Hak Anak Mengenal Prinsip-Prinsip dan Norma

advertisement
Bahan Bacaan Modul 3:
Hak Anak
Mengenal Prinsip-Prinsip dan Norma-Norma dalam KHA dan Pelaksana KHA1
Oleh: Adzkar Ahsinin
A. Hak Anak adalah Hak Asasi Manusia (HAM)
Pada prinsipnya,
anak-anak
merupakan pembawa/subyek
hak asasi manusia
(bearers of human rights) sebagaimana dinyatakan, misalnya dalam Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia tahun 1948, Kovenan
Kovenan
Hak Ekonomi,
Hak Sosial dan Hak Budaya, dan
tentang Hak Sipil dan Politik tahun 1966. Perdebatan hak anak dalam kerangka
filosofis dapat ditelusuri sejak masa Pencerahan. Perdebatan ini terbaca pada karya John
Loke dalam
J.J. Rousseau dalam
ou
dalam
atau Immanuel Kant dalam
g der Metaphysik der Sitten.
atau
(Peter G. Kirchschläger
Thomas
Kirchschläger, tanpa tahun).
Oleh karena itu, muncul pertanyaan mengapa masyarakat inetrnasional perlu
mengembangkan instrumen hukum HAM yang khusus mengatur hak anak-anak,
padahal mereka adalah pembawa hak asasi manusia. Bukan anak adalah juga manusia?
Tentu saja anak-anak adalah manusia dan harus diperlakukan seperti itu sesuai dengan
semua instrumen hukum HAM. Namun demikian, pada abad kedua puluh,
anak-anak membutuhkan dukungan dan perlindungan khusus
benar-benar harus dijamin untuk mereka juga.
dibenarkan oleh kenyataan bahwa
berkembang
pengakuan
jika HAM
Penciptaan hak khusus anak-anak
karena statusnya
sebagai seorang anak, anak-anak
sangat rentan terancam integritas dan martabatnya sehingga membutuhkan perlindungan
khusus (Peter G. Kirchschläger Thomas Kirchschläger, tanpa tahun)
Setiap terjadi peristiwa pelanggaran HAM, korban pertama selalu anak-anak. Anakanak menghadapi risiko yang lebih besar daripada orang dewasa. Anak akan mengalami
penderitaan dengan derajat lebih dalam akibat didiskriminasi daripada orang dewasa baik
berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, serta setiap klasifikasi yang dilekatkan padanya. Anak
seringkali diperlakukan sebagai obyek dan bukan sebagai subyek. Anak dianggap sebagai
Draft Bahan Bacaan untuk Penyusunan Modul Anak Berhadapan dengan Hukum The Indonesian Legal
Resource Center (ILRC)
1
1 |Hal.
milik dan sebagai simbol status bagi suatu rumah tangga. Oleh karena berkebutuhan khusus
anak, mereka dianggap sebagai populasi yang bermasalah. Berdasarkan hal tersebut maka
mengkaitkan HAM kepada anak-anak berarti
dan
membebaskan anak dari ketiadaan HAM
membuat mereka berdaulat (Peter G. Kirchschläger Thomas Kirchschläger, tanpa
tahun)
Berdasarkan pendapat J.Eekelar (tanpa tahun) mengapa anak-anak membutuhkan
HAM dengan kualifikasi khusus sesuai dengan karakteristik anak karena alasan sebagai
berikut:
1. Anak merupakan kelompok rentan dan membutuhkan perlindungan khusus;
2. Anak merupakan kelompok masyarakat yang berbeda kebutuhan dan hak-hak
dengan orang dewasa;
3. Anak memiliki hak yang spesifik sebagai bagian dari HAM.
Dalam perspektif hak anak, Johanna Eriksson (2001) mengapa mereka membutuhkan
pengaturan dan perhatian khusus dalam rangka melindungi, memajukan, dan memenuhi
hak-hak yang melekat padanya. Alasan-alasan berikut yang menjadi dasar pembenar
tersebut:
1. Anak-anak memiliki status yang setara dengan orang dewasa (equal status with
adults) sebagai anggota ras manusia, mereka bukan milik orang tua;
2. Kelangsungan hidup, tumbuh kembang, dan partisipasi aktif anak merupakan
proses yang penting (crucial) bagi setiap masyarakat dan membuat hal tersebut
menjadi masuk akal untuk berinvestasi dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak;
3. Anak-anak pada awalnya benar-benar sangat tergantung, mereka dapat tumbuh
menuju kemandiriannya hanya dengan bantuan orang dewasa;
4. Masa kanak-kanak adalah masa paling formatif dalam kehidupannya. Keadaan
perkembangan anak-anak membuat mereka rentan khususnya terhadap kondisikondisi yang mungkin mempengaruhi hidup mereka, misal konflik bersenjata,
kekerasan, kekurangan pangan, polusi lingkungan, dll;
5. Masa remaja adalah periode yang kritis dalam kehidupan anak, perilaku negatif
atau positif akan ditiru selama periode ini yang akan berdampak pada kehidupan
masa dewasanya kelak;
2 |Hal.
