108 BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

advertisement
BAB IV
ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 4 KOTA
TEGAL
A. Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi yang Ditanamkan Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 4 Kota Tegal
1. Nilai Tanggung Jawab
Nilai tanggung jawab terwujud dalam proses pembelajaran
PAI. Seperti ketika observasi pada waktu pembelajaran PAI dengan
tema semangat menuntut ilmu, guru selalu memberikan arahan kepada
peserta didik untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu dan
bertanggung jawab untuk mengamalkan ilmunya kepada sesama.
Kemudian guru juga mengaitkan dengan tanggung jawab yang
diemban oleh pemimpin negara, yang merupakan orang berilmu yang
mempunyai kedudukan tertinggi untuk bisa bertanggung jawab atas
apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Hal tersebut dapat dikatakan bahwa nilai tanggung jawab yang
merupakan salah satu nilai dari pendidikan anti korupsi dapat
ditanamkan kepada peserta didik melalui materi pembelajaran. Guru
tidak hanya menyampaikan materi tentang semangat menuntut ilmu
saja, namun didalamnya disisipkan nilai tanggung jawab yang disertai
contoh kongkritnya dalam kehidupan. Dengan demikian peserta didik
108
109
dapat memahami dan mananamkan nilai tanggung jawab sebagai
pelajar untuk belajar menuntut ilmu dengan baik sekaligus menjadi
masyarakat yang mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan
sosialnya.
2. Nilai Kedisiplinan
Nilai kedisiplinan selain termuat dalam kompetensi inti juga
termuat dalam proses pembelajaran melalui materi pelajaran yang
diajarkan. Seperti yang terlihat di dalam materi aspek akhlak yakni
memahami dan menampilkan perilaku taat kepada aturan, kompetisi
dalam kebaikan dan bekerja keras, guru tidak hanya mengajarkan pada
tataran teori saja. Rupanya melalui observasi yang penulis lakukan,
guru juga mempraktekannya dalam pembelajaran. Terlihat guru selalu
menanyakan keterlambatan siswa ketika masuk kelas, memperhatikan
kerapiannya
dan
kesiapannya
dalam
belajar,
bahkan
tidak
memperbolehkan mengikuti pembelajaran jika sudah tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Hal tersebut merupakan proses
penanaman nilai kedisiplinan kepada peserta didik agar membiasakan
dirinya menghargai waktu
dan menyadari pentingnya kedisiplinan
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai kedisiplinan yang ditanamkan
rupanya sesuai dengan Modul Pembentukan Karakter Genarasi Anti
Korupsi yang diterbitkan oleh komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
untuk menanamkan nilai kedisiplinan dengan perilaku tertib dan patuh
kepada berbagai ketentuan dan peraturan, karena disiplin memang
110
tidak mudah, tetapi dengan terus berlatih, komitmen pada perencanaan
yang telah dibuat, maka akan membentuk sebuah kebiasaan positif dan
mampu melatih diri menjadi konsisten.1
3. Nilai Kejujuran
Kejujuran merupakan nilai penting yang perlu diajarkan kepada
peserta didik, tidak terkecuali pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI). Di dalam mata pelajaran PAI nilai kejujuran yang
merupakan salah satu nilai moral yang diajarkan sebagai bagian dari
unsur aqidah, karena sifat tersebut merupakan implikasi dari
memahami dan mengamalkan keimanan terhadap Rasulullah SAW.
Keimanan tersebut dijalankan dengan jalan meneladani sifat luhur dari
utusan-utusan Allah.
Nilai kejujuran selain terdapat pada materi pelajaran tentang
perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari
pemahaman QS. Al-Maidah (5): 8, QS. At-Taubah (9): 119 dan hadis
terkait dengan nilai kejujuran, juga ditanamkan melalui proses
pembelajaran. Seperti pada saat penulis melakukan wawancara kepada
salah satu guru PAI bahwa dalam proses pembelajaran hingga
penilaian, guru menekankan pada penanaman sifat jujur pada peserta
didik. Kejujuran yang ditunjukkan dengan perbuatan tidak mencontek
selalu diarahkan oleh guru. Untuk evaluasi guru menggunakan tes
tertulis, namun dalam pelaksanaannya guru hanya memberi 30%
1
Rustika Tamrin, Modul Pembentukan Karakter Generasi Anti Korupsi Tingkat
SLTA/MA Kelas 2 (Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) & Direktorat Pendidikan dan
Pelayanan Masyarakat, 2008), hlm. 35-43.
111
untuk penilaian tes tertulis, kemudian 70% merupakan evaluasi setiap
proses pembelajaran. Diantaranya, keaktifan dalam mengikuti
pembelajaran, kejujuran saat mengerjakan tugas dan guru juga dengan
tegas tidak akan memberikan penilaian pada pekerjaan peserta didik
yang merupakan hasil mencontek.
Hal tersebut secara tidak langsung guru menanamkan nilai
kejujuran kepada setiap peserta didik, sekaligus memberikan contoh
nyata dampak perilaku tidak jujur dengan tidak memberikan nilai dari
hasil mencontek. Sikap yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran
juga sangat menekankan kepada peserta didik untuk berkata benar,
bertindak dengan baik dan menghargai pendapat orang lain. Dengan
demikian nilai kejujuran dapat mengakar di dalam diri siswa sehingga
dapat mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Nilai Kesederhanaan
Kesederhanaan merupakan salah satu nilai penting yang
diajarkan dalam pembelajaran PAI. Nilai tersebut merupakan salah
satu sifat terpuji, oleh karena itu diajarkan sebagai salah satu dari
pembelajaran akhlaq. Selain itu kesederhanaan merupakan tauladan
yang diajarkan Rasulullah SAW dan meyakininya merupakan salah
satu pengamalan dari mengimani Rasulullah. Seperti observasi yang
dilakukan oleh penulis bahwa kesederhanaan ditampakkan oleh para
guru yang merupakan panutan bagi peserta didiknya. Seperti tidak
memakai perhiasan dan aksesoris yang berlebihan di sekolah, dalam
112
proses pembelajarannya pun guru senantiasa bersikap ramah dan
menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik.
