analisis kompetensi guru militer di pusdikajen kodiklat tni ad

advertisement
} Halaman 229 – 246
ANALISIS KOMPETENSI GURU MILITER DI PUSDIKAJEN
KODIKLAT TNI AD
Sedarmayanti
Guru Besar Universitas Dr. Soetomo Surabaya / Dosen STIA LAN RI
e-mail: [email protected]
Herdi Risman
Alumni Program Magister Administrasi Publik STIA LAN Bandung
e-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kompetensi Guru Militer di
Pusdikajen Kodiklat TNI AD, untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh Pusdikajen Kodiklat TNI
AD dalam meningkatkan kompetensi Guru Militer serta untuk mengetahui strategi yang digunakan
guna mengatasi hambatan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan menganalisis data sekunder dan wawancara secara
langsung (indepth interview) untuk menggali data-data primer. Hasil penelitian menunjukan, bahwa
berdasarkan indikator kompetensi yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap, kompetensi yang
dimiliki Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD sudah termasuk kedalam kategori cukup baik.
Dalam meningkatkan kompetensi Guru Militer, Pusdikajen Kodiklat TNI AD menemui beberapa
hambatan seperti, motivasi belajar Guru Militer masih belum optimal. Pelatihan internal masih belum
mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan Guru Militer dalam proses belajar mengajar,
masih banyak Guru Militer yang menggunakan teknik konvensional dalam proses belajar mengajar,
terbatasnya jumlah pelatih/Trainers yang memiliki kualifikasi memadai sebagai tenaga pendidik dalam
bidang teknologi informasi dan peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan satuan atas (Kodiklat TNI
AD dan Ditajenad) secara mendadak, sering membingungkan para Guru Militer. Untuk mengatasi
hambatan tersebut, Dan pusdikajen Kodiklat TNI AD sering memberikan pengarahan agar Guru
Militer senantiasa memelihara dan meningkatkan motivasi belajar.
Kata Kunci: Guru Militer, Kompetensi, Pengetahuan, Keterampilan, Sikap
Analysis of Military Teacher Competence at Pusdikajen Kodiklat TNI AD
Abstract
This research aimed to identify and analyze the Military Teacher competence at Pusdikajen Kodiklat TNI
AD, the constraints faced by Pusdikajen Kodiklat TNI AD in improving the Military Teacher competence, and
the strategies to overcome those constraints. It employed a descriptive qualitative method. The data were collected
through in-depth interviews for primary data and secondary data reviews. The research result revealed that,
from the indicators of competence comprising knowledge, skills and attitude, the Military Teacher competence at
Pusdikajen Kodiklat TNI AD was within the category of ‘quite good’. Pusdikajen Kodiklat TNI AD faced several
constraints in increasing the Military Teacher competence. For example, their motivation to study was minor. The
internal training also could not upgrade their ability in the teaching and learning process. Some of them still used
a conventional technique in giving assignments and conducting assessments to the students, Pusdikajen Kodiklat
TNI AD had a limited number of trainers qualified in operating information and technology devices. Unexpected
rules and policy released by Kodiklat TNI AD and Ditajenad sometimes made a Military Teacher confused. To
overcome the constraints, the Commander of Pusdikajen Kodiklat TNI AD instructed the teacher to raise their
motivation to learn.
Keyword:
Military Teacher, Competence, Knowledge, Skill, Attitude
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan salah satu sumber
daya yang terdapat dalam suatu organisasi.
Keberadaan manusia memiliki peranan penting
dalam pencapaian tujuan organisasi. Sumber
daya manusia mampu menunjang keberhasilan
organisasi melalui potensi yang dimiliki oleh
masing-masing individu. Sehebat dan sekuat
apapun sumber daya lainnya, tanpa campur
tangan manusia di dalamnya organisasi akan
sulit untuk mencapai tujuannya. Mengingat
pentingnya
peranan
manusia
dalam
suatu organisasi, maka diperlukan sebuah
pengelolaan sumber daya manusia agar sumber
229
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
daya manusia yang ada bisa mendukung
organisasi dalam mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien. Organisasi publik sebagai
penyelenggara
pemerintahan
tentunya
menyadari kondisi ini. Konsep Good Governance
yang diterapkan pemerintah Indonesia,
menempatkan sumber daya manusia sebagai
salah satu aspek yang menentukan keberhasilan
konsep ini. Baik buruknya pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat tergantung dari
kinerja yang ditampilkan oleh setiap aparatur
pemerintahan. Pemerintah harus memberikan
perhatian yang lebih serius terhadap sumber
daya manusia agar setiap sumber daya manusia
yang mengawasi organisasi publik memiliki
kompetensi, professional, efektif dan efisien.
Dengan kata lain pemerintah harus mulai
memperhatikan kinerja setiap individu yang
ada di organisasi agar kinerja organisasi secara
keseluruhan dapat meningkat.
Guna mewujudkan good governance, hal
pertama yang perlu diperhatikan tentu saja
kompentensi yang dimiliki oleh setiap individu
dalam organisasi. Kompetensi akan berbanding
lurus dengan kinerja setiap individu. Dengan
kompetensi yang baik, tentu akan menghasilkan
kinerja yang baik pula. Oleh karena itu di­
perlukan
upaya
untuk
meningkatkan
kompetensi setiap individu di dalam organisasi.
Peningkatan kompetensi bisa dilakukan
dengan berbagai macam cara, diantaranya
adalah dengan pendidikan dan latihan. Melalui
pendidikan dan latihan, akan terjadi transfer
ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap dari
para pengajar kepada para peserta pendidikan
dan latihan. Dengan demikian diharapkan akan
terjadi perbaikan kompetensi setelah mengikuti
pendidikan dan latihan.
Pendidikan merupakan satu diantara
unsur penting guna mewujudkan cita-cita
luhur bangsa. Cita–cita luhur bangsa dimaksud
adalah seperti yang tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa. Dalam dunia pendidikan, peningkatan
kualitas sumber daya manusia bukan hanya
difokuskan pada peserta didik, tetapi juga pada
tenaga pendidik. Kompetensi yang dimiliki oleh
seorang tenaga pendidik sangat mempengaruhi
keberhasilan sebuah pendidikan. Tenaga
pendidik harus bisa menjadi panutan bagi para
peserta didik. Karena untuk mendapatkan
keluaran hasil pendidikan yang berkualitas
tentu diawali dari tenaga pendidik yang
memiliki kompetensi yang baik. Selain memiliki
kompetensi yang baik sesuai dengan bidang
230
tugasnya masing–masing, para tenaga pendidik
juga harus peka terhadap segala macam
perubahan yang terjadi di dalam maupun di
luar organisasi. Sejalan dengan berbagai macam
perubahan, maka sudah seharusnya para
tenaga pendidik memiliki kemampuan untuk
mengantisipasi segala macam perkembangan
yang diakibatkan oleh perubahan tersebut.
Dengan kompetensi yang baik, setiap tenaga
pendidik akan terdorong untuk dapat
berpartisipasi aktif dan dapat memberikan
kontribusi dalam proses belajar mengajar.
Transformasi yang dilakukan oleh
Angkatan Darat juga menuntut setiap
individu untuk bisa menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi. Transformasi di bidang
alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang
menggunakan peralatan modern dan canggih
tentunya memerlukan personel yang memiliki
kompetensi khusus di bidangnya, agar
peralatan–peralatan tersebut bisa digunakan
dengan maksimal. Bukan hanya di bidang
alutsista, Angkatan Darat juga melakukan
transformasi di bidang personel. Saat ini setiap
personel Angkatan Darat dituntut untuk menjadi
lebih profesional dan memiliki kompetensi
sesuai bidang tugasnya masing–masing.
Meningkatnya profesionalisme dan kompetensi
tentu akan berujung pada peningkatan kinerja
setiap personel di lingkungan Angkatan
Darat. Untuk mendukung peningkatan kinerja
tersebut, maka sejak tahun 2010 pemerintah
telah memberikan kompensasi kepada prajurit
TNI berupa tunjangan kinerja. Dalam Pasal 2
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
72 Tahun 2010 tentang Tunjangan Kinerja
Pegawai di Lingkungan Tentara Nasional
Indonesia diutarakan bahwa: kepada seluruh
pegawai Tentara Nasional Indonesia yang pada
saat berlakunya Peraturan Presiden ini, selain
penghasilan yang berhak diterima, diberikan
Tunjangan Kinerja setiap bulan.
Selain melalui pemberian tunjangan
kinerja, upaya lain yang dilakukan oleh
Angkatan Darat adalah melalui pendidikan
dan latihan. Angkatan Darat melalui Lembaga
Pendidikan di lingkungannya berusaha
memberikan pendidikan dan latihan yang
tidak hanya berfokus pada peningkatan
pengetahuan dan keterampilan saja tetapi
juga turut memperhatikan peningkatan dari
segi sikap. Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal
(Pusdikajen) Kodiklat TNI AD sebagai sebuah
Lembaga Pendidikan Kecabangan Ajudan
Jenderal di lingkungan Angkatan Darat, yang
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
memiliki tugas pokok mendidik dan melatih
Prajurit ataupun Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Ajudan Jenderal agar menjadi personel yang
profesional, disiplin dan berjiwa Sapta Marga,
sejatinya tanggap terhadap fenomena tersebut.
