5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Motivasi berarti dorongan

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Konsep Motivasi
Motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang
menggerakan, mengarahkan perilaku untuk memenuhi tujuan tertentu.
Proses timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan dari konsep
kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan. Mengkunegara (2005: 61)
menyatakan, motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi
situasi kerja di perusahaan.
Menurut Purwanto (2002: 73) motivasi adalah suatu usaha yang
disadari untuk menggerakan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku
seseorang agar ia terdorong untuk bertindak malakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Sedangkan menurut hirarki kebutuhan
Maslow dalam Hasibusn (2000 :127) bahwa motivasi didasarkan atas tingkat
kebutuhan yang disusun menurut prioritas kekuatannya. Apabila kebutuhan
tingkat bawah telah dipenuhi maka kondisi ini dapat meninimbulkan
kebutuhan untuk memenuhi perilaku yang menuntut kebutuhan yang lebih
tinggi. Tingkat kebutuhan yang terbawah adalah kebutuhan fisiologis atau
kebutuhan untuk hidup terus misalnya kebutuhan untuk makan, tidur udara
dan sebagainya. Setelah kebutuhan tersebut
terpenuhi, maka kebutuhan
selanjutnya adalah kebutuhan akan keselamatan atau keamanan.
Kata motivasi (motivation) kata dasar adalah motif (motive) yang
berarti dorongan, sebab karna seseorang melakukan sesuatu. Menurut
5
6
Namawi dalam Menkunegara (2005:351), menyimpulkan bahwa motivasi
adalah satu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang
melakukan
sesuatu
hanya
melakukan
suatu
kegiatan,
yang
menyenangkan untuk dilakukan perbuatan/ kegiatan, yang berlangsung
secara sadar. Seperti yang dikatakan Liang Gie dalam bukunya Martoyo
(2007:45) motivasi atau dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi
pangkal seseorang melakukan sesuatu atau pekerjaan.
Menurut Sudita dalam Sugiyono (2004:29) motivasi adalah suatu
perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan
menurut Mitchell (dalam winardi 2002:132) motivasi mewakili prosesproses psikologikal, yang menyebapkan timbulnya, diarahkanya, dan
terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ketujuan
tertentu.
Motivasi berasal dari kata motif, yang artinya daya upaya yang
mendorong seseorang untuk mrlakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan
aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Pada dasarnya dari
kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai penggerak yang telah
menjadi aktif.
Menurut Purwanto (2002:73) motivasi adalah suatu usaha yang
disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku
seseorang agar dia tertolong untuk bertindak melakukan sesuatu
7
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Dorongan bekerja akan
timbul pada diri seseorang disebabkan oleh adanya kebutuhan yang harus
dipenuhi dan adanya tingkat kebutuhan yang berbeda pada setiap pegawai,
sehingga menimbulkan perbedaan motivasi dalam berprestasi.
Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi
untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kamampuan untuk upaya itu
dalaqm memenuhi beberapa kebutuhan individual ( Santot Imam 2004:79).
Karena sangat luasnya pengertian motivasi dari peri kehidupan manusia
maka untuk memahami motivasi perlulah dipahami asumsi dasar motivasi.
Santot Imam Wahjono (2004:79) mangatakan bahwa terdapat empat asumsi
dasar motivasi yaitu :
1. Motivasi adalah hal-hal yang baik, seseorang menjadi termotivasi karena
dipuji atau sebaliknya bekerja dengan penuh motivasi dan karenanya
seseorang dipuji.
2. Motivasi adalah satu atau beberapa dari faktor yang menentukan prestasi
kerja seseorang,faktor yang lain adalah adalah kemampuan, sumberdaya,
kondisi tempat kerja, kepemimpinan dan lain-lain.
3. Motivasi biasanya habis dan perlu ditambah suatu waktu, seperti pada
beberapa faktor psikologis yang lain yang besikap siklikal, pada saat
beberapa pada titik terendah motivasi perlu di tambah.
4. Motivasi adalah alat yang dapat digunakan manajemen untuk mengatur
hubungan pekerjaan dalam organisasi.
8
Proses timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan dari
konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan. Proses motivasi terdiri
beberapa tahapan proses yaitu :
1. Munculnya suatu kebutuhan yang belum terpenuhi menyebabkan adanya
ketidakseimbangan
dalam
diri
seseorang
dan
berusaha
untuk
menguranginya dengan berperilaku tertentu.
2. Seseorang kemudian mencari-cari cara untuk melakukan agar dapat
memuaskan keinginannya.
3. Seseorang mengarahkan perilakunya kearah pencapaian tujuan atau
prestasi dengan cara-cara yang telah dipilihnya dengan didukung dengan
kemampuan, keterampilan maupun dengan pengalamannya.
