skripsi efektivitas pengelolaan pembelajaran

advertisement
SKRIPSI
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI SMA ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
SITI ZAHRIAH
106018200790
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
ABSTRAK
SITI ZAHRIAH 106018200790, EFEKTIVITAS PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA DI SMA ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK. PROGRAM STUDI
MP, Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.
Guru adalah sebagai seorang manajer di dalam organisasi kelas. Sebagai
seorang manajer, aktivitas guru mencakup kegiatan merencanakan,
mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
dikelolanya. Pelaksanaan pendidikan yang terjadi di dalam kelas oleh guru
haruslah efektif dan efisien agar proses belajar mengajar menjadi sebuah proses
yang menyenangkan dan siswa menjadi termotivasi untuk belajar . Untuk itu, agar
dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, seorang guru
haruslah dapat melakukan pengelolaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Pengelolaan
Pembelajaran Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Geografi di SMA Islamiyah Sawangan Depok. Populasi dalam penelitian ini
adalah para siswa kelas XI SMA Islamiyah Sawangan Depok yang berjumlah 30
orang, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode
survey. Metode survey ini digunakan untuk memperoleh data/ informasi tentang
kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut dan hubungannya dengan motivasi
belajar siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket yang diberikan
kepada para siswa dengan empat alternatif jawaban.
Hasil penghitungan uji “r” atau koefisien korelasi, menghasilkan rhitung =
0,524 yang lebih tinggi dari rtabel dengan taraf signifikan 5% = 0,374 dan 1% =
0,478. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, maka terdapat korelasi yang
signifikan antara pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di
SMA Islamiyah Sawangan Depok. Dari penelitian ini ditemukan bahwa efektifitas
pengelolaan pembelajaraan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran geografi cukup efektif. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan guru dalam
menjalankan peran dan fungsinya untuk mengelola pembelajaran yakni dari 30
orang responden yang mendapat jumlah skor rata- rata sebanyak 21 orang siswa
atau 70%, dan juga siswa cukup termotivasi dengan pembelajaran geografi, dari
30 orang responden yang mendapat jumlah skor rata- rata sebanyak 22 orang
siswa atau 73,33%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang Maha Karim atas segala rahmat
dan hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada nabi besar
Muhammad SAW. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi
persyaratan guna memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
jurusan KI-Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed,M.Phill. Ketua Jurusan KI-Manajemen
Pendidikan.
3. Drs. Mu‟arif SAM, M.Pd. Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan.
4. Dra. Manerah, sebagai dosen pembimbing yang telah sabar
meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat pada penulis.
6. Kepala sekolah SMA Islamiyah Sawangan Depok S.Ag beserta para
staf dan pengajarnya, khususnya Ibu Briliantina Indrati, S.Sos., M.Pd.
Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya memberikan data guna
melengkapi penelitian ini.
7. Kepala Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta stafnya yang
telah membantu dalam penyediaan buku-buku yang diperlukan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Ayahanda H. Jayadih dan Ibunda Hj. Muslihah, dengan semangat dan
pengorbanannya yang senantiasa mendorong dan mendo‟akan penulis
untuk selalu berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kedua
orang tuaku yang tersayang dan tercinta dilimpahkan rahmat dan
hidayahnya oleh Allah SWT. Amin
10. K‟Iyah, Wiwi, Nurul, ponakan ku Yaser, Bg H jamal, Cg Oo, Cg
Zizah, Cg Nahwan dan Bg Baidhowi serta seluruh keluarga besar
penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan do‟a kepada
penulis.
11. Teman-teman KI-MP angkatan 2006 yang telah membantu penulis
secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat mengembalikan
segalanya kepada Allah SWT untuk membalas kebaikan mereka, semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin
Jakarta, 21 Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI......................................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN PENULIS ................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ................................................................
5
D. Rumusan Masalah ....................................................................
5
E. Manfaat Penelitian ...................................................................
5
LANDASAN
TEORI,
KERANGKA
BERFIKIR
DAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pengelolaan Pembelajaran
a. Pengertian Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran .........
6
1) Pengertian Efektivitas ................................................
6
2) Pengertian Pengelolaan Pembelajaran .......................
7
b. Tahapan- tahapan Pengelolaan Pembelajaran ................ 11
1) PerencanaanPembelajaran ......................................... 11
2) Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 14
3) Penilaian Pembelajaran .............................................. 16
4) Tindak lanjut Pembelajaran ....................................... 19
c. Prinsip- prinsip Pengelolaan Pembelajaran .................... 21
d.Tugas Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran ................ 22
2. Motivasi Belajar Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar Siswa................................. 26
b. Jenis- jenis motivasi ....................................................... 28
c. Fungsi Motivasi Belajar ................................................. 29
d. Ciri- ciri Motivasi Belajar .............................................. 31
e. Prinsip- prinsip Motivasi Belajar ................................... 32
B. Kerangka Berpikir .................................................................... 35
C. Pengajuan Hipotesis ................................................................ 37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian .................................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 38
C. Metode Penelitian..................................................................... 38
D. Populasi danTeknik Pengambilan Sampel ............................... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 39
F. Instrumen Penelitian
1. Variabel Penelitian ............................................................ 40
2. Definisi Konseptual ........................................................... 40
3. Definisi Operasional .......................................................... 40
4. Kisi- kisi Instrument .......................................................... 40
5. Uji Coba Instrument .......................................................... 43
G. Uji Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas .................................................................... 45
2. Uji Linieritas ...................................................................... 46
H. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis .................. 46
I. Interpretasi Data ....................................................................... 47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Profil Sekolah ..................................................................... 49
2. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Atas Islamiyah
Sawangan Depok ................................................................ 50
3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Menengah Atas Islamiyah
Sawangan Depok ................................................................ 50
3. Kondisi Siswa .................................................................... 51
4. Kondisi Guru ...................................................................... 52
5. Keadaan Sarana dan Prasarana........................................... 52
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Data Pengelolaan Pembelajaran ......................................... 53
2. Data Motivasi Belajar Siswa .............................................. 57
C. Pengujian Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas .................................................................... 61
2. Uji Linearitas ...................................................................... 61
D. Pengujian Hipotesis .................................................................. 62
E. Pembahasan .............................................................................. 65
F. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 66
B. Saran ........................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengelolaan Pembelajaran dan
Motivasi Belajar ................................................................................ 41
Tabel 2 : Interpretasi Data ................................................................................ 47
Tabel 3 : Kondisi Siswa ................................................................................... 51
Tabel 4 : Kondisi Guru ..................................................................................... 52
Tabel 5 : Sarana dan Prasaran .......................................................................... 52
Tabel 6 : Skor Hasil Angket Pengelolaan Pembelajaran .................................. 54
Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Hasil Angket Pengelolaan Pembelajaran ......... 55
Tabel 8 : Skor Hasil Angket Motivasi Belajar ................................................ 57
Tabel 9 : Distribusi Frekuensi Hasil Angket Motivasi Belajar ....................... 59
Tabel 10 : Skor Angket Responden Variabel X dan Variabel Y........................ 62
DAFTAR GAMBAR
1
Grafik Histogram Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran (X) ...
56
2
Grafik Histogram Variabel Motivasi Belajar (Y) ......................
59
3
Garis Regresi Linier...................................................................
61
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi sebuah bangsa merupakan kebutuhan yang mutlak
diperlukan, karena hal ini menyangkut masa depan bangsa. Ini berarti bahwa
kemajuan bangsa terletak pada kualitas manusianya, dan peningkatan kualitas
manusianya hanya dapat dibina melalui pendidikan. Pendidikan adalah usaha
sadar yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah
melalui proses pembelajaran di sekolah.
Apabila kita membicarakan pendidikan, maka sudah barang tentu hal
yang tidak boleh terabaikan adalah peranan sekolah sebagai suatu lembaga
pendidikan formal. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal.
Dikatakan “formal” karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan
terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar
mengajar di dalam kelas. Kegiatan itu bertujuan menghasilkan perubahanperubahan positif dalam diri anak didik, sejauh berbagai perubahan itu dapat
diusahakan melalui usaha belajar. Dengan belajar yang terarah dan terpimpin,
anak didik memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan
nilai yang sesuai dengan apa yang diinginkan, maka penentuan perumusan
tujuan pendidikan nasional menentukan hasil- hasil
yang seharusnya
diperoleh di bidang kognitif, psikomotorik dan afektif, baik yang mencakup
semua jenjang dan jenis pendidikan sekolah, maupun yang khusus mengenai
jenjang dan jenis pendidikan sekolah tertentu.
Dalam proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar- mengajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Itu berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar mengajar adalah
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas
dasar hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang berlangsung dalam
situasi pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Kegagalan atau keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan, tidak terlepas
dari adanya peran guru didalamnya. Hal ini dapat dimengerti karena guru
merupakan unsur utama yang melaksanakan kegiatan pokok yaitu proses
belajar mengajar, peran tersebut menuntut guru harus mempersiapkan diri
sebaik- baiknya, baik secara fisik maupun non fisik seperti moral, intelektual
dan kecakapan lain seperti kecakapan dalam pengelolaan pembelajaran /KBM
dengan baik.
Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan baik ketika memulai
pembelajaran, dalam menggunakan metode dan media yg bervariasi ataupun
ketika menutup pembelajaran yang kesemuanya ditujukan untuk kepentingan
proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru dapat
mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa
maupun siswa dengan siswa.
Pelaksanaan pendidikan yang terjadi di dalam kelas oleh guru haruslah
efektif dan efisien agar proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang
menyenangkan. Untuk dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan, seorang guru haruslah dapat melakukan pengelolaan kegiatan
belajar mengajar di kelas. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar merupakan
suatu usaha yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar tidak terlepas dari bagaimana guru tersebut mengelola
pembelajaran yang dilakukan sehingga siswa dapat mencapai tingkat
kemampuan yang optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pengelolaan
belajar mengajar merupakan unsur kompetensi guru yang penting dan harus
dilaksanakan. Karena pengelolaan belajar mengajar diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Sebelum proses belajar mengajar berlangsung, seorang guru
hendaknya menguasai secara fungsional pendekatan sistem pengajaran,
prosedur metode, teknik pengajaran, menguasai secara mendalam serta
berstruktur bahan ajar dan mampu merencanakan penggunaan fasilitas
pengajaran.
Pada kenyataannya masih terdapat guru- guru yang belum sepenuhnya
memahami tugasnya sebagai pengajar dan pendidik sehingga mereka kurang
memperhatikan segi- segi kognitif, afektif maupun psikomotorik yang
seharusnya dikuasai peserta didik dan jenjang pendidikan tertentu. Hal ini
mungkin dapat dimengerti mengingat cukup banyak masalah yang dihadapi
sorang guru seperti yang dikemukakan oleh Sri Wuryani Djiwandono bahwa
“semua guru dihadapkan pada masalah- masalah, masalah banyaknya siswa
dalam satu kelas, masalah ekonomi dan kenakalan anak- anak, masalah
tekanan masyarakat yang kurang menghargai peranan guru dan sebagainya”.1
Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka diperlukan
keterampilan seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Tujuan pengajaran
yang tidak jelas, materi yang terlalu mudah atau terlalu sulit, urutan materi
tidak sistematis, alat pembelajaran tidak tersedia merupakan contoh masalah
pembelajaran. Jika seorang guru tidak dapat mengelola pembelajaran dari
awal maka akan mengakibatkan kejenuhan bagi siswa dalam belajar. Proses
kegiatan
pembelajaran,
pelaksanaannya
rencana
merupakan
pengajaran
pedoman
keberadaannya merupakan arah bagi
1
h.23.
dan
kegiatan
sejumlah
pedoman
pembelajaran
dan
pengelola pembelajaran dalam
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Grasindo, 2002),
memberikan kesempatan kepada murid untuk mendapatkan pengalaman
belajar secara maksimal, sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal
atau faktor yang mempengaruhinya, faktor- faktor yang mempengaruhi belajar
salah satunya ialah faktor non sosial yang berasal dari luar diri pelajar
contohnya yaitu waktu pembelajaran yang diadakan pada pagi, siang atau
malam hari.2 Faktor waktu ini juga mempengaruhi proses belajar siswa,
misalnya pembelajaran yang dilaksanakan pada siang hari, siswa yang
mengantuk, suasana pada siang hari panas akan mengganggu aktivitas belajar
mengajar dan dapat mengganggu minat belajar siswa dan kesiapan siswa
dalam mengikuti pelajaran.
Salah satu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan
pembelajaran petang hari adalah SMA Islamiyah Sawangan Depok. Tidak
berbeda dengan lembaga pendidikan sekolah petang hari pada umumnya, di
SMA Islamiyah Sawangan Depok ini ditemukan beberapa masalah
diantaranya para para siswa merasa jenuh dan kurang bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran di kelas, karena menurut mereka ada beberapa guru
yang kurang memberikan kenyamanan dan antusias mereka dalam belajar,
seperti dalam hal pemilihan metode pembelajaran, penggunaan media,
pengelompokkan siswa, dan dalam penataan tempat duduk, sehingga proses
pembelajaran yang berlangsung kurang optimal. Menurut pengamatan penulis
guru- guru yang mengajar kurang memperhatikan pentingnya proses
pembelajaran, seperti kurang optimalnya perencanaan guru- guru sebelum
mengajar, penataan siswa dalam belajar dan pemilihan metode pembelajaran.
Hal tersebut disebabkan kurangnya kedisiplinan pada diri seorang guru
dikarenakan masih banyak terdapat guru yang mengajar di dua tempat,
sehingga tidak fokus terhadap proses pembelajaran yang akan dilaksanakan
selanjutnya. Oleh karena itu diperlukan keterampilan guru dalam mengelola
pembelajaran, dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian hingga tindak lanjut.
2
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), h. 233
Motivasi
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan belajar yang berfungsi untuk menimbulkan, mendasari dan
mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi tidak saja berpengaruh terhadap
hasil belajar, tetapi juga terhadap proses belajar.
Guru harus dapat memberikan motivasi kepada siswanya, jika melihat
siswa tidak bergairah dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah
motivasi merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik, karena
motivasi itu dapat menimbulkan kegairahan dan ketekunan dalam belajar.
Adapun motivasi yang ada dalam diri peserta didik itu dapat berupa bakat dan
minatnya dalam belajar, sedangkan yang berasal dari luar itu seperti guru,
maka guru harus dapat menumbuhkan motivasi belajarnya.
Dalam hal ini, pengelolaan pembelajaran harus dilakukan seefektif
mungkin, agar siswa menjadi termotivasi untuk belajar di kelas. Berdasarkan
uraian diatas, menjadi daya tarik peneliti untuk mengangkatnya dalam
penelitian
yang
berjudul
“EFEKTIFITAS
PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA DI SMA ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK”.
B. Identifikasi Masalah
1. Belum efektifnya pengelolaan pembelajaran di dalam kelas
2. Belum optimalnya guru dalam mempersiapkan pembelajaran
3. Kurang tegasnya penerapan peraturan sekolah tentang disiplin belajar
4. Rendahnya semangat belajar siswa di dalam kelas
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan peneliti dalam
masalah biaya, waktu, tenaga dan kemampuan akademik, maka masalah yang
diangkat dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Efektivitas Pengelolaan
Pembelajaran dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Geografi di SMA Islamiyah Sawangan Depok. Guru yang menjadi
obyek penelitian ini dibatasi hanya pada guru bidang studi IPS Geografi.
D. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan kegiatan pembelajaran Geografi di SMA
Islamiyah?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di SMA
Islamiyah?
3. Bagaimana efektifitas pengelolaan pembelajaran pada mata pelajaran
Geografi dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa?
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun
praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
pemikiran bagi perkembangan lembaga pendidikan dan menambah hazanah
ilmu pengetahuan.
Adapun secara praktis, hasil penelitian diharapkan menjadi bahan
masukan bagi para pendidik tentang pengelolaan pembelajaran yang unggul
dan berprestasi.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI
1. Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran
a. Pengertian Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran
1) Pengertian Efektivitas
Kata efektivitas dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa efektivitas berasal dari kata efek yang berarti
akibat/ pengaruh, selanjutnya berkembang menjadi efektif tepat
guna, manjur atau mujarab.3
Secara umum teori keefektivitasan berorientasi pada tujuan.
Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat yang dikemukakan ahli