Oleh karena itu, Pusdikajen Kodiklat TNI AD
terus berupaya untuk meningkatkan kompetensi
para personelnya khususnya kompetensi para
tenaga pendidik.
Hal ini diperlukan untuk mendapatkan
keluaran hasil pendidikan yang berkualitas
dengan diawali dari tenaga pendidik yang
memiliki kompetensi yang baik. Peningkatan
kualitas pembelajaran akan bermuara pada
keluaran hasil pendidikan yang berkualitas,
sehingga dapat menjadikan sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi yang baik.
Tenaga pendidik yang ada di lingkungan
Angkatan Darat biasa disebut guru militer
(gumil). Personel Militer Pusdikajen Kodiklat
TNI AD yang berpangkat Perwira, baik itu
kelompok pangkat Perwira Menengah ataupun
Perwira Pertama, disiapkan untuk menjadi
seorang tenaga pendidik. Karena pada dasarnya
personel yang berpangkat Perwira harus bisa
membimbing dan memberikan petunjuk serta
arahan kepada anggotanya. Walaupun tidak
menduduki jabatan fungsional sebagai seorang
guru militer, Perwira yang menduduki jabatan
struktural pun harus siap untuk menjadi seorang
tenaga pendidik.
Berdasarkan hasil pengamatan sementara,
kompetensi yang dimiliki oleh gumil di
Pusdikajen Kodiklat TNI AD masih kurang
optimal. Hal ini bisa terlihat dari fenomena yang
ditemukan di lapangan yaitu sebagai berikut:
1. Masih ada guru militer di Pusdikajen
Kodiklat TNI AD yang belum mengikuti
pendidikan tenaga pendidik di lingkungan
TNI AD, seperti pendidikan Kursus Tenaga
Pendidik (Susgadik)/Kursus Guru Militer
(Susgumil)/Perwira Pelatih (Patih). Kondisi
ini menunjukan bahwa belum semua guru
militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
memiliki sertifikasi untuk mengajar. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kondisi Guru Militer Pusdikajen
Kodiklat TNI AD Yang Sudah
Mengikuti Pendidikan Tenaga Pendidik
(Sertifikasi Tenaga Pendidik)
Tenaga Pendidik
No
Tahun
1
2
3
4
2011
2012
2013
2014
Jumlah
Sus Gadik /
Gumil / Patih
%
71
73
66
70
19
60
52
52
26,76
82,19
78,79
74,29
Sumber: Seksi Administrasi Pusdikajen Kodiklat TNI AD 2014
2. Masih adanya guru militer yang belum
mampu memanfaatkan fasilitas kerja,
seperti komputer dan akses internet dalam
proses belajar mengajar. Hal ini menjadi
sangat penting, karena proses belajar
mengajar di Pusdikajen Kodiklat TNI
AD sudah berbasis teknologi informasi
dengan menggunakan e learning sebagai
salah satu media penyampaian materi
dan penugasan.
Keterbatasan dalam
memanfaatkan fasilitas komputer dan
internet mengakibatkan proses belajar
mengajar dilaksanakan dengan teknik
yang konvensional. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2. Kondisi Guru Militer Yang
Menguasai Komputer & Akses Internet Di
Pusdikajen Kodiklat TNI AD
No
1
2
Kelompok
Pangkat
Kualifikasi
Jumlah
Mampu
Tidak
Mampu
%
Perwira
Menengah
Perwira
Pertama
32
28
4
87,50
38
33
5
86,84
Jumlah
70
61
9
100
Sumber: Seksi Administrasi Pusdikajen Kodiklat TNI AD tahun
2014
3.
Guru militer masih kurang berimprovisasi
dalam proses belajar mengajar, sehingga
membuat suasana belajar mengajar
menjadi kaku.
4. Masih ada guru militer yang kurang
peduli terhadap kelengkapan administrasi
231
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
dalam proses belajar mengajar. Sebagai
contoh kelengkapan administrasi dalam
proses belajar mengajar adalah Kesiapan
Mengajar (Siapjar) yang di dalamnya
terdapat Tujuan Instruksional Umum (TIU)
dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
Kondisi ini mengakibatkan perumusan
dan penyusunan satuan pembelajaran
tidak sesuai dengan kurikulum yang di
operasionalkan dan berimbas pada tidak
jelasnya sasaran dan tujuan pembelajaran.
Hal ini dapat dilihat dari tabel 3.
Tabel 3. Kondisi Kelengkapan Paket Instruksi (PI) Guru Militer Berdasarkan
Jenis Pendidikan di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
No
1
2
3
4
5
7
Jenis Pendidikan
Paket Instruksi (PI)
Jumlah
Mata Pelajaran
Lengkap
Tidak Lengkap
68
50
14
11
11
51
61
47
12
11
11
43
7
3
2
0
0
8
Diklapa II
Diklapa I
Suspaminu
Suspaminperspra
Suspaminpers PNS
Diksarcab
%
89,71
94
85,71
100
100
84,31
Sumber: Tim Gumil/Tih Pusdikajen Kodiklat TNI AD tahun 2014
5. Motivasi untuk senantiasa belajar dan
mengembangkan diri dirasakan masih
kurang. Hal ini terlihat dari kurangnya
minat para guru militer dalam mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan secara
internal oleh Pusdikajen Kodiklat TNI AD.
B.
LANDASAN TEORITIS
1.
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Peran strategis yang dimiliki oleh
sumber daya manusia dalam suatu organisasi
menuntut sumber daya manusia tersebut bisa
terus berkembang dan menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi serta menyesuaikan
dengan kebutuhan organisasi. Bukan hanya
dari segi kuantitas namun yang jauh lebih
penting adalah pengembangan dari segi
kualitas. Pengembangan dari segi kualitas
mampu membantu organisasi dalam mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien. Oleh
karena itu, setiap organisasi yang ingin secara
efektif dan efisien mencapai tujuannya harus
memperhatikan proses pengembangan sumber
daya manusia.
Swasono dan Sulistyianingsih, (1998: 6)
menyebutkan bahwa: Pembangunan manusia
merupakan proses peningkatan kemampuan
manusia. Proses tersebut dikonsentrasikan
secara merata pada peningkatan formasi
kemampuan-kemampuan manusia melalui
investasi pada diri manusia; dan pemanfataan
diri
kemampuan-kemampuan
manusia
232
melalui penciptaan kerangka partisipasi untuk
menghasilkan pendapatan dan peningkatan
kesempatan kerja.
Berdasarkan konsep tersebut, berarti
pengembangan
sumber
daya
manusia
merupakan
salah
satu
bagian
dari
pembangunan
manusia.
Pemberdayaan
manusia menyangkut partisipasi manusia
dalam proses pengembangan suatu negara,
yaitu pembangunan dari manusia oleh manusia
dan untuk manusia. Pegawai dalam suatu
organisasi sebagai sumber daya manusia sebagai
hasil dari proses seleksi harus dikembangkan
agar kemampuan mereka dapat mengikuti
perkembangan
organisasi.
Notoatmodjo
(2003: 98), secara rinci menguraikan area
kegiatan pengembangan sumber daya manusia
mempunyai 3 fungsi pokok, yaitu:
•
Pelatihan pegawai (employee training)
•
Pendidikan pegawai (employee education)
•
Pembangunan
development)
pegawai
(employee
Kegiatan ketiga area tersebut (pelatihan,
pendidikan dan pembangunan pegawai)
adalah merupakan kegiatan pokok untuk
pengembangan
sumber
daya
manusia
(pegawai) di dalam suatu organisasi dengan
tujuan untuk mengembangkan organisasi yang
bersangkutan. Pelatihan dan pengembangan
sumber daya manusia mempunyai dua tujuan
yaitu tujuan khusus dan tujuan umum. Kedua
tujuan tersebut seperti terlihat pada Gambar 1.
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
a.
Sumber: Sedarmayanti (2013: 72)
Gambar 1. Tujuan Umum dan Khusus Pelatihan dan
Pengembangan
Berdasarkan gambar tersebut dapat di­
jelaskan bahwa tujuan dari pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia dilakukan
untuk kepentingan pegawai itu sendiri serta
untuk kepentingan organisasi (produktivitas
organisasi).
Lebih
lanjut,
Sedarmayanti
(2013:
73) menyebutkan bahwa kegiatan untuk
meningkatkan
produktivitas
organisasi
dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain:
•
Mengembangkan pengetahuan, sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan secara
rasional.
•
Mengembangkan keterampilan/keahlian,
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
lebih cepat dan efektif.
•
Mengembangkan/mengubah
sikap,
sehingga menimbulkan kemauan kerja
sama dengan sesama karyawan dan
manajemen (pimpinan).
Dari uraian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kegiatan pengembangan
sumber daya manusia meliputi tiga aspek
kompetensi, yaitu pengembangan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
2. Manajemen, Pengembangan dan Pola
Karir
Karir merupakan bagian yang sulit di
pisahkan dalam proses pengembangan sumber
daya manusia. Karir menjadi salah satu faktor
kunci bagi organisasi agar pegawainya mau
mengembangkan
dirinya
masing-masing.
Melalui karir, organisasi mencoba menawarkan
sesuatu yang lebih baik kepada pegawainya.
Peningkatan tanggung jawab, status, kekuasaan,
wewenang dan pendapatan membuat seorang
pegawai merasa lebih diakui dan dihargai serta
bisa lebih mengaktualisasikan dirinya dalam
kehidupan berorganisasi.