4. Penilaian prestasi dilakukan oleh dirisendiri atau oranglain (atasan)
tentang keberhasilannya dalam mencapai tujuan.
5. Imbalan atau hukuman yang diberikan atau dirasakan tergantung kepada
evaluasi atas prestasi yang dilakukan.
6. Akhirnya seseorang menilai sejauhmana perilaku dan imbalan telah
memuaskan kebutuhannya.
Jika siklus motivasi tersebut telah memuaskankebutuhannya, maka
suatu keseimbangan atau kepuasan kebutuhan tersebut dirasakan.
Teori motivasi pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu teori
kepuasan (Content Theories) dan teori proses (Process Theorises) Teori
kepuasan tentang motifasi berkaitan dengan faktor yang ada dalam diri
seseorang yang memotivasinya. Sedangkan teori proses berkaitan
9
dengan bagai mana motivasi itu terjadi atau bagaimana perilaku itu
digerakan.
Menurut Maslow dalam Sudita ( 1997:287) mengemukakan
kebutuhan hrarkhi berperan penting pada motivasi, bahwa manusia
ditempat kerjanya dimotivasi
oleh suatu keinginan untuk memuaska
sejumlah kebutuhan yang ada pada diri seseorang. Adapun beberpa
kebutuhan hirarkhi manusia untuk sebagai acuan tercipnyanya motivasi
menurut Maslow (1997:31) adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhab fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia
yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup
seperti makanan, perumahan, oksigen, tidur, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan rasa aman (Security needs)
Apabila kebutuhan fisiologis relatif suda terpenuhi maka muncul
kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan
rasa aman ini meliputi, keamanan akan perlindungan dari bahaya
kecelakaan kerja, dan jaminan akan kelangsungan pekerjaannya, dan
jaminan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.
3. Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan
secara minimal maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan
untuk persabatan, afiliasi, dan interaksi yang telah erat dengan orang
10
lain.dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya
kelompok keja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama
dan lain sebagainya.
4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk di hormati,
dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan
keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang.
5. Kebutuhan Akualisasi Diri (Self-actualization Needs)
Aktualisasi diri merupakan hirarkhi kebutuhan dari maslow yang
paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan
akan potensi yang sesuguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk
menunjukan
keahlian,
kemampuan
dan
potensi
yang
dimiliki
seseorang.
Hirarkhi seseorang yang didominasi oleh kebutuhan hirarkhi diri
senang akan tugas-tugas yang menantang keahliaan dan kemampuannya
sehingga termotivasi akan senang dengaan semua tugas yang telah
diberikan sehingga tepat waktu, Maslow (1997:32).
Motivasi kerja menurut beberapa ahli motif diartikan sebagai daya
penggerak yang mendorong seseorang melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motif yang sudah aktif disebut
motivasi. Motivasi kerja
merupakan proses yang tidak dapat diamati,
tetapi bisa ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku,
sehingga
motivasi
merupakan
konstruksi
jiwa. Hamalik
dalam
11
Handoko,Hani
(1990:24)
mengatakan
bahwa
motivasi
menimbulkan
perubahan energi dalam diri seseorang untuk suatu aktivitas nyata berupa
kegiatan
fisik.
Karena
aseseorang
mempunyai
tujuan
tertentu
dari
aktivitasnya maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk
mencapainya dengan segala usaha yang dapat dilakukan.
Motivasi dapat menjadi hal yang rumit dan penuh dengan trik, Menurut
Stevensen dalam Sgir,Suharso (1995:78) tidak semua orang dimotivasi oleh
hal yang sama dan apa yang memotivasi orang pada hari ini belum tentu
akan memotivasi dirinya pada hari berikutnya. Stevensen dalam Sgir,Suharso
(1995:97) Motivasi dapat diartikan menjadi dua ialah Motivasi intrinsik
(intrincic motivation) dan Motivasi ektrinsik(extrinsic motivation).
2.1.1 Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang timbul dalam diri seseorang
karena dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar. Menurt Dharma Agus
(2006:67) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirang sang dari luar, karena dalam setiap diri
manusia suda ada dorongan untuk melakukan sesuatu.bila seseorang
memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka dia secara sadar akan
melakukan sesuatu. Bila seseorang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya,
maka dia secara sadar akan melakukan sesuatu pkegiatan atau aktifitas yang
memerlukan motifasi dari luar dirinya. Seseorang yang memiliki motifasi
intrinsik selalu ingin maju dalam melakukan sesuatu hal. Keinginan ini
12
dilatarbelakani oleh pemikiran yang positif, bahwa sesuatu kegiatan atau
pekerjaan yang akan dilakukan sangat bermanfaat bagi dirinya.