6. Anak-anak berperan tidak pada bagian proses politik formal sehingga sulit bagi
mereka untuk menggunakan sistem hukum. Oleh karena itu diperlukan
pengaturan khusus untuk menjamin bahwa hak anak-anak dan kepentingan
anak-anak seharusnya diwakili secara tepat dalam semua pengambilan keputusan
yang berdampak pada kehidupan mereka.
Tumbuhnya kesadaran bahwa tidak semua manusia memiliki akses yang sama
terhadap HAM dan fakta bahwa anak adalah orang-orang dengan kebutuhan khusus maka
masyarakat internasional memandang
perlu
perjanjian khusus HAM bagi anak-anak.
Pemberian hak anak tertentu berarti pada saat yang sama untuk mengakui kerentanan
mereka, kebutuhan khusus mereka, dan karena kebutuhan untuk memberdayakan mereka,
dan untuk mengakui status mereka sebagai manusia otonom, sebagai subyek hak ((Peter G.
Kirchschläger Thomas Kirchschläger, tanpa tahun)
Pengesahan Konvensi Hak Anak (KHA) pada 20 November 1989, menjadi titik
kulminasi dari proses yang panjang bagi hak asasi anak untuk mendapatkan pengakuan
jaminan internasional yang komprehensif. Secara khusus, KHA menjadi tanda yang jelas
bagi arah pergerakan pengakuan bahwa anak sebagai pemilik hak yang aktif (active holder of
rights) dan bukan hanya sekedar sebagai obyek hak yang bersifat pasif (not merely a passive
object of the rights). KHA berisikan campuran hak-hak yang bersifat umum, seperti hak atas
perkembangan hidup, serta hak hak yang ditujukan untuk kesejahteraan, tetapi KHA juga
menjamin baik hak sipil dan hak politik dan hak ekonomi, hak sosial, dan hak budaya.
Seperangkat ketentuan hak yang luas menjadi substansi KHA yang merefleksikan sebuah
spektrum perspektif global yang luas mengenai hak anak (Jean Tomkin, 2009).
Meskipun KHA merupakan sumber utama bagi pengakuan hak anak dalam Hukum
Hak Asasi Manusia Internasional,
memberikan catatan
bahwa
namun KHA bukan satu-satunya.
Komite Hak Anak
KHA merefleksikan suatu perspektif holistik
terhadap
perkembangan masa kanak-kanak berdasarkan prinsip tidak dapat dibagi (indivisibility),
tidak terpisahkan (inalienable), dan saling bergantung (interdependent) dari semua hak asasi
manusia.
Keseluruhan perjanjian internasional
di bidang hak asasi manusia dapat
diterapkan pada anak-anak. Komite Hak Asasi Manusia (Human Rights Committee) pada
Komentar Umum No. 17 atas Pasal 24 Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik mencatat bahwa
semua anak menerima keuntungan terhadap semua hak sipil yang diakui oleh Kovenan
berdasarkan keindividuan mereka (Jean Tomkin, 2009).
3 |Hal.
Sebelumnya
istilah HAM
didefinisikan sebagai hak-hak yang dijamin
dalam
International Bill of Human Rights yang terdiri dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,
Kovenan tentang Hak Sipil dan Hak Politik, dan Konven tentang Hak Ekonomi, Hak Sosial,
dan Hak Budaya.
Namun dalam dinamika perkembangannya kemudian, HAM saat ini
didefinisikan secara lebih rinci dan spesifik. Hukum HAM internasional lebih protektif dalam
memberikan perlindungan terhadap individu-individu dan kelompok yang rentan, termasuk
anak-anak, kelompok masyarakat adat, pengungsi dan perempuan. Selain itu, beberapa
instrumen HAM telah memperluas definisi dengan mengelaborasi hak-hak yang baru (Office
of the High Commissioner for Human Rights, 2001).
Instrumen hukum HAM internasional yang dikembangkan oleh PBB merupakan
jantung dari sistem internasional untuk memajukan dan melindungi HAM. Sampai saat ini
terdapat 9 instrumen Hukum HAM Internasional yang utama,
yang terdiri dari
(www2.ohchr.org/english/law/index.htm#core):
1. Kovenan tentang Hak Sipil dan Hak Politik;
2. Konven tentang Hak Ekonomi, Hak Sosial, dan Hak Budaya;
3. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial;
4. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;
5. Konvensi tentang Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain
yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan;
6. Konvensi tentang Hak Anak;
7. Konvensi tentang Hak Orang dengan Disabilitas;
8. Konvensi tentang Perlindungan Hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya;
9. Konvensi tentang Perlindungan Orang dari Penghilangan Paksa.
Berdasarkan uraian di atas maka HAM merupakan jaminan hukum universal yang
melindungi individu dan kelompok terhadap tindakan-tindakan pemerintah yang melanggar
kebebasan mendasar dan martabat manusia. Hukum hak asasi manusia mewajibkan
pemerintah untuk melakukan beberapa hal, dan mencegah Negara mengambil tindakan
lain. Beberapa karakteristik HAM yang paling sering dikutip sebagai berikut (Office of the
High Commissioner for Human Rights, 2001):
1. Fokus pada martabat manusia;
2. Dilindungi melalui instrumen hukum;
3. Dijamin secara internasional;
4 |Hal.