Manajemen Karir
Karir
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan dari proses pengembangan SDM.
Pemahaman akan perlunya karir pegawai dan
bagaimana keterkaitan karir dengan kepuasan,
kebahagiaan, dan pemenuhan finansial pegawai
menjadi salah satu titik sentral bagi organisasi
dalam proses pengembangan SDM. Selain itu
perhatian akan pemenuhan karir pegawai akan
membawa organisasi pada kemudahan dalam
pencapaian tujuan.
Harris dan DeSimone (1994: 325)
mengatakan bahwa: Karir adalah pola
pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan
yang menjadi bagian dari kehidupan seseorang.
Sementara itu, Mondy dan Noe (1990: 352)
mendefinisikan karir sebagai: Suatu arah yang
secara umum ingin dicapai dalam kehidupan
kerja seseorang. Sedangkan Torrington dan
Hall (1995) mendefinisikan karir sebagai: Polapola atau sekuen kehidupan kerja seseorang.
Selanjutnya Bernardin dan Russell (1998: 208)
memberi pengertian karir sebagai berikut:
Serangkaian sikap dan perilaku yang dirasakan
secara individual yang berkaitan dengan
aktivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman
kerja sepanjang kehidupan kerja seseorang.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa karir adalah sebagai
serangkaian pengalaman yang berkaitan
dengan pekerjaan, yang didalamnya terdapat
nilai-nilai, sikap, dan pengharapan seseorang.
Dengan kata lain, karir adalah perjalanan hidup
seorang pegawai dalam dunia pekerjaannya
yang dimulai sejak pegawai tersebut masuk
dalam suatu organisasi dan berakhir saat
pegawai tersebut keluar atau berhenti bekerja.
Karir tidak hanya menjadi bagian
pegawai saja, tetapi karir juga menjadi bagian
dari organisasi yang harus dikelola dengan
baik. Pegawai dan organisasi harus bisa
saling mengakomodasi kebutuhan masingmasing. Oleh karenanya, perencanaan karir
berkontribusi terhadap pertumbuhan pegawai
dan meningkatkan kualifikasi pegawai untuk
kesempatan kepegawaian dimasa mendatang.
Dengan demikian diperlukan manajemen karir
agar karir dapat dicapai secara efektif.
Greenhaus et al, (2000) mengemukakan
bahwa yang dimaksud dengan Manajemen
karir adalah: Proses dimana individu
mengembang­kan,
mengimplementasikan
233
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
dan memantau tujuan dan strategi karir.
Gutteridge (1976) mengutarakan, bahwa
manajemen karir adalah: Suatu proses dimana
organisasi mencoba menyesuaikan minat karir
individu dan kemampuan organisasi untuk
merekrut pegawai. Menurut Giyartiningrum
(2000) manajemen karir dapat: mengurangi
ketidaksesuaian antara individu dengan
peranannya, menggembangkan kompetensi, dan
menumbuhkan tersedianya individu yang akan
menciptakan kombinasi bakat yang harmonis
bagi team work yang optimal, pengembangan
bakat yang fleksibel dan pembelajaran yang
dinamis.
Manajemen karir dilakukan dengan
membantu individu dalam perencanaan
karirnya
dan
pengembangan
aktivitas
untuk menjamin bahwa perencanaan karir
sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pada
gambar 2 dapat dilihat hubungan sistem
perencanaan dan pengembangan sumber
daya manusia dengan sistem perencanaan dan
pengembangan karir individu. Jadi manajemen
karir meliputi perencanaan dan pengembangan
karir individu dan organisasi. Perencanaan
dan pengembangan karir yang disediakan
organisasi bukan untuk menjamin kesuksesan
karir pegawainya tetapi dimaksudkan untuk
membantu pegawainya dalam hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaan, tugas, dan
keputusan karirnya, baik di dalam maupun
di luar organisasi. Dengan kata lain individu
dituntut untuk melakukan kontrol terhadap
karir mereka, sehingga tanggung jawab
pengembangan karir akan berpindah dari
oraganisasi kepada karyawan. Kondisi ini
memberikan penekanan pada kemampuan
individu dalam mengembangkan karirnya.
Sumber: Handoko (2003: 124)
Gambar 2. Pengembangan Karir
b.
Pengembangan Karir
Menurut
Moekijat
(2003:
11)
pengembangan karir adalah: Proses dan
kegiatan mempersiapkan seseorang pegawai
untuk jabatan-jabatan dalam organisasi yang
akan datang. Sedangkan menurut Handoko
(2003: 123), pengembangan karir adalah:
Peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang
untuk mencapai suatu rencana karir.
Selanjutnya Siagian (2002: 215), menyata­
kan pengembangan karir meliputi:
1. Prestasi kerja
2. Eksposure
3. Kesetiaan pada organisasi
4.Dukungan
5. Kesempatan untuk tumbuh
Selanjutnya Sedarmayanti (2007: 124),
menyatakan bahwa pengembangan karir dapat
dilakukan melalui:
1. Prestasi kerja
2. Perbuatan yang diketahui umum
3. Permintaan berhenti
4. Kesetiaan berhenti
5. Mentor dan sponsor
234
Dari pendapat tersebut dapat diketahui
bahwa pengembangan karir merupakan suatu
aktivitas yang formal dan terstruktur yang
dilakukan oleh organisasi bagi pegawainya,
dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran,
pengetahuan dan kemampuan yang merupakan
bekal bagi peningkatan karir mereka,
sehingga organisasi dan para pegawai dapat
mengembangkan diri secara maksimal. Untuk
lebih jelasnya mengenai pengembangan karir
penulis sajikan pada gambar 4.
Berdasarkan gambar tersebut dijelaskan
bahwa dengan proses perencanaan karir,
memungkinkan
pegawai
untuk
meng­
identifikasikan sasaran karir dan jalur
menuju sasaran tersebut. Kemudian melalui
pengembangan karir, para pegawai mencari
cara untuk meningkatkan dirinya dan
pengembangan sasaran karir mereka.
c.
Pola Karir
Hasil dari perencanaan karir adalah
penempatan seseorang dalam pekerjaan yang
merupakan awal dari serangkaian sekuensi
pekerjaan. Secara definitif Byars dan Rue (1997)
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
mengutarakan bahwa: Jalur atau pola karir
merupakan serangkaian aktivitas pengembangan
yang melibatkan pendidikan, pelatihan dan
pengalaman kerja, baik secara formal maupun
informal yang membantu membuat seseorang
mampu kerja, baik secara formal maupun
informal yang membantu membuat seseorang
mampu memegang jabatan/pekerjaan yang
lebih maju.
Dari pandangan organisasi, jalur karir
merupakan input penting dalam perencanaan
angkatan kerja. Angkatan kerja organisasi
di masa depan tergantung pada perjalanan
individu yang diproyeksikan melalui kedudukan
(penjenjangan). Dari pandangan individu, suatu
jalur karir merupakan konsekuensi pekerjaan,
dimana individu bersedia mengerjakan dalam
kaitannya untuk mencapai sasaran personal dan
karir. Walaupun pada dasarnya tidak mungkin
secara sempurna menyatukan kebutuhan
individu dan organisasional dalam perancangan
jalur karir, namun suatu perencanaan karir yang
sistematis memiliki potensi untuk menutup jarak
antara kebutuhan individu dengan kebutuhan
organisasional.
dasar seseorang (individu) yang mempengaruhi
cara berpikir dan bertindak, membuat
generalisasi terhadap segala situasi yang
dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam
diri manusia. Selanjutnya Moekijat (2003:
15) mengemukakan pengertian kompetensi:
Gambaran kesanggupan yang telah ada untuk
melaksanakan bermacam-macam tugas yang
diperlukan oleh suatu pekerjaan tertentu,
berupa keterampilan dan kecakapan yang telah
dimiliki oleh seorang individu, sehingga orang
memilki kesanggupan untuk melaksanakan
bermacam-macam tugas yang diperlukan
dalam suatu pekerjaan tertentu.
Pendapat yang membatasi pengertian
kompetensi pada keterampilan, keahlian,
kecakapan, kemampuan atau pengetahuan,
tanpa melibatkan sikap dan perilaku,
tampaknya mengakaitkan kompetensi dengan
profesionalitas atau kemampuan (capability)
seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan
tertentu. Padahal kompetensi juga menyangkut
kemauan (willingness) dari orang tersebut yang
erat kaitannya dengan sikap dan perilaku yang
mempengaruhi kinerjanya.
3.
b.
Konsep Kompetensi
Kualitas dari sumber daya manusia
salah satunya ditentukan oleh kompetensi
yang dimilikinya. Kompetensi ini akan sangat
menentukan keberhasilan seorang pegawai
dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
pekerjaanya. Melalui kompetensi yang baik,
seorang pegawai akan mampu melaksanakan
tugas atau pekerjaanya dengan maksimal. Hal
ini kemudian mampu mendukung organisasi
untuk mencapau tujuannya secara efektif dan
efisien.
a.
Pengertian Kompetensi
Untuk memahami mengenai pengertian
kompetensi, perlu didasarkan pada konsep
kompetensi itu sendiri, dan berikut adalah
pembahasan pengertian kompetensi.