2.1.2 Motivasi Ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik
adalah
motif-motif
yang
timbul
dari
diri
seseorangkarena dipengaruhi oleh faktor dari luar. Sebagai mana yang telah
dikemukakan oleh Dharma Agus (2006:67) bahwa motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsangan dari luar.
Sesuatu misalnya, kebanyakan dari waktu saat kita bekerja untuk suatu
imbalan yang tertunda, kita dipacu oleh motivasi ekstinsik (extrinsic
motivation), yaitu sesuatu yang diarapkan akan diperoleh dari luar diri
kita.biasanya motivasi ini berarti imbalan keuangan atau insentif lain yang
serupa,bahkan ancaman mendapatkan hukuman jika kita gagal.dalam hal ini
kita dipacu bukan oleh diri kesenangan dari hasil akhirnya, yang kita inginkan
adalah imbalannya dan pekerjaan adalah sesuatu yang kita lakukan untuk
mendapatkannya atau untuk menghindari hukuman. Hal yang semacam
inilah yang digolongkan atau dikategorikan sebagai motifasi ekstrinsik.
2.1.3 Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi menurut Malayu Hasibuan (2005:146) yaitu sebagai
berikut :
1. Meningkatkan koral dan kepuasan kerja karyawan.
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3. Mempertahankan kestabilitas karyawan perusahaan.
13
4. Meningkatkan kedisiplinan keryawan.
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
7. Meningkakan loyalitas, kreativitas dan partisifasi karyawan
8. Meningkatkan kesejahtraan karyawan
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi timbul karna dua faktor menurut Dharma Agus (2006:135),
yaitu dorongan yang berasal dalam manusia (faktor individual atau internal)
dan dorongan yang berasal dari luar individu (factor external). Faktor
individual yang biasanya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
adalah :
1. Minat
Seseorang akan merasa terdorong untuk melakukan suatu kegiatan
kalau kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sesuai dengan
minatnya.
2. Sikap positif
Seseorang yang mempunyai sifat positif terhadap suatu kegiatan dengan
rela ikut dalam kegiatan tertenru, dan akan berusaha sebisa mungkin
menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan dengan sebaik-baiknya.
3. Kebutuhan
14
Setiap orang mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha
melakukan kegiatan apapun aslal kegiatan tersebut bisa memenuhi
kebutuhannya.
Menurut Herzberg dalam Darma Agus, (1989:106) ada dua faktor
utama di dalam organisasi (faktor eksternal) yang membuat karyawan
merasa puas terhadap pekerjaan yang di lakukan, dan kepuasan tersebut
dan mendorong mereka untuk bekerja lebih baik, kedua faktor tersebut antara
lain :
a. Motivator
Motivator adalah prestasi kerja, penghargaan, tanggung jawab yang
diberikan, kesempatan untuk mengembangkan diri dan pekerjaannya itu
sendiri.
b. Faktor kesehatan kerja
Faktor kesehatan kerja, merupakan kebijakan dan administrasi perusahaan
yang baik, supervisi teknisi yang menjadi, gaji yang memuaskan, kondisi
kerja yang baik, dan keselamatan kerja.
Dalam teori pengharapan (Victor Vroom), Motivasi kerja seseorang
sangat
ditentukan
tujuan
khusus
yang
akan
dicapai
orang
yang
bersangkutan. Harapan yang ingin dicapai karyawan antara lain :
1. Upah atau gaji yang sesuai
Merupakan
imbalan
yang
diberikan
kepada
seseorang
setelah
melakukan suatu pekerjaan. Upah umumnya berupa uang atau materi
lainnya. Karyawan yang diberi upah atau gaji sesuai kerja yang dilakukan
atau sesuai harapan dan tingkatan tunjangan jabatan serta kesesuaian
15
gaji berdasarkan ketentuan perundang-undangan membuat karyawan
bekerja secara baik dan bersungguh-sungguh.
2. Keamanan kerja yang terjamin
Karyawan dalam bekerja membutuhkan konsentrasi dan ketenangan jiwa
dan dapat diwujudkan dalam bentuk keamanan kerja.
3. Perlakuan yang adil
Adil bukan berarti diberikan dengan jumblah sama bagi seluruh
karyawan.
Perlakuan
adil
diwujudkan
dengan
pemberian
gaji,
penghargaan, dan promosi jabatan sesuai prestasi karyawan. Bagi
karyawan yang berprestasi dipromosikan jabatan yang lebih tinggi,
sedangkan karyawan yang kurang berprestasi diberi motivasi untuk lebih
berprestasi sehingga suatu saat memperoleh promosi jabatan.