Hal tersebut tentunya salah satu upaya untuk menanamkan nilai
kesederhanaan terhadap peserta didik, dengan memberikan contoh
langsung pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan sikap
rendah hati yang selalu ditampilkan oleh guru baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Dengan demikian peserta didik dapat
mengidentifikasi
pola
hidup
sederhana
dan
mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Nilai Kerja Keras
Nilai kerja keras merupakan salah satu nilai pendidikan anti
korupsi yang sangat ditanamkan dalam proses pembelajaran. Seperti
yang dikatakan oleh salah satu peserta didik sebagai berikut :
“Kalau di dalam pelajaran kan kita selalu dituntut untuk
menghafal ayat-ayat Alquran atau hadis yang terkait dengan
materi pelajaran, nah disitu kita dituntut untuk kerja keras dalam
menghafal. Karena nantinya juga di cek hafalannya sewaktuwaktu tanpa terduga, jadi kita tetap harus terus menghafal, kalau
nanti di cek kita nggak hafal kan malu”.2
Dengan demikian, secara tidak langsung nilai kerja keras
ditanamkan untuk melatih siswa untuk membiasakan sikap pantang
menyerah dalam mengerjakan sesuatu. Serta dapat menunjukkan
contoh dari dampak kerja keras sehingga siswa dalam kehidupannya
memiliki sikap gigih, kuat dan tidak mudah putus asa.
2
Fani, Siswi SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 14 Januari 2015.
113
6. Nilai Kemandirian
Kemandirian merupakan salah satu nilai pendidikan anti
korupsi yang dikembangkan. Dalam pembelajaran PAI, peserta didik
diajarkan tentang kemandirian sebagai salah satu dari akhlaq yang
terpuji. Selain nilai kejujuran, kemandirian juga ditanamkan agar
peserta didik memiliki kepercayaan terhadap kemampuan pribadi
yang dimiliki untuk melaksanakan tugas atau amanah, dengan tanpa
menggantungkan diri kepada orang lain.
Nilai ini biasanya diajarkan dalam setiap proses pembelajaran.
Secara tidak langsung siswa dibiasakan mandiri untuk melaksanakan
shalat dhuha dan doa bersama tanpa pengawasan guru. Seperti yang
diungkapkan salah satu siswa mengenai penanaman nilai mandiri di
dalam proses pembelajaran PAI :
“Dan kita juga mencoba selalu mandiri dalam mengemban
amanah yang diberikan, misalnya ketika tadarus pagi tanpa ada
pengawasan otomatis kita langsung memulai tadarus, dan
sebelum pelajaran PAI kita semua tanpa disuruh langsung
melaksanakan shalat dhuha. Hal yang semacam itu yang membuat
kita jadi mandiri dan terbiasa melakukannya”.3
Dengan demikian nilai kemandirian sudah mulai tertanam di
dalam diri siswa meski masih dalam tataran melaksanakan tugas
sekolah. Namun yang pada akhirnya jika nilai kemandirian sudah
biasa dilakukan maka otomatis dapat diaplikasikan pula dalam
kehidupan sehari-hari.
3
Bayu, Siswa SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 14 Januari 2015.
114
7. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan menjadi penting ditanamkan kepada peserta
didik karena merupakan keluhuran budi yang mencerminkan pribadi
muslim yang baik. Selain diajarkan dalam materi PAI dalam aspek
akhlak yang merupakan salah satu sifat terpuji, nilai keadilan juga
ditampilkan oleh guru dalam rangka menanamkan nilai keadilan
terhadap peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru
PAI bahwa guru sangat menekankan nilai adil dalam proses
pembelajaran terutama dalam memperhatikan siswa. Karena setiap
siswa mempunyai hak yang sama untuk menerima pengajaran dan
perhatian dari guru. Tidak membedakan kaya, miskin, pintar, kurang
pintar, cantik, kurang cantik, tentunya guru harus memperlakukannya
dengan adil.4
Dengan kesadaran guru akan keadilan memperlakukan peserta
didik dengan baik, maka dapat memberikan pelajaran yang baik untuk
peserta didik. Nilai keadilan secara tidak langsung dapat tertanam di
dalam diri setiap peserta didik karena merasa diperlakukan sama dalam
konteks adil sebagaimana haknya. Dengan demikian diharapkan nilai
keadilan
yang
ditanamkan
dapat
menjadikan
siswa
mampu
mengidentifikasi tindakan adil dan mampu menghindari diri dari sikap
berat sebelah atau tidak seimbang.
4
Khaerul Zaman, Guru PAI Kelas X SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 12
Januari 2015.
115
8. Nilai Keberanian
Nilai Keberanian selain termuat dalam materi PAI juga
ditanamkan guru di dalam proses pembelajaran. Terlihat pada saat
pembelajaran
guru
selalu
memotivasi
siswa
untuk
berani
mengungkapkan pendapatnya seperti “ ayo kalian harus berani, berani
dalam
melakukan
kebaikan
itu
harus
dilakukan,
seperti
mengungkapkan pendapat di depan kelas kalian tidak boleh malumalu, kalau mengungkapkan pendapat di depan kelas saja tidak berani,
bagaimana kalian berani melawan korupsi?”.5
Begitu kiranya yang selalu dikatakan oleh guru membangkitkan
keberanian
dalam
diri
siswa
untuk
berani
mengungkapkan
pendapatnya dalam proses pembelajaran. Dengan mengaitkannya
dengan
keberanian
melawan
korupsi,
secara
tidak
langsung
menanamkan di dalam diri siswa untuk tidak memiliki rasa gentar dan
takut bahkan malu untuk melakukan kebaikan, akan tetapi keberanian
dapat dilakukan untuk melawan indikasi tindakan korupsi di sekolah
seperti berani mengingatkan teman yang mencontek dan berani untuk
jujur dalam ucapan dan tindakan.
9. Nilai Kepedulian
Sebagai bagian dari salah satu sifat terpuji yang dianjurkan
oleh agama, kepedulian juga dijelaskan secara eksplisit pada materi
pelajaran PAI. Selain ditanamkan melalui proses pembelajaran, nilai
5
Observasi Pembelajaran PAI Kelas X SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 24 Januari 2015.
116
kepedulian ini juga sangat terlihat sudah tertanam pada sebagian besar
peserta didik. Terlihat ketika penulis sedang melakukan observasi,
rupanya SMAN 4 kota Tegal sangat memperhatikan kesehatan
lingkunga. Hampir disetiap depan kelas terdapat keran. Hal tersebut
ternyata dapat melatih siswa untuk membiasakan hidup bersih. Seperti
yang penulis amati, setiap peserta didik yang akan memakan snack,
mereka tidak lupa mencuci tangannya di keran yang dekat dengan
mereka, kemudian ketika mereka setelah selesai peajaran, tidak sedikit
dari mereka yang mencuci tangannya.
