BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRODUKTIVITAS KERJA 1

advertisement
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PRODUKTIVITAS KERJA
1. Pengertian produktivitas kerja
Produktivitas kerja sebenarnya mencakup tentang suatu sikap
mental yang selalu mempunyai pandangan kehidupan mengenai
pelaksanaan produksi didalam suatu perusahaan dimana dalam
memproduksi untuk hari ini diharapkan lebih baik dari hari kemarin
begitu juga sistem kerjanya. Seseorang selalu mencari perbaikanperbaikan dengan berfikir dinamis, kreatif serta terbuka.
Pengertian dari produktivitas, berikut ini pembahasan yang
dikemukakan oleh Sukamto (1995), dalam bukunya yang berjudul
manajemen produksi replasi menyatakan bahwa : “Produktivitas adalah
nilai output dalam hubungan dengan suatu kesatuan input tertentu.
Peningkatan produktivitas yang berarti jumlah sumber daya yang
digunakan dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksi semakin
meningkat dan membaik”. Sedangkan menurut Moekijat (1999),
produktivitas adalah “Perbandingan jumlah keluaran (output) tertentu
dengan jumlah masukan (input) tertentu untuk jangka waktu tertentu”.
Dewan Produktivitas Nasional Indonesia telah merumuskan
definisi produktivitas secara lengkap yaitu sebagai berikut(umar, 2002):
a. Produktivitas pada dasarnya merupakan suatu sikap mental yang
selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih
baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
b. Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan
antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya
yang digunakan (input).
7
c. Produktivitas mempunyai dua dimensi, yaitu efektivitas yang
mengarah pada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu
pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan
waktu. Yang kedua efisiensi yang berkaitan dengan upaya
membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Menurut L. Greenberg dalam Sinungan (2009), mendefinisikan
produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada
waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.
Produktivitas juga diartikan sebagai perbandingan ukuran harga bagi
masukan dan hasil, perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan
masukan yang dinyatakan dalam satu – satuan (unit) umum.
Kesimpulan dari uraian diatas bahwa produktivitas adalah : suatu
ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang dibutuhkan. Perawat
memegang peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas,
karena alat produksi dan teknologi pada hakikatnya merupakan hasil
karya
manusia.
Produktivitas
perawat
mengandung
pengertian
pernbandingan hasil yang dicapai perawat dengan jangka waktu
tertentu.
2. Meningkatkan produktivitas
Menurut Hanafi dalam Rosa (2001), terdapat beberapa cara yang
digunakan untuk meningkatkan produktivitas yaitu: a). meningkatkan
operasional : dapat dilakukan dengan meningkatkan riset dan
pengembangan, sehingga organisasi dapat menghasilkan ide produk
baru maupun metode - metode operasi yang lebih baik; b).
meningkatkan keterlibatan karyawan, dapat meningkatkan komitmen
dan semangat kerja. Keterlibatan juga menjadi dasar pengendalian
kualitas kerja dari karyawan. Balai pengembangan produktivitas daerah
dalam Umar (2000), mengatakan ada enam faktor utama yang
8
menentukan produktivitas tenaga kerja, yaitu: a). sikap kerja; b). tingkat
ketrampilan; c). hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan; d).
manajemen produktivitas; e). efisiensi tenaga kerja; f). kewiraswastaan.
Ranftl dalam Timpe (2000), menyatakan ada tujuh kunci untuk
mencapai produktivitas dan kreatifitas yang tinggi yaitu: a). keahlian,
manajemen yang bertanggung jawab; b). kepemimpinan yang luar
biasa; dari semua faktor, kepemimpinan manajerial memiliki pengaruh
terbesar dalam produktivitas; c). kesederhanaan organisasional dan
operasional; susunan organisasi harus diusahakan agar sederhana, luwes
dan dapat disesuaikan dengan perubahan; d). kepegawaian yang efektif;
e). tugas yang menantang; f). perencanaan dan pengendalian tujuan; g).
pelatihan manajerial khusus.
3. Ciri – ciri pegawai yang produktif
Ranftl dalam Timpe (2000), mengemukakan ciri – ciri pegawai
yang produktif sebagai berikut; a). lebih dari memenuhi kualifikasi
pekerjaan; kualifikasi pekerjaan dianggap hal yang mendasar, karena
produktivitas tinggi tidak mungkin tanpa kualifikasi yang benar; b).
bermotivasi tinggi; motivasi sebagai faktor kritis, pegawai yang
bermotivasi berada pada jalan produktivitas tinggi; c).
mempunyai
orientasi pekerjaan positif; sikap seseorang terhadap tugasnya sangat
mempengaruhi kinerjanya, faktor positif dikatakan sebagai faktor utama
produktivitas
pegawai;
d).
dewasa;
pegawai
yang
dewasa
memperlihatkan kinerja yang konsisten dan hanya memerlukan
pengawasan minimal; e). dapat bergaul dengan efektif; kemampuan
untuk menetapkan hubungan antar pribadi yang positif adalah aset yang
sangat meningkatkan produktivitas.
