BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan di masyarakat barat. Bila glaucoma didiagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar, kebutaan mungkin saja hamper dapat dicegah dengan cepat. Namun kebanyakan kasus glaukoma tidak bergejala sampai sudah terjadi kerusakan. Glaukoma adalah kumpulan penyakit mata yang ditandai oleh kerusakan saraf optik terjadi karena tekanan intraokular yang terlalu tinggi .Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan di dalam mata, jika tidak segera diobati maka dapat menyebabkan kerusakan saraf optik yang terjadi secara progresif. Dimulai dengan bintik buta yang tidak diketahui pada tepi penglihatan, berkembang menjadi tunnel vision(penglihatan terowongan) dan terakhir kebutaan. (Gale Encyclopedia of Medicine. 2008) Glaukoma dibedakan menjadi tiga bagian. yaitu Glaukoma Primer yang penyebabnya belom diketahui secara pasti, glaukoma sekunder yang timbul akibat adanya suatu penyakit lain dan glaukoma kongenital yang merupakan glaukoma yang didapat dari kecil karena gangguan pada saluran humor aquos. 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Glaukoma dapat juga diartikan sebagai Setiap kelompok penyakit mata yang ditandai dengan kelainan tekanan intraokular yang tinggi, kerusakan diskus optikus, pengerasan bola mata dan kehilangan penglihatan sebagian hingga menyeluruh. (The American Heritage® Medical Dictionary Copyright © 2007, 2004 by Houghton Mifflin Company) Glaukoma adalah kumpulan penyakit mata yang ditandai oleh kerusakan saraf optik terjadi karena tekanan intraokular yang terlalu tinggi .Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan di dalam mata, jika tidak segera diobati maka dapat menyebabkan kerusakan saraf optik yang terjadi secara progresif.Dimulai dengan bintik buta yang tidak diketahui pada tepi penglihatan,berkembang menjadi tunnel vision(penglihatan terowongan) dan terakhir kebutaan. (Gale Encyclopedia of Medicine. 2008) Selain itu Glaukoma juga merupakan Sebuah penyakit mata yang dihubungkan dengan peningkatan tekanan intraokular,ekskavasi dan atrofi saraf optik; menghasilkan kelainan/cacat pd bidang visual dan dapat mengakibatkan kebutaan; mungkin terjadi primer atau sekunder, akut atau kronis, terbuka atau tertutup. ( Medical Dictionary for the Health Professions and Nursing © Farlex 2012 ) 2 2.2 Klasifikasi Secara garis besar, Glaukoma dibagi menjadi 3 bagian. yaitu : a) Glaukoma Primer Glaukoma primer merupakan glaucoma yang tidak diketahui penyebabnya. Glaukoma ini dibagi atas Glaukoma sudut terbuka (Primer Open Angle Glaucoma / POAG) dan Glaukoma sudut tertutup (Primer Closure Angle Glaucoma / PCAG) Sudut Terbuka Sudut Tertutup Frekuensi Kejadian Sering, 90% dari kasus Jarang Onset Perlahan Cepat, bertahap pada kronis Penyebab Umumnya genetik, resiko >40 Aposisi iris tanpa proses tahun patologis. Misalnya: berdiam lama ditempat kurang terang atau gelap. Obat pelebar pupil (simpatomimetik, antikolinergik) Tanda dan Gejala Tanpa gejala, mata lelah, fluktuasi tajam penglihatan. Lanjut : penyempitan lapang pandang, buta. Akut : nyeri hebat pada mata, sakit kepala, muntah, mata merah, berair, penglihatan kabur. Kronik: hampir sama 3 dengan akut, tetapi rasa sakit, muntah dan penglihatan kabur hilang dengan sendirinya dan terjadi berulang kali. Pemeriksaan Visus baik kecuali stadium Akut: visus turun hingga lanjut, bilik mata depan 1/300, konjungtiva dalam oftalmoskopik: hiperemi, kornea tampak penggaungan yang keruh/udem, bilik mata melebar (CD ratio >0,5) depan dangkal, pupil gonioskopik: sudut terbuka lebar/lonjong dengan diameter 6-7 mm dan normal tonometrik: tekanan >21mmHg gangguan lapang oftalmoskopik: papil mungkin masih normal tonometrik : TIO bisa capai pandang. 