Pria Berusia 45 Tahun dengan Glaukoma Akut A 45 Years Old Man

advertisement
Rino ‫ ׀‬Pria Berusia 45 Tahun dengan Glaukoma Akut
Pria Berusia 45 Tahun dengan Glaukoma Akut
Rino Yoga
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Glaukoma merupakan suatu proses degenerasi progresif lambat pada sel ganglion retina dan akson nervus
optikus, yang menyebabkan penyempitan lapang pandang. Jika tidak mendapatkan terapi, kondisi ini dapat menyebabkan
kebutaan. Glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan di dunia dengan estimasi sekitar 66,8 juta orang mengalami
gangguan penglihatan akibat glaukoma dan 6,7 juta di antaranya mengalami kebutaan. Pada laporan kasus ini dipaparkan
seorang pasien laki-laki usia 45 tahun yang datang dengan keluhan penglihatan mata kanan kabur disertai mata merah
secara mendadak. Keluhan lain adalah nyeri kepala hebat, mual, muntah dan melihat halo di sekitar cahaya. Pada
pemeriksaan fisik oftalmologis okuli dekstra didapatkan visus 1/300, injeksi konjungtiva, injeksi siliar, kornea agak keruh,
kamera okuli anterior dangkal, pupil bulat, mid-dilatasi, anisokor dengan refleks cahaya melambat, lensa sulit dinilai dan
tekanan intraokuler meningkat (per palpasi N +2). Pada pemeriksaan kampimetri didapatkan penyempitan lapang pandang
pada okuli dekstra. Pasien ini didiagnosis glaukoma akut okuli dekstra. Pasien diberikan obat antiglaukoma dan
direncanakan tindakan operatif trabekulektomi.
Kata kunci: glaukoma akut, trabekulektomi
A 45 Years Old Man with Acute Glaucoma
Abstract
Glaucoma is a slowly progressive degeneration process in the retinal ganglion cells and axons of the optic nerve,
which causes narrowing of the visual field. If the patient doesn’t get treatment, this condition can lead to blindness.
Glaucoma is the second leading cause of blindness in the world with an estimated 668 million people have impaired vision
due to glaucoma and 6.7 million of them are blind. In this case report is presented of a male patient aged 45 years who
present with blurred vision right eye with red eyes suddenly. Another complaint is severe headache, nausea, vomiting and
saw halo around the light. On physical examination ophthalmological of dekstra oculi obtained visual acuity 1/300,
conjunctival injection, ciliary injection, slight cloudy cornea, shallow anterior chamber, the pupil is round, mid-dilated,
anisokor with light reflex slowed down, the lens was difficult to assess and increased intraocular pressure (per palpation N
+2). On campimetry examination we obtained visual field constriction at right eye. This patient was diagnosed of acute
glaucoma of right eye. He was given antiglaucoma drugs and planned trabeculectomy operative therapy.
Keywords: acute glaucoma, trabeculectomy
Korespondensi: Yoga Rino, S.Ked, e-mail [email protected]
Pendahuluan
Glaukoma merupakan suatu neuropati
optik yang ditandai dengan adanya
pencekungan dari diskus optikus dan
penyempitan lapang pandang, yang biasanya
disertai
dengan
peningkatan
tekanan
intraokular (TIO).1 Jika tidak mendapatkan
terapi, kondisi ini dapat menyebabkan
kebutaan.2 Keterlibatan neurotransmitter
eksitator dan inhibitor seperti glutamat,
gamma-amino butyric acid (GABA), glisin dan
apoptosis dapat berimplikasi pada mekanisme
progresivitas glaukoma. Deteksi dan terapi
dini dapat memperlambat kondisi ini, namun
penurunan TIO sendiri kadang tidak memiliki
efek terhadap progresivitas penyakit ini.3
Glaukoma merupakan penyebab
kedua kebutaan di dunia dengan estimasi
sekitar 8% dari 39 juta orang buta di dunia.4
Pada tahun 2013, jumlah penderita glaukoma
(usia 40-80 tahun) mencapai 64,3%.
