Analisis manajemen strategis dengan pendekatan Balanced

advertisement
ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS
DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD (BSC)
PADA PERUM PERHUTANI, JAKARTA
Oleh
ARRY ADITYA PRATAMA
H24102076
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
ABSTRAK
Arry Aditya Pratama H24102076. Analisis Manajemen Strategis dengan
Pendekatan Balanced Scorecard (BSC) pada Perum Perhutani, Jakarta. Di bawah
bimbingan Ma’mun Sarma.
Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negera (BUMN) yang
bergerak di bidang kehutanan, memerankan tiga fungsi sekaligus, yaitu fungsi
ekonomi, sosial, dan ekologi. Sebagai aset pemerintah, perusahaan diharapkan
mampu memberikan kontribusi terhadap pemasukan negara. Perusahaan juga
dituntut untuk mendukung pengembangan usaha kerakyatan, dan menjaga
keseimbangan ekosistem pada wilayah hutan negara di pulau Jawa yang
dikelolanya.
Perum Perhutani dengan kondisi di atas, dihadapkan pada berbagai konflik
kepentingan antar stakeholder dan memerlukan pendekatan manajemen strategis
yang mempertimbangkan setiap aspek secara proporsional. Sehingga
keseimbangan antara aspek-aspek strategis finansial dan nonfinansial yang
ditawarkan oleh metode BSC menjadi sebuah alternatif yang tepat bagi Perum
Perhutani.
Penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi dua tahapan, yaitu tahap
analisis lingkungan perusahaan dan tahap perancangan model BSC. Tahap
pertama, yaitu identifikasi faktor strategis perusahaan dengan metode StrengthsWeaknesses-Opportunities-Threats (SWOT). Sedangkan pada tahap kedua, visi,
misi dan faktor-faktor strategis perusahaan yang telah dirumuskan tersebut
diterjemahkan berdasarkan empat perspektif BSC.
Tujuan penelitian ini adalah (1) merumuskan sasaran strategis dan
indikator hasil kinerja perusahaan, dan (2) merancang metode pengukuran kinerja
Perum Perhutani berdasarkan pendekatan BSC.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa sasaran-sasaran strategis Perum
Perhutani berdasarkan empat perspektif BSC adalah sebagai berikut:
(1) perspektif pelanggan: meningkatnya kesejahteraan masyarakat di sekitar
hutan, dan meningkatnya citra perusahaan;
(2) perspektif finansial: meningkatnya laba perusahaan, dan optimalisasi struktur
biaya.
(3) perspektif proses bisnis internal: meningkatnya efektifitas pengusahaan hutan,
meningkatnya efektifitas pemasaran, meningkatnya efektifitas pengamanan
hutan, dan meningkatnya kelestarian hutan.
(4) perspektif pertumbuhan dan pembelajaran: meningkatnya komitmen
karyawan; meningkatnya kapabilitas karyawan; tersedianya sistem informasi
manajemen; serta terciptanya budaya organisasi yang efisien dan profesional.
Berdasarkan hasil pembobotan terhadap rancangan BSC Perum Perhutani,
perspektif pelanggan memiliki bobot pengukuran sebesar 29%; perspektif
keuangan memiliki bobot sebesar 22%; perspektif proses bisnis internal memiliki
bobot sebesar 25%; dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran memiliki bobot
sebesar 24%. Hal ini memperlihatkan bahwa sesuai dengan visi dan misinya,
Perum Perhutani menempatkan pelanggan/masyarakat sebagai prioritas utama
dalam pengembangan strategi perusahaan.
ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS
DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD (BSC)
PADA PERUM PERHUTANI, JAKARTA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ARRY ADITYA PRATAMA
H24102076
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS
DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD (BSC)
PADA PERUM PERHUTANI, JAKARTA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ARRY ADITYA PRATAMA
H24102076
Menyetujui, Juni 2006
Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS. M.Ec.
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, MS
Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 8 Juni 2006
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 4 April 1984. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara pasangan Boen Muchtar Purnama dan Chandra Wita.
Pada tahun 1990, penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri Panaragan 1
Bogor. Pada tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Bogor. Pada
tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Bogor. Pada tahun 2002,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen angkatan 39.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus BEM TPB periode
2002-2003 dan terlibat dalam berbagai kegiatan kepanitiaan COM@. Penulis juga
berpartisipasi sebagai peserta dalam beberapa seminar dan pelatihan. Selain itu, penulis
terlibat sebagai staf part-time dalam kegiatan Quick Count Pilpres II di lembaga Polling
Center, Jakarta.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim,
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya yang dilimpahkan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Manajemen Strategis dengan Pendekatan
Balanced Scorecard (BSC) pada Perum Perhutani, Jakarta” ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), selain dituntut
secara ekonomi untuk berkontribusi terhadap penerimaan kas negara, juga memiliki
tanggungjawab kemasyarakatan secara sosial dan ekologi. Sehingga keseimbangan antara
aspek-aspek strategis finansial dan nonfinansial yang ditawarkan oleh metode BSC
menjadi sebuah alternatif yang tepat bagi perusahaan yang bergerak di industri kehutanan
Indonesia tersebut.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1.
Dr. Ir. Ma’mun Sarma. MS., M.Ec selaku dosen pembimbing, yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan,
saran, dan motivasi kepada penulis.
2.
Ibunda, Ayahanda, dan Adikku tercinta yang senantiasa memberikan doa,
kasih sayang, inspirasi, dan dukungan tanpa henti kepada penulis.
3.
Direksi dan staf Perum Perhutani Jakarta yang telah banyak membantu
kelancaran dalam pengumpulan data selama proses penelitian.
4.
Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan 39 atas jalinan
persaudaraannya selama ini.
5.
Semua pihak, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, atas semua
kontribusinya dalam penyelesaian skripsi ini.
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran konstruktif sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat diterima dengan baik dan bermanfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan.
Bogor, Juni 2006
Penulis
v
DAFTAR ISI
No.
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
I.
PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1. Latar Belakang .....................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ...............................................................................
1.5. Batasan Penelitian ................................................................................
1
1
2
3
3
4
II.
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
2.1. Strategi ..................................................................................................
2.2. Visi dan Misi .........................................................................................
2.3. Manajemen Strategis..............................................................................
2.4. Lingkungan Perusahaan.........................................................................
2.5. Balanced Scorecard (BSC) ...................................................................
2.5.1. Konsep BSC .............................................................................
2.5.2. BSC Sebagai Inti Manajemen Strategis ...................................
2.5.3. Keunggulan BSC …………………..........................................
2.6. Perum Perhutani ...................................................................................
2.7. Penelitian Terdahulu ............................................................................
5
5
5
5
7
9
9
19
21
23
25
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................
3.1. Kerangka Pemikiran...............................................................................
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................
3.3. Jenis dan Sumber Data .........................................................................
3.4. Pengolahan dan Analisis Data ..............................................................
3.4.1. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman ...................
3.4.3. Metode Perbandingan Berpasangan .........................................
27
27
29
29
30
30
32
vi
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ....................................................
4.1. Pendirian Perusahaan ...........................................................................
4.2. Wilayah Kerja .................................................................................….
4.3. Visi dan Misi Perusahaan …................................................................
4.4. Susunan Direksi dan Dewan Pengawas ...............................................
35
35
36
37
39
V.
40
40
40
50
55
55
56
56
57
57
57
60
62
67
72
72
72
73
73
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................
5.1 Analisis Lingkungan Perusahaan .........................................................
5.1.1 Analisis Kondisi Internal ..........................................................
5.1.2. Analisis Kondisi Eksternal .......................................................
5.2. Analisis SWOT .....................................................................................
5.2.1. Kekuatan Perusahaan (Strength) ...............................................
5.2.2. Kelemahan Perusahaan (Weakness) ..........................................
5.2.3. Peluang Usaha (Opportunity) ....................................................
5.2.4 Ancaman Usaha (Threats) ........................................................
5.3. Perancangan Model BSC ......................................................................
5.3.1. Perspektif Pelanggan .................................................................
5.3.2. Perspektif Finansial ...................................................................
5.3.3. Perspektif Proses Bisnis Internal ..............................................
5.3.4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ...............................
5.4. Perancangan Bagan Penilaian Kinerja Perum Perhutani .......................
5.4.1 Perspektif Pelanggan .................................................................
5.4.2. Perspektif Keuangan ..................................................................
5.4.3. Perspektif Proses Bisnis Internal ...............................................
5.4.4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ...............................
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 75
1. Kesimpulan ...................................................................................................... 75
2. Saran ................................................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
LAMPIRAN .......................................................................................................... 79
vii
DAFTAR TABEL
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Halaman
Kontribusi produk-produk kehutanan terhadap total pendapatan
ekspor Indonesia ...........................................................................................
Pengukuran strategis dari tema finansial ......................................................
Perbedaan sistem manajemen strategis dalam manajemen
tradisonal dengan sistem manajemen strategis dalam manajemen
kontemporer .................................................................................................
Sasaran strategis generik berdasarkan perspektif Balanced Scorecard ........
Perspektif dan ukuran generik scorecard perusahaan ...................................
Penilaian bobot indikator ..............................................................................
Wilayah kerja Perum Perhutani .....................................................................
Komposisi karyawan berdasarkan kelompok umur ......................................
Komposisi karyawan berdasarkan tingkat pendidikan .................................
Bagan penilaian kinerja Perum Perhutani .....................................................
viii
1
11
23
30
31
33
36
46
47
74
DAFTAR GAMBAR
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Halaman
Lingkungan perusahaan ...............................................................................
Pengukuran inti perspektif pelanggan ............................................................
Perspektif proses bisnis internal .....................................................................
Kerangka kerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ...........................
BSC sebagai kerangka kerja tindakan strategis .............................................
Keseimbangan sasaran-sasaran strategis .......................................................
Tahap-tahap penelitian ..................................................................................
Model matriks penjabaran strategi ke dalam empat perspektif BSC ...........
Bagan pengukuran kinerja perusahaan dengan BSC ....................................
Peta strategi BSC Perum Perhutani ..............................................................
ix
8
13
16
19
21
22
28
32
34
71
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1
2
3
5
4
Halaman
Kuesioner penelitian .....................................................................................
Data kondisi aspek-aspek internal Perum Perhutani ....................................
Hasil pembobotan perspektif BSC Perum Perhutani .....................................
Pengolahan hasil pengisian kuesioner ..........................................................
Matriks BSC Perum Perhutani .....................................................................
x
79
89
100
101
111
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Liberalisasi perdagangan dunia yang ditandai dengan era perdagangan
ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2003 dan Asia Pacific Economic Cooperation
(APEC) tahun 2010 membawa dampak pada terciptanya suatu kondisi industri
yang semakin luas dan kompetitif pada negara-negara yang tergabung dalam blok
perdagangan tersebut. Penghapusan berbagai hambatan perdagangan (tarif dan
non tarif), proteksi, serta peraturan-peraturan lain yang dinilai menghambat
masuknya arus investasi asing, merupakan ancaman besar bagi perusahaan pada
industri dalam negeri. Di sisi lain, kondisi tersebut sekaligus merupakan peluang
besar bagi perusahaan untuk memasuki pasar ekspor luar negeri.
Salah satu industri di Indonesia yang telah memanfaatkan peluang ekspor
di pasar luar negeri adalah sub sektor kehutanan. Menurut data ekspor yang dirilis
Badan Revitalisasi Industri Kehutanan, hasil-hasil hutan Indonesia menyumbang
hingga 11,22% dari total penerimaan devisa negara pada tahun 1999. Kontribusi
pendapatan ekspor produk kehutanan terhadap total pendapatan ekspor Indonesia
ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Kontribusi produk-produk kehutanan terhadap total pendapatan ekspor
Indonesia (dalam juta US$)
Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
Pendapatan
Produk-produk
Kehutanan
7.143,3
7.005,1
7.207,3
6.281,0
6.109,5
Total
Pendapatan
Ekspor
48.847,6
48.665,4
62.124,0
56.320,9
57.002,3
Persentase
(%)
14,77
15,05
12,13
11,67
11,22
Sumber: Badan Revitalisasi Industri Kehutanan, 2003.
Perum Perhutani merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dalam industri kehutanan Indonesia. Perusahaan ini
memiliki wilayah kerja meliputi seluruh hutan negara yang terdapat di pulau Jawa
dan Madura, dengan total kawasan hutan produksi seluas 1.839.748 ha.
2
Perum Perhutani sebagai BUMN, dituntut untuk memerankan tiga fungsi
sekaligus, yaitu fungsi ekonomi, sosial, dan ekologi. Sebagai aset pemerintah,
perusahaan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi
pemasukan negara. Di sisi lain, perusahaan juga dituntut untuk mendukung
pengembangan usaha kerakyatan, khususnya bagi masyarakat di sekitar hutan.
Perum Perhutani sebagai pengelola hutan negara di Pulau Jawa-Madura memiliki
tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan ekosistem pada wilayah yang
dikelolanya.
Fungsi Perum Perhutani pada tiga aspek tersebut menimbulkan berbagai
konflik
kepentingan
di
antara
para
stakeholdernya.
Untuk
menjawab
permasalahan-permasalahan di atas, maka diperlukan suatu pengembangan
manajemen strategis perusahaan yang mempertimbangkan setiap aspek tersebut
secara proporsional.
Salah satu metode untuk mengembangkan sistem manajemen strategis
adalah Balanced Scorecard (BSC). BSC merupakan metode pengukuran kinerja,
sekaligus kerangka berpikir strategis yang meninjau kinerja perusahaan tidak
hanya dari sisi keuangan, namun juga dari sisi nonkeuangan. Dengan
pengembangan strategi berdasarkan pendekatan BSC ini, diharapkan perusahaan
dapat menghasilkan langkah-langkah strategis aspek ekonomi dan non ekonomi
yang berdimensi panjang dan berdampak pada peningkatan kinerja, serta mampu
merespon dengan baik peluang dan ancaman yang muncul di dalam lingkungan
bisnis perusahaan.
1.2. Rumusan Masalah
BSC merupakan metode manajemen strategis yang menerjemahkan visi,
misi, dan strategi utama perusahaan ke dalam empat perspektif, yaitu finansial,
pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.
Perancangan model BSC pada perusahaan, diawali dengan kegiatan merumuskan
strategi utama berdasarkan analisis terhadap kondisi lingkungan yang sedang
dihadapi.
Untuk menerapkan manajemen strategis dengan pendekatan BSC pada
Perum Perhutani, maka ada beberapa permasalahan yang perlu dikemukakan
yaitu:
3
1. Sasaran strategis dan tolok pengukuran kinerja apakah yang dapat
digunakan untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan perusahaan
berdasarkan pendekatan BSC?
2. Bagaimanakah metode pengukuran kinerja yang dapat diterapkan oleh
Perum Perhutani berdasarkan pendekatan BSC?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Merumuskan sasaran strategis dan tolok pengukuran kinerja yang
digunakan perusahaan berdasarkan pendekatan BSC.
2. Merancang metode pengukuran kinerja Perum Perhutani berdasarkan
pendekatan BSC.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor dan untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengamati dan menganalisis permasalahan yang
dihadapi oleh perusahaan.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
yang bermanfaat sebagai pertimbangan evaluasi manajemen strategis yang
diterapkan perusahaan saat ini.
3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi penelitian lebih lanjut.
1.5. Batasan Penelitian
Batasan masalah penelitian ini adalah:
1. Data yang digunakan adalah data perusahaan yang didapatkan pada saat
penelitian dilakukan.
2. Penulis hanya merancang BSC sesuai dengan yang dijabarkan dari visi,
misi, dan strategi yang telah dibuat oleh pihak Perum Perhutani.
4
3. Perumusan tolok ukur kinerja mengacu pada visi, misi, dan strategi Perum
Perhutani.
4. Perancangan BSC hanya sampai pada penentuan inisiatif strategis dan
tidak sampai pada penyusunan anggaran.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Strategi
Menurut Marbun (2003), strategi didefinisikan sebagai rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling hubungan
dalam hal waktu dan ukuran. Sedangkan strategi perusahaan didefinisikan sebagai
rentetan pernyataan yang menyatakan (a) tujuan tiap unit, (b) metode yang akan
digunakan untuk mencapainya, (c) alternatif, (d) pengalokasian sumberdaya, dan
(e) metode mengukur keberhasilannya.
Strategi adalah suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak
yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu
cara atau upaya agar tujuan tersebut dapat dicapai (Marrus dalam Umar, 2001).
2.2. Visi dan Misi
Visi adalah kemampuan untuk melihat wawasan ke masa depan dan
mencoba mengantisipasinya demi menghindari kegagalan dalam mewujudkan
misi dan sasaran yang hendak dicapai organisasi atau perusahaan; filsafat yang
singkat yang mendefinisikan arah yang akan ditempuh suatu organisasi atau
perusahaan (Marbun, 2003). Cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri
yang kira-kira mewakili seluruh anggota perusahaan adalah yang disebut visi.
Sedangkan misi adalah penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi
mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan (Umar, 2001).
Menurut Pearce dan Robinson (1997), misi perusahaan merupakan
pernyataan atau rumusan umum yang luas dan bersifat tahan lama tentang
keinginan atau maksud perusahaan. Misi ini mengandung filosofi bisnis dari para
pengambil keputusan strategis perusahaan, menyiratkan citra yang ingin
dipancarkan
perusahaan,
mencerminkan
konsep
diri
perusahaan,
dan
mengindikasikan bidang produk atau jasa utama perusahaan, serta kebutuhan
utama pelanggan yang akan dipenuhi oleh perusahaan.
2.3. Manajemen Strategis
Manajemen strategis didefinisikan David (2006) sebagai seni dan ilmu
untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas
6
fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Seperti tersirat
dalam definisi, manajemen strategis berfokus pada upaya mengintegrasikan
manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan
pengembangan, serta sistem informasi untuk mencapai keberhasilan organisasi.
Mulyadi (2005) mendefinisikan manajemen strategis sebagai suatu proses
yang digunakan oleh manajer dan karyawan untuk merumuskan dan
mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value terbaik untuk
mewujudkan visi organisasi. Sedangkan menurut Pearce dan Robinson (1997),
manajemen strategis adalah sekumpulan keputusan yang menghasilkan perumusan
(formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang
untuk mencapai sasaran perusahaan.
