Pencobaan di Padang Gurun

advertisement
Pencobaan Tuhan Yesus Di Padang
Gurun
1 Petrus 5 : 8-9
Lenten season atau dikenal sebagai
Masa Sengsara Tuhan, berlangsung
selama 40 hari sebelum Paskah.
Demikian juga orang-orang Kristen
menyendirikan masa 40 hari untuk
menyenggarakan rohani dan
membaharui iman dan juga pemahaman
tentang Kristus Tuhan dan karya
penyelamatan-Nya. Dalam Lenten
Season ini juga kita diberi kesempatan
untuk merenungkan kembali kesedihan
dan kesudian Tuhan mengalami sengsara
supaya kita memperoleh
selamat.Peristiwa Tuhan Yesus di
Padang gurun untuk berpuasa selama 40
hari dan dicobai oleh Iblis adalah suatu
kisah yang amat dramatis dalam Injil
Matius. Yang Pertama bahwa pencobaan
itu adalah pengalaman diri sendiri untuk
Tuhan Yesus. Kedua, pencobaan itu
adalah pengalaman bagian dalam dari
hati, pikiran dan jiwa Tuhan Yesus. Dan
yang ketiga, yang harus kita perhatikan
adalah pencobaan itu merupakan
perjumpaan yang nyata dengan Iblis.
Matius memasukkan cerita tentang
pencobaan ini dengan maksud untuk
mempersembahkan keseluruhan hidup
Tuhan Yesus sebagai contoh dari
perbuatan sempurna dalam melakukan
kehendak Allah.
Dalam Nas pembimbing mengatakan
bahwa iblis tidak pernah berhenti, terus
berkeliling mencari orang yang dapat
ditelannya, bagaikan singa yang
mengaum-ngaum (1Petrus 5:8) Dan ia
selalu mencari waktu yang tepat untuk
menjalankan misinya, yaitu tatkala kita
lemah Kita mengalami krisis dan
mendapat pencobaan untuk tidak
melakukan yang salah, disitulah akan
nyata apakah iman kita kuat atau
lemah.Iblis mencobai kita untuk
melakukan kejahatan yang berada dalam
jangkauan kemampuan kita.
"Jika Engkau Anak Allah...." Ketika
iblis gagal mencobai Tuhan Yesus, ia
tidak putus asa. Iblis melakukan
pencobaan yang kedua, yaitu dengan
cara membawa Tuhan Yesus ke Kota
Suci dan menempatkan-Nya
dibumbungan Bait Allah.Kita bisa lihat
bahwa tujuan dan sasaran utama iblis
dalam menjalankan misinya adalah
diwilayah agama, atau di wilayah gereja,
persekutuan jemaat, dengan
sarana-sarana gosip, fitnah, dusta,
menjelekkan orang, memanaskan orang
atau provokasi mengkambing-hitamkan
orang,dan sebagainya. Iblis juga dengan
cerdik dan lincah mengutib ayat-ayat
kitab suci (Mazmur 91:11-12), dan iblis
menguasai ayat-ayat Alkitab dengan
baik, namun menggunakannya untuk
menjerumuskan atau menjerat manusia.
Setelah iblis gagal mencobai Tuhan
Yesus, ia membawa Tuhan Yesus ke
gunung yang tinggi dan memperlihatkan
kepada-Nya segala kerajaan dunia dan
kemegahannya. Tujuan iblis adalah
memamerkan segala kepandaian, status
sosial, kekayaan atau jasa-jasa tertentu.
Dalam hidup persekutuan gereja, kalau
hal-hal itu yang dicari, jangan cari
didalam gereja. Orang yang mencari hal
itu di gereja tidak dapat disebut orang
beriman. Sebab orang yang beriman
selalu mengarahkan puji-pujian dan
hormat hanya kepada Allah saja. Bagian
dari orang beriman adalah melayani
kehendak Allah.
Karena itu, Tuhan Yesus mengalahkan
iblis dengan berkata, "Enyalah iblis!,
Sebab itu ada tertulis : Engkau harus
menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya
kepada Dia sajalah engkau berbakti".
Dalam Yakobus 1:13 disebutkan, apabila
seseorang dicobai, janganlah ia berkata:
"Pencobaan ini datang dari Allah!"
Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh
yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai
siapapun. Apabila kita diuji, maka iman
kita akan semakin kuat dan teguh. Setiap
manusia, tidak luput dari
bermacam-macam godaan dan cobaan
dalam hidup ini. Dengan melihat kepada
contoh yang Tuhan Yesus berikan
tatkala Ia dicobai oleh iblis, kiranya kita
dapat menjadi pedoman bagi kita juga
untuk melawan godaan iblis. "Ada
tertulis: Manusia hidup bukan dari roti
saja, tetapi dari setiap firman yangyang
keluar dari mulut Allah". Dan yang
kedua, "Ada pula tertulis: Janganlah
engkau mencobai Tuhan,AllahMu!".
Lalu yang ketiga, "Enyalah, Iblis! Sebab
ada tertulis: Engkau harus menyembah
Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia
sajalah engkau berbakti!".
Lembaran hidup pelayanan Tuhan Yesus
diawali dengan godaan iblis di padang
gurun, dan diakhiri dengan pergumulan
hebat di Taman Getsemani. Pergumulan
antara "melakukan kehendak sendiri"
atau "melakukan kehendak Dia yang
telah mengutus aku".Di Taman
Getsmani, Doa-Nya menyingkapkan
pergumulan antara melakukan kehendak
sendiri, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya
mungkin, biarlah cawan ini lalu dari
pada-Ku", dan melakukan kehendak Dia
yang telah mengutus Aku: "Tetapi
janganlah seperti yang Engkau
kehendaki". (Matius 26:39).
Download