PENGAMATAN TERHADAP TRANSFORMASI N- DAN lSN~ UREA YANG DISEBAR PADA TANAH SAWAH AERIC TROPOQUALES SUKAMANDI - A.M. Damdam*. dan J. Prawirasumantri* ABSTRAK - ABSTRACT PENGAMATAN TEIlliADAP TRANSFORMASI N- DAN ~5N-UREA YANG DlSEBAR PADA TANAH SAWAH AERIC TROPOQUALES SUKAMANDt Rendahnya tingkat keefisienan pemupukan N untuk padi sawah an tara lain disebabkan oleh hilangnya N pupuk melahii proses pencucian, volatilisasi amonia, denitrifikasi serta aliran permukaan. Sampai sekarang belurn terdapat kesepakatan yang sarna di antara para penditi mengenai proses mana-yang paling berpengaruh terhadap rendahnya ,keensienan pemupukan N tersebut. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan apa yang akan terjadi pada N-urea yang diberikan secara disebar pada tanah sawah aeric tropoquales tanpa tanaman di Sukamandi. Besarnya N yang hilang mdalui penguapan (volatilisasi dan atau denitrifikasi) sertapencucian ditetapkan dengan pemantauan 15N-urea yang disebar pada petak kedl yang tdah dibuat dengan batas seng berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm yang ditanamkan di bagian tengah dari setiap petak sawah berukuran 3 m x 3 m. Dengan dosis yang sarna yakni 90 kg N{ha dalam bentuk urea biasa disebarkan di bagian luar dari setiap p'etak kecil yang terbatas seng tersebut, untuk mengamati kadar N"':N~ 4 dan N-NH3 hasil hidrolisis urea yang berdifusi ke dalam air genangan sawah. Tinggi penggenangan dipertahankan pada 2, 5, dan 10 cm yang masing-masing diulang tiga kali. Ddapan hari setelah pemupukan 15N yang hilang melalui penguapan (volatilisasi) dan atau denitrifikasi mencapai 62% dari 15N-urea ~ang diberikan. Se<:\angyang hilang tercuci kecil sekali atau dianggap tidak ada. Nampaknya 1 N yang hilang menguap meningkat dengan makin rendahnya air genangan sawah. Sdama beberapa hari setdah pemupukan, ketiga bentuk N tersebut masih ditemukan cukup tinggi kadamya, bahkan pada hari ke 6 berkisar sekitar 5 - 10% dari N pupuk yang disebarkan. INVESTIGATION ON NTRANSFORMAll0N AND 15N-:-UREA APPLIED BROADCAST ON AERIC TROPOQUALES FLOODED RICE SOIL AT SUKAMANDI. The low rate of N fertilizer use efficiency in flooded rice fields is mainly due to N losses through ammonia volatilization, leaching, denitrification, and run off. No agreement has been achieved which could indicate the predominated prOCess of N loss. The objective of the investigation was to determine the transformation of the broadcasted urea in the aeric tropoqualessoil at Sukamandi. The rate of N losses,due to ammonia volatilization, denitrification, and leaching was estimated through monitoring the surface broadcasted of 15N-urea in a microplot surrounded with zinc plate, of60cm x 60 cm x 50 cm and was placed in the centre of each plotsize of 3 m x 3 m. Similar rate of N at 90 kg N{ha was applied in the rnicroplot as well as in the rest of the plot. Non labelled urea was used in outer area of the microplot for the determination of ammoniacal -N produced by hydrolisis of urea in flooded water which maintained at, the constant levd of 2, 5, and 10 cm. Each treatment was replicated thrice. It was found that about 