Sejalan dengan definisi yang disebut terakhir, David (2005) menyatakan
bahwa proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap: formulasi strategi,
implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Penjelasan tahapan proses manajemen
strategi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Formulasi strategi
Formulasi strategi mencakup upaya untuk mengembangkan misi
bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan
kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan obyektif jangka panjang,
menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk
dilaksanakan. Kerangka kerja perumusan strategi perusahaan terdiri dari :
(1) Tahap input (input stage), yaitu meringkas informasi dasar yang
dibutuhkan untuk merumuskan strategi perusahaan;
(2) Tahap pencocokan (matching stage), yaitu menciptakan alternatif
strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal
perusahaan;
(3) Tahap keputusan (decision stage), yaitu memilih strategi yang akan
diterapkan pada perusahaan.
2. Implementasi strategi
Implementasi strategi seringkali disebut sebagai tahap pelaksanaan
dalam manajamen strategis. Tahapan ini mensyaratkan perusahaan untuk
menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan
7
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan
dapat dijalankan.
3. Evaluasi strategi
Evaluasi strategi dilakukan untuk mengetahui apakah strategi berfungsi
dengan baik. Tahapan terakhir dalam manajemen strategis ini mencakup
upaya meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi
saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif.
2.4. Lingkungan Perusahaan
Secara umum, lingkungan perusahaan diklasifikasikan menjadi lingkungan
eksternal dan internal. Ilustrasi dari faktor-faktor penyusun lingkungan perusahaan
yang ditunjukkan oleh Gambar 1.
1. Lingkungan Eksternal
Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan eksternal dapat
dibagi menjadi tiga subkategori yang saling berkaitan, yaitu: lingkungan jauh,
lingkungan industri, dan lingkungan operasional. Lingkungan jauh terdiri dari
faktor-faktor yang bersumber dari luar, dan biasanya tidak berhubungan
dengan situasi operasional perusahaan tertentu, yaitu: ekonomi, sosial, politik,
teknologi dan ekologi. Lingkungan industri diklasifikasikan berdasarkan
model lima kekuatan persaingan Porter, terdiri dari faktor-faktor yang
mempengaruhi prospek perusahaan secara lebih langsung, yaitu: ancaman
masuknya pendatang baru, daya tawar menawar pembeli, daya tawar menawar
pemasok, ancaman produk/jasa subtitusi, dan persaingan di antara perusahaan
yang sudah berada di dalam industri. Sedangkan lingkungan operasional
terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi situasi persaingan perusahaan,
yaitu: posisi bersaing perusahaan, profil pelanggan, reputasi perusahaan di
mata pemasok dan kreditor, serta kemampuan menarik karyawan potensial
dari pasar tenaga kerja.
8
ƒ Posisi bersaing
ƒ Profil pelanggan
ƒ Reputasi di mata
pemasok dan kreditor
ƒ Kemampuan menarik
karyawan potensial
dari pasar tenaga kerja
Lingkungan
Jauh
Lingkungan
Industri
Lingkungan
Operasional
ƒ Ancaman masuknya
pendatang baru
ƒ Posisi tawar pemasok
ƒ Posisi tawar pembeli
ƒ Ancaman produk
subtitusi
ƒ Persaingan antar
perusahaan di dalam
industri
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Ekonomi
Sosial
Politik
Teknologi
Ekologi
Lingkungan
Internal
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Aspek pemasaran
Aspek keuangan
Aspek produksi-operasi
Aspek SDM
Aspek sistem informasi
manajemen
Gambar 1. Lingkungan perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997)
2. Lingkungan Internal
Lingkungan internal ditinjau dari sudut pandang fungsional perusahaan
meliputi unsur :
(1) Pasar dan pemasaran; membahas aspek-aspek posisi produk di dalam
pasar, yaitu: pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan
informasi tentang pasar, pengendalian distributor, kondisi satuan kerja
pemasaran,
kegiatan
promosi,
harga
jual
produk,
komitmen
manajemen puncak, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru.
(2) Keuangan dan akuntasi; membahas aspek-aspek dana operasional
perusahaan, yaitu: kemampuan perusahaan memupuk modal jangka
pendek dan jangka panjang, beban yang harus dipikul sebagai upaya
memperoleh modal tambahan, hubungan baik dengan penanam modal
dan pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja,
harga jual produk, pemantauan penyebab inefisiensi dan sistem
akuntansi yang andal.
(3) Produksi-operasi; membahas aspek-aspek efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas kegiatan perusahaan, yaitu: hubungan baik dengan
9
pemasok, sistem logistik yang andal, lokasi fasilitas yang tepat,
pemanfaatan teknologi yang tepat, organisasi yang memiliki kesatuan
sistem yang bulat, pembiayaan, pendekatan inovatif dan proaktif,
kemungkinan terjadinya terobosan dalam proses produksi, dan
pengendalian mutu.
(4) Sumber daya manusia; membahas aspek-aspek perilaku positif di
kalangan manajer dan karyawan perusahaan, yaitu: langkah-langkah
yang jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi
kerja, produktivitas, serta sistem imbalan.
(5) Sistem informasi manajemen; membahas mengenai aspek-aspek
software, hardware dan brainware, serta input, process, dan output
berupa informasi yang sesuai dengan kebutuhan pada tiap jenjang
manajemen.
2.5. Balanced Scorecard
Balanced Scorecard (BSC) pada tahap awal penerapannya, merupakan
kartu skor yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja eksekutif. Melalui
kartu skor, kinerja yang hendak diwujudkan oleh eksekutif di masa depan
dibandingkan dengan hasil evaluasi kinerja sesungguhnya. Kata berimbang
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja eksekutif diukur secara
berimbang dari dua perspektif: keuangan dan nonkeuangan; jangka pendek dan
jangka panjang; serta intern dan ekstern (Mulyadi, 2005).
BSC digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam
melipatgandakan kinerja keuangan luar
biasa secara berkesinambungan
(sustainable outstanding financial performance). Oleh karena organisasi pada
dasarnya adalah institusi pencipta kekayaan, penggunaan BSCdalam pengelolaan
menjanjikan peningkatan signifikan kemampuan organisasi dalam menciptakan
kekayaan (Mulyadi, 2005).
2.5.1. Konsep BSC
BSC merupakan suatu sistem manajemen strategis yang dinamakan
“Strategic Based Responsibility Accounting System” yang menerjemahkan
visi, misi, dan strategi unit bisnis ke dalam tujuan operasional dan tolok
10
ukur kinerja untuk empat perspektif yang diperkenalkan Robert Kaplan
pada tahun 1992, sebagai pengembangan dari konsep pengukuran kinerja
(performance measurement) perusahaan.
1. Perspektif Finansial
Menurut
Kaplan
dan
Norton
(2000),
BSC
tetap
mempergunakan perspektif finansial karena ukuran keuangan dapat
memberikan petunjuk mengenai strategi perusahaan, implementasi dan
pelaksanaannya dalam kontribusi peningkatan laba perusahaan jangka
panjang. Tujuan finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di
perspektif scorecard lainnya. Setiap ukuran terpilih harus merupakan
bagian dari hubungan sebab akibat yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kinerja keuangan.
Tujuan finansial sangat berbeda untuk setiap siklus hidup
perusahaan. Secara sederhana, siklus hidup perusahaan dibagi menjadi
tiga tahap yaitu growth (bertumbuh), sustain (bertahan), dan harvest
(menuai). Perusahaan yang berada pada tahap growth, memiliki
produk dan pangsa pasar yang tumbuh secara signifikan, sehingga
strategi dan pengukuran kinerja perusahaan dalam perspektif finansial
difokuskan pada pertumbuhan penerimaan, penghasilan/laba positif,
serta peningkatan penjualan dan pangsa pasar. Perusahaan yang berada
pada tahap sustain memiliki produk dan pangsa pasar yang bertumbuh
stabil, sehingga strategi dan pengukuran dalam perspektif finansial
yang dilakukan dapat difokuskan pada peningkatan pendapatan
operasional,
peningkatan
tingkat
pengembalian
investasi,
dan
peningkatan laba kotor. Sedangkan perusahaan yang berada pada tahap
harvest, memiliki produk dan pangsa pasar yang bertumbuh secara
lambat, sehingga strategi dan pengukuran dalam perspektif finansial
dapat difokuskan pada pengelolaan arus kas, nilai tambah ekonomis,
dan nilai tambah kas.
Tema-tema strategis pada ketiga tahap siklus hidup bisnis
adalah: (1) pertumbuhan dan keberagaman sumber penerimaan/
peningkatan penerimaan, (2) reduksi biaya/peningkatan produktivitas,
11
dan (3) utilisasi aset dan/atau strategi investasi. Pengukuran dari setiap
tema finansial ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Pengukuran strategis dari tema finansial
Tema Strategis
Tahap
Peningkatan
Peningkatan
Peningkatan
Penerimaan
Produktivitas
Utilisasi Aset
Tingkat
Persentase
Growth • Tingkat
peningkatan
pendapatan per
segmen pasar.
•
• Persentase
penerimaan dari
produk baru dan
pelanggan baru.
•
Sustain • Pangsa pasar
dari target
pelanggan.
•
• Profitabilitas
dari lini produk
dan pelanggan.
•
• Persentase
penerimaan dari
pelanggan baru.
Harvest • Profitabilitas lini
produk dan
pelanggan.
•
• Persentase
pelanggan yang
tidak
menguntungkan.
penjualan per
karyawan.
investasi terhadap
penjualan.
Persentase R&D
terhadap
penjualan.
Perbandingan
biaya produksi
dengan
pesaing.
Rasio modal
kerja.
Tingkat reduksi
biaya.
Tingkat
pengembalian
investasi.
Pengeluaran/
biaya tidak
langsung
dibandingkan
terhadap
penjualan.
Tingkat kerja.
Tingkat utilisasi
aset.
Biaya per unit Jangka waktu
produk.
pengembalian
investasi.
Biaya per unit
transaksi.
Sumber : Gaspersz, 2005.
2. Perspektif Pelanggan
Pelanggan merupakan sumber pendapatan perusahaan yang
termasuk salah satu komponen dari sasaran keuangan perusahaan. Pada
masa lalu, perusahaan lebih fokus pada kapabilitas internal, dengan
12
mengandalkan kinerja produk dan inovasi teknologi. Akan tetapi saat
ini banyak perusahaan berpindah fokus secara eksternal kepada
pelanggan. Suatu produk akan semakin bernilai apabila kinerjanya
semakin mendekati bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan
dipersiapkan oleh konsumen.
Dalam perspektif pelanggan BSC, selain keinginan untuk
memuaskan dan menyenangkan pelanggan, para manajer unit bisnis
juga harus menerjemahkan pernyataan misi dan strategi ke dalam
tujuan yang disesuaikan dengan pasar dan pelanggan yang spesifik.
Perusahaan harus mengidentifikasi berbagai segmen pasar, baik dalam
populasi pelanggan yang ada saat ini maupun pelanggan potensial dan
kemudian memilih segmen mana yang akan mereka masuki.
Terdapat
dua
kelompok
pengukuran
dalam
perspektif
pelanggan, yaitu pengukuran inti (core measurement group) dan
customer value proposition. Pada pengukuran inti (core measurement
group), terdapat lima hal yang saling berhubungan, yakni pangsa pasar
(market share), retensi pelanggan (customer retention), akuisisi
pelanggan (customer acquisition), kepuasan pelanggan (customer
satisfaction), dan profitabilitas pelanggan (customer profitability).
Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 2, yang menunjukkan bahwa
kepuasan pelanggan merupakan suatu komponen penting untuk
menciptakan retensi serta akuisisi pelanggan yang pada akhirnya
adalah untuk meningkatkan pangsa pasar suatu perusahaan.
1) Pangsa pasar : mengukur jumlah pelanggan, jumlah penjualan dan
volume unit penjualan yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan
pasar yang ada.
2) Retensi pelanggan : mengukur tingkat di mana perusahaan dapat
mempertahankan hubungan dengan konsumen.
3) Akuisisi pelanggan : mengukur dalam bentuk relatif atau absolut.
Tingkat keberhasilan suatu unit bisnis untuk menarik pelanggan
baru atau memenangkan bisnis baru.
13
4) Kepuasan pelanggan : menilai tingkat kepuasan pelanggan dengan
kriteria kinerja spesifik di dalam proposisi nilai.
5) Profitabilitas pelanggan : mengukur laba bersih yang diperoleh dari
pelanggan atau segmen tertentu setelah dikurangi berbagai biaya
yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut.
Pangsa Pasar
Akuisisi
Pelanggan
Profitabilitas
Pelanggan
Retensi
Pelanggan
Kepuasan
Pelanggan
Gambar 2. Pengukuran inti perspektif pelanggan (Norton dan Kaplan, 2000)
Pengukuran kedua adalah customer value proposition yang
merupakan pemicu kinerja (performance driver), menggambarkan
atribut yang disajikan perusahaan dalam produk atau jasa, dijual untuk
menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan. Value proposition
adalah konsep kunci untuk memahami penentu-penentu dari core
measurement.
Atribut yang disajikan perusahaan dapat dibedakan dalam tiga
kategori, yaitu:
a. Atribut produk/jasa; mencakup fungsi produk/jasa, harga, dan
kualitas (mutu). Dalam hal ini, preferensi pelanggan bisa berbedabeda, sebagian mengutamakan fungsi daripada harga. Namun
sebagian lain mengutamakan ketepatan waktu dan harga murah.
b. Hubungan pelanggan; menyangkut perasaan pelanggan setelah
membeli produk/jasa dari perusahaan yang bersangkutan. Perasaan
14
pelanggan ini dapat dipengaruhi oleh tingkat responsibilitas dan
komitmen perusahaan terhadap pelanggan.
c. Citra dan reputasi; menggambarkan faktor-faktor tak berwujud
yang membuat pelanggan tertarik pada suatu perusahaan.
Membangun citra dan reputasi perusahaan dapat dilakukan melalui
iklan dan menjaga kualitas seperti yang telah dijanjikan kepada
pelanggan.
Mempertahankan pelanggan agar terus-menerus dan berulang
membeli suatu produk tertentu bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh
karenanya,
setiap
perusahaan
harus
selalu
berinovasi
dalam
memperbaiki dan menciptakan suatu produk baru.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Pada perspektif proses bisnis internal, dilakukan identifikasi
terhadap berbagai proses internal penting yang harus dikuasai oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan pelanggan dan pemegang saham.
Perusahaan biasanya mengembangkan tujuan dan ukuran-ukuran untuk
perspektif ini setelah merumuskan tujuan dan ukuran untuk perspektif
finansial dan pelanggan. Ukuran ini memungkinkan perusahaan untuk
memfokuskan pengukuran proses bisnis internal kepada proses yang
akan mendorong tercapainya tujuan yang ditetapkan untuk pelanggan
dan para pemegang saham. Proses ini memungkinkan perusahaan
untuk memberikan proposisi nilai yang akan menarik perhatian dan
mempertahankan pelanggan dalam segmen pasar sasaran, dan
memenuhi harapan keuntungan finansial yang tinggi bagi para
pemegang saham.
Proses penetapan tujuan dan ukuran perspektif proses bisnis
internal inilah yang menjelaskan perbedaan yang mencolok antara
BSC dengan sistem pengukuran kinerja tradisional. Perbedaan
perspektif bisnis internal antara pendekatan tradisional dengan
pendekatan BSC adalah :
a. Pendekatan
tradisional
berusaha
untuk
mengawasi
dan
memperbaiki proses bisnis yang sudah ada sekarang. Pendekatan
15
ini mungkin melampaui ukuran kinerja finansial dalam hal
pemanfaatan alat ukur yang berdasar kepada mutu dan waktu.
Tetapi semua ukuran itu masih berfokus pada peningkatan proses
bisnis saat ini. Sebaliknya, BSC akan mengidentifikasi berbagai
proses baru yang harus dikuasai dengan baik oleh sebuah
perusahaan agar dapat memenuhi berbagai tujuan pelanggan dan
finansial. Tujuan proses bisnis internal melakukan pendekatan atau
berusaha untuk mengenali berbagai proses penting yang diperlukan
untuk menunjang keberhasilan strategi perusahaan meskipun
beberapa proses tersebut belum dilaksanakan sama sekali saat ini.
b. Dalam pendekatan tradisional, sistem pengukuran kinerja hanya
dipusatkan kepada proses penyampaian produk atau jasa
perusahaan kepada pelanggan saat ini. Sedangkan dalam
pendekatan BSC, sistem pengukuran kinerja memadukan berbagai
proses inovasi ke dalam perspektif proses bisnis internal.
Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan
menggunakan analisis rantai nilai. Perusahaan mengidentifikasikan
proses bisnis internal kritis yang harus diunggulkan perusahaan.
Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan perusahaan untuk
mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah
produk/jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Dalam
perspektif proses bisnis internal, perusahaan menentukan rantai nilai
internal lengkap yang diawali dengan: (1) proses inovasi, (2)
identifikasi kebutuhan pelanggan saat ini dan akan datang serta
pengembangan pemecahan kebutuhan tersebut, (3) proses operasi, (4)
penyampaian produk dan jasa saat ini kepada pelanggan saat ini, dan
(5) pelayanan purna jual sebagai nilai tambah produk bagi pelanggan.
Dalam BSC, tujuan dan ukuran perspektif proses bisnis internal
diturunkan dari strategi eksplisit yang ditujukan untuk memenuhi
harapan para pemegang saham dan pelanggan sasaran. Pada model
rantai yang ditunjukkan pada Gambar 3, nilai-nilai dalam perspektif
proses bisnis internal terdiri atas tiga proses bisnis utama, yaitu :
16
(1) Inovasi
Pada proses inovasi, unit bisnis meneliti kebutuhan
pelanggan yang sedang berkembang atau yang masih tersembunyi,
dan kemudian menciptakan produk atau jasa yang akan memenuhi
kebutuhan tersebut. Proses inovasi terdiri atas dua komponen, di
mana dalam komponen yang pertama para manajer melaksanakan
penelitian pasar untuk mengenali ukuran pasar, bentuk preferensi
pelanggan, dan tingkat harga produk dan jasa sasaran. Sedangkan
komponen yang kedua adalah membayangkan peluang dan pasar
baru bagi produk dan jasa yang dapat dipasok perusahaan.