4. melindungi individu dan kelompok;
5. Mewajibkan Negara dan Negara sebagai pelaku;
6. Tidak dapat dicerabut (dirampas) secara sewenang-wenang;
7. Setara dan saling bergantung;
8. Universal
Universalitas KHA sebagai instrumen hukum perlindungan anak dapat dilihat dari
jumlah Negara anggota PBB yang meratifikasi konvensi ini. Sampai saat ini Negara anggota
PBB yang telah meratifikasi KHA berjumlah 193 negara. Hanya ada 2 (dua) Negara yang
belum meratifikasi KHA yakni Amerika Serikat dan Somalia. KHA merupakan instrumen
internasional yang pertama yang mengikat secara hukum guna mewujudkan pengakuan
hukum internasional hak asasi manusia anak-anak (OHCHR, 2011).
KHA menekankan bahwa anak adalah subyek dari hak, hal itu tidak memberi
mereka status yang sama seperti orang dewasa. Terdapat beberapa hal yang membedakan
antara hak-hak yang melekat pada anak dan hak-hak yang melekat pada orang dewasa
sebagai berikut (http://labspace.open.ac.uk):
1. Tedapat hak yang berlaku untuk anak-anak dan orang dewasa. Banyak hak asasi
yang diakui dalam hukum internasional, yang juga ditur dalam KHA, sehingga
secara eksplisit hak-hak yang dijamin dalam instrument yang lain juga berlaku
untuk anak-anak seperti hak untuk hidup, kebebasan berekspresi, pendidikan,
administrasi peradilan, dan non-diskriminasi;
2. Beberapa hak asasi tidak termasuk ruang lingkup hak-hak anak, sisalnya, anak
tidak memiliki hak untuk memilih dan dipilih, memiliki otonomi untuk membuat
keputusan secara independen dari mereka yang memiliki tanggung jawab untuk
mereka, hak untuk menikah. Konvensi dengan jelas menyatakan bahwa orang
tua memiliki hak dan tanggung jawab untuk memberikan arahan dan bimbingan
untuk anak-anak. Meskipun arah dan bimbingan orangtua harus sesuai dengan
kapasitas anak yang tengah berkembang. Konvensi juga tidak memberi anak hak
untuk menentukan nasib sendiri karena hak ini disediakan untuk orang dewasa;
3. Terdapat hak tambahan yang berhubungan dengan kebutuhan mereka akan
perlindungan khusus karena masa kanak-kanak dan kerentanan mereka. Hak ini
termasuk hak untuk bermain, kepentingan terbaik bagi anak sebagai
5 |Hal.
pertimbangan utama, perlindungan dari pelecehan dan eksploitasi dan perawatan
alternatif melalui adopsi ketika keluarga tidak dapat menyediakan itu.
B.
Mengenal Lebih Jauh KHA
Abad kedua puluh merupakan rentang masa pengembangan hak asasi internasional
seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
1923
1924
1948
1959
1966
1978
1979
1989
1990
Save the Children International Union menyetujui Deklarasi Hak Anak (yang juga
dikenal sebagai Deklarasi Jenewa), yang berisikan 5 pokok pernyataan dasar hak
kesejahteraan anak dan prinsip perlindungan anak,
Liga Bangsa-Bangsa di Jenewa menyetujui Deklarasi Jenewa mengenai Hak
Anak
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengesahkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusi
Deklarasi tentang Hak-Hak Anak ini diumumkan oleh Majelis Umum PBB
Konvensi Hak Sipil dan Hak Politik, dan Konvensi Hak Ekonomi, Hak Sosial, dan
Hak Politik disahkan oleh Majelis Umum PBB
Pemerintah Polandia mengajukan rancangan teks pertama KHA
PBB mendeklarasikan Tahun Internasional Anak-Anak
Kelompok Kerja menyerahkan rancangan terakhir teks KHA kepada Komisi Hak
Asasi Manusia dan pada 20 November, setelah 30 tahun disetujui Deklarasi Hak
Anak, 1959, Majelis Umum PBB mengesahkan KHA
Konvensi mulai berlaku pada 2 September
Sumber:
Resource Centre, 2002
Hak Anak adalah hak-hak dan kebebasan yang melekat pada setiap anak, dan hak-
hak ini berfungsi sebagai
dasar bangunan dari budaya penghormatan terhadap HAM.
Sementara itu, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), Konvensi Hak Sipil dan Hak
Politik, dan Konvensi Hak Ekonomi, Hak Sosial, dan Hak Politik menjamin hak semua orang.
KHA merupakan instrumen internasional yang dibentuk dengan tujuan untuk mengatasi
masalah spesifik HAM bagi setiap manusia di bawah usia 18 tahun kecuali di bawah hukum
yang berlaku bagi anak, kedewasaan dicapai lebih awal (Pasal 1).