Spencer and Spencer (1993: 9) menyatakan
bahwa: A competency is an underlying characteristic
of an individual that is causally related to criterion
referenced effective and/or superior performance in a
job or situation (kompetensi adalah karakter yang
mendasari seseorang yang berkaitan dengan
acuan kriteria yang efektif dan/atau kinerja
unggul dalam suatu pekerjaan atau situasi).
Kemudian Ruky (2007: 104) memberi
sebuah kompetensi sebagai berikut: Karakter
Dimensi Kompetensi
Menciptakan sumber daya manusia
yang handal dan terampil di bidangnya sesuai
dengan standar kualitas adalah impian bagi
semua organisasi. Sumber daya manusia yang
dimiliki organisasi dikembangkan, sehingga
akan dapat memberikan kontribusi terhadap
organisasi melalui kemampuan, sehingga
mampu mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Menurut
Sulistiyani
dan
Rosidah
(2003: 201), komponen kompetensi meliputi:
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap.
Kompetensi tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1.Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan akumulasi hasil
proses pendidikan, baik yang diperoleh secara
formal maupun non formal yang memberikan
kontribusi pada seseorang di dalam pemecahan
masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan
atau menyelesaikan pekerjaan.
2.Keterampilan (Skill)
Keterampilan atau kemampuan dan
penguasaan teknis operasional mengenai
bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan.
235
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
3.Sikap (Traits)
Sikap merupakan suatu kebiasaan yang
terpolakan. Jika kebiasaan seseorang terpolakan
dengan baik, maka hal tersebut akan menjamin
perilaku kerja yang baik pula. Kebiasaankebiasaan tersebut meliputi kebiasaan tepat
waktu, disiplin dan apabila diberi tanggung
jawab akan menepati aturan dan kesepakatan.
Spencer and Spencer (1993: 9-10)
menyebutkan lima karakteristik kompetensi,
yaitu:
1.
Motives. The things a person consistenly thinks
about or wants that cause action.
2.
Traits. Physical characteristics and consistent
response to situations or information.
3.
Self-Concept. A person’s attitudes, values, or
self image.
4.
Knowledge. Information a person has in specific
content areas.
5.
Skill. The ability to perform a certain physical
mental task.
Dari berbagai pendapat para ahli
mengenai
dimensi
kompetensi,
penulis
menyimpulkan bahwa yang termasuk dimensi
kompetensi adalah knowledge (pengetahuan),
skill (keterampilan) dan attitude (sikap)
c.
Tingkatan Kompetensi
Tingkatan
kompetensi
dikemukakan
oleh Spencer & Spencer (1993) yang
mengelompokkan kompetensi menjadi tiga,
yaitu behavior tools, image attribute dan personal
characteristic. Kemudian, Wibowo (2007:
334) juga mengemukakan konsep tingkatan
kompetensi dibagi menjadi tiga, yaitu core
competencies, managerial competencies dan
functional competencies.
d.
Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi
Michael Zwell (2000:56-58) mengungkap­
kan bahwa terdapat beberapa faktor yang mem­
pengaruhi kecakapan kompetensi seseorang,
yaitu:
1. Keyakinan dan nilai-nilai
2.Keterampilan
3.Pengalaman
4. Karakteristik kepribadian
5.Motivasi
6. Isu emosional
7. Kemampuan intelektual
8. Budaya organisasi
236
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kompetensi seseorang banyak berasal dari
dalam dirinya sendiri. Diperlukan kesadaran
dari setiap individu dalam organisasi untuk
senantiasa meningkatkan kompetensi masingmasing agar dapat membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya.
e.
Manfaat Kompetensi
Mengacu pada pendapat Ryllat, et.al
(1995), kompentensi memberi beberapa manfaat
kepada pegawai, organisasi dan industri.
Banyaknya manfaat dari kompetensi
tentunya menyadarkan kita bahwa kompetensi
adalah suatu hal yang mutlak dimiliki oleh setiap
anggota organisasi. Kompetensi berpengaruh
pada karir pegawai yang bersangkutan, dan
hal ini bisa membantu pegawai tersebut untuk
mencapai tujuan pribadinya. Sedangkan untuk
organisasi, kompetensi pegawainya yang
semakin tinggi akan membuat organisasi lebih
mudah dalam pencapaian tujuan
f.
Kompetensi Guru
Keberhasilan proses belajar mengajar
sangat tergantung pada kompetensi tenaga
pendidik. Kompetensi ini tentunya tidak
diperoleh secara instant, melainkan melalui
sebuah proses yang harus dilalui oleh seorang
tenaga pendidik. Salah satunya adalah melalui
pendidikan keguruan. Melalui pendidikan
keguruan, seorang tenaga pendidik akan men­
dapatkan tambahan pengetahuan, keterampilan
dan sikap mengenai pekerjaan seorang guru.
Selain itu juga akan mendapatkan sertifikasi
mengajar yang berarti tenaga pendidik tersebut
memiliki keahlian khusus dalam bidang
keguruan.
Suparlan (2006: 85), menyampaikan
bahwa: Standar kompetensi guru adalah
ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan
dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan
perilaku perbuatan bagi seorang guru, agar
layak untuk menduduki jabatan fungsional
sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan
jenjang pendidikan. Lebih lanjut Suparlan
(2006: 85) menjelaskan bahwa: Kompetensi
guru melakukan kombinasi kompleks dari
pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai-nilai
yang ditunjukkan guru dalam konteks kinerja
yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
disimpukan bahwa yang dimaksud dengan
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
kompetensi guru adalah kemampuan seorang
guru yang dilihat dari aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
diperoleh dari pendidikan dan latihan untuk
mendukung tugasnya sebagai seorang tenaga
pendidik. Kemampuan itu digunakan agar
tujuan dan sasaran dari proses belajar mengajar
dapat tercapai.
Dalam pengelolaan kelas, peran seorang
guru sangat dominan karena kegiatan kelas
akan sepenuhnya berada dalam inisiatif
guru. Atmodiwirio (2002: 199-200), memberi
penjelasan mengenai kompetensi yang berkaitan
dengan kemampuan dasar teknik edukatif dan
administratif:
1.
Penguasaan Bahan/Mata pelajaran
a.
Menguasai bahan bidang studi sesuai
dengan pilihannya.
b. Menguasai bidang studinya; pada
umumnya penguasaan pada bidang
studi belum dianggap cukup untuk
bisa tampil di depan kelas (apalagi
menguasai kelas yang beraneka
macam kegiatan), sehingga perlu
didukung oleh berbagai bahan
penunjang (bidang studi lain yang
ada kaitannya dengan bidang studi
pilihannya).
2.
Mengelola Program Belajar-Mengajar
a.
Merumuskan tujuan pembelajaran
b. Merumuskan dan menyusun Satuan
Pembelajaran.
c.
Mengenal dan dapat mempergunakan
beberapa metoda/teknik mengajar.
d. Mampu memilih, menyusun dan
menggunakan prosedur penyajian
yang relevan dengan materi/bahan
pelajaran.
e.
3.
Mampu melaksanakan proses belajarmengajar yang dinamis.
Mengelola Kelas
a. Memiliki kemampuan tata ruang
untuk mengajarkan;
b. Mampu menciptakan iklim belajar
mengajar
berdasarkan
prinsip
belajar/pendidikan orang dewasa;
c.
4.
Mampu mengenal gaya belajar peserta
diklat.
b. Mampu membuat alat-alat bantu
pelajaran yang sederhana.
c. Mampu mendorong penggunaan
perpustakaan dalam proses belajar
mengajar.
d.
Mampu
menggunakan
elektronik yang sesuai
teknologi pendidikan.
media
dengan
Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa sikap yang perlu dimiliki
oleh seorang guru adalah: terbuka, mau
menerima, tepat waktu, memiliki keterampilan
mendengar, berpengetahuan luas, keterampilan
berbicara, organisatoris, kreatif, non direktif
(tidak memerintah), penampilan yang rapi, tidak
bertindak sebagai bos, fleksibel, sabar, praktis,
menghargai siswa, berani, jujur, mempunyai
rasa humor, ramah dan adil, mendorong siswa,
di luar kelas bersifat informal, suportif, mampu
berimprovisasi, dan menghargai berbagai
pendapat.
g.
Standar Kompetensi Guru Militer
Lembaga Pendidikan di lingkungan
Angkatan Darat juga memiliki beberapa
kriteria bagi seorang Tenaga Pendidik, atau
biasa disebut guru militer (gumil). Hal mutlak
yang harus dimiliki seorang gumil adalah
kemampuan untuk mengajar di depan Prajurit
Siswa.
Dalam Buku Petunjuk Teknik tentang
Metode Pengajaran di lingkungan TNI AD,
dijelaskan bahwa seorang Tenaga Pendidik
(Gadik) dalam hal ini Guru Militer (Gumil)
dalam melaksanakan tugas mengajarnya harus:
1. Menguasai semua metode pengajaran
yang berlaku di lingkungan TNI AD,
sesuai strata Gadik masing-masing.
2.
Melaksanakan metode utama dan metode
penunjang
yang ditentukan Kepala
Departemen (Kadep) bersama Kepala Tim
Guru Militer/Pelatih (Katim Gumil/Tih).
3.
Memberikan saran pengembangan metode
pengajaran materi pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
4.Melaporkan
hambatan/kesulitan
pe­
nerapan
metode
pengajaran
yang
ditentukan dalam progjar dan siapjar.