62 percent of the applied N was lost due to ammonia volatilization, while N-!ossthrough leaching was found relatively small. The rate of 15N 16s~ was increased with the lesser level of water. It was found that the concentrations of three N sources were still high, even up to 6 days 'after fertilizer application theconcentrations were about 5 - 10 percent of the.applied urea. * Pusat Penelitian Tanah, Bogor PENDAHULUAN Keefisienan pemupukan N yang rendah untuk padi sawah antara lain brena hilangnya N pupuk melalui proses peneucian (perkolasi), volatilisasi amonia, denitrifikasi. serta aliran permukaan (1, 2). Transformasi N pada tanah sawah disajikan pada Gambar 1. Sampai sekarang masih belum terdapat kesepakatan di antara para peneliti mengenai proses mana dari transformasi N tersebut yang paling berpengaruh terhadap hilangnya N pupuk dari tanah sawah. Di Griffith Australia, denitrifikasi merupakan proses yang paling berpengaruh (3). Sedang di Los Banos, Filipina, baik denitrifikasi maupun volatilisasi mempunyai pengaruh yang kurang lebih sarna (4). Hasil penelitian lain (5. 6) menunjukkan bahwa keefJSienan pemupukan N yang rendah untuk padi sawah sebagian besar disebabkan oleh hilangnya N melalui proses volatilisasi amonia. Adanya sistem aerobik-anaerobik akibat penggenangan sawah dapat mempengarubi transformasi N yang memungkinkan terjadinya proses nitriftkasi-denitrifikasi (7. 8). Selain dari itu air genangan sawah dapat menjadi media mekanisme hilangnya N melalui volatilisasi aminia, peneucian. serta aUran permukaan (1). Penggunaan isotop 15N terbukti merupakan alat yang bernilai tinggi dalam penelitian pupuk dan pemupukan N di dalam sistem tanah-tanaman. Kebanyakan penelitian penggunaan 15N terbatas pada penentuan N-pupuk yang diserap oleh tanaman dan sedikit sekali informasi mengenai kejadian terhadap N dari pup uk yang tidak dimanfaatkan oleh tanaman (1). Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari perilaku N dari pupuk urea pada tanah sawah aerie tropoquales dengan teknik isotop 15N di Sukamandi .. BAHAN DAN METODE Pereobaan dilaksanakan di tanah sawah Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balittan) Sukamandi dalam musim kemarau 1983. Selama percobaan berlangsung. tinggi penggenangan dipertahankan konstan pada 2.5 dan 10 em serta tidak terjadi aliran permukaan. Di tiap petak pereobaan dengan ukuran 3 m x 3 m disebarkan pupuk urea setara dengan takaran 90 kg N/ha. Sedang urea bertanda 15N dengan 5% atom memakai dosis yang sarna disebarkan pada tanah di dalam kerangka seng dengan ukuran panjang 60 em lebar 60 em dan tinggi 50 em yang telah dipasang di bagian tengah tiap petak percobaan. Untuk memonitor jumlah N dari pupuk urea yang hilang melalui penguapan (volatilisasi dan atau denitrifikasi) serta yang masih tersisa di dalam tanah. pada akhir pereobaan (8 hari setelah pemupukan) dilakukan penetapan 15N dari eontoh tanah yang diambil dari kerangka seng. Penetapan 15N dilakukan pada tiap 1 em lapisan eontoh tanah sampai kedalaman 20 em. Jumlah 15N-urea yang tidak didapatkan di dalam lapisan tanah sampai dengan kedalaman 20 em tersebut