perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 82 BAB V

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HOMOSEKS DAN PERILAKU SEKSUAL
Pada bab ini pelulis akan homoseksual dan perilaku seksual. Penulis
perlunya memisahkan bahasan ini pada bab sendiri dengan alasan penjelasan
lebih terpusat dan tajam karena dapat lebih fokus pada masalah yang dibahas.
Yang pertama, mengenai Perilaku Seksual yaitu segala perilaku yang
dilakukan karen adanya dorongan seksual. Pada konsep ini tidak peduli
bagaimana dan dengan siap dorongan itu dilampiaskan. Apabila perilkau itu
muncul karena adanya dorongan seksual. Maka disebut perilaku seksual.
Kedua, Orientasi Seksual adalah rasa ketertarikan secara seksual
maupun emosional terhadap jenis kelamin tertentu. Orintasi seksual ini dapat
diikuti dengan adanya perilaku seksual ataupun tidak. Misal seorang laki-laki
yang tertarik dengan sejenis, namun selama hidupnya dia belum pernah
melakukan perilaku seksual dengan laki-laki, maka ia tetap di katakan
memiliki orientasi seksual sejenis. Orientasi seksual terdiri dari 3 kelompok,
namun dalam hal ini orientasi seksual tak tidak harus selalu dikelompokkan
secara saklek pada ketiga kelompok tersebut. Penulis membaginya menjadi 3
kelompok jenis orientasi seksual hanya untuk memudahkan pembahasan ini. 3
kelompok orientasi seksual tersebut adalah homoseksual, heteroseksual, dan
biseksual.
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
1. Homoseksual adalah ketertarikan secara seksual dan emosional terhadap
jenis kelamin yang sama baik diikuti dengan adanya perilaku seksual atau
tidak. Yang masuk dalam kelompok ini adalah Gay, Waria, Lesbian.
2. Heteroseksual adalah ketertarikan secara seksual dan emosional dengan
jenis kelamin yang berbeda. Laki-laki tertarik pada perempuan dan
sebaliknya perempuan tertarik dengan laki-laki.
3. Biseksual adalah ketertarikan pada semua jenis kelamin. Laki-laki tertarik
pada perempuan dan laki-laki. Perempuan tertarik pada laki-laki dan
perempuan.
1. Perilaku Seksual
Perilaku heteroseksual (heterosexual act) adalah segala bentuk
perilaku disebabkan karena adanya dorongan seksual yang diarahkan
kepada lawan jenis. Sedangkan perilaku Homoseksual (Homosexual act)
adalah segala bentuk tingkah laku yang disebabkan karena adanya
dorongan seksual yang diarahkan kepada sesama jenis. Pada tahap ini
banyak orang yang secara budaya melakukannya tanpa mengidentifikasi
diri sebagai seorang homoseksual. Tapi menggunakan identitas sosial lokal
yang berlaku di daerah tersebut. Biasanya mereka juga keberatan jika
disebut sebagai homoseksual, gay, atau biseksual. Kedua perilaku seksual
ini dapat terjadi pada satu invidu dengan gradasi intensitas yang bervariasi
diantara keduanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
2. MSM (Men Who Have Sex With Men) Pria Yang Berhubungan Seks
Dengan Pria
Terminologi Men Who Have Sex With Men atau MSM
dimaksutkan untuk menjelaskan semua pria yang berhubnungan seks
dengan pria, tanpa memandang identitas seksual mereka. Ini digunakan
karena hanya sejumlah kecil dari pria terlibat perilaku dalam perilaku
seksual sesama jenis yang diidentifikasikan sebagai gay, homoseksual, dan
biseksual tapi lebih tepat mengidentifikasikan diri menggunakan identitas
dan perilaku lokal sosial dan seksual. Mereka tidak menganggap hubungan
seksual mereka dengan pria lain dalam terminologi identitas, atau orientasi
seksual. Banyak yang berhubungan seks dengan pria mengidentifikasikan
diri sebagai heteroseksual bakan homoseksual atau biseksual, terutama bila
mereka juga berhubungan seks dengan wanita, menikah, hanya
memainkan peran sebagai pihak yang penetratif dalam anal seks, dan / atau
berhubungan seks dengan pria demi uang dan kesenangan.
MSM termasuk juga kategori dari pria yang dapat dibedakan
menurut pengaruh dari variabel seperti :
a. Identitas seksual mereka, tanpda memandang perilaku seksual (gay,
homoseksual, heteroseksual, biseksual, dan transgender dan identitas
lain);
b. Penerimaan dan keterbukaan mereka akan identitas mereka yang bukan
mainstream (terbuka atau tertutup);
c. Partner seksual mereka (pria, wanita, dan/atau transgender);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
d. Alasan mereka memilih pasangan seksual tersebut (alami, pemaksaaan
atau tekanan, motif komersial, kesenangan atau rekreasi, dan/atau
kondisi lingkungan – individu tersebut berada pada lingkungan yang
semuanya pria);
e. Peran mereka dalam praktik khusus (penetratif, represif atau
keduanya);
f. Identitas terkait gender mereka, peranan dan perilaku (pria atau wanita,
maskulin atau feminine/effeminate, berseberang pakaian (crossdressing) atau berpakaian sesuai gender)
Pria yang berhungan seks dengan pria menjadi terminologi yang
populer dalam konteks HIV/AIDS dimana ia digunakan karena
menggambarkan
perilaku
yang
menempatkan
mereka
dalam
resikoterinfeksi. Telah menjadi perdebatan bahwa terminologi tersebut
terlalu terfokus pada perilaku seksual dan tidak mencukupi pada aspek lain
seperti emosi, hubungan dan identitas seksual diantara mereka yang juga
merupakan determinan dari infeksi. Beberapa organisai dan individu lebih
suka memakai terminology pria yang berhungan seks dengan pria, karena
ia menunjukan kelompok yang lebih luas dari sejumlah individu yang
berhubungan seks dengan pasangan lain dari kelamin yang sama.
Khususnya, ia tidak mempunyai batasan pada umur yang ditunjukan
dengan kata “pria”, dan karenanya termasuk juga anak lelaki yang
berhubungan seks dan juga hubungan antara pria dewasa dan anak lakilaki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
Pada satu bagian, terminologi MSM dapat dilihat sebagai suatu
reaksi pada bahasa yang telah dibangun di kebudayaan barat untuk
menggambarkan dan/atau “memediskan” kegiatan seksual para pria
misalnnya “gay”, “homoseksual”. Dan juga munculnya budaya “gay” di
masyarakat barat pada abad ke 20 telah mendorong aggapan bahwa orang
digolongkan pada “gay” (homoseksual) atau “straight” (heteroseksual). Ini
bisa benar untuk beberapa orang dibelahan dunia, tapi bagi banyak pria,
berhubungan seks dengan pria lain merupakan sebagian dari kehidupan
seks mereka dan tidak tidak menentukan identitas seksual atau sosial
mereka.
Sejumlah MSM mungkin dapat tampak jelas di masyarakat dan
dapat termasuk pria yang memakai pakaian wanita atau memakasi
sejumlah benda dari pakaian wanita. Namun MSM lain mungkin sama
sekali tidak dapat dibedakan dari non MSM. Dimana “homoseksualitas”
tidak terlihat, kadang-kadang dianggap ia tidak ada, namun mungkin ini
tidak benar. Kenyataannya seks antar sesama pria terjadi di sebagian besar,
bila tidak bisa disebut sebagai di semua masyarakat. Percakapan dalam
publik yang menyangkal keberadaan kegiatan seks sesama jenis tidak
merefleksikan apa yang terjadi di dunia nyata. MSM dapat termasuk yang
berikut ini:
a. Pria yang secara ekslusif berhubungan seks dengan pria lain.
b. Pria yang berhubungan seks dengan pria lain tapi sebagian besarnya
berhubungan seks dengan wanita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
c. Pria yang berhubungan seks dengan pria maupun wanita tanpa adanya
perbedaan kesenangan.
d. Pria yang berhubungan seks dengan pria lain untuk uang atau karena
mereka tidak mempunyai akses untuk berhubungan dengan wanita,
misalnya di penjara, ketentaraan.
