Ringkasan Khotbah - 03 Maret 2013 Depresi Rohani & Duri dalam Daging 2 Kor. 12:7–10 Pdt. Andi Halim, M.Th. Rasul Paulus dalam pelayanannya juga mengalami depresi rohani. Ia bukannya melayani tanpa penderitaan, tanpa masalah ataupun tanpa musuh. Rasul Paulus menghadapi setiap masalah yang mendatanginya dengan luar biasa. Jika seseorang melayani Tuhan hanya dengan melakukan apa yang disenanginya, orang ini bukan melayani Tuhan melainkan dirinya sendiri. Orang yang mau melayani Tuhan adalah orang yang siap mengalami penderitaan, tantangan dan kekecewaan yang berat. Pelayanan tidak selalu mulus dan berjalan baik. Rasul Paulus melayani dalam keadaan yang sulit dan penuh tantangan, sehingga ia bisa melayani dengan sungguh-sungguh. Rasul Paulus dalam pelayanannya diberikan karunia, tanda-tanda, kebenaran luar biasa oleh Tuhan. Tetapi manusia yang menerima kasih karunia Allah yang begitu besar juga tetap manusia biasa yang berdosa, begitu pula dengan Rasul Paulus. Manusia biasa dan berdosa ini juga lemah dan mempunyai banyak kekurangan. Rasul Paulus disadarkan oleh Tuhan supaya manusia jangan meninggikan diri. Manusia lemah yang diberikan karunia lebih, rentan untuk menjadi tinggi hati (sombong). Paulus selain menerima karunia Allah juga dididik oleh Allah supaya menjadi rendah hati. Kesombongan adalah dosa yang begitu serius. Umumnya kita menganggap dosa yang serius adalah perzinahan, pembunuhan, korupsi, dan dosa yang terlihat secara kasat mata. Sedangkan kesombongan seringkali kita anggap sebagai dosa yang normal. Tetapi Allah menyatakan kepada Rasul Paulus supaya jangan menjadi tinggi hati karena kesombongan adalah dosa yang serius. Tuhan mendidik Paulus supaya rendah hati dengan memberikan duri dalam daging (mempunyai kelemahan), dan Paulus menerimanya. Kenapa manusia mengalami kesusahan/ penderitaan? Karena itulah jalan Tuhan untuk mendidik umat-Nya supaya semakin berkualitas. Manusia yang berkualitas harus dididik secara keras, bukannya dininabobokan atau mengalami kehidupan yang nyaman dan tidak ada masalah. Manusia pada dasarnya lemah dan hanya mau bersenang-senang dan mengalami hal yang menyenangkan saja. Didikan Tuhan mengasah, melatih kelemahan dan kesombongan 1/4 Ringkasan Khotbah - 03 Maret 2013 manusia. Tuhan memberikan masalah supaya kita sadar bahwa kita adalah manusia yang lemah dan rentan jatuh ke dalam dosa. Duri adalah pencobaan bagi manusia. Paulus mengatakan bahwa duri adalah utusan iblis untuk menggocohnya. Allah mengutus iblis untuk mendidik umat-Nya. Hal ini jarang kita dengar. Umumnya dikatakan bahwa Allah ingin menjauhkan iblis dari hidup kita supaya hidup kita mulus dan tidak ada masalah, tetapi ini konsep yang salah. Allah menggunakan iblis untuk mencobai manusia. Di Alkitab juga diceritakan beberapa kasus di mana Allah menggunakan iblis untuk mencobai manusia. Misalnya di kitab Ayub, diceritakan bahwa Allah mengijinkan iblis untuk mencobai Ayub. Sama seperti Paulus waktu menulis bahwa ada utusan iblis yang datang untuk menggocohnya, iblis itu diutus Allah. Reaksi awal Paulus adalah menolak. Reaksi ini wajar karena semua manusia tidak ada yang ingin dicobai oleh iblis. Rasul Paulus memohon kepada Tuhan supaya menjauhkan duri ini dari dirinya. Tetapi saat itu Paulus belum sadar bahwa ada kehendak Allah yang bekerja di balik iblis yang sedang mencobainya. Dalam kisah Ayub, Allah menggunakan iblis untuk mencobai Ayub. Awal kehendak berasal dari Allah bukan dari iblis. Tuhan menunjukkan Ayub kepada iblis untuk dicobai. Tuhan menggoda iblis supaya menggoda Ayub. Iblis bertindak setelah Allah menunjukkannya kepada Ayub. Tetapi apakah Tuhan memang suka menggoda iblis? Tidak. Tuhan punya tujuan yang lebih jauh dan jelas bagi Ayub tetapi iblis ingin menjatuhkan Ayub. Dari sini kita bisa belajar bahwa tidak ada satupun yang tidak dikendalikan oleh Allah, termasuk iblis. Semuanya ada di dalam kontrol dan pemeliharaan Allah. Sehingga seharusnya tidak ada yang perlu kita takuti di dalam hidup karena iblis juga dalam kendali Allah. Begitu pula saat iblis menggoda rasul Paulus, ada rencana Allah di balik semua itu yaitu supaya rasul Paulus jangan meninggikan diri. Hawa nafsu iblis untuk mencobai manusia ada di dalam kehendak Allah sehingga tidak ada yang kebetulan. Tidak dijelaskan apa sebenarnya duri dalam daging yang dimiliki oleh rasul Paulus ini. Beberapa tafsiran mengatakan bahwa duri dalam daging ini berupa penyakit atau musuh. 