BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan setelah katarak di dunia. Penyakit ini mengenai hampir 90 juta populasi dunia dan merupakan penyebab utama kebutaan yang tidak dapat disembuhkan. Glaukoma umumnya berhubungan dengan peningkatan tekanan bola mata yang disebabkan oleh gangguan outflow aqueous humor akibat abnormalitas pada sistem drainase sudut bilik mata depan (trabecular meshwork) yang disebut dengan glaukoma sudut terbuka atau gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase yang disebut dengan glaukoma sudut tertutup (Ito dan Walter, 2013). Glaukoma primer sudut terbuka atau Primary Open Angle Glaucoma (POAG) merupakan suatu optik neuropati kronik yang tidak disebabkan oleh penyakit mata atau sistemik lainnya, bersifat progresif lambat dengan hilangnya fungsi penglihatan, yang ditandai dengan terbukanya sudut bilik mata depan, kerusakan papil saraf optik, gangguan lapang pandang dan peningkatan tekanan intraokuli sebagai salah satu faktor resiko primer. Penyakit ini biasanya terjadi bilateral namun dapat terjadi asimetris. Tajam penglihatan sentral biasanya tidak terlibat hingga kondisi penyakit yang berat. Gangguan lapang pandang dapat terjadi signifikan sebelum terlihat adanya gejala. Faktor risiko glaukoma primer sudut terbuka adalah tekanan bola mata yang meningkat, ras, ketebalan kornea 1 sentral yang rendah, meningkatnya umur, adanya riwayat keluarga dan adanya kelainan metabolisme sel akson atau ganglion (American Academy of Ophthalmology Staff, 2011-2012b; Chang, dkk., 2011; Sorkhabi, dkk., 2011). Glaukoma primer sudut terbuka didiagnosis dengan evaluasi tekanan bola mata, sudut bilik mata depan, papil saraf optik dan defek lapang pandang. Pemahaman yang mendalam tentang etiopatogenesis glaukoma primer sudut terbuka penting untuk dapat mengembangkan strategi yang dapat memperlambat progresivitasnya (Fellman,dkk., 2011). Penyebab utama terjadinya glaukoma masih belum diketahui, peran serta stres oksidatif dan nitratif penting dalam patogenesis terjadinya glaukoma primer sudut terbuka, karena dapat memicu terjadinya degenerasi trabecular meshwork, papil saraf optik dan ganglion sel retina sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intraokuli. Radikal bebas atau yang disebut dengan oksidan adalah molekul di dalam tubuh dengan elektron yang tidak berpasangan, dengan sifat tidak stabil. Contoh radikal bebas adalah Reactive Oxygen Species (ROS), seperti radikal superoxide anion (.O-), hydrogen peroxide (H2O2) dan radikal bebas hydroxyl (-OH). ROS berasal dari produk metabolisme anaerob pada mitokondria. Kerusakan oksidatif permanen terjadi pada biomolekul dasar yaitu lipid dari membran sel, protein dan DNA (Oduntan, dkk.,2011;Sorkhabi,dkk., 2011). Meningkatnya penanda stres oksidatif yang dilaporkan pada glaukoma adalah protein nitrotirosin, protein karbonyl, hasil oksidasi lipid dan basa DNA, sehingga dapat disimpulkan oksidatif stres berperan terhadap patogenesis terjadinya glaukoma (Chang, dkk., 2011) 2 Kerusakan ini dapat disebabkan oleh salah satu radikal bebas oksigen yaitu hidroxyl radikal (-OH). Interaksi antara -OH dengan nukleobasa dari untaian DNA seperti guanine memicu terjadinya pembentukan 8-hydroxyguanine (8OHGua) atau bentuk nukleosida deoxyguanosine (8-hydroxy-2’-deoxyguanosine). Pada nuklear dan mitokondria DNA, lesi oksidatif dapat dipicu oleh 8-OHdG atau 8-oxodG sehingga banyak digunakan sebagai biomarker untuk stres oksidatif. Biomarker 8-OHdG atau 8-oxoDG merupakan tanda vital untuk mengukur efek kerusakan oksidatif endogen pada DNA (Valavanidis, dkk., 2009). Penelitian Sorkhabi dkk (2011) di Iran menemukan terjadinya peningkatan kadar 8-OHdG dalam serum pasien dengan glaukoma (17,80±8,06 ng/ml) dibandingkan dengan pasien katarak (13,63±3,54ng/ml). Penelitian ini juga menemukan kadar 8-OhdG dalam humor aqueous pasien dengan glaukoma lebih tinggi (4,61±2,97 ng/ml) dibandingkan dengan pasien katarak (1,98±0,70 ng/ml) (Sorkhabi, dkk., 2011). Izzotti dkk menemukan kerusakan oksidatif DNA meningkat secara signifikan pada trabecular meshwork pasien glaukoma dibandingkan dengan kontrol. Peneliti mengemukakan bahwa stres oksidatif terjadi tidak hanya pada meshwork namun juga pada sel retina dan melibatkan kematian neuron saraf optik glaukoma primer sudut terbuka. Stres oksidatif dapat menimbulkan perubahan kronik pada aqueous dan vitreous humour yang dapat memicu perubahan pada trabecular meshwork dan papil saraf optik seperti yang terlihat pada glaukoma (Oduntan, dkk., 2011). 3 Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk usia lanjut, diperkirakan jumlah pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka khususnya di Bali juga akan semakin meningkat. Di Bali belum pernah dilakukan penelitian mengenai kadar 8OHdG pada pasien glaukoma primer sudut terbuka. Penelitian ini dilakukan karena adanya perbedaan populasi dan ras yang belum tentu akan memberikan hasil yang sama. Dengan diketahuinya etiopatogenesis glaukoma primer sudut terbuka dalam hubungannya dengan stres oksidatif melalui pemeriksaan 8-OHdG, diharapkan dapat dikembangkan strategi untuk mencegah terjadinya glaukoma primer sudut terbuka. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar 8-OHdG serum pada pasien glaukoma primer sudut terbuka dan pasien kontrol. 1.2. Rumusan Masalah Apakah kadar serum 8-hydroxy-2’-deoxyguanosine pasien glaukoma primer sudut terbuka lebih tinggi dibandingkan kontrol ? 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah kadar serum 8-hydroxy-2’deoxyguanosine pada pasien glaukoma primer sudut terbuka lebih tinggi dibandingkan kontrol 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis 1. Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang etiopatogenesis glaukoma primer sudut terbuka dalam hubungannya dengan stres oksidatif 4 2. Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang kadar serum 8hydroxy-2’deoxyguanosine pada pasien glaukoma primer sudut terbuka dan kontrol 1.4.2. Manfaat praktis 1. Dapat digunakan sebagai awal dari sebuah pohon penelitian sehingga nantinya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan strategi dalam mencegah terjadinya glaukoma primer sudut terbuka. 2. Adanya kemungkinan keterkaitan antara kadar serum 8-hydroxy2’deoxyguanosine dan glaukoma primer sudut terbuka yang merupakan fase awal dalam mencari hubungan sebab akibat kadar 8hydroxy-2’deoxyguanosine dan patogenesis terjadinya glaukoma primer sudut terbuka. 5 6