Diperkirakan terdapat sekitar 79,6 juta
penderita pada tahun 2020.5 Jumlah ini akan
mencapai 111,8 juta penderita pada tahun
2040.6
Faktor risiko terjadinya glaukoma
antara lain peningkatan TIO, riwayat glaukoma
dalam keluarga, ras Afro-Caribbean, usia tua,
ketebalan kornea lebih dari 588 mm, jenis
kelamin wanita, kelainan refraksi miopia,
diabetes, migrain, dan hipertensi. Faktor risiko
yang terpenting pada glaukoma adalah
peningkatan TIO sehingga dibutuhkan terapi
khusus untuk menjaga TIO dalam rangka
menghambat progresivitas penyakit ini.7
Kasus
J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 167
Rino ‫ ׀‬Pria Berusia 45 Tahun dengan Glaukoma Akut
Seorang laki-laki berusia 45 tahun
datang dengan keluhan mata merah disertai
penglihatan mata kanan kabur sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini
muncul tiba-tiba dan baru pertama kali
dirasakan pasien. Keluhan mata merah dialami
pasien bersamaan dengan penglihatan mata
kanannya yang kabur. Pasien juga mengeluh
mata kanan merah, sedikit berair dan terasa
sangat nyeri yang disertai sakit kepala terusmenerus, mual (+), muntah (+). Melihat
pelangi di sekitar cahaya (+), merasa silau saat
melihat cahaya (-). Riwayat trauma (-),
penggunaan kacamata (-), operasi mata (-),
hipertensi (-), diabetes melitus (-).
Dari pemeriksaan fisik oftalmologis
okuli dekstra didapatkan visus 1/300, injeksi
konjungtiva, injeksi siliar, kornea agak keruh,
kamera okuli anterior dangkal, pupil bulat,
mid-dilatasi, anisokor dengan refleks cahaya
melambat, lensa sulit dinilai dan tekanan
intraokuler meningkat (per palpasi N +2). Pada
pemeriksaan
kampimetri
didapatkan
penyempitan lapang pandang pada okuli
dekstra. Okuli sinistra dalam batas normal.
Pasien ini didiagnosis glaukoma akut
okuli dekstra. Pasien diberikan terapi
medikamentosa berupa timolol 0,5% tetes
mata 2x1 tetes OD, asetazolamid tablet 3x250
mg, KCl 2x1 tablet dan pilokarpin 2% tetes
mata 4x1 tetes. Pada pasien juga
direncanakan
tindakan
operatif
yaitu
trabekulektomi OD setelah TIO normal.
Prognosis pada pasien ini adalah ad bonam
(ad vitam) dan dubia ad malam (ad
fungsionam dan ad sanationam).
Pembahasan
Glaukoma
dapat
diklasifikasikan
menjadi glaukoma primer, glaukoma sekunder
dan glaukoma kongenital. Glaukoma primer
dibagi menjadi glaukoma sudut terbuka kronis
dan sudut tertutup (akut dan kronis).
Sedangkan. Glaukoma sekunder dibagai
berdasarkan penyebabnya, seperti trauma,
pembedahan mata, terinduksi steroid, atau
terkait dengan penyakit mata lainnya (misal,
uveitis).8
Glaukoma akut atau glaukoma primer
sudut tertutup akut merupakan glaukoma
primer yang terjadi akibat kamera okuli
anterior tertutup secara mendadak oleh
jaringan iris sehingga TIO meningkat secara
cepat.9 Pada umumnya tingkat tekanan
intraokuler normal adalah 10-22 mmHg,
sedangkan TIO pada glaukoma akut dapat
meningkat hingga mencapai lebih dari 30-40
mmHg.10
Pasien pada kasus datang dengan
keluhan mata merah yang disertai penurunan
tajam penglihatan secara mendadak. Pasien
juga mengeluh nyeri pada mata dan kepala
yang disertai mual dan muntah. Gejala-gejala
tersebut menunjukkan adanya serangan
glaukoma
akut.
Pada
pemeriksaan
oftalmologis didapatkan penurunan visus OD
(1/300), injeksi konjungtiva dan injeksi silier,
kornea agak keruh, pupil mid dilatasi, kamera
okuli anterior dangkal dan peningkatan TIO
(per palpasi N +2). Pada pemeriksaan
kampimetri didapatkan penyempitan lapang
pandang okuli dekstra.
Berdasarkan etiologi,
glaukoma
terdiri dari glaukoma primer, sekunder, dan
glaukoma kongenital. Glaukoma primer adalah
glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya.
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang
disebabkan oleh kelainan penyakit di dalam
mata tersebut seperti kelainan pada kornea
(seperti leukoma adherens), kamera okuli
anterior (seperti hifema, hipopion), iris/pupil
(sinekia posterior, tumor iris), dan lain-lain.