merupakan N yang hilang menguap. Penetapan ratio ~ yang dimaksudkan adalah untuk penen15N 292 tuan kadar 15N, dilakukan dengan alat spektrometer-masa (9,10). Pengamatan terhadap nilai aktual N yang hilang melalui volatilisasi amonia ditetapkan tiap hari selama pereobaan berlangsung. Parameter yang dipakai ialah pH, suhu, dan konsentrasi N-amoniakal (NH+4 + NH3)-N air genangan sawah (4, 11, 12). Sedang kadar N -urea ditetapkan dengan alat spektrofotometer dan keeepatan angin dengan alat anemometer. HASIL DAN PEMBAHASAN Volatilisasi dan Denitriftkasi N. Pemupukan urea dengan takaran 90 kg N/ha yang disebar di permukaan tanah sawah aerie tropoquales tanpa tanaman di kebun pereobaan Sukamandi, menunjukkan bahwa I5N yang diberikan tersisa di dalam lapisan tanah sampai kedalaman 20 em sebesar 38% dari jumlah I5N-urea. lni berarti bahwa jumlah I5N yang hilang melalui penguapan se1ama 8 hari setelah pemupukan meneapai 62%. Selama periode tersebut tidak terjadi aliran permukaan, tidak ada eurah hujan serta kondisi sawah tanpa tanaman (tidak ada sera pan N oleh tanaman). Dalam pereobaan ini tidak diadakan identifikasi seearn pasti mengenai besarnya 15N yang hilang menguap melalui volatilisasi maupun denitrifikasi. Tetapi seperti yang dikemukakan oleh FILLERY ~ ;!l. (4) dan WETSELAAR ~ M. (13) bahwa pada kondisi tertentu seperti pH, temperatur, konsentrasi N-amoniakal air genangan sawah serta keeepatan angin yang tinggi maka N yang hilang menguap sebagian besar disebabkan oleh proses volatilisasi. Hasil pengamatan keempat parameter tersebut disajikan pada Gambar 2. Atas dasar rumus empiris hubungan antara parameter peneiri nilai potensi volatilisasi amonia (4) diperoleh nilai aktualnya sebesar 70% dari N-urea yang disebarkan. Hasil ini merupakan nilai total pengamatan setiap hari selama 8 hari sete1ah pemupukan. Jika diasumsikan semua I5N-urea yang hilang menguap (62%) sarna dengan nilai aktual N-urea yang hilang me1alui volatilisasi amonia maka proses denitrifikasi dalam pereobaan ini dianggap tidak ada. Lebih rendahnya nilai aktual I5N yang hilang menguap dibandin~kan nilai aktual volatilisasi amonia mungkin disebabkan petak untuk menyebar IN-urea lebih keeil. Tidaklah berarti bahwa penggunaan metode pengukuran nilai aktual volatilisasi berdasarkan pengamatan parameter air genangan sawah lebih te!iti, namun masih juga terdapat beberapa kekurangan. Dalam pereobaan ini pengukuran keeepatan angin hanya dilakukan pada ketinggian 1,2 m di at as permukaan tanah, yang seharusnya dilakukan pad a berbagai ketinggian. Kekurangan lain adalah frekuensi pengamatan parameter nilai volatilisasi hanya tiga kali sehari yang seharusnya dilakukan setiap selang waktu satujam. Hal tersebut memungkinkan hasil perhitungan nilai aktual volatilisasi amonia menjadi lebih besar. Tampaknya jumlah I5N-urea dan N-·urea yang hilang melalui penguapan meningkat dengan makin rendahnya tinggi genangan air (Gambar 3). Pencucian/Perko/asi. Faktor tanah sangat menentukan banyaknya N yang hilang serta tingkat keeflSienan pemupukan (14,15). Rendahnya tingkat permeabi!itas tanah yang didukung pula oleh tekstur hat, drainase buruk, dan keadaan lahan 293 N~O AI. N~ Atm osfir /;. II II I I I II 2 II I I I I I I I I I I I I I J 2 J ;' Minerai Hat ,"': ! ~ .. , N -org. J J • 8 I + NH4 Gambar 1. j / NObN;oj, :- 6 6 : II 8• • Genangan sawah Tanah .