BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Segala kegiatan dan buah pikiran manusia menghasilkan kebudayaan. Tiap kelompok masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda, karena masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal dengan kemajemukannya dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa/etnis, agama, bahasa istiadat dan sebagainya. Setiap suku dan bangsa mempunyai budaya masing-masing. Keberagaman budaya yang ada di Indonesia juga berarti bahasanya pun beragam. Bahasa merupakan unsur penting dalam setiap kebudayaan. Menurut Nababan, bahasa terlibat dalam semua aspek kebudayaan. Hampir semua kegiatan manusia dilakukan dengan berbahasa. Kita tidak mungkin dapat mengembangkan unsur kebudayaan seperti pakaian, rumah, lembaga pemerintahan, dan sebagainya tanpa bahasa. Bahasa sebagai sistem komunikasi masyarakat mempunyai makna hanya dalam kebudayaan yang mewadahinya. Itu berarti, untuk memahami suatu budaya, kita perlu memahami bahasanya. Sebaliknya, untuk memahami suatu bahasa, sedikit banyak kita perlu memahami budayanya (Nugroho, 2007 : 145). Menurut kamus Antropologi (1985), bahasa daerah adalah bahasa yang dipergunakan oleh penduduk di daerah geografis tertentu yang terbatas dalam Universitas Sumatera Utara wilayah suatu negara. Kesadaran berbahasa merupakan modal penting dalam mewujudfungsikan berbahasa, bagaimana menempatkan bahasa yang beraneka ragam ke posisi yang sesuai dengan tuntutan zaman, namun tetap melestarikan kebudayaan lama. Hal ini untuk menjaga agar bahasa daerah tidak punah karena hadirnya bahasa resmi dan bahasa asing. Salah satu aspek kebudayaan yang kiranya menduduki prioritas utama untuk dibina, dikembangkan, dan selanjutnya diwariskan ialah bahasa-bahasa daerah. Karena bahasa daerah merupakan alat komunikasi yang pertama diperoleh anak dalam keluarga dan juga sebagai petunjuk identitas kebudayaan daerah yang perlu dilestarikan kehidupannya. Kepunahan bahasa, terutama bahasa daerah, menjadi masalah serius yang juga perlu perhatian pemerintah dan masyarakat. Sebab, proses kepunahan bahasa ini akan diikuti dengan kepunahan budaya dan pada akhirnya kepunahan masyarakat. Padahal, bahasa adalah refleksi dan identitas yang paling kokoh dari sebuah budaya. Generasi muda saat ini sedikit yang peduli terhadap bahasa ibu. Disebabkan karena adanya anggapan jika berbahasa daerah dianggap tidak modern dan kampungan. Ditambah lagi dengan bermunculannya tayangan televisi maupun acara di radio yang lebih menonjolkan bahasa campuran Indonesia dan Inggris, juga bahasa gaul metropolitan yang banyak digunakan anak muda. Untuk itu, diperlukan upaya serius dalam melestarikan bahasa daerah agar tetap terus dipelihara, digunakan, dan bisa diturunkan dari generasi ke generasi. Universitas Sumatera Utara Pengembangan bahasa daerah sebagai bahasa ibu di Indonesia, juga dapat dilakukan dengan mengenalkan bahasa daerah kepada anak-anak sejak dini. Tentunya diperlukan peran dari keluarga dan lingkungan masyarakat daerah setempat agar bahasa daerah setempat tidak punah (http://www.docstoc.com/docs/22159074). Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu, melalui keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu. Meskipun merupakan organisasi sosial terkecil dalam suatu budaya, namun mempunyai pengaruh yang amat penting. Keluargalah yang paling berperan dalam proses pengembangan diri anak selama periode-periode formatif dalam kehidupannya. Keluarga memberi banyak pengaruh budaya kepada anak, juga berperan sebagai pembimbing anak dalam menggunakan bahasa, mulai dari cara memperoleh kata hingga dialek. Keluarga juga memberikan persetujuan, dukungan, ganjaran, dan hukuman yang mempengaruhi nilai-nilai yang anak kembangkan dan tujuan-tujuan yang ingin ia capai (Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, 1993:31). Universitas Sumatera Utara Pada lingkungan rumah tangga, proses komunikasi diantara anggota keluarga dirasakan lebih akrab apabila digunakan bahasa daerah. Dalam bahasa daerah, cara berbahasanya adalah dengan memperhatikan tatakrama dan kedudukan orang yang diajak bicara, sehingga suasana kekeluargaan terhadap orang tua atau orang–orang yang lebih tua semakin terasa dalam suasana kedaerahan. Suasana kerukunan dan keakraban akan tampak dalam penggunaan bahasa daerah ini, dan memang harus diakui bahwa, karena sudah terbiasa sejak kecil, penggunaan bahasa daerah dirasakan lebih komunikatif dan lebih menunjukkan keakraban (http://www.kompas.com/kompascetak/0408/05/pddkn/1164164.htm). Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Secara umum, komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus. Komunikasi antar pribadi juga merupakan suatu pertukaran yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik, sedangkan makna yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah Universitas Sumatera Utara pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi (Liliweri, 1991:12). Dalam keluarga komunikasi merupakan hal yang amat penting untuk menjaga hubungan antar pribadi tiap anggota keluarga, khususnya hubungan orangtua dan anaknya. Karena orangtua lah yang memegang andil besar dalam keluarga, dan juga dalam hal pengembangan kepribadian maupun pelestarian kebudayaan pada sebuah keluarga. Sehingga hal yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana komunikasi antar pribadi yang dilakukan dalam sebuah kelurga, dapat berjalan lancar. Kelurahan Tembung merupakan kelurahan yang peneliti pilih untuk melakukan penelitian ini, yang terletak di Jalan Bantan No 17 Medan-Tembung. Kelurahan ini terbagi pada enam lingkungan dengan jumlah penduduk yang berjumlah 13315 jiwa. Pada penelitian ini peneliti membatasi lokasi penelitian hanya pada satu Lingkungan. Karena luasnya area penelitian, peneliti hanya mengambil satu lingkungan saja yakni Lingkungan III dengan jumlah 402 Kepala Keluarga dan total penduduk sebanyak 2145 jiwa. Penduduk di lingkungan ini berasal dari keluarga dengan latar belakang usia, pendidikan, pekerjaan dan suku yang beraneka ragam. Dikarenakan perbedaan latar belakang tersebut tentu saja cara yang dipakai orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pada anak akan berbeda. Universitas Sumatera Utara Peneliti ingin mengetahui bagaimana sebenarnya komunikasi antar pribadi yang dilakukan orangtua dan anaknya dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di keluarga untuk mempertahankannya pada generasi mereka, yakni anakanaknya. Apakah dengan menerapkan peraturan harus menggunakan bahasa daerah jika sedang berada dirumah, atau jika sedang dalam musyawarah keluraga, atau dengan kondisi yang lainnya. Melihat pada kehidupan orang-orang desa yang tinggal di daerah dengan unsur kebudayaan yang masih sangat terjaga, dalam keluarganya mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah. Karena pada saat orangtua dalam keluarga tersebut masih berada pada posisi sebagai anak, orangtuanya sudah membiasakan dirinya untuk menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-harinya. Dan hal itu pulalah yang ia terapkan pada keluarganya, sehingga bahasa daerah tersebut dapat diwariskan secara turun temurun. Terdapat perbedaan antara masyarakat desa dan masyarakat kota, ketika dihadapkan pada kehidupan masyarakat kota khususnya kota metropolitan dengan segala kemegahan dan life style nya, cara hidup yang instant dan serba modern dengan teknologi yang semakin canggih. Bagaimanakah bahasa daerah yang berasal dari beragam suku yang ada di Indonesia ini diwariskan pada genersai selanjutnya, khususnya dalam sebuah keluarga. Komunikasi antar pribadi seperti apa yang diterapkan keluarga terutama orangtua untuk menanamkan pengetahuan bahasa daerah pada anak. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti komunikasi antar pribadi orang tua dan anak dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di lingkungan III Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “ bagaimanakah komunikasi antar pribadi orang tua dan anak dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di Lingkungan III Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung?” 1.3 Pembatasan Masalah Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah: 1) Objek penelitiannya adalah orang tua dan anak yang berusia 13-15 tahun (siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)). 2) Penelitian ini hanya melihat komunikasi antar pribadi orangtua dan anak dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah. Universitas Sumatera Utara 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui komunikasi antar pribadi orangtua dan anak dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di Lingkungan III Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung 2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi orangtua dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah 3) Untuk mengetahui peran orangtua dalam melestarikan bahasa daerah dalam keluarga. 1.4.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan diberikan dari penelitian ini adalah : 1) Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU. 2) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai komunikasi, khususnya komunikasi antar pribadi. 3) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam kajian studi ilmu sosial/komunikasi mengenai peran orangtua dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah pada anak. Universitas Sumatera Utara 1.5 Kerangka Teori Menurut Nawawi, setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1955: 40). Wilbur Schramm menyatakan bahwa teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya proposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku (Effendi, 1990: 241). Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah teori komunikasi, komunikasi antar pribadi, S-O-R (sistem organism respon), komunikasi keluarga, dan bahasa verbal dalam konteks komunikasi antar budaya. 1.5.1 Komunikasi Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Dengan komunikasi, seseorang dapat menyampaikan informasi, ide ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep dan lain-lain kepada orang lain secara timbal-balik, baik sebagai penyampai (komunikator) maupun sebagai penerima pesan (komunikan). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”, yakni “sama makna” (lambang). Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator Universitas Sumatera Utara kepada penerima pesan sebagai komunikan yang bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antar kedua belah pihak. Sebelum komunikator mengirimkan pesan-pesan/ informasi kepada pihak komunikan, terlebih dahulu memberikan makna dalam pesan-pesan tersebut (decode). Pesan tersebut ditangkap oleh komunikan dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (encode). Sebuah defenisi singkat untuk lebih memahami pengertian komunikasi, Effendi mengutip pendapat Harold The Lasswell, yaitu cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan” who says what, in wich channel, to whom, with what effect”. Pernyataan ini mengandung lima unsur dasar komunikasi (Effendi, 1990:255). Dengan begitu, di dalam berkomunikasi ada lima unsur yang tercakup, yaitu komunikator, pesan, saluran, komunikan, dan efek. Berdasarkan uraian yang ada, khususnya dalam membicarakan pengertian komunikasi, maka dapat diikhtisarkan: a. Komunikasi berasal dari Bahasa Latin, Communis yang berarti sama. Maksudnya bila seseorang menyampaikan pesan komunikasi kepada orang lain maka terlebih dahulu harus menyadarkan persamaan lambang dengan orang yang dituju sebagai sasaran komunikasi. b. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan komunikasi dari seseorang atau sekelompok kepada sesorang atau sekelompok lain. Universitas Sumatera Utara c. Kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen seperti sumber, pesan, saluran, penerima, gangguan, proses penyampaian, arus balik dan efek. d. Kegiatan komunikasi meliputi komunikasi intra individu, antar individu, kelompok kecil, public speaking, komunikasi massa maupun komunikasi antar kebudayaan (Suwardi, 2007: 11). 1.5.2 Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial dimana orangorang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi dan komunikasi antar pribadi merupakan jenis yang dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis dan memilki arus balik bersifat langsung. De Vito (1976) mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri, yaitu: keterbukaan (openes), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positivness), kesamaan ( equality). Sedangkan menurut Evert M. Rogers dalam Depari (1988) ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi adalah: a. Arus pesan yang cenderung dua arah. b. Konteks komunikasinya tatap muka. c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi. d. Kemampuan mengatasi tingkat selektifitas (terutama “selective exposure” ) yang tinggi. Universitas Sumatera Utara e. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat. f. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu. b. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. c. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas. d. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja. e. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan. f. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatakan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan. g. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil. h. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang bermakna (Liliweri, 1991:12). Universitas Sumatera Utara 1.5.3 S-O-R (Sistem Organism Response) S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek materialnya adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Teori ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi yang mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ; Pesan (stimulus, S), Komunikan (organism, O), dan Efek (Response, R). Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku maupun kognitif pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari : a. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. Universitas Sumatera Utara b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah “how”, bukan “what” atau “why”. Dalam perubahan sikap, tampak bahwa sikap yang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis, dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting yaitu, a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Stimulus Organism: a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Gambar 1 Model S-O-R Response Universitas Sumatera Utara Bagan diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan mengerti setelah komunikan menerimanya dan mengolahnya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 1990: 254). 1.5.4 Komunikasi Keluarga Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga sebagai kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu, melalui keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu. Universitas Sumatera Utara Suasana kekeluargaan dan kelancaran berkomunikasi antara anggota keluarga dapat tercapai apabila setiap anggota keluarga menyadari dan menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sambil menikmati haknya sebagai anggota keluarga. Agar komunikasi dan hubungan timbal balik dapat terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga harus menggambarkan kaitan yang sangat kuat sebagai berikut: a. Hubungan suami-istri berdasarkan cinta kasih. b. Hubungan orangtua dengan anak didasarkan kasih-sayang. c. Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan kasih sabar. d. Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama. e. Komunikasi dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan bahagia bila berlandaskan kasih sayang (Gunarsa, 2002:13). 