60 -80mmHg gonioskopik: sudut tertutup- COA menyempit, lapang pandang menyempit, mungkin normal. Gambaran Patologi Degeneratif trabekular meshwork 4 Oklusi trabekular meshwork b) Glaukoma Sekunder Glaucoma sekunder disebabkan oleh obat-obatan seperti kortikosteroid, trauma, penyakit mata uveitis, tumor intra okuler dan penyakit sistemik lainnya. Penyebab tersering yaitu Uveitis. Tanda dan Gejala glaucoma sekunder hamper sama dengan glaucoma primer, hanya bedanya glaucoma sekunder ada penyebab yang jelas atau penyakit yang mendasari. c) Glaukoma Kongenital Gangguan kongenital sejak lahir karena gangguan perkembangan saluran humor aquos. Gejala umumnya mata seperti berkabut, pembesaran salah stau atau kedua mata, mata merah, fotofobia dan mata berair. 2.3 Etiologi Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraocular , di sebabkan : a) Peningkatan produksi cairan mata atau aqueous humor oleh badan siliar b) Terganggunya proses pengeluaran cairan mata atau aqueous humor di daerah sudut bilik mata atau celah pupil 2.4 Faktor Risiko 1. Usia > 40 tahun Peningkatan insiden ini dapat di jelaskan dengan penebalan lensa seiring dengan penambahan umur dan mengakibatkan peningktan kontak iridolentikular 2. Jenis kelamin perempuan lebih beresiko dari pada laki-laki Dilaporkan bahwa dua hingga empat kali lipat lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria 3. Ras kulit hitam > ras kulit putih Ras kulit hitam lebih mudah mengalami glaukoma sampai 7 kali dibandingkan ras kulit putih 4. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma memiliki resiko 4 kali dari normal 5 5. Trauma mata Kecelakaan yang menyebabkan mata cedera 6. Pada pasien penderita hipertensi, juga cendrung lebih sering mengalami glaukoma smpai 6 kali lebih sering dari normal 7. Penderita diabetes melitus juga meningkatkan resiko hingga 2 kali lebih sering 8. Miopia 9. Penggunaan steroid yang berkepanjang 10. Operasi yang berkomplikasi 6 2.5 Patofisiologi Gangguan produksi atau Pengeluaran Aquos Humor Peningkatan Aquos Humor Peningkatan TIO Penurunan Perfusi Iskemik Halo Merangsang N. V Saraf Simpatis Merusak GRC Menekan Saraf Optik Edema Epitel Kornea Nyeri Mata Penurunan Lap. Pandang Vasokontriksi PD GI Baroreseptor Penglihatan Menurun Impuls Pusat MO GLAUKOMA 7 Munta h Struktur yang Terlibat 1. Aquos humour Penurunan drainase sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokuler 2. Papil saraf optic Tertekan akibat peningkatan tekanan intraokuler yang menyebabkan gangguan pendarahan pada papil saraf optic dan degenerasi berkas serabut saraf 3. Discus opticus Atrofi disertai pembesaran cekungan opticus 4. Sel ganglion retina Apoptosis sel menyebabkan penipisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf opticus 5. Iris dan corpus ciliaris menjadi atrofi 6. Processus ciliaris terjadi Degenerasi hialin 7. Trabecula meshwork dan canalis schlemm Proses degenerasi dan pengendapan bahan ekstrasel 2.6 Manifestasi Klinis Glaukoma sudut terbuka: o Kehilangan penglihatan perifer secara bertahap, biasanya pada kedua mata o Tunnel vision pada stadium lanjut Glaukoma sudut tertutup: o Sakit atau nyeri pada mata 8 o Mual dan muntah (yang menyertai nyeri mata yang parah) o Gangguan visual mendadak seringkali dalam cahaya rendah (redup) o Penglihatan kabur o Halo sekitar cahaya o Kemerahan mata 2.7 Pemeriksaan Fisik 1) Tonometri Digunakan untuk mengukur tekanan intraokuler mata. Tonometri merupakan bagian dari pemeriksaan fisik rutin bagi semua orang dewasa berusia >30 tahun. Hasil pemeriksaan bermakna bila tekanan intraokuler >21 mmHg dan dapat dikatakan normal jika nilainya antara 10-21 mmHg. Indikasi tonometri, yaitu pada penderita glaukoma akut atau kronis, setiap orang berusia 35 tahun, penderita diabetes mellitus, keluarga penderita glaukoma. Terdapat berbagai macam jenis tonometer, antara lain : tonometet digital, tonometer schiotz, tonometer aplanasi goldman. Hasil pada glaukoma adalah TIO meningkat. 