Hal tersebut terbukti keseriusan SMAN 4 kota Tegal dalam
membangun budaya anti korupsi, dengan sarana yang mudah
dijangkau oleh peserta didik untuk lebih peduli terhadap diri sendiri
dan lingkungan. Jadi selain dalam materi PAI yang ditanamkan nilai
persaudaraan antar sesama umat manusia, juga ditanamkan melalui
aktivitas di luar kelas. Dengan demikian nilai kepedulian tidak terhenti
pada tataran teoritis saja di dalam pembelajaran, tetapi langsung
diaplikasikan ke dalam aktivitas di luar kelas.
Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa kesembilan nilainilai pendidikan anti korupsi sudah ditanamkan dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam. Namun sayangnya, nilai-nilai PAK tersebut
belum tersusun secara sistematis dalam penerapannya. Hal itu terbukti
tidak adanya prosedur khusus dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan
anti korupsi dalam proses pembelajaran. Selain itu tidak ada kurikulum
117
khusus yang diberikan sebagai acuan bahan ajar yang sesuai dengan
penanaman nilai-nilai PAK pada masing-masing jenjang kelas. Seperti
yang di ungkapkan oleh kepala urusan kurikulum SMAN 4 Kota Tegal :
“Dari pusat memang tidak memberikan kurikulum khusus
pendidikan anti korupsi disini, dalam kurikulum PAI pun tidak ada,
hanya saja terintegrasi pada semua mapel khususnya PAI. Jadi
penanaman tersebut melalui inisiatif guru dan pihak sekolah untuk
memasukkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi pada perangkat
pembelajaran seperti RPP agar sesuai dengan materi pelajaran yang
akan disampaikan. Hanya saja kendalanya terkadang guru masih
bingung dalam merancang nilai-nilai tersebut dalam RPP.”6
Dengan begitu, hal tersebut tentunya dapat menjadi faktor
penghambat proses transfer nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam
proses pembelajaran. Karena guru hanya mengacu pada keterkaitan nilainilai PAK dengan materi pembelajaran. Ditambah lagi dengan muatan
materi PAI yang terlalu banyak dan belum teraturnya termuat dalam RPP
bisa terdapat kemungkinan nilai-nilai pendidikan anti korupsi belum
tercover dengan baik.
Oleh karena itu artinya perlu ada upaya terobosan kurikulum berupa
pengembangan nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Dengan terobosan
kurikulum yang demikian, nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang
dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh, di samping
memiliki dampak nyata dalam kehidupan diri, masyarakat, bangsa, dan
bahkan umat manusia.
6
Lucia, Kepala Urusan Kurikulum SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19
Januari 2015.
118
Dengan demikian idealnya pengembangan nilai-nilai pendidikan
anti korupsi diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan setiap mata
pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP.
Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh dapat melalui caracara berikut ini:
1. Mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) yang akan menjadi materi pengintegrasian pendidikan anti
korupsi.
2. Menambahkan indikator tentang korupsi pada kolom indikator.
3. Menambahkan materi pokok tentang korupsi pada kolom materi pokok
sesuai dengan indikatornya.
4. Menyisipkan instrumen yang berkaitan dengan korupsi untuk
mengevaluasi pelaksanaan pendidikan anti korupsi, dan
5. Menambahkan sumber belajar (SB) tentang korupsi.7
Sementara prosedur pengintegrasian pendidikan anti korupsi ke
dalam RPP, di antaranya:
1. Menyisipkan indikator materi pendidikan anti korupsi.
2. Menyisipkan materi pendidikan anti korupsi pada tujuan pembelajaran.
3. Menguraikan indikator materi pendidikan anti korupsi pada materi
pembelajaran.
4. Merencanakan pemberian materi pendidikan anti korupsi dalam
langkah-langkah pembelajaran.
7
Agus Wibowo, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah (Strategi Internalisasi pendidikan
Antikorupsi di Sekolah) (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 57-58.
119
5. Menambahkan sumber belajar, dan
6. Menyisipkan instrumen tentang materi pendidikan anti korupsi dalam
penilaian pelajaran.8
Jika konsep tersebut dapat digunakan dalam penanaman nilai-nilai
pendidikan anti korupsi dalam proses pembelajaran, terutama dalam
pencantuman nilai-nilai tersebut di dalam silabus dan RPP, tentunya akan
membantu guru dalam pelaksanaan sehingga proses penanaman nilai-nilai
pendidikan anti korupsi dapat tersampaikan secara sistematis dan
maksimal.
B. Analisis Metode dan Strategi Pendidikan Anti Korupsi dalam
Pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal
Penanaman nilai merupakan upaya yang dilakukan untuk
memberikan kesadaran kepada peserta didik agar menjadi generasi bangsa
yang berkarakter dan berkualitas. Penanaman nilai merupakan wujud
nyata penerapan ilmu pengetahuan dan pemahaman peserta didik dalam
menyerap mata pelajaran, dan membentuk perilaku hidupnya sehari-hari.
Penanaman nilai dalam konteks ini adalah pada usaha untuk membentuk
generasi muda yang memiliki keagungan nilai budi, dan mampu
membentengi diri dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh
bangsa ini, seperti masalah korupsi.
Pendidikan menjadi penting karena perannya dapat dilakukan
untuk memberangus praktik korupsi di Indonesia. Hal tersebut dapat
8
Ibid.
120
dilakukan dengan mengkaitkan materi-materi dalam pelajaran dengan
nilai-nilai pendidikan anti korupsi, melalui penyampaian pesan dan nasihat
kepada peserta didik tentang bahaya korupsi. Di dalam pembelajaran,
pendidik juga tidak hanya mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam hal aspek pengetahuan semata, namun pada penanaman nilai-nilai
sehingga peserta didik memiliki dorongan untuk mengamalkan ilmu
pengetahuan yang telah didapatkan.
Mata pelajaran yang juga memegang peranan penting pada
pendidikan moral adalah pendidikan agama. Mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam menjadi begitu penting merespon keadaan korupsi yang kian
akut di republik ini. PAI harus mampu diajarkan tidak hanya pada tataran
kognisi saja, namun terdapat keseimbangan pada aspek psikomotoriknya.
Sehingga
peserta
didik
mampu
memiliki
kemauan
kuat
untuk
mengamalkan ajaran-ajaran agama dan nilai-nilai agung sebagai seorang
pemeluk agama yang baik.
Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi
tentu sangat relevan sebagaimana yang diterapkan oleh SMAN 4 Kota
Tegal sebagai upaya untuk menghentikan mata rantai berkembangnya
korupsi di negeri ini. Tujuanya adalah untuk mendidik moral generasi
muda agar memiliki karakter dan akhlak yang baik. Analasis terhadap
penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang termasuk di dalamnya
metode dan strategi pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMAN 4
Kota Tegal dapat dicermati pada hal-hal berikut, diantaranya :
121
1. Pembelajaran PAI di kelas
a. Tenaga Pendidik
Tenaga Pendidik tentunya sangat berperan dalam proses
pembelajaran baik melalui pengajaran maupun perhatian dan
kepedulian terhadap siswa. Seperti yang terlihat dalam proses
pembelajaran PAI di kelas, dalam menanamkan nilai-nilai
pendidikan anti korupsi,
guru selalu memperhatikan siswa
sebelum pembelajaran, misalnya menyuruh seluruh siswa laki-laki
maju ke depan kelas untuk merapikan bajunya terlebih dahulu,
kemudian rambut juga tak luput dari perhatian guru. Bagi siswa
laki-laki yang mempunyai rambut panjang dan bersepatu tidak
hitam maka tak tanggung-tanggung siswa tersebut tidak boleh
mengikuti proses pembelajaran dengan terpaksa harus dikeluarkan
dari kelas.9 Seperti yang di ungkapkan oleh salah seorang guru
PAI :
“ketegasan saya bukan berarti mengambil hak mereka untuk
belajar, tapi untuk mendidik mereka agar lebih disiplin dalam
belajar. Jika penampilan mereka saja tidak diperhatikan
bagaimana mereka memperhatikan pelajaran? Sebelumnya
memang saya tidak setegas ini hanya melalui peringatan saja,
tapi ternyata belum membuat mereka berubah. Dengan
terpaksa saya beri sanksi tidak boleh mengikuti pelajaran saya
sebelum mereka benar-benar siap untuk mengikuti
pembelajaran.”10
Jika dilihat dari pola pengajaran tersebut tentunya sejalan
dengan pengertian pendidikan yang tercantum dalam kamus besar
9
Observasi pembelajaran PAI SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 24 Januari 2015.
Khaerul Zaman, Guru PAI SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 24 Januari
10
2015.
122
bahasa Indonesia yakni proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan
mendidik.11 Jadi peran dan ketegasan guru sangat memegang
peranan penting dalam mengubah perilaku siswa dan tentunya
sekaligus menanamkan nilai pendidikan anti korupsi di dalamnya.
Penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di SMAN 4
Kota Tegal sebagian besar dilakukan oleh guru PAI. Pendidik
merupakan penggerak utama pendidikan moral. Oleh karena itu,
guru agama dicerminkan sebagai seorang yang agamawan,
berwibawa, cerdas, berakhlakul karimah dan mampu menjadi
tauladan bagi peserta didiknya. Peran yang tidak kalah penting
adalah sebagai memberi keteladanan, nasihat, arahan dan teguran
kepada peserta didik dengan baik. Seperti yang ditunjukan oleh
guru agama di SMAN 4 Kota Tegal yang mampu menjadi contoh
yang baik. Seperti menurut salah satu guru PAI sebagai berikut:
“Saya sebagai guru PAI sebisa mungkin menanamkan nilainilai pendidikan anti korupsi sesuai dengan apa yang saya
lakukan. Ketika saya berbicara kedisiplinan, maka saya harus
disiplin. Seperti datang tepat waktu, masuk dan keluar kelas
sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam kegiatan di luar
kelas pun saya sebisa mungkin menjaga sikap dilingkungan
sekolah”.12
Hal tersebut secara tidak langsung akan membuat
pembelajaran PAI menjadi semakin baik, karena didukung oleh
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa
Indonesia), op. cit., hlm. 326.
12
Khaerul Zaman, op. cit., Tegal, 24 Januari 2015.
123
guru yang baik pula. Namun selain menjadi faktor pendukung
dalam proses penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi, jika
kinerja guru tidak sesuai dengan apa yang diharapkan tentunya
akan menjadi penghambat jalannya penanaman nilai-nilai tersebut
di dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu idealnya guru dalam menanamkan nilainilai pendidikan anti korupsi harus mampu menciptakan suasana
belajar yang baik dan mendukung tersampaikannya materi dengan
baik pula. Sehingga melalui materi yang disampaikan peserta didik
dapat mengambil manfaat dengan pembelajaran di kelas yang
berkualitas. Dalam hal ini guru juga harus dapat bertindak
profesional dalam mengajar, dengan memahami setiap ke khasan
yang dimiliki oleh peserta didik
b. Peserta didik
Dalam proses pembelajaran peserta didik tentunya menjadi
target utama dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi.
setiap peserta didik berbeda dari aspek biologis, intelektual, dan
psikologis. Dengan ragamnya karakter peserta didik tersebut
tentunya mempengaruhi tercapai tidaknya penanaman nilai dalam
pembelajaran. Seperti yang terlihat dari antusiasme siswa dalam
pembelajaran PAI juga bermacam-macam. Hal itu dapat dilihat
ketika guru menggunakan metode tanya jawab yakni ketika guru
menstimulus
siswa
dengan
mengajaknya
bersama-sama
124
mendiskusikan dan mencari nilai-nilai anti korupsi apa saja yang
dapat di ambil dari materi tersebut, namun hanya beberapa siswa
saja yang berani mengungkapkan pendapatnya.
Akan tetapi usaha guru tampaknya tidak sampai disitu saja,
kemudian
guru
mulai
membimbing
siswa
untuk
berani
menyebutkan nilai-nilai yang terkandung dengan menunjuknya
melalui absensi. Hal tersebut tentunya ingin menanamkan nilai
keberanian di dalam diri setiap siswa. Dengan kesabaran guru
dalam menuntun siswa dalam memahami dan mengungkapkan
pendapat,
beberapa
siswa
terlihat
sudah
mulai
tergerak
keberaniannya untuk berpendapat meski hanya sebentar. Hal
seperti itu tentunya juga mendapat penghargaan dari guru dengan
memberinya senyuman dan tidak pernah menyalahkan pendapat
siswa. Dengan demikian, melalui pembelajaran peserta didik mulai
terbiasa menerapkan nilai-nilai anti korupsi meski masih dalam
bimbingan guru.13
c. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan fasilitas pembelajaran
yang menjadi pendukung tercapainya proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup
penting. Dengan adanya media pembelajaran, tentunya materi
pelajaran dapat diterima dengan mudah dan menyenangkan.
13
Observasi Pembelajaran PAI SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 12 Januari 2015.