4. Pimpinan yang cakap,jujur, dan berwibawa
Seorang pemimpin merupakan orang yang menjadi motor penggerak
bagi perjalanan roda organisasi. Pimpinan yang memiliki kemampuan
memimpin membuat karyawan segan dan hormat. Pimpinan juga dituntut
jujur sehingga pimpinan sebagai contoh yang baik bagi karyawan yang
dipimpin.
5. Suasana kerja
Hubungan harmonis antara pimpinan dan bawahan atau hubungan
vartikal membuat suasana kerja baik. Selain itu hubungan harmonis
diharapkan juga tercipta antar sesama karyawan (hubungan harizontal).
Kedua hubungan baik tersebut menciptakan kondisi suasana kerja yang
tidak membosankan.
16
6. Jabatan yang menarik
Jabatan merupakan salah satu kedudukan yang diharapkan bawahan.
Promosi jabatan yang berjenjang secara baik dengan yang berpedoman
pada prestasi kerja dan masa kerja membuat karyawan menduduki
jabatan dengan jenjang teratur. Penjenjangan menciptakan keadaan
kondusif bagi lembaga atau institusi (Wursanto, 1990:149).
Hal ini juga di perjelas oleh Winardi (2000:3) bahwa motivasi
merupakan sebuah determinan penting bagi kinerja indifidual. Jelas kiranya,
bahwa ia bukan satu-satunya determinan karena masih ada variabel-variabel
yang lain turut mempengaruhinya seperti:
-
Upaya (kerja) yang dikerahkan
-
Kemampuan orang yang bersangkutan
-
Pengalaman kerja sebelumnya.
Motivasi kerja yang dimiliki seorang pekerja berbeda-beda dan juga
berubah-ubah.
Ada
pekerjaan
yang
selalu
terlihat
bekerja
karena
menginginkan kenaikan gaji, atau promosi jabatan. Hal ini dijelaskan oleh
Dharma (2004:45) bahwa motivasi merupakan hal yang sederhana karena
orang-orang pada dasarnya termotivasi atau terdorong untuk berperilaku
dalam cara tertentu yang dirasakan mengarah kepada perolehan ganjaran.
2.1.5 Elemen Penggerak Motivasi
Motivasi seseorang akan di tentukan oleh simulusnya. Stimulus
yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi seseorang sehingga
menimbulkan
pengaruh
perilaku
orang
yang
bersangkutan.
Motivasi
17
seseorang menurut Sagir (1985:97) biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut
:
1. Kinerja (Achievement)
Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan
(neends) dapat mendorong mencapai sasaran.
2. Penghargaan (Recognition)
Penghargaan, pengakuan (Recognition) atas suatu kinerja yang telah
dicapai oleh seorang merupakan stimulus yang kuat. Pengakuan atas
suatu kinerja akan memberikan batin yang lebih tinggi daripada
penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah.
3. Tantangan (Challenge)
Adanya tantangan yang dihadapi merupakan stimulus kuat bagi manusia
untuk mengatasinya. Sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah
dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi stimulus, bahkan
cenderung menjadi kegiatan rutin.
4. pengembangan (Development)
pengembangan kemampuan seseorang, baik dalam pengalaman kerja
atau kesempatan untuk maju dapat menjadikan stimulus kuat bagi
karyawan untuk bekerja lebih untuk lebih bergairah.
5. Kesempatan
Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karier yang terbuka, dari
tingkat bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan stimulus
untuk berprestasi atau bekerja produktif.
18
2.2 Konsep Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu organisasi dalam
suatu mencapai tujuan. Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan
bimbingan dan penyuluhan baik pegawai dalam mencapai tata tertib yang
baik diinstansi. Menurut Viethzal (2004:443) mengemukakan bahwa
disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja dan
semangat kerja dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan serta
masyarakat pada umumnya. Melalui disiplin mencerminkan kekuatan,
karena biasanya seseorang yang berhasil memiliki disiplin yang tinggi.
Disiplin
digunakan
terutama
mendisiplinkan diri
perorangan
sangat
penting
untuk
untuk
memotivasi
pertumbuhan organisasi,
pegawai
dalam melaksanakan pekerjaan
maupun kelompok. Disamping itu disiplin
agar
dapat
baik secara
bermanfaat
mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur,
maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang
baik
Kedisiplinan ialah hal mentaati tata tertib di segala aspek
kehidupan, baik agama, budaya, pergaulan dan lain-lain.dengan kata lain,
kedisiplinan merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku individu yang menunjukan nilai-nilai ketaatan,
keteratiran,dan ketertiban. Menurut Westra (2007:96). Mengemukakan
pengertian kedisiplinan sebagai suatu keadaan tertib dimana orang-orang
19
yang tergabung di dalam organisasi tunduk pada peraturan-peraturan
yang ada dengan rasa senang hati. Pendapat itu menunjukan menunjukan
bahwa disiplin merupakan ketaatan dan kepatuhan pada peraturan yang
dilakukan dengan senang hati, bukan karna dipaksa atau terpaksa.
