perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HOMOSEKS DAN PERILAKU SEKSUAL Pada bab ini pelulis akan homoseksual dan perilaku seksual. Penulis perlunya memisahkan bahasan ini pada bab sendiri dengan alasan penjelasan lebih terpusat dan tajam karena dapat lebih fokus pada masalah yang dibahas. Yang pertama, mengenai Perilaku Seksual yaitu segala perilaku yang dilakukan karen adanya dorongan seksual. Pada konsep ini tidak peduli bagaimana dan dengan siap dorongan itu dilampiaskan. Apabila perilkau itu muncul karena adanya dorongan seksual. Maka disebut perilaku seksual. Kedua, Orientasi Seksual adalah rasa ketertarikan secara seksual maupun emosional terhadap jenis kelamin tertentu. Orintasi seksual ini dapat diikuti dengan adanya perilaku seksual ataupun tidak. Misal seorang laki-laki yang tertarik dengan sejenis, namun selama hidupnya dia belum pernah melakukan perilaku seksual dengan laki-laki, maka ia tetap di katakan memiliki orientasi seksual sejenis. Orientasi seksual terdiri dari 3 kelompok, namun dalam hal ini orientasi seksual tak tidak harus selalu dikelompokkan secara saklek pada ketiga kelompok tersebut. Penulis membaginya menjadi 3 kelompok jenis orientasi seksual hanya untuk memudahkan pembahasan ini. 3 kelompok orientasi seksual tersebut adalah homoseksual, heteroseksual, dan biseksual. commit to user 82 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 83 1. Homoseksual adalah ketertarikan secara seksual dan emosional terhadap jenis kelamin yang sama baik diikuti dengan adanya perilaku seksual atau tidak. Yang masuk dalam kelompok ini adalah Gay, Waria, Lesbian. 2. Heteroseksual adalah ketertarikan secara seksual dan emosional dengan jenis kelamin yang berbeda. Laki-laki tertarik pada perempuan dan sebaliknya perempuan tertarik dengan laki-laki. 3. Biseksual adalah ketertarikan pada semua jenis kelamin. Laki-laki tertarik pada perempuan dan laki-laki. Perempuan tertarik pada laki-laki dan perempuan. 1. Perilaku Seksual Perilaku heteroseksual (heterosexual act) adalah segala bentuk perilaku disebabkan karena adanya dorongan seksual yang diarahkan kepada lawan jenis. Sedangkan perilaku Homoseksual (Homosexual act) adalah segala bentuk tingkah laku yang disebabkan karena adanya dorongan seksual yang diarahkan kepada sesama jenis. Pada tahap ini banyak orang yang secara budaya melakukannya tanpa mengidentifikasi diri sebagai seorang homoseksual. Tapi menggunakan identitas sosial lokal yang berlaku di daerah tersebut. Biasanya mereka juga keberatan jika disebut sebagai homoseksual, gay, atau biseksual. Kedua perilaku seksual ini dapat terjadi pada satu invidu dengan gradasi intensitas yang bervariasi diantara keduanya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 84 2. MSM (Men Who Have Sex With Men) Pria Yang Berhubungan Seks Dengan Pria Terminologi Men Who Have Sex With Men atau MSM dimaksutkan untuk menjelaskan semua pria yang berhubnungan seks dengan pria, tanpa memandang identitas seksual mereka. Ini digunakan karena hanya sejumlah kecil dari pria terlibat perilaku dalam perilaku seksual sesama jenis yang diidentifikasikan sebagai gay, homoseksual, dan biseksual tapi lebih tepat mengidentifikasikan diri menggunakan identitas dan perilaku lokal sosial dan seksual. Mereka tidak menganggap hubungan seksual mereka dengan pria lain dalam terminologi identitas, atau orientasi seksual. Banyak yang berhubungan seks dengan pria mengidentifikasikan diri sebagai heteroseksual bakan homoseksual atau biseksual, terutama bila mereka juga berhubungan seks dengan wanita, menikah, hanya memainkan peran sebagai pihak yang penetratif dalam anal seks, dan / atau berhubungan seks dengan pria demi uang dan kesenangan. MSM termasuk juga kategori dari pria yang dapat dibedakan menurut pengaruh dari variabel seperti : a. Identitas seksual mereka, tanpda memandang perilaku seksual (gay, homoseksual, heteroseksual, biseksual, dan transgender dan identitas lain); b. Penerimaan dan keterbukaan mereka akan identitas mereka yang bukan mainstream (terbuka atau tertutup); c. Partner seksual mereka (pria, wanita, dan/atau transgender); commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 85 d. Alasan mereka memilih pasangan seksual tersebut (alami, pemaksaaan atau tekanan, motif komersial, kesenangan atau rekreasi, dan/atau kondisi lingkungan – individu tersebut berada pada lingkungan yang semuanya pria); e. Peran mereka dalam praktik khusus (penetratif, represif atau keduanya); f. Identitas terkait gender mereka, peranan dan perilaku (pria atau wanita, maskulin atau feminine/effeminate, berseberang pakaian (crossdressing) atau berpakaian sesuai gender) Pria yang berhungan seks dengan pria menjadi terminologi yang populer dalam konteks HIV/AIDS dimana ia digunakan karena menggambarkan perilaku yang menempatkan mereka dalam resikoterinfeksi. Telah menjadi perdebatan bahwa terminologi tersebut terlalu terfokus pada perilaku seksual dan tidak mencukupi pada aspek lain seperti emosi, hubungan dan identitas seksual diantara mereka yang juga merupakan determinan dari infeksi. Beberapa organisai dan individu lebih suka memakai terminology pria yang berhungan seks dengan pria, karena ia menunjukan kelompok yang lebih luas dari sejumlah individu yang berhubungan seks dengan pasangan lain dari kelamin yang sama. Khususnya, ia tidak mempunyai batasan pada umur yang ditunjukan dengan kata “pria”, dan karenanya termasuk juga anak lelaki yang berhubungan seks dan juga hubungan antara pria dewasa dan anak lakilaki. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 86 Pada satu bagian, terminologi MSM dapat dilihat sebagai suatu reaksi pada bahasa yang telah dibangun di kebudayaan barat untuk menggambarkan dan/atau “memediskan” kegiatan seksual para pria misalnnya “gay”, “homoseksual”. Dan juga munculnya budaya “gay” di masyarakat barat pada abad ke 20 telah mendorong aggapan bahwa orang digolongkan pada “gay” (homoseksual) atau “straight” (heteroseksual). Ini bisa benar untuk beberapa orang dibelahan dunia, tapi bagi banyak pria, berhubungan seks dengan pria lain merupakan sebagian dari kehidupan seks mereka dan tidak tidak menentukan identitas seksual atau sosial mereka. Sejumlah MSM mungkin dapat tampak jelas di masyarakat dan dapat termasuk pria yang memakai pakaian wanita atau memakasi sejumlah benda dari pakaian wanita. Namun MSM lain mungkin sama sekali tidak dapat dibedakan dari non MSM. Dimana “homoseksualitas” tidak terlihat, kadang-kadang dianggap ia tidak ada, namun mungkin ini tidak benar. Kenyataannya seks antar sesama pria terjadi di sebagian besar, bila tidak bisa disebut sebagai di semua masyarakat. Percakapan dalam publik yang menyangkal keberadaan kegiatan seks sesama jenis tidak merefleksikan apa yang terjadi di dunia nyata. MSM dapat termasuk yang berikut ini: a. Pria yang secara ekslusif berhubungan seks dengan pria lain. b. Pria yang berhubungan seks dengan pria lain tapi sebagian besarnya berhubungan seks dengan wanita. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 87 c. Pria yang berhubungan seks dengan pria maupun wanita tanpa adanya perbedaan kesenangan. d. Pria yang berhubungan seks dengan pria lain untuk uang atau karena mereka tidak mempunyai akses untuk berhubungan dengan wanita, misalnya di penjara, ketentaraan. Mungkin kelompok terbesar dari MSM ini di kebanyakan negara di Asia adalah para pria yang tidak menerima perilaku seksual nonmainstream utama mereka, tidak secara terbuka mengidentifikasikan diri sebagai gay atau homoseksual, dan yang mempunyai pasangan seks tidak tetap yang anonymous atau hubungan gelap dengan pria lain. Sebagian dari pria ini mungkin saja menikah dan/atau juga berhubungan dengan wanita. Beberapa pria yang mengidentifikasikan diri sebagai heteroseksual atau biseksual kadang-kadang berhubungan seks dengan pria unutk kesenangan, biasanya karena sulit mengakses wanita. Sebagian pria dapat berhubungan seks terutama dengan MSM transgender tanpa mengidentifikasikan diri sebagai gay atau homoseksual, terutama karena MSM transgender tidak dianggap senagai pria dalam konteks budaya mereka. Ada sejumlah pria yang lebih suka kepada wanita tapi berhubungan seks dengan pria karena akses yang sangat terbatas kepada wanita. Ini bisa disebabkan karena masyarakat yang konservatif yang dengan ketat membatasi segergasi antara pria dan wanita, atau berada pada lingkungan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 88 yang seluruhnya pria dalam waktu yang lama, seperti di penjera, lingkungan militer, lingkungan buruh migran pria, insitusi pendidikan khusus pria. Kerena sulit mengakses wanita, pria harus menyalurkan kebutuhan seksual mereka dengan pria lain, tanpa mengidentifikasikan diri mereka sebagai gay atau homoseksual. Banyak pekerja seks di Asia sering mengidentifikaiskan diri mereka sebagai heteroseksual dan berhubungan seks dengan pria terutama untuk mendukung mereka serta keluarganya. Mereka seringkali menikah dan atau mempunyai pacar wanita atau pasangan seks wanita. Namun ada juga sejumlah pekerja seks pria yang ingin mengidnetifikasikan diri sebagai gay atau homoseksual dan berhubungan seks hanya dengan pria. Beberapa pria lebih senang berhubungan seks dengan hanya dengan pria tapi tekanan untuk menikah dan membina keluarga membuat mereka berhubngan seks dengan wanita. Sebagian lebih dengan pria tapi tidak menolak wanita dan sebaliknya. Yang lain lebih nsenang berhubungan seks dengan wanita tapi harus berhubungan seks dengan pria karena uang atau kerena mereka tidak bisa memperoleh akses kepada wanita. Posisi yang ambivalein dari individu transgender pria-wanita menambah dimensi lain dari skenario ini. 3. Catatan Mengenai Terminology Gay Kata gay sering saling ditukar dengan kata homoseksual. Ia menggambarkan pria orientasi seksualnya atau ketertarikannya secara commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 89 dominan –bila tidak sepenuhnya- diarahkan kepada sesama pria. Sejumlah pria yang menidentifikasikan sebagai “gay” melakukakannya unutk mempolitasi homoseksualitas dalam perjuangannya untuk memperoleh haknya. Dalam keadaan ini terminology tersebut berkembang terus untuk diadopsi dengai indentitas sosial politik. Namun kata gay dapat memiliki arti berbeda dalam konteks lain karena penggunaan yang umum. Di daerah Thailand misalnya, kata ini sering disinonimkan dengan kaya “kemayu”. Sementara di bangkok kata itu telah diadopsi sebagai suatu identitas sosial dan politik untuk sebagian dan sebagian lagi identitas seksual, baik sebagai partner penetratif atupun sebagai versatile. B. HASIL PENELITIAN 1. Ekhy a. Data diri Nama panggilan Ekhy. Lahir di Bandung 28 Desember 1978. Alamat rumah saat ini Pucang sawit, Rt 04/07. Agama islam, pendidikan SMA. Pekerjaan wiraswasta. Pria yang memiliki warna kulit putih dan bersih seperti wanita ini memiliki moto hidup “kebebasan dalam hidup, hidup bisa membatasi kebebasan”. b. Awal menjadi seorang gay Masa kanak-kanak adalah masa yang paling menyenangkan, dimana anak-anak mendapatkan limpahan kasih sayang yang begitu besar dari orang tua, keluarga dan orang-orang sekitar yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 90 menyayangi. Anak-anak akan tumbuh dengan baik jika mendapatkan pedidikan yang baik pula dari lingkungannya. Bekal pendidikan pada masa anak-anak tersebut adalah landasan bagi anak untuk membentuk pola pemikiran dan kejiwaan pada saat ia dewasa kelak. Dari sinilah sejarah kehidupan manusia dimulai, bukan saat dimana ia mampu berpikir, tetapi pada saat pertama kali ia mulai melihat. Maka pada saat itulah aktor mulai memperlajari dan meniru dari orang-orang yang disekitarnya, untuk kemudian dimanisvestasikan menjadi sikap hidup atau kepribadiannya sendiri. Pada tahap ini manusia memiliki kehendak bebas untuk mengambil sebagian atau keseluruhan sikap yang akan digunakan senagai sikap pribadinya. Begitu pula yang dialami oleh Ekhy, cerita yang dituturkannya dimulai saat ia mulai mengingat satu persatu peristiwa yang terjadi dalam hidupnya yang masih melekat dalam ingatannya. Ekhy lahir dan dibesarkan oleh orang tua angkatnya karens orangtua aslinya yang kesulitan biaya untuk menghidupinya dan menyekolahkannya. “masa kecil saya yaa...biasa aja sih kayak anak-anak yang lain, tapi yang beda adalah saya diasuh oleh orang tua angkat karena orang tua saya gak mampu menyekolahkan dan membiayai hidup saya” (wawancara 12 Oktober 2012) Itulah yang diungkapkan oleh Ekhy pada saat pertemuan pertama dengan penulis. Sebuah kehidupan yang tak jauh dari masa kanak-kanak yang lain, yang bedanya saja dia tak hidup dengan orang tua aslinya dikarena keadaan ekonomi yang mengharuskan ia diadopsi commit to user oleh orang tau angkatnya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 91 “orang tuaku biasa-biasa saja, ibuku cuma ibu rumah tangga biasa, dan bapaku tani. Sebenernya cukup sih kalo cuma untuk biaya makan karena punya sebidang tanah yang lumayan luas. Waktu aku kelas 3 SD aku punya temen baru namanya Rosita, aku cepet akrab mbak sama dia, aku jadi temen baik sama dia, karena kebetulan orang tuanya Rosita itu buka usaha di komplek rumahku makanya jd cepet akrab deh.. singkat cerita ya mbak, pada suatu hari bapakku kena serang stroke, dari situlah keluargaku jadi serba kekurangan, apa aja dijual untuk berobat bapakku..sampai aku harus bekerja untuk biaya sekolahku dan ya itu aku kerja kerja di tempatnya keluarga Rosita itu” (wawancara 12 Oktober 2012) Masa kecil yang seharusnya dipakai anak-anak untuk belajar dan bermain bersama teman-temannya, terpaksa harus dipupud Ekhy karena harus bekerja bentning tulang supaya ia tetap dapat bersekolah dan makan. Ekhy sendiri pun tak menginginkan hal ini terjadi dalam hidupnya. “karena kasian melihat keadaan keluargaku