2) Oftalmoskopi (funduskopi) Tes untuk mengetahui keadaan fundus okuli (retina mata dan pembuluh darah khoroidea keseluruhannya) menggunakan oftalmoskop (funduskop). Pada glaukoma digunakan untuk memeriksa kerusakan pada nervus opticus. Ada dua jenis utama, yaitu oftalmoskopi langsung (direk oftalmoskopi) dan oftalmoskopi tidak langsung (indirek oftalmoskopi). Direk oftalmoskop adalah instrumen yang digunakan pada pemeriksaan mata yang memiliki beberapa lensa yang dapat melakukan perbesaran hingga 15 kali dan menghasilkan gambar tegak lurus. Jenis oftalmoskop ini paling sering digunakan selama pemeriksaan fisik rutin. Sedangkan indirek oftalmoskop menghasilkan gambar terbalik dengan perbesaran 4-5 kali. Hasil pada glaucoma adalah discus opticus merah dan bengkak. 9 3) Gonioskopi Suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Pada glaukoma diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan yang merupakan tempat yang dilalui cairan intraokular sebelum keluar ke kanal Schlemm sehingga dengan kata lain digunakan untuk memeriksa saluran drainase cairan bola mata. Dengan gonioskopi dapat ditentukan apakah sudut bilik mata depan tertutup atau terbuka. Hasil pada glaukoma adalah sudut bilik mata depan dangkal. 4) Kampimetri Digunakan untuk memeriksa lapangan pandang perifer dan sentral. Mengukur fungsi retina, nervus optikus dan jaras visual intracranial secara bersama. Alat ini secara klinis digunakan untuk mendeteksi atau memonitor hilangnya lapangan pandang akibat kelainan ditempat tersebut. Kerusakan suatu bagian tertentu pada jaras visual neurologik mungkin menimbulkan pola perubahan yang khas pada pemeriksaan lapangan pandang serial. Pemeriksaan lapangan pandang merupakan salah satu pemeriksaan terpenting pada glaukoma, karena hasil pemeriksaannya dapat menunjukkan adanya gangguan fungsional pada penderita. Khas pada glaukoma adalah penyempitan lapangan pandang. Hasil pada glaucoma adalah lapangan pandang berkurang atau menyempit. 5) Visus mata atau tajam penglihatan Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya visus seperti pada glaukoma. Pada glaukoma kehilangan penglihatan yang disebabkan oleh atropi serabut saraf optik tidak disadari penderita, sampai kelainan sudah lanjut yaitu hilangnya penglihatan sentral. Kadang-kadang beberapa penderita mungkin sudah mengeluh adanya skotomaskotoma di daerah Bjerrum (parasentral pada lapangan pandangnya). Tetapi umumnya gangguan penglihatan baru dirasakan bila sudah ada kekeruhan media atau kelainan macula. Kehilangan proyeksi penglihatan ini umumnya dimulai dibagian nasal, kemudian 10 disebelah atas atau bawah, bagian temporal biasanya bertahan cukup lama sampai menghilang sama sekali. Dalam keadaan ini tajam penglihatan sudah ditingkat menghitung jari, bahkan bisa lebih buruk lagi. Hasil pada glaukoma adalah visus sangat menurun. 2.8 Pemeriksaan Penunjang 1. Gonioskopi Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka atau glaukoma sudut tertutup dan mungkin dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder. Pemeriksaan gonioskopi ditunda sampai edem kornea berkurang, salah satunya dengan obat yang dapat menurunkan tekanan intraocular, misalnya dengan gliserin topical atau saline hipertonik salap mata. Pada waktu tekanan intaokuler tinggi, sudut bilik mata depan tertutup, sedang pada waktu tensi intraokuler normal sudutnya sempit. Bila serangan dapat dihentikan maka sesudah 24 jam, biasanya sudut bilik mata depan terbuka kembali, tetapi masih sempit. Kalau terjadi serangan yang berlangsung lebih dari 24 jam, maka akan timbul perlengketan antara iris bagian pinggir dengan trabekula (goniosinekhia, sinekhia anterior perifer). 2. Slit – Lamp Konjungtiva bulbi: hiperemia kongestif, kemotis dengan injeksi silier,injeksi konjungtiva, injeksi epislera. Kornea: edema dengan vesikel epithelial dan penebalan struma, keruh,insensitif karena tekanan pada saraf kornea. Bilik mata depan: dangkal dengan kontak iridokorneal perifer. Flaredan sel akuos dapat dilihat setelah edem kornea dapat dikurangi. 