Penggunaan Media/Sumber Belajar
5. Bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugasnya kepada Komandan Lembaga
Pendidikan (Danlemdik).
a. Mampu mengenal, memilih dan
meng­gunakan media yang tepat.
Dalam Bahan ajar (Hanjar) Cara Mem­
berikan Instruksi (CMI) Pendidikan Dasar
237
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
Kecabangan (Diksarcab) Ajudan Jenderal (Ajen)
TNI AD, ada beberapa hal yang bisa dijadikan
dasar untuk menentukan standar kinerja
seorang gumil berupa syarat-syarat seorang
gumil, yaitu:
1. Harus menguasai pengetahuan secara
mendalam pada bidang spesialisasi yang
diajarkan agar ia mempunyai kepercayaan
pada dirinya.
2.
Menguasai ilmu keguruan.
3. Mempunyai kemampuan menggunakan
metoda penyajian.
4.
Mempunyai kecakapan bagaimana meng­
gunakan Alat Instruksi (Alins).
5. Mempunyai
hasil belajar
kecakapan
6.
Bermental baik.
7.
Berbadan sehat.
8. Mempunyai semangat
laksanaan pengajaran.
4.
mengevaluasi
terhadap
pe­
Model Konseptual
Penelitian ini berfokus pada analisis
kompetensi guru militer di Pusdikajen Kodiklat
TNI AD. Untuk mengilustrasikan persepsi
penulisan dalam menganalisis kompetensi guru
militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD secara
konseptual, terwujud dalam bentuk gambar 3.
Gambar 3. Model Konseptual
C.
METODE PENELITIAN
Untuk menentukan metode penelitian yang
tepat harus didasarkan pada tujuan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kompetensi guru militer di Pusdikajen Kodiklat
TNI AD. Oleh karena itu metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, menganalisis
data sekunder dan wawancara langsung (indepth
interview) untuk menggali data primer.
Metode penelitian kualitatif dianggap
metode tepat untuk digunakan dalam penelitian
ini. Hal tersebut karena dalam penelitian ini
penyebab fenomena yang ada dalam situasi
alamiah (lokus) masih belum jelas. Dibutuhkan
interaksi langsung dan mendalam dengan
informan terutama dalam penjelasan proses
belajar mengajar. Sehingga dapat diketahui
hal-hal yang menyebabkan kompetensi guru
militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD masih
kurang optimal. Penulis juga ingin mencari tahu
mengenai gambaran secara jelas (deskriptif)
tentang kompetensi yang dimiliki oleh guru
militer serta hambatan dan upaya yang
dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.
238
Penulis menggunakan teknik purposive
sampling
dalam
menentukan
informan
penelitian. Purposive sampling merupakan
penentuan informan dengan pertimbangan
informan tersebut yang dianggap paling tahu
tentang data dan informasi yang berkaitan
dengan penelitian ini. Informan yang dimaksud
adalah mereka yang berhubungan langsung
dengan para guru militer seperti pimpinan,
peserta didik maupun guru militer itu sendiri.
Untuk memudahkan dalam proses penelitian,
maka penulis mengelompokkan informan menjadi
empat kelompok, yaitu kelompok A, B, C dan D.
Yang menjadi informan dalam penelitian ini seperti
yang ditampilkan dalam tabel 4.
Tabel 4. Informan Penelitian
No.
Informan
Kelompok
Jumlah
Informan
1.
Danpusdikajen
Kodiklat TNI AD
A
1
2.
Kadep dan Katim
Gumil/Tih
B
2
3.
Siswa dan Alumni
C
2
4.
Guru Militer
D
2
Jumlah Informan
7
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
Penulis menetapkan teknik pengumpulan
data melalui wawancara, observasi dan telaah
dokumen. Instrumen pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah penulis atau peneliti
sendiri. Penulis sebagai key instrument/human
instrument, akan bertugas menentukan:
1. Fokus penelitian.
2. Memilih informan/narasumber sebagai
sumber data.
3. Melakukan pengumpulan data.
4. Menilai kualitas data.
5. Menganalisis data.
6. Menafsirkan data.
7. Membuat kesimpulan atas temuan di
lapangan.
Sebelum menggali informasi dari para
informan, penulis terlebih dahulu melakukan
observasi mengenai kompetensi Guru Militer
di Pusdikajen Kodiklat TNI AD. Observasi
dilakukan pada Pendidikan Dasar Kecabangan
(Diksarcab) Ajudan Jenderal (Ajen) TA. 2014.
Observasi dilakukan pada beberapa mata
pelajaran dan berlangsung selama tiga hari sejak
Selasa, 16 Desember 2014 sampai dengan Kamis,
18 Desember 2014. Observasi dilakukan dalam
tiga bagian waktu, yaitu saat pelajaran pagi
(Jam pelajaran ke–1 sampai dengan ke–4, pukul
07.00 – 10.00), pelajaran siang (Jam pelajaran
ke–5 sampai dengan ke–10, pukul 10.20 – 15.00)
dan pelajaran sore (Jam pelajaran ke–11 sampai
dengan ke–12, pukul 07.00 – 10.00).
Penulis membagi waktu menjadi tiga
bagian agar penulis dapat mengetahui perilaku
para guru militer di dalam kelas dalam setiap
jamnya. Berdasarkan hasil pantauan awal,
penulis mendapat informasi bahwa perilaku
guru militer pada saat jam pelajaran siang dan
sore cenderung menurun bila dibandingkan jam
pelajaran pagi. Oleh karena itu penulis ingin
membuktikan hal tersebut dengan melakukan
observasi pada waktu tersebut.
Observasi yang dilakukan berdasarkan
pedoman observasi mengenai kompetensi Guru
Militer. Penulis membagi observasi kedalam
empat aspek, yaitu penguasaan bahan/mata
pelajaran, kemampuan mengelola program
belajar mengajar, kemampuan mengelola kelas
dan penggunaan media/sumber belajar. Masingmasing aspek mewakili dimensi kompetensi
yaitu: pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan, penulis menggali informasi dari
informan. Seperti yang telah disampaikan
pada bagian sebelumnya mengenai informan
penelitian,
penulis
membagi
informan
penelitian kedalam empat kelompok (tabel 4).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis kompetensi Guru, hambatan yang
dihadapi dalam meningkatkan kompetensi
Guru Militer dan strategi yang digunakan
dalam meningkatkan kompetensi Guru Militer
di Pusdikajen Kodiklat TNI AD. Oleh karena
itu, penulis mengajukan beberapa pertanyaan
kepada informan mengenai hal yang berkaitan
dengan fokus penelitian.
Dalam teknis pelaksanaan wawancara,
penulis menggunakan metode wawancara semi
terstruktur. Informan yang pertama diminta
keterangan adalah informan dari kelompok
D (Guru Militer), lalu dari kelompok C (Siswa
dan alumni), kelompok B (Kadep dan Katim
Gumil/Tih) dan terakhir adalah kelompok A
(Danpusdikajen Kodiklat TNI AD).
Agar penelitian ini memenuhi syarat
ilmiah, maka data yang diperoleh harus valid
dan reliabel. Oleh karena itu perlu dilakukan
uji validitas dan reliabilitas agar hasil
analisis datanya dapat dipercaya dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Untuk uji validitas, penulis meningkatkan
ketekunan pengamatan dan melakukan
triangulasi sumber data. Peningkatan ketekunan
dilakukan agar pengamatan yang penulis
lakukan lebih teliti, rinci dan berkesinambungan.
Sehingga didapatkan data dan informasi
yang relevan sesuai dengan fokus penelitian.
Sedangkan triangulasi sumber data dilakukan
untuk membandingkan data dan informasi
yang diperoleh dari para informan sehingga
hasilnya bisa lebih objektif. Uji reliabilitas
yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis
menekankan kepada pemeriksaan transkrip
wawancara atau observasi untuk meyakinkan
data yang disampaikan para informan sesuai
dengan apa yang ada dalam transkrip. Sehingga
tidak ada kekeliruan dalam penafsiran hasil
wawancara atau observasi.
Model analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah interactive model seperti
yang disampaikan oleh Huberman & Miles
(Denzin & Lincoln, 1994: 429) dengan langkah
sebagai berikut:
1.Data Collection
2.Data Reduction
3.Data Display
4. Conclusion Drawing/Verivication
239
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
D. HASIL PENELITIAN
1. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Pusdikajen Kodiklat TNI AD
Berdasarkan Keputusan Kasad Nomor
Kep/45/VIII/2005 tanggal 29 Agustus 2010
tentang Organisasi dan Tugas Pusdikajen
Kodiklat TNI AD kedudukan Pusat Pendidikan
Ajudan Jenderal, disingkat Pusdikajen adalah
Badan Pelaksana Kodiklat yang berkedudukan
langsung di bawah Dankodiklat TNI AD.
Pusdikajen
bertugas
menyelenggarakan
pendidikan kecabangan Ajudan Jenderal dalam
rangka mendukung tugas Kodiklat TNI AD.
Untuk melaksanakan tugas tersebut,
Pusdikajen menyelenggarakan tugas sebagai
berikut:
a)
Tugas (melaksanakan fungsi utama).
1) Operasi pendidikan
2)Pengkajian
dan
pengembangan
pendidikan
b) Tugas (melaksanakan fungsi organik
militer). Meliputi: segala usaha, pekerjaan
dan kegiatan dibidang pengamanan,
personel, logistik, perencanaan, ketata­
usahaan, pengawasan dan pengendalian.
c) Tugas (melaksanakan fungsi organik
pembinaan). Meliputi: segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan dibidang latihan.