Glaukoma kongenital adalah glaukoma yang
dibawa sejak lahir. Sedangkan berdasarkan
mekanisme peningkatan tekanan intraokular,
glaukoma terbagi dalam glaukoma sudut
terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Pasien
dalam kasus ini tergolong dalam glaukoma
primer sudut tertutup. Gejala dan tanda pada
glaukoma akut tertutup, ditemukan mata
merah dengan penglihatan turun mendadak,
tekanan intraokuler meningkat mendadak,
nyeri hebat, melihat halo di sekitar lampu,
terdapat gejala gastrointestinal berupa mual
dan muntah. Mata menunjukkan tanda-tanda
peradangan dengan kelopak mata bengkak,
kornea suram dan edem, iris sembab
meradang, pupil melebar dengan reaksi
terhadap sinar yang lambat, papil saraf optik
hiperemis. Gejala spesifik seperti di atas tidak
selalu terjadi pada mata dengan glaukoma
akut. Kadang-kadang riwayat mata sakit
disertai penglihatan yang menurun mendadak
sudah dapat dicurigai telah terjadinya
serangan glaukoma akut.11
Ketika terjadi serangan glaukoma akut
primer, terjadi sumbatan sudut kamera
anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat
J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 168
Rino ‫ ׀‬Pria Berusia 45 Tahun dengan Glaukoma Akut
aliran akuos humor dan tekanan intraokular
meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri
hebat,
kemerahan,
dan
kekaburan
penglihatan. Serangan akut biasanya terjadi
pada pasien berusia tua seiring dengan
pembesaran lensa kristalina yang berkaitan
dengan penuaan.
Pada glaukoma akut, pupil berdilatasi
sedang, disertai sumbatan pupil. Hal ini
biasanya terjadi pada malam hari saat tingkat
pencahayaan berkurang. Rasa nyeri hebat
pada mata yang menjalar sampai kepala
merupakan tanda khas glaukoma akut. Hal ini
terjadi karena meningkatnya tekanan
intraokular sehingga menekan simpul-simpul
saraf di daerah kornea yang merupakan
cabang dari nervus trigeminus. Sehingga
daerah sekitar mata yang juga dipersarafi oleh
nervus trigeminus ikut terasa nyeri. Pada
glaukoma akut, tekanan okular sangat
meningkat, sehingga terjadi kerusakan iskemik
pada iris yang disertai edem kornea, hal ini
menyebabkan penglihatan pasien sangat
kabur secara tiba-tiba dan visus menjadi
menurun.1,11
Tatalaksana glaukoma akut terbagi
menjadi
4
tahapan,
yaitu
segera
menghentikan serangan akut dengan obatobatan, melindungi mata sebelahnya dari
kemungkinan
terkena
serangan
akut,
melakukan iridektomi perifer pada kedua
mata sebagai terapi definitif, serta
penatalaksanaan sekuele jangka panjang.
Tujuan pengobatan pada glaukoma akut
adalah untuk menurunkan tekanan bola mata
secepatnya kemudian apabila tekanan bola
mata normal dan mata tenang maka dapat
dilakukan pembedahan.12,13
Pada kasus ini, pasien diberikan obat
topikal tetes mata Timolol 0.5% 2x1 tetes (OD)
dan pilokarpin 2% 4x1 tetes sedangkan untuk
pengobatan sistemik diberikan asetazolamid
tablet 2x250 mg dan diberikan KCL tablet
sebanyak 2x600 mg untuk menghindari
deplesi
kalium
akibat
pemberian
asetazolamid.
Timolol merupakan beta bloker non
selektif yang menurunkan tekanan intraokuler
20-35% dengan cara mengurangi produksi
akuos humor. Timolol topikal memiliki durasi
kerja 12-24 jam sehingga dapat diberikan 2
kali 1 tetes 0,25-0,5%. Pada kasus, pemberian
timolol 0,5% 2x1 tetes (OD) sudah tepat.
Karena timolol termasuk golongan beta bloker
non selektif maka perlu diperhatikan
pemberiannya pada pasien dengan asma,
PPOK, dan penyakit jantung karena dapat
menyebabkan bronkospasme, bradikardi dan
hipotensi.7,14
Asetazolamid
termasuk
dalam
golongan karbonik anhidrase inhibitor.
Efeknya dapat menurunkan TIO dengan
menghambat produksi akuos humor sehingga
sangat berguna untuk menurunkan tekanan
intraokular secara cepat. Obat ini dapat
diberikan secara oral dengan dosis 500-1000
mg per hari. Pada pasien dengan glaukoma
akut yang disertai mual muntah dapat
diberikan Asetazolamid 500 mg IV, yang
disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam
sesudah keluhan mual hilang. Pemberian obat
ini memberikan efek samping hilangnya
kalium tubuh, parestesi, anoreksia, diare,
hipokalemi, batu ginjal, dan miopia
sementara. Untuk mencegah efek samping
tersebut, pada pasien ini diberikan pemberian
KCL per oral sebanyak 2x1 tablet.7,15
Pilokarpin termasuk golongan agonis
kolinergik yang bekerja dengan cara
meningkatkan aliran akuos humor. Pemberian
pilokarpin 0,5-8% topikal sebanyak 2-4 kali
satu tetes per hari. Pemberian pada kasus
sudah cukup tepat, yaitu pilokarpin 2%
dengan dosis 4x1 tetes.15
Tindakan operatif direncanakan
pada pasien ini untuk menjaga tekanan
intraokuler yang merupakan faktor risiko
progresivitas
glaukoma.