& .& .& Tanah Lapisan bajak', ••• NO!! Transformasi N pada tanah sawah (CRASWELL dan VLEK, 1979). 1 = hidrolisis urea 5 = imobilisasi 2 = denitrifikasi 6 = nitrifikasi !! = volatilisasi 7 = fi ksasi 4 = aIiran permukaan 8 = pencucian/perkolasi 10 I 567 2cm Penggenangan HariPenggenangan ke 4 setelah pemupukan 105 em • 3 2 I DB 60 _ 50 e ~ 40 ~ ..>I '& o 30 e Z1-- 20 10 o • 10 rnm I I' 9 a Kccepatan angin (m/detik) .1111 T 7,5 8,7 8,6 3,4 9,1 111111- Gambar 2. II Suhu air genangan sawah 50 • IId. 111111_ 11111 1III1I ~ifb IIlIll pH air genangan sawah , 0 • t 11111111IIIII( 40 ~ . ~ , .c .• ~ Hasil pengamatan konsentrasi N-amoniakal (AN), pH, suhu air genangan dan keeepatan angin pada pukul13.30, 7 hari setdah pemupukan. 30 • sawah, 295 ~ zr c ~ I -Z on 2 5 10 Tinggi pcnggmangan (em) Gambar 3. UN-urea dan N-urca yang bilang mdalui penguapan palla berbagai tinggi genangan sawah, 8 bari setclah pemupukan tanpa tanaman. mmDIIIII 15N -urea yang hilang mmguap ~ N-urea yang bilang mcnguap yang datar (Lampiran I) dapat memberikan suatu petunjuk bahwa N yang hilang melaJui proses peneueian/ per kolasi pada lokasi percobaan kecil sekali. Hasil analisis distribusi kadar 15N dalam tanah selama 8 hari setelah pemupukan menunjukkan bahwa dari 38% 15N-urea yang masih tersisa di dalam tanah sarnpai kedaJaman 20 em hanya 0,6% ditemukan di lapisan tanah 4-5 em dan 34% di lapisan tanah 0-1 em serta tidak menunjukkan adanya akumulasi pada lapisan tanah di bawah . kedaJaman 5 em (Gambar 4). Walaupun teknik penggunaan isotop 15N daJam memonitor banyaknya N yang hilang melalui proses pencucian dapat dianggap teliti (16), tetapi dalam pereobaan ini masih terdapat kelemahan. Penggunaan petak seng berukuran keeil yang ditanamkan sedalam lebih kurang 50 em daJam tanah dapat membatasi pergerakan N ke bawah secara lateral. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh PATRICK dan REDDY (17). Hidrolim Urea. Pupuk urea yang disebar pada permukaan tanah sawah mengalami proses hidrolisis yang menghasilkan N-amoniakal atau (NW 4 + NH3)-N. Sebagian dari haSUhidrolisis tersebut diftksasi oleh tanah dan sebagian lagi berdifusi 296 34% \ 0-1 1-2 2-3 \ \ 3-4 4-5 5 Kedalaman tanah (em) Gambar4. Distribusi kadar 15N dari 38% 15N-urea yang masih tersisa di dalam tanah sampai kedalaman 20 em, 8 hari setelah pemupukan. ke dalam air genagan sawah (18). Tampaknya terdapat suatu hubungan antara tingkat hidrolisis, dalam air genangan sawah, dan tinggi air penggenangan itu sendiri. Hidrolisis urea yang Iebih eepat kelihatannya terjadi pada penggenangan yang Iebih rendah. Gambar 5 menunjukkan bahwa pada penggenangansetinggi 2 em, urea di dalam air genangan sawah sudah hampir habis terhidrolisis pada hari ke 5 setelah pemupukan. Sedang pada penggenangan yang Iebih tinggi yakni 5 em dan 10 em, proses hidrolisis masih berlangsung sampai hari ke 7. Proses hidrolisis urea yang lebih lambat berlangsung