2. Keadaan Guru Militer di Pusdikajen
Kodiklat TNI AD
Berdasarkan data yang diperoleh, me­
nunjukkan bahwa jumlah Guru Militer di
Pusdikajen Kodiklat TNI AD sebanyak 70 orang
dengan rincian pada tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Guru Militer Pusdikajen
Kodiklat TNI AD Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Militer
No
Pendidikan Militer
Jumlah
Prosentase
(%)
1.
SESKOAD
5
7,14
2.
SUSFUNG
7
10
3.
DIKLAPA
22
31,43
4.
DIKSARCAB
36
51,43
Jumlah
70
100
Sumber: Seksi Administrasi Pusdikajen Kodiklat TNI AD
Tahun 2014
Berdasarkan tabel tersebut, dapat di­
ketahui bahwa pada umumnya guru militer
di Pusdikajen Kodiklat TNI AD adalah
240
lulusan dari Pendidikan Dasar Kecabangan
(Diksarcab). Pendidikan ini adalah pendidikan
awal kecabangan bagi seorang Perwira dimana
materi yang diberikan pada tingkat pendidikan
ini masih bersifat teoritis. Dengan demikian
mereka masih belum bisa mengaplikasikan
secara maksimal apa yang mereka dapatkan
selama pendidikan. Kondisi ini mengakibatkan
para guru militer lulusan Diksarcab memiliki
keterbatasan dalam beberapa materi pelajaran
terutama yang berkaitan dengan aplikasi atau
praktek yang dilaksanakan menyelesaikan
suatu pekerjaan. Pengalaman yang masih
terbatas juga menjadi salah penyebab hal
ini terjadi, karena lulusan Diksarcab pada
umumnya adalah para Perwira baru.
Tabel 6. Jumlah Guru Militer Pusdikajen
Kodiklat TNI AD Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Umum
No
Pendidikan Umum
Jumlah
Prosentase
(%)
1.
S-2
4
5,71
2.
S-1
21
30
3.
SMA
32
45,72
4.
STM
8
11,43
5.
SMEA
5
7,14
70
100
Jumlah
Sumber: Seksi Administrasi Pusdikajen Kodiklat TNI AD
Tahun 2014
Selanjutnya, penulis kemukakan jumlah
Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
berdasarkan Pendidikan Umum, seperti yang
ada pada tabel 6. Dari tabel tersebut dapat
diketahui bahwa guru militer di Pusdikajen
Kodiklat TNI AD memiliki tingkat pendidikan
umum yang berbeda-beda. Sebagian besar
guru militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
memiliki pendidikan terakhir SMA/sederajat.
Tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap
kepandaian dan keterampilan yang dimiliki
oleh guru militer. Selain itu, tingkat pendidikan
umum juga mempengaruhi cara pandang dan
pola pikir seseorang terhadap permasalahan
yang dihadapinya. Bila dikaitkan dengan
tugas pokok guru militer sebagai seorang
tenaga pendidik, ini akan akan mempengaruhi
perlakuan guru militer terhadap peserta didik.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan
lebih tinggi, biasanya memiliki pola pikir yang
lebih dinamis dan itu sangat membantu proses
belajar mengajar yang penuh dengan dinamika.
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
a.Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang di­
lakukan selama tiga hari pada pelajaran
pagi, siang dan sore, maka penulis menarik
kesimpulan mengenai aspek yang dinilai yang
dikelompokan dalam aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Bila dilihat dari segi pengetahuan, guru
militer sudah memiiki pengetahuan yang
memadai tentang mata pelajaran utama dan
penunjang. Selain itu para guru militer juga
sudah memiliki kemampuan yang baik dalam
menyusun program belajar mengajar. Setiap
guru militer memiliki spesialisasi masingmasing, kemampuan ini didapatkan dari
pendidikan dan latihan sebelum menjadi guru
militer atau didapatkan saat melaksankan tugas
sebelumnya. Dengan demikian, guru militer
sudah paham benar mengenai materi yang
mereka ajarkan serta materi pendukung. Untuk
penyusunan program belajar mengajar, guru
militer juga tidak menemui kendala yang berarti.
Para guru militer mampu menyusun program
yang baik sehingga proses belajar mengajar
berjalan secara sistematis.
Yang masih perlu ditingkatkan yaitu
keterampilan dalam mengoperasionalkan media
belajar, khususnya penggunaan informasi
teknologi. Selama ini, guru militer hanya
berfokus pada slide yang dibuat sebagai alat
bantu dalam proses belajar mengajar. Papan
tulis juga menjadi salah satu media yang sering
digunakan oleh para guru militer. Padahal
Pusdikajen Kodiklat TNI AD sudah menyediakan
fasilitas akses internet untuk dipergunakan
dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat
fasilitas e learning Pusdikajen Kodiklat TNI AD,
tetapi guru militer masih belum mau beranjak
dari cara belajar mengajar konvensional. Mereka
masih beranggapan ceramah merupakan metode
terbaik dalam menyampaikan materi pelajaran.
Keterampilan lain yang juga perlu
ditingkatkan adalah keterampilan dalam hal
komunikasi, agar bisa membuat situasi kelas
menjadi lebih dinamis. Masih sedikit guru
militer yang bisa membuat komunikasi di dalam
kelas berasal dari berbagai arah. Dengan kata
lain, guru militer belum mampu menciptakan
iklim diskusi dalam kelas sehingga komunikasi
selama kegiatan belajar mengajar hanya terjadi
komunikasi dua arah atau satu arah.
Dari segi sikap, masih perlu diperbaiki,
karena berdasarkan pantauan penulis, Guru
Militer masih terlalu kaku dalam proses
belajar mengajar. Guru Militer masih belum
bisa menciptakan iklim belajar orang dewasa.
Hal ini membuat situasi kelas menjadi sedikit
membosankan karena kelas hanya didominasi
oleh Guru Militer tanpa banyak memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk berdiskusi.
Selain itu, kedisiplinan Guru Militer juga masih
perlu ditingkatkan. Khususnya bagi mereka
yang mendapatkan jadwal mengajar pada
pelajaran sore. Penulis melihat pada pelajaran
sore, kedisiplinan para Guru Militer cenderung
lebih rendah bila dibandingkan dengan pelajaran
pagi dan siang. Terutama kedisiplinan waktu
masuk dan keluar kelas. Saat jadwal masuk
kelas, Guru Militer lebih sering terlambat dari
jam yang sudah ditentukan. Sedangkan untuk
jam keluar kelas, Guru Militer mengakhiri
pelajaran lebih cepat dari jadwal yang sudah
ditentukan.
b.Wawancara
Informasi yang didapatkan dari hasil
wawancara dengan empat kelompok informan
diketahui bahwa dilihat dari aspek pengetahuan,
Guru Militer tidak memiliki permasalahan
menonjol. Mereka mampu menguasai bahan
ajar dengan baik, metode yang mereka gunakan
dalam proses belajar mengajar tidak terlalu
bermasalah walau masih perlu beberapa
pengembangan.
Dilihat dari aspek sikap, guru militer
tidak mengalami masalah. Mereka mampu
menunjukkan jati diri seorang prajurit yang
dituntut untuk memiliki sikap baik terhadap
siapapun, termasuk terhadap peserta didik. Hal
yang perlu ditingkatkan dari aspek sikap yaitu
motivasi belajar para guru militer.
Hal yang harus mendapat perhatian
khusus adalah mengenai keterampilan dalam
bidang teknologi informasi. Proses belajar
mengajar di Pusdikajen Kodiklat TNI AD yang
sudah berbasis teknologi informasi menuntut
setiap Guru Militer mampu menguasai hal
yang berkaitan dengan teknologi informasi
yang digunakan Pusdikajen Kodiklat TNI AD
dalam proses belajar mengajar. Lebih luas lagi
hal ini akan berkaitan dengan transformasi
yang sedang dilakukan Angkatan Darat secara
keseluruhan. Bidang teknologi informasi
menjadi salah satu fokus pimpinan Angkatan
Darat dalam pelaksanaan transformasi ini.
241
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
3.Hambatan
yang
Dihadapi
Dalam
Meningkatkan Kompetensi Guru Miiter
di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan dari Kelompok A dan Kelompok
B, didapatkan informasi mengenai hambatan
yang dihadapi Pusdikajen Kodiklat TNI AD
dalam meningkatkan kompetesi guru militer.
Hambatan ini berjalan secara beriringan dalam
waktu yang hampir bersamaan. Hambatan itu
adalah sebagai berikut:
1.
Motivasi para guru militer masih belum
optimal. Terutama motivasi untuk belajar
agar bisa mengembangkan diri menjadi
lebih baik lagi dan menjadi panutan bagi
para peserta didik. Akibatnya, guru militer
kurang mampu meningkatkan motivasi
belajar peserta didik dalam proses belajar
mengajar.
2. Pelatihan yang diselenggarakan oleh
Pusdikajen Kodiklat TNI AD belum
mampu memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan guru militer dalam proses
belajar mengajar. Hal ini berakibat pada
metode yang digunakan guru militer
dalam proses belajar mengajar yang selalu
sama setiap tahunnya. Tidak ada inovasi
atau improvisasi dalam proses belajar
mengajar.