125
Terlihat saat pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal beberapa
media digunakan untuk menunjang proses pembelajaran seperti
papan tulis, LCD dan mushola. Ketiga media tersebut selalu
digunakan untuk teori dan pengaplikasiannya, sehingga siswa tidak
terhenti pada tataran teori saja melainkan juga dapat memahami
penerapannya secara langsung.
d. Metode dan Strategi
Metode dan strategi pembelajaran sebagaimana pendapat
Gulo yang dikutip dalam buku Jamil Suprihatiningrum dengan
judul buku „Strategi Pembelajaran‟ merupakan rencana dan caracara membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat
terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai secara
efektif.14 Seperti proses pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal
dengan diterapkannya program pendidikan anti korupsi di sekolah
tentunya metode dan strategi pembelajaranpun harus disiapkan
dengan matang agar proses penanaman nilai-nilai anti korupsi
dapat dipahami oleh siswa. Dalam proses pembelajarannya guru
menggunakan beberapa metode dan strategi yang sesuai dengan
materi dan nilai yang akan disampaikan. Berikut analisis metode
pembelajaran PAI sebagai penanaman nilai pendidikan anti korupsi
:
14
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori&Aplikasi (Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA, 2013), hlm. 148.
126
1) Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode
yang boleh
dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan guru dengan anak
didik dalam proses belajar mengajar.15 Melalui metode ceramah,
guru mencoba menyampaikan nilai-nilai pendidikan anti korupsi
yang dikaitkan melalui materi pembelajaran. Hal itu baik
dilakukan karena dengan metode ceramah
guru dapat
mengarahkan pola fikir peserta didik melalui cerita-cerita anti
korupsi, contoh-contoh kongkrit dan menunjukkan tokoh-tokoh
yang dapat menjadi panutan bagi peserta didik. Dengan metode
ini secara tidak langsung guru telah menanamkan nilai-nilai
pendidikan anti korupsi dalam pembelajarannya.
Namun, tidak hanya dengan menggunakan metode
ceramah penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat
tersampaikan secara maksimal. Ada beberapa kelemahan
tentunya
dengan
menggunakan
metode
ceramah
ini.
Diantaranya, terkadang membuat peserta didik bosan dan pasif,
karena pada metode ini guru lebih aktif dari siswa. Dan dengan
metode ceramah pula guru sukar dalam menyimpulkan
pemahaman peserta didik dengan materi yang disampaikan.
15
hlm. 120.
Zaenal Mustakim, Strategi&Metode Pembelajaran (Pekalongan : STAIN Press, 2011),
127
2) Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu metode yang
sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Cara
penyajiannya, dimana peserta didik dihadapkan kepada suatu
masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang
bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.16
Tidak berbeda dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anti
korupsi pada pembelajaran PAI, biasanya guru mengajak peserta
didik untuk mendiskusikan makna dari suatu ayat yang
kemudian peserta didik mencari nilai-nilai yang terkandung
dalam ayat Alquran tersebut.
Hal
itu
tentunya
dapat
memberikan
pengalaman
tersendiri bagi siswa. Dengan metode tersebut siswa dapat
mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang
terdapat dalam ayat Alquran, sehingga dihasilkan pemaknaan
yang sesuai dengan petunjuk guru. Jika dianalisis, menggunakan
metode diskusi ini dapat membuat peserta didik lebih aktif dan
terlibat dalam memahami materi pembelajaran serta nilai-nilai
pendidikan anti korupsi yang ditanamkan. Karena pada
pembelajarannya, guru melibatkan siswa untuk mendiskusikan
problematika yang terkait dengan materi yang kemudian
dihubungkan dengan masalah-masalah tindak korupsi baik di
16
Ibid., hlm. 126-127.
128
sekolah maupun di masyarakat. Selain itu dengan metode
diskusi dapat menanamkan nilai kepedulian kepada peserta didik
untuk saling memperdulikan sesama siswa untuk aktif bersama.
3) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan suatu cara penyajian
bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab
oleh anak didik. Penggunaan metode tanya jawab bermaksud
memotivasi peserta didik untuk bertanya selama proses belajar
mengajar, atau guru yang bertanya (mengajukan pertanyaan)
dan peserta didik menjawabnya.17 Hal tersebut juga terlihat dari
proses belajar mengajar dalam pembelajaran PAI. Seperti ketika
guru mempersilahkan peserta didik untuk bertanya terkait materi
yang telah disampaikan, namun jarang sekali siswa yang
bertanya. Tampaknya mereka telah memahami atau tidak ada
keberanian untuk bertanya.
Hal itulah yang sering terjadi saat metode tanya jawab
digunakan. Namun, dikekurangan tersebut guru mempunyai
inisiatif
untuk
menanamkan
mendorong
nilai-nilai
siswa
pendidikan
lebih
anti
aktif
sekaligus
korupsi.
Guru
menstimulus peserta didik dengan memberi pertanyaan dengan
langsung menunjuk siswa melalui absensi. Hal tersebut kiranya
dapat melatih keberanian dalam dri siswa untuk mengungkapkan
17
Ibid.
129
pendapat. Meskipun masih dalam tataran dipaksa, namun pada
akhirnya dapat terbiasa untuk berani dalam bertanya maupun
mengungkapkan pendapat.
4) Metode Hafalan
Metode
hafalan
merupakan
metode
yang
sering
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran PAI. Banyak
nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang ditanamkan dalam
metode ini. Dalam setiap pembelajaran PAI, peserta didik selalu
dituntut untuk menghafal ayat-ayat Alquran yang terkait pada
materi pelajaran saat itu. Dalam teknisnya, terkadang guru tidak
memberikan
pengawasan
kepada
peserta
didik
ketika
menghafal. Tujuannya untuk menanamkan nilai kejujuran, kerja
keras, kemandirian dan tanggung jawab kepada siswa.
Sudah tidaknya nilai itu tertanam dalam diri siswa, guru
dapat mengetahuinya ketika guru meminta siswa untuk
menyetorkan hafalannya. Jika pada saat siswa belum menghafal
dengan baik, maka terdapat kemungkinan siswa tersebut belum
dapat memegang tanggung jawabnya untuk menghafal. Hal
tersebut rupanya memberikan efek malu ketika siswa belum
dapat menghafal dengan baik dihadapan teman-temannya. Oleh
karena itu, guru selalu memberikan pesan kepada siswa “jika
ingin menghafal dengan baik, maka syaratnya adalah harus
jujur, lalu kerja keras dan serius dalam menghafal, jangan
130
mudah putus asa, dan ketika diperintahkan untuk menghafal
maka harus menghafal, tidak digunakan untuk aktivitas yang
lain”.
Dengan metode hafalan ini, rupanya dapat belajar untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada siswa.