pada penggenangan yang Iebih tinggi, disebabkan enzim urease di dalam air genangan sawah Iebih sedikit dan jarak difusi N -urea yang mengadakan kontak dengan permukaan tanah Iebih jauh (18). Aliran Permulazan. Kadar N-(NH+ 4 + NH3) serta N-urea yang berdifusi ke dalam air genangan sawah ditemukan masih eukup tinggi selama beberapa hari setelah pemupukan, bahkan pada hari ke 6 berkisar sekitar 5-10% dari N pupuk urea yang diberikan (Gambar 6). Tinggi kadar kedua bentuk N tersebut barangkali dapat menjadi suatu petunjuk bahwa mempertahankan air genangan sawah tidak keluar dari petak sawah selama 297 beberapa hari setelah pemupukan dapat menekan hilangnya N melaIui aliran permula1an. Hal JnJ mensingat adanya iri6asi Y30S berkesinambungan dari satu petak ke petaksawahlainnya pada kebanyakan sistem persawahan di Indonesia. Hasil penelitian TAKAMURA ~ aI. (19) di Jepang menunjukkan bahwa 4-16 kg N/ha hilang bersama aliran pennukaan 250 - 710 rom. •0 III Pmggenangan 52 an PenqenanrfU'lOc:m P~nangan 8 Hari Ktdah penggcnangan Gambar 5. Kadar N-urea pada bft'bagai tinggi air gcnangan sawah. :0(----:0( Pf'nggc-nangan 10 em Prnggenangan 5 em --Prnggcnagnan 2 em o 2 3 Harl setdah penggenangan Gambar 6. 298 Kadar N-amoniakal penggenangan. (AN) sma N-urea (UN) pada berbagai ketinggian KESIMPULAN Selama 8 hari setelah pemberian pup uk urea dengan takaran 90 kg N/ha dalam percobaan musim kemarau 1983 di kebun percobaan Sukamandi diperoleh 15N yang hUang melalui penguapan (volatilisasi) dan atau denitrifikasi sekitar 62% dari 15N-urea. Sedang yang hUang tercuci dapat dianggap tidak ada karena dari 38% 15N-Urea yang masih tersisa di dalam tanah sampai kedalaman 20 em hanya 0,6% ditemukan di lapisan tanah 4 - 5 em dan 34% di lapisan tanah 0 - 1 em, dan tidak menunjukkan adanya akumulasi 15N pada lapisan tanah di bawah kedalaman 5cm. Kadar N-NW 4, N-NH3 serta N-urea yang berdifusi ke dalam air genangan sawah dapat mencirikan besarnya potensi N yang hilang melalui proses aliran permukaan. Selama beberapa hari setelah pemupukan ketiga bentuk N terse but ditemukan cukup tinggi kadamya, bahkan pada hari ke 6 berkisar sekitar 5-10% dari jumlah N pupuk urea yang diberikan. Tampaknya tingkat hidrolisis urea genangan sawah makin cepat dan 15N yang hUang rnenguap makin tinggi dengan makin rendahnya tinggi penggenangan. UCAP AN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. M. Sudjadi Kepala Pusat Penelitian Tanah atas saran dan izin yang diberikan untuk menyajikan makalah ini. Juga terima kasih kepada Bapak Dr. Widjang H. Sisworo, Bapak Ir. Hadiwahyono, Ibu Nanan Sri Mulyani, B.Sc., serta kepada semua yang telah banyak berkecimpung selama pe1aksanaan sampai selesainya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. CRASWELL, E.T., and VLEK, PLG., "Fate of fertilizer nitrogen applied to wetland rice", Nitrogen and Rice (WATANABE, I., Ed.), IRRI, Los Banos, Laguna (1979) 175. 2. DE DATTA, S.K., Principle and Practices of Rice Production, and Sons Inc., New York (1981). John Willey 3. SIMPSON, J.R., FRENEY, J.R., MUIRHEAD, W.A., LEUNING, R., and DENMEAD, O.T., Transformation and losses of urea nitrogen after application to flooded rice, Aust. J. Agric. Res. 35 (1984) 189. 