3. Masih banyak guru militer yang meng­
gunakan teknik konvensional dalam proses
belajar mengajar. Hal ini karena guru
militer belum mampu mengembangkan
dan mengimplementasikan hasil pelatihan
dalam proses belajar mengajar, khususnya
pelatihan
dalam
bidang
teknologi
informasi.
4.Terbatasnya
jumlah
pelatih/trainers
yang memiliki kualifikasi memadai
sebagai tenaga pendidik dalam bidang
teknologi informasi. Sehingga materi yang
diberikan pada pelatihan dalam bidang
teknologi informasi disesuaikan dengan
kemampuan pelatih. Kondisi seperti ini
tentu kurang menguntungkan, karena
perkembangan teknologi informasi sangat
cepat, sehingga dikhawatirkan pelatihan
yang diselenggarakan Pusdikajen Kodiklat
TNI AD tidak bisa menyesuaikan dengan
perkembangan yang ada.
5.
242
Peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan
satuan atas (Kodiklat TNI AD dan
Ditajenad) secara mendadak, sering
membingungkan para guru militer. Contoh:
perubahan kurikulum pendidikan. Hal ini
mengakibatkan program belajar mengajar
yang telah disusun harus mengalami
perubahan. Sehingga guru militer harus
melakukan persiapan ulang karena bahan
ajarannya ikut berubah.
4.Strategi
yang
Digunakan
Untuk
Meningkatkan Kompetensi Guru Militer
di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
Dari hasil wawancara penulis dengan
para informan, diperoleh informasi mengenai
strategi atau solusi yang digunakan Pusdikajen
Kodiklat TNI AD dalam usaha meningkatkan
kompetensi para guru militernya. Strategi
ini
didasarkan
pada
hambatan
yang
dihadapi Pusdikajen Kodiklat TNI AD dalam
meningkatkan kompetensi guru militer dan
dilakukan secara bertahap, bertingkat dan
berlanjut. Strategi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Dalam upaya meningkatkan kompetensi
guru militer, Dan pusdikajen Kodiklat
TNI AD sering memberikan pengarahan
agar guru militer senantiasa memelihara
dan meningkatkan motivasi belajar dan
keinginan untuk terus mengembangkan
diri.
2. Pusdikajen Kodiklat TNI AD melakukan
evaluasi atas pelaksanaan pelatihan
yang diselenggarakan setiap periode.
Evaluasi yang dilaksanakan mencakup:
materi
pelatihan,
pelatih/trainers,
sarana prasarana latihan, termasuk
peserta pelatihan. Selain pelatihan
internal, Pusdikajen Kodiklat TNI AD
juga mengirimkan Guru Militer dalam
penataran Guru Militer yang dilaksanakan
secara terpusat oleh Kodiklat TNI AD.
3. Melaksanakan kegiatan diskusi sesama
guru militer, dengan tujuan agar para
guru militer bisa lebih mengembangkan
dan mengimplementasikan hasil pelatihan
dalam proses belajar mengajar. Juga bisa
berbagi pengetahuan dan pengalaman
serta untuk memecahkan persoalan
yang belum bisa diselesaikan di kelas.
Selanjutnya sebelum mulai mengajar,
guru militer terlebih dulu melaksanakan
uji kompetensi di ruang micro teaching
Pusdikajen Kodiklat TNI AD. Dalam
kegiatan ini guru militer dinilai oleh para
Kadep dan Katim Gumil/Tih. Jika ada
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
yang masih belum sesuai dengan harapan,
maka akan diadakan penataran secara
personal sesuai dengan kekurangan yang
bersangkutan.
dalam mengelola program belajar sudah cukup
baik.
4. Anggota Pusdikajen Kodiklat TNI AD
yang dianggap memiliki kemampuan
lebih dalam bidang teknologi informasi
dijadikan sebagai pelatih dalam pelatihan
teknologi informasi.
Aspek ini menitikberatkan kemampuan
teknis para guru militer. Kemampuan
mengelola kelas, kemampuan komunikasi
serta kemampuan dalam mengoperasionalkan
perangkat teknologi informasi.
Keterampilan guru militer di Pusdikajen
Kodiklat TNI AD masih perlu diperbaiki dan
ditingkatkan lagi, terutama keterampilan dalam
mengoperasionalkan
perangkat
teknologi
informasi.
Dalam proses belajar mengajar masih ada
guru militer yang terlalu kaku. Sehingga suasana
belajar mengajar menjadi tidak dinamis. Dalam
kemampuan komunikasi masih ada beberapa
guru militer yang belum mampu menciptakan
komunikasi dari berbagai macam arah.
5. Danpusdikajen Kodiklat TNI AD melalui
para Kadep dan Katim Gumil/Tih serta
unit kerja terkait, senantiasa melakukan
koordinasi dengan satuan atas (Kodiklat
TNI AD) dan Pembina kecabangan
(Ditajenad) perihal perubahan kurikulum
yang mungkin terjadi serta mengenai
kebijakan baru yang akan dikeluarkan.
Selain itu, Danpusdikajen Kodiklat TNI AD
juga menuntut setiap guru militer untuk
senantiasa siap apabila terjadi perubahan
kebijakan secara mendadak.
5. Analisis Kompetensi Guru Militer di
Pusdikajen Kodiklat TNI AD
Hasil penelitian yang dilakukan penulis,
menunjukkan bahwa kompetensi guru militer di
Pusdikajen Kodiklat TNI AD belum sepenuhnya
sesuai dengan standar guru militer yang
dipersyaratkan oleh Angkatan Darat. Kondisi ini
mengakibatkan guru militer belum bisa secara
maksimal mendukung tugas pokok Pusdikajen
Kodiklat TNI AD sebagai lembaga pendidikan
di lingkungan Angkatan Darat. Analisis yang
dilakukan, berdasarkan hasil wawancara dengan
informan yang berasal dari Kelompok A, B, C
dan D, serta berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan penulis. Analisis dikaitkan dengan
standar kompetensi guru militer di lingkungan
Angkatan Darat yang dibagi menjadi tiga aspek
yaitu pengetahuan, kompetensi dan sikap.
Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki guru militer
sudah cukup baik. Guru militer mampu
menguasai bahan ajar utama maupun bahan ajar
pendukung. Aspek pengetahuan juga mencakup
kemampuan guru militer dalam mengelola
program belajar mengajar. Yang menjadi
penilaian yaitu kemampuan guru militer dalam
merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan
dan menyusun satuan pembelajaran serta
mengenal dan dapat mempergunakan beberapa
metode atau teknik mengajar. Hasil penelitian
menunjukan bahwa, kemampuan guru militer
Keterampilan
Sikap
Kedisiplinan serta motivasi para guru
militer menjadi fokus penilaian dalam aspek
sikap. Penulis memantau ketepatan waktu
yang ditunjukan para guru militer dalam
setiap pergantian jam pelajaran. Hasilnya
menunjukkan bahwa guru militer memiliki
tingkat displin yang cukup tinggi dalam hal
disiplin waktu. Dalam pelajaran sore, beberapa
guru militer tidak terlalu aktif selama proses
belajar mengajar.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal
disiplin tangungjawab, guru militer masih
perlu ditingkatkan lagi. guru militer masih
perlu meningkatkan motivasi mereka terutama
motivasi belajar. Motivasi belajar guru militer
terutama dalam mempelajari bidang teknologi
informasi masih sangat kurang. Mereka lebih
memilih menggunakan cara yang konvensional
daripada menggunakan fasilitas teknologi
informasi.
E.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1.
Kesimpulan
a. Dilihat dari aspek pengetahuan, guru
militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
sudah termasuk dalam kategori cukup
baik. Hal ini terlihat dari kemampuan
guru militer dalam menguasai bahan ajar
utama dan bahan ajar pendukung. Namun
guru militer masih perlu meningkatkan
pengetahuannya
mengenai
metode
243
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
belajar. Hal ini diperlukan agar metode
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas
bisa lebih variatif dan interaktif.
pelatihan dalam proses belajar
mengajar,
khususnya
pelatihan
dalam bidang teknologi informasi.
b. Keterampilan guru militer di Pusdikajen
Kodiklat TNI AD masih perlu diperbaiki
dan
ditingkatkan
lagi,
terutama
keterampilan dalam mengoperasionalkan
perangkat teknologi informasi. Kondisi
ini mengakibatkan metode pengajaran
yang digunakan masih menggunakan cara
yang konvensional. Dalam kemampuan
komunikasi pun masih ada beberapa guru
militer yang belum mampu menciptakan
komunikasi secara dinamis.
4) Terbatasnya jumlah pelatih/trainers
yang memiliki kualifikasi memadai
sebagai tenaga pendidik dalam
bidang teknologi informasi.
c.
Guru militer memiliki tingkat dispilin yang
cukup tinggi dalam hal disiplin waktu.
Namun hal yang perlu mendapatkan
perhatian adalah pada saat pelajaran sore.
