BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Tandelilin (2010:2) mengemukakan definisi investasi adalah suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Definisi lain mengatakan investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke dalam aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2014:5). Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi-definisi yang telah dipaparkan kedua ahli tersebut adalah investasi merupakan kegiatan yang mengorbankan sejumlah dana atau sumber daya yang dapat dikosumsikan saat ini untuk ditempatkan ke suatu aktiva/aset yang produktif, dengan harapan aktiva tersebut akan membawa hasil yang lebih dari apa yang dikorbankan di awal investasi tersebut. Tandelilin (2010:3) menjelaskan investasi mempunyai hubungan dengan pengelolaan kesejahteraan investor, dimana kesejahteraan di konteks investasi merupakan kesejahteraan moneter. Investasi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan moneter yang dapat dilihat langsung dari pendapatan seseorang, tetapi secara lebih khusus ada beberapa alasan kenapa seseorang melakukan sebuah investasi, yaitu (Tandelilin, 2010:8): 1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. 2) Mengurangi tekanan inflasi 10 3) Dorongan untuk menghemat pajak Kegiatan investasi yang bisa lakukan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu investasi pada aset riil (real investment) yang melibatkan aset-aset seperti tanah, bangunan, kendaraan, dan berbagai barang berwujud lainnya yang dapat membantu jalannya kegiatan usaha. Aset riil ini biasanya berumur jangka panjang lebih dari 1 hingga 5 periode. Bentuk lainnya adalah investasi pada aset keuangan (financial investment) yang melibatkan aset-aset seperti ekuitas, obligasi, derivatif, reksadana dana, dan berbagai surat berharga lainnya. Aset keuangan ini mempunyai umur yang berjangka pendek, yaitu satu periode. Investasi pada aset keuangan ini mulai diminati oleh investor, karena sifatnya lebih likuid, yang artinya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuat suatu investasi keuangan menjadi kas karena fluktuasi nilai aset keuangan sangatlah tajam sehingga dalam jangka waktu yang singkat nilai aset tersebut dapat berubah-ubah, sehingga para investor tertarik dengan aset tersebut (Tandelilin, 2010:2). Investasi terhadap aset keuangan, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Hartono (2010:7) mengemukakan bahwa, investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan publik baik melalui perantara, sedangkan investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Kegiatan investasi seperti kegiatan lainnya membutuhkan suatu proses untuk memutuskan apakah kegiatan tersebut akan dilakukan. Proses keputusan investasi merupakan proses yang berkesinambungan (going process), jadi 11 walaupun semua tahap telah dilewati akan tetapi apabila hasilnya kurang baik, maka proses keputusan ini akan diulang kembali hingga mencapai keputusan yang paling optimal. Tahap-tahap dari proses tersebut adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2010:12-16): 1) Penentuan tujuan investasi Tahap pertama adalah penetapan tujuan invetasi, dimana tujuan investasi masing-masing investor dapat berbeda-beda, misalnya lembaga dana pensiun bertujuan untuk memperoleh dana untuk membayar dana pensiun nasabahnya di masa depan, sedangkan institusi penyimpan seperti bank, mempunyai tujuan untuk memperoleh return (imbal hasil) yang lebih tinggi di atas biaya investasi yang dikeluarkan misalnya, sekuritas yang mudah diperdagangkan atau penyaluran kredit yang lebih berisiko. 2) Penentuan Kebijakan Investasi Tahap kedua ini merupakan penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi yang telah ditetapkan, yang dimulai dengan keputusan alokasi aset yaitu pendistribusian dana perusahaan terhadap berbagai asetnya (saham, obligasi, real estate, ataupun sekuritas luar negeri) dengan memperhatikan batasan-batasan yang mempengaruhi kebijakan tersebut, seperti seberapa besar dana perusahaan, porsi pendistribusian, dan beban pajak dari pelaporan yang harus ditanggung. 