Terdapat
menekankan
41 pasal substantif dalam KHA yang mengakui hak asasi anak dengan
bahwa hak tersebut harus dilaksanakan tanpa diskriminasi apapun, semua
tindakan dan kebijakan harus dilandasi pertimbangan
dilibatkan dalam pengambilan keputusan
kepentingan terbaik anak,
anak
dan semua tindakan ditujukan bagi pemajuan
kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Lebih jauh, KHA memandang bahwa anakanak tidak lagi dipertimbangkan sebagai penerima layanan atau sekedar penerima manfaat
dari upaya perlindungan. Sebaliknya, anak adalah subyek dari hak dan berhak terlibat dalam
6 |Hal.
tindakan yang mempengaruhi mereka. Anak
harus dihormati dalam individualitas
dalam kapasitas mereka yang berkembang terkait dengan
mempengaruhi
kehidupan anak.
KHA
dan
keputusan yang relevan
mengakui, dengan cara yang sesuai dengan
kapasitas anak yang tengah berkembang anak-anak memiliki hak otonomi dan meningkat
kemampuannya untuk mempengaruhi sehingga
ketergantungan pengarahan,
bantuan,
atau campur tangan orang lain semakin berkurang. Namun pada saat yang sama, dalam
semua tahapan perkembangan hidupnya, anak-anak perlu dilindungi dari eksploitasi,
pelecehan, termasuk keterlibatannya dalam konflik, eksploitasi seksual atau bekerja yang
membahayakan hidupnya (Marta Santos Pais, 1999).
Secara substantif KHA mencakup seluruh kategorisasi HAM yang secara tradisional
diklasifikasikan dalam rumpun hak sipil dan hak politik di satu sisi, dan hak ekonomi, hak
sosial dan hak budaya di sisi lain.. Seluruh hak yang dijamin dalam KHA tidak dapat dibagi
dan saling terkait, seluruh hak sama penting dan mendasar untuk perkembangan kehidupan
anak yang bermartabat (Marta Santos Pais, 1999).
Terdapat klasifikasi umum dari keseluruhan hak-hak yang terkandung dalam KHA
dikenal sebagai
(Nancy Kanyago, 2007):
1. Penyediaan (Provision)
Hak anak harus diberikan melalui layanan sosial dan layanan dasar lainnya, dari
perawatan kesehatan dan pendidikan, serta manfaat jaminan sosial untuk
mencapai standar hidup yang memadai;
2. Perlindungan (Protection)
Hak anak untuk dilindungi dari segala macam tindak kekerasan, termasuk
penganiayaan, penelantaran, bentuk eksploitasi seksual komersial dan lainnya,
penyiksaan dan penahanan yang sewenang-wenang;
3. Partisipasi (Participation)
Hak anak untuk menyatakan pandangannya (berpartisipasi) dalam seluruh
keputusan yang mempengaruhi kehidupan anak dan masyarakat secara
keseluruhan.
Keseluruhan hak yang tercakup dalam ketiga klasifikasi tersebut saling terkait dan saling
memperkuat
seluruh
hak
yang
dijamin
dalam
KHA.
Tabel
berikut
merupakan
pengelompokan pasal-pasal substantif yang saling terkait berdasarkan pada pedoman yang
diadopsi oleh Komite Hak Anak mengenai Pedoman Umum Mengenai Laporan Periodik
sebagai berikut.
7 |Hal.
Pengelompokan
Langkah-langkah
implementasi umum
Definisi
Prinsip-Prinsip Umum
Hak-hak sipil dan
kebebasan
Lingkungan keluarga
dan perawatan
alternatif
Kesehatan dasar dan
kesejahteraan
Hal yang diatur
Implementasi hak
Pemajuan hak dan diseminasi informasi
Penghormatan standar yang lebih tinggi
Definisi anak
Non diskriminasi
Kepentingan terbaik bagi anak
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan
tumbuh kembang
Penghormatan atas pandangan anak
Nama dan kewarganegaraan
Pemeliharaan identitas
Kebebasan berekspresi
Akses terhadap informasi yang sesuai
Kebebasan berpikir, hati nurani dan agama
Kebebasan berserikat dan berkumpul
secara damai
Perlindungan atas privasi
Larangan penyiksaan dan hukuman mati
Bimbingan orang tua dan kemampuan
anak yang tengah berkembang (pasal 5)
Tanggung jawab orang tua
Pasal yang Mengatur
Pasal 4
Pasal 42
Pasal 41
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 6
Pasal 12
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 13
Pasal 17
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 37 huruf a
Pasal 5
Pasal 18 ayat (1) dan
ayat (2)
Pemisahan dari orang tua
Pasal 9
Reunifikasi Keluarga
Pasal 10
Pemulihan perawtan bagi anak
pasal 27 ayat (4)
Anak-anak kehilangan lingkungan keluarga Pasal 20
Adopsi
Pasal 21
Perlindungan dari perdagangan gelap anak- Pasal 11
anak dan tidak dipulangkannya kembali
anak-anak yang ada di luar negeri
Pencegahan penyalahgunaan dan
Pasal 19 dan 39
penelantaran
Tinjauan penempatan anak oleh penguasa Pasal 25
yang berwenang secara periodik
Anak- dengan disabilitas (cacat)
Pasal 23
Kesehatan dan pelayanan kesehatan
Pasal 24
Jaminan sosial dan fasilitas dan layanan
Pasal 26 dan Pasal 18
perawatan anak
ayat (3)
8 |Hal.