dan aku juga, mamanya Rosita itu lalu mengangkat aku sebagai anak angkatnya mbak.. aku dibiayain sekolah bareng sama Rosita. Gak terasa waktu itu aku kelas 2 SMP kalo ga salah mbak, waktu itu keluarganya Rositta yang dari luar kota pada dateng, ga tau acara apaan.. nah, akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumahku karena aku pekewuh karena rame banget.. begitu aku mau pulang tiba-tiba ada om nya Rosita nyamperin aku mbak, dia tanya kenapa mau pulang, akhirnya setelah ngobrol-ngobol aku ga jadi pulang.. nahh singkat cerita aku jadi sering ngobrol-ngobrol sama om nya Rosita itu, namanya om Agus. Karena orang tua Rosita suka kadang pergi gitu, aku di rumah sama om Agus.. pada suatu malam om Agus itu minta dipijetin mbak, yaudah aku pijetin aja, disitu om agus Cuma pake saruang doang lho mbak.. entah kenapa begitu aku liat om Agus pake sarung kok aku rasanya deg-degan banget.. nah dari situ mbak aku mulai sadar kalo aku ternyata sukanya sama laki-laki bukan sama perempuan mbak.. yaa awalnya pas aku menyadari sih kok rasanya aneh ya suka sama yang sejenis, tapi trus aku nikmatin rasa itu karena emang aku nyaman mbak dengan perasaan itu..” (wawancara 12 Oktober 2012). Tak hanya menyadari pada saat pengalaman dengan om Agus itu Ekhy menyadari kalau dirinya ternyata penyuka sejenis, ia ternyata commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 92 selama ini memiliki sifat yang sensitif, l;embut dan cenderung menginternalisasi sikap feminim perempuan, berbeda dengan laki-laki yang mengadopso maskulinitas sebagai jiwa kehidupannya, dengan segala sifat yang bertentangan seperti : kasar, tidak peka, dan juga nakal. “aku sih biasa-biasa aja kayak anak-anak kecil yang lain mbak.. ya sekolah, ya main kayak anak-anak yang lain. Ya bedanya yaa itu, aku ga suka main mainan anak laki-laki kayak misalnya sepak bola, tembak-tembakan, atau sejenisnya. Kan kasar gitu permainannya makanya aku ga suka. Aku malau sukanya mainan boneka, trus main pasaran..pokonya mainan anak cewek gitu deh mbak” (wawancara 12 Oktober 2012) Seperti ketika watu ia sekolah, ia selslu menolak saat ia diajak main bola oelh teman-temannya pada saat jam pelajaran olahraga. Ia menolak karena ia tidak suka dengan permainan tersebut dan memilih mengidndari permainan sepak bola tersebut. Ekhy adalah orang yang tidak dapat berkompromi dengan prinsip hidupnya. Ia adalah orang yang bebas dan tak ingin dibatasi dan tidak mau melakukan hal-hal tertentu bukan karena ia tak dapat melakukannya, tapi dikarenakan dia tak mau melakukannya karena dia tak menyukai hal itu. 2. Deni a. Data diri Deni lahir di Surakarta 17 Juni 1986. Saat ini di bertempat tinggal di Waringin Rejo, Sukoharjo. Pendidikan terakhirnya adalah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 93 SD karena ia tidak tamat SLTP. Saat ini Deni bekerja sebagai penjaga counter Hp dan juga berdagang. Moto hidupnya adalah, aku ya aku! b. Awal menjadi gay Laki-laki yang akrab di panggil Deni sedang bersantai dan asyik merokok ketika penulis bertandang kerumahnya. Kalau dilihat oleh penulis, sepertinya Deni ini agak risih kalau berdekatan dengan wanita, terbukti ketika penulis menyodorkan perekam untuk merekam suaranya, yang terjadi adalah Deni bergeser tempat duduknya sehingga agak susah ketika hendak merekam suaranya. Deni saat ini tinggal dengan ibu tirinya dan ayahnya. Deni ini anak terakhi dari 3 bersaudara, kedua kakaknya sudah menikah semua dan tinggal dengan keluarganya masing-masing. “kakak aku sekarang udah pada nikah semua mbak. Yang pertama malah udah punya anak. Yaa aku disini sama ibu tiriku dan juga ayahku. Yaah agak males juga sih mbak kalo harus mengingat masa kecilku, karena saat itulah awal aku merasa menjadi seorang gay mbak” (wawancara 15 Oktober 2012) Dani sendiri mengakui bahwa menjadi gay adalah salah satu akibat dari kelakukan ibu tirinya. Ia mengakui bahwa ibu tiri yang digambarkan di televisi-televis adalah benar adanya. Deni kecil merasa sangat tidak nyaman saat tinggal bersama dengan ibu tirinya. “menurut aku ya mbak, ibu tiri seperti yang disinetron-sinetron itu seperti nyata aku alami sendiri sih, abisnya ibu tiri ku itu galaknya minta ampun deh mbak waktu aku kecil..aku juga gak tau apa yg bikin ibu tiri itu galak. Makanya ibu tiri ku itu jadi salah satu faktor pendukung aku jadi sperti sekarang ini, jadi gay” (wawancara 15 Oktober 2012) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 94 Penulis semakin tak sabar untuk lebih dalam lagi mengetahui tentang kisah hidup Deni. Selagi penulis berbincang dengan deni, ternyata ada seorang wanita keluar dari dalam kamar dan dikatakan oleh Deni bahwa itu adalah ibu tirinya. Yang dilihat penulis adalah wanita yang ditaksir berumur sekitar 55 tahun, dan ternyata benar setelah dikonfirmasi dengan Deni bahwa ibu tirinya itu berumur sekitar 55-57 tahun, karena Deni sendiri kurang tahu umur pastinya. “jadi ya mbak awal mula itu pada waktu aku berumur sekitar 6 tahun dan aku masih belum sekolah. Aku udah tinggal sama disini sama ibu tiriku dan ayahku, karena ibu kandungku meninggal waktu aku umur 2 tahun. Aku sempat pindah-pindah ke jogja, ke madiun, ke jakarta juga pernah sih tapi ga lama. Sebenernya ibu tiriku bukan ibu tiri yang jahat banget, tp kliatan mba dari sikapnya kalo dia ga sayang sama aku, dan ditambah lagi ayahku sibuk kerja, jadilah aku semakin nakal aja waktu kecil. Jadi waktu itu pernah aku main agak jauh kan dari rumah, yaah namanya anak kecil kan mbak, mainnya suka jauhjauh gitu.. nah pas main itu aku liat ada pohon jambu yang buahnya merah-merah gitu mba, trus aku lempar aja itu buahnya pake batu biar jatoh buahnya.. pas aku ngelempar itu tiba-tiba ada om-om gitu nyamperin aku, trus katanya kalo mau jambu itu dirumahnya banyak. Namanya juga anak kecil jd masih gampang diboongin mbak, aku ikut aja kerumahnya..pas aku udah sampe dalem rumahnya, yaah kejadian yang ga aku inginkan terjadi lah disana, aku disodomi ama om-om kurang ajar itu..emang sih abis disodomi waktu itu aku dikasih jambu ama om itu dan diancem kalo aku ga boleh ngomong ama siapapun” (wawancara 15 Oktober 2012) Ternyata masa kecil yang sangat pahit dialami oleh laki-laki yang berambut agak gondrong ini. Sebenarnya ia menginginkan sekali menjadi normal seperti laki-laki pada umumnya, tapi keinginan itu runtuh manakala ada laki-laki yang menurut dia bertubuh atletis dan sesuai dengan seleranya. Tapi ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 95 ingin sekali menikah dan meniliki keturunan seperti laki-laki normal lainnya. “yaah semenjak kejadian itu aku kok ngerasa lebih suka berhubungan seks ama laki-laki ya.. udah gitu karna sikap ibu tiriku yg ga sayang sama aku, jadinya aku kayak nganggep semua perempuan itu sama sikapnya ama ibu ku itu, jadi malah timbul stigma negatif gitu pandangan ku sama perempuan” (wawancara 15 Oktober 2012) Saat ini