(2) Operasi
Proses operasi merupakan gelombang pendek penciptaan
nilai di dalam perusahaan. Dimulai dengan diterimanya pesanan
pelanggan dan diakhiri dengan penyampaian produk kepada
pelanggan. Proses ini berfokus pada penyampaian produk kepada
pelanggan secara efisien, konsisten, dan tepat waktu.
(3) Layanan Purna Jual
Layanan purna jual mencakup garansi dan berbagai
aktivitas perbaikan, penggantian produk yang rusak dan yang
dikembalikan, serta proses pembayaran, seperti administrasi kartu
kredit.
Proses Inovasi
Kebutuhan
pelanggan
diidentifikasi
Kenali
pasar
Proses Operasi
Ciptakan
produk
Bangun
produk
Proses Layanan
Purna Jual
Luncurkan
produk
Layani
pelanggan
Kebutuhan
pelanggan
terpuaskan
Gambar 3. Perspektif proses bisnis internal (Kaplan dan Norton, 2000).
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif keempat pada BSC adalah mengembangkan tujuan
dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan
17
perusahaan.
Perspektif
pembelajaran
dan
pertumbuhan
mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam
menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang.
Tiga sumber utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan adalah:
(1) manusia, (2) sistem, dan (3) prosedur perusahaan.
Tujuan yang ditetapkan dalam perspektif finansial, pelanggan
dan proses bisnis internal adalah mengidentifikasikan apa yang harus
dikuasai perusahaan untuk menghasilkan kinerja yang istimewa.
Tujuan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan
infrastruktur yang memungkinkan tujuan tiga perspektif lainnya dapat
dicapai. Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa
dalam tiga perspektif yang lain (Sulistyowati, 2004).
Hasil dari pengukuran ketiga perspektif sebelumnya biasanya
akan menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan sumber
daya manusia, sistem, dan dan prosedur yang ada saat ini dengan yang
dibutuhkan perusahaan untuk mencapai kinerja yang diinginkan.
Untuk menutup kesenjangan ini, perusahaan harus melakukan investasi
dengan melatih ulang para pekerja, meningkatkan teknologi dan sistem
informasi, serta menyelaraskan berbagai prosedur dan kegiatan seharihari perusahaan. BSC menekankan pentingnya menanamkan investasi
untuk masa depan, bukan hanya dalam bidang investasi tradisional
saja, seperti peralatan baru, riset dan pengembangan produk baru, serta
investasi peralatan, akan tetapi juga investasi infrastruktur, pekerja,
sistem, dan prosedur kerja perusahaan.
Menurut Kaplan dan Norton (2000), terdapat tiga kategori
utama untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu :
1. Kapabilitas pekerja.
2. Kapabilitas sistem informasi.
3. Motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan.
Ide untuk memperbaiki suatu proses dengan tujuan untuk
kepuasan pelanggan harus ditingkatkan melalui karyawan yang
18
berhubungan langsung dengan pelanggan. Adapun pengukuran inti
karyawan adalah sebagai berikut:
a) Kepuasan karyawan (employee satisfaction), merupakan prasyarat
untuk
meningkatkan
produktivitas,
kualitas,
dan
layanan
pelanggan. Faktor-faktor yang tercakup di dalamnya yaitu :
keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan, pengakuan
terhadap hasil kerja, dukungan informasi dari atasan, serta
memiliki kepuasan tersendiri terhadap perusahaan.
b) Retensi karyawan (employee retention), menggambarkan usaha
untuk mempertahankan karyawan dalam jangka panjang. Artinya
perusahaan melakukan penanaman investasi kepada karyawan
untuk menghindari perputaran karyawan yang tinggi.
c) Produktivitas karyawan (employee productivity), merupakan
dampak peningkatan keterampilan karyawan, inovasi, perbaikan
serta
kepuasan
pelanggan.
Tujuannya
adalah
untuk
menghubungkan antara output yang dihasilkan dengan jumlah
karyawan output tersebut.
Kemampuan sistem informasi (information system capabilities)
merupakan tolok ukur yang diperlukan dalam perusahaan. Jika
perusahaan memiliki sistem informasi yang memadai, kebutuhan
seluruh tingkatan dalam manajemen dan karyawan atas informasi yang
tepat dan akurat akan terpenuhi secara baik dan efisien. Sedangkan
motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan hendaknya dapat dilakukan
perusahaan. Pemberdayaan karyawan berarti bagaimana perusahaan
agar dapat membuat karyawan melakukan usaha-usaha yang optimal
dalam mencapai tujuan perusahaan. Upaya pemberdayaan tersebut
berkaitan
dengan
motivasi
yang
dimiliki
karyawan
untuk
mengembangkan kemampuan kerjanya dan harus mendapat dukungan
dari pihak perusahaan. Kewenangan yang diberikan kepada karyawan
harus mendapat tanggapan positif agar sistem kerja yang dilakukan
tidak hanya bersandar pada perintah atasan. Kerangka kerja perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran ditunjukkan pada Gambar 4.
19
Ukuran Inti
Hasil
Retensi
Pekerja
Produktivitas
Pekerja
Kepuasan
Pekerja
Kemungkinan
Kompetensi
Pekerja
Infrastruktur
Teknologi
Iklim Untuk
Bertindak
Gambar 4. Kerangka kerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
(Norton dan Kaplan, 2000)
2.5.2. BSC Sebagai Inti Manajemen Strategis
BSC telah menjadi inti sistem manajemen strategis (strategic
managemem system), tidak hanya bagi eksekutif, namun bagi seluruh
personil perusahaan, terutama dalam perusahaan yang telah memanfaatkan
secara intensif teknologi informasi dalam operasi bisnisnya. BSC
memberikan kerangka yang jelas dan masuk akal bagi seluruh personil
untuk menghasilkan kinerja keuangan melalui perwujudan berbagai
kinerja nonkeuangan (Mulyadi, 2005).
BSC dimanfaatkan untuk setiap tahap sistem manajemen strategis,
sejak tahap perumusan strategi sampai dengan tahap implementasi dan
pemantauan. Pada tahap perumusan strategi (strategy formulation), BSC
digunakan untuk memperluas cakrawala dalam menafsirkan hasil
penginderaan terhadap trend perubahan lingkungan makro dan lingkungan
industri ke perspektif yang luas, yaitu keuangan, pelanggan (customer),
proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Dengan BSC,
manajemen mampu menafsirkan dampak trend perubahan lingkungan
bisnis yang kompleks terhadap misi, visi dan tujuan (goals) perusahaan.
20
Di samping itu pada tahap perumusan strategi, kerangka BSC juga
dimanfaatkan untuk melakukan analisis SWOT (Strengths, Weakness,
Opportunities, and Threats). Analisis SWOT dilaksanakan melalui empat
perspektif BSC, yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta
pembelajaran dan pertumbuhan.
Melalui empat perspektif tersebut,
manajemen dapat secara komprehensif memperoleh gambaran kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki, serta peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan di masa depan. Kekomprehensifan wawasan manajemen
tentang trend yang terjadi di lingkungan makro dan lingkungan industri
serta kekomprehensifan analisis SWOT akan menjanjikan efektivitas misi,
visi, dan tujuan yang dipilih untuk membangun masa depan perusahaan
(Mulyadi, 2001).
Pada tahap perencanaan strategis (strategic planning), kerangka
BSC digunakan untuk menerjemahkan strategi ke dalam sasaran-sasaran
strategis yang komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur. Dalam tahap
perencanaan strategis ini pula dirumuskan inisiatif strategis untuk
mewujudkan sasaran-sasaran strategis (Mulyadi, 2001).
BSC lebih dari sekedar taktik atau sistem penilaian operasional,
akan tetapi juga digunakan sebagai sistem manajemen strategis untuk
mengelola strategi secara jangka panjang. Menurut Kaplan dan Norton
(2000), perusahaan menggunakan fokus pengukuran pada BSC untuk
menghasilkan berbagai proses pada manajemen, yaitu :
1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi.
2. Mengkomunikasikan dan menghubungkan berbagai tujuan dan ukuran
strategis.
3. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai
inisiatif strategis.
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
Hubungan antar proses-proses manajemen strategis di atas diilustrasikan
pada Gambar 5.
21
Memperjelas dan
Menerjemahkan Visi
dan Strategi
- Memperjelas visi
- Menghasilkan
konsensus
Umpan Balik dan
Pembelajaran Strategis
Mengkomunikasikan
dan Menghubungkan
- Mengkomunikasikan
dan mendidik
- Menetapkan tujuan
- Mengaitkan imbalan
dengan ukuran kinerjatonggak
- Mengartikulasikan visi
bersama
- Memberikan umpan
balik strategis
- Memfasilitasi tinjauan
ulang dan
pembelajaran starategi
Balanced
Scorecard
Merencanakan dan
Menetapkan Sasaran
- Menetapkan sasaran
- Memadukan inisiatif
strategis
- Mengalokasikan
sumberdaya
- Menetapkan tonggaktonggak penting
Gambar 5. BSC sebagai kerangka kerja tindakan strategis
(Kaplan dan Norton, 1996).
2.5.3. Keunggulan BSC
Menurut Pertiwi (2005), BSC memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan sistem pengukuran kinerja tradisional, yang hanya
mengukur kinerja berdasarkan perspektif keuangan saja. Keunggulankeunggulan yang dimiliki BSC adalah sebagai berikut :
1. Seimbang
BSC memberikan pengukuran yang seimbang, antara unsur
finansial
dan
nonfinansial
kedalam
empat
perspektifnya.
Keseimbangan BSC juga terjadi antara pengukuran yang berorientasi
ke dalam perusahaan (dengan perspektif proses bisnis internal dan
pembelajaran dan pertumbuhan) dengan orientasi ke luar perusahaan
(dengan perspektif finansial dan pelanggan). Keseimbangan pada BSC
diperlihatkan pada Gambar 6.
22
Process-Centric
Perspektif
Proses Bisnis
Internal
Proses produktif
dan biaya tepat
Perspektif
Finansial
Nilai pemegang
saham
External
Focus
Internal
Focus
Modal manusia,
modal informasi, dan
modal organisasi
Perspektif
Pertumbuhan dan
Pembelajaran
Modal
pelanggan
Perspektif
Pelanggan
People-Centric
Gambar 6. Keseimbangan sasaran-sasaran strategis (Mulyadi, 2005)
2. Komprehensif
BSC menekankan pada pengukuran kinerja yang menyeluruh,
tidak hanya berdasarkan perspektif finansial saja melainkan juga
perspektif nonfinansial, seperti perspektif pelanggan, perspektif proses
bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
3. Koheren
BSC dapat menghasilkan kekoherenan antara visi dan misi
perusahaan dengan program rencana jangka pendek serta kekoherenan
antara berbagai sasaran strategis yang dirumuskan dalam tahap
perencanaan srategis.
4. Terukur
BSC dapat digunakan mengukur sasaran-sasaran strategis yang
sulit untuk diukur. Pengukuran sasaran strategis yang dihasilkan oleh
sistem perencanaan strategis menjanjikan pencapaian berbagai sasaran
strategis yang dihasilkan oleh sistem tersebut.
Perbedaan
sistem
manajemen
strategis
dalam
manajemen
tradisional dengan sistem manajemen strategis dalam manajemen
kontemporer ditunjukkan pada Tabel 3.
23
Tabel 3. Perbedaan sistem manajemen strategis dalam manajemen
tradisional dengan sistem manajemen strategis dalam
manajemen kontemporer
Sistem Manajemen Strategis
Sistem Manajemen Strategis
dalam Manajemen Tradisional dalam Manajemen Kontemporer
Hanya berfokus ke perspektif
keuangan
Mencakup perspektif yang
komprehensif: keuangan, pelanggan,
proses, serta pembelajaran dan
pertumbuhan
Tidak koheren
Koheren
Terukur
Berimbang
Sumber : Mulyadi, 2005.
2.6. Perum Perhutani
Tugas dan wewenang Perum Perhutani adalah menyelenggarakan
pengusahaan hutan, meliputi kegiatan perencanaan, pemungutan hasil, pengolahan
dan pemasarannya, serta perlindungan dan pengamanan hutan di wilayah kerjanya
yaitu kawasan hutan di pulau Jawa dan Madura, kecuali hutan di DKI Jakarta dan
DI Yogyakarta, dengan total kawasan 2.729.697,5 ha. Perum Perhutani juga
memiliki kewenangan untuk melakukan kegiatan bisnis lain seperti agribisnis,
hutan wisata, dan bisnis lain yang berbasis sumberdaya hutan.
Pada tahun 1990, Perum Perhutani telah merumuskan kegiatan usahanya
dalam bentuk Rencana Umum Perusahaan (RUP) periode tahun 1990-2009. Dari
RUP yang berjangka 20 tahun tersebut kemudian dijabarkan ke dalam empat
Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJP) yang masing-masing berjangka lima
tahun. RJP I disusun untuk tahun 1990-1994, RJP II disusun untuk tahun 19951999, RJP III disusun untuk tahun 2000-2004, dan RJP IV disusun untuk tahun
2005-2009.
RJP I dan II telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun berdasarkan
surat Menteri Kehutanan Nomor 417/Menhut-/l/2001 tertanggal 15 Maret 2001,
RJP III diputuskan untuk disusun ulang dengan tahun dasar 2001, sehingga
periode RJP III adalah 2001-2005. Penundaan RJP III ini dimanfaatkan oleh
Perum Perhutani untuk mengkaji ulang strategi yang telah diterapkan perusahaan.
24
Hasil kaji ulang ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perusahaan,
baik lingkungan eksternal maupun internal, telah mengalami perubahan mendasar.
Perubahan kondisi eksternal yang menonjol, antara lain adalah:
-
Euphoria reformasi dan demokratisasi yang mengarah pada tidak tegaknya
hukum;
-
Kemiskinan
dan
ketidakberdayaan
masyarakat
(wilayah
Perhutani
berbatasan/bersinggungan langsung dengan lebih kurang 6000 desa hutan,
yang sebagian besar adalah desa-desa tertinggal);
-
Rendahnya sense of belonging dan sense of responsibility masyarakat terhadap
fungsi dan manfaat Sumber Daya Hutan (SDH).
-
Kebutuhan hasil hutan yang semakin meningkat;
-
Otonomi Daerah yang perlu direspon dan didukung;
-
Krisis ekonomi yang berkepanjangan;
-
Perhutani sebagai brand image hasil hutan kayu;
-
Luas wilayah dan keragaman wilayah yang memungkinkan pengembangan
produk-produk agribisnis dan produk-produk lain; dan
-
Dikembangkannya ekonomi kerakyatan yang dapat menjadi wahana bagi
Perhutani untuk mendukung pemberdayaan masyarakat desa hutan.
Sementara itu, beberapa hal yang menonjol pada lingkungan internal
perusahaan adalah:
-
Penurunan potensi Sumber Daya Hutan (SDH) yang utamanya disebabkan
oleh aksi pencurian/penjarahan;
-
Tanah kosong seluas lebih kurang 350.000 Ha, yang akan berpengaruh
terhadap fungsi konservasi;
-
Perubahan paradigma pengelolaan hutan (Forest Resources Management dan
Community Based Forest Management);
-
Moral karyawan yang traumatic sebagai dampak dari anarkisme pencurian
dan penjarahan;
-
Cara kerja yang sektoral, terkotak-kotak, kurang terintegrasi dengan baik
sehingga berdampak pada inefisiensi usaha (pemborosan); dan
-
Budaya kerja yang sangat birokratis, berbelit-belit, lamban, dan tidak
profesional.
25
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang manajemen strategis perusahaan dengan pendekatan
BSC telah dilakukan oleh Ismarson (2002). Penelitian yang dilakukan pada Divisi
Es Krim Wall’s PT. Unilever Indonesia tersebut menghasilkan analisis secara
kualitatif mengenai keselarasan BSC dengan strategi perusahaan melalui
pendekatan konsep hubungan sebab-akibat dan konsep keterkaitan antara ukuran
hasil dan faktor pendorong kinerja, serta analisis secara kuantitatif dengan
mempergunakan metode analisis lintas (path analysis) untuk mengetahui
keterkaitan antara pencapaian finansial dan faktor-faktor pemicunya.
Suwarno (2003) melakukan penelitian mengenai analisis manajemen
strategis dalam perspektif BSC pada PT. Supa Fajar Mas. Penelitian ini
menghasilkan formulasi strategi melalui identifikasi situasi lingkungan internal
dan eksternal perusahaan, yang kemudian dilanjutkan dengan analisis SWOT.
Pada tahap perencanaan strategis, penjabaran dari strategi-strategi yang telah
dirumuskan tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan empat perspektif
BSC. Selain menentukan sasaran strategis, ukuran kinerja, dan insiatif strategis
yang disajikan dalam bentuk matriks BSC, penelitian ini dilengkapi dengan
rekomendasi mengenai prioritas inisiatif strategis perusahaan yang didasarkan
pada pembobotan dengan menggunakan metode Analytical Hirarchy Process
(AHP).
Sulistyowati (2004) dalam penelitiannya di PT. Fastfood Indonesia
menganalisa tentang sistem pengukuran kinerja dan hasil pencapaian kinerja
perusahaan berdasarkan target yang ditetapkan dalam kerangka BSC. Selain
berhasil merumuskan Key Performance Indicator (KPI) untuk perusahaan
tersebut, penelitian ini juga dilengkapi dengan survei kepuasan pelanggan, serta
survei kepuasan dan motivasi karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Anandya (2005) di PT. Katsushiro
Indonesia tentang penerapan metode BSC dalam penilaian kinerja dilakukan
dengan analisis rentang kriteria dan metode Paired Comparison. Uji MannWhitney digunakan sebagai salah satu metode untuk menentukan tingkat kepuasan
pelanggan dalam analisa pada perspektif scorecard pelanggan.