tentang keefektifan yang dikutip oleh Aan Komariah dan Cepi
Triatna dalam buku Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif.
Menurut Etzioni bahwa keefektifan adalah derajat dimana
organisasi mencapai tujuannya, menurut Steers dan Sergovani
keefektifan menekankan perhatian pada kesesuaian hasil yang
dicapai organisasi dengan tujuan yang akan dicapai.4
3
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. ke-1, h. 219
4
Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2005), cet. Ke- 1, h. 7
Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang
telah direncanakan sebelumnya maka efektif. Jadi, jika tujuan atau sasaran
itu tidak selesai dengan waktu yang telah ditentukan, pekerjaan itu tidak
dianggap efektif.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan efektivitas adalah tercapainya suatu usaha dengan tujuan
yang telah direncanakan sebelumnya melalui tindakan atau perbuatan yang
maksimal.
2) Pengertian Pengelolaan Pembelajaran
Mengajar
merupakan
suatu
kegiatan
yang
memerlukan
keterampilan profesional. Karena dalam interaksi pembelajaran seorang
guru
sebagai
pengajar
akan
berusaha
secara
maksimal
dengan
menggunakan keterampilan dan kemampuannya agar anak dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
Untuk dapat mencapai keberhasilan dalam pembelajaran perlu
dilakukan sebuah pengelolaan yang baik, yang menuntut seorang guru
untuk dapat mengkondisikan kelas dan bertanggung jawab di dalam kelas.
Menurut Suharsimi Arikunto, pengelolaan merupakan terjemahan
dari kata “Management”, istilah Inggris tersebut lalu di-Indonesiakan-kan
menjadi “Manajemen” atau “Menejemen”. Arti lain dari pengelolaan
adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat
berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.5
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pengelolaan adalah proses,
cara, perbuatan mengelola, proses melakukan kegiatan tertentu dengan
mengarahkan tenaga orang lain; proses yang membantu merumuskan
kebijaksanaan dan tujuan organisasi; proses yang memberikan pengawasan
pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan
pencapaian tujuan.6
5
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1996), h. 7 - 8.
6
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. ke-1, h. 411
Menurut Winarno yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto,
pengelolaan adalah subtantifa dari mengelola sedangkan mengelola berarti
suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan
penilaian.7 Hal ini berarti dalam pengelolaan menghasilkan sesuatu dan
sesuatu itu merupakan penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan
selanjutnya. Dalam pelaksanaannya selalu ada tahap- tahap pengurusan,
pencatatan dan penyimpanan dokumen. Pengurusan akan mudah apabila
ada perencanaan dan pengorganisasian cukup mantap.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan meliputi
banyak kegiatan dan semuanya itu menghasilkan suatu hasil akhir yang
memberikan informasi bagi penyempurnaan dalam kegiatan.
Chaplin, seperti yang dikutip Muhibbin Syah, membatasi belajar
dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi, belajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat
praktik dan pengalaman. Rumusan keduanya, belajar ialah proses
memperoleh respon- respon sebagai akibat adanya pelatihan khusus.8
Gagne dan Brigs yang dikutip oleh Syafaruddin mengemukakan
bahwa “belajar adalah proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari
lingkungan menjadi beberapa tahapan pengolahan informasi yang
diperlukan untuk memperoleh kapabilitas yang baru”.9
Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah membatasi belajar dengan
dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring
knowledge (proses memperoleh pengetahuan). Kedua, belajar adalah A
relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a
result of reinforced practice (suatu perubahan kemampuan bereaksi yang
relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat).10
7
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1996), h. 8.
8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.
ke- 15, h. 88
9
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Quantum
Teaching, 2005), Cet. ke-1, h. 60
10
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 66
Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan para ahli
di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu
proses kegiatan memperoleh pengetahuan yang mengarah pada perubahan
tingkah laku siswa melalui pengalaman- pengalaman belajar siswa.
Selanjutnya
ialah
pembelajaran,
menurut
Oemar
Hamalik
mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur
yang
saling
mempengaruhi
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran.11
Menurut
Masnur
Muslich,
pembelajaran
yang
diistilahkan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan
guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan “tahu”
terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk melakukan
sesuatu. 12
Pada intinya, pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta
didik dan pengajar untuk mencapai perubahan pada peserta didik,
perubahan itu adalah perubahan yang mengarah kepada belajar yang baik.
Dalam kegiatan pembelajaran, pengelolaan sangat diperlukan
karena sebelum proses belajar mengajar berlangsung, seorang guru
hendaknya menguasai secara fungsional pendekatan sistem pengajaran,
prosedur, metode, teknik pengajaran, menguasai secara mendalam serta
berstruktur bahan ajar dan mampu merencanakan menggunakan fasilitas
pengajaran. Oleh karena itu, perlu adanya suatu aktivitas pengelolaan
pembelajaran yang baik dan terencana
Menurut
Ahmad
Rohani
mengatakan
bahwa
pengelolaan
pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan
untuk mencapai tujuan- tujuan khusus pengajaran (menentukan entry
11
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke-
8, h. 57
12
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), Cet. ke- 6, h. 71
behavior peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi,
bertanya, menilai dan sebagainya).13
Menurut Abdul Majid pengelolaan pembelajaran merupakan suatu
proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru ialah kompetensi dalam pengelolaan
pembelajaran yang mencakup: (1) penyusunan perencanaan pembelajaran;
(2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (3) penilaian prestasi belajar
peserta didik; (4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian.14
Beberapa pengertian
pengelolaan pembelajaran
yang telah
dikemukakan para ahli di atas memberikan suatu gambaran serta
pemahaman
bahwa
pengelolaan
pembelajaran
merupakan
suatu
kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang berkaitan
dengan perkembangan murid sehingga tercapai proses pembelajaran yang
efektif dan efisien di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,
penilaian pembelajaran dan umpan balik yang dilaksanakan oleh pendidik
terhadap peserta didik dalam lingkungan belajar.
Guru
dalam
mengajar
di
kelas
tidak
hanya
mengelola
pembelajaran, tetapi juga melakukan pengelolaan terhadap kelas. Dengan
demikian pengelolaan pembelajaran dalam kelas tidak dapat terlepas dari
pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. Melalui pengelolaan kelas
yang baik, guru dapat menjaga kelas untuk tetap kondusif agar proses
belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar dan sistematis.
Berdasarkan
pengertian
dari
efektivitas
dan
pengelolaan
pembelajaran dapat diambil kesimpulan bahwa efektivitas pengelolaan
pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam
proses belajar mengajar di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,
penilaian pembelajaran dan umpan balik yang memungkinkan kegiatan
13
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-2,
14
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h. 6
h. 123
& 111.
peengelolaan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
b. Tahapan- tahapan Pengelolaan Pembelajaran
Adapun tahapan- tahapan pengelolaan pembelajaran dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Perencanaan Pembelajaran
Pengertian perencanaan pembelajaran menurut banyak ahli masih
belum ada kesepakatan. Untuk mengetahui definisi perencanaan
pembelajaran dapat ditelusuri dengan mendefinisikan kata perencanaan
dan pembelajaran.
Menurut Anderson yang dikutip oleh Syafaruddin dan Irwan
Nasution, perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan
kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang di masa depan.15
Oleh karena itu perencanaan dapat digunakan sebagai panduan dalam
melaksanakan sesuatu.
Menurut Abdul Majid dalam bukunya Perencanaan Pembelajaran:
mengemukaan bahwa “Perencanaan adalah menyusun langkah- langkah
yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.16
Pendapat tersebut mengambarkan bahwa
suatu perencanaan diawali
dengan adanya target, selanjutnya berdasarkan penetapan target tersebut
dipikirkan bagaimana cara mencapainya.
Sejalan dengan pendapat di atas Nanang Fatah memandang bahwa
perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang
akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan siapa akan yang
mengerjakannya.17
15
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit
Quantum Teaching, 2005), Cet. ke-1, h. 91
16
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h.
15.
17
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2006), Cet. VIII, h. 49
Dari ketiga pengertian tersebut, perencanaan dapat didefinisikan
suatu proyeksi apa yang akan dikerjakan ke depan sehingga dapat
mencapai tujuan yang dapat diinginkan.
Sedangkan pembelajaran yaitu proses yang dirancang untuk
merubah diri
seseorang, baik
aspek kongnitif, efektif, maupun
psikomotoriknya.
Berdasarkan pengertian perencanaan dan pembelajaran tersebut di
atas maka dapat didefinisikan bahwa perencanaan pembelajaran yaitu
suatu rancangan atau proyeksi tentang proses interaksi pendidik, anak
didik, sumber belajar maupun lingkungan belajar sehingga dapat
mengubah aspek kongnitif, efektif, dan psikomorik siswa.
Perencanaan pembelajaran merupakan langkah penting untuk
mencapai
keberhasilan pembelajaran. Apabila rencana pelaksanaan
pembelajaran disusun secara baik akan menjadikan tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efesien.
Menurut Degeng sebagaimana dikutip oleh Hamzah B. Uno
menjelaskan bahwa pembelajaran dan pengajaran adalah upaya untuk
membelajarkan siswa.18 Dalam pengertian tersebut di atas terlihat bahwa
dalam
pengajaran
terdapat
mengembangkan metode untuk
kegiatan
memilih,
mencapai
hasil
menetapkan,
pengajaran
yang
diinginkan. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan
pembelajaran.
Agar suatu pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka
diperlukan suatu perencanaan yang baik pula. Di bawah ini beberapa
fungsi perencanaan pembelajaran antara lain:19
18
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. II,
h. 2
19
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta:
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 85- 86
a)
Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan
sekolah dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan itu
b) Membantu
guru
memperjelas
pemikiran
tentang
sumbangan
pengajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
c)
Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan
dan prosedur yang digunakan.
d) Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan
peserta didik, minat-minat pesrta didik, dan mendorong motifasi
belajar.
e)
Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar
dengan adanya organisasi kurikuler yang lebih baik, metode yang
tepat dan menghemat waktu.
f)
Para peserta didik akan menghormati guru yang dengan sungguhsungguh mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapanharapan mereka.
g) Memberikan
kesempatan
bagi
guru-guru
untuk
memajukan
pribadinya dan perkembangan profesionalnya.
h) Membantu guru memiliki perasaan percaya pada diri sendiri dan
jaminan atas diri sendiri.
i)
Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa
memberikan bahan-bahan yang up to date kepada peserta didik.
Perancanaan pembelajaran yang disusun oleh guru dituangkan
dalam perangkat perencanaan pembelajaran yang meliputi silabi dan
rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan asumsi gurulah yang paling
tahu mengenai tingkat perkembangan peserta didik, perbedaan siswa, daya
serap, suasana dalam kegiatan pembelajaran, serta sarana dan sumber yang
tersedia. Oleh karena itu, gurulah yang berwenang untuk menjabarkan dan
mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi
silabus dan RPP.
Sesuai kurikulum 2004, maka silabus harus memuat hal- hal
sebagai berikut:
a)
Standar kompetensi
b) Kompetensi dasar
c)
Materi pokok
d) Strategi pembelajaran
e)
Alokasi waktu
f)
Sumber bahan
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah perangkat perencanaan
pembelajaran yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi.
Format rencana pelaksanaan pembelajaran sangatlah beragam.
Masing- masing lembaga mempunyai karakteristik sendiri. Sebagaimana
yang dikutip oleh Abdul Majid dari Kenneth D.Moore, mengemukakan
bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik hendaknya memuat
aspek- aspek sebagai berikut:
a)
Topik bahasan
b) Tujuan pembelajaran (kompetensi dan indicator kompetensi)
c)
Materi pelajaran
d) Kegiatan pembelajaran
e)
Alat/ media yang dibutuhkan, dan
f)
Evaluasi hasil belajar20
Dapat diartikan bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang baik
harus meliputi beberapa tahapan, yakni: (a) mampu mendeskripsikan
tujuan/ kompetensi pembelajaran; (b) mampu memilih/ menentukan
materi; (c) mampu mengorganisir materi; (d) mampu menentukan metode/
20
96
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h.
strategi pembelajaran; (e) mampu menentukan sumber belajar/ media/ alat
peraga pembelajaran; (f) mampu menyusunn perangkat penilaian; (g)
mampu menentukan teknik penilaian; dan (h) mampu mengalokasikan
waktu.
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap mengajar (pelaksanaan pembelajaran) tentumya terkait
dengan metode dan teknik mengajar yang digunakan. Menurut E. Mulyasa
bahwa kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2004 mencakup kegiatan
awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan
kegiatan akhir atau penutup.21
Menurut
Abdul
Majid
tahapan-
tahapan
dalam
kegiatan
pembelajaran meliputi: kegiatan awal, melaksanakan apersepsi atau
penilaian kemampuan, menciptakan kondisi awal pembelajaran, kegiatan
inti dan penutup.22 Pada kegiatan awal atau kegiatan pendahuluan
dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan
perhatian dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan
bahan yang akan dipelajari. Kemudian melaksanakan apersepsi atau
penilaian kemampuan, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui
sejauhmana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Kegiatan menciptakan
kondisi awal pembelajaran melalui upaya: menciptakan semangat dan
kesiapan belajar melalui bimbingan guru kepada siswa. Kegiatan inti
merupakan
kegiatan
utama
untuk
menanamkan,
mengembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan berkaitan dengan kajian yang
bersangkutan. Kegiatan penutup, kegiatan ini merupakam kegiatan yang
memberikan
penegasan
atau
kesimpulan
dan
penilaian
terhadap
penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti.
21
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006),
22
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h.
h. 126
104
Sedangkan menurut Hunt yang dikutip oleh Abdul Majid bahwa
pelaksanaan pembelajaran di kelas meliputi lima tahapan yang disebut
teori ROPES singkatan dari kata review, overview, presentasi, exercise,
dan summary.23 Yakni dalam pelaksanaan pembelajaran harus dimulai
dengan melakukan apersepsi, yaitu menghubungkan pelajaran dengan
pengalaman yang telah dimiliki. Kemudian memberikan deskripsi, yaitu
penjelasan singkat mengenai pelajaran yang akan dipelajari. Selanjutnya,
mengadakan presentasi, yaitu menampilkan atau melakukan diskusi
sehingga siswa dapat lebih memahami pelajaran. Setelah itu mengadakan
latihan dan terakhir guru memberikan kesimpulan dari apa yang telah
dipelajari.
Oleh karena itu, guru dalam pelaksanaan pembelajaran dituntut
untuk terampil dalam membuka pelajaran, menjelaskan dan menutup
pelajaran agar siswa memiliki kompetensi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
3) Penilaian Pembelajaran
Selain harus memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran
seorang guru dituntut harus mempunyai kemampuan untuk menilai dan
mengevaluasi keberhasilan pembelajaran.
Ada yang beranggapan, bahwa penilaian hanya suatu bagian kecil
dalam proses pembelajaran, yang menyatakan bahwa penilaian sama
artinya dengan pemberian angka atas prestasi belajar siswa. Padahal
makna penilaian sangat luas dan merupakan bagiang yang sangat penting
dalam upaya mengetahui hasil pembelajaran.
23
99
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h.
Menurut Oemar Hamalik, evaluasi adalah suatu upaya untuk
mengetahui berapa banyak hal- hal yang telah dimiliki oleh siswa dari halhal yang telah diajarkan oleh guru.24
Proses evaluasi umumnya berpusat pada siswa. Ini berarti evaluasi
dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar siswa dan berupaya
menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar. Namun evaluasi
juga dimaksudkan untuk mengamati peranan guru, strategi pengajaran
khusus, materi kurikulum dan prinsip- prinsip yang diterapkan dalam
pengajaran.25
Menurut Davies sebagaimana dikutip oleh Dimyati bahwa evaluasi
merupakan proses sederhana memberikan/ menetapkan nilai kepada
sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan unjuk kerja, proses, orang, objek, dan
masih banyak yang lain.26
Menurut Wand dan Brown (1957) yang dikutip oleh Wina Sanjaya
mendefinisikan evaluasi sebagai “... refer to the act or process to
determining the value of something”. Evaluasi mengacu kepada suatu
proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi. Sejalan dengan
pendapat tersebut Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi itu
merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti
sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa
berupa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu.27
Dari kedua konsep di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik
evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses artinya, dalam suatu
pelaksanaan evaluasi mestinya terdiri dari berbagai macam tindakan yang
harus dilakukan. Dengan demikian evaluasi bukanlah hasil atau produk,
akan tetapi rangkaian kegiatan. Kedua, evaluasi berhubungan dengan
pemberian nilai atau arti. Artinya, berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi
apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Dengan kata lain evaluasi
dapat menunjukkan kualitas yang dinilai.
24
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. ke-
8, h. 156
25
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta:
direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 95
26
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet.
ke- 3, h. 190
27
Wina Sanjaya, Kurrikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana 2008), Cet. ke- 1, h.
335- 336
Apabila dikaitkan evaluasi dengan belajar dan pembelajaran, maka
dapat dijelaskan bahwa evaluasi yaitu proses untuk menentukan nilai
belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan
penilaian dan/ atau pengukuran belajar dan pembelajaran.
Oemar Hamalik menambahkan bahwa penilaian yang akan
dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut: 1).
Memiliki validitas, 2). Mempunyai reliabilitas, 3). Objektifitas, 4).
Efisiensi, dan 5). Kegunaan atau kepraktisan.28
Ruang lingkup penilaian secara umum meliputi tiga komponen
berikut: (1) evaluasi program pembelajaran, (2) evaluasi proses
pembelajaran, (3) evaluasi hasil belajar.
Evaluasi terhadap program pembelajaran dapat dirinci menjadi tiga
hal, yakni: evaluasi terhadap tujuan, evaluasi terhadap isi program dan
evaluasi terhadap strategi pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran terdapat dua evaluasi yaitu evaluasi
hasil belajar dan evaluasi proses pembelajaran.
Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran
(pengumpulan
data
dan
informasi),
pengolahan,
penafsiran
dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang
dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.29
Dimyati mengatakan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan
proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian
dan/ atau pengukuran hasil belajar.30
Evaluasi proses pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses
belajar mengajar. Secara sitematik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada
komponen- komponen sistem pembelajaran, yang mencakup komponen
28
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke-
8, h. 157
29
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke-
8, h. 159
30
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2006), Cet.
ke- 3, h. 200
input, yakni perilaku awal siswa, komponen input intrumental yakni
kemampuan profesional guru/ tenaga kependidikan, komponen kurikulum
(program studi, metode, media), komponen administratif (alat, waktu,
dana); komponen proses ialah prosedur pelaksanaan pembelajaran;
komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaiannya
tujuan pembelajaran.31
Evaluasi proses pembelajaran merupakan suatu proses untuk
menentukan jasa, nilai, atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui
kegiatan penilaian dan/ atau pengukuran.32
Oemar Hamalik dan Dimyati sepakat bahwa evaluasi hasil belajar
dapat difungsikan dan ditujukan untuk keperluan sebagai berikut:
1. Untuk diagnostik dan pengembangan, sebagai dasar pendiagnosisan
kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab- sebabnya.
2. Untuk seleksi, sebagai dasar untuk menentukan siswa- siswi yang
paling cocok untuk jenis jabatan atau pendidikan tertentu
3. Untuk kenaikan kelas, menentukan apakah seseorang siswa dapat
dinaikkan kelas atau tidak
4. Untuk penempatan, agar siswa dapat berkembang sesuai dengan
kemampuan
Dari uraian di atas, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama,
evaluasi berarti suatu proses yang sistematis, yang tidak memperhatikan
hal- hal yang terjadi secara kebetulan. Kedua, evaluasi mengasumsikan
bahwa tujuan- tujuan khusus pembelajaran atau saat ini disebut dengan
istilah
standar
diidentifikasikan
kompetensi
atau
sebelumnya
harus
kompetensi
dinilai
dan
dasar
yang
telah
dievaluasi
untuk
mengetahui seberapa besar pencapaian kompetensi tersebut. Tanpa
menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, guru akan
mengalami kesulitan untuk menentukan secara jelas sifat dan tingkat
belajar siswa.
31
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke-
8, h. 171
32
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2006), Cet.
ke- 3, h. 221
4) Tindak lanjut pembelajaran
Dalam KTSP, terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan
sebagai tindak lanjut pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Hal tersebut antara lain mencakup peningkatan aktivitas dan
kreatifitas peserta didik, serta peningkatan motivasi belajar.33
Menurut Pupuh Fathurrahman dalam bukunya Strategi Belajar
Mengajar mengemukakan bahwa “untuk mendapatkan umpan balik secara
lebih sempurna, maka guru dapat melakukan beberapa teknik antara lain:
1. Menggunakan alat bantu yang tepat
2. Memilih bentuk motivasi yang baik
3. Penggunaan metode yang bervariasi34
Menurut Oemar Hamalik teknik perbaikan pengajaran dapat
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Perbaikan hasil belajar, dengan memberikan pengajaran remedial,
tutorial sistem, diskusi kelompok, latihan dan ulangan, pemberian
tugas, review pengajaran, pengajaran individual dan sebagainya.
2. Bantuan kesulitan dan pemecahan masalah, dengan cara memberikan
bimbingan dan layanan, baik perorangan maupun kelompok,
pengajaran remedial, latihan memecahkan masalah dan sebagainya
3. Perbaikan kualifikasi guru, dengan cara belajar mandiri, studi lanjutan,
penataran, diskusi kelompok, supervise, pengembangan staf dan lainlain
4. Peningkatan efesiensi program pengajaran dengan cara pengkajian dan
penyusunan rencana pengajaran lebih seksama dan lebih akurat, dan
menilai setiap komponen dalam program tersebut secara spesifik.
5. Perbaikan kemampuan awal, dengan cara melakukan assesment secara
lebih seksama terhadap komponen- komponen entry behavior pada
siswa, mengembangkan kerjasama dengan rekan kerja dan sekolahsekolah yang lebih rendah.35
33
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, (Bandung:
Rosdakarya, 2007), Cet. IV, h. 261
34
Pupuh Fathurrahman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007)
h.99-101
35
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2005), Cet. IV, h. 235- 236
Menurut Abdul Madjid program tindak lanjut dapat dilaksanakan
dengan cara:
1. Program perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan bentuk khusus dari pengajaran yang
diberikan kepada seseorang atau beberapa murid yang mengalami
kesulitan belajar. Program perbaikan dapat ditempuh dengan cara: (a)
pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang
belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu, (b)
pemberian tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus yang
sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular.
2. Program Pengayaan
Pengajaran pengayaan adalah suatu bentuk pengajaran yang khusus
diberikan kepada murid- murid yang sangat cepat dalam belajar.
Program pengayaan dapat ditempuh dengan cara melaksanakan halhal sebagai berikut: pemberian bacaan tambahan atau berdikusi yang
bertujuan memperluas wawasan bagi kompetensi dasar tertentu.
3. Program Akselerasi
Program akselerasi memberikan kesempatan kepada peserta didik
melalui masa belajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat.36
Dengan demikian dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa,
umpan balik pembelajaran adalah segala informasi yang berhasil diperoleh
selama proses pembelajaran yang digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk perbaikan, masukan dan transformasi yang ada dalam suatu proses.
Adanya umpan balik yang akurat sebagai hasil evaluasi yang akurat pula,
akan memudahkan kegiatan perbaikan proses pembelajaran.
c. Prinsip- prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Sesuai dengan makna pembelajaran yang telah dijelaskan sebelumnya,
ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan
pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Menurut Ivor K. Davies, salah satu kecenderungan yang sering
dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya
siswa bukan mengajarnya guru. Dalam hubungannya dengan pengelolaan
36
236- 243
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya, 2007), Cet. III, h.
pembelajaran Alvin C. Eurich menjelaskan prinsip- prinsip belajar yang harus
diperhatikan guru adalah sebagai berikut:
1) Segala sesuatu yang dipelajari oleh siswa, maka siswa harus
mempelajarinya sendiri.
2) Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing- masing.
3) Seorang siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai
melaksanakan tahapan kegiatan diberikan penguatan (reinforcement).
4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah, memungkinkan belajar
keseluruhan lebih berarti.
5) Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi
dalam belajar.37
Pada kenyatannya, guru memang belum mampu untuk sepenuhnya
mengimplementasikan prinsip- prinsip tersebut dalam kelasnya. Namun,
dengan aplikasi ilmu dan teknologi pada proses pendidikan dapat memberikan
harapan untuk mewujudkan prinsip- prinsip tersebut di dalam suatu cara baru
dan dinamis.
Menurut Wina Sanjaya prinsip- prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan pembelajaran, di antaranya:38
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Berpusat kepada siswa
Belajar dengan melakukan
Mengembangkan kemampuan sosial
Mengembangkan keingintauan, imajinasi, dan fitrah
Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Mengembangkan Kreatifitas Siswa
Mengembangkan kemampuan menggunakan Ilmu dan Teknologi
Menumbuhkan Kesadaran sebagai Warga negara yang baik
Belajar Sepanjang Hayat
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip- prinsip dalam
pengelolaan
pembelajaran,
menuntut
seorang
guru
harus
dapat
membangkitkan semangat siswa dalam belajar, mengembangkan kreatifitas
dan keterampilan siswa, dalam pembelajaran semua harus berpusat pada siswa
sebagai subjek belajar serta bervariasi dalam menggunakan metode karena
37
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Terj. Dari The Manajement of Learning oleh
Sudarsono Sudirdjo, (Jakarta: Rajawali Pres, 1991), Cet. II, h. 32.
38
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 30- 32
semuanya itu adalah kunci terciptanya pengelolaan pembelajaran yang baik.
Oleh karena itu semua prinsip yang telah diuraikan tersebut harus memayungi
proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana
dengan baik.
d. Tugas Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran
Seorang guru memiliki arti penting di dalam pendidikan seperti
sekolah. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang
cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru
hendaknya melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan
dapat membantunya dalam menjalankan tugasnya untuk interaksi dengan
siswanya.
Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalisme guru, secara
tersirat Undang- undang sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal
35 ayat 1 telah mencantumkan standar nasional pendidikan yang meliputi: isi,
proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasaana,
pengelolaan, pembiyaan, penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berskala. Standar yang di maksud dalam hali ini adalah suatu
kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan oleh program berdasarkan
atas sumber, prosedur dan manajemen yang efektif.
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan
terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara
profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa standar kompetensi
guru adalah ukuran yang ditetapkan atau disyaratkan dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan perilaku bagi seorang guru agar berkelayakan
untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas kualifikasi
dan jenjang pendidikan.
Berkenaan dengan standar kompetensi guru, menurut Abdul Madjid
bahwasanya Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional telah menyusun secara khusus rumusan standar kompetensi guru
yang terdiri dari komponen, yaitu:
1) Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yang meliputi: (i)
menyusun rencana pembelajaran; (ii) pelaksanaan interaksi belajar
mengajar; (iii) penilaian prestasi belajar peserta didik; (iv) pelaksanaan
tindak lanjut hasil penilaian.
2) Komponen kompetensi pengembangan potensi yaitu pengembangan
profesi
3) Komponen kompetensi penguasaan akademik yang meliputi: (i)
pemahaman wawasan pendidikan, dan (ii) penguasaan bahan kajian.39
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen
pasal 10 ayat 1. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
1) Kompetensi Pedagogik, dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah
“kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”
2) Kompetensi Profesional, menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”.
3) Kompetensi Pribadi, dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan
kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”.
4) Kompetensi Sosial, menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi
sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar”.40
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, dalam proses belajar
mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan
memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.41 Oleh karena itu,
guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.
Menurut Ivor K. Davis, pada dasarnya dalam melaksanakan
pengelolaan pembelajaran, ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan
oleh guru yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai
39
Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. ke- 3, h. 128
40
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen,
Bandung: Penerbit Fokus Media.
41
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1991), h. 98
sumber belajar itu sendiri. Apabila seorang guru dengan sengaja menciptakan
suasana belajar di dalam kelasnya dengan maksud untuk mewujudkan tujuan
yang sudah dirumuskan sebelumnya maka ia bertindak sebagai “gurumanajer”. Apabila guru atau instruktur yang secara fisik mengajar di kelas
tersebut, maka ia menjadi salah satu dari sumber belajar yang dikelolanya,
dengan demikian ia berperan sebagai “guru- pelaksana” (teacher operator).42
Berhubung karena waktu yang tersedia dan kemampuan guru sebagai
pengelola
selalu
terbatas,
maka
mereka
harus
sedapat
mungkin
mengkonsentarsikan terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan meniadakan
peranannya yang unik dalam organisasi sebagai pengelola sumber belajar.
Pada intinya kegiatan tersebut menuntut guru berperan sebagai manajer, yang
memiliki 4 fungsi umum menurut Ivor K. Davis yang merupakan ciri
pekerjaan seorang guru sebagai pengelola yaitu:43
1) Merencanakan tujuan belajar
2) Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan
belajar
3) Memimpin, yaitu memotivasi, mendorong dan menstimulasi siswa.
4) Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya
atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.
Walaupun keempat fungsi itu merupakan kegiatan yang terpisah,
namun keempatnya harus di pandang sebagai suatu lingkaran atau siklus
kegiatan yang berhubungan satu sama lain.
Tujuan dari pengelolaan pembelajaran adalah terciptanya kondisi
lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran siswa tidak merasa dipaksa apalagi tertekan. Oleh karena itu
sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), peran dan tanggung
jawab
guru
ialah
menciptakan
iklim
belajar
yang kondusif
yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman, baik iklim sosial maupun
42
Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar, Terj. Dari The Manajement of Learning oleh
Sudarsono Sudirdjo, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), Cet. ke- 2, h. 34
43
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana, 2008), Cet. ke- 3, h. 150
iklim psikologis. Iklim sosial yang baik ditunjukkan oleh terciptanya
hubungan yang harmonis baik antara guru dan siswa, guru- guru atau antara
guru dan pimpinan sekolah; sedang hubungan psikologis ditunjukkan oleh
adanya saling kepercayaan dan saling menghormati antar semua unsur di
sekolah. Melalui iklim yang demikian, memungkinkan siswa berkembang
secara optimal, terbuka dan demokratis.
Sistem pendidikan yang ideal menggunakan paradigma pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Oleh karena itu tugas guru adalah memfasilitasi
siswa belajar. Pendidik memberikan kemudahan kepada siswa agar aktif
mengembangkan potensi dirinya. Kegiatan pembelajaran berarti membuat
siswa belajar dan aktif mengembangkan potensi dan prestasi secara mandiri.
Belajar aktif memiliki konotasi bahwa siswa belajar tentang bagaimana
seharusnya belajar.
2. Motivasi Belajar Siswa
a. Pengertian Motivasi Belajar Siswa
Menurut Pupuh Fathurrohman mengemukakan bahwa motivasi
berpangkal dari kata „motif‟, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas- aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan.44 Dorongan ini bersumber dari diri
sendiri maupun dari luar, sehingga dapat menggerakkan dan mengarahkan
perhatian, perasaan, dan prilaku atau kegiatan seseorang.
Menurut Dimyati, motivasi di pandang sebagai dorongan mental
yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia.45 Sedangkan
44
Pupuh Fathurrohman, Startegi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. refika Aditama, 2009),
cet. Ke- 3, h. 19
45
Dimyati dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal.
80.
menurut Ngalim Purwanto motivasi adalah “Sesuatu yang mendorong
seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”.46
Menurut Mc Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik
merumuskan bahwa “motivation is an energy change within the person
characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang
diartikan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energy dalam diri
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan.47
Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2)
dorongan dan (3) tujuan.48 Kebutuhan terjadi bila individu merasa
ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan.
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
memenuhi harapan. Tujuan adalah yang ingin di capai oleh seseorang
individu.
Dari beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa
motivasi dapat diartikan sebagai daya pendorong yang mempengaruhi tingkah
laku dan kemudian menggerakkan hati untuk bertindak.
Dalam dunia pendidikan, khususnya kegiatan belajar mengajar
motivasi di sebut sebagai motivasi belajar.
Belajar
adalah
perubahan
tingkah
laku
sebagai
akibat
dari
pengalaman.49 Konsep motivasi akan sangat membantu pemahaman dan
penjelasan berbagai fakta yang akan membangkitkan munculnya perilaku dan
belajar. Motivasi belajar sangat penting terhadap peningkatan prestasi belajar,
tingkat motivasi belajar cenderung berkolerasi dengan hasil belajar. Artinya
semakin kuat tingkat motivasi belajar, maka semakin baik hasil belajar siswa.
46
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),
Cet. ke- 12, h. 60
47
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke8, h. 106
48
Dimyati, dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal.
81.
49
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : Pustaka Jaya, 1996), hal. 15.
Sardiman mendefinisikan motivasi belajar sebagai: “keseluruhan daya
gerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar tersebut dapat dicapai”.50
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya Belajar dan
Pembelajaran mengemukakan “motivasi belajar merupakan kekuatan mental
yang mendorong terjadinya proses belajar”.51 Oleh karena itu, motivasi sangat
penting dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya motivasi maka
seseorang menjadi terdorong untuk melakukan kegiatan yang telah
direncanakan sesuai dengan tujuannya. Begitu juga para siswa, dengan adanya
motivasi untuk belajar maka siswa akan terdorong untuk meningkatkan
kegiatan belajarnya agar prestasi yang diperoleh dapat sesuai dengan
keinginan. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan
menentukan apakah siswa akan secara aktif atau pasif dan tidak peduli dalam
proses pembelajaran.
Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab memang
motivasi muncul karena kebutuhan. Seseorang akan terdorong untuk bertindak
manakala dalam dirinya ada kebutuhan. Kebutuhan ini yang menimbulkan
keadaan ketidakseimbangan (ketidakpuasan), yaitu ketegangan- ketegangan,
dan ketegangan itu akan hilang manakala kebutuhan itu telah terpenuhi.
Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan motivasi belajar adalah
kekuatan tersembunyi pada diri siswa yang mendorong dan menggerakkan
siswa (baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar) yang ditandai dengan
munculnya kebutuhan, perasaan dan tujuan untuk mencapai perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari pengalaman.
b. Jenis- jenis Motivasi
Ada dua macam jenis motivasi belajar pada diri seseorang, yaitu
motivasi yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Sardiman motivasi
50
51
239
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 75
Dimyati, dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal.
intrinsik ialah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melaksanakan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah motif- motif
yang aktif dan berfungsinya karena ada perangsang dari luar. 52
Motivasi intrinsik ditandai dengan dorongan yang berasal dari dalam
diri siswa untuk berperilaku tertentu. Dalam proses belajar siswa yang
termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam
mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin pencapain
tujuan belajar yang sebenarnya, yaitu untuk menguasai apa yang sedang
dipelajari, bukan karena ingin mendapat pujian dari guru. siswa seperti ini
baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah-masalah
pelajaran dengan benar. Mempelajari atau mengerjakan tugas-tugas dalam
belajar membentuk tantangan baginya.
Motivasi ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar siswa.
Motivasi ini bukan merupakan perasaan / keinginan yang sebenarnya di dalam
diri siswa untuk belajar. Tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah
untuk mencapai tujuan yang terletak di luar aktifasi belajar itu sendiri.