Menurut
kesadaran
Hasibuan
dankesediaan
(2003:53)
bahwa
seseorang
kedisiplinan
mentaati
semua
adalah
peraturan
perusahaan dan norma-norma yang berlaku. Soegeng Prijodarmito (2008:
12) berpendapat disiplin terbagi dalam tiga aspek yaitu sikap mental,
pemahaman, dan sikap kelakuan, yang di urai kan sebagai berikut :
a. Sikap Mental (mental attitude), yang merupakan sikap taat dan tertib
sebagai hasil atau pengembangan diri latihan.
b. Pemahaman yang baik mengenai sistim aturan perilaku, norma,
kriteria dan standar sedemikian rupa. Sehingga pemahaman tersebut
menimbulkan pengertian yang mendalam atau kesadaran bahwa
ketaatan akan aturan norma, kriteria danstandar tadi berupa syarat
mutlak encapai keberhasailan (sukses).
c. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukan kesanggupan hati
untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.
Menurut
Siagian
(2002:44),
disiplin
merupakan
tindakan
manajemen untuk mendorong para anggota organisasi untuk memenuhi
tuntutan berbagi ketentuan tersebut.
20
Menurut Hasibuan (2000:193), bahwa kedisiplinan adalah
kesadaran
dan
kesediaan
seseorang
menaati
semua
peraturan
perusahaan dan norma-norma perusahaan yang berlaku.
2.2.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kedisiplinan Kerja
Hukuman atau sanksi diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan
karena hukum ini untuk mendidik para karyawan agar berperilaku
mentaati semua peraturan perusahaan, Peraturan tanpa dibarengi
pemberian hukuman/ sanksi yang tegas bagi pelanggarannya bukan
menjadi alat pendidik bagi karyawan. Untuk menegakkan disiplin tidak
cukup hanya dengan ancaman-ancaman tetapi perlu di imbangi dengan
tingkat kesejahteraan yang cukup, baik gaji yang sesuai maupun bonusbonus bagi karyawan agar kehidupan mereka lebih sejahtera yang pada
ahirnya karyawan akan melakukan tugasnya sesuai dengaan peraturan
yang berlaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan pegawai dalam
disiplin kerja (AVIN). Disiplin kerja merupakan suatu sikap dan perilaku,
pembentukan perilaku jika dilihat dari kurt lewis adalah interaksi antara
faktor kepribadiandan faktor lingkungan. Dalam hal ini kedua faktor
tersebut sangat mempengaruhi pembentukan disiplin kerja pegawai.
Menurut Saydam (1996:202 (dalam www.Google.co,id manajemen
sumber
daya
manusia),
mempunyai
mempengaruhi disiplin, antaralain :
beberapa
faktor-faktor
yang
21
a. Besar kecilnya pemberian kompensasi
b. Ada tidaknya keteledanan pimpinan dalam perusahaan
c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
f. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan
g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukunga tegaknya disiplin.
Selanjutnya Hasibuan (2000: 124) menjelaskan bahwa, pada dasarnya
banyak factor yang mempengaruhi tingkat kedisiplina karyawan pada
suatu organisasi, diantaranya :
a. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan
pegawai/karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan
ditetapkan secara ideal secara cukup menentang bagi kemampuan
pegawai/karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang
dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan
karyawan bersangkutan, agar dia bekerja suguh-sungguh dan disiplin
dalam mengajarkannya.
b. Taladan pimpinan
Teladan pimpinan saangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
karyawan karena pimpinan dijadikan taladan dan panutan oleh para
bawahannya. Pimpina harus memberi contoh yang baik,berdisiplin,
baik, jujur, adil, serta sesuai kata dan perbuatan. Dengan taladan
22
pimpinan kurang baik, para bawahanpun akan kurang disiplin.
Pimpinan harus manyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan
diteladani bawahannya. Hal
inilah yang mengharuskan pimpinan
mempunyai kedisiplinan yang baik agar para bawahanpun mempunyai
disiplin yang baik pula.
c. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan
karyawan/pegawai karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan
kecintaan karyawan/pegawai terhadap pekerjaannya. Jika kecintaan
karyawan semakin baik terhadap pekerjaannya, kedisiplinan akan
mereka akan semakin baik pula. Untuk mewujudkan kedisiplinan
karyawan yang baik, organisasi harus memberikan balas jasa yang
brelatif besar. Kedisiplinan pegawai tidak mungkin baik apabila balas
jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memahami
kebutuhan hidupnya beserta keluarga.
d. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan karena
ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta
diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan
dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa pengakuan) atau
hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan selalu berusaha
bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan yang
baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik juga.