26
Kekhususan penelitian “Analisis Manajemen Strategis dengan Pendekatan
Balanced Scorecard pada Perum Perhutani, Jakarta” adalah menghasilkan
rancangan BSC untuk sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
yang selain dituntut secara ekonomi untuk berkontribusi terhadap penerimaan kas
negara, namun juga memiliki tanggungjawab kepada masyarakat secara sosial dan
ekologi. Sehingga keseimbangan antara aspek-aspek strategis finansial dan
nonfinansial yang ditawarkan oleh metode BSC menjadi sebuah alternatif yang
tepat bagi perusahaan yang bergerak di industri kehutanan Indonesia tersebut.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi dua tahapan, yaitu tahap
analisa lingkungan perusahaan dan tahap perancangan model Balanced Scorecard
(BSC). Tahap pertama, yaitu analisis lingkungan bisnis Perum Perhutani diawali
dengan proses identifikasi faktor-faktor strategis perusahaan.
Analisis lingkungan eksternal perusahaan, mencakup faktor-faktor dalam
lingkungan jauh (situasi politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan ekologi),
serta faktor-faktor lingkungan industri (ancaman masuknya pendatang baru, daya
tawar menawar pembeli, daya tawar menawar pemasok, ancaman produk/jasa
subtitusi, dan persaingan di antara perusahaan yang sudah berada di dalam
industri). Sedangkan analisis lingkungan internal perusahaan dilakukan dengan
pendekatan fungsional (pemasaran, keuangan, produksi-operasi, sumberdaya
manusia, dan sistem informasi manajemen). Hasil analisis lingkungan perusahaan
adalah identifikasi faktor-faktor strategis internal, yaitu kekuatan dan kelemahan;
serta faktor strategis eksternal, yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi oleh
perusahaan.
Pada tahap perancangan model BSC, visi, misi, dan faktor-faktor strategis
perusahaan yang telah diidentifikasi tersebut diterjemahkan ke dalam sasaransasaran strategis berdasarkan empat perspektif BSC, yaitu perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran. Sasaran strategis setiap perspektif harus
menunjukkan hubungan sebab akibat dengan perspektif lain.
Langkah selanjutnya adalah menentukan indikator/ukuran yang relevan
dengan setiap sasaran pada masing-masing perspektif BSC. Setelah sasaran
strategis dan ukuran ditentukan, maka dirumuskan inisiatif strategis yang akan
dilakukan perusahaan. Hasil dari perumusan sasaran, penentuan ukuran, dan
inisiatif strategis selanjutnya ditampilkan dalam bentuk peta strategi (strategy
map) dan matriks BSC.
Sasaran strategis dan indikator hasil kinerja yang telah dirumuskan
tersebut
kemudian
diberikan
pembobotan
berdasarkan
metode
Paired
28
Comparison. Hal ini dimaksudkan untuk merumuskan matriks pengukuran kinerja
perusahaan, yang mengidentifikasi target, realisasi, dan tingkat pencapaian kinerja
perusahaan pada masing-masing indikator hasil. Uraian di atas diijelaskan oleh
tahap-tahap penelitian pada Gambar 7.
Visi / Misi
Perum Perhutani
Analisis Internal
Analisis Eksternal
Aspek Fungsional
ƒ Lingkungan Jauh
ƒ Lingkungan Industri
Analisis
Lingkungan
Faktor-faktor
Strategis Perusahaan
Perspektif
Proses Bisnis
Internal
Perspektif
Keuangan
Perancangan Model Dasar
Balanced Scorecard Pada
Perum Perhutani
Perancangan
Model BSC
Perspektif
Pembelajaran
dan
Pertumbuhan
Perspektif
Pelanggan
Kesimpulan Komprehensif
Manajemen Strategis
Implikasi Manajerial
Gambar 7. Tahap-tahap penelitian
29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor pusat Perum Perhutani, Gedung
Manggala Wanabakti Blok VII Lt. 8-11, Jl. Gatot Soebroto, Jakarta. Pengumpulan
data dimulai dari bulan April 2006 sampai dengan bulan Mei 2006, dengan waktu
efektif selama dua bulan.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui dua tahapan. Pada tahap
pertama, pengumpulan data ditujukan untuk menentukan posisi SWOT
perusahaan. Sedangkan tahap kedua dilakukan setelah pengolahan dan analisa
data awal menghasilkan rancangan model BSC Perum Perhutani yang akan
diajukan kepada responden untuk diberikan pembobotan.
Data penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari wawancara langsung dan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan
melalui wawancara meliputi informasi mengenai gambaran umum perusahaan,
sedangkan data primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner merupakan
hasil kuantifikasi responden dalam memberikan pembobotan sasaran-sasaran
strategis dan indikator hasil yang dipergunakan. Kuesioner selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 1. Data sekunder yang merupakan pelengkap dari data
primer diperoleh dari informasi yang dimiliki perusahaan, laporan tahunan serta
literatur dari instansi-instansi terkait.
Pengisian kuesioner akan dilakukan oleh tiga pejabat dan dua staf yang
dinilai kompeten dan memahami kondisi Perum Perhutani, maupun situasi
industri kehutanan. Lima orang yang dipilih sebagai responden adalah Direktur
Keuangan; Direktur Pemasaran; Asisten Direktur SDM dan Umum; Staf Khusus
Perencanaan Perusahaan; dan Staf Khusus Sistem Informasi Sumberdaya Hutan
dan Kawasan Hutan Perum Perhutani.
Bobot data hasil pengisian kuesioner ditentukan masing-masing sebesar
20%. Bobot tersebut diberikan berdasarkan pertimbangan keseimbangan tingkat
pemahaman responden terhadap permasalahan manajemen strategis pada Perum
Perhutani.
30
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan perlu diolah terlebih dahulu, bertujuan untuk
menyederhanakan data-data yang terkumpul dari hasil wawancara dan pengisian
kuesioner dengan narasumber yang bersangkutan. Analisis data pada tahap
pertama akan mempergunakan matriks SWOT. Sedangkan analisa data pada tahap
kedua dilakukan dengan mempergunakan empat perspektif Balanced Scorecard
(BSC), serta metode pembobotan Paired Comparison. Hasil pengolahan ini
kemudian akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar dan tabel.
3.4.1. Balanced Scorecard (BSC)
Analisa terhadap visi, misi, dan strategi yang telah dirumuskan
pada matriks SWOT selanjutnya dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran
strategis berdasarkan setiap perspektif BSC yang diterjemahkan sesuai
dengan karakteristik bisnis perusahaan dan kreativitas tim perencana
strategis. Empat sasaran strategis generik setiap perspektif ditunjukkan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Sasaran strategis generik berdasarkan perspektif BSC
Perspektif
Sasaran Strategik Generik
Finansial
Shareholder value – nilai perusahaan menurut
persepsi pemegang saham.
Pelanggan
Firm equity – nilai perusahaan menurut persepsi
konsumen.
Proses Bisnis Internal
Organizational capital – kemampuan
perusahaan untuk membangun proses yang
produktif dan cost effective.
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Human capital – kemampuan perusahaan untuk
membangun kapabilitas dan komitmen
karyawan.
Sumber : Mulyadi, 2001.
Sasaran strategis yang dirumuskan untuk mewujudkan visi dan
misi organisasi melalui strategi yang telah dipilih perlu ditetapkan ukuran
pencapaiannya. Ada dua ukuran yang perlu ditentukan untuk mengukur
keberhasilan pencapaian sasaran strategis, yaitu: (1) ukuran hasil, dan (2)
ukuran pemacu kinerja. Keberhasilan pencapaian sasaran strategis
31
ditunjukkan dengan ukuran hasil, sedangkan ukuran pemacu kinerja
menunjukkan penyebab dicapainya ukuran hasil. Empat ukuran generik
pada masing-masing perspektif ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Perspektif dan ukuran generik scorecard perusahaan
Perspektif
Ukuran Generik
Finansial
Tingkat pengembalian investasi dan nilai
tambah ekonomis
Pelanggan
Kepuasan, retensi, pangsa pasar, dan
pangsa rekening
Proses Bisnis Internal
Mutu, waktu tanggap, biaya, dan
pengenalan produk baru
Pembelajaran dan
Kepuasan pekerja, dan ketersediaan
Pertumbuhan
sistem informasi
Sumber : Kaplan dan Norton, 2000.
Inisiatif strategis merupakan program aksi untuk mewujudkan
sasaran strategis. Sasaran-sasaran strategis yang terdapat dalam perspektif
keuangan merupakan hasil dari perwujudan berbagai sasaran strategis pada
perspektif: pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Maka dalam perumusan inisiatif strategis, tim perencana
strategis hanya merumuskan inisiatif strategis pada tiga perspektif, selain
perspektif finansial.
Berdasarkan kerangka BSC, tahap-tahap proses perencanaan
strategis didesain sebagai berikut:
1. Penerjemahan strategi ke dalam berbagai sasaran strategis yang
komprehensif, koheren, dan seimbang.
2. Penentuan
ukuran
sasaran
strategis:
ukuran
hasil
(outcome
measurement) dan ukuran pemacu kinerja (performance driver
measure).
3. Penentuan target yang akan diwujudkan dalam pencapaian strategis
untuk jangka waktu tertentu di masa depan.
4. Perumusan inisiatif strategis untuk mencapai sasaran strategis.
32
Hasil dari proses perencanaan strategis di atas dapat disajikan
dalam bentuk peta strategi (strategy map) dan matriks BSC seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 8.
Sasaran Strategis
Ukuran Hasil
(Lead Indicator)
Inisiatif Strategis
Perspektif Keuangan
Perspektif Pelanggan
Perspektif Proses Bisnis
Intenal
Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran
Gambar 8. Model matriks penjabaran strategi ke dalam empat perspektif Balanced
Scorecard (Kaplan dan Norton 2000).
3.4.2. Metode Perbandingan Berpasangan
Metode Paired Comparison (Kinnear, 1996) digunakan untuk
menentukan bobot setiap indikator pada keempat perspektif Balanced
Scorecard berdasarkan tingkat kepentingan atau pengaruhnya terhadap
perusahaan. Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan
identifikasi kepada pihak manajemen atau ahli. Metode ini menunjukkan
nilai perbandingan antar indikator (horizontal-vertikal) dalam skala 1, 2, 3,
4 atau 5, dengan keterangan sebagai berikut :
Nilai 1
= faktor horizontal tidak penting daripada faktor vertikal.
Nilai 2
= faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal.
Nilai 3
= faktor horizontal sama penting dengan faktor vertikal.
Nilai 4
= faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal.
Nilai 5
= faktor horizontal sangat penting daripada faktor vertikal.
4
3
2
1
IX
33
Dengan asumsi :
ƒ
Jika perbandingan indikator A terhadap B = 5, maka perbandingan
indikator B terhadap A = 1. (Indikator A sangat penting daripada B,
atau indikator B tidak penting daripada A)
ƒ
Jika perbandingan indikator A terhadap B = 4, maka perbandingan
indikator B terhadap A = 2. (Indikator A lebih penting daripada B,
atau indikator B kurang penting daripada A)
ƒ
Jika perbandingan indikator A terhadap B = 3, maka perbandingan
indikator B terhadap A = 3. (Indikator A dan B sama penting)
Bentuk penyajian data pembobotan dengan metode Paired
Comparison diperlihatkan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Penilaian bobot indikator
Indikator
A
B
C
Total
A
B
C
Total
Sumber : Kinnear dan Taylor, 1996.
Bobot setiap indikator diperoleh dengan menentukan nilai setiap
indikator terhadap jumlah nilai keseluruhan, berdasarkan rumus berikut :
ai =
Xi
n
Σ
...................................................... (1)
Xi
i=1
a
Xi
i
n
: bobot indikator ke-i
: nilai indikator ke-i
: 1, 2, 3,…, n
: jumlah indikator
Hasil dari pembobotan terhadap keempat perspektif, sasaran-
sasaran strategis, dan indikator hasil akan membentuk bagan
pengukuran kinerja perusahaan dengan pendekatan BSC, seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 9.
Sasaran Strategis
Indikator Hasil
Realisasi 200x
Target 200x
Tingkat Pencapaian
Bobot
Skor
Perspektif Finansial (F)
F1 -
F2 Perspektif Pelanggan (C)
C1 -
C2 Perspektif Proses Bisnis Internal (I)
I1 -
I2 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran (G)
G1 -
G2 Gambar 9. Bagan pengukuran kinerja perusahaan dengan BSC (Mardiansyah, 2005)
34
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Pendirian Perusahaan
Pengusahaan hutan tanaman di Pulau Jawa diawali dengan pembentukan
organisasi pengelola hutan Boschwezen oleh pemerintahan Gubernur Jenderal
Herman Willem Daendels pada tahun 1808-1811, yang menerbitkan petunjuk
penanaman jati. Pada tahun 1849, Mollier ditugaskan sebagai ketua tim kerja
untuk merumuskan program pembangunan hutan Jati dari kerusakan yang timbul
akibat adanya program pembangunan perkebunan (cultuur stelsel).
Tim Mollier antara lain menghasilkan konsep undang-undang kehutanan
untuk wilayah Jawa-Madura yang diselesaikan pada tahun 1865, namun baru
diumumkan pada tahun 1927 dengan nama Bosch-ordonantie, di samping
petunjuk pembuatan tanaman jati (Blandong-cultuur) di tahun yang sama, serta
pembentukan Bosch-wagter, yang menjadi cikal-bakal dan landasan organisasi
pengawasan dan pengelolaan hutan jati di lapangan. Pada tahun 1884, Pemerintah
Kolonial Belanda mulai membentuk perusahaan kehutanan yang memfokuskan
pada pengelolaan hutan jati (Tectona grandis L.f.) maupun pengusahaan hasil
hutan lainnya (Handadhari, 2005).
Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 15 Tahun 1972
pengusahaan hutan tanaman di pulau Jawa tersebut diwariskan kepada Perum
Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah binaan
Departemen Kehutanan dan Kementerian BUMN, dengan wilayah kerja meliputi
kawasan hutan negara di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan PP No. 2
tahun 1978, wilayah kerja diperluas dengan kawasan hutan negara di Jawa Barat.
Dengan berkembangnya situasi dan kondisi strategis bisnis perusahaan dan
lingkungan, landasan hukum keberadaan Perum Perhutani mengalami beberapa
kali perubahan yaitu berdasarkan PP No. 36 tahun 1986 dan diperbaharui kembali
menjadi PP No. 53 tahun 1999. Pada tahun 2001, status hukum perusahaan diubah
dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas (PT)
berdasarkan PP No. 14 tahun 2001. Selanjutnya berdasarkan PP No. 30 tahun
2003, pemerintah mengembalikan bentuk badan hukum Perhutani dari Perseroan
Terbatas (PT) menjadi Perusahaan Umum (Perum).
36
4.2. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi seluruh hutan negara yang
terdapat di Propinsi Jawa Tengah (Unit I), Propinsi Jawa Timur (Unit II), serta
Jawa Barat dan Banten (Unit III), kecuali kawasan hutan yang berfungsi sebagai
kawasan pelestarian alam, suaka alam, dan taman buru. Total luas kawasan hutan
yang merupakan wilayah kerja Perum Perhutani adalah 2.511.910 ha, yang
meliputi hutan produksi 1.839.748 ha dan Hutan Lindung 672.162 ha, tidak
termasuk Suaka Alam, Hutan Wisata, Taman Nasional dan Cagar Alam seluas
567.541 ha yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Hutan
Konservasi Alam Departemen Kehutanan.
Sebaran luas wilayah hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani
diperlihatkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Wilayah kerja Perum Perhutani (s/d April 2004)
Fungsi Hutan (Ha)
No
1
2
3
Unit
Unit I
Jawa Tengah
Unit II
Jawa Timur
Unit III
Jawa Barat &
Banten
Jumlah
Produksi
Lindung
SA,HW,TN,CA
Jumlah
573.242
73.478
877
647.597
812.950
315.505
233.053
1.361.508
453.556
283.179
333.611
1.070.346
1.839.748
672.162
567.541
3.079.451
Sumber : Perum Perhutani, 2004.
Keterangan : Suaka Alam (SA), Hutan Wisata (HW), Taman Nasional (TN),
Cagar Alam (CA)
Pengelolaan hutan di setiap wilayah propinsi dilaksanakan oleh unit-unit
kerja dan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), yaitu wilayah kerja Unit I Jawa
Tengah terbagi dalam 20 KPH, wilayah kerja Unit II Jawa Timur terbagi dalam 23
KPH dan wilayah kerja Unit III Jawa Barat dan Banten terbagi dalam 14 KPH.
Batas wilayah hutan yang dikelola oleh setiap unit kerja mengikuti batas daerah
aliran sungai (DAS) sebagai suatu ekosistem dalam pengelolaan hutan, sehingga
batas kawasan hutan yang dikelola tidak sama dengan batas administrasi
pemerintahan propinsi atau kabupaten.
37
4.3. Visi dan Misi Perusahaan
Berdasarkan PP No. 30 tahun 2003 pasal 2 disebutkan bahwa alasan
keberadaan Perum Perhutani ditujukan untuk menjadi yang terdepan dalam
pengelolaan sumberdaya hutan lestari guna mewujudkan pembangunan ekosistem
berkelanjutan di Jawa dan Madura. Adapun visi Perum Perhutani adalah:
“Pengelolaan sumberdaya hutan sebagai ekosistem di Pulau Jawa secara adil,
demokratis, efisien, dan profesional guna menjamin keberlanjutan fungsi dan
manfaatnya untuk kesejahteraan masyarakat.” Sedangkan misi dan tanggungjawab
Perum Perhutani di antaranya adalah sebagai berikut :
•
Melestarikan dan meningkatkan mutu sumberdaya hutan dan mutu lingkungan
hidup;
•
Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan berupa barang dan jasa guna
menjamin keberlanjutan perusahaan dan memenuhi hajat hidup orang banyak;
•
Mengelola hutan sebagai ekosistem secara partisipatif sesuai dengan
karakteristik wilayah untuk mendapatkan fungsi dan manfaat yang optimal
bagi perusahaan dan masyarakat;
•
Memberdayakan masyarakat dalam perekonomian masyarakat guna mencapai
kesejahteraan dan kemandirian.