Contohnya siswa yang belajar mata pelajaran Matematika dengan rajin karena
takut tidak dapat lulus atau mendapat nilai jelek dari gurunya.
Siswa akan terdorong untuk berusaha melakukan sesuatu apabila dia
mempunyai harapan untuk berhasil dalam usahanya. Ali Imron membagi
motivasi belajar dalam enam unsur:
1) Cita-cita/aspirasi pembelajaran.
2) Kemapuan pembelajaran.
3) Kondisi lingkungan belajar.
4) Unsur-unsur dinamis belajar.
5) Upaya pendidik dalam membelajarkan pembelajaran.53
Setiap siswa mempunyai cita-cita dalam hidupnya, baik cita-cita dalam
jangka panjang dalam menjalankan kehidupannya kelak maupun cita-cita atau
52
53
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 89-90
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : Pustaka Jaya, 1996), hal. 99.
keinginan sewaktu dalam melakukan pembelajaran adalah mendapatkan
prestasi belajar yang baik dan nilai prestasi belajar yang menggembirakan.
Kemampuan pembelajaran harus bisa mempengaruhi motivasinya dalam
pembelajaran. siswa yang memiliki kemampuan belajar dalam bidang tertentu
rendah dapat mengakibatkan motivasi untuk belajar juga rendah, namun bisa
jadi ketertarikan dalam bidang illmu yang ditekuninya membuat motivasi
belajar akan meningkat walaupun kemampuan dalam bidang itu rendah.
Kondisi lingkungan belajar, unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, dan
upaya pendidikan dalam melakukan pembelajaran mempengaruhi motivasi
belajar siswa.
c. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar, pembelajaran akan berhasil
manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh karena itu,
menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan salah satu tugas dan
tanggung jawab guru. Dengan adanya motivasi dalam diri siswa, maka ia akan
menjadi tekun dan bergairah dalam kegiatan belajar mengajar dan dengan
motivasi itu kualitas hasil belajar siswa dapat terwujud. Siswa yang dalam
belajar memiliki motivasi yang kuat dan jelas pasti akan rajin dan tekun dalam
belajarnya.
Motivasi belajar memiliki fungsi didalamnya, fungsi motivasi menurut
Nasution di dalam bukunya yang berjudul Didaktika Asas- asas Mengajar
adalah:
1) Mendorong manusia untuk berbuat menjadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang
harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan
menyampingkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
itu.54
Fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Martinis
Yamin meliputi sebagai berikut:
1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi
maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan
kepencapaian tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi
mobil, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu pekerjaan.55
Menurut Wina Sanjaya, ada dua fungsi motivasi dalam proses
pembelajaran, yakni:
1) Mendorong siswa untuk beraktifitas, semangat seseorang untuk bekerja
atau beraktifitas sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi orang yang
bersangkutan. Tanpa adanya motivasi tidak mungkin seseorang mau
melakukan sesuatu.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, tingkah laku yang ditunjukkan setiap
individu pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya atau
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka
motivasi bukan hanya dapat menggerakkan seseorang untuk beraktifitas,
tetapi melalui motivasi juga orang tersebut akan mengarahkan aktivitasnya
secara bersungguh- sungguh utnuk mencapai tujuan tertentu.56
Bila dilihat dari fungsi motivasi belajar di atas maka penulis
memberikan kesimpulan bahwa motivasi itu berfungsi sebagai pendorong
54
Nasution, Didaktika Asas- asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet ke- 1, h.
79-80
55
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2006), h. 176-177
56
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 1, h. 252254
pada diri untuk melakukan suatu perbuatan dimana motivasi tersebut dapat
memberikan suatu arahan perbuatan demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
Motivasi juga dapat dijadikan sebuah seleksi terhadap perbuatan, mana
perbuatan yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat.
Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa fungsi motivasi dalam
belajar adalah suatu dorongan pada diri seseorang yang dapat menimbulkan
keinginan untuk mendapatkan kepuasa dengan melakukan suatu usaha belajar
yang dipengaruhi dari dalam diri seseorang maupun dari luar (orang lain).
tanpa adanya motivasi dalam belajar maka tujuan tidak akan tercapai dengan
baik.
d. Ciri- Ciri Motivasi Belajar
Siswa yang memiliki motivasi yang kuat dalam belajar akan memiliki
energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan adanya motivasi belajar dari
dalam diri siswa maka siswa akan berusaha untuk terus meningkatkan
kegiatan belajar dan prestasi siswapun akan semakin meningkat. Adapun ciri
siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi di kelas ialah seperti yang
dikemukakan oleh Sadirman, ciri siswa yang bermotivasi dalam belajar ialah
sebagai berikut:
1) Tekun dalam menghadapi tugas dan dapat belajar dengan waktu yang lama
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak menyerah, juga cepat puas atas
prestasi yang diperoleh
3) Menunjukkan minat yang besar terhadap masalah belajar
4) Lebih suka belajar sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.
5) Tidak cepat bosan pada tugas- tugas rutin
6) Dapat mempertahankan pendapatnya dan tidak mudah melepaskan apa
yang diyakininya
7) Senang mencari dan memecahkan masalah.57
57
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), h.
Bila dilihat dari ciri di atas maka jelas bahwa siswa yang bermotivasi
dalam belajar akan selalu tekun dan ulet dalam menghadapi tugas dalam jenis
apa pun dan dapat belajar dalam waktu yang lama. Siswa tersebut juga
sanggup dalam menghadapi kesulitan belajar serta tidak menyerah dengan
prestasi yang diperoleh. Siswa juga menunjukkan minat yang besar terhadap
masalah belajar, lebih suka belajar sendiri dan tidak bergantung pada orang
lain. siswa yang bermotivasi tidak akan pernah bosan pada tugas- tugas yang
rutin dan akan selalu dikerjakan. Siswa dapat mempertahankan pendapatnya
dan tidak mudah melepaskan apa yang diyakininya. Siswa yang bermotivasi
akan senang mencari dan memecahkan masalah.
e. Prinsip- prinsip Motivasi Belajar
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek
dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi
bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan
tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk
mengerahkan segala kemampuannya.
Oleh karena, itu guru dituntut untuk menerapkan motivasi dalam diri
siswa yang berlandaskan pada prinsip- prinsip penerapan motivasi agar proses
pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dari hasil penelitiaan Kenneth H. Hoover yang dikutip oleh Oemar
Hamalik, mengemukakan prinsip- prinsip motivasi belajar sebagai berikut:58
1) Pujian lebih efektif daripada hukuman, karena memberikan pujian akan
lebih efektif untuk membangkitkan motivasi belajar.
2) Para siswa memiliki kebutuhan psikologis yang bersifat dasar yang perlu
mendapat kepuasan. Oleh karena itu, dalam memberikan bantuan harus
sesuai dengan kebutuhan siswa.
58
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke8, h. 114- 116
3) Dorongan yang muncul dari dalam (intrinsik), lebih efektif dibandingkan
dengan dorongan yang muncul dari luar (ekstrinsik), dalam menggerakkan
motivasi belajar siswa.
4) Tindakan- tindakan atau respons siswa yang sesuai dengan tujuan, perlu
diberikan penguatan untuk memantapkan hasil belajar.
5) Motivasi mudah menular kepada orang lain. guru yang mengajar penuh
antusias dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat
mendorong kepada temannya yang lain untuk meningkatkan motivasi
belajarnya.
6) Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, siswa perlu tahu arah dan tujuan
pembelajaran.
7) Minat siswa untuk menyelesaikan tugas- tugas yang dibebankan oleh dirisendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang dibebankan oleh
orang lain. Oleh karena itu, guru perlu mempertimbangkan pemberian
tugas yang sesuai dengan minat siswa sehingga siswa tidak merasa
terpaksa untuk mengerjakannya.
8) Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari luar
kadang- kadang diperlukan untuk merangsang minat belajar siswa.
9) Penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Guru perlu memahami dan mampu menerapkan
berbagai strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
10) Minat khusus yang dimiliki siswa akan sangat bermanfaat dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa manakala dihubungkan dengan
materi pelajaran yang akan disampaikan.
11) Kegiatan- kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat siswa yang
tergolong lamban, ternyata kurang bermanfaat untuk siswa yang tergolong
cepat belajar. Oleh karena itu, guru perlu memerhatikan kondisi siswa.
12) Tidak semua kecemasan berdampak negatif terhadap motivasi belajar
siswa. Guru hendaknya meningkatkan efektifitas pembelajaran.
13) Keadaan psikologis yang serius seperti kecemasan dan emosi yang berat
dapat menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar. Oleh karena itu guru
hendaknya selalu memperhatikan dan memahami siswa.
14) Tugas- tugas yang terlalu sulit untuk dikerjakan akan menyebabkan
frustasi pada siswa. Oleh sebab itu, guru perlu mempertimbangkan setiap
tugas yang diberikan kepada siswa.
15) Setiap siswa memiliki kadar emosi yang berbeda. Oleh karena itu, dalam
upaya mengembangkan motivasi siswa, guru perlu membina stabilitas
emosi setiap siswa.
16) Pengaruh kelompok sebaya pada umumnya lebih efektif dibandingkan
pengaruh orang dewasa dalam membangkitakan motivasi dalam belajar
bagi para remaja. Oleh karena itu dalam membimbing belajar, guru perlu
mengarahkan pada nilai- nilai kelompok.
17) Motivasi berhubungan dengan peningkatan kreativitas. Oleh karena itu,
setiap motivasi belajar yang dimiliki siswa dapat diarahkan untuk
membangkitkan kreativitas siswa.
Dapat diartikan bahwa dalam penerapan motivasi belajar untuk
memperoleh hasil pembelajaran yang optimal, perlu memperhatikan prinsipprinsip penerapan motivasi. Guru harus mempertimbangkan kesesuaian bahan
pelajaran dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan
serta pemahaman siswa.
B. KERANGKA BERPIKIR
Pendidikan adalah sebagai proses pemberian bimbingan terhadap anak
oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar
mencapai kedewasaan. Oleh sebab itu, peranan guru benar- benar ditantang
dengan terlaksananya pendidikan yang efektif bagi munculnya anak-anak
bangsa yang kreatif. Pendidikan di sekolah diharapkan dapat berfungsi
meningkatkan kreativitas siswa. Guru harus dapat menguasai berbagai teknik
dan model mengajar, mampu mengelola pembelajaran dan peka terhadap
perkembangan anak.
Pekerjaan mengajar di sekolah adalah pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus. Sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan potensi
anak yang sedang mengalami perkembangan, maka seorang guru harus benarbenar ahli dalam tugasnya. Melihat begitu beratnya beban yang harus dipikul,
sehingga seringkali dalam menjalankan tugasnya guru menghadapi banyak
problema. Diantara problema yang sering terjadi adalah problema dalam
kegiatan belajar mengajar.
Tugas guru terutama ketika akan mengajar diantaranya membuat
program semester dan tahunan, membuat satuan pembelajaran dan rencana
pembelajaran.
Tidak hanya ketika mengajar bahkan ketika berada dalam kelas,
seorang guru dihadapkan pada tugas seperti memberikan motivasi dan
apersepsi, melaksanakan proses belajar mengajar serta membimbing siswa
dalam pembelajaran. Tugas guru yang lainnya yaitu mengadakan penilaian,
pengadaan analisis hasil belajar, melaksanakan program perbaikan dan
mencatat kemajuan hasil belajar siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru dihadapkan pada
berbagai masalah diantaranya sulitnya dalam mengatur siswa, fasilitas yang
belum memadai, keadaan kelas yang selalu ribut dan sebagainya. Proses
belajar mengajar akan berjalan dengan baik apabila diantara guru dan siswa
memiliki hubungan timbal balik dalam suasana yang menyenangkan. Untuk
itu pengelolaan pembelajaran yang baik perlu dilakukan agar dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah.
Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut
menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar dan
pengajaran itu sendiri. Keduanya mempunyai hubungan yang saling
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Kemampuan mengatur proses
belajar mengajar yang baik, akan menciptakan situasi yang memungkinkan
anak belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa
dapat belajar dalam suasana yang wajar, menyenangkan tanpa tekanan dan
dalam kondisi yang merangsang untuk belajar.
Untuk mewujudkan suasana belajar yang menggairahkan perlu diisi
kegiatan- kegiatan yang juga menggairahkan siswa dalam belajar, selain itu
diisi dengan berbagai aktivitas yang bermakna dan dapat memberikan hasil
belajar yang produktif dan memuaskan. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pengelolaan pembelajaran agar motivasi belajar siswa dapat meningkat.
Motivasi adalah kekuatan yang tersembunyi di dalam diri yang
mendorong untuk mengarahkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga memperoleh hasil
atau mencapai tujuan.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil
yang baik. Motivasi belajar yang ada pada diri siswa tidak hanya timbul dari
dirinya sendiri tetapi lingkungan belajar juga dapat menentukannya.
Siswa akan dapat belajar di kelas bila didukung oleh tenaga pengajar
yang berkualitas. Sebagai seorang pengajar, guru harus dapat membawa
pembelajaran menjadi sesuatu yang bermakna bagi siwa. Oleh karena itu
seorang guru harus dapat melakukan pengelolaan terhadap pembelajaran agar
dari awal sampai akhir semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa menjadi
berguna baginya.
Pengelolaan
pembelajaran
dalam
kelas
ini
dapat
menjadikan
pembelajaran di kelas menjadi hidup, karena siswa dapat berperan aktif di
dalam pembelajaran untuk membangkitkan motivasi siwa dalam belajar.
Apabila di kelas dilakukan pengelolaan pembelajaran secara tepat, maka
pembelajaran akan berjalan sesuai yang diharapkan dan tentunya hasil belajar
siswa dapat memuaskan, tidak hanya memuaskan untuk siswanya sendiri
tetapi pihak sekolah pun akan merasa puas karena telah berhasil melakukan
kegiatan belajar mengajar dengan benar.
Dengan demikian diduga terdapat hubungan antara pengelolaan
pembelajaran dengan motivasi belajar siswa. Semakin baik pengelolaan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka akan semakin
meningkat motivasi belajar siswa. Sebaliknya bila semakin kurang baik
pengelolaan pembelajaran maka akan semakin membuat motivasi belajar
siswa menjadi rendah.
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Dikelola dengan baik
Pengelolaan
Pembelajaran
Dikelola kurang baik
Motivasi belajar
siswa meningkat
Motivasi belajar
siswa menurun
C. PENGAJUAN HIPOTESIS
Dari kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
Ho
: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa
Ha
: Terdapat hubungan yang signifikan antara pengelolaan
pembelajaran dengan motivasi belajar siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengelolaan kegiatan pembelajaran Geografi di SMA
Islamiyah
2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di
SMA Islamiyah
3. Untuk mengetahui hubungan pengelolaan pembelajaran dengan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di SMA Islamiyah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA ISLAMIYAH yang beralamat Jl.
Raya Mukhtar no.13b Sawangan Depok. Adapun waktu penelitiannya
berlangsung pada tanggal 18 Januari s.d. 20 Februari 2011.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk
metode survey, metode survey ini digunakan untuk memperoleh data/
informasi tentang kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut dan hubungannya
dengan motivasi belajar siswa.
D. Populasi dan Teknik Pengembilan Sampel
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat- syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.59
Populasi dalam penelitian ini adalah guru geografi dan siswa kelas XI IPS
SMA Islamiyah yang berjumlah 30 siswa. Populasi target dalam penelitian ini
adalah siswa/i kelas X dan XI yang berjumlah 169 orang, sedangkan populasi
terjangkaunya adalah siswa/I kelas XI yang berjumlah 30 orang. Hal ini
didasarkan atas alasan bahwa mereka dianggap telah memiliki pengetahuan
dan wawasan yang lebih luas tentang proses pembelajaran di sekolah tersebut
dibandingkan dengan kelas X. Di samping itu mereka sudah memiliki jurusan
pada kelas XI sehingga diasumsikan para siswa telah memikirkan
permasalahan tersebut dan sudah mampu menentukan sikapnya sendiri. Dan
dilihat dari nilai yang diperoleh kelas XI pada mata pelajaran geografi masih
belum memuaskan. Oleh karena itu menjadi daya tarik peneliti untuk meneliti
di kelas ini.
Pengambilan sampel dilakukan secara sampling purposive. Teknik
purposive di kenal juga sebagai sampling pertimbangan, terjadi apabila
pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan/
pertimbangan peneliti. Populasi yang digunakan sebanyak 30 siswa yang
dijadikan sampel penelitian juga adalah 30 siswa SMA Islamiyah Sawangan
Depok.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Angket; tekhnik ini digunakan untuk menggali data tentang persepsi siswa
terhadap cara atau metode guru dalam mengelola pembelajaran dan
motivasi belajar siswa.
2. Observasi;
tehnik
ini
digunakan
untuk
menggali
data
tentang
peristiwa/fenomena terhadap bentuk dan proses guru dalam mengelola
pembelajaran.
59
Drs. Riduwan, M.B.A, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti
Pemula,(Bandung: ALFABETA, 2009), Cet. Ke-9, h.54
3. Teknik Dokumentasi, Penulis mencatat data-data tentang sejarah sekolah,
visi dan misi sekolah, data siswa dan guru-guru, serta fasilitas berupa
sarana dan prasarana sekolah.
4. Wawancara ; tehnik ini digunakan untuk menggali dan mendalami data
yang diperoleh dari tehnik angket, observasi dan studi dokumentasi. Pada
wawancara ini, penulis berdialog langsung dengan guru geografi dan
dengan kepala sekolah untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan guru dan pengaruhnya terhadap peningkatan motivasi belajar
siswa sehingga diperoleh data dan informasi yang jelas.
F. Instrumen Penelitian
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yang pertama
variabel bebas (X) yaitu Pengelolaan Pembelajaran dan yang kedua adalah
variabel terikat (Y) yaitu Motivasi Belajar Siswa.
2. Definisi Konseptual
Definisi konseptual efektivitas pengelolaan pembelajaran adalah
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar
dalam menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, sehingga dapat
tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Definisi konseptual motivasi belajar adalah keseluruhan daya
gerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar tersebut dapat dicapai.
3. Definisi Operasional
Definisi operasional efektivitas pengelolaan pembelajaran adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam proses belajar
mengajar di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian
pembelajaran dan umpan balik yang memungkinkan kegiatan peengelolaan
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai..
Definisi operasional motivasi belajar adalah kekuatan tersembunyi
pada diri siswa yang mendorong dan menggerakkan siswa (baik dari dalam
diri sendiri maupun dari luar) yang ditandai dengan munculnya kebutuhan,
perasaan dan tujuan untuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari pengalaman.
4. Kisi- kisi Instrumen
Instrumen penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner yang
diberikan kepada masing-masing responden sebagai sampel penelitian. Dua
variabel yang telah diidentifikasikan disusun dalam butir-butir instrumen
yang berisi 60 item pertanyaan dengan alternative jawaban a, b, c dan d
yang dipisahkan dalam dua bagian. Pertama adalah yang menguraikan
efektivitas pengelolaan pembelajaran dan kedua adalah instrumen yang
mengukur motivasi belajar siswa. Seluruh variabel yang akan diteliti
menggunakan skala dari 1 sampai 4.
Selalu
=4
Sering
=3
Kadang- kadang
=2
Tidak pernah
=1
Adapun kisi- kisi pertanyaan angket yang penulis gunakan adalah
sebagai berikut:
Tabel 1
Kisi- kisi Angket
Variabel
Dimensi
Efektivitas
Pelaksanaan
Pengelolaan
Pembelajaran
Pembelajaran
Indikator