Dengan pembiasaan menghafalkan ayat-ayat Alquran, maka
terlatih pula semangat dan kerja keras
peserta didik.
Harapannya, peserta didik juga dapat mengambil makna dari
aktivitas tersebut sebagai penanaman nilai-nilai pendidikan anti
korupsi.
5) Metode Keteladanan
Metode keteladanan merupakan metode yang sangat
penting digunakan oleh guru tidak hanya pada saat proses
pembelajaran, namun disegala aktivitas baik di kelas maupun di
luar kelas. Pada metode keteladanan ini gurulah yang menjadi
titik pusat sebagai sosok panutan atau teladan bagi peserta
didiknya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru PAI
sebagai berikut :
“Guru seharusnya harus bisa seperti Rasulullah SAW
yang dapat menjadi suri tauladan bagi seluruh umatnya. Hal
itu karena Rasulullah tidak hanya memberi contoh, tetapi
menjadi contoh. Yang disayangkan guru-guru sekarang itu
adalah memberi contoh tapi belum bisa menjadi contoh
istilah jawanya “jarkoni” “Ngajar tapi ora nglakoni”.18
18
Khaerul Zaman, op. cit.,Tegal 12 Januari 2015.
131
Pola keteladanan ini yang sangat ditekankan oleh para
guru SMAN 4 Kota Tegal khususnya guru-guru PAI. Karena
pada dasarnya tidak jarang para siswa menjadikannya idola
dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, guru hendaknya
memiliki budi pekerti yang baik, berakhlakul karimah, sehingga
mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya.
Beberapa metode tersebut merupakan metode pembelajaran
PAI yang di dalamnya juga ditanamkan nilai-nilai pendidikan anti
korupsi. Dengan pengintegrasian tersebut membuat guru lebih
mudah dalam menanamkan nilai-nilai PAK karena menyatu dalam
satu metode proses pembelajaran. Namun, terkadang nilai-nilai
pendidikan anti korupsi belum dapat ditanamkan secara maksimal,
karena tidak tepatnya metode yang digunakan, membuat siswa
tidak dapat memahami dengan baik.
Idealnya terdapat metode tersendiri dalam menanamkan
nilai-nilai pendidikan anti korupsi, agar penanaman nilai tersebut
dapat
tersistematis
dan
mudah
ditanamkan
dalam
proses
pembelajaran. Berikut beberapa metode dalam penanaman nilainilai pendidikan anti korupsi :
1) Metode Inquiry
Metode Inquiry menekankan pencarian secara bebas dan
penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan siswa
untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam pendampingan dan
132
pengarahan guru. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan, pendapat dan penilaian terhadap nilai-nilai yang
ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satusatunya dalam menemukan nilai-nilai anti korupsi yang
dihayatinya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor
dalam penemuan nilai hidup tersebut. Metode ini dapat
digunakan
untuk
menanamkan
nilai-nilai
diantaranya
keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain,
sportivitas, kerendahan hati dan toleransi.
2) Metode Pencarian Bersama (Collaboratative)
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang
melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi
pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat.
Dimana pada proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berfikir
logis, analitis, sistematis, argumentatife untuk dapat mengambil
nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama.
3) Metode Siswa Aktif atau Aktivitas Bersama
Metode ini menekankan pada proses yang melibatkan
siswa sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok
bahasan
dan
mengembangkan
siswa
proses
dalam
kelompok
selanjutnya.
mencari
Siswa
dan
membuat
pengamatan, pembahasan analisis sampai proses penyimpulan
atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong siswa untuk
133
mempunyai kreativitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang.
4) Metode Live In
Metode Live in dimaksudkan agar siswa mempunyai
pengalaman hidup bersama orang lain langsung dengan situasi
yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan
pengalaman langsung siswa dapat mengenal lingkungan hidup
yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan,
termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan secara periodik melalui kegiatan lomba dan
sayembara tentang anti korupsi.
5) Metode Penjernihan Nilai atau Klarifikasi Nilai
Teknik mengklarifikasi nilai atau penjernihan nilai dapat
diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa
dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik
dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis
nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Sebagai
contoh, misalnya siswa diajak untuk membahas kasus korupsi
yang sedang marak di Indonesia. Tahap demi tahap siswa diajak
untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam masyarakat
dan akhirnya pada apa yang telah mereka lakukan.
Siswa diajak untuk melihat duduk permasalahan dan
berani
mengambil
sikap
dan
pilihan
dalam
hidupnya.
134
Penjernihan nilai dalam kehidupan amat penting. Apabila bias
tentang nilai dan sikap hidup ini dibiarkan maka akan
menyesatkan. Apabila yang salah ini dibiarkan dan seolah
dibenarkan maka akan terjadi kekacauan pandangan di dalam
hidup bersama.19
Selain metode pembelajaran yang digunakan dalam
penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi, SMAN 4 Kota
Tegal juga menggunakan dua strategi dalam penanaman nilai-nilai
pendidikan anti korupsi. Berikut analisis strategi dalam penanaman
nilai-nilai pendidikan anti korupsi :
1) Strategi Integratif
Di SMAN 4 Kota Tegal nilai-nilai pendidikan anti
korupsi terintegrasi pada mata pelajaran khususnya PAI. Guru
dalam proses pengajarannya mengaitkan materi pelajaran
dengan
nilai-nilai
pendidikan
anti
korupsi
sebagai
pengintegrasian nilai-nilai PAK dalam pembelajaran. Namun
sayangnya, seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa nilainilai PAK tersebut belum tersistematis dengan baik. Belum ada
panduan khusus dalam penanaman nilai-nilai PAK dalam materi
pelajaran.
19
Kementerian Agama RI, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di
Madrasah ( Jakarta : Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Drektorat
Madrasah, 2013), hlm. 13-17.
135
Idealnya strategi integrasi ini bisa dilakukan melalui
pengembangan materi, metode, media dan sumber belajar.
Integrasi melalui materi dapat dilakukan dengan memberikan
penonjolan, penajaman, pendalaman, atau perluasan materi
pembelajaran terkait dengan nilai dan perilaku anti korupsi
tertentu sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa
yang ada pada setiap jenjang madrasah/ sekolah. Sedangkan
integrasi melalui pengembangan metode dilakukan dengan
memillih dan menggunakan metode pembelajaran yang dapat
mendorong terjadinya internalisasi nilai dan tumbuhnya sikap
dan perilaku anti korupsi seperti jujur, disiplin, adil, tanggung
jawab, dan sebagainya.20
2) Strategi Pengembangan
Di samping penggunaan strategi integrasi
penanaman
menggunakan
nilai-nilai
strategi
pendidikan
anti
pengembangan.
dalam
korupsi
Pada
juga
strategi
pengembangan ini penanaman nilai-nilai pendidikan anti
korupsi
dilakukan
melalui
kegiatan-kegiatan
di
luar
pembelajaran di kelas seperti kegiatan ekstrakurikuler. Di
SMAN 4 Kota Tegal penanaman nilai-nilai tersebut juga
ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka,
20
Ibid., hlm. 22.