Mungkin kelompok terbesar dari MSM ini di kebanyakan negara di
Asia adalah para pria yang tidak menerima perilaku seksual nonmainstream utama mereka, tidak secara terbuka mengidentifikasikan diri
sebagai gay atau homoseksual, dan yang mempunyai pasangan seks tidak
tetap yang anonymous atau hubungan gelap dengan pria lain. Sebagian
dari pria ini mungkin saja menikah dan/atau juga berhubungan dengan
wanita.
Beberapa pria yang mengidentifikasikan diri sebagai heteroseksual
atau biseksual kadang-kadang berhubungan seks dengan pria unutk
kesenangan, biasanya karena sulit mengakses wanita. Sebagian pria dapat
berhubungan
seks
terutama
dengan
MSM
transgender
tanpa
mengidentifikasikan diri sebagai gay atau homoseksual, terutama karena
MSM transgender tidak dianggap senagai pria dalam konteks budaya
mereka.
Ada sejumlah pria yang lebih suka kepada wanita tapi berhubungan
seks dengan pria karena akses yang sangat terbatas kepada wanita. Ini bisa
disebabkan karena masyarakat yang konservatif yang dengan ketat
membatasi segergasi antara pria dan wanita, atau berada pada lingkungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
yang seluruhnya pria dalam waktu yang lama, seperti di penjera,
lingkungan militer, lingkungan buruh migran pria, insitusi pendidikan
khusus pria. Kerena sulit mengakses wanita, pria harus menyalurkan
kebutuhan seksual mereka dengan pria lain, tanpa mengidentifikasikan diri
mereka sebagai gay atau homoseksual.
Banyak pekerja seks di Asia sering mengidentifikaiskan diri
mereka sebagai heteroseksual dan berhubungan seks dengan pria terutama
untuk mendukung mereka serta keluarganya. Mereka seringkali menikah
dan atau mempunyai pacar wanita atau pasangan seks wanita. Namun ada
juga sejumlah pekerja seks pria yang ingin mengidnetifikasikan diri
sebagai gay atau homoseksual dan berhubungan seks hanya dengan pria.
Beberapa pria lebih senang berhubungan seks dengan hanya
dengan pria tapi tekanan untuk menikah dan membina keluarga membuat
mereka berhubngan seks dengan wanita. Sebagian lebih dengan pria tapi
tidak menolak wanita dan sebaliknya. Yang lain lebih nsenang
berhubungan seks dengan wanita tapi harus berhubungan seks dengan pria
karena uang atau kerena mereka tidak bisa memperoleh akses kepada
wanita. Posisi yang ambivalein dari individu transgender pria-wanita
menambah dimensi lain dari skenario ini.
3. Catatan Mengenai Terminology Gay
Kata gay sering saling ditukar dengan kata homoseksual. Ia
menggambarkan pria orientasi seksualnya atau ketertarikannya secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
dominan –bila tidak sepenuhnya- diarahkan kepada sesama pria. Sejumlah
pria yang menidentifikasikan sebagai “gay” melakukakannya unutk
mempolitasi homoseksualitas dalam perjuangannya untuk memperoleh
haknya. Dalam keadaan ini terminology tersebut berkembang terus untuk
diadopsi dengai indentitas sosial politik. Namun kata gay dapat memiliki
arti berbeda dalam konteks lain karena penggunaan yang umum. Di daerah
Thailand misalnya, kata ini sering disinonimkan dengan kaya “kemayu”.
Sementara di bangkok kata itu telah diadopsi sebagai suatu identitas sosial
dan politik untuk sebagian dan sebagian lagi identitas seksual, baik sebagai
partner penetratif atupun sebagai versatile.
B. HASIL PENELITIAN
1. Ekhy
a. Data diri
Nama panggilan Ekhy. Lahir di Bandung 28 Desember 1978.
Alamat rumah saat ini Pucang sawit, Rt 04/07. Agama islam,
pendidikan SMA. Pekerjaan wiraswasta. Pria yang memiliki warna
kulit putih dan bersih seperti wanita ini memiliki moto hidup
“kebebasan dalam hidup, hidup bisa membatasi kebebasan”.
b. Awal menjadi seorang gay
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling menyenangkan,
dimana anak-anak mendapatkan limpahan kasih sayang yang begitu
besar dari orang tua, keluarga dan orang-orang sekitar yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
menyayangi. Anak-anak akan tumbuh dengan baik jika mendapatkan
pedidikan yang baik pula dari lingkungannya. Bekal pendidikan pada
masa anak-anak tersebut adalah landasan bagi anak untuk membentuk
pola pemikiran dan kejiwaan pada saat ia dewasa kelak. Dari sinilah
sejarah kehidupan manusia dimulai, bukan saat dimana ia mampu
berpikir, tetapi pada saat pertama kali ia mulai melihat. Maka pada saat
itulah aktor mulai memperlajari dan meniru dari orang-orang yang
disekitarnya, untuk kemudian dimanisvestasikan menjadi sikap hidup
atau kepribadiannya sendiri. Pada tahap ini manusia memiliki
kehendak bebas untuk mengambil sebagian atau keseluruhan sikap
yang akan digunakan senagai sikap pribadinya.
Begitu pula yang dialami oleh Ekhy, cerita yang dituturkannya
dimulai saat ia mulai mengingat satu persatu peristiwa yang terjadi
dalam hidupnya yang masih melekat dalam ingatannya. Ekhy lahir dan
dibesarkan oleh orang tua angkatnya karens orangtua aslinya yang
kesulitan biaya untuk menghidupinya dan menyekolahkannya.
“masa kecil saya yaa...biasa aja sih kayak anak-anak yang
lain, tapi yang beda adalah saya diasuh oleh orang tua angkat karena
orang tua saya gak mampu menyekolahkan dan membiayai hidup
saya” (wawancara 12 Oktober 2012)
Itulah yang diungkapkan oleh Ekhy pada saat pertemuan
pertama dengan penulis. Sebuah kehidupan yang tak jauh dari masa
kanak-kanak yang lain, yang bedanya saja dia tak hidup dengan orang
tua aslinya dikarena keadaan ekonomi yang mengharuskan ia diadopsi
commit to user
oleh orang tau angkatnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
“orang tuaku biasa-biasa saja, ibuku cuma ibu rumah tangga
biasa, dan bapaku tani. Sebenernya cukup sih kalo cuma untuk biaya
makan karena punya sebidang tanah yang lumayan luas. Waktu aku
kelas 3 SD aku punya temen baru namanya Rosita, aku cepet akrab
mbak sama dia, aku jadi temen baik sama dia, karena kebetulan orang
tuanya Rosita itu buka usaha di komplek rumahku makanya jd cepet
akrab deh.. singkat cerita ya mbak, pada suatu hari bapakku kena
serang stroke, dari situlah keluargaku jadi serba kekurangan, apa aja
dijual untuk berobat bapakku..sampai aku harus bekerja untuk biaya
sekolahku dan ya itu aku kerja kerja di tempatnya keluarga Rosita itu”
(wawancara 12 Oktober 2012)
Masa kecil yang seharusnya dipakai anak-anak untuk belajar
dan bermain bersama teman-temannya, terpaksa harus dipupud Ekhy
karena harus bekerja bentning tulang supaya ia tetap dapat bersekolah
dan makan. Ekhy sendiri pun tak menginginkan hal ini terjadi dalam
hidupnya.