No Item
Menyampaikan tujuan 1
pembelajaran

Mempersiapkan alat/ 3
media pembelajaran

Ketepatan waktu

Penggunaan bahan
2
pelajaran dari sumber 7
lain

4,5,19,20,21
Kemampuan
dalam
guru
memulai
8,9,10,22,30
pembelajaran

Kemampuan
guru
dalam menyampaikan
11,27,28
materi

Kesesuaian
materi
pembelajaran dengan
metode

guru 6,12,15,18,
mengakhiri 24, 25,26,29
Kemampuan
dalam
pembelajaran
Penilaian

Pembelajaran
melakukan 13,14,16
Guru
evaluasi/
penilaian
pembelajaran
Tindak lanjut

Pembelajaran
melakukan 17
Guru
program remedial

Guru
Melakukan 23
program pengayaan.
Motivasi
Intrinsik

Belajar
untuk 1,2,4,14,16,
Keinginan
22,25
belajar

Senang
mengikuti 5,9,10,
pelajaran

Menyelesaikan tugas 3,17,18
tepat waktu

Mengembangkan
8
minat

Meningkatkan
6,11,12,15,
pengetahuan
24,26
Ekstrinsik

Belajar karena ingin 7,13,23
mendapat nilai bagus

Keinginan untuk lebih 19
pintar dan unggul dari
siswa lain

Belajar karena ingin 20,21,29,30
diperhatikan
atau
mendapat pujian

Senang
mengikuti 27,28
pelajaran hanya ketika
guru memakai variasi
metode
dan
alat
peraga
5. Uji Coba Instrumen
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.60 Instrument dikatakan valid
apabila instrument tersebut telah sesuai mengukur apa yang hendak
diukur.
Selain itu untuk mendapatkan instrument yang valid dilakukan
dengan uji coba. Dari hasil uji coba instrument diperoleh harga
koefisien korelasi antara jumlah skor setiap item (X), dengan jumlah
skor keseluruhan item (Y) dengan menggunakan korelasi produk
moment Pearson:
N  XY  ( X )(Y )
rxy =
60
{N  X
2
 ( X ) 2 }{N Y 2  (Y ) 2 }
Drs. Riduwan, M.B.A, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti
Pemula,(Bandung: ALFABETA, 2009), Cet. Ke-9, h.97
Keterangan :
rxy
: Angka indeks korelasi “r” product moment
N
: Number of Cases (Jumlah data)
∑xy
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑x
: Jumlah hasil skor X
∑y
: Jumlah hasil skor Y.61
Hasil perhitungan setiap butir tersebut akan dikonsultasikan
dengan “r” tabel, dengan ketentuan jika “r” hitung lebih besar dari “r”
tabel (rhitung > rtabel) maka butir tersebut dinyatakan valid dan dapat
digunakan untuk menjaring data yang dibutuhkan. Sebaliknya, jika “r”
tabel lebih besar “r” hitung maka variabel tersebut tidak valid dan tidak
dapat digunakan untuk menjaring data.
Berdasarkan data hasil uji coba validitas angket yang
disebarkan kepada responden sebanyak 10 orang siswa, diketahui
terdapat pernyataan yang valid yaitu:
Untuk variabel pengelolaan pembelajaran, item yang valid dari
30 butir pernyataan sebanyak 22 butir yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 29. Dan item yang
tidak valid sebanyak 8 butir pernyataan yakni nomor 10, 15, 16, 18, 21,
24, 28 dan 30.
Sedangkan untuk variabel motivasi belajar siswa item yang
valid dari 30 butir pernyataan ialah sebanyak 20 butir yaitu nomor 1,
3, 4, 5, 7, 9, 10, 12, 14, 15, 17, 18, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29. Dan
item yang tidak valid sebanyak 10 butir pernyataan yakni nomor 2, 6,
8, 11, 13, 16, 19, 20, 21 dan 30.
61
h. 206.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005),
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji
reliabilitas instrumen agar dapat dipercaya maka digunakan rumus
Alpha.
Langkah-langkah perhitungan reliabilitas instrumen kedua
variabel adalah sebagai berikut:62
1) Menghitung varians skor tiap- tiap butir dengan menggunakan
rumus:
∑X2 – (∑X)2
σ2 b =
N
N–1
2) Menjumlahkan varians semua butir dengan rumus
∑Si = S1 + S2+ S3 + S4 ….Sn
∑Si
= Jumlah varians semua item
S1,S2,S3,…Sn = varians item ke- 1,2,3, ….. n
3) Menghitung varians total dengan rumus:
∑Y2 – (∑Y)2
σ2 b =
N
N–1
4) Menghitung reliabilitas dengan rumus:
r11 =
k
1-
k–1
∑σ2b
∑σ2t
keterangan:
62
r11
: Reliabilitas
k
: Banyaknya butir pertanyaan
∑σ2b
: Jumlah varians butir
∑σ2t
: Jumlah varians total
Drs. Riduwan, M.B.A, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti
Pemula,(Bandung: ALFABETA, 2009), Cet. Ke-9, h.115- 116
Dalam perhitungan uji reliabilitas ini, item pernyataan yang
dihitung untuk menentukan jumlah total varians butir dan varians total
adalah item yang valid saja sedangkan item yang tidak valid tidak
dihitung.
G. Uji Prasyarat Analisis Data
Adapun teknik analisa data sebagai uji prasyarat adalah:
1. Uji Normalitas
Uji
normalitas
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji
Liliefors dengan menggunakan rumus:
LO = F (Zi) – S(Zi)
Keteranngan :
Lo
: Harga mutlak terbesar
F (Zi) : Peluang angka baku
S (Zi) : Proporsi angka baku
Untuk
mengetahui
apakah
sampel
berasal
dari
populasi
berdistribusi normal, maka nilai LO dikonsultasikan ke dalam tabel nilai
kritis L dengan taraf signifikansi 5%. kriteria pengujian populasi ini
dianggap berdistribusi normal jika harga Lhitung lebih kecil dari Ltabel (angka
kritis).
2. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk menguji apakah variabel X dan Y
memiliki hubungan yang linier. Uji linieritas menggunakan rumus regresi
Ŷ = α + bx. Nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
a=
(Y) (X) – (X) (XY)
N( X2 ) – (X)2
N (XY) – (X) (Y)
b=
N(X2 ) – (X)2
H. Teknik Pengolahan Data Dan Pengujian Hipotesis
1. Teknik Pengolahan Data
Untuk data angket akan diolah melalui proses:
a. Editing yaitu memeriksa instrument yang telah diisi tentang kebenaran
dan kelengkapannya, kemudian dikelompokkan sesuai dengan isinya.
b. Scoring yaitu menentukan skor hasil penelitian.
c. Tabulasi yaitu membuat tabel- tabel untuk memasukkan jawaban
responden yang kemudian dicari persentasenya untuk dianalisis.
2. Pengujian Hipotesis
Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya akan diolah
dengan menggunakan analisis statistik dengan menggunakan koefisien
korelasi product moment (rxy atau rhitung), guna membandingkan hasil
pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat diketahui kedudukan
suatu hipotesis, apakah hipotesis diterima atau ditolak.
Pada pengujian tahap pertama adalah mencari nilai koefisien
korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearsons
dengan rumus:
N  XY  ( X )(Y )
rxy =
{N  X
2
 ( X ) 2 }{N Y 2  (Y ) 2 }
Keterangan:
rxy
= Koefisien
korelasi antara variabel X dan Y
N
= Jumlah responden
∑
= Jumlah skor
X
= Variabel bebas
Y
= Variabel terikat
Data hasil observasi,studi dokumentasi dan wawancara digunakan
untuk melengkapi data kuisioner/angket.
I. Interpretasi Data
Untuk memberikan interpretasi data dalam penelitian ini digunakan
pedoman sebagai berikut:
1. Interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” Produk Moment secara
kasar/ sederhana, dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 2
Interpretasi Data
Besarnya “r” Produk
Interpretasi
Moment (rxy)
Antara variabel x dan variabel y terdapat hubungan
0,00- 0,20
sangat lemah/ sangat rendah.
Antara variabel x dan variabel y memang terdapat
0,20- 0,40
hubungan yang lemah atau rendah.
Antara variabel x dan variabel y memang terdapat
0,40- 0,70
hubungan yang sedang atau cukup
0,70- 0,90
Antara variabel x dan variabel y memang terdapat
hubungan yang kuat atau tinggi
Antara variabel x dan variabel y memang terdapat
0,90- 1,00
hubungan yang sangat kuat atau sangat tinggi
2. Interpretasi dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai “r” Produk Moment
(rt) dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degree of
freedom (df) yang rumusnya:
df
= N- nr
Keterangan:
df
= degree of freedom
N
= number of Cases
Nr
= banyaknya variabel yang dikorelasikan
Dengan diperolehnya df, maka dapat dicari besarnya “r” yang
tercantum dalam tabel nilai “r” Produk Moment.63
Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar
kontribusi variabel X terhadap variabel Y dipergunakan rumus sebagai
berikut:
KD= r2 x 100%
Keterangan:
KD : koefisien determinasi (kontribusi variabel X terhadap variabel Y)
r
63
: koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), Cet. ke-4, h. 194
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Wawancara
1. Variabel Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran mencakup proses perencanaan, pelaksanaan,
penilaian pembelajaran dan tindak lanjut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang study IPS Geografi
dan kepala sekolah, bahwa dalam persiapan pembelajaran, guru membuat
silabus dan RPP yang sesuai dengan kurikulum dan dilaporkan setiap awal
semester. RPP tersebut sudah mencakup dua semester, yang kemudian silabus
dan RPP tersebut dibukukan oleh guru bersama pihak sekolah.
Dalam pelaksanaan pembelajaran seorang guru harus memperhatikan
keterampilannya
dalam
membuka
pembelajaran,
menyajikan
(inti
pembelajaran) dan menutup pembelajaran. Agar tercipta proses pembelajaran
yang efektif, sehingga mutu pembelajaran meningkat.
Dari hasil wawancara, tentang keterampilan membuka pembelajaran
hal yang biasa dilakukan oleh guru IPS adalah menciptakan kesiapan mental
dan menarik perhatian siswa secara optimal, agar mereka memusatkan diri
sepenuhnya untuk belajar serta memancing keingintahuan siswa terhadap
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dalam hal menyajikan inti pembelajaran, guru IPS Geografi
menggunakan media globe dan peta, walaupun sebenarnya masih banyak lagi
jenis media yang dapat digunakan pada mata pelajaran tersebut. Banyak
kendala yang ditemukan di sekolah tersebut mengenai penyediaan media,
seperti kendala kurangnya dana dan kurangnya daya kreatif guru dalam
menggunakan media. Guru IPS Geogafi juga menggunakan metode yang
bervariasi dalam menyajikan materi seperti: metode ceramah, tanya jawab dan
persentasi gambar.
Selanjutnya dalam menutup pembelajaran, guru IPS Geografi terlebih
dahulu memberikan kesempatan untuk siswa menyimpulkan materi yang telah
dibahas, setelah itu baru guru yang menyimpulkan, tidak lupa menanyakan
materi yang belum dipahami dan memberikan tugas untuk dikerjakan di
rumah.
Dalam evaluasi pembelajaran, yang dilakukan untuk mengetahui
ketercapaian kompetensi siswa pada setiap selesai pembelajaran adalah
dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan seputar materi yang telah dibahas,
memberikan soal- soal latihan dan mengadakan ulangan harian.
Selanjutnya dalam hal tindak lanjut pembealajaran, guru IPS Geografi
mengadakan program remedial bagi siswa yang nilainya kurang dan
mengadakan program pengayaan bagi siswa yang nilainya diatas nilai ratarata.
2. Variabel Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar. Motivasi yang ada pada diri siswa terdiri dari
motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi IPS Geografi
bahwa motivasi yang terlihat pada setiap siswa di sekolah tersebut berbedabeda, banyak siswa yang memperhatikan dengan seksama ketika guru geografi
menjelaskan materi tetapi terkadang ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan. Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, guru geografi
berusaha keras bagaimana anak didiknya dapat memahami betul betapa
pentingnya mempelajari ilmu geografi, selain itu guru geografi juga
memberikan reward berupa penambahan nilai agar siswa dapat termotivasi
dalam belajar.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan di SMA Islamiyah Sawangan Depok,
bertujuan untuk melihat secara umum mengenai efektivitas pengelolaan
pembelajaran dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi.
Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
melalui angket, angket yang disebarkan berjumlah 42 butir soal yang valid dan
disebarkan pada 30 orang siswa SMA Islamiyah Sawangan Depok. Angket
tersebut terdiri dari 22 butir soal untuk variable X dan 20 butir soal untuk
variable Y. Untuk deskripsi data setiap variabel dapat dilihat pada uraian
sebagai berikut:
1. Variabel X (Pengelolaan Pembelajaran)
Pengelolaan pembelajaran merupakan variabel independent atau
dikenal dengan variable X. Data pengelolaan pembelajaran yang diperoleh
dari pengisian angket oleh responden sebanyak 30 siswa IPS kelas XI,
dapat diungkap dalam tabel berikut ini:
Tabel 3
Skoring Hasil Angket Pengelolaan Pembelajaran (Variabel X)
NO
Responden
Jumlah hasil angket
pengelolaan pembelajaran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
59
66
73
75
72
60
74
64
10
52
63
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
∑
42
64
66
48
44
69
70
71
65
55
55
58
64
61
66
73
56
66
68
62
1881
Berdasarkan data mengenai pengelolaan pembelajaran diperoleh skor
tertinggi 75 dan terendah 42, dengan rata-rata 62,70 dan simpangan baku
(standar deviasi) 8,66 dari jumlah sampel sebanyak 30 orang. Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
Distribusi frekuensi data Efektivitas Pengelolan Pembelajaran dapat
dilihat pada Tabel Distribusi Efektivitas Pengelolan Pembelajaran, dimana
rentang skor adalah 33 dengan banyak kelas interval 6 dan panjang kelas
adalah 6. Nilai interval kelas dari 42 sampai 77, dengan frekuensi absolut 30
dan relatif 100%. (proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5).
TABEL 4
DISTRIBUSI FREKUENSI
HASIL ANGKET PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Batas
Batas
Nyata
Nyata
Interval
bawah
Atas
Absolut
1
42 - 47
41,5
47,5
2
6,67
2
6,67
2
48 - 53
47,5
53,5
2
6,67
4
13,33
3
54 - 59
53,5
59,5
5
16,67
9
30
4
60 - 65
59,5
65,5
8
26,67
17
56,67
5
66 - 71
65,5
71,5
8
26,67
25
83,3
6
72 - 77
71,5
77,5
5
16,67
30
100
30
100
Kelas
No
Frekuensi
Jumlah
Untuk
mempermudah
Relatif
(%)
penafsiran
Kumulatif
Kumulatif
(%)
30
data
Efektivitas
Pengelolan
Pembelajaran, maka data digambarkan dalam bentuk grafik histogram, sebagai
berikut:
Gambar 1
Grafik Histogram Variabel Efektivitas Pengelolan Pembelajaran (X)
Frekuensi
8
7
6
5
4
3
2
1
41,5
47,5
53,5
59,5
65,5
71,5
77,5
Interval
Berdasarkan tabel Grafik Histogram, frekuensi kelas tertinggi variabel
efektivitas pengelolan pembelajaran yaitu terletak pada interval kelas ke-4 dan
5 dengan rentang nilai 59,5-71,5 dan frekuensi relatif kelas terendah yaitu
terletak pada interval ke-1 dan 2 dengan rentang nilai 41,5-53,5. (proses
perhitungan dapat dilihat pada lampiran 9).
Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari pengelolaan
pembelajaran dapat diperoleh dengancara sebagai berikut:
a. Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara ratarata skor pengelolaan pembelajaran dikurangi simpangan baku sampai
dengan rata-rata ditambah simpangan baku.
62,70 – 8,66 = 54,04
62,70 + 8,66 = 71,36
Jadi, untuk kategori sedang rentang nilainya 54,04 – 71,36
b. Menentukan rentang nilai untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada di
atas 71,36 sampai dengan skor tertinggi, yaitu 71,36 – 75.
c. Menentukan rentang nilai untuk kategori rendah yaitu dengan menentukan
skor yang berada di bawah 54,04 sampai skor terendah yang diperoleh.
Dengan demikian skor untuk kategori rendah berada antara 42 - 54,04.
Lebih jelasnya diinterpretasikan sebagai berikut:
No
Interval
Frekuensi
Persentase
Kategori
1
42-54,04
4
13,33%
Rendah
2
54,04-71,36
21
70%
Sedang
3
71,36-75
5
16,67%
Tinggi
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
pengelolaan pembelajaran (62,70) termasuk kategori sedang. Oleh karena itu
perlu adanya peningkatan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan
efektif dan lebih optimal.
Tabel 5
Analisis per dimensi Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran
Variabel
Dimensi
Pengelolaan pembelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
Penilaian
Tindak
lanjut
Jumlah Soal
18
2
2
Skor
1511
175
195
Rata-rata
83,9
87,5
97,5
Persentase Rata-rata
31,20%
32,54%
36,26%
Berdasarkan rata-rata hitung skor pengelolaan pembelajaran, dapat
dilihat bahwa dimensi pengelolaan pembelajaran yang paling tinggi adalah
tindak lanjut dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru geografi
Sedangkan dimensi pengelolaan pembelajaran yang paling rendah yaitu
pada pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu perlu diperhatikan
kembali dalam pelaksanaan pembelajaran, guru geografi harus lebih
optimal dalam pelaksanaan pembelajaran misalnya dengan menggunakan
metode baru dalam pembelajaran.
2. Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)
Motivasi Belajar merupakan variabel dependent atau dikenal dengan
variabel Y. Variabel Y diperoleh dari angket yang terdiri dari 20 butir
pertanyaan yang diberikan kepada 30 responden. Data selengkapnya terlihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 6
Skoring Hasil Angket Motivasi Belajar (Variabel X)
NO
Responden
1
2
3
4
5
6
Jumlah Hasil Angket Motivasi
Belajar Siswa
60
59
69
68
61
66
7
8
9
70
64
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
72
40
69
65
70
45
71
72
56
45
56
58
60
57
57
70
72
55
59
70
60
1867
∑
71
Berdasarkan dari hasil olah data penelitian diperoleh skor tertinggi 72
dan terendah 40, dengan rata-rata 62,23, standar deviasi sebesar 8,62 dan
jumlah sampel sebanyak 30 orang. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 8.
Distribusi frekuensi data motivasi belajar siswa dapat dilihat pada
Tabel Distribusi Motivasi Belajar, dimana rentang skor adalah 32 dengan
banyak kelas interval 6 dan panjang kelas adalah 6. Nilai interval kelas dari 40
sampai 75, dengan frekuensi absolut 30 dan relatif 100%. (proses perhitungan
dapat dilihat pada lampiran 10).
TABEL 7
DISTRIBUSI FREKUENSI
HASIL ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA
Kelas
Batas
Nyata
Batas
Nyata
Interval
Bawah
Atas
Absolut
1
40 - 45
39,5
45,5
3
10
3
10
2
46 - 51
45,5
51,5
0
0
3
30
3
52 - 57
51,5
57,5
5
16,67
8
26,67
4
58 - 63
57,5
63,5
7
23,33
15
50
5
64 - 69
63,5
69,5
6
20
21
70
6
70 - 75
69,5
75,5
9
63,33
30
100
30
100
Frekuensi
No
Jumlah
Relatif
kumulatif
kumulatif
(%)
(%)
Untuk mempermudah penafsiran data motivasi belajar siswa, maka
data digambarkan dalam bentuk grafik histogram, sebagai berikut
Gambar 2
Grafik Histogram Variabel Motivasi Belajar Siswa (Y)
Frekuensi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
39,5
45,5
51,5
57,5 63,5 69,5 75,5
Interval
Berdasarkan tabel Grafik Histogram, frekuensi kelas tertinggi variabel
motivasi belajar siswa yaitu terletak pada interval kelas ke-6 dengan rentang
nilai 69,5-75,5 dan frekuensi relatif kelas terendah yaitu terletak pada interval
ke-2 dengan rentang nilai 45,5-51,5. (proses perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 10).
Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari motivasi belajar
siswa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara ratarata skor motivasi belajar siswa dikurangi simpangan baku sampai dengan
rata-rata ditambah simpangan baku.
62,23 – 8,63 = 53,6
62,23 + 8,63 = 70,86
Jadi, untuk kategori sedang rentang nilainya 53,6 – 70,86
b. Menentukan rentang nilai untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada di
atas 70,86 sampai dengan skor tertinggi, yaitu 70,86 – 72.
c. Menentukan rentang nilai untuk kategori rendah yaitu dengan menentukan
skor yang berada di bawah 53,6 sampai skor terendah yang diperoleh.
Dengan demikian skor untuk kategori rendah berada antara 40 - 53,6.
Lebih jelasnya diinterpretasikan sebagai berikut
No
Interval
Frekuensi
Persentase
Kategori
1
40 - 53,6
3
10%
Rendah
2
53,6 - 70,86
22
73,33%
Sedang
3
70,86 - 72
5
16,66%
Tinggi
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
motivasi belajar siswa (62,23) termasuk kategori sedang. Dengan demikian,
perlu adanya peningkatan dalam memotivasi belajar siswa agar proses
pembelajaran menjadi sebuah proses yang menyenangkan dan siswa menjadi
termotivasi.
Tabel 8
Analisis per dimensi Motivasi Belajar Siswa
Variabel
Motivasi Belajar
Dimensi
Intrinsik
Ekstrinsik
Jumlah Soal
14
6
Skor
1369
498
Rata-rata
97,8
83
Persentase Rata-rata
54,09%
45,90%
Berdasarkan rata-rata hitung skor motivasi belajar siswa, dapat dilihat
bahwa dimensi motivasi belajar siswa yang paling tinggi adalah motivasi
intrinsik atau motivasi yang berada dari dalam diri siswa. Sedangkan
dimensi motivasi belajar siswa yang paling rendah yaitu pada motivasi
ekstrinsik. Karena salah satu motivasi ekstrinsik bagi siswa adalah guru,
maka guru geografi harus bisa memotivasi siswa agar tercipta suasana
belajar yang menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Pengujian Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas
Berdasarkan pengujian normalitas yang menggunakan uji Liliefors,
nilai kritis L (Ltabel) dari N = 30 dengan taraf signifikan 5% adalah 0,161.
Pada variabel X, nilai Lhitung
terbesar adalah 0,0930 (Lampiran 8),
sedangkan variabel Y diperoleh nilai Lhitung terbesar adalah 0, 1289
(Lampiran 9). Berdasarkan nilai Lhitung kedua variabel tersebut terlihat
bahwa Lhitung lebih kecil dari Ltabel (angka kritis), yang berarti bahwa
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Dengan demikian,
syarat distribusi normal dapat dipenuhi sebagai prasyarat untuk pengujian
dengan teknik korelasi product moment.
2. Uji Linearitas
Berdasarkan
pengujian
linearitas
menggunakan
uji
regresi
sederhana antara kedua variabel penelitian diperoleh persamaan Ŷ = 29,24
+ 0,53X (Lampiran 14). Persamaan tersebut digunakan untuk melihat
hubungan fungsional antara pengelolaan Pembelajaran dengan motivasi
belajar siswa. Adapun grafik persamaan Ŷ = 29,24 + 0,53X
Model Hubungan Antara Variabel X dengan Y Dapat Dijelaskan
Dalam Grafik berikut ini : Gambar 3. Garis Regresi Linier
Berdasarkan gambar diagram pencar di atas dapat dilihat bahwa
letak titik-titik regresi variabel X dan variabel Y terletak diantara sekitar
garis regresi, sehingga dapat diduga bahwa regresi linier.
D. Pengujian Hipotesis
Setelah data yang diperoleh dari jawaban responden dianalisis secara
deskriptif dengan menggunakan nilai presentasi frekuensinya, maka
selanjutnya akan dicari korelasi antara kedua variabel penelitian dengan
menggunakan rumus korelasi product moment. Dalam menggunakan
penghitungan angka indeks korelasi mengacu pada skor asli yang tertera
dibawah ini:
Tabel 9
Skor Angket Responden Variabel X dan Variabel Y
NO
X
Y
X2
Y2
XY
1
59
60
3481
3600
3540
2
66
59
4356
3481
3894
3
73
69
5329
4761
5037
4
75
68
5625
4624
5100
5
72
61
5184
3721
4392
6
60
66
3600
4356
3960
7
74
70
5476
4900
5180
8
64
64
4096
4096
4096
9
63
71
3969
5041
4473
10
52
72
2704
5184
3744
11
42
40
1764
1600
1680
12
64
69
4096
4761
4416
13
66
65
4356
4225
4290
14
48
70
2304
4900
3360
15
44
45
1936
2025
1980
16
69
71
4761
5041
4899
17
70
72
4900
5184
5040
18
71
56
5041
3136
3976
19
65
45
4225
2025
2925
20
55
56
3025
3136
3080
21
55
58
3025
3364
3190
22
58
60
3364
3600
3480
23
64
57
4096
3249
3648
24
61
57
3721
3249
3477
25
66
70
4356
4900
4620
26
73
72
5329
5184
5256
27
56
55
3136
3025
3080
28
66
59
4356
3481
3894
29
68
70
4624
4900
4760
30
62
60
3844
3600
3720
∑
1881
1867
120079
118349
118187
Setelah keseluruhan data dihitung maka dapat diketahui N= 30, ∑X=
1881, ∑Y= 1867, ∑X2 = 120079, ∑Y2 = 118349, ∑XY= 118187, maka dapat
dicari indeks korelasinya dengan menggunakan rumus product moment.
rxy =
N  xy  ( x) y 
N  x
2