4. FILLERY, I.R.P., SIMPSON, J.R., and DE DATTA;S.K., Influence of field environment and fertilizer management on ammonia loss from flooded rice, Soil Sci. Soc. Amer. J. 48 (1984) 5. MIKKELSEN, OS., DE DATTA, S.K., and OBCEMEA, W.N., Ammonia volatilization losses from flooded rice soils, Soil Sci. Soc. Arner. J. 42 (1978) 725. 299 6. MIKKELSEN, D.C., and DE DATTA, S.K., "Ammonia volatilization f~om flooded rice soils", Nitrogen and Rice (WATANABE, I., Ed.), IRRI, Los Banos, Laguna (1979) 135. 7. PONNAMPERUMA, F.N., Physicochemical Properties of Submerged Soils in Relation to Fertilizer (Res. Pap. Ser. 5), IRRI, Los Banos, Laguna (1977). 8. YOSHIDA, T., ''Microbial metabolism of flooded soils", Soil Biochemistry Vol. 3 (pAUL, E.A., and McLOREN, A.D., Eds.), Marcel Dekker Inc., New York (1975) 83. 9. BREMNER, J.M., '1sotope-ratio analysis of nitrogen in nitrogen-IS tracer investigations", Methods of Soil Analysis Part 2 (Series Agronomy 9), (BLACK, C.A., Ed.), American Society of Agronomy Inc., Madison (1965) 1256. 10. HAUCK, R.D., ''Nitrogen-isotope-ratio-analysis'', Methods of Soil Analysis (Series Agronomy 9), (BLACK, C.A., Ed.), American Society of Agronomy Inc., Madison (1965) 735. 11. DENMEAD, O.T., FREENEY, J.R., and SIMPSON,J.R., Dynamics ofammonia volatilization during farrow irrigation of maize, Soil ScL Soc. Amer. J. 46 (1982) 149. 12. FRENEY, J .R., SIMPSON, J .R., LEUNING, R., DENMEAD, O.T., and MUIRHEAD, W.A., "Estimation of ammonia volatilization from flooded rice by simplified techniques", Paper Presented to INSFFER Meeting IRRI, Los Banos, Laguna (1984). 13. WETSELAAR, R., SRI MUL YANI, N., PRAWIRASUMANTRI, J., and DAMDAM, A.N., "Working paper on deep point placed urea in a flooded soils. II. Research results in.w. Java", Workshop on Urea Deep Placement· Technology AARD-IFDC Joint Project, Centre for Soil Research, Bogor (1984). 14. PRAWIRASUMANTRI, J., "Pengaruh beberapa sumber pupuk nitrogen dan efisiensinya terhadap IR 36 pada tanah sawah grumusol dan regosol", Pertemuan Teknis Proyek Penelitian Tanah II. Bogor (1982). 15. YOSHIDA, T., Fundamental of Rice Crop Science, The IRRI, Los Banos. Laguna (1981). 16. HAUCK. R.D .• and BREMNER, J.M., Use of tracers for soil and fertilizer research, Adv. Agron. 28 (1976) 219. 17. PATRICK, WMJr., and REDDY, K.R., Fate of fertilizer nitrogen in a flooded rice soil. Soil Sci. Soc. Amer. J. 40 (1976) 678. 18. WETSELAAR, R., "Some background on nitrogen fertilizer efficiency in lowland rice", Diskusi Terbatas di Pusat Penelitian Tanah. Bogor (1984). 19. YAKAMURA, J., TABUCHI, T .• and KUBOTA, H., "Behaviour and balance of applied nitrogen and phosphorus under rice field condition", Proceedings of the International Seminar on Soil and Fertility Management in Intensive Agriculture (SEFMIA), Tokyo (1977) 342. 