“karena kasian melihat keadaan keluargaku dan aku juga,
mamanya Rosita itu lalu mengangkat aku sebagai anak angkatnya
mbak.. aku dibiayain sekolah bareng sama Rosita. Gak terasa waktu
itu aku kelas 2 SMP kalo ga salah mbak, waktu itu keluarganya Rositta
yang dari luar kota pada dateng, ga tau acara apaan.. nah, akhirnya
aku memutuskan untuk pulang ke rumahku karena aku pekewuh
karena rame banget.. begitu aku mau pulang tiba-tiba ada om nya
Rosita nyamperin aku mbak, dia tanya kenapa mau pulang, akhirnya
setelah ngobrol-ngobol aku ga jadi pulang.. nahh singkat cerita aku
jadi sering ngobrol-ngobrol sama om nya Rosita itu, namanya om
Agus. Karena orang tua Rosita suka kadang pergi gitu, aku di rumah
sama om Agus.. pada suatu malam om Agus itu minta dipijetin mbak,
yaudah aku pijetin aja, disitu om agus Cuma pake saruang doang lho
mbak.. entah kenapa begitu aku liat om Agus pake sarung kok aku
rasanya deg-degan banget.. nah dari situ mbak aku mulai sadar kalo
aku ternyata sukanya sama laki-laki bukan sama perempuan mbak..
yaa awalnya pas aku menyadari sih kok rasanya aneh ya suka sama
yang sejenis, tapi trus aku nikmatin rasa itu karena emang aku nyaman
mbak dengan perasaan itu..” (wawancara 12 Oktober 2012).
Tak hanya menyadari pada saat pengalaman dengan om Agus
itu Ekhy menyadari kalau dirinya ternyata penyuka sejenis, ia ternyata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
selama ini memiliki sifat yang sensitif, l;embut dan cenderung
menginternalisasi sikap feminim perempuan, berbeda dengan laki-laki
yang mengadopso maskulinitas sebagai jiwa kehidupannya, dengan
segala sifat yang bertentangan seperti : kasar, tidak peka, dan juga
nakal.
“aku sih biasa-biasa aja kayak anak-anak kecil yang lain
mbak.. ya sekolah, ya main kayak anak-anak yang lain. Ya bedanya
yaa itu, aku ga suka main mainan anak laki-laki kayak misalnya sepak
bola, tembak-tembakan, atau sejenisnya. Kan kasar gitu permainannya
makanya aku ga suka. Aku malau sukanya mainan boneka, trus main
pasaran..pokonya mainan anak cewek gitu deh mbak” (wawancara 12
Oktober 2012)
Seperti ketika watu ia sekolah, ia selslu menolak saat ia diajak
main bola oelh teman-temannya pada saat jam pelajaran olahraga. Ia
menolak karena ia tidak suka dengan permainan tersebut dan memilih
mengidndari permainan sepak bola tersebut. Ekhy adalah orang yang
tidak dapat berkompromi dengan prinsip hidupnya. Ia adalah orang
yang bebas dan tak ingin dibatasi dan tidak mau melakukan hal-hal
tertentu bukan karena ia tak dapat melakukannya, tapi dikarenakan dia
tak mau melakukannya karena dia tak menyukai hal itu.
2. Deni
a. Data diri
Deni lahir di Surakarta 17 Juni 1986. Saat ini di bertempat
tinggal di Waringin Rejo, Sukoharjo. Pendidikan terakhirnya adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
SD karena ia tidak tamat SLTP. Saat ini Deni bekerja sebagai penjaga
counter Hp dan juga berdagang. Moto hidupnya adalah, aku ya aku!
b. Awal menjadi gay
Laki-laki yang akrab di panggil Deni sedang bersantai dan
asyik merokok ketika penulis bertandang kerumahnya. Kalau dilihat
oleh penulis, sepertinya Deni ini agak risih kalau berdekatan dengan
wanita, terbukti ketika penulis menyodorkan perekam untuk merekam
suaranya, yang terjadi adalah Deni bergeser tempat duduknya sehingga
agak susah ketika hendak merekam suaranya. Deni saat ini tinggal
dengan ibu tirinya dan ayahnya. Deni ini anak terakhi dari 3
bersaudara, kedua kakaknya sudah menikah semua dan tinggal dengan
keluarganya masing-masing.
“kakak aku sekarang udah pada nikah semua mbak. Yang
pertama malah udah punya anak. Yaa aku disini sama ibu tiriku dan
juga ayahku. Yaah agak males juga sih mbak kalo harus mengingat
masa kecilku, karena saat itulah awal aku merasa menjadi seorang
gay mbak” (wawancara 15 Oktober 2012)
Dani sendiri mengakui bahwa menjadi gay adalah salah
satu akibat dari kelakukan ibu tirinya. Ia mengakui bahwa ibu tiri yang
digambarkan di televisi-televis adalah benar adanya. Deni kecil merasa
sangat tidak nyaman saat tinggal bersama dengan ibu tirinya.
“menurut aku ya mbak, ibu tiri seperti yang disinetron-sinetron
itu seperti nyata aku alami sendiri sih, abisnya ibu tiri ku itu galaknya
minta ampun deh mbak waktu aku kecil..aku juga gak tau apa yg bikin
ibu tiri itu galak. Makanya ibu tiri ku itu jadi salah satu faktor
pendukung aku jadi sperti sekarang ini, jadi gay” (wawancara 15
Oktober 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
Penulis semakin tak sabar untuk lebih dalam lagi mengetahui
tentang kisah hidup Deni. Selagi penulis berbincang dengan deni,
ternyata ada seorang wanita keluar dari dalam kamar dan dikatakan
oleh Deni bahwa itu adalah ibu tirinya. Yang dilihat penulis adalah
wanita yang ditaksir berumur sekitar 55 tahun, dan ternyata benar
setelah dikonfirmasi dengan Deni bahwa ibu tirinya itu berumur sekitar
55-57 tahun, karena Deni sendiri kurang tahu umur pastinya.
“jadi ya mbak awal mula itu pada waktu aku berumur sekitar 6
tahun dan aku masih belum sekolah. Aku udah tinggal sama disini
sama ibu tiriku dan ayahku, karena ibu kandungku meninggal waktu
aku umur 2 tahun. Aku sempat pindah-pindah ke jogja, ke madiun, ke
jakarta juga pernah sih tapi ga lama. Sebenernya ibu tiriku bukan ibu
tiri yang jahat banget, tp kliatan mba dari sikapnya kalo dia ga sayang
sama aku, dan ditambah lagi ayahku sibuk kerja, jadilah aku semakin
nakal aja waktu kecil. Jadi waktu itu pernah aku main agak jauh kan
dari rumah, yaah namanya anak kecil kan mbak, mainnya suka jauhjauh gitu.. nah pas main itu aku liat ada pohon jambu yang buahnya
merah-merah gitu mba, trus aku lempar aja itu buahnya pake batu
biar jatoh buahnya.. pas aku ngelempar itu tiba-tiba ada om-om gitu
nyamperin aku, trus katanya kalo mau jambu itu dirumahnya banyak.
Namanya juga anak kecil jd masih gampang diboongin mbak, aku ikut
aja kerumahnya..pas aku udah sampe dalem rumahnya, yaah kejadian
yang ga aku inginkan terjadi lah disana, aku disodomi ama om-om
kurang ajar itu..emang sih abis disodomi waktu itu aku dikasih jambu
ama om itu dan diancem kalo aku ga boleh ngomong ama siapapun”
(wawancara 15 Oktober 2012)
Ternyata masa kecil yang sangat pahit dialami oleh laki-laki
yang berambut agak gondrong ini. Sebenarnya ia menginginkan sekali
menjadi normal seperti laki-laki pada umumnya, tapi keinginan itu
runtuh manakala ada laki-laki yang menurut dia bertubuh atletis dan
sesuai dengan seleranya. Tapi ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
ingin sekali menikah dan meniliki keturunan seperti laki-laki normal
lainnya.