  x N  y 2   y 
rxy =
√
3545610
64209
rxy =
√
33783
4159523229
rxy =
33783
64494.36587
2
2
x

3511827
64781
rxy = 0.523813197
Setelah melakukan penghitungan secara keseluruhan, maka hasil yang
didapatkan antara pengelolaan pembelajaran pada mata pelajaran geografi
dengan motivasi belajar siswa di SMA Islamiyah Sawangan Depok, diperoleh
angka indeks korelasi ”r” product moment sebesar 0.524. Hal ini berarti
terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y, hubungan tersebut
termasuk dalam kategori sedang pada rentang 0,40-0,70.
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah hubungan antara kedua variabel
tersebut signifikan atau tidak, maka nilai rhitung dibandingkan dengan rtabel.
Sebelum membandingkannya terlebih dahulu dihitung derajat kebebasannya
(degree of freedom) df = N – nr = 30 – 2 = 28 dari df sebesar 28 maka
diperoleh rtabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,374 sedangkan taraf
signifikan 1% sebesar 0,478. Kriteria pengajuan adalah jika rhitung ≥ dari rtabel
maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika rhitung ≤ rtabel maka Ha ditolak
dan Ho diterima. Ternyata rxy yang besarnya 0.524 adalah lebih besar dari rtabel,
baik pada signifikansi 5% maupun 1%. Karena rxy lebih besar dari rtabel, maka
hipotesis alternatif diterima, sedangkan hipotesis nihil ditolak. Hal ini berarti
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
Selanjutnya dilakukan analisis determinasi dari angka indeks korelasi
(rxy) product moment yang telah diperoleh dengan rumus:
KD = r2 x 100%
= (0.523813197)2 x 100%
= 27,44%
Dari penghitungan koefisien determinasinya sebesar 27,44%. Hal ini
menunjukkan
bahwa
variabel
X
(Pengelolaan
Pembelajaran)
mempengaruhi/memberi kontribusi terhadap variabel Y (motivasi belajar
siswa) hanya sebesar 27,44%. Adapun sisanya sebesar 72,56% adalah dari
faktor-faktor lain. Dapat dikatakan bahawa kontribusi dalam pengelolaan
pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi di
SMA Islamiyah Sawangan Depok termasuk dalam kategori cukup efektif.
Oleh karena itu perlu adanya peningkatan.
Intepretasi Nilai koefisien determinasi
Besar nilai r
Keterangan Intepretasi
75% – 100%
Sangat efektif
50% − 75%
Efektif
25% – 50%
Cukup efektif
5% − 25 %
Kurang Efektif
Dan hasil harga thitung yang lebih besar dari harga ttabel, kesimpulan yang
dapat ditarik adalah tinggi rendahnya motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran geografi dipengaruhi oleh pengelolaan pembelajaran yang baik.
Semakin baik pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru maka
semakin termotivasi seorang siswa untuk memahami mata pelajaran geografi.
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil penghitungan korelasi product moment antara
pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
geografi di SMA Islamiyah bahwa hipotesa penelitian (Ha) yang diajukan
dapat diterima. Dengan demikian, terdapat korelasi yang signifikan antara
efektivitas pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran geografi di SMA Islamiyah. Berdasarkan perhitungan yang
diperoleh dari koefisien korelasi (r) sebesar 5,24 dan diketahui bahwa harga
kritik ”r” pada taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 0,374 ini berarti rhitung >
rtabel.
Adapun kontribusi yang diberikan oleh variabel pengelolaan
pembelajaran terhadap variabel motivasi belajar siswa adalah 27,44% dan
sisanya 72,56%. Dari nilai tersebut dapat memberikan gambaran bahwa
pengelolaan pembelajaran memberikan dukungan terhadap motivasi belajar
siswa, disamping faktor-faktor yang lain. Oleh sebab itu, faktor pengelolaan
pembelajaran tidak dapat diabaikan begitu saja. Bagaimana pun, faktor ini
merupakan hal penting dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
F. Keterbatasan Penelitian
1. Banyak hal- hal diluar kemampuan peneliti yang tidak terjangkau, hal ini
sehubungan dengan keterbatasan tenaga, waktu, diaya dan pikiran peneliti,
sehingga memungkinkan penelitian ini menjadi kurang optimal.
2. Kuesioner atau angket yang dikembangkan untuk menjaring data tentang
efektivitas pengelolaan pembelajaran dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran geografi belum mengungkapkan
keseluruhan aspek yang diteliti, meskipun sudah diadakan ujicoba baik
validitas maupun realibilitas instrumen.
3. Pengambilan sampel yang terbatas, sehingga memungkinkan penelitian
tidak berlaku pada sampel lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan fokus penelitian, paparan data, hasil pembahasan dan temuan
penelitian, dapat penulis simpulkan bahwasanya efektivitas pengelolaan pembelajaran
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA Islamiyah Sawangan Depok
dapat dikatakan cukup efektif. Dengan kata lain guru bidang studi IPS Geografi
belum mampu mengelola pembelajaran secara efektif. Oleh karena itu perlu adanya
peningkatan pengelolaan pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan efektif, menyenangkan dan siswa menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Kepala sekolah harus dapat memotivasi guru dalam pengelolaan pembelajaran,
mungkin dengan memberikan bimbingan kepada guru geografi untuk selalu
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, atau mengadakan pelatihan
dalam pengelolaan pembelajaran seperti keterampilan guru dalam memulai
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan melakukan penilaian. Selain itu,
sebaiknya kepala sekolah menyediakan fasilitas agar guru mempunyai semangat
atau termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar, dengan adanya fasilitas tersebut
dapat mempermudah dalam penyampaian materi.
2. Guru lebih mengoptimalkan kemampuannya mengajar untuk dapat memotivasi
siswa dalam kegiatan belajar mengajar, terutama dalam memulai pembelajaran
sebaiknya guru memberikan apersepsi terlebih dahulu kepada siswa sebelum
menjelaskan materi pelajaran dan guru harus lebih berkreasi lagi dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa di kelas, antara lain dengan
menggunakan metode pengajaran yang bervariasi, penggunaan alat peraga yang
dapat menarik perhatian siswa serta teknik- teknik lainnya yang dapat lebih
mengaktifkan siswa.
3. Motivasi belajar siswa bukan hanya dipengaruhi oleh satu macam faktor saja, oleh
karena itu hendaknya pihak sekolah pada umumnya dan guru geografi pada
khususnya memperhatikan faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa tersebut dan harus adanya kerjasama dengan semua pihak yaitu
kepala sekolah, guru, siswa maupun orang tua siswa.
4. Siswa sebaiknya lebih meningkatkan lagi motivasi belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1991.
Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. I, 2005.
Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan, Jakarta:
CV. Rajawali, 1996.
Davies, Ivor K., Pengelolaan Belajar, Terj. Dari The Manajement of Learning
oleh Sudarsono Sudirdjo, Jakarta: Rajawali Pres, Cet. II, 1991.
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta:
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III,
2006.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Grasindo,
2002.
Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda
Karya, Cet. VIII, 2006.
Fathurrahman, Pupuh, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Refika Aditama,
2007.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VIII,
2008.
___________, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. IV, 2005.
Imron, Ali, Belajar dan Pembelajaran Jakarta : Pustaka Jaya, 1996.
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rosda Karya, Cet. III,
2007.
Mulyasa, E., Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2006.
___________,, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis,
Bandung: Rosdakarya, Cet. IV, 2007.
Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
Jakarta: Bumi Aksara, Cet.V, 2009.
Nasution, Didaktika Asas- asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 1995.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet.
XII, 2000.
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti Pemula,
Bandung: ALFABETA, 2009.
Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, PT. Rineka Cipta, Cet. II,
2004.
Sanjaya, Wina Pembelajaran dalam Implementasi
Kompetensi, Jakarta: Kencana, Cet. III, 2008.
Kurikulum
Berbasis
___________, Kurrikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, Cet. I, 2008.
___________, Pembelajaran dalam Implementasi
Kompetensi, Jakarta: Kencana, Cet. III, 2008.
Kurikulum
Berbasis
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 1986.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2005.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Penerbit
Quantum Teaching, Cet. I, 2005.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet.
XV, 2010.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1988.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan
Dosen, Bandung: Penerbit Fokus Media.
Uno Hamzah B., Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. II,
2007.
Yamin, Martinis Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung
Persada, Press, Cet. II, 2007.
ANGKET UJI COBA
Perihal
: Permohonan pengisian angket
Lampiran
: Satu Berkas
Judul
: “Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi di
SMA Islamiyah Sawangan Depok”
Kepada
Siswa- siswi kelas XI yang terhormat
Dalam
rangka
penyelesaian
karya
ilmiah/
skripsi,
saya
sangat
mengharapkan bantuan adik- adik untuk menjawab pernyataan dalam angket
secara objektif sesuai dengan kenyataan dilapangan.
Tujuan penyebaran angket ini adalah untuk mendapatkan informasi
tentang pengelolaan pembelajaran pada mata pelajaran geografi dan motivasi
belajar siswa dalam kelas di SMA Islamiyah Depok. Data yang adik- adik berikan
semata- mata digunakan hanya untuk penelitian dan tidak ada hubungannya
dengan nama baik atau hal- hal yang dapat merugikan berkenaan dengan tugas
adik- adik semua.
Setiap jawaban yang diberikan menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi
penelitian ini, atas bantuan dan partisipasinya, saya mengucapkan terima kasih
Berilah tanda (X) pada pertanyaan yang kalian anggap paling tepat!
Pengelolaan Pembelajaran
1. Guru geografi menyampaikan tujuan pembelajaran pada awal kegiatan belajar
mengajar
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
2. Guru geografi datang tepat pada waktunya
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
3. Guru geografi mempersiapkan alat atau media pembelajaran terlebih dahulu
sebelum melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
4. Guru geografi mengaitkan materi minggu lalu sebelum memulai pelajaran
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
5. Guru geografi memberikan tes awal sebelum mulai materi pembelajaran
a. Selalu
c. Sering
b.
d. Tidak pernah
Kadang- kadang
6. Guru geografi memberikan tes akhir setiap selesai pembelajaran
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
7. Guru geografi menyampaikan materi tidak terpaku pada satu sumber belajar
saja
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
8. Guru geografi menerangkan pelajaran menghubungkan dengan kenyataan saat
ini
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
9. Ketika menerangkan pelajaran, guru geografi memberikan perhatian yang
sama kepada semua siswa di dalam kelas
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
10. Guru geografi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah sendiri berdasarkan minat dan bakat
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
11. Guru geografi mengajar dengan menggunakan metode bervariasi sesuai
dengan materi pelajaran
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
12. Guru geografi memberikan kesimpulan dari materi yang telah diajarkan
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
13. Guru geografi melakukan penilaian/evaluasi sebelum memulai pembahasan
baru
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
14. Guru geografi memberikan tugas dengan petunjuk- petunjuk yang jelas dan
tidak menyulitkan
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
15. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
16. Setelah siswa menyelesaikan soal, guru georafi langsung memeriksa lembar
jawaban siswa
a. Selalu
c. sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
17. Guru geografi memberikan remedial bagi siswa yang nilainya kurang
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
18. Guru geografi memotivasi siwa untuk belajar
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
19. Sebelum kegiatan belajar- mengajar dimulai, guru geografi menata meja dan
kursi siswa.
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Guru geografi dalam proses pembelajaran melakukan kegiatan pembelajaran
yang menuntut siswa belajar secara perorangan
a. Selalu
c. sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak Pernah
21. Guru geografi menjelaskan manfaat mempelajari materi yang akan
disampaikan
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
22. Guru geografi memberikan penjelasan atau arahan kepada siswa yang kurang
memahami materi dengan baik
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
23. Guru geografi memberikan pengayaan bagi siswa yang nilainya diatas kriteria
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
24. Guru geografi memberikan tugas kepada siswa yang menuntut kreatifitas
siswa
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
25. Guru geografi memberikan penghargaan atau hadiah terhadap hasil kerja dan
prestasi siswanya
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
26. Guru geografi memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sesuai
dengan materi yang diajarkan
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
27. Guru geografi menggunakan dan memanfaatkan lingkungan (sekolah maupun
luar sekolah) sebagai sumber belajar.
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
28. Guru geografi memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan media
pembelajaran (peta dan globe) pada mata pelajaran geografi
a. Selalu
c. sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
29. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa
a. Selalu
c. sering
b. Kadang- kadang
d. tidak pernah
30. Guru bertindak sebagai teman bagi siswa dalam menghadapi setiap
permasalahan
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
Motivasi Belajar
1. Saya masuk kelas tepat waktu ketika ada pelajaran geografi
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
2. Saya membaca buku mata pelajaran geografi sebelum memulai pembelajaran
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
3. Saya senang dengan tugas- tugas yang diberikan oleh guru geografi dan
berusaha menyelesaikan dengan sebaik- baiknya
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
4. Saya membahas kembali di rumah pelajaran geografi yang diberikan di
sekolah
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
5. Saya memperhatikan dengan baik ketika guru geografi menerangkan materi
pelajaran
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
6. Saya bertanya kepada guru geografi ketika ada materi yang tidak dipahami
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
7. Saya mempunyai kemampuan yang tinggi untuk meraih prestasi pada mata
pelajaran geografi
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
8. Saya membaca buku geografi setiap ada waktu luang
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
9. Saya tidak mengabaikan pelajaran geografi di kelas sekalipun udaranya panas
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
10. Saya mencari tambahan pelajaran georafi melalui internet
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
11. Saya memperbaiki cara belajar tanpa menunggu arahan guru
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
12. Saya menyempatkan waktu membaca buku geografi di perpustakaan
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
13. Saya mentaati perintah guru untuk tekun belajar setiap hari
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
14. Saya tetap belajar di dalam kelas ketika guru geografi tidak datang, meskipun
teman- teman asyik atau menikmati kesibukannya
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
15. Saya mencatat informasi apapun yang ada kaitannya dengan pelajaran di
sekolah.
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
16. Saya belajar setiap hari atas kemauan saya sendiri
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
17. Saya berusaha menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) dengan sebaik- baiknya
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
18. Meskipun tugas- tugas yang diberikan oleh guru sangat sulit, saya berusaha
untuk mengerjakannya
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
19. Saya menyukai pengarahan dari guru sekalipun mengharuskan saya belajar
keras
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
20. Saya belajar karena agar diperhatikan oleh orang tua
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
21. Saya akan memberi tahu guru kalau saya kesulitan dalam menyerap pelajaran
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
22. Saya belajar keras agar prestasi saya melebihi prestasi teman- teman kelas
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
23. Saya hanya membaca buku pelajaran ketika ada ulangan
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
24. Saya berharap mendapat pujian atas prestasi yang saya capai
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
25. Saya berusaha hadir ketika pelajaran geografi berlangsung
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
26. Saya bertanya kepada teman jika tertinggal pelajaran geografi
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
27. Saya senang belajar jika guru menggunakan variasi metode
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
28. Semangat saya bertambah jika guru geografi menggunakan alat peraga atau
sarana dan prasarana yang ada di sekolah dalam pembelajaran
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
29. Saya termotivasi untuk belajar, jika guru geografi memperhatikan dan
memberikan arahan ketika saya kurang memahami materi dengan baik.
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
30. Semangat saya bertambah jika guru memberikan hadiah atau penghargaan
pada siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dalam
pembelajaran
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
Angket Penelitian
Perihal
: Permohonan pengisian angket
Lampiran
: Satu Berkas
Judul
: “Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi di
SMA Islamiyah Sawangan Depok”
Kepada
Siswa- siswi kelas XI yang terhormat
Dalam
rangka
penyelesaian
karya
ilmiah/
skripsi,
saya
sangat
mengharapkan bantuan adik- adik untuk menjawab pernyataan dalam angket
secara objektif sesuai dengan kenyataan dilapangan.
Tujuan penyebaran angket ini adalah untuk mendapatkan informasi
tentang pengelolaan pembelajaran pada mata pelajaran geografi dan motivasi
belajar siswa dalam kelas di SMA Islamiyah Depok. Data yang adik- adik berikan
semata- mata digunakan hanya untuk penelitian dan tidak ada hubungannya
dengan nama baik atau hal- hal yang dapat merugikan berkenaan dengan tugas
adik- adik semua.
Setiap jawaban yang diberikan menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi
penelitian ini. Atas bantuan dan partisipasinya, saya mengucapkan terima kasih
Berilah tanda (X) pada pertanyaan yang kalian anggap paling tepat!
Pengelolaan Pembelajaran
31. Guru geografi menyampaikan tujuan pembelajaran pada awal kegiatan belajar
mengajar
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
32. Guru geografi mempersiapkan alat atau media pembelajaran terlebih dahulu
sebelum melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar
c. Selalu
d. Kadang- kadang
c. Sering
d. Tidak pernah
33. Guru geografi datang tepat pada waktunya
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
34. Guru geografi menyampaikan materi tidak terpaku pada satu sumber belajar
saja
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
35. Guru geografi mengaitkan materi minggu lalu sebelum memulai pelajaran
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
36. Guru geografi memberikan tes awal sebelum mulai materi pembelajaran
c. Selalu
c. Sering
d.
d. Tidak pernah
Kadang- kadang
37. Sebelum kegiatan belajar- mengajar dimulai, guru geografi menata meja dan
kursi siswa.
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
38. Guru geografi menerangkan pelajaran menghubungkan dengan kenyataan saat
ini
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
39. Ketika menerangkan pelajaran, guru geografi memberikan perhatian yang
sama kepada semua siswa di dalam kelas