Guru militer tidak terlalu aktif selama
proses belajar mengajar. Hal ini setidaknya
menunjukkan bahwa dalam hal disiplin
tangungjawab, guru militer masih perlu
ditingkatkan lagi. Sedangkan mengenai
motivasi dari para guru militer, penulis
menyimpulkan bahwa guru militer
masih perlu meningkatkan motivasi
mereka terutama motivasi belajar. Hal ini
diperlukan karena selain menyampaikan
materi kepada para peserta didik, guru
militer juga harus bisa membangkitkan
motivasi belajar para peserta didik.
d. Hambatan yang dihadapi Pusdikajen
Kodiklat TNI AD dalam meningkatkan
kompetensi Guru Militer diantaranya
adalah:
1)Motivasi
para
guru
militer
masih belum optimal. Terutama
motivasi untuk belajar agar bisa
mengembangkan diri menjadi lebih
baik lagi dan menjadi panutan bagi
peserta didik.
2)Pelatihan
yang
diselenggarakan
oleh Pusdikajen Kodiklat TNI AD
belum mampu memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan guru
militer dalam proses belajar mengajar.
3) Masih banyak guru militer yang
menggunakan teknik konvensional
dalam proses belajar mengajar.
Hal ini dikarenakan guru militer
belum mampu mengembangkan
dan mengimplementasikan hasil
244
5)Peraturan dan kebijakan yang
dikeluarkan satuan atas (Kodiklat
TNI AD dan Ditajenad) secara
mendadak, sering membingungkan
para guru militer. Contohnya
perubahan kurikulum pendidikan.
e.
Untuk mengatasi hambatan tersebut, maka
strategi yang digunakan oleh Pusdikajen
Kodiklat TNI AD adalah sebagai berikut:
1) Danpusdikajen Kodiklat TNI AD
sering memberikan pengarahan agar
guru militer senantiasa memelihara
dan
meningkatkan
motivasi
belajar dan keinginan untuk terus
mengembangkan diri.
2)Pusdikajen Kodiklat TNI AD
melakukan evaluasi atas pelaksanaan
pelatihan
yang
diselenggarkan
setiap periode. Selain pelatihan
internal, Pusdikajen Kodiklat TNI
AD juga mengirim guru militer
dalam penataran guru militer yang
dilaksanakan secara terpusat oleh
Kodiklat TNI AD.
3)Dilaksanakan
kegiatan
diskusi
sesama
guru
militer,
dengan
tujuan agar para guru militer bisa
lebih mengembangkan dan meng­
implementasikan hasil pelatihan
dalam proses belajar mengajar.
Selanjutnya
sebelum
mulai
mengajar, guru militer terlebih dulu
melaksanakan uji kompetensi di
ruang micro teaching Pusdikajen
Kodiklat TNI AD.
4)
Anggota
Pusdikajen
Kodiklat
TNI AD yang dianggap memiliki
kemampuan lebih dalam bidang
teknologi informasi dijadikan sebagai
pelatih dalam pelatihan teknologi
informasi.
5) Danpusdikajen Kodiklat TNI AD
melalui para Kadep dan Katim
Gumil/Tih serta unit kerja terkait,
senantiasa melakukan koordinasi
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
dengan satuan atas (Kodiklat TNI AD)
dan Pembina kecabangan (Ditajenad)
perihal perubahan kurikulum yang
mungkin terjadi serta mengenai
kebijakan baru yang akan dikeluarkan.
2.
Rekomendasi
a.
Agar metode pembelajaran yang di­laksana­
kan di kelas berjalan lebih variatif dan
interaktif, guru militer perlu mempelajari
dan menguasai metodologi pengajaran
melalui
pendekatan
siswa.
Dalam
metodologi ini, guru militer bukan hanya
berperan sebagai pemberi materi, tetapi
juga berperan sebagai fasilitator. Hal ini
sesuai dengan pentahapan instruksi dalam
Hanjar CMI Diksarcab Ajen TNI AD yang
menyebutkan bahwa guru militer harus
bisa membangun situasi kelas, agar kelas
tetap hidup selama proses belajar mengajar
berlangsung.
b. Pusdikajen Kodiklat TNI AD agar
melakukan kerjasama dengan lembaga
lain yang bergerak dalam bidang teknologi
informasi agar pelaksanaan pelatihan
teknis teknologi informasi bisa lebih
dioptimalkan, sehingga Guru Militer bisa
lebih mengembangkan kompetensinya.
Selain itu, guru militer juga perlu diberikan
pembekalan
mengenai
keterampilan
berkomunikasi agar bisa membuat suasana
kelas menjadi lebih dinamis.
c. Danpusdikajen Kodiklat TNI AD perlu
meningkatkan
pengawasan
terhadap
guru militer terutama saat pelajaran sore.
Melalui unit kerja terkait (Tim Gumil/
Tih), pengawasan bisa dilakukan melalui
pantauan langsung ataupun melalui
CCTV. Hasil pengawasan ini, selanjutnya
dijadikan bahan evaluasi bersamaan
dengan hasil penilaian dari para peserta
didik.
d. Guru militer diharapkan dapat membuat
perjanjian
secara
tertulis,
perihal
peningkatan kompetensi. Didalamnya
memuat target yang akan dicapai dalam
program
peningkatan
kompetensi.
Selanjutnya Pusdikajen Kodiklat TNI AD
hendaknya dapat memberikan reward
bagi guru militer yang berhasil mencapai
targetnya dan memberikan punishment
bagi guru militer yang tidak berhasil
mencapai target. Pemberian reward and
punishment ini juga dapat membantu
meningkatkan motivasi para guru militer
agar bisa menampilkan kinerja yang lebih
baik dari sebelumnya.
e.Meminta
tambahan
personel,
baik
Militer atau Pegawai Negeri Sipil (PNS)
sebanyak 3 orang dengan kualifikasi
pendidikan
minimal
D3
Teknik/
Manajemen Informatika (2 orang ) serta 1
orang S1 Teknik/Manajemen Informatika
dan yang memiliki kualifikasi memadai
dalam bidang teknologi informasi.
Sehingga kekurangan pelatih/ trainers
dalam pelatihan teknologi informasi bisa
terpenuhi.
REFERENSI
Atmodiwirio, Soebagio. 2002. Manajemen
Pelatihan. Jakarta: Ardadizya Jaya.
Bernardin, John H dan Joyce A. Russel. 1998.
Human Resource Management: An Experiental
Approach. Mc Graw-Hill.
Byars, J, dan Rue, L. W. 1997. Human Resources
Management, 5th Ed. Irwin. Chicago.
Denzin N.K. & Lincoln Y.S. (eds). 1994. Handbook
Qualitative Research. New Delhi: Sage
Publications.
Giyartiningrum, Eko. 2000. Manajemen Karir:
Upaya Mencapai Kesuksesan Karir. Jurnal
Manajemen dan Usahawan.
Greenhaus, Jeffrey H, Gerard AC & Veronica MG.,
2000, Career Management, Harcourt College
Publishers, Orlando.
Handoko T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta:
BPFE.
Haris, David M., dan Randy L. De Simone. 1994.
Human Resources Development. The Dryden
Press Harcourt Brace College Publishers, Fort
Worth. Philadelphia. San Diego New York.
Moekijat. 2003. Manajemen
Bandung: Mandar Maju
Kepegawaian.
Noe, Raymond A and Hollenbeck, Jhon R. 1993.
Human Resource Management Gaining A.
Comperatif Anvantage (International Ed),
USA The Mac Graw-Hill Companies Inc.
Notoatmojo Soekidjo. 2003. Pembangunan
Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.
Ruky, S. Ahmad. 2007. SDM Berkualitas Merubah
Visi Menjadi Realitas. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Ryllatt, Alastair, et.al. 1995. Creating Training
Miracles. Australia: AIM.
245
Analisis Kompetensi Guru Militer di Pusdikajen Kodiklat TNI AD
} Sedarmayanti dan Herdi Risman
Swasono Yudo dan Sulistyianingsih. 1998.
Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Izufa Gempita.
Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya
Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. Bandung: Refika
Aditama.
____________. 2013. Rencana Pembelajaran dan
Bahan Ajar Human Resource Development
(Pengembangan Sumber Daya Manusia).
Bandung: Deepublish.
Siagian, P. Sondang. 2002. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Spencer, LM and Spencer SM. 1993. Competence
at Work. New York: John Wiley & Sons Inc.
Sulistiyani, A.T dan Rosidah. 2003 Manajemen
Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan
Pengembangan dalam Konteks Organisasi
Publik. Yogyakarta: Graha Ilham.
Suparlan. 2006, Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta:
Hikayat
Torrinton, Derek, and Laura Hall, 1995, Personnel
Management: HRM in Action, 3rd ed.,
Hertfordshire, Prentice Hall International
(UK) Ltd.
246
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Zwell, Michael. 2000. Creating a Culture of
Competence. New York: John Wiley & Sons,
Inc.
DOKUMEN LAINNYA
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
72 Tahun 2010 tentang Tunjangan Kinerja
Pegawai di Lingkungan Tentara Nasional
Indonesia.
Keputusan Kasad Nomor Kep/45/VIII/2005
tanggal 29 Agustus 2010 tentang Organisasi
dan Tugas Pusdikajen Kodiklat TNI AD.
Buku Petunjuk Teknik tentang Metode
Pengajaran. Disahkan dengan Surat
Keputusan Kasad Nomor Skep / 470 / XII
/ 2006 tanggal 18 Desember 2006.
Bahan Ajaran Cara Memberikan Instruksi
Pendidikan Dasar Kecabangan Ajudan
Jenderal TNI AD. Disahkan dengan
keputusan Dan kodiklat TNI AD Nomor
Kep / 210 / XII / 2010.
Download