3) Pemilihan Strategi Portofolio Tahap ketiga adalah memilih strategi portolio. Strategi portofolio dibedakan menjadi dua, yaitu strategi portofolio aktif yang meliputi kegiatan 12 penggunaan informasi yang tersedia untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik dan srategi portofolio pasif yang meliputi aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar. 4) Pemilihan Aset Tahap keempat adalah pemilihan aset, dimana setelah menetapkan strategi portofolio apa yang akan dipakai akan diperlukan evaluasi setiap sekuritas yang ingin dimasukkan untuk mencari kombinasi protofolio yang efisien, yaitu protofolio yang menawarkan expected return tertentu dengan tingkat risiko yang serendah mungkin. 5) Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Portoflio Tahap kelima dan tahap akhir dari proses keuputusan ini adalah pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio, yang meliputi pengukuran kinerja portofolio dan pembandingan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah ditentukan dengan kinerja portofolio lainnya. 2.1.2 Return Investasi Return atau imbal hasil diartikan sebagai hasil keuntungan atau kerugian yang diperoleh investor dari kegiatan investasinya (Halim, 2015:25), oleh karena itu sudah menjadi hal umum bagi investor bahwa tujuan dilakukannya investasi yaitu, memaksimalkan return tersebut. Tandelilin (2010:102) menyatakan bahwa, return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor bervinvetasi dan 13 merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko yang dihadapinya. Berdasarkan sumbernya return investasi meliputi dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain/loss. 1) Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima secara periodik dari suatu investasi yang hasilnya dinyatakan dalam presentase modal yang ditanamkan. Contohnya pada investasi saham, yieldnya bisa dilihat dari dividen dan pada obligasi yieldnya bisa dilihat dari kupon, dimana keduanya merupakan pembayaran kembali secara periodik dari penerbit sekuritas (Hartono, 2014:264). 2) Capital gain/loss, merupakan keunutungan/kerugian dari investor dari kelebihan harga jual/beli instrumen pasar modal (saham, obligasi, dll.) di atas harga beli/jual yang terjadi di pasar sekunder, sehingga dapat dihitung dengan total dari imba hasil ini dari jumlah kedua komponen tersebut. tingkat return ini dapat dihitung dengan pembayaran kas yang diterima ditambahkan dengan perubahan harga sekuritas selama periode tertentu, lalu dibagi dengan harga pembelian dari sekuritas tersebut (Halim, 2015:25). Return dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu, return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, yang dapat dihitung menggunakan data-data historis. Return realisasi ini dapat digunakan sebagai pengukur kinerja perusahan, karena dapat menunjukkan dan menilai efektivitas dan efesiensi perusahaan dari sudut pandang 14 investasi, sedangkan return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Pengukuran kedua return ini pun berbeda, return realisasi diukur dengan dengan return total (total return), return relatif (relative return), return kumulatif (cumulative return), dan return yang disesuaikan (adjusted return) (Hartono, 2014:274). Return yang kedua, yaitu expected return ini dapat dihitung dengan menggunakan peluang (probability) yang menjumlahkan hasil dari perkalian return dan probabilitas, atau dapat dihitung dengan menggunakan data historis. Perhitungan dengan penggunaan data-data historis terbagi menjadi tiga metode, yaitu metode rata-rata (mean method), metode tren (trend method), dan metode jalan acak (random walk method). Ketiga metode ini digunakan tergantung dari distribusi data return. Contohnya, jika distribusi data returnnya mempunyai pola trend maka metode trend mungkin akan lebih baik dan jika distribusi datanya mempunyai pola yang acak, maka metode jalan acak sebaiknya digunakan (Hartono, 2014:282-283). 