Tugas dan tanggungjawab tersebut mempunyai nilai yang sangat strategis
berkaitan dengan karakteristik dan nilai strategis pulau Jawa di antaranya adalah:
•
Sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat budaya, dan pusat
pendidikan di Negara Republik Indonesia;
•
Merupakan pulau yang terpadat penduduknya, dihuni oleh lebih dari 120 juta
jiwa, yang merupakan 57% penduduk Indonesia. Namun kondisi sosial dan
ekonomi sebagian besar masyarakatnya masih relatif rendah. Tercatat 20,5
juta
jiwa
penduduknya
termasuk
kategori
miskin
dengan
tingkat
pengangguran mencapai 21,8 juta jiwa dan tingkat pendidikan didominasi oleh
SLTP (BPS, 2003).
•
Merupakan pusat berbagai macam industri strategis;
38
•
Mempunyai banyak infrastruktur strategis yang sangat dipengaruhi oleh
keberadaan hutan, seperti : waduk PLTA Jatiluhur, Cirata, Saguling,
Karangkates, Kedung Ombo, dan lain-lain;
•
Mempunyai banyak sungai yang berperan dalam menopang kualitas hidup
masyarakat di pulau Jawa. Perilaku sungai sangat dipengaruhi oleh
keberadaan dan kualitas hutan di dalam DAS setempat;
•
Mempunyai keragaman flora, fauna dan ekosistem endemik yang dilindungi
dan harus dikonservasi.
Karakteristik pulau Jawa yang sangat kompleks dan kritis tersebut
membutuhkan dukungan kualitas lingkungan yang baik, khususnya kualitas
sumberdaya hutannya, yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
terhadap kinerja infrastruktur, industri, penyediaan air yang cukup dan
berkualitas, pengendalian bencana banjir, kekeringan dan longsor, mikroklimat,
penyediaan produk-produk hasil hutan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,
memberikan peluang lapangan pekerjaan, serta lapangan usaha bagi masyarakat.
Mengingat pentingnya peran hutan di pulau Jawa dalam menopang kualitas hidup
masyarakatnya tersebut, maka pengelolaan hutan yang benar dan baik menjadi
suatu kebutuhan yang harus diwujudkan.
Berdasarkan karakteristik permasalahan yang dihadapi serta mengacu pada
pengalaman panjang Perum Perhutani dalam pengelolaan hutan, maka ditetapkan
beberapa prinsip-prinsip dasar pengelolaan sumberdaya hutan, yaitu :
•
Community Based Forest Management (CBFM), di mana pengelolaan dan
pengusahaan
hutan
tidak
semata-mata
ditujukan
untuk
kepentingan
perusahaan tetapi juga untuk kepentingan masyarakat banyak. Perum
Perhutani harus melibatkan masyarakat sekitar untuk berpartisipasi aktif
dalam perencanaan, pengelolaan, hingga pengawasan.
•
Resources Based Forest Management (RBFM). Prinsip ini menegaskan bahwa
usaha Perum Perhutani tidak semata-mata memproduksi kayu dan hasil hutan
lainnya, tetapi meliputi pengelolaan ekosistem, termasuk seluruh sumberdaya
yang terkandung di dalam maupun yang ada di permukaan lahan hutan seperti:
air, galian C, agribisnis, wisata alam, dan lain sebagainya. Prinsip ini
ditujukan untuk mengoptimalkan manfaat hutan bagi kesejateraan masyarakat.
39
•
Good Corporate Governance (GCG), penerapannya dalam seluruh aspek
pengelolaan perusahaan. Artinya bahwa seluruh aktivitas pengelolaan
perusahaan harus memenuhi azas transparansi, akuntabilitas, fairness,
kemandirian, kewajaran serta bebas KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).
Prinsip ini juga ditujukan untuk perbaikan manajemen guna menjamin
kelestarian hutan dan kelestarian perusahaan.
•
Sustainable Forest Management (SFM), dalam pengelolaan sumberdaya
hutannya Perum Perhutani menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan
lestari.
Kedua prinsip yang pertama di atas dijabarkan dalam sistem Pengelolaan
Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan azas kemanfaatan hutan
bagi kesejahteraan masyarakat.
4.4. Susunan Direksi dan Dewan Pengawas
A. Direksi
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Negara
BUMN
nomor
38/MBU/2005 tanggal 27 Juni 2005, susunan Direksi Perum Perhutani
adalah sebagai berikut:
Direktur Utama
: Ir. Transtoto Handadhari
Direktur Produksi
: Dr. Ir. Upik Rosalina Wasrin
Direktur Pemasaran
: Ir. Achmad Fachrodji
Direktur Keuangan
: Ir. Tjipta Purwita, MBA
Direktur Umum
: Drs. Sondang M. H. Gultom
B. Dewan Pengawas
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Negara
BUMN
nomor
31/MBU/2004 tanggal 16 Maret 2004, susunan Dewan Pengawas Perum
Perhutani adalah sebagai berikut:
Ketua
: Ir. Wahjudi Wardojo, MSc
Anggota
: Dr. Ir. Boni Siahaan, ME (Hons)
Dr. Maurin Sitorus, SH
Drs. Ali Mufiz, MPA
Drs. Nukman Abdul Hakim
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Pendirian Perusahaan
Pengusahaan hutan tanaman di Pulau Jawa diawali dengan pembentukan
organisasi pengelola hutan Boschwezen oleh pemerintahan Gubernur Jenderal
Herman Willem Daendels pada tahun 1808-1811, yang menerbitkan petunjuk
penanaman jati. Pada tahun 1849, Mollier ditugaskan sebagai ketua tim kerja
untuk merumuskan program pembangunan hutan Jati dari kerusakan yang timbul
akibat adanya program pembangunan perkebunan (cultuur stelsel).
Tim Mollier antara lain menghasilkan konsep undang-undang kehutanan
untuk wilayah Jawa-Madura yang diselesaikan pada tahun 1865, namun baru
diumumkan pada tahun 1927 dengan nama Bosch-ordonantie, di samping
petunjuk pembuatan tanaman jati (Blandong-cultuur) di tahun yang sama, serta
pembentukan Bosch-wagter, yang menjadi cikal-bakal dan landasan organisasi
pengawasan dan pengelolaan hutan jati di lapangan. Pada tahun 1884, Pemerintah
Kolonial Belanda mulai membentuk perusahaan kehutanan yang memfokuskan
pada pengelolaan hutan jati (Tectona grandis L.f.) maupun pengusahaan hasil
hutan lainnya (Handadhari, 2005).
Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 15 Tahun 1972
pengusahaan hutan tanaman di pulau Jawa tersebut diwariskan kepada Perum
Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah binaan
Departemen Kehutanan dan Kementerian BUMN, dengan wilayah kerja meliputi
kawasan hutan negara di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan PP No. 2
tahun 1978, wilayah kerja diperluas dengan kawasan hutan negara di Jawa Barat.
Dengan berkembangnya situasi dan kondisi strategis bisnis perusahaan dan
lingkungan, landasan hukum keberadaan Perum Perhutani mengalami beberapa
kali perubahan yaitu berdasarkan PP No. 36 tahun 1986 dan diperbaharui kembali
menjadi PP No. 53 tahun 1999. Pada tahun 2001, status hukum perusahaan diubah
dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas (PT)
berdasarkan PP No. 14 tahun 2001. Selanjutnya berdasarkan PP No. 30 tahun
2003, pemerintah mengembalikan bentuk badan hukum Perhutani dari Perseroan
Terbatas (PT) menjadi Perusahaan Umum (Perum).
36
4.2. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi seluruh hutan negara yang
terdapat di Propinsi Jawa Tengah (Unit I), Propinsi Jawa Timur (Unit II), serta
Jawa Barat dan Banten (Unit III), kecuali kawasan hutan yang berfungsi sebagai
kawasan pelestarian alam, suaka alam, dan taman buru. Total luas kawasan hutan
yang merupakan wilayah kerja Perum Perhutani adalah 2.511.910 ha, yang
meliputi hutan produksi 1.839.748 ha dan Hutan Lindung 672.162 ha, tidak
termasuk Suaka Alam, Hutan Wisata, Taman Nasional dan Cagar Alam seluas
567.541 ha yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Hutan
Konservasi Alam Departemen Kehutanan.
Sebaran luas wilayah hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani
diperlihatkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Wilayah kerja Perum Perhutani (s/d April 2004)
Fungsi Hutan (Ha)
No
1
2
3
Unit
Unit I
Jawa Tengah
Unit II
Jawa Timur
Unit III
Jawa Barat &
Banten
Jumlah
Produksi
Lindung
SA,HW,TN,CA
Jumlah
573.242
73.478
877
647.597
812.950
315.505
233.053
1.361.508
453.556
283.179
333.611
1.070.346
1.839.748
672.162
567.541
3.079.451
Sumber : Perum Perhutani, 2004.
Keterangan : Suaka Alam (SA), Hutan Wisata (HW), Taman Nasional (TN),
Cagar Alam (CA)
Pengelolaan hutan di setiap wilayah propinsi dilaksanakan oleh unit-unit
kerja dan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), yaitu wilayah kerja Unit I Jawa
Tengah terbagi dalam 20 KPH, wilayah kerja Unit II Jawa Timur terbagi dalam 23
KPH dan wilayah kerja Unit III Jawa Barat dan Banten terbagi dalam 14 KPH.
Batas wilayah hutan yang dikelola oleh setiap unit kerja mengikuti batas daerah
aliran sungai (DAS) sebagai suatu ekosistem dalam pengelolaan hutan, sehingga
batas kawasan hutan yang dikelola tidak sama dengan batas administrasi
pemerintahan propinsi atau kabupaten.
37
4.3. Visi dan Misi Perusahaan
Berdasarkan PP No. 30 tahun 2003 pasal 2 disebutkan bahwa alasan
keberadaan Perum Perhutani ditujukan untuk menjadi yang terdepan dalam
pengelolaan sumberdaya hutan lestari guna mewujudkan pembangunan ekosistem
berkelanjutan di Jawa dan Madura. Adapun visi Perum Perhutani adalah:
“Pengelolaan sumberdaya hutan sebagai ekosistem di Pulau Jawa secara adil,
demokratis, efisien, dan profesional guna menjamin keberlanjutan fungsi dan
manfaatnya untuk kesejahteraan masyarakat.” Sedangkan misi dan tanggungjawab
Perum Perhutani di antaranya adalah sebagai berikut :
•
Melestarikan dan meningkatkan mutu sumberdaya hutan dan mutu lingkungan
hidup;
•
Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan berupa barang dan jasa guna
menjamin keberlanjutan perusahaan dan memenuhi hajat hidup orang banyak;
•
Mengelola hutan sebagai ekosistem secara partisipatif sesuai dengan
karakteristik wilayah untuk mendapatkan fungsi dan manfaat yang optimal
bagi perusahaan dan masyarakat;
•
Memberdayakan masyarakat dalam perekonomian masyarakat guna mencapai
kesejahteraan dan kemandirian.
Tugas dan tanggungjawab tersebut mempunyai nilai yang sangat strategis
berkaitan dengan karakteristik dan nilai strategis pulau Jawa di antaranya adalah:
•
Sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat budaya, dan pusat
pendidikan di Negara Republik Indonesia;
•
Merupakan pulau yang terpadat penduduknya, dihuni oleh lebih dari 120 juta
jiwa, yang merupakan 57% penduduk Indonesia. Namun kondisi sosial dan
ekonomi sebagian besar masyarakatnya masih relatif rendah. Tercatat 20,5
juta
jiwa
penduduknya
termasuk
kategori
miskin
dengan
tingkat
pengangguran mencapai 21,8 juta jiwa dan tingkat pendidikan didominasi oleh
SLTP (BPS, 2003).
•
Merupakan pusat berbagai macam industri strategis;
38
•
Mempunyai banyak infrastruktur strategis yang sangat dipengaruhi oleh
keberadaan hutan, seperti : waduk PLTA Jatiluhur, Cirata, Saguling,
Karangkates, Kedung Ombo, dan lain-lain;
•
Mempunyai banyak sungai yang berperan dalam menopang kualitas hidup
masyarakat di pulau Jawa. Perilaku sungai sangat dipengaruhi oleh
keberadaan dan kualitas hutan di dalam DAS setempat;
•
Mempunyai keragaman flora, fauna dan ekosistem endemik yang dilindungi
dan harus dikonservasi.
Karakteristik pulau Jawa yang sangat kompleks dan kritis tersebut
membutuhkan dukungan kualitas lingkungan yang baik, khususnya kualitas
sumberdaya hutannya, yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
terhadap kinerja infrastruktur, industri, penyediaan air yang cukup dan
berkualitas, pengendalian bencana banjir, kekeringan dan longsor, mikroklimat,
penyediaan produk-produk hasil hutan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,
memberikan peluang lapangan pekerjaan, serta lapangan usaha bagi masyarakat.
Mengingat pentingnya peran hutan di pulau Jawa dalam menopang kualitas hidup
masyarakatnya tersebut, maka pengelolaan hutan yang benar dan baik menjadi
suatu kebutuhan yang harus diwujudkan.
Berdasarkan karakteristik permasalahan yang dihadapi serta mengacu pada
pengalaman panjang Perum Perhutani dalam pengelolaan hutan, maka ditetapkan
beberapa prinsip-prinsip dasar pengelolaan sumberdaya hutan, yaitu :
•
Community Based Forest Management (CBFM), di mana pengelolaan dan
pengusahaan
hutan
tidak
semata-mata
ditujukan
untuk
kepentingan
perusahaan tetapi juga untuk kepentingan masyarakat banyak. Perum
Perhutani harus melibatkan masyarakat sekitar untuk berpartisipasi aktif
dalam perencanaan, pengelolaan, hingga pengawasan.
•
Resources Based Forest Management (RBFM). Prinsip ini menegaskan bahwa
usaha Perum Perhutani tidak semata-mata memproduksi kayu dan hasil hutan
lainnya, tetapi meliputi pengelolaan ekosistem, termasuk seluruh sumberdaya
yang terkandung di dalam maupun yang ada di permukaan lahan hutan seperti:
air, galian C, agribisnis, wisata alam, dan lain sebagainya. Prinsip ini
ditujukan untuk mengoptimalkan manfaat hutan bagi kesejateraan masyarakat.
39
•
Good Corporate Governance (GCG), penerapannya dalam seluruh aspek
pengelolaan perusahaan. Artinya bahwa seluruh aktivitas pengelolaan
perusahaan harus memenuhi azas transparansi, akuntabilitas, fairness,
kemandirian, kewajaran serta bebas KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).
Prinsip ini juga ditujukan untuk perbaikan manajemen guna menjamin
kelestarian hutan dan kelestarian perusahaan.
•
Sustainable Forest Management (SFM), dalam pengelolaan sumberdaya
hutannya Perum Perhutani menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan
lestari.
Kedua prinsip yang pertama di atas dijabarkan dalam sistem Pengelolaan
Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan azas kemanfaatan hutan
bagi kesejahteraan masyarakat.
4.4. Susunan Direksi dan Dewan Pengawas
A. Direksi
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Negara
BUMN
nomor
38/MBU/2005 tanggal 27 Juni 2005, susunan Direksi Perum Perhutani
adalah sebagai berikut:
Direktur Utama
: Ir. Transtoto Handadhari
Direktur Produksi
: Dr. Ir. Upik Rosalina Wasrin
Direktur Pemasaran
: Ir. Achmad Fachrodji
Direktur Keuangan
: Ir. Tjipta Purwita, MBA
Direktur Umum
: Drs. Sondang M. H. Gultom
B. Dewan Pengawas
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Negara
BUMN
nomor
31/MBU/2004 tanggal 16 Maret 2004, susunan Dewan Pengawas Perum
Perhutani adalah sebagai berikut:
Ketua
: Ir. Wahjudi Wardojo, MSc
Anggota
: Dr. Ir. Boni Siahaan, ME (Hons)
Dr. Maurin Sitorus, SH
Drs. Ali Mufiz, MPA
Drs. Nukman Abdul Hakim
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Perspektif
Pelanggan
Meningkatnya
kesejahteraan masyarakat
sekitar hutan
Meningkatnya
citra
perusahaan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Perspektif
Meningkatnya
Finansial
Optimalisasi
struktur
biaya
laba
perusahaan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Perspektif
Proses Bisnis
Internal
Meningkatnya
Meningkatnya
Meningkatnya
Meningkatnya
efektifitas dan efisiensi
pengamanan hutan
efektifitas
pemasaran
efektifitas
pengusahaan hutan
kelestarian
hutan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Perspektif
Pertumbuhan
Meningkatnya
Terciptanya budaya
Meningkatnya
Tersedianya
Pembelajaran
komitmen
karyawan
kapabilitas
karyawan
sistem informasi
manajemen
organisasi yang efisein
dan profesional
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Gambar 10. Peta strategi BSC Perum Perhutani
71
Tabel 10.