Pendidikan
Perlindungan khusus
Anak dalam situasi
darurat
Anak yang berhadapan
dengan hukum
Anak dalam situasi
eksploitasi, termasuk
pemulihan jasmani dan
psikologis dan
reintegrasi sosial
Standar kehidupan anak
Pendidikan, termasuk pelatihan kejuruan
Tujuan pendidikan
Waktu luang, rekreasi, dan aktivitas budaya
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 31
Pengungsi anak
Anak dalam konflik bersenjata
Administrasi peradilan pidana anak
Anak yang dicabut kebebasannya
Pasal 22
Pasal 38
Pasal 40
Pasal 37 huruf b, c,
dan d
Pasal 37 huruf a
Pasal 39
Penghukuman anak
Pemulihan fisik dan psikologis dan
reintegrasi sosial
Perlindungan dari eksploitasi ekonomi,
termasuk pekerja anak
Perlindungan dari penyalahgunaan obat
Perlindungan dari eksploitasi dan
pelecehan seksual
Perlindungan dari perdagangan manusia
dan penculikan
Perlindungan dari bentuk-bentuk
eksploitasi lainnya
Perlindungan anak-anak dari kelompok
minoritas dan masyarakat adat
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 30
Sumber; CRC/C/5 dan CRC/C/58
KHA secara luas dapat diterapkan dibanding instrumen Hukum HAM internasionalnya
lainnya. Hal ini dikarenakan KHA
memiliki karakteristik unik
sebagai berikut
(Tali Gal,
2006):
1. KHA merupakan hasil konsensus seluruh masyarakat dunia karena hampir seluruh
negara di dunia meratifikasi KHA. Konsensus ini terwujud karena KHA memiliki
sifat lentur dan peka terhadap perbedaan kultural dibandingkan instrumen yang
lainnya. Popularitas KHA yang sedemikian luas karena mengkombinasikan model
yang fleksibel sehingga KHA menjadi instrumen politik yang memiliki kekuatan
penuh apabila dilihat dari dampak hukum dan perdebatan konstitusionalitas hak
anak dalam banyak negara;
2. KHA mencakup beragam hak yang sangat luas, baik hak sosial, hak hukum, hak
budaya, hak sipil, hak ekonomi, dan kategori HAM lainnya. Hal ini merupakan
representasi sebuah pendekatan yang baru dan luas terhadap hak asasi anak.
Dengan demikan, anak-anak tidak hanya diakui semata-mata sebagai obyek
9 |Hal.
perlindungan, meskipun hak atas perlindungan menjadi prinsip utama, Anak
merupakan bagian integral dari umat manusia, bagian masyarakat dunia, dan
berhak mendapatkan penghormatan atas hak asasi dan kebebasan mereka. Hal
fundamental lain, KHA menyediakan kerangka kerja untuk memperlakukan anak
sebagai warga negara (citizenship for children) melalui pemberian hak atas
partisipasi dalam setiap keputusan yang berdampak pada kehidupannya;
3. KHA unik karena pasal-pasalnya memiliki sifat pembawaan yang saling bertautan
dan tidak terpisah satu dengan yang lainya dan pembacaan setiap pasal harus
dikaitkan dengan pasal lain guna mewujudkan martabat anak sebagai tema
utamanya;
4. KHA membentuk Komite Hak Anak sebagai mekanisme evaluasi dan tindak lanjut
bagi setiap negara anggota. Tidak hanya mekanisme monitoring, KHA
menciptakan sistem penyebutan/penamaan (system of naming and shaming)
untuk mempermalukan negara anggota yang kebijakannya tidak mematuhi dan
menyesuaikan dengan spirit KHA.
5. KHA berisikan pendekatan liberalis secara relatif karena KHA tidak
memperlakukan anak sebagai orang dewasa sepenuhnya yang dilekati otonomi
diri secara penuh dan kebebasan dalam membuat keputusan. Namun KHA juga
tidak memperlakukan sebagai manusia dewasa dengan tubuh kecil (mature
minors). KHA menetapan bahwa hak anak untuk berpartisipasi dalam membuat
keputusan yang mempengaruhi kehidupannnya diberikan secara bertahap
sesuai dengan usia dan tingkat kematangannya.
Dengan demikian anak adalah subyek hak dan bukan merupakan obyek amal belas kasihan
atau pendekatan berbasis patronase. Mereka memiliki hak yang spesifik karena anak tengah
berada dalam tahap berkembang dan dalam kondisi rentan (Johanna Eriksson, 2001).
C.
Prinsip-Prinsip Umum KHA
Dalam Komentar Umum No 5 (2003) mengenai
Langkah-Langkah Umum
Mengimplementasikan KHA (General measures of implementation for the Convention on the
Rights of the Child), Komite KHA telah mengidentifikasi 4 pasal yang harus dianggap sebagai
prinsip umum dan diperhitungkan dalam pelaksanaan semua pasal lainnya dari Konvensi.