“yaah semenjak kejadian itu aku kok ngerasa lebih suka
berhubungan seks ama laki-laki ya.. udah gitu karna sikap ibu tiriku
yg ga sayang sama aku, jadinya aku kayak nganggep semua
perempuan itu sama sikapnya ama ibu ku itu, jadi malah timbul stigma
negatif gitu pandangan ku sama perempuan” (wawancara 15 Oktober
2012)
Saat ini tidak ada lagi yang memberinya kasih sayang karena ia
merasa tak bisa memperoleh kasih sayang itu dari orang tuanya. Ia
merasa bergaul dan berinteraksi dengan teman-teman yang sesama gay
itu menurut nya sudah memberinya kebahagiaan.
“yaa seneng aja sih mbak kalo pas lagi ngobrol-ngobrol ama
becandaan ama yang sesama gay, ngerasa senasib aja
gitu..hehehehe...aku jadi tau kalo aku ternayat ga sendirian.. lagian
mereka juga enak diajak ngobrol, suka cerita-cerita gitu awal-awal
jadi gay gimana cerinyam seru deh mbak pokoknya, ada aja hal-hal
yang diobrolin ” (wawancara 15 Oktober 2012)
Perkenalnnya
dengan
dunia
gay,
ternyata
sangan
menyenangkan bagi Deni. Ia merasa sangat bahagia. Bersama kawankawan barunya ia menjadi dirinya sendiri tanpa tanpa merisaukan
apapun dan menghiraukan siapapun. Di dunianya yang baru Deni
merasa lebih hidup dan lebih berarti. Bersama teman-teman barunya
Deni diterima apa adanya sebagai diri mereka. Ia kini tidak lagi merasa
terasing dan sendiri. Ia menemukan banyak orang seperti dirinya. Kini
Deni tahu bahwa ia bukan orang satu-satunya yang senang dengan
laki-laki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
3. Herman
a. Data Diri
Laki-laki yang lahir pada tanggal 15 Juni 1986 ini memilki ciri
fisik yang bersih layaknya perempuan. Ia tinggal di Baki, Sukoharjo.
Saat ini ia masih berstatus sebagai mahasiswa di salah satu perguruan
tinggi swasta di Kota Surakarta.
b. Awal menjadi gay
Herman kecil bisa dibilang anak yang cukup periang, ia
memiliki banyak teman dan juga pandai dalam pendidikan di sekolah.
Ia diasuh oleh kedua orang tua yang sangat menyayanginya, kasih
seorang ibu dan perhatian dari seorang ayah yang berlimpah. Sampai
sekarang ia sudah menginjak dewasa pun, ibu nya tetap memberikan
perhatian yang ekstra terhadanya. tapi sifat yang disadari Herman
adalah bahwa ia adalah orang yang tertutup atau biasa disebut
introvert. Apapun yang ia rasakan hanya ia sendiri yang tahu, orang
lain tak perlu tahu. Karena dia berpikir bahwa tidak penting orang
mengetahui apa yang sedang ia rasakan.
“yoo kalo aku sih orangnya cenderung tertutup ya..males aja
gitu cerita ama orang-orang soal suasana hatiku..makanya wajahku
datar-datar aja, jadi orang ga tau aku lagi seneng apa lagi
sedih..hahahaha” (wawancara 20 Oktober 2012)
Bagi Herman, awal ia mengetahui bahwa ia adalah seorang
Homoseksual, baginya adalah tidak masalah. Dikarenakan ia merasa
memilki teman-teman yang perhatian dan terbuka juga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
“nek aku cerito-cerito tentang pribadi biasane hal-hal ringan
sing lucu..misale koyo ono lanangan sing ganteng sing ngulati terus,
kui trus ta gojeki karo konco-konco ngono, pokoke hak-hal sing
ringan-ringan lah..” (wawancara 20 Oktober 2012)
Ia mengakui bahwa awal mula jadi Homoseksual adalah pasti
dikucilkan orang karena itu dianggap sebagai penyakit atau kelainan.
Ia tak memungkiri bahwa konseksuensi yang akan ia terima ketika ia
memutuskan untuk jadi gay adalah dikucilkan karena dianggap tidak
normal. Tapi karena pergaulannya yang baik-baik saja, jadinya ia
merasa santai. Ia jujur terhadap teman-temannya kalau ia suka
terhadap laki-laki. Dan terbukti bahwa teman-temannya tetap nyaman
berada di dekatnya dan tak menjauhinya.
“sama kayak awal aku jadi gay kan, pengen keliatan keren
dengan hal yang tidak lazim, cowok jalan gandengan tangan ama
cowok..hahahaha..lagian juga keluargaku santai sih, kamu mau jadi
apa aja terserah yang penting bisa tanggung jawab. Karena dari kecil
jujur yaa aku tu ga pernah ngerepotin orang tua lhoo, selalu jd anak
yang nurut..hehehee”(wawancara 20 Oktober 2012)
Awal Herman memutuskan untuk menjadi seorang gay adalah
ketika ia merasa keren dan hebat kalau bisa berjalan bergandengan
tangan dengan seorang laki-laki. Ia merasa bahwa yang ia lakukan itu
adalah sesuatu yang lain dan dan tidak lazim, dan ia menganggap
bahwa hal itu adalah hal yang keren. Ia baru menyadari kelakukan ini
ia rasakan sejak tahun 2007 ketika ia berada di bangku kuliah. Herman
merasa bahwa ia berbeda dengan laki-laki normal lainnya. Saat lakilaki lain dengan bangga memamerkan pasangan wanitanya, ia merasa
bahwa itu adalah sesuatu yang biasa dan tak membuatnya menarik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
Herman merasa cukup nyaman dengan rasa tidak menarik itu. Dan dari
situ ia mulai menyadari bahwa ia merasa lain dari laki-laki normal
lainnya.
Pada tahap ini Herman mulai menyadari adanya pikiran,
perasaan, perilaku yang bertentangan dengan cara-cara orang lain
disekitarnya dan bagaimana ia diharapkan untuk mengidentisikasi
dirinya. Karena yang dialaminya bertentangan dengan yang diharapkan
oleh lingkungannya, maka ia akan mengalami kebingungan dan
keresahan.
“sebenernya aku itu ngerasa kalo aku beda tu pas taon 2007
nek ga salah..aku ngerasa keren aja gitu kalo jalan sama yang sejenis,
biar semua mata menatap ke aku..narsis juga yaa aku..suka aja gitu
kalo jadi pusat perhatian orang lain, kan mesti ntar orang mikir wah
itu laki-laki kok gandengan sama laki-laki..nahh aku tu ngerasa puas
aja gitu lho kalo ada yang ngomong gitu.. yaa aku sih pengennya juga
sembuh sih mbak..secara aku juga punya agama, aku pengen nikah
juga sama perempuan kok, gak pengen nikah ama laki-laki, jauh ama
mahal cint pake ke belanda nikahnya..hahahahha” (wawancara 20
Oktober 2012)
Herman sadar apa yang dirasakannya saat ini mungkin
dianggap bagi banyak orang adalah hal yang tidak lazim atau tidak
normal. Tetapi Herman sendiri pun merasa nyaman dengan apa yang
dilakukannya saat ini. Seitring dengan perkembangan pemikiran dan
juga interaksi yang dibangunnya, baik dengan sesama gay ataupun
dengan masyarakat lain, Herman terus berproses dalam menjalani dan
memaknai hidup dan juga kehidupan yang ia jalani. Seperti halnya
aktor yang selalu berubah dan dinamis tidak pernah menjadi apa-apa,
commit
to usersesuatu, terbuka dan bertindak.
tetapi selalu siap untuk
mrnjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
Individu tidak disosialisasikan, tetapi selalu dalam proses sosialisasi.
Individu tidak dibentuk secara kaku melainkan sevara konstan.
4. Maman
a. Data Diri
Maman lahir pada tanggal 29 Juli 1979. Laki-laki yang saat ini
berprofesi sebagai pegawai salah satu Bank swasta di Kota Solo ini
berperawakan tinggi dan putih layaknya keturunan etnis Tionghoa.