11 Iris: gambaran corak bergaris tak nyata karena edema, berwarnakelabu, dilatasi pembuluh darah iris. Pupil: oval vertikal, tetap pada posisi semi-dilatasi, kadang-kadang didapatmidriasis yang total, warna kehijauan, tidak ada reaksi terhadap cahaya danakomodasi. 3. Pemeriksaan tekanan bola mata Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer. Dikenal beberapa alat tonometer seperti tonometer Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman. Pemeriksaan tekanan bola mata juga dapat dilakukan tanpa alat disebut dengan tonometer digital, dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan lenturan bola mata (ballotement) dilakukan penekanan bergantian dengan kedua jari tangan 4. Opthalmoskop (Penilaian Diskus Optikus) Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa mengukur rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika ternyata melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular yang signifikan. 2.9 Penatalaksanaan A. Medikamentosa Tujuan: Menurunkan tekanan intraokuler dengan cepat, untuk mencegah kerusakan nervus optikus, untuk menjernihkan kornea, menurunkan inflamasi intraocular, serta mencegah terbentuknya sinekia anterior perifer dan posterior. Obat-Obat yang bisa diberikan : 1. Prostaglandin Analog a. Latanaprost (X alatan) Konsentrasi: 0.005% dosis: 4 kali sehari 12 Efek Obat: Menurunkan aliran uveosklera dan dapat menurunkan TIO sebesar 25-32% Efek samping pada Mata: meningkatkan pigmentasi iris, hipertrikosis, penglihatan kabur, keratitis, uveitis anterior, dan konjungtiva hiperemis. Efek samping Sistemik : gejala seperti flu, nyeri sendi dan otot, sakit kepala b. Travoprost (travatan) Konsentrasi: 0.004% Dosis: 4 kali sehari Efek Obat: Menurunkan aliran uveosklera dan dapat menurunkan TIO sebesar 25-32% Efek samping pada Mata: meningkatkan pigmentasi iris, hipertrikosis, penglihatan kabur, keratitis, uveitis anterior, dan konjungtiva hiperemis. Efek samping Sistemik : gejala seperti flu, nyeri sendi dan otot, sakit kepala c. Bimanoprost (lumigan) Konsentrasi: 0.005% Dosis : 4 kali sehari Efek Obat: Menurunkan aliran uveoskleral dan trabecular serta dapat menurunkan TIO sebesar 27-33% Efek samping pada Mata: meningkatkan pigmentasi iris, hipertrikosis, penglihatan kabur, keratitis, uveitis anterior, dan konjungtiva hiperemis. Efek samping Sistemik : gejala seperti flu, nyeri sendi dan otot, sakit kepala d. Unoprostone (rescula) Konsentrasi: 0.15% Dosis: 2 kali sehari Efek Obat: meningkatkan aliran trabecular serta dapat menurunkan TIO sebesar 13-18% 13 Efek samping pada Mata: meningkatkan pigmentasi iris, hipertrikosis, penglihatan kabur, keratitis, uveitis anterior, dan konjungtiva hiperemis. Efek samping Sistemik : gejala seperti flu, nyeri sendi dan otot, sakit kepala 2. Beta – Adrenergic Antagonist (Beta – Bloker) a. Non-selektif 1) Timolol Maleate (timoptic) Konsentrasi: 0.25% dan 0.5% Dosis: 4 kali sehari Efek Obat: menurunkan produksi aquos dan menurunkan TIO 20-10% Efek samping Mata : kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate, dan alergi Efek samping Sistemik : Bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi dan depresi SSP. 2) Timolol – LA (istalol) Konsentrasi : 0.5% Dosis : 4 kali sehari Efek Obat : Menurunkan produksi aqous dan menurunkan TIO sebesar 20-30% Efek samping Mata : kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate, dan alergi Efek samping Sistemik : Bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi dan depresi SSP. 3) Levobunolol (betagan) Konsentrasi : 0.25% dan 0.5% Dosis : 2 – 4 kali sehari Efek Obat: Menurunkan produksi aqous dan menurunkan TIO sebesar 20-30% 14 Efek samping Mata : kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate, dan alergi Efek samping Sistemik : Bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi dan depresi SSP b. Selektif Betaxolol (betoptic) Konsentrasi : 0.25% Dosis : 2 kali sehari Efek Obat : Menurunkan produksi aquos dan menurunkan TIO sebesar 1520% Efek samping Mata : kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate dan alergi Efek samping Sistemik : Komplikasi pada paru. 3. Carbonic Anhidrase Inhibitors a. Oral 1) Asetazolamide (Diamox) Konsentrasi: 62.5mg, 125mg, dan 250mg Dosis : 2 – 4 kali sehari Efek Obat : Menurunkan produksi aquos dan menurunkan TIO sebesar 15-20% Efek Samping Sistemik : Asidosis, depresi, latergi dan lain-lai 2) Metazolamide (metazane) Konsentrasi : 25mg, 50mg, dan 100mg Dosis : 2 – 3 kali sehari Efek Obat: Menurunkan produksi aquos dan menurunkan TIO sebesar 15-20% Efek samping Sistemik : asidosis, depresi, latergi dan lain-lain 15 b. Topikal Dorzolamide (trusopt) Konsentrasi : 2% Dosis : 2-3 kali sehari Efek Obat : Osmotic gradient dehydrates vitreous dan menurunkan TIO sebesar 15-20% Efek samping Mata : Miopia, penglihatan kabur, keratitis dan konjungtivitis. B. Pembedahan 1. Laser Iredektomi a. Indikasi Glukoma sudut tertutup dengan blok pupil Untuk mencegah terjadinya blok pupil pada mata yang beresiko Glaukoma akut dan pada mata kontralateral dengan potensial glaucoma akut b. Kontraindikasi Tidak dapat dilakukan pada mata dengan rubeosis iridis, karena dapat terjadi perdarahan Pada mereka yang menggunakan aspirin juga beresiko perdarahan c. Teknik Iridektomi biasanya menggunakan argon laser, tetapi pada keadaan kongesti, edema dan inflamasi akibat serangan akut, teknik ini sulit dilakukan. Biasanya teknik yang digunakan adalah teknik pewarnaan iris. Argon laser dan Nd:YAG laser sama-sama dapat digunakan untuk iridektomi. Pemakaian Nd:YAG lebih disukai karena lebih cepat, lebih mudah, dan energy yang dibutuhkan lebih sedikit daripada argon laser 16 d. Komplikasi Pada umumnya, komplikasi yang sering terjadi pada laser iridektomi meliputi : kerusakan local pada lensa dan kornea Ablasio retina Pendarahan Gangguan visus Tekanan intraokuler meningkat 2. Gonioplasti a. Indikasi 1) Acute angle – closure glaucoma Angle – closure glaucoma yang tidak responsive terhadap terapi medis 17 Sebagai tindakan sementara untuk membuka sudut sampai laser iridektomi dapat dilakukan 2) Plateau iris syndrome 3) Nanophthalmus b. Kontraindikasi Kondisi kornea yang keruh atau edema kornea Bilik mata yang datar Tumor pada ciliary body atau iris Uveitis 18 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Glaukoma adalah kumpulan penyakit mata yang ditandai oleh kerusakan saraf optik terjadi karena tekanan intraokular yang terlalu tinggi .Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan di dalam mata, jika tidak segera diobati maka dapat menyebabkan kerusakan saraf optik yang terjadi secara progresif.Dimulai dengan bintik buta yang tidak diketahui pada tepi penglihatan,berkembang menjadi tunnel vision(penglihatan terowongan) dan terakhir kebutaan. (Gale Encyclopedia of Medicine. Copyright 2008). Glaukoma dibedakan menjadi tiga bagian. yaitu Galukoma Primer yang penyebabnya belom diketahui secara pasti, glaucoma sekunder yang timbul akibat adanya suatu penyakit lain dan glaucoma kongenital yang merupakan glaucoma yang didapat dari kecil karena gangguan pada saluran humor aquos. Pengobatan pada Glukoma bertujuan Menurunkan tekanan intraokuler dengan cepat, untuk mencegah kerusakan nervus optikus, untuk menjernihkan kornea, menurunkan inflamasi intraocular, serta mencegah terbentuknya sinekia anterior perifer dan posterior. Selain itu juga ada beberapa tindakan pembedahan yang dapat menunjang penyembuhan pada kasus glaucoma ini. 3.2 Saran Begitulah makalah ini penulis buat. Semoga dengan ini dapat membantu pembaca untuk memamahami hal-hal yang menyangkut tentang Glaukoma. Makalah sederhana ini tidak didasarkan oleh penelitian, tapi penulis dasarkan dari referensi beberapa literatur. Bila ada kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan laporan ini, penulis berharap dapat diperbaiki dilain kesempatan untuk mendapatkan laporan yang lebih baik. 19 DAFTAR PUSTAKA Gale Encyclopedia of Medicine. Copyright 2008 Mayoclinic Medscape Opthalmologi Fakultas Kedokteran Indonesia 20