2.1.3 Risiko Investasi Definisi investasi memaparkan bahwa investasi adalah suatu kegiatan dan setiap kegiatan pada umumnya diikuti dengan risiko, karena tidak ada yang bisa menjamin bahwa suatu kegiatan/investasi akan berjalan dengan lancar. Terdapat berbagai definisi dari risiko, akan tetapi pada hakekatnya risiko merupakan suatu kejadian yang merugikan atau peluang terjadinya kejadian yang tidak diinginkan 15 (Hanafi, 2009:1). Return dan risiko dalam berinvestasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, sehingga para investor yang ingin mendapatkan return dari investasinya harus siap menghadapi risiko yang ada. Risiko dalam investasi sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari hasil yang diterima dengan hasil yang diharapkan. Van Horne dan Wachowics Jr. (1992) dalam Hartono (2014:285) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas return yang diterima terhadap return yang diharapkan. Tandelilin (2010:103-104), menjelaskan bahwa ada beberapa sumber-sumber risiko yang mempengaruhi besarnya investasi, yaitu: 1) Risiko suku bunga Risiko ini merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat suku bunga yang berlaku di pasar, yang akan mempengaruhi hubungan harga saham dengan perubahan tingkat bunga secara terbalik, artinya jika suku bunga naik, maka harga pasar akan menurun dan sebaliknya. 2) Risiko pasar Risiko ini merupakan risiko yang timbul akibat perubahan kondisi perekonomian yang menyebabkan fluktuasi indeks pasar saham. 3) Risiko inflasi Risiko ini merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat inflasi, yang akan mengurangi tingkat daya beli, di mana risiko ini akan mengurangi daya beli suatu mata uang yang diinvestasikan ataupun bunga yang diperoleh dari investasi. 16 4) Risiko bisnis Risiko ini merupakan risiko yang timbul akibat penurunan profabilitas suatu perusahaan emitten. 5) Risiko likuiditas Risiko ini merupakan risiko yang berkaitan dengan kecepatan suatu saham yang diterbitkan perusahaan dapat diperjualbelikan. 6) Risiko mata uang Risiko ini merupakan risiko yang timbul akibat fluktuasi nilai mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya. 2.1.4 Pasar Modal Pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) sebagai sarana kegiatan berinvestasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2012:1), sedangkan Fahmi (2013:55), mengartikan pasar modal sebagai tempat dimana pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunkan sebagai tambahan dana untuk perusahaan. Definisi lainnya dari Prof. Hugh T. Patrick dan U Wun Tai dalam Sutedi, (2013:41-42) menjelaskan bahwa pasar modal terbagi menjadi tiga. Pertama, dalam arti luas pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk bank-bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan, surat berharga/klaim jangka pendek-panjang primer dan yang tidak langsung. Kedua, dalam arti menengah pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan 17 lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotik tabungan, dan deposito berjangka. Ketiga, dalam arti sempit pasar modal adalah tempat pasar terorganisir yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar dan underwriter. Sebagai sarana pendanaan bagi perusahaan, pasar modal bertugas mempermudah pertemuan antara pihak lender dan borrower. Lender adalah seseorang yang memiliki kelebihan uang, ataupun orang yang tidak memperlukan modalnya untuk saat ini tapi mereka ingin meraih keuntungan dalam jangka panjang sehingga melakukan kegiatan investasi pada suatu perusahaan dan borrower adalah seseorang atau pihak/lembaga yang sedang membutuhkan uang, dengan menerbitkan surat yang bisa memberikan mereka modal dari uang para investor dengan syarat mereka memberikan sebagian keuntungan yang telah dibuat (Husnan, 2009:4). Pertemuan ini sangat bermanfaat bagi kedua pihak tersebut, terutama pada pihak peminjam, karena mereka tidak perlu lagi menunggu dari laba operasinya untuk membuat atau menjalankan suatu proyek. Oleh karena itu, berdasarkan definisi-denfisi yang telah dijelaskan pasar modal memiliki peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara karena memiliki empat fungsi, yaitu (Martalena dan Malinda, 2011:3): 1) Fungsi saving Pasar modal dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin menghindari penurunan nilai mata uang karena inflasi. 