Maman anak ke delapan dari sepuluh bersaudara. Dalam karir ia
dikatakan cukup berhasil karena kini ia memperoleh jabatan yang
cukup tinggi. Motto hidupnya adalah, aku tidak menggangu kamu,
maka kamu jangan ganggu aku!
b. Awal menjadi gay
Maman kecil diasuh oleh ibunya yang sangat baik dan tegar
menurutnya. Ibu yang memberikan kasih sayang sayang seorang ibu
yang utuh. Sampai sekarang, saat ia dewasa pun, ibunya masih saja
memperhatikannya. Ibunya sering menelepon saat Maman bekerja di
Solo. Sosok ayah merupakan hal yang buruk baginya. Untuk hal ini, ia
tidak mau bercerita banyak , hanya ia mengungkapkan bahwa ia tidak
begitu dekat dengan sosok ayahnya. Ia hanya duduk dan tersenyum
hambar. Terlihat kesedihan dan kekecewaan diwajahnya.
“yaa waktu aku kecil itu waktunya bapak buat aku dan juga
saudara-saudara ku jarang ada, jadi aku ga begitu dengan dia, malah
aku kayak ngerasa kalo figur seorang bapak itu gak ada..aku kayaknya
commit
to user ama bapak..padahal anak mana
spereti disia-siakan, ga
diperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
yang ga kepengen dapet kasih sayang dari bapaknya coba? Ahh
udahlah gak usah ngomongin itu, ganti topik aja yaa? (wawancara 23
Oktober 2012)
Maman tidak bisa menjelaskan secara detail hubungannya masa
kecil dengan ayahnya, makan penulis pun juga tidak bisa memaksanya.
Penulis khawatir ia akan merasa tertekan dan tidak mau memberikan
informasi yang lainnya.
Maman kecil merasa bahwa ia merasa normal-normal saja. Ia
bermain layaknya permainan laki-laki seperti sepakbola, main
kelereng, dan juga terkadang suka bertengkar dengan teman mainnya
hanya dikarenakan oleh hal sepele, seperti kalah bermain dan
sebagainya. Samapai ia bernjak SMA pun ia merasa bahwa dirinya
adalah normal layaknya laki-laki yang lain, terbukti saat masih SMA ia
mulai belajar berpacaran seperti teman-temannya.
“yaa namanya anak SMA kan ya mbak, pengennya ikut-ikutan
temennya, yang lain punya pacara ya aku pengen juga punya pacar..
cantik lho mbak pacar ku dulu, secara fisik ku juga ga jelek-jelek amat
kan? Hahahaha” (wawancara 23 Oktober 2012)
Sampai akhirnya entah apa yang membuatnya menyukai
sesama jenis pun ia tidak bisa menjelaskan. Bahkan kapan ia
merasakan perubahan terhadap dirinya pun ia benar-benar tak ingat.
Yang hanya ia ingat hanya ketika ia duduk dibangku kuliah, ia merasa
dekat dengan sahabatnya laki-laki sebut saja namanya Agus. Ia
merasakan rasa yang ia pun tak bisa menjelaskannya terhadap penulis.
Tapi ia sadar apa yang dirasakannya itu adalah menyalahi norma dan
commit to user
nilai sosial dalam lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
Begitu mengetahui bahwa ia merasa berbeda, ia begitu
inginnya merunah orientasi seksualnya tersebut. Iapun mencari
informasi yang banyak mengenai tempag-tempat yang menawarkan
jasa untuk dapat “menyembuhkan” berbagai macam penyakit termasuk
homoseksual. Berbagai tempat didatanginya, berbagai macam orang
telah ditemuinya, dengan tujuan yaitu untuk merubah orientasi
seksualnya, agar Maman tidak lagi menyukai sesama jenis melinkan
menyukai lawan jenisnya yaitu perempuan.
“sampe-sampe aku berobat gitu, yaa berobat.. udah kemanamana kebanyak tempat gitu, ke orang pinter juga. Di jawa baratkan
banyak ya orang-orang pinter kayak gitu yang bisa nyembuhin
semuanya, udah aku coba datengin. Sampe ke pelosok-pelosok gitu,
sampe disuruh minum jamu yang rasanya minta ampun deh mba..”
(wawancara 23 oktober 2012)
Namun usahanya belum membuahkan hasil yang baik.
Pengobanananya belum menampakan hasil yang baik seperti yang ia
inginkan. Meskipun kecewa dengan kegagalannya, namum ia tak
pernah putus asa. Kali ini ia coba mengencani seorang wanita, dengan
harapan bahwa perasaan menyukai wanita seperti dulu bisa tumbuh
kembali. Ia mencoba berpacaran dengan seorang wanita saat ia
bertugas di Jakarta. Bahkan ia pun smepat berpacaran sebanyak tiga
kali dengan perempuan yang berbeda-beda. Namun usahanya pun
dirasa juga gagal, ia tak bisa memaksakan dirinya untuk terus bersama
menjalin kasih dengan oranga yang tak disukainya.
“ga bisa mba, bener-bener ga bisa pacaran sama mereka.
Malah aku tinggal kerja disini sama aku sekarang. Aku udah ga
commit
user rasanya ia kok hanya menjadi
berhubungan lagi sama
dia, to
karena
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
pelampiasan aku aja. Aku jadi kasian sama dia” (wawancara 23
Oktober 2012)
Singkat cerita ia dipindahkan tuhas di Kota Solo. Tidak ada
yang berunah dari keseharian Maman. Ia bekerja sepanjang hari dan
pulang pada sore hari, kalaupun lembur bisa sampai malam hari.
Samapai pada suatu saat Maman bereknalan dengan temannya yang
bernama Riki, ia adalah teman kerja Maman. Ia tak tahu bagaimana
mereka berdua mengetahui bahwa mereka ternyata memiliki orientasi
seksual yang sama yaitu menyukai sesama, karena Maman merasa ia
tek pernah menceritakan apa yang dialaminya saat ini.
Pada suatu malam Riki pun membawanya kesuatu tempat, yaitu
taman Sriwedari. Riki mengenalkan pada teman-teman gay yang lain.
Setelah dua tahun berada di Jakarta, akhirnya Maman mengetahui
bahwa ada tempat dimana ia tidak merasa sendiri, karena merasa ada
teman yang bernasib sama dengannya. Perkenalannya dengan dunia
gay dirasa Maman sangat menyenangkan. Maman tidak butuh waktu
lama untuk berkenalan dengan hampir semua gay yang sering
berkumpul di Taman Sriwedari. Ia tak menyangka bahwa dalam waktu
singkat namanya dikenal oleh sesama gay. Meskipun mereka belum
pernah bertemu, tapi nomer telepon seluler telah menyebar ke banyak
orang, dan ia pun bisa bertukar cerita dan berinteraksi dengan sesama
gay lainnya.
Maman sangat menikmati dunia barunya. Ia sering datang ke
user dan bercanda dengan sesama
sriwedari untuk hanyacommit
sekedartongobrol
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
gay. Bahkan Maman pun bisa menemukan pasangan seksualnya
sendiri. Apalagi ditambah Maman yang saat ini jauh dari dari orang
tua, maka ia tak perlu merisaukan apa yang mengenai pandanganpandangan keluarganya.
“setelah tahu ada kumpulan-kumpulan gay di Solo, ya jadi
sering main, jad sering keluar malem begini.. yahh buat refreshing aja
lah, penat dengan kerjaan kantor yang menumpuk.. ngobrol sama
temen-temen, curhat-curhat gitu, kadang juga cari pacar, tapi aku ga
sampe “jualan” lhoo..hehehehe” (wawancara 23 Oktober 2012)
Interaksinya dengan sesama gay pun dirasa cukup baik oleh
Maman, ia sama sekali tidak pernah bertengkar dengan sesama gay.