136
PMR, paskibraka dan rohis. Seperti yang diungkapkan oleh
waka kesiswaan sebagai berikut :
“Untuk kegiatan siswa itu sendiri biasanya melalui
kegiatan ekstrakurikuler, seperti Pramuka, PMR,
Paskibraka, Rohis dan masih banyak lagi. Lewat kegiatan
ekstrakurikuler itulah nilai-nilai pendidikan anti korupsi
ditanamkan. Seperti Pramuka mengajarkan nilai-nilai
kedisiplinan, kemandirian, kerja keras, tanggung jawab,
kepedulian, kejujuran yang semua itu juga merupakan nilainilai pendidikan anti korupsi. Tidak hanya di Pramuka di
PMR, Paskib dan Rohis juga demikian. Dan yang menjadi
pembina-pembina ekstrakurikuler juga di pilih dari bapak
ibu guru yang memang telah mengikuti seminar-seminar
dan workshop pendidikan anti korupsi, jadi dapat
menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi secara tepat
sasaran kepada siswa”.21
Dengan demikian, dalam penanaman nilai-nilai anti
korupsi tidak terhenti pada saat proses pembelajaran di kelas
saja. Penanaman tersebut tetap berlanjut pada kegiatan
ekstrakurikuler yang siswa ikuti di sekolah. Dalam pemilihan
pembina ekstrakurikuler SMAN 4 Kota Tegal juga melihat
kompetensi pada masing-masing guru. Hal itu terbukti menurut
penuturan waka kurikulum tersebut, bahwa bapak ibu guru yang
menjadi pembina ekstrakurikuler adalah mereka yang telah
mengikuti workshop dan seminar pendidikan anti korupsi
sebagai bekal dalam membimbing dan menanamkan nilai-nilai
pendidikan anti korupsi pada siswa.
21
Akhmad Yaseer, Kepala Urusan Kesiswaan SMAN 4 Tegal, Wawancara Pribadi,
Tegal, 19 januari 2015.
137
Dalam strategi pengembangan dicontohkan pula dalam
buku panduan penyelenggaraan pendidikan anti korupsi di
madrasah, diantaranya :
a) Melaksanakan pemilihan kepengurusan organisasi kesiswaan
(OSIS, Pramuka, PMR, Kopsis) dan panitia kegiatan
dilaksanakan secara demokratis dan obyektif sesuai dengan
ketentuan peraturan dengan mengutamakan kemampuan dan
kualitas siswa tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektif
yang mengarah pada korupsi.
b) Memastikan bahwa setiap anggota pengurus organisasi
kesiswaan (OSIS, Pramuka, PMR, Kopsis,) dan panitia
kegiatan melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan
fungsi dan tanggung jawab masing-masing dengan penuh
dedikasi keikhlasan dan rasa pengabdian.
c) Semua hasil keputusan rapat, setiap rencana, proses
pelaksanaan, dan hasil kegiatan kesiswaan diumumkan secara
tertulis di dalam papan informasi kegiatan siswa secara
terbuka. Untuk itu setiap proses dan hasil keputusan rapat
ditulis dalam berita acara yang ditandatangani dan disahkan
oleh pengurus atau panitia kegiatan.22
Dalam beberapa contoh di atas diharapkan dapat menjadi
contoh ideal dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai anti
22
Kementerian Agama RI, op.cit., hlm. 22-24.
138
korupsi dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sehingga
pemahaman mengenai nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat
dirasakan dan difahami secara langsung oleh peserta didik
melalui kegiatan-kegiatan yang menuntut mereka untuk secara
langsung mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kegiatan di
sekolah.
2. Pembelajaran di luar kelas
Proses pembelajaran yang baik adalah ketika peserta didik
mampu memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tentunya hal itu adalah proses pembelajaran dimana semuanya
berjalan dengan seimbang, baik dari tenaga pendidik, metode
pembelajaran, media pembelajaran maupun sarana dan prasana yang
mendukung. Proses pembelajaran tentunya tidak pernah terikat oleh
waktu dan tempat. Proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja
selagi proses pembelajaran dapat diterima dan tetap menyenangkan
bagi siswa.
Seperti halnya di SMAN 4 Kota Tegal, selain mengadakan
pembelajaran rutin di dalam kelas namun juga sesekali mengadakan
pembelajaran di luar kelas. Seperti yang diungkapkan seorang guru
PAI :
“Biasanya untuk materi-materi pelajaran seperti tentang shalat,
wudhu, langsung kami praktikkan di Mushola. Selain
mendapatkan suasana baru, siswa juga lebih memahami ketika
kita langsung mempraktikannya. Tidak hanya itu, terkadang siswa
juga langsung saya ajak ketika ada orang tua siswa meninggal
dunia, saya ajak beberapa siswa untuk ta‟ziyah dan langsung saya
139
suruh mereka untuk ikut shalat jenazah. Jadi tidak hanya sekedar
dalam waktu proses pembelajaran saja, tapi saya langsung ajak
pada keadaan riilnya. Hal itu juga saya maksudkan untuk
menanamkan rasa kepedulian terhadap sesama. Contoh lainnya
juga ada ketika kita mempelajari materi shalat tahajud, saya tidak
bisa hanya menerangkan teorinya di dalam kelas. Saya dibantu
dengan pengurus rohis membuat agenda untuk mereka bisa
menginap di sekolah, dan kegiatan dimulai ba‟da ashar dengan
tadarus bersama, shalat maghrib dan isya berjama‟ah, kemudian
malamnya kami bangunkan untuk melaksanakan shalat hajat,
tahajud dan witir. Nah..upaya seperti itu tentunya tidak bisa saya
lakukan di dalam kelas. Harapannya kegiatan seperti itu bisa
memberikan contoh langsung kepada siswa, dengan suasana baru
dan menyenangkan sehingga dapat dilanjutkan dalam kehidupan
sehari-hari mereka.”23
Pembelajaran di luar kelas tampaknya membuat siswa lebih
antusias dan memahami materi pelajaran yang dibandingkan hanya
sekedar pembelajaran rutin di dalam kelas. Pembelajaran di luar kelas
tentunya
dapat
menjadi
alternatif
proses
pembelajaran
yang
menyenangkan, sementara guru tetap dapat mengamati, memberi
arahan dan bimbingan agar proses pembelajaran tetap berjalan dengan
baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Selain materi-materi pelajaran yang diajarkan di luar kelas,
masih dalam rangka proses pembelajaran moral dan penanaman nilainilai pendidikan anti korupsi kepada siswa juga terdapat beberapa
tempat atau kegiatan pembelajaran di luar kelas, seperti :
a. Tempat Temuan Barang
Tempat
temuan
barang menjadi
salah
satu
media
pembelajaran di luar kelas yang dimiliki oleh SMAN 4 Kota Tegal.