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
40. Guru Geografi dalam proses pembelajaran melakukan kegiatan pembelajaran
yang menuntut siswa belajar secara perorangan
c. Selalu
c. sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak Pernah
41. Guru geografi memberikan penjelasan atau arahan kepada siswa yang kurang
memahami materi dengan baik
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
42. Guru geografi mengajar dengan menggunakan metode bervariasi sesuai
dengan materi pelajaran
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
43. Guru geografi menggunakan dan memanfaatkan lingkungan (sekolah maupun
luar sekolah) sebagai sumber belajar.
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
44. Guru geografi memberikan kesimpulan dari materi yang telah diajarkan
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
45. Guru geografi memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sesuai
dengan materi yang diajarkan
a. Selalu
c. Sering
b. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
46. Guru geografi memberikan tes akhir setiap selesai pembelajaran
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
47. Guru geografi memberikan tugas dengan petunjuk- petunjuk yang jelas dan
tidak menyulitkan
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
48. Guru geografi memberikan penghargaan atau hadiah terhadap hasil kerja dan
prestasi siswanya
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
49. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa
c. Selalu
c. sering
d. Kadang- kadang
d. tidak pernah
50. Guru geografi melakukan penilaian/evaluasi sebelum memulai pembahasan
baru
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
51. Guru geografi memberikan remedial bagi siswa yang nilainya kurang
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
52. Guru geografi memberikan pengayaan bagi siswa yang nilainya di atas kriteria
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Motivasi Belajar
31. Saya masuk kelas tepat waktu ketika ada pelajaran Geografi
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
32. Saya membahas kembali di rumah pelajaran geografi yang diberikan di
sekolah
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
33. Saya tetap belajar di dalam kelas ketika guru geografi tidak datang, meskipun
teman- teman asyik atau menikmati kesibukannya
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
34. Saya memperhatikan dengan baik ketika guru geografi menerangkan materi
pelajaran
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
35. Saya tidak mengabaikan pelajaran geografi di kelas sekalipun udaranya panas
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
36. Saya berusaha hadir ketika pelajaran geografi berlangsung
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
37. Saya senang dengan tugas- tugas yang diberikan oleh guru geografi
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
38. Saya berusaha menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) dengan sebaik- baiknya
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
39. Jika tugas- tugas yang diberikan oleh guru geografi sangat sulit, saya berusaha
untuk mengerjakannya
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
40. Saya bertanya kepada guru geografi ketika ada materi yang tidak dipahami
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
41. Saya bertanya kepada teman jika tertinggal pelajaran geografi
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
42. Saya mencari tambahan pelajaran geografi melalui internet
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
43. Saya menyempatkan waktu membaca buku geografi di perpustakaan
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
44. Saya mencatat informasi apapun yang ada kaitannya dengan pelajaran
geografi di sekolah.
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
45. Saya hanya membaca buku pelajaran geografi ketika ada ulangan
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
46. Saya belajar keras agar prestasi saya melebihi prestasi teman- teman kelas
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
47. Saya termotivasi untuk belajar, jika guru geografi memperhatikan dan
memberikan arahan ketika saya kurang memahami materi dengan baik.
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
48. Saya berharap mendapat pujian atas prestasi yang saya capai
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
49. Saya senang belajar geografi jika guru geografi menggunakan variasi metode
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
50. Semangat saya bertambah jika guru geografi menggunakan alat peraga atau
sarana dan prasarana yang ada di sekolah dalam pembelajaran
c. Selalu
c. Sering
d. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
Berita Wawancara
Hari/ tanggal
: Senin, 31 Januari 2011
Wawancara dengan
: Kepala Sekolah SMA Islamiyah, Bapak Hilman Zulka‟id,
S.Ag
1. Bagaimana sejarah berdirinya SMA Islamiyah dan apa visi dan misi
sekolah ini?
Jawab:
SMA Islamiyah yang berstatuskan swasta didirikan pada tahun 1992, dengan
nomor statistik 304020517054 dan berdiri diatas tanah seluas 1300 m2 dibawah
naungan yayasan Darul Irfan Sawangan yang berdiri pada tahun 1967 oleh KH.
Ma‟mun.
Visi SMA Islamiyah Sawangan Depok:
“Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional dalam pelayanan dan
demokratis”
Misi Sekolah
1)
Sebagai fasilitator pendidikan
bagi
masyarakat
di
lingkungan
Sawangan dan sekitarnya
2) Merealisasikan tercapainya prestasi dan mutu pendidikan
3) Meningkatkan mutu pelayanan
4) Mengembangkan semangat kebersamaan dan kekeluargaan
2. Menurut Bapak bagaimana pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru geografi?
Jawab:
Pengelolaan yang dilakukan oleh guru geografi cukup baik, hal itu dapat terlihat
dalam pembelajaran guru sering memakai metode atau media yang bervariasi
ketika menyampaikan materi.
3. Sarana dan prasarana apa saja yang menjadi penunjang dalam
pembelajaran geografi dan bagaimana fasilitas yang ada untuk saat ini?
Jawab:
Kami menyediakan globe, peta, buku paket geografi, dan LCD. Fasilitas tersebut
masih dapat digunakan dan dapat mencukupi dalam kegiatan belajar mengajar.
Akan tetapi untuk LCD kami hanya mempunyai 1 sehingga masih belum
memadai dikarenakan dana yang tidak mencukupi.
4. Bagaimana persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru geografi?
Jawab:
Dalam persiapan pembelajaran, guru membuat silabus dan RRP yang dilaporkan
setiap awal semester dan RRP tersebut sudah mencakup dua semester.
5. Menurut Bapak bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
geografi di sekolah ini?
Jawab:
Cukup termotivasi, hal itu dapat terlihat dengan prestasi belajar anak didik yang
cukup memuaskan dalam mata pelajaran geografi tersebut.
Berita Wawancara
Hari/ tanggal
: Senin, 31 Januari 2011
Wawancara dengan
: Guru Mata Pelajaran Geografi, Ibu Briliantina Indrati,
S.Sos., M.Pd.
1. Bagaimana persiapan
pembelajaran geografi?
Jawab:
pembelajaran
yang
Ibu lakukan dalam
Saya membuat silabus dan RPP yang diserahkan setiap awal semester
dan sudah mencakup dua semester, kemudian dibukukukan oleh guru
dan pihak sekolah, untuk digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Apa yang Ibu lakukan sebelum memulai proses pembelajaran?
Jawab:
Sebelum memulai pembelajaran saya membahas tugas yang diberikan
sebelumnya dan melakukan pretest secara lisan terlebih dahulu kepada
siswa.
3. Dalam pelaksanaan pembelajaran, bagaimana cara Ibu menyajikan
materi pelajaran?
Jawab:
Dalam penyampaian materi/ menyajikan materi, biasanya saya
memberikan motivasi belajar untuk siswa,
4. Metode apa saja yang biasanya ibu gunakan dalam pembelajaran
geografi?
Jawab:
Banyak metode yang saya gunakan pada mata pelajaran geografi,
karena menurut saya tidak cukup dengan satu metode saja. Metode
yang saya gunakan diantaranya yaitu: metode ceramah, tanya jawab
dan persentasi gambar.
5. Media apa yang Ibu gunakan dalam pembelajaran Geografi?
Jawab:
Media yang saya gunakan pada mata pelajaran geografi adalah dengan
menggunakan globe dan peta.
6. Apa yang ibu lakukan setiap menutup pembelajaran?
Jawab:
Dalam menutup pembelajaran saya selalu memberikan kesimpulan
terhadap materi yang telah dibahas, mengadakan tanya jawab dan
memberikan tugas.
7. Bagaimana sistem penilaian yang Ibu lakukan?
Jawab:
Saya melakukan penilaian atau mengadakan evaluasi pada setiap
selesai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, memberikan
soal- soal latihan dan mengevaluasi ketika akan memulai materi baru,
apabila ada siswa yang nilainya masih kurang maka saya mengadakan
remedial dan memberikan pengayaan pada siswa yang nilainya diatas
rata- rata.
8. Bagaimana motivasi siswa ketika Ibu menjelaskan pelajaran geografi
di kelas?
Jawab:
Motivasi setiap siswa yang saya lihat berbeda- beda, banyak siswa
yang memperhatikan dengan seksama ketika saya menjelaskan materi
tetapi terkadang ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan seperti
yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya atau sibuk dengan
kegiatannya sendiri.
9. Faktor apa yang menjadi penghambat Ibu dalam mengajar geografi?
Jawab:
Banyak kendala atau kesulitan yang saya hadapi dalam mengajar
geografi, seperti keterbatasan sarana dan motivasi atau minat belajar
yang terlihat pada diri siswa terhadap pelajaran geografi sangat kurang.
10. Usaha apa yang Ibu lakukan dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran geografi?
Jawab:
Dalam meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran geografi
saya berusaha keras bagaimana anak didik saya dapat memahami betul
betapa pentingnya mempelajari ilmu geografi, selain itu saya juga
memberikan reward berupa penambahan nilai agar siswa dapat
termotivasi dalam belajar.
Lampiran 9
Proses Perhitungan untuk Menggambar Grafik Histogram
Variabel X ( Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran)
No. Tahapan untuk Menggambar Grafik Histogram
Data terbesar − Data terkecil
1. Menentukan Rentang
= 75- 42
= 33
= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 . log 30
2. Menentukan Banyak Kelas
= 1 + 3,3 . 1,477
= 5,8741
=
6 (dibulatkan)
Rentang
Banyak Kelas
3. Menentukan Panjang Kelas Interval
=
=
33
6
5,5
4. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
6 (dibulatkan)
Kelas
Batas
Batas
Nyata
Nyata
bawah
Atas
Absolut
Frekuensi
No
Interval
Relatif
(%)
Kumulatif
Kumulatif
(%)
1
42
-
47
41,5
47,5
2
6,67
2
6,67
2
48
-
53
47,5
53,5
2
6,67
4
13,33
3
54
-
59
53,5
59,5
5
16,67
9
30
4
60
-
65
59,5
65,5
8
26,67
17
56,67
5
66
-
71
65,5
71,5
8
26,67
25
83,3
6
72
-
77
71,5
77,5
5
16,67
30
100
30
100
Jumlah
30
Lampiran 10
Proses Perhitungan untuk Menggambar Grafik Histogram
Variabel Y ( Motivasi Belajar)
No. Tahapan untuk Menggambar Grafik Histogram
Data terbesar − Data terkecil
1. Menentukan Rentang
= 72- 40
= 32
= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 . log 30
2. Menentukan Banyak Kelas
= 1 + 3,3 . 1,477
= 5,8741
=
6 (dibulatkan)
Rentang
Banyak Kelas
3. Menentukan Panjang Kelas Interval
=
=
32
6
5,3
4. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
6 (dibulatkan)
Kelas
Batas
Batas
Nyata
Nyata
Bawah
Atas
Absolut
Frekuensi
No
Interval
Relatif
(%)
kumulatif
kumulatif (%)
1
40
-
45
39,5
45,5
3
10
3
10
2
46
-
51
45,5
51,5
0
0
3
30
3
52
-
57
51,5
57,5
5
16,67
8
26,67
4
58
-
63
57,5
63,5
7
23,33
15
50
5
64
-
69
63,5
69,5
6
20
21
70
6
70
-
75
69,5
75,5
9
63,33
30
100
30
100
Jumlah
Lampiran 11
Langkah-langkah Perhitungan Uji Normalitas dengan Uji Liliefors
1. Kolom (Y – Ŷ)
Data diurutkan dari nilai yang terkecil sampai terbesar
2. Kolom Zi
Zi
(Y-Ŷ)  (Y-Ŷ)
=
S
3. Kolom Zt
Dilihat dari Zi kemudian dikonsultasikan pada tabel daftar Liliefors.
Contoh : Z1 = -0,31 maka lihat pada baris 0,3 lalu kolom 1, maka didapat
Zt = 0,1217
4. Kolom F(Zi)
Jika (Zi) negatif maka 0,5 – Zt
Jika (Zi) positif maka 0,5 + Zt
5. Kolom S(zi)
Nomor responden
S(zi) =
Jumlah responden
1
Contoh : S(z1) =
= 0,0333
30
6. Kolom (Fzi – Szi)
Merupakan harga mutlak dari selisih F(Zi) dengan S(Zi)
Kelas : XI ( Sebelas ) IPS 1
Mata Pelajaran : GEOGRAFI.
Nilai Hasil belajar
No
Nama Peserta
KKM
Pengetahuan
Angka
Huruf
Praktik
Angka
Huruf
Sikap
Predikat
01
Aan Andiani Putri
63
B
02
Ade Mulya Rahmat
61
B
03
Ade Solahudin
73
B
04
Afrida Hidayat
73
B
05
Agita Putri Rahmadila
73
B
06
Arif Rahman H.
56
C
07
Arsri Maulina
70
B
08
Diki Damala
70
B
09
Dita Juliani
68
B
10
Ega Wahyuni
64
B
11
Egi Hermawan
74
B
12
Herni Yohana
70
B
13
Hudayatullol
74
B
60
14
Ibnu Arifiyandi
64
B
15
Ilham Akbar Fitrian
64
B
16
Imam Baihaqi Kholik
56
C
17
Khoirunnisa
72
B
18
Litpiko Aditriyadi
70
B
19
Nita Tri Utami K.
70
B
20
Pitriyah
70
B
21
Puput Amelia
70
B
22
Rahman Maulana
65
B
23
Rian Ardiansyah
65
B
24
Rizki Fadillah
62
B
25
Robito Alam
68
B
26
Royadi
56
B
27
Saepul Anwar
70
B
28
Siti Humairoh
68
B
29
Yuni Sri Nuraeni
66
B
30
Zeki Ramdhan
72
B
Sawangan, … Desember 2010
Guru Mata Pelajaran,
…………………………………..
Tanda tangan dan nama jelas
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
NAMA SEKOLAH
: SMA ISLAMIYAH
MATA PELAJARAN
: Geografi
KELAS
: XI
SEMESTER
: 1 ( satu )
TAHUN PELAJARAN : 2010 / 2011
ALOKASI WAKTU
I.
: 3 x pertemuan
STANDAR KOMPETENSI
Menganalisis fenomena biosfer dan antroposfer
II.
KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan Pengertian biosfer
III. MATERI PEMBELAJARAN
1.Biosfer dan Aspek Sebaran Flora dan Fauna
IV. INDIKATOR
1. Mendeskripsikan pengertian Biosfer
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
persebaran Flora dan fauna
3. Mengidentifikasi persebaran Flora dan Fauna di permukaan
bumi.
4. Menganalisis persebaran flora dan fauna di Indonesia
5. Menjelaskan hubungan persebaran flora dab fauna dengan
kondisi fisik di Indonesia
6. Mengidentifikasi kepunahan dan pelestarian flora dan fauna
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
VI.
LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan I
1. Guru menjelaskan pengertian biosfer
2. Siswa menjelaskan kembali pengertian dari biosfer berdasarkan
penjelasan guru dan dari sumber bahan ajar.
3. Guru menjelaskan faktor-faktor persebaran abiotik dan biotik
bagi flora dan fauna.
4. Siswa memahami faktor-faktor persebaran abiotik dan biotik
dengan menyebutkan faktor-faktor tersebut.
5. Guru menjelaskan persebaran flora di permukaan bumi
berdasarkan perbedaan iklim dan letak geografis.
6. Siswa mampu memberikan contoh-contoh persebaran flora
berdasarka iklim dan letak geografis di permukaan bumi.
Pertemuan ke II
1. Guru menjelaskan persebaran fauna di permukaan bumi berdasarkan
pembagian wilayah persebaran.
2. Siswa mengetahui persebaran fauna dengan memberikan contoh fauna di
wilayah Ethiopian, paleartik, Oriental, Neotropikal, neartik, dan
Australian dengan bantuan buku sumber dan peta.
3. Guru menjelaskan Persebaran flora di Indonesia berdasarkan faktor
geologi, iklim, dan topografi.
4. Siswa memahami hubungan persebaran flora dengan kondisi fisik di
Indonesia
5. Guru
menjelaskan
Persebaran
fauna
di
Indonesia
berdasarkan
pembagian wilayah fauna Asiatis, peralihan, dan Australis.
6. Siswa memahami hubungan persebaran fauna dengan kondisi fisik di
Indonesia
Pertemuan ke III
1. Guru menjelaskan hambatan persebaran flora dan fauna berdasarkan
faktor-faktor Iklim, edafik, geografis, dan biologis.
2. Siswa memahami hambatan-hambatan persebaran flora dan fauna
dengan membedakan unsur-unsur faktor penghambat dengan bantuan
buku sumber dan peta.
3. Guru Menjelaskan usaha-usaha pelestarian flora dan fauna.
4. Siswa memberika contoh upaya-upaya pelestarian flora dan fauna
dengan bantuan media massa, internet dan buku sumber.
5.
VII. SUMBER BELAJAR / ALAT / BAHAN
:
-
Alat
Tabel, Peta
-
Sumber
Buku geografi yang relevan, jurnal internet dan
artikel media cetak
VII.
PENILAIAN
1. Mengapa makhluk hidup sangat tergantung dengan lingkungan
sekitarnya?
2. Jelaskan pengaruh iklim dan edafik terhadap persebaran flora
dan fauna!
3. Sebutkan kharakteristik hewan di indonesia bagian timur!
4. Jelaskan akibat atau dampak dari penebangan hutan secara liar!
5. Bagaimana langkah-langkah melestarikan hutan!
Depok, Agustus 2010
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
NAMA SEKOLAH
: SMA ISLAMIYAH
MATA PELAJARAN
: Geografi
KELAS
: XI
SEMESTER
: 1 ( satu )
TAHUN PELAJARAN : 2010 / 2011
ALOKASI WAKTU
I.
: 3 x pertemuan
STANDAR KOMPETENSI
Menganalisis fenomena biosfer dan antroposfer
II.
KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan aspek kependudukan
III. MATERI PEMBELAJARAN
1. Natalis
2. Mortalitas
3. Migrasi
IV. INDIKATOR
1.
Menghitung tingkat kelahiran penduduk
2. Menghitung tingkat kematian penduduk
3. Menghitung pertumbuhan penduduk suatu wilayah
4. Menghitung proyeksi penduduk suatu wilayah
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
VI. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-1
1. Guru menjelaskan teknik menghitung tingkat kelahiran
2. Dengan bantuan tabel dan data siswa dapat menghitung CBR,
ASBR, dan GFR
3. Guru menjelaskan teknik menghitung tingkat kematian
4.
Dengan bantuan tabel dan data siswa dapat menghitung CDR,
ASDR, dan IMR
5. Dengan membaca berbagai referensi siswa dapat menjelaskan factor
yang menyebabkan tingkat kelahiran dan kematian di Indonesia
masih tinggi
6.
Melalui berbagai referensi siswa dapat menjelaskan pengertian pro
natalitas, anti natalitas, pro mortalitas, anti mortalitas, moral restrain,
transisi demografi
Pertemuan ke-2
1.
Guru menjelaskan beberapa teknik menghitung pertumbuhan
penduduk
2. Melalui berbagai referensi dan keterangan guru siswa dapat
menghitung pertumbuhan penduduk alami, social, aritmatik
3. Siswa menganalisis fenomena dinamika penduduk positif dan
negatif
4.
Dengan bantuan data siswa dapat menentukan proyeksi penduduk
secara geometric dan eksponensial
5. Siswa menjelaskan klasifikasi pertumbuhan penduduk suatu wilayah
6. Dengan berbagai referensi siswa dapat menjelaskan upaya mengatasi
pertumbuhan penduduk yang cepat
Pertemuan ke-3
1. Guru menjelaskan klasifikasi migrasi
2. Melalui berbagai referensi, siswa mampu menulis laporan tentang
pengertian transmigrasi, macam, tujuan, dan hambatan, serta upaya
menggalakkan transmigrasi
3. Melalui berbagai referensi siswa dapat menulis laporan tentang
pengertian urbanisasi, factor pendorong, factor penarik, dampak dan
upaya mengatasinya
VII. SUMBER BELAJAR / ALAT / BAHAN
:
-
Alat
: Tabel, Peta
-
Sumber
: Buku geografi yang relevan, majalah, koran,
internet
VIII. PENILAIAN
Pertemuan ke-1
1. Jelaskan teknik menghitung tingkat kelahiran!
2. Tentukan CDR, jika jumlah kelahiran 50,.000 dan jumlah penduduk
200.000 jiwa!
3. Hitunglah ASFR, jika penduduk wanita usia 20-30 tahun 100.000
orang, jumlah kelahiran dari wanita tersebut 5000 jiwa!
4. Hitunglah GFR, jika penduduk Indonesia tahun 1964 sebesar
97,634.000 orang sedang jumlah penduduk wanita gologan umur 1544/49 tahun itu sebesar 30.531.000 jiwa dengan kelahiran 2.982.000
jiwa!
5. Hitunglah CDR, jika jumlah penduduk Indonesia tahun 1980 adalah
147,5 juta sedang kematian dalam satu tahun 1.800.000!
6. Hitunglah ASDR jika jumlah penduduk usia 64-75 tahun pada
pertengahan tahun 1982 sebanyak 20.000 orang, jumlah kematian
sebanyak 900 orang per tahun!
7. Hitunglah IMR jika jumlah bayi lahir hidup pertahun 8.000 jiwa dan
jumlah yang meninggal 400 orang per tahun!
8. Jelaskan factor yag mempengaruhi tingkat kelahiran dan kematian di
Indonesia yang masih tinggi!
9. Jelaskan upaya mengatasi pertumbuhan penduduk yang masih cepat!
Pertemuan ke-2
1. Hitung prosentase pertumbuhan penduduk alami jika jumalh
kelahiran 25 per 1000 penduduk dan jumlah kematian 5 orang per
1000 penduduk
2. Berapa prosentase pertumbuhan social jika jumlah kelahiran 25,
jumlah kematian 5, imigran 25, orang yang ber imigrasi 10 orang
dari 1000 penduduk?
3. Hitunglah jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 secara aritmatik
jika tahun 1990 berjumlah 179,3 juta dengan r 1,97%
4. Berapa jumlah penduduk Indonesia tahun 2006, jika tahun 2000
jumlah penduduk Indonesia 206,2 juta dengan r 1,97%?
5.
Apa yang dimaksud dinamika penduduk positif dan negatif?
6. Jelaskan klasifikasi migrasi!
Pertemuan ke-3
1. Jelaskan klasifikasi migrasi!
2. Buatlah laporan atau makalah tentang pengertian transmigrasi,
macam,
tujuan
dan
hambatan,
serta
upaya
menggalakkan
transmigrasi
3. Buatlah laporan atau makalah tentang pengertian urbanisasi, factor
pendorong, factor penarik, dampak dan upaya mengatasinya
Depok, Agustus 2010
Nama Sekolah
: SMA ISLAMIYAH
Mata Pelajaran
: Geografi
Kelas / Jurusan
: XI / IPS
Semester
: 1 ( satu )
Alokasi Waktu
: 54 x 40 menit
Standar Kompetensi
: 1. Menganalisis fenomena biosfer dan antrosfer
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
(menit)
1.1
Menjelaskan
pengertian
fenomena
biosfer