Bahkan ia sering mengadakan pesta bersama oelh sesama gay. Pesta
yang dianggap sebagai pesta kecil-kecilam, misalnya ada teman yang
diterima kerja atau hanya sekedar sudah menemukan pacar baru. Ia
begitu menikmati interaksinya dengan teman-teman sesama gay nya, ia
merasa bahwan ia perhatian yang teman-teman gay yang diberikan
padanya dapat mebobati rasa rindunya kepadan ibu dan saudarasaudaranya.
5. Interaksi Sosial di kalangan Kaum Gay
Makna adalah produk interaksi sosial karena makna tidak melekat
pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa.
Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala
sesuatu, bukan hanya objek kehadiran fisik, tindakan, atau peristiwa
(bahkan tanpa kehadiran objek fisik tindakan, atau peristiwa dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
bermakna). Makna memiliki peran penting pada kehidupan sosial, sebab ia
menjadi dasar interkasi sosial dan mengarahkan tindakan kita pada orang
lain. Konsekuensinya, ia juga bisa membentuk sifat interkasi tersebut,
akankah bersahabat, bertentangan, atau berkompetisi. Makna akan mejadi
sumber konflik atau pertentangan ketika satu makna dianggap biasa,
sementara bagi kelompok lain justru dipandang sakral, bahkan sering kali
ekstrem dimaknai sebagai representasi diri.
Interaksi
adalah
suatu
hubungan
yang
sifatnya
dinamis
menyangkut hubungan antara orang perorangan (individu), antara
kelompok dengan kelompok, maupun antara individu dengan kelompok.
Dan interaksi disini merupakan suatu pendekatan terhadap orang lain.
Interkasi yang terjadi di dalam masyarakat ada beberapa bentuk
diantaranya kerjasama, persaingan usaha, dan konflik pertentangan.
Kerjasama adalah sebagai suatu usaha bersama antara individu
atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama karena mereka menyadari
adanya kepentingan dan ancaman yang sama. Kerjasama yang terjalin
merupakan suatu langkah mempertahankan kesan-kesan atau identitas
yang ditampilkan individu dalam berhadapan dengan orang lain, sehingga
di sini individu saling menghormati dan menghargai orang lain dengan
cara berusaha menyesuaikan perilaku kita dengannya atau sesuai dengan
norma dan sopan santun yang terdapat dalam masyarakat. Kerjasama yang
terjadi antar kaum gay diantaranya adalah adanya bantuan yang diberikan
pada saat ada pekerjaan misalnya seperti acara-acara nikahan atau acara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
lainnya. Dikarenakan ada beberapa gay yang berprofesi sebagai MC
(Master of Ceremony) dan juga penyanyi untuk acara-acara seperti nikah
dan lain-lain. Kerja sama dilakukan apabila adanya informasi mengenai
pekerjaan yang akan diberikan oleh sesama gay tersebut. Selain itu juga
kerja sama dapat dilakukan dalam rangka membantu teman sesama gay
yang akan mengadakan pesta, makan teman-teman yang lainnya membatu
untuk dapat mengumpulkan teman-teman sesama gay lainnya.
Persaingan diartikan sebagai suatu persaingan antar individu atau
kelompok untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan
yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian public
atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan
ancaman atau kekerasan (Soekanto,1982:91). Dalam persaingan yang
terjadi, terkadang terjalin suatu kerjasama atara pelakunya karena suatu
alasan demi menciptakan suatu persaingan yang seru sampai-sampai tidak
memberi kesempatan untuk lawan-lawan mereka yang dianggap tidak
pantas dalam memenangkan persaingan tersebut. Biaasanya persaingan
yang terjadi di kalangan kaum gay adalah dikarena oleh sifat individu
masing-masing yang memiliki sifat iri ataupun benci terhadap sesama
kaum gay. Gay yang memiliki sifat iri dan tidak mau kalah saing dengan
sesamanya biasanya memusuhi rekannya yang lain yang lebih banyak ada
pekerjaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
6. Obrolan yang Terjadi di Kalangan Kaum Gay
a. Obrolan tentang diri sendiri (yang bersangkutan)
Pembicaraan tentang diri sendiri ini merupakan suatu hal yang
dibicarakan untuk memulai pembicaraan (pernyataan basa-basi)
dengan orang lain yang tidak dikenal atau karena tidak ada topic
pembicaraan lainnya. Seperti “..bosen hari ini…? ;… stress nih…! .
obrolan tentang diri sendiri digunakan untuk mengungkapkan
kegelisahan, kegundahan, ataupun kegembiraan seseorang kepada
orang lain.
Salah satu kegundahan dan kegelisahan yang menjadi bahan
obrolan adalah tentang masalah diri sendiri. Masalah tentang diri
sendiri merupakan suatu persoalan yang timbul dalam diri individuindividu karena ketidakmampuan mereka mengendalikan diri. Obrolan
dalam kategori ini antara lain susah tidur, stress karena suatu hal,
bosan , dan sebagainya. Masalah ini merupakan salah satu topik
obrolan yang sering dibicarakan oleh semua orang.
b. Obrolan tentang keluarga
Obrolan tentang keluarga sering dibicarakan oleh sesama gay,
terutama
gay
yang
sedang
bermasalah
dengan
keluarganya.
Pembahasan obrolan keluarga juga sering terjadi di kalangan sesama
gay apabila ada diantara mereka yang sedang bermasalah dengan
keluarga, misalnya seperti ada diantara mereka yang ketahuan orientasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
seksualnya menyimpang, oleh keluarga mereka sempat dikucilakn
bahkan ada juga sampai tidak dianggap keluarga karena dianggap gay
adalah sebuah aib. Salah satu obrolan tentang masalah keluarga adalah
seperti yang dibicarakan oleh sebuat saja namanya Rian, ia
menceritakan tentang tanggapan keluarganya
“walah laah aku konangan e cah mbek keluargaku.. aku rak
dijak omongan blas karo ibuk bapakku..rasane atiku entek nek ngeni ki
cah, piye yo cah cara njelaskene karo keluargaku?” (observasi 24
Oktober 2012)
Obrolan masalah tersebut biasanya ditanggapi oleh pengunjung
lainnya yang sama sama memiliki masalah yang sama dengan berbagi
pengalaman mereka mereka satu sama lainnya yang terkadang member
nasihat tentang sikap yang harus mereka lakukan kepada keluarga
mereka masing-masing.
Masalah keluarga yang dialami gay ini, biasanya tentang
perasaan kekecewaan, kekesalan, atau unek-unek mereka terhadap
orang tua atau anggota keluarga lain yang membuat mereka tidak
merasa nyaman dirumah, seperti misalnya dikucilkan atau bahkan
dimusuhi oleh keluarganya sendiri.
c. Obrolan tentang pasangan seks
Obrolan tentang pasangan seks memang tergolong pembicaraan
yang umum dilakukan oleh sesama gay. Obrolan ini berisi tentang
konflik akibat kecemburuan atau ketidakcocokan mereka dalam
commit to suatu
user problem didalamnya.
berbagai hal yang menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
Maman yang merasa marah dengan tingkah pasangannya yang
over protective (pecemburu) sehingga dia merasa keberatan harus
memberitahu di mana saja dia berada,
“ Pasangan ku itu masih anak kuliahan sih tapi udah mau
selsesai karena tinggal skripsi aja.. Pertama-tama senang diperhatiin
pas kerja, disuruh makan kalo jam makan siang dan dengan siapa aku,
tapi lama-kelamaan capek juga setiap ditanya ntar kalau dengan
teman kerja yang cowok saja marah-marah sampai akhirnya berantem
(Maman,24 Okotober 2012).