tidak ada lagi yang memberinya kasih sayang karena ia merasa tak bisa memperoleh kasih sayang itu dari orang tuanya. Ia merasa bergaul dan berinteraksi dengan teman-teman yang sesama gay itu menurut nya sudah memberinya kebahagiaan. “yaa seneng aja sih mbak kalo pas lagi ngobrol-ngobrol ama becandaan ama yang sesama gay, ngerasa senasib aja gitu..hehehehe...aku jadi tau kalo aku ternayat ga sendirian.. lagian mereka juga enak diajak ngobrol, suka cerita-cerita gitu awal-awal jadi gay gimana cerinyam seru deh mbak pokoknya, ada aja hal-hal yang diobrolin ” (wawancara 15 Oktober 2012) Perkenalnnya dengan dunia gay, ternyata sangan menyenangkan bagi Deni. Ia merasa sangat bahagia. Bersama kawankawan barunya ia menjadi dirinya sendiri tanpa tanpa merisaukan apapun dan menghiraukan siapapun. Di dunianya yang baru Deni merasa lebih hidup dan lebih berarti. Bersama teman-teman barunya Deni diterima apa adanya sebagai diri mereka. Ia kini tidak lagi merasa terasing dan sendiri. Ia menemukan banyak orang seperti dirinya. Kini Deni tahu bahwa ia bukan orang satu-satunya yang senang dengan laki-laki. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 96 3. Herman a. Data Diri Laki-laki yang lahir pada tanggal 15 Juni 1986 ini memilki ciri fisik yang bersih layaknya perempuan. Ia tinggal di Baki, Sukoharjo. Saat ini ia masih berstatus sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Surakarta. b. Awal menjadi gay Herman kecil bisa dibilang anak yang cukup periang, ia memiliki banyak teman dan juga pandai dalam pendidikan di sekolah. Ia diasuh oleh kedua orang tua yang sangat menyayanginya, kasih seorang ibu dan perhatian dari seorang ayah yang berlimpah. Sampai sekarang ia sudah menginjak dewasa pun, ibu nya tetap memberikan perhatian yang ekstra terhadanya. tapi sifat yang disadari Herman adalah bahwa ia adalah orang yang tertutup atau biasa disebut introvert. Apapun yang ia rasakan hanya ia sendiri yang tahu, orang lain tak perlu tahu. Karena dia berpikir bahwa tidak penting orang mengetahui apa yang sedang ia rasakan. “yoo kalo aku sih orangnya cenderung tertutup ya..males aja gitu cerita ama orang-orang soal suasana hatiku..makanya wajahku datar-datar aja, jadi orang ga tau aku lagi seneng apa lagi sedih..hahahaha” (wawancara 20 Oktober 2012) Bagi Herman, awal ia mengetahui bahwa ia adalah seorang Homoseksual, baginya adalah tidak masalah. Dikarenakan ia merasa memilki teman-teman yang perhatian dan terbuka juga. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 97 “nek aku cerito-cerito tentang pribadi biasane hal-hal ringan sing lucu..misale koyo ono lanangan sing ganteng sing ngulati terus, kui trus ta gojeki karo konco-konco ngono, pokoke hak-hal sing ringan-ringan lah..” (wawancara 20 Oktober 2012) Ia mengakui bahwa awal mula jadi Homoseksual adalah pasti dikucilkan orang karena itu dianggap sebagai penyakit atau kelainan. Ia tak memungkiri bahwa konseksuensi yang akan ia terima ketika ia memutuskan untuk jadi gay adalah dikucilkan karena dianggap tidak normal. Tapi karena pergaulannya yang baik-baik saja, jadinya ia merasa santai. Ia jujur terhadap teman-temannya kalau ia suka terhadap laki-laki. Dan terbukti bahwa teman-temannya tetap nyaman berada di dekatnya dan tak menjauhinya. “sama kayak awal aku jadi gay kan, pengen keliatan keren dengan hal yang tidak lazim, cowok jalan gandengan tangan ama cowok..hahahaha..lagian juga keluargaku santai sih, kamu mau jadi apa aja terserah yang penting bisa tanggung jawab. Karena dari kecil jujur yaa aku tu ga pernah ngerepotin orang tua lhoo, selalu jd anak yang nurut..hehehee”(wawancara 20 Oktober 2012) Awal Herman memutuskan untuk menjadi seorang gay adalah ketika ia merasa keren dan hebat kalau bisa berjalan bergandengan tangan dengan seorang laki-laki. Ia merasa bahwa yang ia lakukan itu adalah sesuatu yang lain dan dan tidak lazim, dan ia menganggap bahwa hal itu adalah hal yang keren. Ia baru menyadari kelakukan ini ia rasakan sejak tahun 2007 ketika ia berada di bangku kuliah. Herman merasa bahwa ia berbeda dengan laki-laki normal lainnya. Saat lakilaki lain dengan bangga memamerkan pasangan wanitanya, ia merasa bahwa itu adalah sesuatu yang biasa dan tak membuatnya menarik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 98 Herman merasa cukup nyaman dengan rasa tidak menarik itu. Dan dari situ ia mulai menyadari bahwa ia merasa lain dari laki-laki normal lainnya. Pada tahap ini Herman mulai menyadari adanya pikiran, perasaan, perilaku yang bertentangan dengan cara-cara orang lain disekitarnya dan bagaimana ia diharapkan untuk mengidentisikasi dirinya. Karena yang dialaminya bertentangan dengan yang diharapkan oleh lingkungannya, maka ia akan mengalami kebingungan dan keresahan. “sebenernya aku itu ngerasa kalo aku beda tu pas taon 2007 nek ga salah..aku ngerasa keren aja gitu kalo jalan sama yang sejenis, biar semua mata menatap ke aku..narsis juga yaa aku..suka aja gitu kalo jadi pusat perhatian orang lain, kan mesti ntar orang mikir wah itu laki-laki kok gandengan sama laki-laki..nahh aku tu ngerasa puas aja gitu lho kalo ada yang ngomong gitu.. yaa aku sih pengennya juga sembuh sih mbak..secara aku juga punya agama, aku pengen nikah juga sama perempuan kok, gak pengen nikah ama laki-laki, jauh ama mahal cint pake ke belanda nikahnya..hahahahha” (wawancara 20 Oktober 2012) Herman sadar apa yang dirasakannya saat ini mungkin dianggap bagi banyak orang adalah hal yang tidak lazim atau tidak normal. Tetapi Herman sendiri pun merasa nyaman dengan apa yang dilakukannya saat ini. Seitring dengan perkembangan pemikiran dan juga interaksi yang dibangunnya, baik dengan sesama gay ataupun dengan masyarakat lain, Herman terus berproses dalam menjalani dan memaknai hidup dan juga kehidupan yang ia jalani. Seperti halnya aktor yang selalu berubah dan dinamis tidak pernah menjadi apa-apa, commit to usersesuatu, terbuka dan bertindak. tetapi selalu siap untuk mrnjadi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 99 Individu tidak disosialisasikan, tetapi selalu dalam proses sosialisasi. Individu tidak dibentuk secara kaku melainkan sevara konstan. 