18 2) Fungsi Kekayaan Masyarakat dapat mengembangkan nilai kekayaan dengan berinvestasi dalam berbagai instrument pasar modal yang tidak akan mengalami penyusutan nilai sebagaimana terjadi pada investasi nyata. 3) Fungsi Likuiditas Instrument pasar modal umumnya mudah untuk dicairkan sehingga memudahkan masyarakat untuk memperoleh kembali dananya dibandingkan rumah maupun tanah. 4) Fungsi Pinjaman Pasar modal merupakan sumber pinjaman bagi perusahaan untuk membiayai kegiatannya. 2.1.5 Saham Siegel dan Jae K. Shim dalam Fahmi (2012:85)., mendefinisikan saham sebagai tanda bukti penyertaan kepemilikian modal atau dana pada suatu perusahaaan berupa kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, dan nama perusahaan yang disertai dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya serta persediaan yang siap untuk dijual. Definisi tersebut menjelaskan, jika saham suatu perusahaan dimiliki oleh seorang investor maka investor tersebut akan menerima penghasilan dari laba perusahaan berdasarkan proporsi saham yang dimilikinya secara berkala sampai investor tersebut tidak memiliki saham tersebut (diwariskan, dijual, dan sebagainya) atau sampai perusahaan tersebut bangkrut. 19 Fahmi (2012:86) mengemukakan bahwa, dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik, yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock). 1) Saham biasa Saham Biasa (common stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) di mana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RSUPSLB) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak. Pemegang saham ini di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. 2) Saham istimewa Saham Istimewa (preferred stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) di mana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulan). Di pasar modal saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan, dimana saham ini dinilai dengan harga saham, yang merupakan nilai sekarang yang akan diterima pemodal di masa yang akan datang. Investor dalam berinvestasi saham di pasar modal harus menganalisis saham tersebut terlebih dahulu. Husnan (2009:282) menjelaskan bahwa, analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham, kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham saat ini. 20 Harga saham setiap waktunya dapat berubah-ubah tergantung pada besarnya penawaran dan permintaan investor dan berbagai faktor yang lainnya, adapun faktor-faktor lain yang menyebabkan harga saham dapat berfluktuasi antara lain (Fahmi 2012:89): 1) Kondisi mikro dan makro ekonomi. 2) Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha) baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri. seperti membuka kantor cabang 3) Pergantian direksi secara tiba-tiba. 4) Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan. 5) Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya. 6) Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham. 2.1.5.1 Indeks Harga Saham Indeks harga saham untuk efek yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) diciptakan untuk memberikan informasi bagi investor tentang kinerja suatu efek atau pasar secara keseluruhan. Pada perkembangan terkini, penciptaan indeks dimaksudkan untuk digunakan sebagai underlying untuk produk derivatif, seperti reksadana, ETF, dan lain-lain. Sampai saat ini, di BEI terdapat 14 indeks saham, 1 indeks sektor keluarga, 1 listing board index family dan 5 indeks untuk setiap 21 masing-masing 3 kategori obligasi, yaitu obligasi pemerintah, obligasi korporasi, dan komposit (yang menggunakan obligasi pemerintah dan korporasi). BEI melakukan kerjasama dengan pihak eksternal untuk penciptaan indeks yang memerlukan keahlian tertentu untuk melakukan pemilihan suatu konstituen. Tanggung jawab utama BEI tentang indeks sekuritas yang terdaftar adalah untuk menyebarkan mereka melalui media cetak dan elektronik. Investor dapat memperoleh informasi aliran data indeks secara real-time dengan berlangganan pada BEI atau perusahaan sekuritas lainnya. 