23
Ibid.
140
Sebagai salah satu sarana pendidikan anti korupsi, keberadaan
tempat tersebut menjadi penting untuk meningkatkan kepedulian
peserta didik dan rasa tanggung jawab peserta didik ketika
menemukan barang milik orang lain.
Efektifitas tempat tersebut dapat berjalan baik jika mampu
menamkan kesadaran kepada setiap penghuni sekolah akan sifat
kejujuran terhadap sesuatu yang bukan menjadi haknya. Penghuni
sekolah secara tidak langsung terbiasa untuk melakukan kebaikan
dari tempat tersebut. Sehingga hal tersebut dapat menjadi budaya
yang mengandung orientasi penanaman nilai-nilai pendidikan anti
korupsi dalam kegiatan sehari-hari.
b. Kantin Kejujuran
Kantin kejujuran menjadi salah satu sarana untuk
melakukan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Hal tersebut
tentu berpengaruh dalam upaya penanaman nilai-nilai pendidikan
anti korupsi yakni melatih siswa untuk menanamkan nilai
kejujuran baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Hal ini
tentunya dapat melatih kesadaran diri untuk bersikap jujur bahwa
dirinya selalu di awasi oleh Allah SWT. Kesadaran peserta didik
ini terlihat pada aktifitas yang terjadi sehari-hari di kantin. Seperti
yang diungkapkan salah seorang siswa :
“Kalau di kantin kejujuran itu kita mengambil barang atau
makanan sendiri dan bayarnya sesuai harga yang tertera
kemudian uangnya kami masukan kedalam kotak uang yang
memang sudah disediakan. Kalau ada kembalian, kita
141
kembaliin sendiri, dan kalau uang kembaliannya belum ada,
biasanya kita bawa dulu dan dicatat dibuku yang disediakan
supaya tidak lupa, setelah uangnya sudah ada kita bayar
masukan ke kotak dan kita coret yang tadi dicatat tanda kita
sudah membayar.”24
Hal tersebut tentunya dapat sekaligus melatih menanamkan
nilai kemandirian di dalam diri siswa untuk mengatur jual beli
sesuai dengan sistem yang berlaku. Nilai kejujuran dan kesadaran
peserta didik juga sangat di utamakan, dengan tanpa adanya
pengawasan diharapkan peserta didik dapat mengedapankan
kejujurannya dan sadar akan pengawasan Allah SWT.
Dengan demikian, tentunya semua potensi yang ada di
sekolah dapat bersinergi bersama dalam mendukung keberhasilan
penanaman nilai agama, terutama nilai pendidikan anti korupsi di
SMAN 4 Kota Tegal melalui pembelajaran pendidikan agama
Islam.
c. Poster
Keseriusan SMAN 4 Kota Tegal dalam menerapkan
program pendidikan anti korupsi di sekolah terlihat dari
disepanjang koridor dan sudut sekolah terpampang slogan dan
poster anti korupsi sebagai media pembelajaran dan motivasi siswa
dalam membudayakan anti korupsi. Seperti yang diungkapkan oleh
kepala urusan kesiswaan berikut :
24
Fani, Siswi SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 14 Januari 2015.
142
“Di SMAN 4 Kota Tegal ini juga banyak terpasang posterposter dan slogan-slogan anti korupsi disetiap sudut sekolah.
Tujuannya agar siswa dapat membaca dan diingatkan setiap
saat oleh kata-kata tersebut untuk menghindari tindak korupsi.
karena tindak korupsi kan tidak hanya masalah uang saja mba,
tapi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan peraturan juga
dapat dikatakan sebagai tindak korupsi, meskipun korupsi
dalam tataran kegiatan sekolah. Harapannya dengan sloganslogan tersebut dapat memotivasi siswa untuk senantiasa
menanamkan budaya anti korupsi tidak hanya di sekolah tetapi
juga dikehidupan sehari-hari.”25
Dengan demikian, slogan dan poster tersebut secara tidak
langsung dapat memberikan dampak positif dan upaya pencegahan
tindak korupsi di sekolah.
d. Workshop Pendidikan Anti Korupsi
Sebagai salah satu upaya dalam pelaksaan program
pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Kota Tegal juga secara aktif
mengadakan workshop dan sosialisasi pendidikan anti korupsi di
sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tahun 2013 yang
diikuti oleh guru, siswa dan karyawan SMA se-Kota Tegal.
Tentunya kegiatan tersebut memberikan pengetahuan baru
mengenai penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di sekolah
baik berupa kegiatan-kegiatan maupun tentang pembelajaran
pendidikan anti korupsi yang harus diintegrasikan pada setiap
kegiatan pembelajaran di sekolah.
25
Akhmad Yaseer, Kepala Urusan Kesiswaan SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi,
Tegal, 19 Januari 2015.
143
e. Lomba Kreasi Anti Korupsi
Selain workshop anti korupsi yang diadakan untuk
mendukung terlaksananya program pendidikan anti korupsi,
sebagai
sekolah
satu-satunya
yang
menerapkan
program
pendidikan anti korupsi di kota Tegal, SMAN 4 Tegal juga
mengadakan berbagai lomba yang diikuti oleh para pelajar SMA
se-Kota Tegal. Beberapa perlombaan yang diadakan diantaranya,
lomba majalah dinding dengan tema anti korupsi, puisi anti korupsi
dan poster anti korupsi. Beberapa hasil perlombaan di pajang dekat
ruang kepala sekolah SMAN 4 Kota Tegal sebagai bentuk
penghargaan kepada para pemenang. Dengan diadakan kegiatan
tersebut selain bertujuan untuk menanamkan budaya anti korupsi di
kota Tegal, harapannya
lomba tersebut dapat menjadi wadah
bentuk penolakan mereka terhadap korupsi.
Download