Keempat
prinsip
umum
KHA
ini
bersifat
mengimplementasikan seluruh konvensi sehingga
mendasar
dan
penting
untuk
menjadi pedoman bagi setiap negara
10 |Hal.
dalam menerapkan dan
menginterpretasikan setiap pasal dalam KHA (Rachel Hodgkin &
Peter Newell, 2007). Keempat pasal ini terdiri dari (Jean Zermatten, 2010):
1. Pasal 2 (Prinsip non diskriminasi)
Kewajiban negara untuk menghormati dan menjamin hak-hak yang diatur dalam
Konvensi bagi setiap anak dalam wilayah hukum mereka tanpa diskriminasi
apapun. Prinsip non diskriminasi merupakan prinsip prinsip umum dari semua
ketentuan hak asasi manusia dan merupakan bagian dari setiap Instrumen hak
asasi manusia internasional. Kewajiban ini juga mensyaratkan bahwa Negaranegara Pihak secara aktif mengidentifikasi setiap individu anak-anak dan
kelompok anak-anak yang mungkin memerlukan tindakan khusus.
2. Pasal 3 ayat (1) (Prinsip kepentingan terbaik bagi anak)
Pasal ini menyatakan bahwa kepentingan terbaik bagi anak sebagai pertimbangan
utama dalam semua tindakan yang menyangkut anak-anak. Pasal ini mengatur
bahwa tindakan yang dilakukan oleh lembaga publik atau swasta yang fokusi
pada upaya meningkatkan kesejahteraan sosial, institusi peradilan, penguasa
administratif atau badan legislatif harus mempertimbangan kepentingan terbaik
bagi anak. Kemudian, prinsip ini mensyaratkan bahwa langkah-langkah aktif
harus dilakukan di semua tingkat baik Pemerintah, legislatif, dan peradilan. Ini
artinya, setiap lembaga kenegaraan harus menerapkan prinsip kepentingan
terbaik secara sistematis untuk mempertimbangkan bagaimana hak-hak anak dan
kepentingan anak-anak karena kehidupan anak-anak terakomodasi dalam setiap
kebijakan publik yang ditetapkan.
3. Pasal 6 (Prinsip hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan tumbuh kembang)
Hak untuk hidup melekat pada setiap anak dan kewajiban Negara untuk
menjamin semaksimal mungkin kelangsungan hidup dan perkembangan anak.
Dalam konteks ini, Komite Hak Anak mengharapkan bahwa Negara harus
menafsirkan pembangunan dalam arti luas sebagai konsep holistik sehingga dapat
mengakomodasi perkembangan anak secara fisik, mental, spiritual, moral,
psikologis dan sosial.
4. Pasal 12 (Prinsip penghormatan terhadap pandangan anak)
Hak anak untuk mengekspresikan pandangannya secara bebas dalam segala hal
yang mempengaruhi anak, pandangan-pandangan anak harus dipertimbangkan
sesuai dengan usia dan tingkat kematangannya.
Prinsip ini menyoroti peran
11 |Hal.
anak sebagai warga Negara yang aktif dalam perlindungan, promosi dan
pemantauan terhadap upaya pemenuhan hak-hak mereka. Hal ini membutuhkan
prasyarat harus tersedia mekanisme fasilitatif yang sesuai kapasitas anak-anak
yang tengah berkembang . Dengan demikian, partisipasi anak ini sangat penting
dalam setiap proses pengambilan kebijakan publik karena setiap kebijakan publik
yang ditetapkan oleh para pengambil kebijakan akan berdampak pada kehidupan
setiap anak baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Dalam pedoman tersebut Komite tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan
Prinsip Umum atau mengapa prinsip tersebut hanya dibatasi pada 4 empat pasal. Menurut
Jaap E. Doek (tanpa tahun) orang dapat
berargumentasi misalnya Pasal 4 dan 5 KHA
dapat juga dikualifikasikan sebagai prinsip-prinsip umum. Tetapi jika
(ordinary meaning) dari istilah prinsip umum dianggapkan
melaksanakan (lainnya) Pasal
mengikuti arti biasa
harus diperhitungkan ketika
KHA lainnya maka Pasal 5 KHA yang menyangkut hak anak
atas kapasitasnya yang tengah berkembang dapat dikualifikasikan sebagai prinsip umum
KHA. Di samping terkait dengan Pasal 18 KHA yang mengatur kerangka kerja hubungan
antara anak, keluarga, dan Negara dan Pasal 27 ayat (2) KHA mengenai tanggung jawab
orang tua menjamin perkembangan anak (Rachel Hodgkin & Peter Newell, 2007).