2.1.6 Diversifikasi Saham Secara umum, diversifikasi adalah keanekaragaman, tetapi dalam konteks portofolio, diversifikasi adalah suatu istilah ataupun strategi di mana investor berinvestasi terhadap dua atau lebih aset. Dengan menggunakan diversifikasi, investor tersebut akan membuat sebuah portofolio, untuk mengurangi risiko yang dihadapinya dalam berinvestasi. Markowitz dalam Tandelilin (2010:117) mengatakan “don’t put your eggs in one basket, atau janganlah kamu menaruh semua telur di satu keranjang. Kalimat tersebut memberi pengertian bahwa, apabila telur-telur tersebut disimpan dalam satu keranjang, dan keranjang tersebut jatuh, maka semua telur akan pecah. Hal yang sama bisa diinterpretasikan ke dalam investasi karena, jika investor hanya menginvestasikan semua harta di satu aset atau satu saham saja maka investor akan kehilangan semua hartanya apabila harga saham tersebut turun dengan drastis dengan asumsi semua dana tersebut diinvestasikan. Oleh karena hal itu, 22 diversifikasi sangat dibutuhkan dalam menghadapi ketidakpastian kondisi yang dialami saham tersebut. Tandelilin (2010:116) mengemukakan ada dua cara diversifikasi untuk membentuk sebuah portofolio, yaitu: 1) Diversifikasi Naif Diversifikasi random, atau “diversifikasi secara naif” terjadi ketika investor berinvestasi secara acak pada berbagai jenis aset atau sekuritas yang berbeda tanpa memperhitungkan dengan secara detil karakteristik, portofolio tersebut dan berharap bahwa varians return sebagai ukuran risiko portofolio tersebut, akan bisa diturunkan. Karena diversifikasi ini biasanya menggunakan proporsi yang sama untuk setiap aset dalam membuat suatu portofolio, maka diversifikasi ini sering disbut dengan strategi 1/N. 2) Diversifikasi Markowitz Sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Markowitz menciptakan konsep untuk mendiversifikasi aset dalam suatu investasi dengan memilih kombinasi saham-saham yang memungkinkan mendapatkan return tertentu dengan risiko yang terendah. Kontribusi penting dari ajaran Markowitz adalah, return suatu aset berkorelasi antara satu dengan yang lainnya dan tidak independen. Oleh karena itu, risiko protofolio tidak boleh dihitung dari semua penjumlahan risiko aset yang ada dalam portofolio, tetapi juga harus mempertimbangkan efek keterkaitan antara return aset dalam pengestimasian risiko. Kontribusi risiko, akibat keberadaan hubungan antar return aset, dapat diwakili oleh nilai koefisien korelasi atau nilai kovarian. 23 Koefisien korelasi adalah suatu ukuran statistik yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif antara dua variabel. Ukuran tersebut biasanya dilambangkan dengan (ρi,j) dan berjarak antara +1.0 hingga -1.0, di mana: a) Jika (ρi,j) sama dengan +1.0, berarti korelasinya positif sempurna, dan penggabungan dua buah sekuritas dengan korelasi tersebut tidak akan memberikan manfaat pengurangan risiko. Risiko yang dihasilkan merupakan rata-rata tertimbang dari risiko sekuritas individual. b) Jika (ρi,j) sama dengan -1.0, berarti korelasinya negatif sempurna, dan penggabungan dua buah sekuritas dengan korelasi tersebut akan menghilangkan risiko kedua sekuritas. Hal ini sejalan dengan prinsip lindung nilai (hedging) terhadap risiko. c) Jika (ρi,j) sama dengan 0, berarti tidak mempuyai korelasi, dan penggabungan dua buah sekuritas dengan korelasi tersebut akan mengurangi risiko secara signifikan. Jumlah saham yang dimasukkan akan berpengaruh terhadap