Pengertian
fenomena biosfer
Factor-faktor
berpengaruh
terhadap
keberadaan
dan fauna
yang
flora


Secara individu menganalisis
kembali pengertian fenomena
biosfer dari berbagai referensi

Secara kelompok, diskusi
tentang factor-faktor yang
berpengaruh
terhadap
keberadaan flora dan fauna

Mendeskripsikan
pengertian
fenomana geosfer
Jenis tagihan :
Tugas individu
Tugas kelompok
Mengidentifikasi
factor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
keberadaan
flora
dan fauna
Test tertulis
2 x 40
Sumber /
Bahan / Alat
Sumber :
Polunin, Nicholas
(1990) Pengantar
Geografi Tumbuhan
Yogyakarta : Gajah
Mada
Universuty
Press
Bentuk tagihan :
Laporan kerja
kelompok
Laporan kerja
individu
Bahan/Alat :
Gambar-gambar
tentang
biosfer
(kliping)
CD
Pembelajaran
(interaktif) biosfer
1.2
Menganalisis
sebaran
hewan dan
tumbuhan



Kompetensi Dasar
Persebaran hewan
dan tumbuhan dunia
Persebaran hewan
dan tumbuhan di
Indonesia
Hubungan sebaran
hewan
dan
tumbuhan
dengan
kondisi
fisik
lingkungannya.



Materi Pembelajaran
Menganalisis
persebaran
hewan dan tumbuhan dunia
pada peta

Mengidentifikasi
sebaran hewan dan
tumbuhan
di
permukaan bumi
Jenis tagihan :
12 x 40
Tugas individu
Polunin, Nicholas
(1990) Pengantar
Geografi Tumbuhan
Yogyakarta : Gajah
Mada
Universuty
Press
Tugas kelompok
Menganalisis
hewan dan
Indonesia
persebaran
tumbuhan di
Secara
kelompok,
mendeskripsikan hubungan
sebaran
hewan
dan
tumbuhan dengan kondisi
fisik lingkungannya

Menganalisis
persebaran hewan
dan tumbuhan di
Indonesia
Test tertulis
Bentuk tagihan :

Kegiatan Pembelajaran
Menyimpulkan
hubungan sebaran
hewan
dan
tumbuhan
Indikator
Bahan/Alat :
Laporan kerja
kelompok
Gambar-gambar
tentang
biosfer
(kliping)
Laporan kerja
individu
Penilaian
Alokasi
Waktu
(menit)

Dampak kerusakan
hewan
dan
tumbuhan terhadap
kehidupan

Secara
kelompok,
mengidentifikasi
dampak
kerusakan
hewan
dan
tumbuhan
terhadap
kehidupan
dari
berbagai
literatur
Sumber :
kondisi fisik dengan
lingkungannya

Membuat
laporan
tentang
dampak
kerusakan
hewan
dan
tumbuhan
terhadap
Sumber /
Bahan / Alat
CD Pembelajaran
(interaktif) biosfer
keberadaan
kehidupan
1.3
Menjelaskan
pengertian
fenomena
antroposfer


Antroposfer
1).
penduduk
Kualitas
- sensus penduduk
- jenis-jenis sensus
- komposisi
penduduk menurut
umur
- komposisi
penduduk menurut
jenis kelamin
- sex ratio
- dependency ratio




2). Kualitas penduduk
- tingkat pendidikan
- tingkat kesehatan
1.4
Menganalisis
aspek
kependudu
kan

Aspek
kependudukan
Natalitas


Moralitas
Migrasi
Secara individu, menjelaskan
perbedaan
sensus
dan
registrasi
penduduk
dari
berbagai referensi
Secara
individu,
mengidentifikasi
jenis-jenis
sensus dari berbagai sumber
relajar
Secara
kelompok,
menganalisis
komposisi
penduduk berdasarkan umur
dan jenis kelamin dari data
yang tersaji di LKS
Secara kelompok menghitung
sex ratio dan dependency
ratio
Secara
individu
mengidentifikasi
tinggi
rendahnya kualitas pensusuk
berdasarkan
tingkat
pendidikan dan kesehatan
dari hasil pencatatan data di
lapangan

Menghitung tingkat kelahiran
penduduk dari data hasil
pencatatan di lapangan
Menghitung tingkat kematian
penduduk dari data hasil
pencatatan dilapangan
Menjelaskan
perbedaan sensus
penduduk
dan
registrasi penduduk
Jenis tagihan :
Tugas individu
Tugas kelompok

Mengidentifikasi
jenis-jenis sensus
Test tertulis

Menganalisis
komposisi penduduk
berdasarkan
umur
dan jenis kelamin
Bentuk tagihan :

Menghitung sex ratio
dan
dependency
ratio

Mengidentifikasi
tinggi
rendahnya
kualitas
penduduk
berdasarkan tingkat
pendidikan
dan
kesehatan

Menghitung tingkat
kelahiran penduduk
Laporan individu
Laporan
kelompok
Jenis tagihan :
Tugas individu

Menghitung tingkat
kematian penduduk
Tugas kelompok
Test tertulis
8 x 40
Sumber :
Daldjoni (1997)
Masalah
Kependudukan
dalam Fakta dan
Angka Bandung
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
(menit)
Sumber /
Bahan / Alat
Alumni







Menghitung
pertumbuhan
penduduk satu wilayah yang
datanya tersaji di LKS
Menghitung
proyeksi
penduduk satu wilayah yang
datanya tersaji dalam LKS
Menghitung
proyeksi
penduduk suatu wilayah yang
datanya tersaji dalam LKS
Secara
berkelompok
membuat peta penyebaran
penduduk, tabel penduduk
dan grafik penduduk yang
tersaji dalam LKS
Secara
kelompok
mengidentifikasi
factor
pendorong
dan
penarik
terjadinya urbanisasi (Misal :
masyarakat Wonogiri)
Secara
kelompok,
mengumpulkan
data
kependudukan dari 4 RT dari
kelurahan
masing-masing
siswa
Secara kelompok mengolah
data kependudukan dari hasil
pengamatan di 4 RT ke dalam
tampilan peta, tabel, dan
grafik


Menghitung
pertumbuhan
penduduk
wilayah
Bentuk
instrumen:
suatu
Menghitung proyeksi
penduduk
suatu
wilayah

Menyajikan informasi
kependudukan
melalui peta tabel da
grafik/diagram

Mengidentifikasi
factor-faktor
pendorong
dan
penarik
terjadinya
urbanisasi

Menyajikan informasi
kependudukan
melalui peta, tabel
dan grafik
Uraian
berstruktural
Laporan individu
Laporan
kelompok
tentang data
kependudukan
Katili JA (1983)
Sumber daya alam
untuk
pembangunan
nasional. Jakarta :
Ghalia Indonesia
Download