23
e. Pengawasan melekat (waskat)
Pengawasan melekat adalah tindakan nyata dan efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan pegawai/karyawan organisasi. Dengan
waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku,
moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini
brarti atasan harus selalu ada/hadir ditempat kerja agar dapat
mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Jadi,
pengawasan melekat menuntut adanya kebersamaan aktif antar
atasan dengan bawahan terwujudlah kerja sama yang baik dan
harmonis dalam perusahaan yang mendukung terbinanya kedisiplinan
pegawai/karyawan yang baik.
f. Sanksi hukuman
Sangsi hukum an berperan penting dalam memelihara kedisiplinan
karyawan/pegawai. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat,
pegawai
akan
semakin
takut
melanggar
peraturan-peraturan
organisasi, sikap dan perilaku kedisiplinan karyawan akan berkurang
berat
ringannya
sanksi
hukuman
yang
akan
diterapkan
ikut
mempengaruhi baik/buruknya disiplin karyawan/pegawai. Sanksi
hukuman harus diterapkan pertimbangkan logis, masuk akal, dan
diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan/pegawai.
g. Ketegasan
24
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempeengaruhi
kedisiplinan pegawai/karyawan organisasi. Pimpinan harus berani dan
tegas bertindak untuk menghukum setiap karyawan indisipliner yang
berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagikaryawan yang
indisipliner akan disenangi dan dikui kepemimpinaannya oleh
bawahannya, dengan demikian, pimpinan akan dapat memelihara
kedisiplinan karyawan/pegawai organisasi.
h. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan
ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu organisasi.
Hubungan-hubungan yang baik bersifat vartical maupun horizontal
yang trdiri dari direct single relationship, direct group relationship dan
cross relationsship hendaknya harmonis. Pimpinan harus menciptakan
suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vartical
maupun harizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya human
relationship yang serasi akan mewujudkannya lingkungan dan
suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan
yang baik pada organisasi. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta
apabila hubungan kemanusiaaan dalam organisasi tersebut baik.
Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, sebelum masuk dalam sebuah
organisasi seorang karyawan atau mempunyai aturan, nilai dan orma
sendiri, yang merupakan proses sosialisasi dari keluarga dan
masyarakat.
25
2.2.2 Fungsi Kedisiplinan
Dalam setiap tindakan manusia tanpa adanya kata disiplin
mereka sering mengalami kegagalan karena disiplin merupakan unsur
yang sangat penting, begitupun organisasi yang selalu ingin mencapai
tujuan yang di inginkan. Ada beberapa fungsi yang di kemukakan oleh
Tomastala (1997:249-253):
1. Meningkatkan kualitas karakter, kualitas karakter akan terlihat pada
komitmen kepada tuhan, organisasi, diri, orang lain dan kerja. Puncak
komitmen akan terlihat pada intergrasi diri yang tinggi dan tangguh.
2. Mendukung proses pengejawantahan kualitas karakter, sikap dan
kerja. Kualitas sikap (komitmen dan integritas) ditunjung, didukung
dan dikembangkan dalam diwujudkan dalam kenyataan. Komitmen
dan integritas akan terlibat dalam kinejanya yang konsisten.
3. Memproduksi kualitas kerakter dalam hidup yang ditandai oleh adanya
karakter dalam hidup yang ditandai oleh adanya karakter kuat dari
setiap orang, termaksuk pimpinan dan bawahan. Pimpinan terbukti
berdisiplin tinggi dalam sikap hidup dan kerja, dan hal yang akan
mempengaruhi para bawahan untuk berdisiplin tinggi yang dijadikan
model oleh bawahan.
Disiplin yang baik dan benar dalam kepemimpinan akan selalu
membangun serta membawa kemajuan. Seorang pimpinan yang baik
akan selalu menerapkan disiplin dalam hidup dan kerja sehingga
26
membawa dampak positif bagi kemajuan hidup akan kerja dalam
organisasi.
2.2.3 Jenis-Jenis Kedisiplin Kerja
Disiplin kerja dapat timbul dari dalam diri sendiri dan karena
adanya perintah, Terry dalam terjamahan Winardi (2000:218), membagi
jenis disiplin menjadi dua, yaitu:
1. Disiplin yang timbul dari dalam diri sendiri (Self imposed discipline)
disiplin yang timbul dari dalam diri sendiri merupakan disiplin yang
timbul atas dasar kerelaan, kesadaran, dan bukan atas dasar paksaan
atau ambisi tertentu. Disiplin ini timbul karena seseorang merasa
terpenuhi kebutuhannya dan merasa menjadi bagian organisasi,
sehingga orang tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela
mematuhi segala peraturan yang berlaku.