pengurangan risiko. Dalam dunia nyata, ketiga kondisi korelasi ekstrim ini sangat jarang terjadi. Pada umumnya sekuritas akan mempunyai korelasi positif, walaupun tidak sempurna. Selain dari koefisien korelasi, keberadaan hubungan antar return aset, bisa diidentifikasi dengan nilai kovarian, yaitu nilai absolut yang menunjukkan sejauh mana dua variabel mempunyai kecenderungan untuk bergerak bersama-sama. Nilai kovarian ini bisa berbentuk angka positif, 24 negatif, dan nol. Kovarian positif berarti, jika suatu return sekuritas naik maka sekuritas yang lain juga bergerak naik. Kovarian negatif berarti bahwa jika return suatu sekuritas bergerak naik, sekuritas yang lainnya akan bergerak turun, dan sebaliknya. Dan terakhir kovarian nol berarti, pergerakan suatu sekuritas bersifat independen terhadap sekuritas yang lain. Berdasarkan kedua cara tersebut, diversifikasi marokowitz merupakan cara yang lebih sulit di aplikasikan, karena menghabiskan kedua waktu dan biaya untuk melakukan penelitian. Akan tetapi salah satu keuntungan dengan memakai konsep atau Model Markowitz adalah model ini merupakan suatu cara yang objektif untuk memprediksi harga atau return sekuritas karena, model ini didasarkan pada data riil masa sebelumnya yang kemudian dirata-rata sehingga, dengan menggunakan model portofolio ini keuntungan akan dapat diperoleh dengan mengurangi rasa cemas terhadap kerugian yang akan terjadi (Samsul, 2006:320). Dari pendekatan tersebut, Hartono (2014:368) menjelaskan bahwa terdapat beberapa asumsi dalam Model Markowitz ini, yaitu: a) Waktu yang digunakan hanya 1 periode b) Tidak ada biaya transaksi c) Karakterisik dari investor hanya dipengaruhi oleh return ekspektasi dan risiko dari portofolio d) Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko. Salah satu investigasi tentang kedua diversifikasi ini dilakukan oleh Demiguel et al., (2009) dimana mereka menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua diversifikasi ini, hanya pada periode 3000 25 bulan (untuk 25 aset) atau 6000 bulan (untuk 50 aset) berikutnya, diversifikasi Markowitz akan memberikan hasil yang lebih, dari diversifikasi naif tersebut. Mereka juga menjelaskan bahwa diversifikasi naif ini, bisa digunakan sebagai benchmark untuk apakah berhasilnya diversifikasi Markowitz dalam memilih portofolio. 2.1.7 Portofolio Saham Portofolio adalah serangkaian kombinasi beberapa aktiva/aset yang diinvestasikan dan dipegang oleh investor baik perorangan maupun lembaga (Sunariyah 2006:194) maka, dengan melakukan diversifikasi investor dapat membentuk suatu portofolio. Para investor biasanya tidak menginvestasikan modalnya pada satu saham saja, karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya adanya risiko yang mengikuti investasi tersebut yang menyebabkan hal tersebut, sehingga diciptakanya portofolio dengan harapan mengurangi risiko tersebut. Teori portofolio modern diperkenalkan pertama kali oleh Harry Markowitz (1952), yang menjelaskan bahwa proses dalam pemilihan sebuah portofolio dibagi menjadi dua langkah. Pertama, dimulai dengan pengamatan dan pengalaman dan diakhiri dengan kepercayaan tentang kinerja masa depan dan sekuritas yang tersedia. Langkah yang kedua dimulai dengan kepercayaan yang berhubungan tentang kinerja masa depan dan diakhiri dengan pemilihan portofolio. Setelah investor yakin untuk membuat portofolio sahamnya, pasti akan timbul beberapa pertanyaan, salah satunya yaitu seberapa banyak saham yang harus diinvestasikan untuk meminimalkan risiko. Tandelilin (2010:112) mengemukakan 26 konsep pengurangan risiko sebagai akibat penambahan sekuritas ke dalam portofolio meruapakan konsep yang sangat penting dalam pemahaman risiko portofolio, karena konsep ini menyatakan bahwa jika saham ditambahkan secara terus menerus jenis sekuritas ke dalam suatu portofolio, maka manfaat pengurangan risiko yang akan diperoleh akan semakin besar sampai mencapai titik tertentu di mana manfaat pengurangan tersebut mulai berkurang. 