2/4 Ringkasan Khotbah - 03 Maret 2013 Tetapi ada pula tafsiran yang mengatakan bahwa duri dalam daging ini merupakan kelemahan yang dimiliki oleh rasul Paulus. Kelemahan pribadi ini pun merupakan bagian dari rencana Allah. Rasul Paulus sudah meminta 3 kali kepada Tuhan supaya utusan iblis itu mundur daripadanya. 3 kali ini bukan berarti 3 kali secara harafiah tetapi bisa juga berarti 3 masa waktu. Masa waktu ini bisa 1 tahun, 2 tahun atau bahkan 5 tahun. Tetapi Tuhan menjawab bahwa kasih karunia-Nya sudah cukup atas Rasul Paulus karena justru dalam kelemahannya-lah kuasa Tuhan makin sempurna. Inilah tujuan Tuhan. Seringkali kita menganggap bahwa kasih karunia Allah itu berarti hidup yang mulus dan tidak ada masalah tetapi konsep yang Alkitab katakan adalah meskipun kita mengalami masalah yang besar atau berat, kasih karunia Tuhan sudah cukup atas kita. Artinya kasih karunia Tuhan jauh lebih besar dari masalah yang menimpa kita. Kenapa dikatakan kasih karunia Tuhan sudah cukup bagi kita? Karena Yesus sudah mati mencurahkan darah-Nya bagi kita. Jawaban ini merupakan jawaban paling dasar dan membosankan. Tetapi jawaban ini yang paling benar. Setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, Tuhan punya maksud yang baik meskipun peristiwa itu tidak menyenangkan hati kita. Cara Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya bukan pada orang yang merasa dirinya hebat. Cara Tuhan adalah dengan menghancurkan ke-aku-an orang itu. Kemuliaan Allah tidak dinyatakan melalui kesombongan manusia. Dalam kesombongan kita tidak memuliakan Allah tetapi memuliakan diri sendiri. Oleh karena itu Tuhan menghancurkan semua kesombongan kita. Kenapa dalam kelemahan manusia kuasa Tuhan menjadi sempurna? Karena orang yang mengalami permasalahan yang luar biasa hebat dan sudah tidak kuat lagi akan bergantung kepada Tuhan. Orang yang lemah adalah orang yang mengandalkan Tuhan dan tidak mengandalkan dirinya sendiri. Orang yang lemah hidupnya bergantung pada Allah dan tanpa Tuhan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam Yoh. 15, Tuhan Yesus pernah mengatakan bahwa di luar Dia, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kenapa dikatakan kita tidak bisa berbuat apa-apa di luar Tuhan? Bukankah banyak 3/4 Ringkasan Khotbah - 03 Maret 2013 orang bisa berkarya dengan hebat di luar Tuhan? Penafsiran yang benar adalah di luar Kristus kita tidak bisa berbuat apa-apa karena hidup kita adalah anugerah dari Allah. Kepandaian, kesehatan, dan semua yang kita lakukan sekarang ini adalah dari Allah. Tuhan mampu menarik semua anugerah-Nya pada kita dalam sekejap mata. Karena itu manusia sebagai makhluk ciptaan tidak boleh merasa sombong dan hebat. Keberadaan Iblis pun bergantung kepada Allah. Bukan berarti iblis berserah kepada Allah tetapi kekuatan dan keberadaan iblis berasal dari Allah. Allah mampu melenyapkan iblis dalam sekejap mata. Tetapi Allah masih mengijinkan keberadaan iblis di dalam rencana-Nya. Setelah rasul Paulus menerima firman Allah – yang menyadarkannya supaya tidak sombong dan bahwa kasih karunia Allah baginya sudah cukup – barulah Paulus taat dan tidak meminta lagi duri dalam dagingnya dicabut. Paulus lebih memilih untuk bermegah dalam kelemahan, penganiayaan, kesesakan, dan kesengsaraan oleh karena Kristus. Duri dalam daging tidak menyenangkan, tetapi Tuhan mau memakai duri dalam daging ini untuk menyadarkan dan mendidik kita. Karena itu kita harus mengerti kelemahan dalam diri kita ini supaya kita tidak sombong. Bukan berarti kita membenarkan diri dalam kelemahan. Kita tersiksa karena kelemahan kita tetapi kita sadar bahwa kelemahan itu adalah pengingat ketidakberdayaan kita. Jika kita tidak sadar akan kelemahan kita maka kita berada dalam bahaya besar. Jika kita sadar kelemahan dan siapa diri kita maka itu adalah kasih karunia Tuhan. Dengan menyadari kelemahan diri, kita datang kepada-Nya karena tidak ada lagi tempat bergantung selain salib Kristus. Orang yang sudah datang kepada salib Kristus adalah orang yang sudah mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan. Tuhan mau menerima kita apa adanya. Tuhan tidak menuntut kita sempurna dulu baru diterima. Tuhan memakai kita dengan segala kelemahan kita supaya kemuliaan Allah dinyatakan. Karena itu orientasi pelayanan kita adalah untuk kemuliaan Allah dan bukan kemuliaan diri. (Transkrip ini belum diperiksa oleh pengkhotbah, MD). 4/4