkan koperasi agribisnis suatu komoditas
tidak bermaksud (tidak akan) membuat seluruh peternak dalam satu koperasi
sebab tidak akan berhasil, karena terlalu besar. Yang akan kita kembangkan
adalah banyak koperasi agribisnis dalam satu komoditas. Di Jawa Barat,
misalnya, untuk ayam ras, ada puluhan koperasi agribisnis. Demikian juga di
provinsi lain. Lagi pula, ada perusahaan swasta yang juga terintegrasi secara
vertikal. Jadi ada puluhan koperasi agribisnis dan puluhan perusahaan swasta
yang saling bersaing di pasar produk akhir, baik antarkoperasi agribisnis,
antar perusahaan swasta maupun antarperusahaan swasta dengan koperasi
agribisnis. Kalau begitu banyak peiaku agribisnis. Disuruh pun berkolusi
tidak akan terjadi kolusi. Tetapi kalau jumlahnya sedikit, dilarangpun
berkolusi pasti akan berkolusi. Selain itu, beberapa tahun yang akan datang
kita akan memasuki era perdagangan bebas, baik di kawasan Asia Tenggara
(AFTA) kemudian di Asia Pasific (APEC). Dengan era perdagangan bebas,
maka persaingan antarkoperasi agribisnis, perusahaan swasta dan perusahaan
asing akan meningkat. Jadi tidak mungkin terbentuk kartel, yang terjadi
adalah persaingan. Dan ini baik karena akan mendorong efisiensi dan inovasi.
Bagaimana Tahap-Tahap Pengembangan Koperasi
Agribisnis Peternakan? Apakah Sumberdaya Manusia
Peternak Rakyat Akan Mampu? dan Apa Peran
Pemerintah?
Bagi peternak rakyat yang sudah ada koperasinya, sudah lebih mudah
karena tinggal mengembangkan saja. Tetapi bagi peternak rakyat yang
belum ada koperasinya, kita perlu mendorong dan membantu mereka untuk
berkoperasi.
Pada agribisnis peternakan, keberhasilan bisnis akan sangat tergantung
pada pakan, karena sekitar 60-70 persen biaya produksi adalah pakan. Siapa
176
176
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_13_Edited.indd 176
02/04/2010 17:52:06
Memberdayakan Peternak melalui Pengembangan Koperasi Agribisnis Peternakan
yang menguasai pakan, dialah yang unggul dalam bisnis peternakan. Oleh
karena itu, yang harus segera (pertama) digarap oleh koperasi agribisnis
peternakan adalah industri pakan. Industri pakan ini tidak perlu besar-besar,
lebih baik skala menengah tetapi banyak sesuai dengan kebutuhan anggotanya.
Setelah pakan digarap, baru pada agribisnis hilir, misalnya pemotongan ternak
atau pengolahan maupun perdagangan. Dalam mengarap pemotongan ternak
atau pengolahan hasil ternak ini dapat secara murni dimulai koperasi. Tetapi
dapat juga dengan aliansi atau model modal patungan dengan perusahaan
Swasta atau BUMN. Dalam perdagangan hasil ternak, misalnya, koperasi
dapat mengadakan kios-kios hasil ternak, baik di pasar “becek” maupun pasar
“elite’’.
Selanjutnya, untuk menjamin kontinuitas bahan baku pakan, terutama
jagung, koperasi agribisnis dapat mengembangkan jaringan bisnis (business
network) dengan koperasi petani jagung atau membuka perkebunan jagung
(corn estate) secara modal ventura dengan koperasi agribisnis peternakan
lainnya, koperasi agribisnis jagung atau dilakukan secara sendiri-sendiri.
Demikian seterusnya, mungkin sampai pada pembibitan dan lain-lain.
Koperasi agribisnis tersebut, termasuk unit-unit usahanya, harus dikelola
secara profesional. Dewasa ini peternak rakyat sudah banyak yang pintar
(karena pengalaman) bahkan pada ayam ras banyak yang sudah sarjana.
Kalaupun tidak ada, tidak menjadi hambatan untuk mengembangkan
koperasi agribisnis. Perusahaan peternakan yang ada saat ini, pemilikinya
tidak tahu apa-apa tentang bisnis ternak. Mereka merekrut orang-orang
yang profesional. Kalau perusahaan peternakan mampu mengaji orang-orang
profesional, mengapa koperasi agribisnis peternakan tidak mampu. Saya
yakin mampu. Contoh sudah ada, yaitu GKSI. Saat ini GKSI telah mampu
merekrut dan mengaji 35 orang tenaga kerja SI dan S2.
Kemudian peran pemerintah jelas sangat dibutuhkan, terutama pada
awal pengembangan koperasi agribisnis. Sudah saatnya pemerintah lebih
serius untuk mendorong pengem-bangan koperasi agribisnis ini. Pada
awal perkembangannya peran pemerintah cukup banyak seperti memberi
kemudahan ijin usaha, lokasi, fasilitas kredit, dan lain-lain. Sejarah GKSI
menunjukkan bahwa GKSI mampu berkembang pesat karena pemerintah
memberi kemudahan-kemudahan (tanpa menciptakan distorsi). Dalam
banyak masalah/kemelut yang dihadapi GKSI selama ini, pemerintah cukup
tanggap dan sigap memberikan solusinya. Soal fasilitas kredit, saat ini sudah
cukup banyak skim kredit yang dapat dimanfaatkan koperasi. Skim kredit ini
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_13_Edited.indd 177
177
177
02/04/2010 17:52:06
Memberdayakan Peternak melalui Pengembangan Koperasi Agribisnis Peternakan
perlu dibesarkan dan dipermudah penyalurannya. Mungkin sudah saatnya kita
memiliki semacam Bank Agribisnis yang berperan dalam mengorganisir skim
atau sumber kredit yang ada dan menyalurkannya pada koperasi agribisnis.
178
178
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_13_Edited.indd 178
02/04/2010 17:52:06
Download