Bagan penilaian kinerja Perum Perhutani
Sasaran Strategis
(1)
C1 Meningkatnya kesejahteraan
masyarakat di sekitar hutan
C2 Meningkatnya citra perusahaan
F1 Meningkatnya laba
F2 Berkurangnya struktur biaya
I1 Meningkatnya efektifitas pengusahaan
Hutan
I2 Meningkatnya efektifitas pemasaran
I3 Meningkatnya efektifitas pengamanan
Hutan
I4 Meningkatnya kelestarian hutan
G1 Meningkatnya komitmen karyawan
G2 Meningkatnya kapabilitas karyawan
G3 Tersedianya SIM
G4 Terciptanya budaya organisasi yang
efisien dan profesional
Indikator Hasil
(2)
Perspektif Pelanggan ( C )
Pendapatan perkapita masyarakat sekitar hutan
Rasio pengelolaan SDH bersama masyarakat
Rasio pembinaan masyarakat desa hutan
Indeks kinerja perusahaan
Perspektif Finansial ( F )
Laba bersih
Rasio biaya-pendapatan
Perspektif Proses Bisnis Internal ( I )
Rasio pengelolaan industri
Rasio nilai tambah industri
Rasio litbang
Total pendapatan perusahaan
Rasio harga produk terhadap harga industri
Jumlah kasus gangguan keamanan hutan
Jumlah penyelesaian kasus pencurian kayu
Rasio kelestarian hutan
Laju kerusakan hutan
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ( G )
Tingkat kehadiran karyawan
Tingkat kepuasan karyawan
Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan
Rasio peningkatan SDM
Rasio produktivitas karyawan
Jumlah unit kerja yang tersambung online
Tingkat pemahaman visi misi perusahaan
Jumlah kasus penyimpangan
Realisasi
Tahun
200x
(3)
Target
Tahun
200x
(4)
Tingkat
Pencapaian
(3) : (4)
(5)
Skor
Bobot
(6)
(5) x (6)
(7)
0.05
0.06
0.05
0.13
0.07
0.15
0.02
0.02
0.02
0.03
0.04
0.03
0.03
0.03
0.03
74
0.03
0.03
0.02
0.02
0.02
0.06
0.03
0.03
1.00
Gambar 10. Bagan pengukuran kinerja perusahaan dengan Balanced Scorecard (Mardiansyah, 2005)
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor strategis pada
lingkungan perusahaan, kemudian dilakukan pengkombinasian faktorfaktor internal perusahaan dengan situasi lingkungan eksternal yang
dihadapi. Sehingga dirumuskan beberapa sasaran-sasaran strategis
Perum Perhutani berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard yang
dikelompokkan sebagai berikut :
(1) Perspektif pelanggan terdiri dari dua sasaran strategis, yaitu
meningkatnya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan, dan
meningkatnya citra perusahaan.
(2) Perspektif pelanggan terdiri dari dua sasaran strategis, yaitu
meningkatnya laba perusahaan, dan optimalisasi struktur biaya.
(3) Perspektif proses bisnis internal terdiri menjadi empat sasaran
strategis, yaitu meningkatnya efektifitas pengusahaan hutan,
meningkatnya efektifitas pemasaran, meningkatnya efektifitas
pengamanan hutan, dan meningkatnya kelestarian hutan.
(4) Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terdiri dari empat sasaran
strategis, yaitu meningkatnya komitmen karyawan, meningkatnya
kapabilitas karyawan, tersedianya sistem informasi manajemen
(SIM), serta terciptanya budaya organisasi yang efisien dan
profesional.
Berdasarkan hasil pembobotan terhadap model BSC pada Perum
Perhutani, perspektif pelanggan memiliki bobot pengukuran sebesar
29%; perspektif keuangan memiliki bobot pengukuran sebesar 22%;
perspektif proses bisnis internal memiliki bobot pengukuran sebesar
25%; dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran memiliki bobot
pengukuran sebesar 24%. Hal ini memperlihatkan bahwa sesuai dengan
visi dan misinya, Perum Perhutani menempatkan pelanggan/masyarakat
sebagai prioritas utama dalam pengembangan strategi perusahaan.
76
2. Saran
1. Implementasi budaya PETIK dan sosialisasi visi, misi, dan
perubahan strategi perusahaan memerlukan tim khusus (campaign
team) yang bertugas untuk mensosialisasikan berbagai kebijakan
yang ditetapkan perusahaan, dan memastikan bahwa pelaksanaannya
di lapangan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Rancangan Balanced Scorecard yang dihasilkan dari penelitian ini
dapat dikembangkan lebih lanjut oleh pihak manajemen perusahaan,
agar lebih relevan dan sesuai dengan kompleksitas kondisi yang
sesungguhnya dihadapi Perum Perhutani.
DAFTAR PUSTAKA
Anandya, S.D. 2005. Penerapan Metode Balanced Scorecard dalam Penilaian Kinerja PT.
Katsushiro Indonesia. Tesis pada Program Studi Magister Manajemen
Agribisnis, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Badan Revitalisasi Industri Kehutanan. 2003. Data Ekspor Kayu Lapis Tahun 1977-2002,
Jakarta.
David, F.R. 2006. Manajemen Strategis. Edisi Sepuluh. Terjemahan. Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Departemen Kehutanan. 2004. Data Strategis Kehutanan 2004. Jakarta.
Gaspersz, V. 2005. Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan
Pemerintah. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Handadhari, T. 2005, Evaluasi Rente Ekonomi dalam Pengusahaan Hasil Hutan Kayu
Bulat di Indonesia. Disertasi pada Program Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi
Kehutanan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Kaplan and Norton. 2000. Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ismarson, I.Y. 2002. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Instrumen Pelaksanaan
Manajemen Strategis di Divisi Es Krim Wall’s PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Marbun, B.N. 2003. Kamus Manajemen. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Mardiansyah, M.Y. 2005. Analisis Kinerja BUMN Perkebunan Kelapa Sawit dengan
Menerapkan Konsep Balanced Scorecard. Skripsi pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard: Alat Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja
Keuangan Perusahaan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
_______. 2005. Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard. Penerbit UPP
AMP YKPN, Yogyakarta
Pearce dan Robinson.1997. Manajemen Strategik. Terjemahan. Penerbit Bina Rupa
Aksara, Jakarta
78
Pertiwi, D.E. 2005. Identifikasi dan Analisa Key Performance Indicator dengan Metode
Balanced Scorecard (Studi Kasus: Divisi Office Technical Management PT.
Indosat, Tbk. Jakarta). Skripsi pada Fakultas Teknik Industri, Sekolah Tinggi
Teknologi Telkom, Bandung.
Porter, M. E. 1980. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Terjemahan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Perum Perhutani. 2005. Rencana Jangka Panjang Perum Perhutani 2005-2009. Jakarta.
PT. Perhutani. 2001. Transformasi Menuju Perhutani Masa Depan: Strategi Penyehatan
PT. Perhutani (Persero) 2001-2005. Jakarta.
Rangkuty, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT. Pustaka Binaman
Pressindo. Jakarta.
Sulistyowati, R. 2004. Rancangan Balanced Scorecard sebagai Instrumen Manajemen
Strategi pada PT. Fastfood Indonesia, Tbk.
Suwarno, A.I.. 2003. Analisis Manajemen Strategik dalam Perspektif Balanced
Scorecard dan Pengambilan Keputusan Inisiatif Strategik dengan Proses Hirarki
Analitik. Skripsi pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Umar, H.2001. Strategic Manajemen In Action: Konsep, Teori, dan Teknik Menganalisis
Manajemen Strategis Strategic Business Unit Berdasarkan Konsep Micheal R.
Porter, Fred R. David, dan Wheelen-Hunger. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
LAMPIRAN
79
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISA MANAJEMEN STRATEGIS
DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD (BSC)
PADA PERUM PERHUTANI
IDENTITAS RESPONDEN
NAMA
: _________________________
JABATAN
: _________________________
Peneliti :
ARRY ADITYA PRATAMA
H24102076
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
80
Lampiran 1 (lanjutan)
PENGANTAR
Pengisian kuesioner ini dimaksudkan untuk mendukung proses pengolahan data
untuk keperluan penyusunan skripsi penelitian berjudul “Analisa Manajemen Strategis
dengan Pendekatan Balanced Scorecard (BSC) pada Perum Perhutani, Jakarta.”
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah berupa masukan dan
pertimbangan bagi pihak manajemen Perum Perhutani dalam mengevaluasi strategi
perusahaan yang diterapkan saat ini.
Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian, yaitu (1) identifikasi bobot perspektif
strategi, (2) identifikasi bobot sasaran strategis, dan (3) identifikasi bobot indikator
hasil, yang mempergunakan pendekatan metode paired comparison. Pengisian
kuesioner ini didasarkan pada pengalaman dan penilaian masing-masing responden
yang dianggap memahami permasalahan-permasalahan di atas secara baik.
Penyusun mengucapkan terima kasih sebelumnya kepada responden yang telah
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh.
Jakarta, Mei 2006
81
Lampiran 1 (lanjutan)
PETUNJUK UMUM
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.
2. Responden diharapkan melakukan pengisian kuesioner pada satu waktu secara
tuntas, untuk menghindari inkonsistensi antar jawaban.
3. Jawaban merupakan pendapat pribadi masing-masing responden, sehingga
memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat dengan responden lain ataupun
dengan peneliti.
4. Reponden diperbolehkan untuk menambahkan hal-hal yang belum tercantum dalam
kuesioner ini dengan alasan yang jelas dan akurat.
82
Lampiran 1 (lanjutan)
Petunjuk Pengisian
Anda diminta untuk mengisikan bobot 1, 2, 3, 4 atau 5 untuk masing-masing
faktor strategis perusahaan pada beberapa form di bawah ini, dengan keterangan skala
sebagai berikut :
Nilai 1 = jika faktor horizontal tidak penting daripada faktor vertikal.
Nilai 2 = jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal.
Nilai 3 = jika faktor horizontal sama pentingnya dengan faktor vertikal.
Nilai 4 = jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal.
Nilai 5 = jika faktor horizontal sangat penting daripada faktor vertikal.
A.
Penentuan Bobot Perspektif
Dalam proses perencanaan strategis perusahaan, terdapat empat perspektif yang perlu
dipertimbangkan yaitu :
-
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (G),
-
perspektif proses bisnis internal (I),
-
perspektif finansial (F), dan
-
perspektif pelanggan (C).
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu perspektif
dengan perspektif lainnya
Form 1
Alternatif
Perspektif
Pertumbuhan dan
Pembelajaran
(G)
Perspektif
Proses Bisnis
Internal
(I)
G
I
F
C
Lampiran 1 (lanjutan)
B.
Penentuan Bobot Sasaran Strategis
Perspektif
Finansial
(F)
Perspektif
Pelanggan
(C)
83
1. Perspektif Pelanggan (C)
Terdapat dua sasaran strategis yang perlu dipertimbangkan pada perspektif
pelanggan, yaitu:
C1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan
C2. Meningkatnya citra perusahaan
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu sasaran
strategis dengan sasaran strategis lainnya
Form 2
Sasaran Strategis
C1
C2
C1
C2
2. Perspektif Finansial (F)
Terdapat dua sasaran strategis yang perlu dipertimbangkan pada perspektif
finansial, yaitu:
F1. Meningkatnya laba perusahaan
F2. Optimalisasi struktur biaya
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu sasaran
strategis dengan sasaran strategis lainnya
Form 3
Sasaran Strategis
F1
F2
F1
F2
Lampiran 1 (lanjutan)
3. Perspektif Proses Bisnis Internal (I)
Terdapat empat sasaran strategis yang perlu dipertimbangkan pada perspektif
proses bisnis internal, yaitu:
84
I1.
Meningkatnya efektifitas pengusahaan hutan
I2.
Meningkatnya efektifitas pemasaran
I3.
Meningkatnya efektifitas pengamanan hutan
I4.
Meningkatnya kelestarian hutan
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu sasaran
strategis dengan sasaran strategis lainnya
Form 4
Sasaran Strategis
I1
I2
I3
I4
I1
I2
I3
I4
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran(G)
Terdapat empat sasaran strategis yang perlu dipertimbangkan pada perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran, yaitu:
G1. Meningkatnya komitmen karyawan
G2. Meningkatnya kapabilitas karyawan
G3. Tersedianya sistem informasi manajemen (SIM)
G4. Terciptanya budaya organisasi yang efisien dan profesional
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu sasaran
strategis dengan sasaran strategis lainnya
Form 5
Sasaran Strategis
G1
G2
G3
G4
G1
G2
G3
G4
Lampiran 1 (lanjutan)
C.
Penentuan Bobot Indikator Hasil
1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan (C1)
Pada sasaran strategis ini terdapat tiga indikator hasil yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
-
Pendapatan perkapita rata-rata masyarakat sekitar hutan (C.a)
85
-
Rasio pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat (C.b)
-
Rasio pembinaan masyarakat desa hutan (C.c)
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu indikator
dengan indikator lainnya
Form 6
Indikator Hasil
C1.a
C1.b
C1.c
C1.a
C1.b
C1.c
2. Meningkatnya efektifitas pengusahaan hutan (I1)
Pada sasaran strategis ini terdapat tiga indikator hasil yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
-
Rasio pengelolaan industri (I1.a)
-
Rasio pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat (I1.b)
-
Rasio pembinaan masyarakat desa hutan (I1.c)
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu indikator
dengan indikator lainnya
Form 7
Indikator Hasil
I1.a
I1.b
I1.c
I1.a
I1.b
I1.c
Lampiran 1 (lanjutan)
4. Meningkatnya efektifitas pemasaran (I2)
Pada sasaran strategis ini terdapat dua indikator hasil yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
-
Total pendapatan perusahaan (I2.a)
-
Rasio harga produk terhadap rata-rata harga industri (I2.b)
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu indikator
dengan indikator lainnya
Form 8
86
Indikator Hasil
I2.a
I2.b
I2.a
I2.b
5. Meningkatnya efektifitas pengamanan hutan(I3)
Pada sasaran strategis ini terdapat dua indikator hasil yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
-
Jumlah kasus gangguan keamanan hutan (I3.a)
-
Jumlah penyelesaian kasus pencurian kayu (I3.b)
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu indikator
dengan indikator lainnya
Form 9
Indikator Hasil
I3.a
I3.b
I3.a
I3.b
6. Meningkatnya kelestarian hutan (I4)
Pada sasaran strategis ini terdapat dua indikator hasil yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
-
Rasio kelestarian hutan (I4.a)
-
Laju kerusakan hutan (I4.b)
Lampiran 1 (lanjutan)
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu indikator
dengan indikator lainnya
Form 10
Indikator Hasil
I4.a
I4.b
I4.a
I4.b
7. Meningkatnya komitmen karyawan (G1)
Pada sasaran strategis ini terdapat dua indikator hasil yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
87
-
Tingkat kehadiran karyawan (G1.a)
-
Tingkat kepuasan karyawan (G1.b)
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu indikator
dengan indikator lainnya
Form 11
Indikator Hasil
G1.a
G1.b
G1.a
G1.b
8. Meningkatnya kapabilitas karyawan (G2)
Pada sasaran strategis ini terdapat tiga indikator hasil yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
-
Jumlah karyawan yang mangikuti pelatihan (G2.a)
-
Rasio peningkatan SDM (G2.b)
-
Rasio produktivitas karyawan (G2.c)
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu indikator
dengan indikator lainnya
Lampiran 1 (lanjutan)
Form 12
Indikator Hasil
G2.a
G2.b
G2.c
G2.a
G2.b
G2.c
9. Terciptanya budaya organisasi yang efisien dan profesional (G4)
Pada sasaran strategis ini terdapat dua indikator hasil yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
-
Tingkat pemahaman karyawan terhadap visi misi perusahaan (G4.a)
-
Jumlah kasus penyimpangan (G4.b)
88
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu indikator
dengan indikator lainnya
Form 13
Indikator Hasil
G4.a
G4.b
G4.a
G4.b
◘ TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA ◘
89
Lampiran 2. Data Kondisi Aspek-aspek Internal Perum Perhutani
1. Kondisi Sumber Daya Hutan Perum Perhutani Tahun 2000 – 2004
No
1
1.
Uraian
2
Satuan
3
Tahun
Selisih
2000
2004
4
5
%
Ket
(6:4)
6
7
8
KP Jati
KU I
KU II
KU III
KU IV
KU V
KU VI
KU VII
KU VIII ke atas
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
102.579
101.733
129.109
85.218
32.837
13.181
13.844
12.881
223.735
65.697
53.065
54.061
20.546
7.898
6.044
6.084
121.156
-36.036
-76.044
-31.157
-12.291
-5.283
-7.800
-6.797
118,1%
-35,4%
-58,9%
-36,6%
-37,4%
-40,1%
-56,3%
-52,8%
naik
turun
turun
turun
turun
turun
turun
turun
Etat Luas
Etat Volume
Ha
m3
7.187
747.431
7.767
666.230
580
-81.201
8,1%
-10,9%
naik
turun
KP Rimba
KU I
KU II
KU III
KU IV
KU V
KU VI ke atas
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
57.796
48.854
44.688
43.252
60.762
59.792
60.941
48.951
41.476
44.085
51.899
63.976
3.145
97
-3.212
833
-8.863
4.184
5,4%
0,2%
-7,2%
1,9%
-14,6%
7,0%
naik
naik
turun
naik
turun
naik
Etat Luas
Etat Volume
Ha
m3
8.941
1.482.374
6.887
1.125.040
-2.054
-357.334
-23,0%
-24,1%
turun
turun
3.
KP Kayu Putih
Ha
16.338
19.552
3.214
19,7%
naik
4.
KP Kesambi
Ha
3.279
3.266
-13
-0,4%
turun
5.
Tanah Kosong
Ha
350.000
346.000
-4.000
-1,1%
turun
2.
90
Lampiran 2 (lanjutan)
2. Realisasi Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Perusahaan
Tahun 2000 – 2004
No
Jenis Kegiatan
1
Satuan
2
3
1.
a.
b.
Pengukuhan Hutan
Lokasi
Luas
2.
a.
b.
c.
d.
Penataan Hutan
Penataan Batas
Pembagian Hutan
Inventarisasi
Penyusunan
RPKH/Suplemen
3.
a.
b.
Penyusunan Rencana
Perusahaan
RKAP
RJP 2000-2004
4.
5.
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
4
5
6
7
8
Ha
Ha
0
0
0
0
9
32
2
1.278
1
1.986
78.350
5.913
58.976
9
9
42.109
13.672
178.700
79
79
44.469
1.657
10.984
25
25
47.355
213
15.500
17
17
48.535
9.138
129.215
25
25
Set
Set
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
Digitasi Peta Induk
KPH
5
5
3
2
1
Uji Coba Foto Udara
KPH
0
0
3
0
0
Ha
Ha
Ha
KP
Buku
3. Realisasi Reboisasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan Tahun 2000-2004
No
Jenis Kegiatan
1
1.
a.
b.
2.
a.
b.
Satuan
2
3
Tanaman Rutin
Jenis Jati
Jenis Rimba
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
4
5
6
7
8
Sub Total :
Ha
Ha
Ha
5.738
4.221
9.959
3.992
4.763
8.755
4.776
4.146
8.922
4.149
2.722
6.871
4.396
2.985
7.381
Tanaman Pembangunan
Jenis Jati
Jenis Rimba
Sub Total :
Ha
Ha
Ha
31.973
22.985
54.958
41.066
31.559
72.625
40.380
40.617
80.997
36.927
28.156
65.083
43.626
31.025
74.651
Total :
Ha
64.917
81.380
89.919
71.954
82.032
Ha
Ha
7.773
0
1.762
0
4.350
0
10.944
0
9.363
170
3.
a.
b.