4. Maman a. Data Diri Maman lahir pada tanggal 29 Juli 1979. Laki-laki yang saat ini berprofesi sebagai pegawai salah satu Bank swasta di Kota Solo ini berperawakan tinggi dan putih layaknya keturunan etnis Tionghoa. Maman anak ke delapan dari sepuluh bersaudara. Dalam karir ia dikatakan cukup berhasil karena kini ia memperoleh jabatan yang cukup tinggi. Motto hidupnya adalah, aku tidak menggangu kamu, maka kamu jangan ganggu aku! b. Awal menjadi gay Maman kecil diasuh oleh ibunya yang sangat baik dan tegar menurutnya. Ibu yang memberikan kasih sayang sayang seorang ibu yang utuh. Sampai sekarang, saat ia dewasa pun, ibunya masih saja memperhatikannya. Ibunya sering menelepon saat Maman bekerja di Solo. Sosok ayah merupakan hal yang buruk baginya. Untuk hal ini, ia tidak mau bercerita banyak , hanya ia mengungkapkan bahwa ia tidak begitu dekat dengan sosok ayahnya. Ia hanya duduk dan tersenyum hambar. Terlihat kesedihan dan kekecewaan diwajahnya. “yaa waktu aku kecil itu waktunya bapak buat aku dan juga saudara-saudara ku jarang ada, jadi aku ga begitu dengan dia, malah aku kayak ngerasa kalo figur seorang bapak itu gak ada..aku kayaknya commit to user ama bapak..padahal anak mana spereti disia-siakan, ga diperhatikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 100 yang ga kepengen dapet kasih sayang dari bapaknya coba? Ahh udahlah gak usah ngomongin itu, ganti topik aja yaa? (wawancara 23 Oktober 2012) Maman tidak bisa menjelaskan secara detail hubungannya masa kecil dengan ayahnya, makan penulis pun juga tidak bisa memaksanya. Penulis khawatir ia akan merasa tertekan dan tidak mau memberikan informasi yang lainnya. Maman kecil merasa bahwa ia merasa normal-normal saja. Ia bermain layaknya permainan laki-laki seperti sepakbola, main kelereng, dan juga terkadang suka bertengkar dengan teman mainnya hanya dikarenakan oleh hal sepele, seperti kalah bermain dan sebagainya. Samapai ia bernjak SMA pun ia merasa bahwa dirinya adalah normal layaknya laki-laki yang lain, terbukti saat masih SMA ia mulai belajar berpacaran seperti teman-temannya. “yaa namanya anak SMA kan ya mbak, pengennya ikut-ikutan temennya, yang lain punya pacara ya aku pengen juga punya pacar.. cantik lho mbak pacar ku dulu, secara fisik ku juga ga jelek-jelek amat kan? Hahahaha” (wawancara 23 Oktober 2012) Sampai akhirnya entah apa yang membuatnya menyukai sesama jenis pun ia tidak bisa menjelaskan. Bahkan kapan ia merasakan perubahan terhadap dirinya pun ia benar-benar tak ingat. Yang hanya ia ingat hanya ketika ia duduk dibangku kuliah, ia merasa dekat dengan sahabatnya laki-laki sebut saja namanya Agus. Ia merasakan rasa yang ia pun tak bisa menjelaskannya terhadap penulis. Tapi ia sadar apa yang dirasakannya itu adalah menyalahi norma dan commit to user nilai sosial dalam lingkungannya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 101 Begitu mengetahui bahwa ia merasa berbeda, ia begitu inginnya merunah orientasi seksualnya tersebut. Iapun mencari informasi yang banyak mengenai tempag-tempat yang menawarkan jasa untuk dapat “menyembuhkan” berbagai macam penyakit termasuk homoseksual. Berbagai tempat didatanginya, berbagai macam orang telah ditemuinya, dengan tujuan yaitu untuk merubah orientasi seksualnya, agar Maman tidak lagi menyukai sesama jenis melinkan menyukai lawan jenisnya yaitu perempuan. “sampe-sampe aku berobat gitu, yaa berobat.. udah kemanamana kebanyak tempat gitu, ke orang pinter juga. Di jawa baratkan banyak ya orang-orang pinter kayak gitu yang bisa nyembuhin semuanya, udah aku coba datengin. Sampe ke pelosok-pelosok gitu, sampe disuruh minum jamu yang rasanya minta ampun deh mba..” (wawancara 23 oktober 2012) Namun usahanya belum membuahkan hasil yang baik. Pengobanananya belum menampakan hasil yang baik seperti yang ia inginkan. Meskipun kecewa dengan kegagalannya, namum ia tak pernah putus asa. Kali ini ia coba mengencani seorang wanita, dengan harapan bahwa perasaan menyukai wanita seperti dulu bisa tumbuh kembali. Ia mencoba berpacaran dengan seorang wanita saat ia bertugas di Jakarta. Bahkan ia pun smepat berpacaran sebanyak tiga kali dengan perempuan yang berbeda-beda. Namun usahanya pun dirasa juga gagal, ia tak bisa memaksakan dirinya untuk terus bersama menjalin kasih dengan oranga yang tak disukainya. “ga bisa mba, bener-bener ga bisa pacaran sama mereka. Malah aku tinggal kerja disini sama aku sekarang. Aku udah ga commit user rasanya ia kok hanya menjadi berhubungan lagi sama dia, to karena perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 102 pelampiasan aku aja. Aku jadi kasian sama dia” (wawancara 23 Oktober 2012) Singkat cerita ia dipindahkan tuhas di Kota Solo. Tidak ada yang berunah dari keseharian Maman. Ia bekerja sepanjang hari dan pulang pada sore hari, kalaupun lembur bisa sampai malam hari. Samapai pada suatu saat Maman bereknalan dengan temannya yang bernama Riki, ia adalah teman kerja Maman. Ia tak tahu bagaimana mereka berdua mengetahui bahwa mereka ternyata memiliki orientasi seksual yang sama yaitu menyukai sesama, karena Maman merasa ia tek pernah menceritakan apa yang dialaminya saat ini. Pada suatu malam Riki pun membawanya kesuatu tempat, yaitu taman Sriwedari. Riki mengenalkan pada teman-teman gay yang lain. Setelah dua tahun berada di Jakarta, akhirnya Maman mengetahui bahwa ada tempat dimana ia tidak merasa sendiri, karena merasa ada teman yang bernasib sama dengannya. Perkenalannya dengan dunia gay dirasa Maman sangat menyenangkan. Maman tidak butuh waktu lama untuk berkenalan dengan hampir semua gay yang sering berkumpul di Taman Sriwedari. Ia tak menyangka bahwa dalam waktu singkat namanya dikenal oleh sesama gay. Meskipun mereka belum pernah bertemu, tapi nomer telepon seluler telah menyebar ke banyak orang, dan ia pun bisa bertukar cerita dan berinteraksi dengan sesama gay lainnya. Maman sangat menikmati dunia barunya. Ia sering datang ke user dan bercanda dengan sesama sriwedari untuk hanyacommit sekedartongobrol perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 103 gay. Bahkan Maman pun bisa menemukan pasangan seksualnya sendiri. Apalagi ditambah Maman yang saat ini jauh dari dari orang tua, maka ia tak perlu merisaukan apa yang mengenai pandanganpandangan keluarganya. “setelah tahu ada kumpulan-kumpulan gay di Solo, ya jadi sering main, jad sering keluar malem begini.. yahh buat refreshing aja lah, penat dengan kerjaan kantor yang menumpuk.. ngobrol sama temen-temen, curhat-curhat gitu, kadang juga cari pacar, tapi aku ga sampe “jualan” lhoo..hehehehe” (wawancara 23 Oktober 2012) Interaksinya dengan sesama gay pun dirasa cukup baik oleh Maman, ia sama sekali tidak pernah bertengkar dengan sesama gay. Bahkan ia sering mengadakan pesta bersama oelh sesama gay. Pesta yang dianggap sebagai pesta kecil-kecilam, misalnya ada teman yang diterima kerja atau hanya sekedar sudah menemukan pacar baru. Ia begitu menikmati interaksinya dengan teman-teman sesama gay nya, ia merasa bahwan ia perhatian yang teman-teman gay yang diberikan padanya dapat mebobati rasa rindunya kepadan ibu dan saudarasaudaranya. 