Ada juga obrolan yang menyangkut masalah pasangan dalam
hal berhubungan seks. Dimana pada kaum gay untuk berhubungan
seks itu ada tiga peran, yaitu Top, Bottom, dan Versatile. Dimana Top
itu berperan sebagai laki-laki, Bottom berperan sebagai perempuan,
dan terakhir Versatile itu berperan ganda, bisa menjadi laki-laki
ataupun sebaliknya, bisa menjadi perempuan juga.
d. Obrolan Keseharian
Obrolan soal satu ini terjadi secara spontan karena peristiwa
yang mereka temui atau alami menjadi menarik bagi mereka. Obrolan
keseharian antara lain berisi tentang peristiwa-peristiwa konflik dengan
orang lain, kejadian-kejadian lucu dan lainnya yang mereka jumpai
secara tidak sengaja ketika berada di suatu tempat dan waktu yang
tidak terduga. Misalnya saja kejadian atau peristiwa yang mereka alami
ataupun temukan di jalan, warung, mall, bank, dan sebagainya.
Obrolan tentang topik ini mulai dari konflik dengan orang lain saat
commitatau
to user
dijalan karena menyerempet
menabrak seseorang hingga kejadian-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
kejadian lucu, menyebalkan, atau tragis. Kejadian lucu tersebut seperti
terjadi ketika peneliti melakukan pengamatan di Taman Sriwedari,
terdapat beberapa pengunjung yang tiba-tiba menceritakan kalau dia
baru bertemu laki-laki yang sangat ganteng,dia sangat memperhatikan
sampai akhirnya dia tidak sadar terpeleset di jalan yang membuatnya
malu karena menjadi perhatian orang lain di sana.
Pembicaraan dalam menceritakan peristiwa-peristiwa tersebut,
biasanya salah satu orang menceritakan dan lawan bicara terkadang
juga terkenang kembali peristiwa serupa yang mereka alami. Obrolan
ini sering diikuti dengan tawa dari pencerita ataupun pendengar yang
sedang ikut berkumpul saat itu.
C. PEMBAHASAN
Teori yang digunakan sehubungan dengan penelitian ini adalah teori
Interaksionisme simbolik. Teori interaksionisme simbolik memiliki pandangan
bahwa kenyataan sosial mestinya didasarkan definisi subyektif dan
interpretasinya, sedangkan struktur sosial maupun institusi sosial merupakan
definisi bersama yang dimiliki individu yang berhubungan dengan bentukbentuk yang sesuai dan yang menghubungkan antara satu dengan yang lain.
Tindakan-tindakan individu serta pola interaksinya dibimbing atau diarahkan
oleh definisi bersama yang serupa yang dibangun melalui suatu interpretasi.
Perilaku yang ditunjukan kaum gay adalah salah satu cara bagaimana suapaya
mereka dapat berhungan satu dengan yang lainnya. Interaksionisme simbolik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
merupakan sebuah teori yang berusaha menjelaskan tingkah laku melalui
analisa makna. Dimana untuk menjelaskan atau memahami tingkah laku
manusia, kita harus memperdulikan sistem makna sebagaimana yang diacu
oleh pelaku manusia yang distudi. Tingkah laku yang ditunjukan sesama gay
dapat identifikasikan sebagai bentuk interaksi yang terjadi diantara mereka.
Perilaku manusia merupakan suatu rangkaian yang diantaranya terdiri
dari sikap dan tindakan. Sikap merupakan sebuah konsep yang dianggap
paling penting dalam ilmu-ilmu sosial.
Berdasarkan hasil penelitian secara mendalam dilapangan tentang
interaksi sosial dalam dalam kaum gay, dapat dijelaskan tentang proses awal
terjadinya interaksi sosial, bentuk interaksi sosial, dan upaya pencegahan
konflik dalam komunitas sebagai berikut :
1. Kontak dan Komunikasi
Kontak disini berarti berhubungan secara saling bersentuhan,
saling menyapa, berjabat tangan dan tersenyum, bercengkrama. Kontak
yang berlangsung antar individu bisa bersifat positif dan bersifat negatif.
Selain itu dapat bersifat primer dimana individu melakukannya langsung
tanpa perantara, sementara kontak sekunder lebih berarti proses kontak
dengan perantara atau mediator seperti informasi dari mulut ke mulut, dari
iklan yang ada di Koran, reklame dan lain-lain.
Dengan demikian kontak merupakan tahap pertama terjadinya
suatu interaksi sosial. Dapat dikatakan bahwa untuk terjadinya suatu
kontak, tidak perlu harus terjadi secara badaniah kata kontak itu sendiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
yang secara harfiah berarti “bersama-sama menyentuh”. Manusia sebagai
individu dapat megadakan kontak tanpa menyentuhnya tetapi sebagai
makhluk sensoris dapat melakukannya dengan berkomunikasi. Kontak
sosial dapat bersifat positif, apabila mengarah kepada suatu kerjasama
(cooperation) dan dapat bersifat negatif apabila mengarah kepada suatu
pertentangan (Conflict), atau bahkan lama sekali tidak menghasilkan suatu
interaksi sosial.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu tidak
hanya antara individu dan individu sebagai bentuk pertamanya saja, tetapi
juga dalam bentuk kedua, antara individu dan suatu kelompok manusia
atau sebaliknya. Bentuk ketiga, antara sesuatu kelompok manusia dengan
kelompok manusia lainnya. Suatu kontak sosial tidak hanya tergantung
dari tindakan ataupun kegiatan saja, tetapi juga dari tanggapan atau
respons, reaksi, juga feedback terhadap tindakan atau kegiatan tersebut.
Komunikasi ataupun “face to face” communication, interpersonal
communication, juga yang melalui media. Apalagi kemajuan teknologi
komunikasi telah demikian pesatnya.
Komunikasi mirip dengan arti kontak namun komunikasi lebih
bersifat mendalam dan spesifik, sehingga jika komunikasi terjadi maka
bisa dipastikan kontak pun terjadi, tetapi kontak yang berlangsung belum
tentu ada proses komunikasi sosial yang mempunyai arti sendiri yang
berkaitan dengan hal ihwal pemberitahuan dalam lingkup masyarakat luas.
Secara definitif komunikasi sosial ialah suatu proses interaksi dimana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
seseorang atau suatu lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain
supaya pihak lain dapat menangkap maksud yang dikehendaki
penyampaiannya.
Proses kontak dengan komunikasi sangat ditentukan oleh faktorfaktor dan unsur-unsur pendukung untuk mendapatkan bentuk relasi atau
hubungan yang baik atau positif antar individu. Kemungkinan kurangnya
kesempatan untuk berlangsungnya kontak bisa menyebabkan hubungan
antar individu yang pasif dan negatif.
Selain itu respons atau tanggapan yang baik sebagai hasil atau efek
dari proses komunikasi yang baik yang juga terjalinnya bentuk kerjasama
dalam interaksi sangat dipengaruhi pula oleh keadaan-keadaan individu
maupun kelompok dan masyarakat.
2. Interaksi Sosial yang Terjadi di Kalangan Kaum Gay
Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto adalah
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Aktivitasaktivitas sosial bisa terwujud apabila dua orang bertemu, interaksi sosial
mulai terjadi. Mereka saling menegur, berjabatan tangan, saling berbicara
atau bahkan mungkin berkelahi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
Walaupun orang yang bertemu tidak saling berbicara atau tidak
saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena
masing-masing telah sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang
bersangkutan. Kesemuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran
seseorang yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukan
(Soerjono Soekanto, 2001:67).
Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto dapat berupa :
a. Kerjasama (co-operation)
Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial di mana di
dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai
tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami
terhadap aktivitas masing-masing.
b. Persaingan (competition)
Persaingan adalah proses sosial, dimana individu atau
kelompok-kelompok berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan
pada bidang-bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum
dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada, namun tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan. Suatu ciri persaingan adalah perjuangan menyingkirkan
pihak lawan itu dilakukan secara damai. Persaingan mempunyai dua
tipe umum yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan non pribadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
c. Pertikaian (Conflict)
Pertikaian adalah proses sosial di mana individu ataupun
kelompok berusahauntuk memenuhi tujuan dengan jalan menentang
pihak lain atau lawan disertai dengan ancaman atau kekerasan yang
dapat menimbulkan dampak negatif atau positif. Perbedaan-perbedaan
yang terdapat dalam diri individu atau kelompok dapat menjadi bibit
konflik.