1.5.5 Bahasa Verbal dalam Konteks Komunikasi Antar Budaya Bahasa adalah sarana utama untuk berkomunikasi dengan orang lain dan menyimpan informasi. Bahasa juga merupakan sarana utama dalam pewarisan budaya dari satu generasi pada generasi berikutnya. Bahkan, tanpa bahasa budaya yang sebagaimana kita kenal tidak akan ada. Dalam kaitannya dengan studi kebudayaan (culture) bahasa ditempatkan sebagai sebuah unsur penting selain unsur-unsur lain seperti sistem pengetahuan, mata pencaharian, adat istiadat, kesenian, sistem peralatan hidup dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Bahkan bahasa dapat dikategorikan sebagai unsur kebudayaan yang berbentuk non material selain nilai, norma, dan kepercayaan (belief) (Liliweri, 2003: 132). Jadi, bahasa merupakan komponen budaya yang sangat penting dan mempengaruhi penerimaa serta prilaku manusia, perasaan dan juga kecendrungan manusia untuk mengatasi dunia sekeliling. Dengan kata lain, bahasa mempengaruhi kesadaran, aktivitas dan gagasan manusia, menentukan benar atau salah, moral atau tidak bermoral, dan baik atau buruk (Liliweri, 2003:57). Meskipun pemakai bahasa daerah dalam lingkup kecil, namun karena bahasa daerah adalah salah satu penjelmaan dan bagian dari suatu bentuk kebudayaan, betapapun sederhananya tentu berharga untuk diketahui dan dipelajari demi perkembangan ilmu bahasa dan kebudayaan Indonesia secara keseluruhan dan utuh. Dalam suatu bahasa tentu akan terdapat rumusan nilai-nilai kehidupan masyarakat pendukungnya, seperti adat istiadat, nilai kerohanian, kesusilaan, tata cara kehidupan, alam pikiran, atau sikap pandangan hidup dan sebagainya yang meliputi segala aspek maupun inspirasi kebudayaan masyarakat pendukungnya. Manfaat dari mempelajari bahasa daerah antar lain: a. Menemukan warisan peninggalan budaya masa lampau, yang ternyata mengandung nilai-nilai kehidupan yang luhur. b. Mengetahui bentuk-bentuk kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh Indonesia. c. Budaya dan bahasa daerah mengandung nilai kehidupan klasik yang murni dan merupakan dasar-dasar kepribadian bangsa. Universitas Sumatera Utara d. Dalam pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara, banyak mengambil dan menyerap kata-kata yang berasal dari bahasa daerah (Waridah Q, dkk, 2003: 94). 1.6 Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penlitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, , 1995 : 33). Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggenarlisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Kriyantono, 2007: 149). Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan menggunakan variable. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yang bersifat deskriptif ini, yaitu: 1) Variabel Teoritis 2) Variabel Operasional Universitas Sumatera Utara 1.7 Model Teoritis Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut: Komunikasi Antar Pribadi a. Komunikasi antar pribadi orangtua dan anak b. Karakteristik responden Bahasa Verbal a. Isi pesan b. Kejelasan isi c. Cara penyampaian pesan d. Tingkat kerumitan bahasa Gambar 2. Model teoritis e. Pemahaman terhadap pesan yang disampaikan 1.8 Operasional Variabel Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep, dibuatlah operasionalisasi variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian. . Adapun operasional variable dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Variabel Teoritis 1. Komunikasi antar pribadi orangtua dan anak Variable Operasional a. Frekuensi komunikasi b. Intensitas komunikasi c. Waktu pada komunikasi saat antar proses pribadi berlangsung d. Suasana penyampaian pesan e. Umpan balik 2. Bahasa Verbal a. Isi pesan b. Kejelasan isi c. Cara penyampaian pesan d. Tingkat kerumitan bahasa e. Pemahaman terhadap pesan yang disampaikan 3. Karakteristik responden a. Usia b. Jenis kelamin c. Suku d. Anak ke- Universitas Sumatera Utara 1.9 Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama. ( Singarimbun, 1995:46). Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1) Komunikasi Antar Pribadi orangtua dan anak a) Frekuensi komunikasi, lamanya proses komunikasi antar pribadi oleh orangtua dan anak berlangsung. b) Intensitas komunikasi, seberapa sering komunikasi yang terjadi antara orangtua dan anak. c) Waktu pada saat proses komunikasi antar pribadi berlangsung, waktu yang dipilih untuk melaksanakan proses komunikasi. d) Suasana penyampaian pesan, situasi atau kondisi yang terjadi pada saat proses komunikasi antar pribadi berlangsung. Universitas Sumatera Utara e) Umpan balik, tanggapan yang diberikan oleh orangtua maupun anak setelah menyampaikan pesan. 2) Bahasa verbal a) Isi pesan, pesan yang disampaikan oleh orangtua dan anak, apakah pembahasannya merupakan pesan yang penting atau hanya sekedar obrolan biasa. b) Kejelasan isi, pesan yang disampaikan apakah sudah cukup jelas dan mudah dipahami, atau memerlukan penjelasan selanjutnya. c) Cara penyampaian pesan, cara-cara yang di pakai untuk menyampaikan pesan-pesan tentang pengetahuan bahasa daerah. d) Tingkat kerumitan bahasa, kata-kata dalam bahasa daerah yang rumit untuk dimengerti anak. e) Pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, pemahaman yang didapatkan oleh anak tentang isi pesan yang disampaikan. 3) Karakteristik responden a) Usia, usia dari responden baik orangtua maupun anak. b) Jenis kelamin, tingkatan umur dari responden c) Suku, identitas kebudayaan yang ada pada diri responden d) Anak ke-, kedudukan atau urutan anak ke berapa dalam keluarga Universitas Sumatera Utara