Konservasi
Rehabilitasi HL
Rehabilitasi KPS
4.
a.
Pemeliharaan
Penjarangan
Ha
134.647
111.380
78.902
54.701
47.098
b.
Prunning
Ha
9.731
9.145
10.810
7.279
4.269
91
Lampiran 2 (lanjutan)
4. Gangguan Keamanan Hutan 2000-2004
No
1
Uraian
2
Satuan
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
3
4
5
6
7
8
1.
Pencurian Pohon
Rb Phn
Juta Rp
257
569.757
2.675
613.924
1.539
248.619
502
109.741
325
71.918
2.
Pencurian Kayu
Pertukangan
m3
Juta Rp
11.974
2.326
2.597
2.489
725
592
1.700
812
0
0
3.
Pencurian Lain
Rb Phn
Juta Rp
0
90
0
2.146
0
17
0
4
0
11
4.
Bibrikan Hutan
Ha
Juta Rp
9.900
4.635
12.122
2.896
9.328
4.034
2.117
784
1.023
334
5.
Babad Liar Tanaman
Ha
Juta Rp
604
7.290
1.204
8.616
391
1.404
1.138
9.304
295
49
6.
Kebakaran Hutan
Ha
Juta Rp
45.210
1.201
154.224
3.970
471.191
8.338
13.732
3.050
7.531
1.420
Juta Rp
585.426
634.204
265.297
128.797
83.834
Jumlah Kerugian
92
Lampiran 2 (lanjutan)
5. Realisasi Kegiatan Pengembangan Sumberdaya Hutan Tahun 2000-2004
No
Uraian
1
2
Satuan
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
3
4
5
6
7
8
1.
a.
b.
Jati
Produksi Biji
Produksi Bibit Jati
Ton
Ribu Plc
11
411
10
1.695
50
8.769
50
8.769
21
2.081
2.
Pinus
Produksi Bibit Pinus
Ribu Plc
0
0
0
0
0
Mahoni
Produksi Biji Mahoni
Kg
0
0
0
0
0
Kayu Putih
Produksi Biji Kayu Putih
Kg
0
0
0
0
0
Ribu Plc
101
435
76
35
71
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
524
155
7
524
155
7
524
155
7
524
155
7
524
155
7
94
Ha
Ha
76
0
76
0
76
0
76
0
76
3
Ha
59
59
0
0
1.393
Ha
Ha
Ha
Ha
0
38
5
275
0
38
5
275
0
38
5
275
0
38
5
275
600
38
5
275
Ha
0
0
4
8
8
3.
4.
5.
6.
a.
b.
c.
d.
Lain-lain
Kultur Jaringan
Pemuliaan Pohon
Pohon Plus
- Jati
- Mahoni
- Sengon
- Pinus bocor getah
Bank Klonal
- Jati
- Pinus
Kebun Benih Klonal (KBK)
- Jati
Kebun Benih Semai (KBS)
- Jati
- Mahoni
- Sengon
- Pinus
- Kayu Putih
93
Lampiran 2 (lanjutan)
6. Produksi Hasil Hutan Tahun 2000 - 2004
No
Produk
Satuan
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
4
5
6
7
8
1
2
3
1.
Kayu Jati
m3
694.242
654.939
668.404
427.847
522.401
2.
Kayu Rimba
m3
913.236
800.601
816.487
549.649
397.000
3.
Getah Pinus
Ton
82.146
70.749
89.093
86.252
85.708
4.
Getah Damar
Ton
647
433
441
423
384
5.
Biji Jati APB
Kg
263.397
344.629
338.006
322.535
365.789
6.
Biji Rimba
Kg
1.172.324
324.280
902.575
0
689.820
7.
Cengkeh
Kg
10.467
727
3.994
8.371
2.142
8.
Kopi
Kg
39.891
39.891
30.147
126.642
55.041
9.
Rotan
Batang
425.836
417.744
503.721
503.772
274.000
10.
Bambu
Batang
19.100
10.500
2.523
2.000
49.210
11.
Jasa Wisata
3,42
3,64
2,99
2,13
2,20
12.
Madu
Kg
10.256
10.495
9.306
23.554
6.389
13.
Rusa
Ekor
167
169
212
232
226
14.
Buaya
Ekor
125
141
163
173
160
15.
Primata
Ekor
719
1.376
1.077
1.325
1.033
16.
Air
1.523
0
326
0
0
17.
Walet
30
17
2
14
11
Juta orang
Juta Rp
Kg
7. Realisasi Kegiatan Pusat Perlebahan Nasional Tahun 2000 - 2004
No
1
Produk
2
1.
Budidaya Lebah
2.
Beli Madu Rakyat
3.
Satuan
3
Koloni
2000
4
2001
5
Tahun
2002
6
2003
7
2004
8
462
255
89
108
100
Kg
11.469
35.137
70.450
14.068
35.000
Panen Madu
Kg
6.000
2.841
3.000
1.729
1.600
4.
Produksi Air Madu
Dus
2.000
2.000
4.304
7.557
12.660
5.
Penjualan Madu Botol
Botol
8.763
16.835
27.422
38.327
40.344
94
Lampiran 2 (lanjutan)
8. Kondisi Industri Perum Perhutani Saat Ini
No.
Jenis
Industri
Unit
Satuan
Kapasitas
Terpasang
Rata-rata
produksi
5 tahun terakhir
%
Kapasitas
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
PGM
6
m3
62000
40549
65,40%
Rugi
2.
IPKJ
2
m3
21000
16719
79,61%
Rugi
3.
PGT
8
Ton
83149
55272
66,47%
Untung
4.
PMKP
10
Ton
425
232
54,59%
Impas
5.
PSA
3
Kg
20020
7793
38,93%
Rugi
6.
Pabrik Lak
1
Ton
261
147
56,32%
Rugi
Status
Usaha
9. Hasil Industri Perum Perhutani Tahun 2000-2004
No
Produk
1
2
Satuan
3
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
4
5
6
7
8
1.
Vi Stock
m3
1.661
1.690
1.764
1.879
2.082
2.
BBI
m3
16.340
8.032
8.042
6.180
6.468
3.
Lokal
m3
2.788
1.280
2.345
3.185
1.926
4.
Vinir
Ribu m3
3.705
4.060
4.358
5.849
5.239
5.
TOP
Lembar
5.504
2.438
7.090
3.952
3.633
6.
Teak Solid Door
Buah
118
415
1.100
437
287
7.
Garden Furniture
m3
8.913
10.748
6.191
6.349
3.260
8.
Lamparquet
m2
15.852
445
1.495
15.206
5.862
9.
Finished Flooring
m2
34.512
31.785
15.765
30.264
13.525
10.
Plinth
mL
10.872
47.106
4.119
4.119
20.832
11.
Parket Block
m2
118.182
168.505
116.763
34.754
52.636
12.
Parquet Mozaik
m2
0
1.362
1.977
10.265
1.900
13.
FJLB Jati
m3
90
66
290
0
474
14.
FJLB Pinus
m3
5.101
2.389
2.598
2.677
2.227
15.
Gondorukem
Ton
51.874
47.468
55.454
58.660
53.665
16.
Terpentin
Ton
10.817
9.546
16.488
11.477
10.610
17.
Minyak Kayu Putih
Ton
194
192
227
218
231
18.
Lak Butiran
Ton
200
100
177
103
64
95
Lampiran 2 (lanjutan)
10. Realisasi Pemasaran Tahun 2000 - 2004
No
Produk
1
Satuan
2
2000
2001
Tahun
2002
2003
2004
3
4
5
6
7
8
A. Penjualan Dalam Negeri
1.
Kayu Jati
m3
Juta Rp
743.078
775.922
656.477
821.638
629.078
848.794
591.401
818.500
458.187
886.000
2.
Kayu Rimba
m3
Juta Rp
850.551
177.010
762.870
157.520
789.563
177.429
564.105
142.500
368.857
119.261
3.
Kayu Olahan
Juta Rp
110.652
99.242
43.608
81.523
60.425
4.
Gondorukem
Ton
Juta Rp
30.252
56.386
12.959
51.892
11.276
48.266
9.499
34.059
11.821
42.163
5.
Terpentin
Ton
Juta Rp
2.003
3.621
1.868
6.607
1.762
7.532
1.727
6.775
2.065
7.442
6.
Minyak Kayu Putih
Ton
Juta Rp
199
8.788
190
10.049
221
15.544
191
14.561
216
18.437
7.
Kopi
Ton
Juta Rp
1.867
477
1.094
403
8.263
715
194
372
97
303
8.
Lain-lain
Juta Rp
170.080
170.718
64.828
232.822
382.027
B. Penjualan Luar Negeri
1.
Garden Furniture
m3
Ribu US$
10.059
37.357
8.447
28.694
6.278
22.550
5.719
20.244
3.721
11.962
2.
Gondorukem
Ton
Ribu US$
41.848
17.284
36.274
15.332
47.639
20.370
49.191
21.033
41.825
19.068
3.
Terpentin
Ton
Ribu US$
11.538
2.789
6.885
2.542
9.873
4.377
9.546
4.232
7.222
4.103
4.
Furniture Pinus
m3
Ribu US$
1.839
1.589
2.286
1.843
1.433
1.109
1.171
936
500
435
5.
Parquet Block
m2
Ribu US$
146.502
1.485
110.417
1.361
83.476
988
45.428
529
28.768
321
6.
Finished Floor
m2
Ribu US$
37.404
839
29.905
594
31.989
626
37.433
704
15.205
309
7.
FJL Jati
m3
Ribu US$
409
561
267
361
266
391
219
325
24
27
8.
TOP
Lembar
Ribu US$
4.870
182
3.080
114
7.090
266
3.890
132
3.780
160
9.
Seed Lak
Ton
Ribu US$
166
277
48
82
132
208
36
63
12
23
10.
Housing Comp
Jati
m3
Ribu US$
32
69
194
285
40
109
413
587
105
139
11.
Lain-lain
1.997
1.723
2.055
23.299
72
Juta Rp
96
Lampiran 2 (lanjutan)
11. Kinerja Keuangan Perum Perhutani 2000 - 2004
No
Uraian
Satuan
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
3
4
5
6
7
8
- Dalam Negeri
Juta Rp
1.302.936
1.318.069
1.206.716
1.331.112
1.516.058
- Luar Negeri
Juta Rp
574.659
551.650
487.542
412.392
322.682
Jumlah
Juta Rp
1.887.595
1.869.719
1.694.258
1.743.504
1.838.740
2.
Harga Pokok Penjualan
Juta Rp
1.192.660
1.049.793
966.970
1.215.669
1.099.357
3.
Laba Kotor
Juta Rp
684.935
819.926
727.288
527.835
739.383
4.
Biaya Usaha
- Biaya Adm & Umum
Juta Rp
429.698
519.104
560.308
514.914
508.643
- Biaya Pemasaran
Juta Rp
53.652
61.111
64.945
54.955
46.014
Juta Rp
483.350
580.215
625.253
569.869
554.657
1
2
1.
Pendapatan
Jumlah
5.
Laba Usaha
Juta Rp
201.585
239.711
102.035
-42.034
184.726
6.
Pendapatan Lain-lain
Juta Rp
57.085
71.672
31.797
43.048
48.542
7.
Laba Sebelum Pajak
Juta Rp
258.670
311.383
133.832
1.014
233.267
Pajak
Juta Rp
-67.128
-92.592
0
0
0
Laba Bersih
Juta Rp
191.542
218.792
133.832
1.014
233.267
97
Lampiran 2 (lanjutan)
12. Jumlah Pegawai Menurut Kelompok Umur, Jabatan, dan Pendidikan
No
Uraian
Kelompok Umur (Tahun)
>55
1
1.
2.
3.
2
51-55
46-50
41-45
4
Jabatan
- Direktur Utama
- Direktur
- Kadiv. (sederajat)
- Karo. (sederajat)
- Adm. (sederajat)
- Ajun. (sederajat)
- Asper. (sederajat)
- KRPH. (sederajat)
- Pelaksana
36-40
<35
Jumlah
5
6
7
0
4
14
7
28
42
135
245
665
1
0
5
34
45
96
474
1.152
3.330
0
0
0
17
55
20
152
555
2.119
0
0
0
0
70
28
105
298
1.433
0
0
0
0
12
84
163
468
1.242
0
0
0
0
0
12
93
224
569
1
4
19
58
210
282
1.122
2.942
9.358
Jumlah
1.140
5.137
2.918
1.934
1.969
898
13.996
Komposisi (%)
8
37
21
14
14
6
100
44
41
315
740
110
142
1.761
3.124
113
56
993
1.756
199
72
996
667
256
302
778
633
125
93
418
262
847
706
5.261
7.182
Jumlah
1.140
5.137
2.918
1.934
1.969
898
13.996
Komposisi (%)
8
37
21
14
14
6
100
24
1
76
237
14
104
409
326
247
733
618
419
1.453
1.518
1.310
971
2.283
7.296
3.827
4.760
9.452
Jumlah
101
355
982
1.770
4.281
10.550
18.039
Komposisi (%)
1
2
5
10
24
58
100
Pendidikan
- S1/S2/S3
- Diploma
- SLTA
- <SLTA
TKK
- Pekerja Harian
- Pekerja Kontrak
- Pekerja Borong
98
Lampiran 2 (lanjutan)
13. Distribusi Tingkat Pendidikan Karyawan Menurut Jabatan
No
Uraian
Kelompok Umur (Tahun)
S1-S3
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
2
Diploma
SLTA
<SLTA
4
Direktur Utama
Direktur
Kadiv. (sederajat)
Karo. (sederajat)
Adm. (sederajat)
Ajun. (sederajat)
Asper. (sederajat)
KRPH. (sederajat)
Pelaksana
Jumlah
7
1
4
19
56
166
98
247
68
188
0
0
0
1
16
30
175
212
271
0
0
0
1
28
153
514
1.647
2.918
0
0
0
0
0
1
186
1.015
5.981
1
4
19
58
210
282
1.122
2.942
9.358
Jumlah
847
705
5.261
7.183
13.996
Komposisi (%)
6
5
38
51
100
67
166
442
50
78
268
2.074
2.999
6.170
1.636
1.517
2.572
3.827
4.760
9.452
Jumlah
675
396
11.243
5.725
18.039
Komposisi (%)
4
2
62
32
100
1.518
1.101
16.500
12.908
32.035
TKK
- Pekerja Harian
- Pekerja Kontrak
- Pekerja Borong
Jumlah Karyawan dan Pekerja
14. Hasil Kegiatan SPI Tahun 2000-2001
No
1
Uraian
2
Satuan
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
3
4
5
6
7
8
1.
Hasil Pemeriksaan Rutin
Kali
18
21
15
9
6
2.
Hasil Pemeriksaan Khusus
Kali
3
0
9
1
3
3.
Hasil Pemantauan Tindak Lanjut
Kali
7
3
8
8
3
4.
Hasil Pemeriksaan Lain
Kali
0
12
2
2
2
5.
Hasil Audit Mutu Internal
Kali
2
2
2
2
1
6.
Capacity Building
Kali
8
2
12
10
3
7.
Rapat Koordinasi
Kali
1
1
1
1
1
99
Lampiran 2 (lanjutan)
15. Pelaksanaan PHBM Tahun 2000 - 2004
No
Uraian
Satuan
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
3
4
5
6
7
8
Hasil Tumpangsari
- Padi
- Jagung
- Kacang
- Lain-lain
Ton
Ton
Ton
Ton
16.049
51.782
2.947
2.332
22.531
41.681
9.557
6.522
31.886
169.181
7.377
43.832
196.491
20.441
27.907
138.497
33.433
42.115
3.602
5.836
2.
Hijauan Pakan Ternak
Ton
465
180
17.177
52
514
3.
Kaptering Air
Unit
47
54
25
17
1
4.
Rehabilitasi Hutan Lindung
Ha
7.773
1.762
4.350
2.741
0
5.
Pembentukan Desa PHBM
Desa
0
0
380
1.288
808
6.
Bantuan Bibit
1.122
187
60
110
109
7.
Pengolahan Lebah Madu
290
0
480
125
0
8.
Penyerapan Tenaga Kerja
0
0
0
1.970
1.863
1
1.
2
Ribu Plc
Koloni
Juta
Orang
16. Penyaluran Dana PUKK Tahun 2000-2004
No
Uraian
Satuan
3
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
4
5
6
7
8
1
2
1.
Pinjaman
Juta Rp
37.019
6.390
3.756
4.037
4.184
2.