Perasaan memegang peranan yang sangat penting dalam
mempertajam konflik menjadi sedemikian rupa. Suatu pertikaian
mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian
tersebut hanya akan diterima untuk sementara waktu, proses mana
dinamakan akomodasi (accomodation), dan ini berarti bahwa kedua
belah fihak belum tentu puas sepenuhnya. Bentuk-bentuk interaksi
sosial menurut Soerjono Soekanto juga terjadi dalam interaksi sosial
dalam kegiatan yang terjadi di kalangan kaum gay. Berikut interaksi
sosial yang terjadi di kalangan kaum gay :
1) Interaksi Sosial antar kaum gay
Melalui kontak dan komunikasi yang dilakukan oleh
sesama gay terlihat bahwa hubungan mereka bersifat mendalam.
Hal ini berarti bahwa hubungan yang ditimbulkan sangat baik
bahkan timbul suatu hubungan persaudaraan yang bersifat
kekeluargaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu kerjasama, persaingan, dan
pertikaian. Bentuk interaksi sosial yang berupa kerjasama
dibedakan menjadi empat yaitu kerjasama spontan, kerjasama
langsung, kerjasama kontrak, kerjasama tradisional. Bentuk
interaksi sosial antar kaum gay adalah sebagai berikut:
a) Kerjasama
Hasil dari penelitian di lapangan interaksi sosial yang
terjadi antara sesama gay berbentuk kerjasama spontan.
Interaksi sosial antara sesama gay ditandai dengan kerjasama
yang baik dalam melakukan kerjasama dalam bentuk
pekerjaan. Bentuk kerjasama yang terjalin antar sesama gay
terlihat walaupun mereka belum mengenal secara dekat.
Dimana kerjasama ini terjadi dikarenakan ada beberapa gay
yang memberikan informasi pekerjaan kepada sesama gay
lainnya pada saat mereka berkumpul.
b) Persaingan
Bentuk interaksi sosial antar sesama gay lainnya adalah
persaingan. Persaingan diantara gay boleh dibilangjarang
terjadi. Tetapi tak jarang pula sesekali mereka bersaing dalam
memeperebutkan pasangan seks. Tetapi persaingan tersebut tak
sampai menimbulkan petengkaran diantara mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
c) Pertikaian (Konflik)
Bentuk interaksi sosial antar sesama gay yang ketiga
adalah pertikaian. Interaksi sosial yang terjadi antar sesama gay
adalah pertikaian yang timbul akibat adanya diantara mereka
ada perasaan iri terhadap yang lainnya. Terkadang juga ditemui
pertikaian karena disebabkan oleh berebut pasangan seks. Tapi
itu jarang sekali terjadi.
2) Akomodasi
Akomodasi pertikaian yang terjadi antar sesama gay
dibutuhkan cara tertentu, cara yang tepat untuk menyelesaikan
pertikaian yang terjadi antar sesama gay adalah dengan cara
toleransi diantara sesama gay.
Interaksi kaum gay, khususnya bagi mereka yang
berkelompok
menjadikan
rasa
nyaman
dan
keterbukaan
berlangsung di dalamnya. Adegan “curhat” adalah salah satu hal
yang paling digemari kaum gay mengingat mereka juga berasal
dari latar belakang yang hampir sama. Kelompok itu menyadari
bahwa komunikasi antar pribadi sangat berpengaruh dalam
menjaga solidaritas kelompok. Obrolan terjadi secara bebas
(sifatnya bebas) dan terbuka dengan mempergunakan bahasa atau
simbol sebagai alat komunikasi diantara sesama gay. Sifatnya
bebas, dalam artian semua orang bebas membicarakan berbagai
hal/peristiwa/masalah, sedangkan terbuka berarti mereka bebas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
berbiacara dengan siapa saja termasuk dengan orang yang belum
dikenal sekalipun. Peninjauan mendalam peneliti adalah dilihat
dari segi komunikasi yang digunakan yaitu komunikasi verbal dan
non verbal yang dilakukan di dalam kelompok. Maupun seorang
gay di dalam masyarakat (luar kelompok).
Komunikasi verbal yang dilakukan oleh komunitas gay di
dalam kelompok memiliki sebuah keunikan pemakaian bahasa,
yang disebut sebagai bahasa gaul. Informan bercerita bahasabahasa khusus tersebut memang sudah ada yaitu berasal dari
bahasa gaul Deby Sehertian. Budaya salon seperti penuturan
informan kunci yang bercerita pernah mendatangi salon yang
memiliki pegawai waria. Pada saat itu, informan kunci peneliti
secara langsung bagaimana para waria bertutur kata dengan
menggunakan bahasa gaul. Bahasa gay pun ternyata juga tidak jauh
dari bahasa gaul Derby Sehertian. Hanya saja beberapa orang dari
komunitas mengembangkan dengan kekreativitasan mereka untuk
membuat bahasa baru untuk kaum gay. Contohnya jajaran genjang
ketumbar yang berarti janjian ketemuan (Deby Sehertian, 2000: 3).
Kaum gay juga bisa membuat bahasa-bahasa baru seperti yang
dituturkan informan, misalnya “sis”. Artinya siapa seseorang yang
menarik di sana (laki-laki). Pemakaian bahasa gay memiliki
kesamaan hampir di komunitas gay di berbagai wilayah, karena
seorang gay yang berasal dari sebuah komunitas pasti memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
teman sesama gay yang berasal dari luar daerah. Tapi penggunaan
bahasa gay itu tidak sama antar provinsi. Misalnya menyebut
(maaf) alat kelamin seorang laki-laki, komunitas gay di Jawa
Tengah dan Jakarta yang menyebutnya dengan kontraktor dan
kentongan, sedangkan di Jawa Timur kaum gay menyebutnya
dengan kenti.
Komunikasi nonverbal dalam komunitas gay juga memiliki
tujuan yang sama yaitu memberikan tanda bahwa mereka adalah
gay pada sesama gay, menyembunyikan maksud pembicaraan pada
orang di luar komunitas gay, serta membedakan kedekatan antar
anggota
maupun
kelompok
berbeda
dalam
satu
komunitas.Contohnya, pada saat seorang gay bertemu dengan lakilaki yang menarik, dia akan mengkomunikasikan terhadap
temannya sambil menjulurkan lidah ke arah obyek, namun lidah
tetap berada di rongga mulut, seakan-akan mengulum sesuatu.
Contoh lain adalah penggunaan aksesoris pada tubuh seperti cincin
di kelingking, anting-anting di telinga kanan, serta pemakaian baju
dengan warna yang mencolok, berkerah V-neck, ataupun gaya
rambut klimis. Tatapan mata seorang gay apabila tertarik dengan
seorang laki-laki, mereka akan menatap lebih lama, yaitu lebih dari
3 detik atau curi-curi pandang, sambil mengerlingkan matanya
untuk titik ekstrim. Pada saat bicara pun mulut dapat menunjukkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
bahwa dia gay atau bukan. Setiap gay memiliki kemampuan
khusus mendeteksi gay lain yang disebut gaydar.
Interaksi kaum gay ternyata tidak hanya sebatas melalui
interaksi secara langsung, tapi juga melalui media massa. Media
massa terdiri dari media cetak, yaitu surat kabar dan majalah,
media elektronik, yaitu radio siaran, televisi, dan media online
(internet). Para informan bercerita bahwa kebanyakan dari mereka
khususnya gay tertutup (discreet), kebanyakan berkomunikasi
untuk melanjutkan sebuah hubungan melalui situs jejaring
Facebook.
commit to user
Download