2.1.8 Return dan Risiko Portofolio Saham 1) Return Portofolio Hartono (2014:311) menjelaskan bahwa, dalam berinvestasi di sekuritas tunggal mengukur return dan risiko merupakan hal yang penting, tetapi bagi manajer portofolio return dan risiko portofolio lebih diperlukan. Bagaimanapun juga menghitung return dan risiko portofolio untuk sekuritas tunggal akan berguna, karena hal itu merupakan dasar perhitungan bagi return portofolio. Return portofolio dihitung dari rata-rata tertimbang dari return-return setiap sekuritas yang masuk kedalam portofolio, hal ini berlaku untuk kedua return realisasi dan return ekpektasi. Pada Investasi Return dan Risiko akan berlaku pada satu aktiva saja, sedangkan portofolio merupakan kombinasi dari beberapa asset, sehingga menghitung return dan risikonya akan sedikit berbeda. 2) Risiko Portofolio Pada return portofolio, return sekuritas tunggal dipakai sebagai dasar perhitungan, lain halnya dengan risiko. Hartono (2014:311) 27 menjelaskan risiko portofolio tidak merupakan rata-rata tertimbang dari risiko masing-masing sekuritas bahkan dapat menjadi lebih rendah dari dari risiko sekuritas tersebut, di mana pada konsep yang dikenalkan oleh Harry Markowitz di tahun 1950-an dia menunjukkan bahwa secara umum risiko dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio, dengan syarat return pada masing-masing sekuritas tidak berkorelasi secara positif dan sempurna. Hartono (2014:314) mengatakan bahwa risiko portofolio dapat dihitung dengan besarnya deviasi standar atau varian dari nilai-nilai return sekuritas-sekuritas tunggal yang ada di dalamnya. Dalam risiko portofolio, Sharp (1963) dalam Evans dan Archer (1968) menyimpulkan bahwa total risiko portofolio terbagi menjadi dua, yaitu risiko sistematis yang dihasilkan dari kovarian return sekuritas individual dengan return pasar, dan risiko tidak sistematis yang merupakan akibat dari keanehan sekuritas individu itu sendiri, dengan kata lain bahwa sebagian porsi dari variasi return sekuritas individual tidak menyebabkan variasi return pasar. Halim (2015:32) juga menjelaskan kedua risiko tersebut. Pertama, risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan (perubahan suku bunga, kurs valas, kebijakan pemerintah, dll.). Kedua, risiko tidak sistematis yaitu risiko yang dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya memengaruhi satu perusahaan atau industri tertentu. 28 2.1.9 Portofolio Saham yang Efisien dan Optimal 1) Portofolio Efisien Investor dapat menentukan kombinasi dari sekuritas-sekuritas untuk membentuk sebuah portofolio, baik yang efisien maupun tidak. Halim (2015:41) mengemukakan bahwa, suatu portofolio dapat dikatakan efisien jika memiliki karakteristik berikut, yaitu memberikan expected return terbesar dengan risiko yang sama, atau memberikan risiko terkecil dengan expected return yang sama. Kedua karakteristik diatas dapat dijelaskan pada gambar dibawah berikut ini: Gambar 2.1 Kurva Efficient Frontier Sumber: Bodie, Kane dan Marcus (2011:239) Berdasarkan Gambar 2.1, titik A hingga F adalah portofolio di mana garis horizontal adalah risiko dan garis vertical adalah tingkat keuntungan. Garis B, C, D, E, dan F disebut permukaaan yang efisien (efficient frontier). Garis tersebut menunjukkan sejumlah portofolio yang efisien berdasarkan tingkat keuntungan dan risiko masing-masing, sehingga, apabila posisi portofolio 29 semakin jauh dari garis tersebut berarti portofolio itu makin tidak efisien, dan sebaliknya. Contohnya, portofolio A adalah portofolio yang tidak efisien bila dibanding portofolio C, karena dengan risiko yang sama dengan portofolio C memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. 