Hibah
Juta Rp
6.879
1.800
765
623
697
Juta Rp
43.898
8.190
4.521
4.660
4.881
Jumlah
Sasaran Strategis
C1 Meningkatnya kesejahteraan
masyarakat di sekitar hutan
C2 Meningkatnya citra perusahaan
F1 Meningkatnya laba
F2 Berkurangnya struktur biaya
I1 Meningkatnya efektifitas pengusahaan
Hutan
I2 Meningkatnya efektifitas pemasaran
I3 Meningkatnya efektifitas pengamanan
hutan
I4 Meningkatnya kelestarian hutan
G1 Meningkatnya komitmen karyawan
G2 Meningkatnya kapabilitas karyawan
G3 Tersedianya SIM
G4 Terciptanya budaya organisasi yang
Bobot
Indikator Hasil
Perspektif Pelanggan ( C ) 29%
16% C1.a Pendapatan perkapita masyarakat sekitar hutan
C1.b Rasio pengelolaan SDH bersama masyarakat
C1.c Rasio pembinaan masyarakat desa hutan
13%
Indeks kinerja perusahaan
Perspektif Finansial ( F ) 22%
7%
Laba bersih
Bobot
5%
6%
5%
13%
7%
15%
Rasio biaya-pendapatan
Perspektif Proses Bisnis Internal ( I ) 25%
6% I1.a Rasio pengelolaan industri
I1.b Rasio nilai tambah industri
I1.c Rasio litbang
7% I2.a Total pendapatan perusahaan
I2.b Rasio harga produk terhadap harga industri
6% I3.a Jumlah kasus gangguan keamanan hutan
I3.b Jumlah penyelesaian kasus pencurian kayu
6% I4.a Rasio kelestarian hutan
15%
I4.b Laju kerusakan hutan
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ( G ) 24%
6% G1.a Tingkat kehadiran karyawan
G1.b Tingkat kepuasan karyawan
6% G2.a Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan
G2.b Rasio peningkatan SDM
G2.c Rasio produktivitas karyawan
6%
Jumlah unit kerja yang tersambung online
6% G4.a Tingkat pemahaman visi misi perusahaan
3%
G4.b Jumlah kasus penyimpangan
100%
3%
3%
2%
2%
2%
6%
3%
3%
100%
100
efisien dan profesional
2%
2%
2%
3%
4%
3%
3%
3%
Lampiran 3. Hasil pembobotan perspektif BSC Perum Perhutani
Hasil pembobotan perspektif BSC Perum Perhutani
101
Lampiran 4. Pengolahan Hasil Kuesioner
Responden 1
Bobot Perspektif
G
I
F
C
G
0
3
2
3
I
3
0
2
3
Bobot Sasaran Strategis
1. Perspektif Pelanggan ( C )
C1
C2
C1
0
3
C2
0
3
2. Perspektif Finansial ( F )
F1
F1
0
F2
4
F2
2
0
3. Perspektif Proses Bisnis Internal ( I )
I1
I2
I1
0
2
I2
0
4
I3
3
3
I4
4
4
F
4
4
0
3
3
3
6
2
4
6
C
3
3
3
0
10
10
7
9
36
Bobot
0,28
0,28
0,19
0,25
Bobot
0,50
0,50
Bobot
0,33
0,67
I3
3
3
0
4
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ( G )
G1
G2
G3
G1
0
4
4
G2
0
2
4
G3
0
2
2
G4
3
4
4
I4
2
2
2
0
G4
3
2
2
0
7
9
8
12
36
11
8
6
11
36
Bobot Indikator Hasil
1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan ( C1 )
C1.a
C1.b
C1.c
Bobot
C1.a
0
4
3
7
0,39
C1.b
0
2
3
5
0,28
C1.c
0
3
3
6
0,33
18
Bobot
0,19
0,25
0,22
0,33
Bobot
0,31
0,22
0,17
0,31
102
Lampiran 4 (lanjutan)
2. Meningkatnya efektifitas pengusahaan hutan ( I1 )
I1.a
I1.b
I1.c
I1.a
0
3
3
6
I1.b
0
3
3
6
I1.c
0
3
3
6
18
3. Meningkatnya efektifitas pemasaran ( I2 )
I2.a
I2.b
I2.a
0
4
4
I2.b
0
2
2
6
Bobot
0,33
0,33
0,33
Bobot
0,67
0,33
4. Meningkatnya efektifitas pengamanan hutan ( I3 )
I3.a
I3.b
Bobot
I3.a
0
2
2
0,33
I3.b
0
4
4
0,67
6
5. Meningkatnya kelestarian hutan ( I4 )
I4.a
I4.b
I4.a
0
4
4
I4.b
0
2
2
6
Bobot
0,67
0,33
6. Meningkatnya komitmen karyawan ( G1 )
G1.a
G1.b
G1.a
0
2
2
G1.b
0
4
4
6
Bobot
0,33
0,67
7. Meningkatnya kapabilitas karyawan ( G2 )
G2.a
G2.b
G2.c
G2.a
0
3
2
G2.b
0
3
2
G2.c
0
4
4
5
5
8
18
Bobot
0,28
0,28
0,44
8. Terciptanya budaya organisasi yang efisien dan profesional ( G4 )
G4.a
G4.b
G4.a
0
3
G4.b
3
0
3
3
6
Bobot
0,50
0,50
103
Lampiran 4 (lanjutan)
Responden 2
Bobot Perspektif
G
I
F
C
G
0
2
3
3
I
4
0
4
4
Bobot Sasaran Strategis
1. Perspektif Pelanggan ( C )
C1
C2
C1
0
3
C2
3
0
2. Perspektif Finansial ( F )
F1
F1
0
F2
4
F2
2
0
3. Perspektif Proses Bisnis Internal ( I )
I1
I2
I1
0
3
I2
0
3
I3
3
3
I4
3
3
F
3
2
0
2
3
3
6
2
4
6
I3
3
3
0
3
C
3
2
4
0
10
6
11
9
36
Bobot
0,28
0,17
0,31
0,25
Bobot
0,50
0,50
Bobot
0,33
0,67
I4
3
3
3
0
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ( G )
G1
G2
G3
G4
G1
0
2
3
2
G2
0
4
3
4
G3
3
3
0
3
G4
0
4
2
3
9
9
9
9
36
7
11
9
9
36
Bobot Indikator Hasil
1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan ( C1 )
C1.a
C1.b
C1.c
Bobot
C1.a
0
3
3
6
0,33
C1.b
0
3
4
7
0,39
C1.c
0
3
2
5
0,28
18
Bobot
0,25
0,25
0,25
0,25
Bobot
0,19
0,31
0,25
0,25
104
Lampiran 4 (lanjutan)
2. Meningkatnya efektifitas pengusahaan hutan ( I1 )
I1.a
I1.b
I1.c
I1.a
0
2
2
4
I1.b
0
4
3
7
I1.c
0
4
3
7
18
3. Meningkatnya efektifitas pemasaran ( I2 )
I2.a
I2.b
I2.a
0
4
4
I2.b
0
2
2
6
Bobot
0,22
0,39
0,39
Bobot
0,67
0,33
4. Meningkatnya efektifitas pengamanan hutan ( I3 )
I3.a
I3.b
Bobot
I3.a
0
4
4
0,67
I3.b
0
2
2
0,33
6
5. Meningkatnya kelestarian hutan ( I4 )
I4.a
I4.b
I4.a
0
4
4
I4.b
0
2
2
6
Bobot
0,67
0,33
6. Meningkatnya komitmen karyawan ( G1 )
G1.a
G1.b
G1.a
0
2
2
G1.b
0
4
4
6
Bobot
0,33
0,67
7. Meningkatnya kapabilitas karyawan ( G2 )
G2.a
G2.b
G2.c
G2.a
0
4
4
G2.b
0
2
2
G2.c
0
2
4
8
4
6
18
Bobot
0,44
0,22
0,33
8. Terciptanya budaya organisasi yang efisien dan profesional ( G4 )
G4.a
G4.b
Bobot
G4.a
0
2
2
0,33
G4.b
0
4
4
0,67
6
105
Lampiran 4 (lanjutan)
Responden 3
Bobot Perspektif
G
I
F
C
G
0
2
2
3
I
4
0
2
4
Bobot Sasaran Strategis
1. Perspektif Pelanggan ( C )
C1
C2
C1
0
4
C2
2
0
2. Perspektif Finansial ( F )
F1
F1
0
F2
4
F2
2
0
3. Perspektif Proses Bisnis Internal ( I )
I1
I2
I1
0
3
I2
0
3
I3
3
3
I4
3
3
F
4
4
0
2
4
2
6
2
4
6
I3
3
3
0
3
C
3
2
2
0
11
8
6
9
34
Bobot
0,32
0,24
0,18
0,26
Bobot
0,67
0,33
Bobot
0,33
0,67
I4
3
3
3
0
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ( G )
G1
G2
G3
G4
G1
0
4
5
3
G2
0
2
4
3
G3
1
2
0
4
G4
0
3
3
2
9
9
9
9
36
12
9
7
8
36
Bobot Indikator Hasil
1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan ( C1 )
C1.a
C1.b
C1.c
Bobot
C1.a
0
4
4
8
0,44
C1.b
0
2
3
5
0,28
C1.c
0
2
3
5
0,28
18
Bobot
0,25
0,25
0,25
0,25
Bobot
0,33
0,25
0,19
0,22
106
Lampiran 4 (lanjutan)
2. Meningkatnya efektifitas pengusahaan hutan ( I1 )
I1.a
I1.b
I1.c
I1.a
0
4
4
8
I1.b
0
2
3
5
I1.c
0
2
3
5
18
3. Meningkatnya efektifitas pemasaran ( I2 )
I2.a
I2.b
I2.a
0
1
1
I2.b
0
5
5
6
Bobot
0,44
0,28
0,28
Bobot
0,17
0,83
4. Meningkatnya efektifitas pengamanan hutan ( I3 )
I3.a
I3.b
Bobot
I3.a
0
4
4
0,67
I3.b
0
2
2
0,33
6
5. Meningkatnya kelestarian hutan ( I4 )
I4.a
I4.b
I4.a
0
3
3
I4.b
0
3
3
6
Bobot
0,50
0,50
6. Meningkatnya komitmen karyawan ( G1 )
G1.a
G1.b
G1.a
0
4
4
G1.b
0
2
2
6
Bobot
0,67
0,33
7. Meningkatnya kapabilitas karyawan ( G2 )
G2.a
G2.b
G2.c
G2.a
0
4
3
G2.b
0
2
2
G2.c
0
3
4
7
4
7
18
Bobot
0,39
0,22
0,39
8. Terciptanya budaya organisasi yang efisien dan profesional ( G4 )
G4.a
G4.b
Bobot
G4.a
0
4
4
0,67
G4.b
0
2
2
0,33
6
107
Lampiran 4 (lanjutan)
Responden 4
Bobot Perspektif
G
I
F
C
G
0
3
3
5
I
3
0
2
4
Bobot Sasaran Strategis
1. Perspektif Pelanggan ( C )
C1
C2
C1
0
3
C2
3
0
2. Perspektif Finansial ( F )
F1
F1
0
F2
4
F2
2
0
3. Perspektif Proses Bisnis Internal ( I )
I1
I2
I1
0
4
I2
0
2
I3
3
3
I4
2
2
F
3
4
0
4
3
3
6
2
4
6
I3
3
3
0
2
C
1
2
2
0
7
9
7
13
36
Bobot
0,19
0,25
0,19
0,36
Bobot
0,50
0,50
Bobot
0,33
0,67
I4
4
4
4
0
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ( G )
G1
G2
G3
G4
G1
0
2
2
2
G2
0
4
2
3
G3
4
4
0
4
G4
0
4
3
2
11
9
10
6
36
6
9
12
9
36
Bobot Indikator Hasil
1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan ( C1 )
C1.a
C1.b
C1.c
Bobot
C1.a
0
2
2
4
0,22
C1.b
0
4
3
7
0,39
C1.c
0
4
3
7
0,39
18
Bobot
0,31
0,25
0,28
0,17
Bobot
0,17
0,25
0,33
0,25
108
Lampiran 4 (lanjutan)
2. Meningkatnya efektifitas pengusahaan hutan ( I1 )
I1.a
I1.b
I1.c
I1.a
0
2
2
4
I1.b
0
4
3
7
I1.c
0
4
3
7
18
3. Meningkatnya efektifitas pemasaran ( I2 )
I2.a
I2.b
I2.a
0
2
2
I2.b
0
4
4
6
Bobot
0,22
0,39
0,39
Bobot
0,33
0,67
4. Meningkatnya efektifitas pengamanan hutan ( I3 )
I3.a
I3.b
Bobot
I3.a
0
4
4
0,67
I3.b
0
2
2
0,33
6
5. Meningkatnya kelestarian hutan ( I4 )
I4.a
I4.b
I4.a
0
2
2
I4.b
0
4
4
6
Bobot
0,33
0,67
6. Meningkatnya komitmen karyawan ( G1 )
G1.a
G1.b
G1.a
0
4
4
G1.b
0
2
2
6
Bobot
0,67
0,33
7. Meningkatnya kapabilitas karyawan ( G2 )
G2.a
G2.b
G2.c
G2.a
0
3
4
G2.b
0
3
4
G2.c
0
2
2
7
7
4
18
Bobot
0,39
0,39
0,22
8. Terciptanya budaya organisasi yang efisien dan profesional ( G4 )
G4.a
G4.b
Bobot
G4.a
0
2
2
0,33
G4.b
0
4
4
0,67
6
109
Lampiran 4 (lanjutan)
Responden 5
Bobot Perspektif
G
I
F
C
G
0
4
3
3
I
2
0
3
3
Bobot Sasaran Strategis
1. Perspektif Pelanggan ( C )
C1
C2
C1
0
3
C2
3
0
2. Perspektif Finansial ( F )
F1
F1
0
F2
4
F2
2
0
3. Perspektif Proses Bisnis Internal ( I )
I1
I2
I1
0
3
I2
0
3
I3
3
3
I4
4
3
F
3
3
0
3
3
3
6
2
4
6
I3
3
3
0
3
C
3
3
3
0
8
10
9
9
36
Bobot
0,22
0,28
0,25
0,25
Bobot
0,50
0,50
Bobot
0,33
0,67
I4
2
3
3
0
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ( G )
G1
G2
G3
G4
G1
0
3
3
3
G2
0
3
3
2
G3
3
3
0
3
G4
0
3
4
3
8
9
9
10
36
9
8
9
10
36
Bobot Indikator Hasil
1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan ( C1 )
C1.a
C1.b
C1.c
Bobot
C1.a
0
3
3
6
0,33
C1.b
0
3
4
7
0,39
C1.c
0
3
2
5
0,28
18
Bobot
0,22
0,25
0,25
0,28
Bobot
0,25
0,22
0,25
0,28
110
Lampiran 4 (lanjutan)
2. Meningkatnya efektifitas pengusahaan hutan ( I1 )
I1.a
I1.b
I1.c
I1.a
0
2
3
5
I1.b
0
4
4
8
I1.c
0
3
2
5
18
3. Meningkatnya efektifitas pemasaran ( I2 )
I2.a
I2.b
I2.a
0
4
4
I2.b
0
2
2
6
Bobot
0,28
0,44
0,28
Bobot
0,67
0,33
4. Meningkatnya efektifitas pengamanan hutan ( I3 )
I3.a
I3.b
Bobot
I3.a
0
3
3
0,50
I3.b
0
3
3
0,50
6
5. Meningkatnya kelestarian hutan ( I4 )
I4.a
I4.b
I4.a
0
3
3
I4.b
0
3
3
6
Bobot
0,50
0,50
6. Meningkatnya komitmen karyawan ( G1 )
G1.a
G1.b
G1.a
0
3
3
G1.b
0
3
3
6
Bobot
0,50
0,50
7. Meningkatnya kapabilitas karyawan ( G2 )
G2.a
G2.b
G2.c
G2.a
0
2
3
G2.b
0
4
3
G2.c
0
3
3
5
7
6
18
Bobot
0,28
0,39
0,33
8. Terciptanya budaya organisasi yang efisien dan profesional ( G4 )
G4.a
G4.b
Bobot
G4.a
0
4
4
0,67
G4.b
0
2
2
0,33
6
Perspektif Pelanggan
Sasaran Strategis
C1 Meningkatnya kesejahteraan
masyarakat di sekitar hutan
C2 Meningkatnya citra perusahaan
Perspektif Finansial
Sasaran Strategis
F1 Meningkatnya laba
F2 Berkurangnya biaya
Ukuran Hasil
Tingkat pendapatan perkapita
masyarakat sekitar hutan
Insiatif Strategis
Penyaluran dana Program Usaha Kecil dan
Koperasi (PUKK)
Rasio pengelolaan sumberdaya hutan
bersama masyarakat
Pembentukan mitra kerja/usaha masyarakat di
sekitar hutan (MDH)
Rasio pembinaan masyarakat desa
Sosialisasi konsep Pengembangan Hutan
Bersama Masyarakat
Indeks kinerja perusahaan
Meningkatkan citra perusahaan
Ukuran Hasil
Laba perusahaan
Insiatif Strategis
Optimalisasi harga produk
Raso biaya-pendapatan
Penyempurnaan sistem penganggaran activity
based budgeting
Lampiran 5. Matriks BSC Perum Perhutani
Matriks BSC Perum Perhutani
Divestasi unit usaha tidak menguntungkan
111
Ukuran Hasil
Rasio pengelolaan industri
Insiatif Strategis
Optimalisasi fungsi Pusat Pengembangan SDH
Rasio nilai tambah industri
Kerjasama Pengolahan (KSP)
Rasio Litbang
I2 Meningkatnya efektifitas
pemasaran
Total pendapatan
Pengawasan terhadap saluran penjualan
Rasio harga produk terhadap rata-rata
harga indutri
Penyempurnaan sistem informasi pemasaran
Lampiran 5 (lanjutan)
Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran Strategis
I1 Meningkatnya efektivitas
pengusahaan hutan
Penajaman segmentasi pasar
I3 Meningkatnya efektifitas
pengamanan hutan
Jumlah kasus gangguan keamanan
hutan
Kemitraan strategis dengan kepolisian dan
masyarakat dalam pengamanan hutan
Penyelesaian kasus pencurian kayu
I4 Meningkatnya kelestarian hutan
Rasio kelestarian hutan
Prioritas reboisasi dan rehabilitasi hutan kritis
pada wilayah rawan bencana
Laju kerusakan hutan
Penyempurnaan sistem informasi sumberdaya
hutan
112
Insiatif Strategis
Perbaikan sistem penilaian kinerja karyawan
Perbaikan pola karir karyawan
Tingkat kepuasan karyawan
Penataan ulang struktur dan nilai gaji
G2 Meningkatnya kapabilitas
karyawan
Jumlah karyawan yang mengikuti
pelatihan
Lampiran 5 (lanjutan)
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Sasaran Strategis
Ukuran Hasil
G1 Meningkatnya komitmen
Tingkat kehadiran karyawan
karyawan
Pendidikan dan pelatihan karyawan
Rasio peningkatan SDM
Rasio produktivitas karyawan
G3 Tersedianya sistem informasi
manajemen
Jumlah unit kerja yang terhubung
LAN/WAN
Pengembangan SIM terintergrasi dengan satu
sistem operasi
G4 Terciptanya budaya organisasi
yang efisien dan profesional
Waktu pengambilan keputusan
Restrukturisasi (downsizing) organisasi
Penerapan GCG dan budaya PETIK
Jumlah kasus penyimpangan
Optimalisasi fungsi unit pengawasan internal
113
Download