5. Interaksi Sosial di kalangan Kaum Gay Makna adalah produk interaksi sosial karena makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek kehadiran fisik, tindakan, atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek fisik tindakan, atau peristiwa dapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 104 bermakna). Makna memiliki peran penting pada kehidupan sosial, sebab ia menjadi dasar interkasi sosial dan mengarahkan tindakan kita pada orang lain. Konsekuensinya, ia juga bisa membentuk sifat interkasi tersebut, akankah bersahabat, bertentangan, atau berkompetisi. Makna akan mejadi sumber konflik atau pertentangan ketika satu makna dianggap biasa, sementara bagi kelompok lain justru dipandang sakral, bahkan sering kali ekstrem dimaknai sebagai representasi diri. Interaksi adalah suatu hubungan yang sifatnya dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan (individu), antara kelompok dengan kelompok, maupun antara individu dengan kelompok. Dan interaksi disini merupakan suatu pendekatan terhadap orang lain. Interkasi yang terjadi di dalam masyarakat ada beberapa bentuk diantaranya kerjasama, persaingan usaha, dan konflik pertentangan. Kerjasama adalah sebagai suatu usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama karena mereka menyadari adanya kepentingan dan ancaman yang sama. Kerjasama yang terjalin merupakan suatu langkah mempertahankan kesan-kesan atau identitas yang ditampilkan individu dalam berhadapan dengan orang lain, sehingga di sini individu saling menghormati dan menghargai orang lain dengan cara berusaha menyesuaikan perilaku kita dengannya atau sesuai dengan norma dan sopan santun yang terdapat dalam masyarakat. Kerjasama yang terjadi antar kaum gay diantaranya adalah adanya bantuan yang diberikan pada saat ada pekerjaan misalnya seperti acara-acara nikahan atau acara commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 105 lainnya. Dikarenakan ada beberapa gay yang berprofesi sebagai MC (Master of Ceremony) dan juga penyanyi untuk acara-acara seperti nikah dan lain-lain. Kerja sama dilakukan apabila adanya informasi mengenai pekerjaan yang akan diberikan oleh sesama gay tersebut. Selain itu juga kerja sama dapat dilakukan dalam rangka membantu teman sesama gay yang akan mengadakan pesta, makan teman-teman yang lainnya membatu untuk dapat mengumpulkan teman-teman sesama gay lainnya. Persaingan diartikan sebagai suatu persaingan antar individu atau kelompok untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan (Soekanto,1982:91). Dalam persaingan yang terjadi, terkadang terjalin suatu kerjasama atara pelakunya karena suatu alasan demi menciptakan suatu persaingan yang seru sampai-sampai tidak memberi kesempatan untuk lawan-lawan mereka yang dianggap tidak pantas dalam memenangkan persaingan tersebut. Biaasanya persaingan yang terjadi di kalangan kaum gay adalah dikarena oleh sifat individu masing-masing yang memiliki sifat iri ataupun benci terhadap sesama kaum gay. Gay yang memiliki sifat iri dan tidak mau kalah saing dengan sesamanya biasanya memusuhi rekannya yang lain yang lebih banyak ada pekerjaan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 106 6. Obrolan yang Terjadi di Kalangan Kaum Gay a. Obrolan tentang diri sendiri (yang bersangkutan) Pembicaraan tentang diri sendiri ini merupakan suatu hal yang dibicarakan untuk memulai pembicaraan (pernyataan basa-basi) dengan orang lain yang tidak dikenal atau karena tidak ada topic pembicaraan lainnya. Seperti “..bosen hari ini…? ;… stress nih…! . obrolan tentang diri sendiri digunakan untuk mengungkapkan kegelisahan, kegundahan, ataupun kegembiraan seseorang kepada orang lain. Salah satu kegundahan dan kegelisahan yang menjadi bahan obrolan adalah tentang masalah diri sendiri. Masalah tentang diri sendiri merupakan suatu persoalan yang timbul dalam diri individuindividu karena ketidakmampuan mereka mengendalikan diri. Obrolan dalam kategori ini antara lain susah tidur, stress karena suatu hal, bosan , dan sebagainya. Masalah ini merupakan salah satu topik obrolan yang sering dibicarakan oleh semua orang. b. Obrolan tentang keluarga Obrolan tentang keluarga sering dibicarakan oleh sesama gay, terutama gay yang sedang bermasalah dengan keluarganya. Pembahasan obrolan keluarga juga sering terjadi di kalangan sesama gay apabila ada diantara mereka yang sedang bermasalah dengan keluarga, misalnya seperti ada diantara mereka yang ketahuan orientasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 107 seksualnya menyimpang, oleh keluarga mereka sempat dikucilakn bahkan ada juga sampai tidak dianggap keluarga karena dianggap gay adalah sebuah aib. Salah satu obrolan tentang masalah keluarga adalah seperti yang dibicarakan oleh sebuat saja namanya Rian, ia menceritakan tentang tanggapan keluarganya “walah laah aku konangan e cah mbek keluargaku.. aku rak dijak omongan blas karo ibuk bapakku..rasane atiku entek nek ngeni ki cah, piye yo cah cara njelaskene karo keluargaku?” (observasi 24 Oktober 2012) Obrolan masalah tersebut biasanya ditanggapi oleh pengunjung lainnya yang sama sama memiliki masalah yang sama dengan berbagi pengalaman mereka mereka satu sama lainnya yang terkadang member nasihat tentang sikap yang harus mereka lakukan kepada keluarga mereka masing-masing. Masalah keluarga yang dialami gay ini, biasanya tentang perasaan kekecewaan, kekesalan, atau unek-unek mereka terhadap orang tua atau anggota keluarga lain yang membuat mereka tidak merasa nyaman dirumah, seperti misalnya dikucilkan atau bahkan dimusuhi oleh keluarganya sendiri. c. Obrolan tentang pasangan seks Obrolan tentang pasangan seks memang tergolong pembicaraan yang umum dilakukan oleh sesama gay. Obrolan ini berisi tentang konflik akibat kecemburuan atau ketidakcocokan mereka dalam commit to suatu user problem didalamnya. berbagai hal yang menimbulkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 108 Maman yang merasa marah dengan tingkah pasangannya yang over protective (pecemburu) sehingga dia merasa keberatan harus memberitahu di mana saja dia berada, “ Pasangan ku itu masih anak kuliahan sih tapi udah mau selsesai karena tinggal skripsi aja.. Pertama-tama senang diperhatiin pas kerja, disuruh makan kalo jam makan siang dan dengan siapa aku, tapi lama-kelamaan capek juga setiap ditanya ntar kalau dengan teman kerja yang cowok saja marah-marah sampai akhirnya berantem (Maman,24 Okotober 2012). Ada juga obrolan yang menyangkut masalah pasangan dalam hal berhubungan seks. Dimana pada kaum gay untuk berhubungan seks itu ada tiga peran, yaitu Top, Bottom, dan Versatile. Dimana Top itu berperan sebagai laki-laki, Bottom berperan sebagai perempuan, dan terakhir Versatile itu berperan ganda, bisa menjadi laki-laki ataupun sebaliknya, bisa menjadi perempuan juga. d. Obrolan Keseharian Obrolan soal satu ini terjadi secara spontan karena peristiwa yang mereka temui atau alami menjadi menarik bagi mereka. Obrolan keseharian antara lain berisi tentang peristiwa-peristiwa konflik dengan orang lain, kejadian-kejadian lucu dan lainnya yang mereka jumpai secara tidak sengaja ketika berada di suatu tempat dan waktu yang tidak terduga. Misalnya saja kejadian atau peristiwa yang mereka alami ataupun temukan di jalan, warung, mall, bank, dan sebagainya. Obrolan tentang topik ini mulai dari konflik dengan orang lain saat commitatau to user dijalan karena menyerempet menabrak seseorang