2) Portofolio Optimal Portofolio optimal adalah bagian dari portofolio-portofolio yang efisien, yang sekaligus merupakan portofolio efisien, tetapi suatu portofolio yang efisien belum tentu merupakan portofolio optimal (Hartono, 2014:367). Sedangkan menurut Tandelilin (2010:157) portofolio optimal adalah suatu portofolio yang paling menguntungkan bagi suatu investor, yang telah dipilih dari berbagai portofolio efisien yang telah dibuat. Kurva efficient frontier dapat digunakan untuk mengetahui portofolio yang mana saja yang efisien. Halim (2015:46) mempunyai 2 pendekatan dalam penentuan portofolio efisien tersebut, yaitu: a) Kurva Indiferen Kurva indiferen (indifference curve/IC) merupakan suatu kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi efek yang memberikat return yang tidak berbeda bagi investor. Kemiringan (slope) IC menunjukkan tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution) dari return dan risiko. Semakin besar kemiringan IC menunjukkan bahwa investor semakin hati-hati terhadap risiko, dan sebaliknya. Kombinasi portofolio pada kurva IC akan memberikan preferensi yang tidak berbeda bagi seorang investor karena semua 30 titik dalam kurva tersebut menunjukkan seberapa besar tingkat ketidaksukaan risiko dari seorang investor. Gambar 2.2 Kurva Indiferen Sumber: Tandelilin (2015:158) Berdasarkan Gambar 2.2, terlihat ada tiga kombinasi portofolio yang ditandai oleh tiga garis U1, U2, dan U3 menggambarkan kombinasi return yang diharapkan dengan risiko yang akan dihadapi pada setiap portofolio. Dengan demikian, kurva U3 yang berada pada merupakan portofolio yang optimal, karena memberikan return yang dihrapakan yang lebih tinggi dari garis U1, danU2 dengan tingkat risiko yang hampir sama. Sehingga portofolio U3akan memberikan kepuasan tertinggi dari investor yang rasional. b) Karakteristik Fungsi Utilitas. Karakteristik Fungsi utilitas adalah ciri-ciri atau sikap suatu investor dalam menghadapi risikonya. Karakter ini dibagi menjadi tiga, yaitu: 31 1) Karakter yang tidak suka terhadap risiko (Risk Averter), yaitu investor yang akan memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah, jika dia akan dihadapkan dengan dua pilihan investasi yang memberikan return yang sama dengan risiko yang berbeda 2) Karakter yang netral terhadap risiko (Risk Neutrality), yaitu investor yang akan mengambil investasi yang memberikan return yang sama untuk setiap kenaikan risiko. 3) Karakter yang suka terhadap risiko (Risk Seeker), yaitu investor yang mempunyai akan memilih investasi dengan risiko yang lebih tinggi, jika dia akan dihadapkan dengan dua pilihan investasi yang memberikan return yang sama dengan risiko yang berbeda. Investor yang memakai efficient frontier sebagai dasar pemilihan portofolionya, dapat menentukan berdasarkan masing-masing karakteristik investor terhadap risiko, yang ditunjukkan oleh gambar berikut: 32 Gambar 2.3 Kurva Portofolio Optimal Sumber: Tandelilin (2010:161) Berdasarkan Gambar 2.3, bidang ABCDGH menunjukkan kumpulan portofolio yang tersedia bagi investor, dan garis BCDE merupakan effiecient frontier. Telah dijelaskan pada subbab sebelumnya kurva portofolio optimal adalah bagian-bagian portofolio efisien yang ditandai efficient frontier. Oleh karena itu portofolio yang ditunjukkan oleh titik BCDE merupakan pilihan yang lebih baik dari portofolio AGH karena, portofolio BCDE memberikan return yang lebih besar dar AGH dengan risiko yang sama, sehingga investor yang rasional akan memilih portofolio BCDE sesuai dengan karakteristik masing-masing.Walaupun demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti berikut (Tandelilin, 2010:162): a) Semua titik portofolio yang ada dalam efficient frontier memiliki kedudukan yang sama antara satu dengan yang lainnya. b) Model Markowitz tidak memasukkan isu bahwa investor boleh meminjam dana untuk membiayai investasi, dan model ini juga tidak memperhitungkan investor berinvestasi pada aset bebas risiko 33 Walaupun demikian, akan tetapi kenyataanya investor yang berbeda-beda akan mengestimasi input yang berbeda pula, sehingga akan menghasilkan garis efficient frontier yang berbeda pula, yang akan mengakibatkan adanya ketidaksamaan pada setiap portofolio optimal masing-masing investor. 34