Trabekulektomi
merupakan prosedur yang dilakukan dengan
membuka hambatan dari jaringan kornea
perifer di bawah flap sklera. Flap sklera dapat
memberikan resistensi dan membatasi
keluarnya akuos humor sehingga dapat
mencegah terjadinya hipotoni, camera okuli
anterior yang dangkal sampai datar, katarak,
efusi koroid serosa dan hemoragik, edema
makula serta edema papil saraf optikus.
Indikasi tindakan trabekulektomi dilakukan
pada keadaan glaukoma akut yang berat, atau
setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer,
glaukoma primer sudut tertutup akut, juga
pada penderita dengan iris berwarna coklat
gelap (ras Asia atau China), yang kemungkinan
terjadi serangannya lebih berat serta tidak
respon dengan tindakan iridektomi perifer.16
Prognosis dari kasus ini untuk quo ad
vitam adalah bonam karena penyakit
glaukoma ini tidak mengancam nyawa pasien,
J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 169
Rino ‫ ׀‬Pria Berusia 45 Tahun dengan Glaukoma Akut
sedangkan untuk quo ad functionam dan
sanationam adalah dubia ad malam karena
telah terjadi penyempitan lapang pandang
pada mata kanan pasien dan fungsi organ
mata pasien tersebut apabila tidak ditangani
dengan tepat dapat semakin memburuk dan
bahkan dapat terjadi kebutaan.15
Simpulan
Glaukoma adalah neuropati optik
yang ditandai dengan pencekungan diskus
optikus, penyempitan lapang pandang, dan
biasanya disertai peningkatan tekanan
intraokular. Glaukoma akut atau glaukoma
sudut tertutup akut terjadi akibat kamera
okuli anterior tertutup secara mendadak oleh
jaringan iris sehingga TIO meningkat secara
cepat. Jika tidak mendapatkan terapi, kondisi
ini dapat menyebabkan kebutaan. Pemberian
terapi obat-obatan segera dilakukan sebelum
tindakan operatif untuk menjaga tekanan
intraokuler.
Daftar Pustaka
1. Salmon JF. Glaukoma. Dalam:
Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury
Edisi ke-17. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.
2. Kumarasamy NA, Lam FS, Wang AL,
Theoharides TC. Glaucoma: current
and
developing
concepts
for
inflammation,
pathogenesis
and
treatment. Eur J Inflamm. 2006;
4:129-37.
3. Ritch R. Natural compounds: evidence
for a protective role in eye disease.
Can J Ophthalmol. 2007; 42:425-38.
4. Pascolini D, Mariotti SP. Global
estimates of visual impairment: 2010.
Br J Ophthalmol. 2012; 96(5):614-8.
5. Tham YC, LiX, Wong TY, Quigley HA,
Aung T, Cheng CY. Global prevalence
of glaucoma and projections of
J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 170
glaucoma burden through 2040: a
systemic review and meta-analysis.
Ophthalmol. 2014; 121(11):2081-90.
6. Quigley HA, Broman AT. The number
of people with glaucoma worldwide in
2010 and 2020. Br J Ophthalmol.
2006; 90:262-7.
7. Gupta SK, Niranjan G, Agrawal SS,
Srivasta S, Saxena R. Recent advances
in pharmacotherapy of glaucoma. Indian
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
J Pharmacol. 2008; 40(5):197-208.
James B, Chew C, Bron A. Lecture notes
oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2006. hlm. 96.
Affandi ES, Pudjiastuti I. Terapi glaukoma
primer sudut tertutup akut dengan
iridoplasti dan iridotomi laser. Majalah
Kedokteran Nusantara. 2006; 39(3):13641.
Cantor L. Achieving low target pressures
with today’s glaucoma medications.
Survey of Opthalmology. 2003; 48(Supp.1)
S8:16.
Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009.
Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV,
Becker-Shaffer. Diagnosis and therapy of
glaucoma. Edisi ke-7. St. Louis: The CV
Mosby Company; 1999.
Japan Glaucoma Society. Guideilines for
glaucoma. Edisi ke-2. Tokyo: Japan
Glaucoma Society; 2006.
Saxena R, Prakash J, Mathur P, Gupta SK.
Pharmacotherapy of glaucoma. Indian J of
Pharmacology. 2002; 34:71-85.
American Optometric Association. Care of
patient with primary angle closure
glaucoma. Amerika Serikat: American
Optometric Association; 2001.
Ananta MD. Tekanan intraokular dan efek
samping trabekulektomi dengan 5fluorouracil dibandingkan mitomycin c
pada pasien glaukoma [tesis]. Denpasar:
Universitas Udayana; 2014.
Download