pendahuluan - IPB Repository

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Radikal bebas atau sering disebut oksidan merupakan hal yang normal dan
terbentuk secara terus menerus dalam tubuh manusia. Tubuh manusia
mengonsumsi oksigen sekitar 250 gram setiap hari, dari jumlah tersebut 3-5%
diubah menjadi oksigen reaktif. Oksigen reaktif (reactive oxygen species atau
ROS) dapat terbentuk secara endogen maupun eksogen, sebagai bagian dari
aktivitas metabolik regular, aktivitas fisik, gaya hidup dan diet. Stress oksidatif
pada manusia, terutama di perkotaan cenderung meningkat.
Stress oksidatif
disebabkan oleh paparan seperti radiasi, rokok, polusi udara, logam berat,
pestisida dan food additive (Miharja 2005).
Keadaan stress oksidatif biasanya terjadi bila jumlah radikal bebas lebih
tinggi dibandingkan jumlah antioksidan dalam tubuh. Stress oksidatif tubuh dapat
ditentukan
dengan
mengukur
salah
satu
parameternya,
yaitu
kadar
malondialdehid (MDA) dalam plasma. Semakin tinggi kadar MDA plasma maka
semakin tinggi stress oksidatif yang terjadi dalam sel-sel tubuh (Valko 2006).
Konsentrasi MDA dalam material biologi telah digunakan secara luas sebagai
indicator kerusakan oksidatif pada lemak tak jenuh sekaligus merupakan
indikator keberadaan radikal bebas (Zakaria 1996).
Makhluk hidup memiliki cara untuk melindungi tubuh dari bahaya radikal
bebas atau dikenal sebagai spesies oksigen reaktif (Reactive Oxigen Species,
ROS) yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme oksidatif yaitu dengan
sistem antioksidasi tubuh. Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan,
seperti superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT), glutation peroksidase
(GPx), glutation reduktase (GR) dan seruloplasmin dan disebut sebagai
antioksidan endogen. Bila sistem antioksidan endogen tidak mencukupi untuk
mengatasi radikal bebas, maka sangat dibutuhkan antioksidan dari luar
(antioksidan eksogen) seperti vitamin E, vitamin A, vitamin C dan senyawasenyawa
flavonoid
untuk
mencegah
kerusakan
oksidatif
yang
dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai macam penyakit (Simanjuntak 2007).
Penelitian Yuliani et al (2002) pada tikus usia 3 bulan yang diberi pakan
tinggi lemak menunjukkan bahwa pemberian vitamin E dengan dosis 120 IU, 240
IU dan 480 IU dapat menurunkan kadar malondialdehid (MDA) plasma secara
signifikan dibandingkan kontrol. Penelitian Stadtman (1991) pada perokok yang
diberikan vitamin C dosis 1500 mg/hari dapat melindungi terbentuknya
peroksidasi lipid melalui penurunan kadar MDA dalam plasma. Penelitian Pironi
et al (1998) pada 6 laki-laki dan 6 perempuan yang diberikan formulasi tokoferol,
seng (Zn), tembaga (Cu), dan mangan yang direkomendasikan oleh American
Medical
Association
dapat
mempertahankan
aktivitas SOD
dan
stress
peroksidatif. Meskipun demikian, penelitian yang membandingkan efektivitas
antar suplemen vitamin C, vitamin E dan multivitamin-mineral sebagai
antioksidan terhadap radikal bebas dalam tubuh masih terbatas. Di samping itu,
kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi suplemen antioksidan menjadi
fenomena tersendiri.
Mahasiswi alih jenis merupakan salah satu kelompok yang rentan terkena
berbagai radikal bebas yang berasal dari aktivitas metabolik regular, aktivitas
fisik, gaya hidup maupun diet. Perkuliahan yang dimulai pada sore hari sampai
malam, tidur yang terlalu larut menuntut tubuh untuk lebih banyak beraktivitas
(stress), Selain itu, polutan yang berasal dari asap kendaran bermotor, rokok
(pasif) dan lainnya. Tidak hanya itu, makanan juga dapat menjadi penyebab
meningkatnya radikal bebas dalam tubuh. Mahasiswi alih jenis sangat gemar
mengonsumsi makanan gorengan seperti tempe, bakwan, molen, pisang, tahu,
combro, ubi dan kentang karena harganya yang murah, ataupun pecel ayam dan
pecel lele. Baik gorengan maupun pecel ayam ataupun lele yang dijual, digoreng
menggunakan minyak yang berwarna keruh hampir berwarna hitam menandakan
minyak telah digunakan berulang-ulang oleh penjual. Minyak tersebut memiliki
peroksida lipid yang tinggi dan mungkin dapat menjadi penyebab meningkatnya
radikal bebas dalam tubuh.
Penelitian Foote et al (2003) menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin
mempengaruhi konsumsi suplemen makanan, dimana konsumsi suplemen di
kalangan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (56% Vs. 48%). Hasil
survey Fitriani (2007) konsumen suplemen perempuan Indonesia mencapai 18,9
% dari seluruh populasi perempuan dewasa Indonesia.
Penelitian Siahaan (2007) terhadap mahasiswa putri TPB-IPB 2006/2007
menunjukkan bahwa suplemen antioksidan yang biasa dikonsumsi adalah
vitamin C (88,3%), vitamin E (1,7%) dan multivitamin-mineral (1,7%). Demikian
juga di kalangan mahasiswa Program Alih Jenis terdapat kecenderungan
mengonsumsi suplemen, baik vitamin C, vitamin E ataupun multivitamin-mineral.
Sementara itu, suplemen yang beredar di pasaran umumnya berupa vitamin C
500 mg, vitamin E 200 IU, serta suplemen multivitamin-mineral. Dengan
mempertimbangkan berbagai hasil penelitian sebelumnya dan fenomena
kebisaan mengonsumsi suplemen di kalangan mahasiswi Alih Jenis dinilai perlu
dilakukan penelitian untuk membandingkan efektifitas suplemen vitamin C,
vitamin E dan multivitamin-mineral terhadap penurunan status oksidatif dengan
menggunakan parameter kadar MDA plasma pada mahasiswi alih jenis Institut
Pertanian Bogor.
Tujuan
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
suplemen vitamin C, vitamin E dan multivitamin-mineral terhadap penurunan
status oksidatif dengan parameter kadar malondialdehid (MDA) plasma
mahasiswi alih jenis Institut Pertanian Bogor.
Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui karakteristik individu sampel.
2. Menganalisis konsumsi pangan sumber vitamin C, vitamin E, seng dan
Tembaga sampel.
3. Menganalisis asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi rata-rata
sampel per hari.
4. Menganalisis kadar MDA plasma sampel sebelum dan setelah pemberian
suplemen.
5. Mengetahui perbedaan penurunan kadar MDA plasma sampel antar
kelompok yang diberi suplemen vitamin C, vitamin E dan multivitaminmineral.
Hipotesis
1. Pemberian suplemen vitamin C dapat menurunkan kadar MDA plasma.
2. Pemberian suplemen vitamin E dapat menurunkan kadar MDA plasma.
3. Pemberian suplemen multivitamin-mineral dapat menurunkan kadar MDA
plasma.
4. Terdapat perbedaan penurunan MDA akibat pemberian vitamin C, vitamin
E dan multivitamin-mineral.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan masyarakat
tentang pemanfaatan vitamin C, vitamin E dan multivitamin-mineral sebagai
antioksidan terhadap radikal bebas dengan parameter lemak peroksida, serta
sebagai acuan untuk memilih antioksidan mana yang lebih efektif dalam
menangkal radikal bebas.
Download