Pasal 5 KHA juga telah diinterpretasikan oleh Komite Hak Anak untuk menanggapi
permasalahan implementasi KHA yang tertuang dalam beberapa Komentar Umum sebagai
berikut (Rachel Hodgkin & Peter Newell, 2007):
1. Komentar Umum No. 4 mengenai Kesehatan Remaja (Adolescent Health)
2. Komentar Umum No. 7 mengenai Pelaksanaan hak anak pada anak usia dini
(Implementing child rights in early childhood);
3. Komentar Umum No. 8 mengenai Hak anak untuk mendapatkan perlindungan
dari hukuman fisik dan bentuk-bentuk lain yang kejam atau hukuman lain yang
merendahkan (The right of the child to protection from corporal punishment and
other cruel or degrading forms of punishment).
Selanjutnya, menurut
Rachel Hodgkin & Peter Newell, ( 2007),
Pasal 4 menetapkan
kewajiban Negara secara keseluruhan untuk melaksanakan semua hak dalam Konvensi Hak
Anak. Mereka harus mengambil "semua langkah legislatif, administratif, dan lainnya. Lebih
jauh dalam Pedoman Laporan awal (Guideline Initial Report), Komite telah menekankan
12 |Hal.
pentingnya
untuk memastikan bahwa semua upaya legislasi domestik sesuai
dengan
konvensi dan terdapat koordinasi yang tepat dari kebijakan yang mempengaruhi anak-anak
di dalam dan antara semua tingkat pemerintahan. Komite memberikan rincian mengenai
pelaksanaan Pasal 4 melalui Komentar Umum No. 5 mengenai Langkah-langkah Umum
Implementasi Konvensi Hak Anak (General measures of implementation for the Convention
on the Rights of the Child). Komentar umum Komite yang memiliki keterkaitan dengan
aturan Pasal 4 adalah Komentar Umum No. No. 2 mengenai Peran lembaga independen hak
asasi manusia (The role of independent human rights institutions).
Selanjutnya untuk memperkuat implementasi KHA, beberapa ketentuan KHA
dielaborasi lebih jauh melalui pengaturan khusus dalam 3 Protokol Opsional. Protokol
Opsional berfungsi melengkapi dan menambah perjanjian yang ada. Perjanjian ini bersifat
'opsional' karena Negara
dapat memilih apakah terikat atau tidak
terikat.
Protokol
Opsional terbuka untuk ditandatangani, diaksesi, atau diratifikasi oleh negara-negara yang
menjadi anggota perjanjian utama. Protokol opsional ini mengatur suatu topik yang relevan
dengan perjanjian utama dan digunakan
untuk
menangani, merespon, dan mengatasi
masalah yang baru muncul atau menambahkan prosedur pengimplementasian
dan
penegakan perjanjian (Unicef, 2014). Sampai saat ini terdapat 3 protokol opsional KHA, yaitu:
1. Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang penjualan anak, pelacuran anak dan
pornografi anak (Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on
the sale of children, child prostitution and child pornography), 2000;
2. Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang keterlibatan anak dalam konflik
bersenjata (Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the
involvement of children in armed conflict), 2000;
3. Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on a communications
procedure
(Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang prosedur komunikasi),
2011.
D.
Komentar Umum Komite Hak Anak
Selain bertanggung jawab memeriksa laporan periodik untuk menilai kemajuan yang
dicapai oleh Negara pihak dalam melaksanakan KHA, Komite Hak Anak juga memberikan
penafsiran hukum norma-norma yang diatur dalam KHA. Komentar Umum merinci lebih
jauh terhadap aturan konvensi untuk memperjelas tanggung jawab dan mendorong
tindakan Negara. Komentar Umum ditujukan untuk memperjelas suatu tema besar atau
13 |Hal.
mengulas tema tertentu. Karaktersitik ruang lingkup Komentar Umum Komite
merupakan upaya melakukan penafsiran
dalam konteks
karena
keseluruhan norma-norma
internasional dan HAM yang berlaku, oleh karenanya komentar umum menetapkan
pendekatan yang menyeluruh (David Weissbrodt, Joseph C. Hansen, & Nathaniel H. Nesbitt,
2011).
Dalam Komentar Umum Komite Hak Anak secara rutin mengacu pada instrumen
Hukum HAM internasional lainnya dalam berbagai cara (David Weissbrodt, Joseph C.
Hansen, & Nathaniel H. Nesbitt, 2011 :
1. Sebagai pedoman bagi Negara untuk melaksanakan hak anak;
2. Sebagai sarana untuk menafsirkan Konvensi;
3. Untuk menyoroti hubungan antara Konvensi dan kewajiban internasional Negara
lainnya, untuk menegaskan bahwa Negara memiliki tanggung jawab yang lebih
luas dalam penegakkan HAM;
4. Menempatkan KHA dalam lintasan sejarah diantara instrument hukum HAM
internasional lainnya.
Penafsiran tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk Komentar Umum (General
Comments) mengenai isu-isu tematik tertentu. Sampai tahun 2011 Komite Hak Anak telah
mengeluarkan Komentar Umum
terkait dengan permasalahan-permasalahan sebagai
berikut:
No.
17.
16.
15.
14.
13
12.
11.
10.