2. Disiplin berdasarkan perintah (Command Discipline) disiplin ini timbul
dan tumbuh disebabkan karena paksaan, perintah hukuman dan
kekuasaan. Jadi disiplin ini bukan tumbuh atas perasaan yang ikhlas,
akan tetapi timbul karena adanya paksaan atau ancaman orang lain.
Dalam setiap organisasi yang diinginkan pastilah jenis disiplin
yang pertama yaitu yang datang karena adanya kesadaran dan keinsafan.
Akan tetapi kenyataan selalu menunjukkan bahwa disiplin itu lebih banyak
disebabkan oleh adanya semacam paksaan dari luar. Untuk tetap
27
menjaga agar supaya disiplin tetap terpelihara, Handoko dalam bukunya
manajemen sumber daya manusia, (1990:129) mengemukakan perlunya
kegiatan pendisiplinan. Kegiatan pendisiplinan itu terdiri dari:
a. Disiplin Preventif merupakan kegiatan yang dilakukan dengan maksud
untuk mendorong para karyawan agar sadar mentaati berbagai standar
dan aturan sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan atau
pelanggaran. Lebih utama dalam hal ini adalah dapat ditumbuhkan “self
discipline” pada setiap karyawan tanpa terkecuali, untuk memungkinkan
iklim yang penuh disiplin tanpa paksaan tersebut perlu kiranya standar
itu sendiri bagi setiap karyawan. Dengan demikian dapat dicegah
kemungkinan-kemungkinan timbulnya pelanggaran atau penyimpangan
dari standar yang telah ditentukan.
b. Disiplin Korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran-pelanggaran yang telah terjadi dan mencoba untuk
menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini
dapat berupa suatu hukuman atau tindakan pendisiplinan (discipline
action) yang wujudnya dapat berupa peringatan-peringatan atau
schorsing.
2.2.4 Prinsip-Prinsip Kedisiplinan
Dengan adanya tata tertipnya yang telah ditetapkan tidak dengan
sendirinya,
maka
perlu
bagi
pihak
organisasi
mengkondisikan
karyawannya dengan tata tertip perusahaan untuk mengkondisikan
28
perubahan agar agar dapat disiplin. Adapun pendapat Heidjerachham dan
Saud (1993:241) bahwa prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi pendisiplinan ini dilakukan
dengan menghindari menegur kesalahan dihadapan orang banyak,
karena kalau hal tersebut dilakukan menyebabkan karyawan tersebut
malu dan tidak menutup kemungkinan sakit hati yang dapat
menimbulkan rasa dendam yang akhirnya dapat melakukan tidakan
balasan yang akhirnya dapat melakukan tindakan balasan yang
merugikan perusahaan.
2. Pendisiplinan
harus
bersifat
membangun.
Selain
menunjukan
kesalahan yang telah dilakukan oleh karyawan haruslah diikuti dengan
petunjuk cara pemecahannyasehingga karyawan tidak merasa
bingung dalam menghadapi kesalahaanyang dilakukan.
3. Pendisiplinan dilakukan secara langsung dengan segera.suatu
tindakan dengan segera setelah terbukti bahwa karyawan telah
melakukan
kesalahan.
kadarluasa
sehingga
Jangan
akan
membiarkan
terlupakan
oleh
masalah
menjadi
karyawan
yang
bersangkutan. Pendisiplinan yang dilakukan dengan segera selain
karyawan akan cepat mengetahui kesalahannya, sehingga dengan
segera pula akan mengubah sikapnya dan juga akan meredam
kesalahan tersebut.
4. Keadilan dan pendisiplinan sangat diperlukan. Dalam tindakan
pendisiplinan hendaknya di lakukan secara adil dilakukan tanpa tanpa
29
pilih kasih. Siapapun yang telah melakukan kesalahan harus
mendapatkan tindakan pendisiplinan secara adil tanpa membedabedakan.
5. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan secara sewaktu
karyawan absen. Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan
karyawan yang bersangkutan secara pribadi agar mengetahui bahwa
ia melakukan kesalahan karena akan tidak berguna pendisiplinan
yang dilakukan tanpa adanya pihak yang melakukan kesalahan.
6. Setelah
pendisiplinan
hendaknya
wajar
kembali.
Sikap
wajar
hendaknya dilakukan pimpinan terhadap karyawan yang melakukan
kesalahan tersebut. Hal yang demikian ini proses kerja dapat lancar
dapat kembali dan tidak kaku dalam berikap.