300 DISKUSI PUDJO RAHARDJO : Berbagai data penelitian, pupuk N yang diserap oleh tanarnan adalah keeil. Penyebab keefisienan yang keeil ini kira-kira disebabkan oleh eara-cara pernupukan atau bentuk pupuk N itu sendiri. A.M. DAMDAM : Penyebab rendahnya keefisienan pupuk N di sarnping karena sifat tanarnan dalarn kernarnpuan rnenyerap N dari pupuk juga cara-cara pernupukan dan bentuk-bentuk pupuknya itu sendiri, serta banyak lagi yang lain. Sayang sekali di dalarn percobaan ini belurn dicobakan pada kondisi ada tanarnan, jadi yang dicobakan adalah pada kondisi tanpa tanarnan karena sesuai judul percobaan dan tujuannya adalah hanya rnengamati transformasi hilangnya N dari tanah sawah dari pupuk urea yang diberikan secara disebar. Cara disebar ini urnum dilakukan oleh petani sekarang. Dan cara ini justru pada umumnya sering diperoleh keefisienan pupuk N yang rendah, menurut beberapa peneliti baik di dalam maupun di luar negeri. Kenapa percobaan ini tanpa tanaman, karena N yang diserap oleh tanaman dianggap tidak hilang, jadi yang diamati sebetulnya adalah·N yang hilang yang tidak dapat dijangkau lagi oleh tanaman . ELL Y A ABAS WIKARDI : Saudara mengatakan bahwa penguapan N makin tinggi pada tanah yang permukaan aimya !endah. I. Apakah Saudara tidak mencoba membandingkan antara areal yang ditanami dengan areal yang tidak ditanami. 2. Mengingat petani kita memberikan pupuk N justru mengeringkan dulu sawahnya, bukan menggenangi. Bila pernyataan Saudara benar, ini berarti banyak sekali pupuk N yang hilang. A.M. DAMDAM : 1. Karena ini hanya merupakan penelitian dasar dan yang diserap oleh tanaman dianggap tidak hilang, maka percobaan untuk tahap I dilakukan pada kondisi tanpa tanaman. Barangkali pertanyaan Anda bisa sebagai saran untuk saya lakukan pada percobaan tahap II, yakni dengan adanya tanarnan akan dilakukan. Dan tentu saja N yang hilang menguap jika ada tanaman kernungkinan lebih kecil jika dibandingkan dengan tanpa tanarnan karena tanarnan dapat rnemperkecil besamya kecepatan angin yang rnengalir di atas perrnukaan air genangan sawah dan mernbawa terbang N-NH3' Tidak hanya kecepatan angin yang menentukan besarnya volatilisasi -NH3 tapi pH, ternperatur, serta konsentrasi N (NH3 + NW 4) besar pengaruhnya. Jadi tidak dapat dipastikan apakah dengan adanya tanarnan, N yang hilang rnenguap dapat diperkeeil, 301 bergantung pada pengaruh tanaman itu sendiri terhadap parameter-parameter penentu volatilisasi NH3' Jika tanaman padi di tanah sawah dapat meng~angi aktivitas algae penyebab pH naile maka N yang hilang melalui V()IAtili!UiNH~ akan lebih kecil. 2. 302 Hasil percobaan saya sebetulnya belum seluruhnya dapat diterapkan kepada petani, karena hanya merupakan penelitian dasar. Menurut saya, cara petani yang mengeringkan sawahnya pada waktu pemupukan N tanpa ada usaha membenamkan adalah tindakan salah ditinjau dari segi banyaknya N yang hilang melalui penguapan. Tapi tidaldah selalu berarti bahwa menggenangi sawah setinggi mungkin selalu benar, beberapa faktor masih perlu dipertimbangkan termasuk aspek sosial dan ekonomi petani. Dan di samping itu hasil percobaan saya menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan tinggi penggenangan terhadap banyaknya N yang hilang adalah tidak nyata, tetapi ada kecenderungIDJ bahwa N yang hilang menguap meningkat dengan makin rendahnya penggenangan.