Komentar Umum Tematik
Tahun
Hak anak untuk beristirahat, bersantai, bermain, berkegiatan dalam hal
rekreasi, kehidupan budaya, dan seni (right of the child to rest, leisure, play,
recreational activities, cultural life and the arts)
Kewajiban negara mengenai dampak sektor bisnis hak-hak anak (State
obligations regarding the impact of the business sector on children’s rights)
Hak anak untuk menikmati standar kesehatan yang tertinggi (the right of the
child to the enjoyment of the highest attainable standard of health)
Hak anak untuk memiliki kepentingannya yang terbaik untuk diambil
sebagai pertimbangan utama (the right of the child to have his or her best interests
taken as a primary consideration)
Hak Anak untuk Bebas dari Segala Bentuk Kekerasan (The right of the child to
freedom from all forms of violence)
Hak anak untuk didengar (The right of the child to be heard)
Anak-anak masyarakat adat dan hak-hak mereka di bawah KHA (Indigenous
children and their rights under the Convention)
Hak anak-anak dalam Peradilan Anak (Children’s rights in Juvenile Justice)
2013
2013
2013
2013
2011
2009
2009
2007
14 |Hal.
9.
8.
7.
6.
5.
4.
3.
2.
1
Hak-hak anak-anak dengan disabilitas (penyandang cacat) (The rights of
children with disabilities)
Hak anak untuk mendapatkan perlindungan dari hukuman fisik dan bentukbentuk lain yang kejam atau hukuman lain yang merendahkan (The right of
the child to protection from corporal punishment and other cruel or degrading forms of
punishment)
Pelaksanaan hak anak pada anak usia dini (Implementing child rights in early
childhood)
Perlakuan terhadap anak-anak tanpa pendamping dan terpisah di luar
negara asal mereka (Treatment of unaccompanied and separated children outside their
country of origin)
Langkah-langkah Umum Implementasi Konvensi Hak Anak (General
measures of implementation for the Convention on the Rights of the Child)
Kesehatan Remaja (Adolescent Health)
HIV / AIDS dan hak-hak anak (HIV/AIDS and the rights of the child)
Peran lembaga independen hak asasi manusia (The role of independent human
rights institutions)
Tujuan pendidikan (The aims of education)
2006
2006
2005
2005
2003
2003
2003
2002
2001
Sumber: http://www2.ohchr.org/english/bodies/crc/comments.htm
E. Pelanggaran Hak Anak
Pelanggaran hak asasi manusia merupakan pelanggaran hak-hak yang telah dijamin
oleh hukum hak asasi manusia nasional, regional dan internasional baik tindakan-tindakan
(act)
dan kelalaian
(omission) yang secara langsung diatribusikan (dilekatkan) kepada
Negara yang gagal
melaksanakan kewajiban hukum yang berasal dari standar HAM.
Pelanggaran terjadi ketika suatu hukum, kebijakan atau praktik sengaja bertentangan atau
mengabaikan kewajiban yang dimandatkan kepada Negara yang bersangkutan atau ketika
negara gagal untuk mencapai standar yang
dipersyarakan bagi
pelaksanaan kewajiban
mengenai tindakan (obligation of conduct) atau kewajiban mengenai hasil (obligation of
result). Pelanggaran HAM juga terjadi jika Negara mencabut atau menghapus yang sudah
ada perlindungan hak asasi manusia (Office of the High Commissioner for Human Rights,
2001).
Seluruh HAM baik hak sipil, hak budaya, hak ekonomi, hak politik dan hak sosial,
memberlakukan 3 jenis kewajiban yang berbeda kepada pemerintah yakni kewajiban untuk
menghormati, melindungi dan memenuhi. Kegagalan pemerintah untuk melakukan salah
satu kewajiban untuk menjamin penikmatan setiap anak seperti yang tercantum dalam KHA
merupakan pelanggaran hak anak. Sebagai contoh Negara membuat peraturan perundang15 |Hal.
undangan yang melarang anak penyandang cacat (disabilitas) memasuki sekolah umum
atau Negara membiarkan anak-anak jalanan menghadapi tindakan kekerasan yang dilakukan
aparat Negara merupakan pelanggaran hak anak. Pelanggaran hak anak yang pertama
merupakan pelanggaran hak anak melalui tindakan, sementara pelanggaran hak anak yang
kedua karena Negara membiarkan peristiwa tersebut terjadi.
Kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi, masing-masing
mengandung elemen kewajiban mengenai tindakan dan kewajiban mengenai hasil.
Kewajiban mengenai tindakan membutuhkan tindakan yang diperhitungkan secara cermat
untuk melaksanakan dipenuhinya suatu hak tertentu. Pelanggaran melaksanakan kewajiban
mengeni tindakan terjadi apabila Negara
tidak membuat rencana atau program untuk
mengurangi angka anak keluar sekolah yang semakin tinggi. Kewajiban mengenai hasil
mengharuskan Negara untuk mencapai target tertentu guna memenuhi standar substantif
hak yang terinci. Sebagai contoh kegagalan Negara mencapai tujuan secara rinci yang telah
ntuk merealisasikan kesetaran
gender dalam mengakses pendidikan (Pedoman Maastricht untuk Pelanggaran Hak
Ekonomi, Hak Sosial, dan Hak Budaya).
16 |Hal.
Download