2.3 Hubungan Antara Motivasi dan Kedisiplinan
Motivasi kerja karyawan dalam suatu organisasi dapat dianggap
sederhana dan dapat pula menjadi masalah yang kompleks, karena pada
dasarnya manusia mudah untuk dimotivasi dengan memberikan apa yang
menjadi keinginannya. Masalah motivasi kerja dapat menjadi sulit dalam
menentukan imbalan dimana apa yang dianggap penting bagi seseorang
karena sesuatu yang penting bagi seseorang belum tentu penting bagi
orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Listianto dan Setiaji (2007)
dalam Hasibuan, Malayu (2000) menyatakan bahwa motivasi kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja karyawan. Selain
itu juga penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo dan Wahyuddin (2003)
30
mendukung penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa motivasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja karyawan, dan
dalam penelitian ini juga menyatakan motivasi merupakan faktor dominan
yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan. Dari penelitian terdahulu,
hubungan antara motivasi dan kinerja berbanding lurus, artinya bahwa
semakin tinggi motivasi karyawan dalam bekerja maka disiplin kerja yang
dihasilkan juga tinggi. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki
manajemen yang efektif. Selain motivasi, untuk meningkatkan disiplin
kerja
karyawan
dalam
manajemen
efektif
memerlukan
dukungan
karyawan yang cakap dan kompeten di bidangnya. Di sisi lain pembinaan
para karyawan termasuk yang harus diutamakan sebagai aset utama
perusahaan. Proses belajar harus menjadi budaya perusahaan sehingga
keterampilan para karyawan dapat dipelihara, bahkan dapat ditingkatkan.
Dalam hal ini loyalitas karyawan yang kompeten harus diperhatikan.
2.4 Penelitian Terdahulu
Binawan Tjahjono Tri Ggunarsih dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kedisiplinan kerja terhadap
kinerja karyawan PT. Panen Lestari Internusa Medan ( Sri Mutmainnah,
2008 ), Dari hasil peritungan regresi ganda dapat diketahui koefisien
variabel X1 sebesar 0,112 dan variabel X2 sebesar 0, 245 dengan
demikian dapat diketahui ada pengaruh positif motivasi dan disiplin kerja
karyawan PT Panen Lestari Internusa Medan. ( Penelitian Ilmu
Manajemen dan Bisnis Vol.III no : 1 Maret 2008 ).
31
Hernowo Narmodo dan M. Faru Wajdi dalam penelitian pengaruh
motivasi dan disiplin terhadap kinerja pegawai pada kepegawaian daerah
kabupaten Wonogiri, memberikan kesimpulan bahwa Disiplin mempunyai
pengaruh penting dominan terhadap kinerja pegawai dibandingkan
dengan Motivasi. Motivasi dan disiplin dapat menjelaskan variabel kinerja
pegawai sebesar 56, 6% , Sedangkan 43, 3% dijelaskan oleh variabel lain
diluar model.
adapun yang membedakan antara penelitian kali ini dengan
penelitian sebelumnya adalah peneliti terdahulu menggunakan analisis
korelasi
berganda,
regresi
linear
berganda
sedangkan
peneliti
menggunakan metode kuantitatif dan analisis yang digunakan analisis
regresi sederhana serta dapat dilihat dari lokasi yang dijadikan objek
penelitian.
2.5 Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini, peneliti dapat menguji apakah Motivasi Kerja
memberikan pengaruh besar terhadap Kedisiplinan Kerja pegawai, dalam
pemahaman penelitian, indikator tersebut merupakan sifat seseorang
yang selalu ada pada dalam diri. Oleh karena itu menyakini bahwa bila
indikator akan di uji memberikan hasil yang positif terhadap kedisiplinan
kerja pegawai.
Lebih jelasnya, kerangka berpikir dapat silihat dalam bentuk bagan
dibawah ini:
32
ORGANISASI
KARYAWAN
MOTIVASI (X)
- Minat
- Sikap Positif
- Kebutuhan
(sumber:Dharma,Agus,,2006)
KEDISIPLINAN KERJA (Y)
- Tujuan & Kemampuan
- Teladan Pimpinan
- Sanksi Hukuman
- Ketegasan
(Sumber : Hasibun :2000)
GAMBAR 1 KERANGKA PIKIR
2.6 Pengajuan Hipotesis
Menurut Sugiono ( 2011:159), hipotesis adalah sebagai jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitia, yang disusun untuk
meneliti itu dapat juga menuntun atau mengarahkan penelitian.
Hipotesis diuji dalam penelitian ini ialah di duga Terdapat Pengaruh
Motivasi Terhadap Kedisiplinan Kerja karyawan Pada PT. Jamsostek (
persero) Cabang Gorontalo.
Download