hingga kejadian- perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 109 kejadian lucu, menyebalkan, atau tragis. Kejadian lucu tersebut seperti terjadi ketika peneliti melakukan pengamatan di Taman Sriwedari, terdapat beberapa pengunjung yang tiba-tiba menceritakan kalau dia baru bertemu laki-laki yang sangat ganteng,dia sangat memperhatikan sampai akhirnya dia tidak sadar terpeleset di jalan yang membuatnya malu karena menjadi perhatian orang lain di sana. Pembicaraan dalam menceritakan peristiwa-peristiwa tersebut, biasanya salah satu orang menceritakan dan lawan bicara terkadang juga terkenang kembali peristiwa serupa yang mereka alami. Obrolan ini sering diikuti dengan tawa dari pencerita ataupun pendengar yang sedang ikut berkumpul saat itu. C. PEMBAHASAN Teori yang digunakan sehubungan dengan penelitian ini adalah teori Interaksionisme simbolik. Teori interaksionisme simbolik memiliki pandangan bahwa kenyataan sosial mestinya didasarkan definisi subyektif dan interpretasinya, sedangkan struktur sosial maupun institusi sosial merupakan definisi bersama yang dimiliki individu yang berhubungan dengan bentukbentuk yang sesuai dan yang menghubungkan antara satu dengan yang lain. Tindakan-tindakan individu serta pola interaksinya dibimbing atau diarahkan oleh definisi bersama yang serupa yang dibangun melalui suatu interpretasi. Perilaku yang ditunjukan kaum gay adalah salah satu cara bagaimana suapaya mereka dapat berhungan satu dengan yang lainnya. Interaksionisme simbolik commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 110 merupakan sebuah teori yang berusaha menjelaskan tingkah laku melalui analisa makna. Dimana untuk menjelaskan atau memahami tingkah laku manusia, kita harus memperdulikan sistem makna sebagaimana yang diacu oleh pelaku manusia yang distudi. Tingkah laku yang ditunjukan sesama gay dapat identifikasikan sebagai bentuk interaksi yang terjadi diantara mereka. Perilaku manusia merupakan suatu rangkaian yang diantaranya terdiri dari sikap dan tindakan. Sikap merupakan sebuah konsep yang dianggap paling penting dalam ilmu-ilmu sosial. Berdasarkan hasil penelitian secara mendalam dilapangan tentang interaksi sosial dalam dalam kaum gay, dapat dijelaskan tentang proses awal terjadinya interaksi sosial, bentuk interaksi sosial, dan upaya pencegahan konflik dalam komunitas sebagai berikut : 1. Kontak dan Komunikasi Kontak disini berarti berhubungan secara saling bersentuhan, saling menyapa, berjabat tangan dan tersenyum, bercengkrama. Kontak yang berlangsung antar individu bisa bersifat positif dan bersifat negatif. Selain itu dapat bersifat primer dimana individu melakukannya langsung tanpa perantara, sementara kontak sekunder lebih berarti proses kontak dengan perantara atau mediator seperti informasi dari mulut ke mulut, dari iklan yang ada di Koran, reklame dan lain-lain. Dengan demikian kontak merupakan tahap pertama terjadinya suatu interaksi sosial. Dapat dikatakan bahwa untuk terjadinya suatu kontak, tidak perlu harus terjadi secara badaniah kata kontak itu sendiri commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 111 yang secara harfiah berarti “bersama-sama menyentuh”. Manusia sebagai individu dapat megadakan kontak tanpa menyentuhnya tetapi sebagai makhluk sensoris dapat melakukannya dengan berkomunikasi. Kontak sosial dapat bersifat positif, apabila mengarah kepada suatu kerjasama (cooperation) dan dapat bersifat negatif apabila mengarah kepada suatu pertentangan (Conflict), atau bahkan lama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu tidak hanya antara individu dan individu sebagai bentuk pertamanya saja, tetapi juga dalam bentuk kedua, antara individu dan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Bentuk ketiga, antara sesuatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Suatu kontak sosial tidak hanya tergantung dari tindakan ataupun kegiatan saja, tetapi juga dari tanggapan atau respons, reaksi, juga feedback terhadap tindakan atau kegiatan tersebut. Komunikasi ataupun “face to face” communication, interpersonal communication, juga yang melalui media. Apalagi kemajuan teknologi komunikasi telah demikian pesatnya. Komunikasi mirip dengan arti kontak namun komunikasi lebih bersifat mendalam dan spesifik, sehingga jika komunikasi terjadi maka bisa dipastikan kontak pun terjadi, tetapi kontak yang berlangsung belum tentu ada proses komunikasi sosial yang mempunyai arti sendiri yang berkaitan dengan hal ihwal pemberitahuan dalam lingkup masyarakat luas. Secara definitif komunikasi sosial ialah suatu proses interaksi dimana commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 112 seseorang atau suatu lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain supaya pihak lain dapat menangkap maksud yang dikehendaki penyampaiannya. Proses kontak dengan komunikasi sangat ditentukan oleh faktorfaktor dan unsur-unsur pendukung untuk mendapatkan bentuk relasi atau hubungan yang baik atau positif antar individu. Kemungkinan kurangnya kesempatan untuk berlangsungnya kontak bisa menyebabkan hubungan antar individu yang pasif dan negatif. Selain itu respons atau tanggapan yang baik sebagai hasil atau efek dari proses komunikasi yang baik yang juga terjalinnya bentuk kerjasama dalam interaksi sangat dipengaruhi pula oleh keadaan-keadaan individu maupun kelompok dan masyarakat. 2. Interaksi Sosial yang Terjadi di Kalangan Kaum Gay Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto adalah merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Aktivitasaktivitas sosial bisa terwujud apabila dua orang bertemu, interaksi sosial mulai terjadi. Mereka saling menegur, berjabatan tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 113 Walaupun orang yang bertemu tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing telah sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan. Kesemuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukan (Soerjono Soekanto, 2001:67). Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto dapat berupa : a. Kerjasama (co-operation) Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial di mana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. b. Persaingan (competition) Persaingan adalah proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan pada bidang-bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, namun tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Suatu ciri persaingan adalah perjuangan menyingkirkan pihak lawan itu dilakukan secara damai. Persaingan mempunyai dua tipe umum yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan non pribadi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 114 c. Pertikaian (Conflict) Pertikaian adalah proses sosial di mana individu ataupun kelompok berusahauntuk memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lain atau lawan disertai dengan ancaman atau kekerasan yang dapat menimbulkan dampak negatif atau positif. Perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam diri individu atau kelompok dapat menjadi bibit konflik. Perasaan memegang peranan yang sangat penting dalam mempertajam konflik menjadi sedemikian rupa. Suatu pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian tersebut hanya akan diterima untuk sementara waktu, proses mana dinamakan akomodasi (accomodation), dan ini berarti bahwa kedua belah fihak belum tentu puas sepenuhnya. Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto juga terjadi dalam interaksi sosial dalam kegiatan yang terjadi di kalangan kaum gay. Berikut interaksi sosial yang terjadi di kalangan kaum gay : 1) Interaksi Sosial antar kaum gay Melalui kontak dan komunikasi yang dilakukan oleh sesama gay terlihat bahwa hubungan mereka bersifat mendalam. Hal ini berarti bahwa hubungan yang ditimbulkan sangat baik bahkan timbul suatu hubungan persaudaraan yang bersifat kekeluargaan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 115 Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto dapat dibedakan menjadi tiga yaitu kerjasama, persaingan, dan pertikaian. Bentuk interaksi sosial yang berupa kerjasama dibedakan menjadi empat yaitu kerjasama spontan, kerjasama langsung, kerjasama kontrak, kerjasama tradisional. Bentuk interaksi sosial antar kaum gay adalah sebagai berikut: a) Kerjasama Hasil dari penelitian di lapangan interaksi sosial yang terjadi antara sesama gay berbentuk kerjasama spontan. Interaksi sosial antara sesama gay ditandai dengan kerjasama yang baik dalam melakukan kerjasama dalam bentuk pekerjaan. Bentuk kerjasama yang terjalin antar sesama gay terlihat walaupun mereka belum mengenal secara dekat. Dimana kerjasama ini terjadi dikarenakan ada beberapa gay yang memberikan informasi pekerjaan kepada sesama gay lainnya pada saat mereka berkumpul. b) Persaingan Bentuk interaksi sosial antar sesama gay lainnya adalah persaingan. Persaingan diantara gay boleh dibilangjarang terjadi. Tetapi tak jarang pula sesekali mereka bersaing dalam memeperebutkan pasangan seks. Tetapi persaingan tersebut tak sampai menimbulkan petengkaran diantara mereka. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 116 c) Pertikaian (Konflik) Bentuk interaksi sosial antar sesama gay yang ketiga adalah pertikaian. Interaksi sosial yang terjadi antar sesama gay adalah pertikaian yang timbul akibat adanya diantara mereka ada perasaan iri terhadap yang lainnya. Terkadang juga ditemui pertikaian karena disebabkan oleh berebut pasangan seks. Tapi itu jarang sekali terjadi. 2) Akomodasi Akomodasi pertikaian yang terjadi antar sesama gay dibutuhkan cara tertentu, cara yang tepat untuk menyelesaikan pertikaian yang terjadi antar sesama gay adalah dengan cara toleransi diantara sesama gay. Interaksi kaum gay, khususnya bagi mereka yang berkelompok menjadikan rasa nyaman dan keterbukaan berlangsung di dalamnya. Adegan “curhat” adalah salah satu hal yang paling digemari kaum gay mengingat mereka juga berasal dari latar belakang yang hampir sama. Kelompok itu menyadari bahwa komunikasi antar pribadi sangat berpengaruh dalam menjaga solidaritas kelompok. Obrolan terjadi secara bebas (sifatnya bebas) dan terbuka dengan mempergunakan bahasa atau simbol sebagai alat komunikasi diantara sesama gay. Sifatnya bebas, dalam artian semua orang bebas membicarakan berbagai hal/peristiwa/masalah, sedangkan terbuka berarti mereka bebas commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 117 berbiacara dengan siapa saja termasuk dengan orang yang belum dikenal sekalipun. Peninjauan mendalam peneliti adalah dilihat dari segi komunikasi yang digunakan yaitu komunikasi verbal dan non verbal yang dilakukan di dalam kelompok. Maupun seorang gay di dalam masyarakat (luar kelompok). Komunikasi verbal yang dilakukan oleh komunitas gay di dalam kelompok memiliki sebuah keunikan pemakaian bahasa, yang disebut sebagai bahasa gaul. Informan bercerita bahasabahasa khusus tersebut memang sudah ada yaitu berasal dari bahasa gaul Deby Sehertian. Budaya salon seperti penuturan informan kunci yang bercerita pernah mendatangi salon yang memiliki pegawai waria. Pada saat itu, informan kunci peneliti secara langsung bagaimana para waria bertutur kata dengan menggunakan bahasa gaul. Bahasa gay pun ternyata juga tidak jauh dari bahasa gaul Derby Sehertian. Hanya saja beberapa orang dari komunitas mengembangkan dengan kekreativitasan mereka untuk membuat bahasa baru untuk kaum gay. Contohnya jajaran genjang ketumbar yang berarti janjian ketemuan (Deby Sehertian, 2000: 3). Kaum gay juga bisa membuat bahasa-bahasa baru seperti yang dituturkan informan, misalnya “sis”. Artinya siapa seseorang yang menarik di sana (laki-laki). Pemakaian bahasa gay memiliki kesamaan hampir di komunitas gay di berbagai wilayah, karena seorang gay yang berasal dari sebuah komunitas pasti memiliki commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 118 teman sesama gay yang berasal dari luar daerah. Tapi penggunaan bahasa gay itu tidak sama antar provinsi. Misalnya menyebut (maaf) alat kelamin seorang laki-laki, komunitas gay di Jawa Tengah dan Jakarta yang menyebutnya dengan kontraktor dan kentongan, sedangkan di Jawa Timur kaum gay menyebutnya dengan kenti. Komunikasi nonverbal dalam komunitas gay juga memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan tanda bahwa mereka adalah gay pada sesama gay, menyembunyikan maksud pembicaraan pada orang di luar komunitas gay, serta membedakan kedekatan antar anggota maupun kelompok berbeda dalam satu komunitas.Contohnya, pada saat seorang gay bertemu dengan lakilaki yang menarik, dia akan mengkomunikasikan terhadap temannya sambil menjulurkan lidah ke arah obyek, namun lidah tetap berada di rongga mulut, seakan-akan mengulum sesuatu. Contoh lain adalah penggunaan aksesoris pada tubuh seperti cincin di kelingking, anting-anting di telinga kanan, serta pemakaian baju dengan warna yang mencolok, berkerah V-neck, ataupun gaya rambut klimis. Tatapan mata seorang gay apabila tertarik dengan seorang laki-laki, mereka akan menatap lebih lama, yaitu lebih dari 3 detik atau curi-curi pandang, sambil mengerlingkan matanya untuk titik ekstrim. Pada saat bicara pun mulut dapat menunjukkan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 119 bahwa dia gay atau bukan. Setiap gay memiliki kemampuan khusus mendeteksi gay lain yang disebut gaydar. Interaksi kaum gay ternyata tidak hanya sebatas melalui interaksi secara langsung, tapi juga melalui media massa. Media massa terdiri dari media cetak, yaitu surat kabar dan majalah, media elektronik, yaitu radio siaran, televisi, dan media online (internet). Para informan bercerita bahwa kebanyakan dari mereka khususnya gay tertutup (discreet), kebanyakan berkomunikasi untuk melanjutkan sebuah hubungan melalui situs jejaring Facebook. commit to user