Sudarmayanti dalam Umar (2000), mengutip tentang ciri – ciri
individu yang produktiv dari Erich dan Gilmore, yaitu : a). tindakan
konstruktif; b). percaya diri; c). mempunyai rasa tanggung jawab; d).
memiliki rasa cinta terhadap pekerjaannya; e). mempunyai pandangan
9
kedepan; f). mampu menyelesaikan persoalan; g). dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang berubah; h). mempunyai konstribusi
positif
terhadap
lingkungan;
i).
mempunyai
kekuatan
untuk
mewujudkan potensinya
4. Pengukuran produktivitas
Untuk mengukur produktivitas sering kali tidak dapat dilihat dan
sulit untuk diukur, menggunakan teknik – teknik pengukuran yang
dapat diketahui suatu produktivitas, untuk itu akan dikemukakan
beberapa cara untuk mengukur produktivitas kerja yaitu : Ilyas (1999),
mengemukakan pengukuran produktivitas dengan dua cara : “physical
productivity” dan “value productivity”. Yang dimaksud dengan
pengukuran physical productivity adalah pengukuran produktivitas
secara kuantitatif dengan unit pengukuran dapat berupa ukuran (size),
panjang, jumlah unit, berat, waktu dan jumlah sumber daya manusia.
Sedangkan value productivity adalah pengukuran produktivitas dengan
menggunakan nilai uang sebagai tolak ukur sehingga tingkat
produktivitas dikonversi kebentuk rupiah.
Hanson dalam Swansburg dan Swansburg (1999), menyatakan
bahwa produktivitas dapat diukur dengan menghitung jumlah jam kerja
perawat pada pasien per hari. Model lain menurut Curtin Swansburg
dan Swansburg (1999), bahwa produktivitas dalam keperawatan
dihubungkan dengan penerapan ilmu pengetahuan. Produktivitas
professional dapat diukur dari kemanjuran (efficacy), efektifitas dan
efisiensi dalam menerapkan pengetahuannya. Curtin menunjukkan
bahwa proses ini dapat diukur secara obyaktif, sebagai berikut:
a. Tujuan pengukuran kemanjuran (efficacy); masa pendidikan formal,
penghargaan
akademis,
keterangan
melanjutkan
pendidikan
ketrampilan serta pengalaman.
b. Tujuan pengukuran efektifitas; menunjukkan kemampuan dalam
melaksanakan prosedur, ketepatan memprioritaskan kegiatan,
10
penampilan kerja secara profesional dan sesuai dengan standar,
memberikan informasi yang jelas dan tepat pada orang lain, serta
mampu bekerja sama dengan orang lain.
c. Tujuan pengukuran efisiensi; sikap yang cepat tanggap, kehadiran,
tahan uji, ketelitian, dapat beradaptasi dan secara ekonomis dapat
melakukan penghematan.
5. Faktor - faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja
Reputasi rumah sakit merupakan unsur pokok yang tercermin pada
kemampuan rumah sakit untuk memuaskan kebijakan kompensasi,
perhatian terhadap kesejahteraan karyawan dan sebagainya. Disamping
masih sedikitnya yang terampil dan berpengalaman menyulitkan
kegiatan rumah sakit. rumah sakit harus bersaing untuk mendapatkan
perawat yang qualified. Padahal perawat ahli atau spesifikasi dibidang
tertentu kebanyakan tidak bersedia ditempatkan disembarang lokasi.
Karena itu rumah sakit perlu menawarkan kebijakan kompensasi yang
impresif.
Hasibuan (2001), mengatakan bahwa pendidikan, pelatihan dan
motivasi kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sinungan
(1997), mengatakan salah satu untuk mendorong peningkatan
produktivitas adalah melalui peningkatan ketrampilan. Hal ini bertujuan
agar setelah pelatihan seorang mampu mengemban tugas dan pekerjaan
sebaik mungkin sehingga pada akhirnya dapat mendorong kemajuan
setiap usaha.
Hariandja (2002), mengatakan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi produktivitas adalah: kemampuan; kecakapan yang
dimiliki
berdasarkan
pengetahuan,
lingkungan
kerja
yang
menyenangkan menambah kemampuan tenaga kerja. Sikap; yang
menyangkut perangai tenaga kerja yang banyak dihubungkan dengan
moral dan semangat kerja. Situasi dan keadaan lingkungan; faktor ini
menyangkut fasilitas dan keadaan dimana semua karyawan dapat
11
bekerja dengan tenang serta sistem kompensasi yang ada. Motivasi; tiap
tenaga kerja perlu diberikan motivasi dalam usaha meningkatkan
produktivitas. Upah; upah atau gaji minimum yang tidak sesuai dengan
peraturan pemerintah dapat menyebabkan penurunan produktivitas
kerja. Tingkat pendidikan; latar belakang pendidikan dan latihan dari
tenaga kerja akan mempengaruhi produktivitas, karena perlu diadakan
peningkatan pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja. Perjanjian kerja;
merupakan alat yang menjamin hak dan kewajiban karyawan sebaiknya
ada unsur – unsur peningkatan produktivitas kerja. Penerapan
teknologi; kemajuan teknologi sangat mempengaruhi produktivitas,
karena itu penerapan teknologi harus berorientasi mempertahankan
produktivitas.
Rivianto dalam Sinungan (2009), produktivitas tenaga kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungan dengan tenaga
maupun faktor – faktor lain seperti: pendidikan dan ketrampilan, karena
pada dasarnya pendidikan dan latihan meningkatkan ketrampilan kerja;
ketrampilan fisik dipengaruhi oleh gizi dan kesehatan dimana faktor
gizi dan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat penghasilan; penggunaan
sarana – sarana produksi alat yang digunakan (manual, semi manual,
mesin), teknologi dan lingkungan kerja; kemampuan manajerial
menggerakan dan mengarahkan tenaga kerja dan sumber – sumber yang
lain, serta kesempatan yang diberikan.
Menurut Sinungan (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan adalah sebagai berikut:
a. Manusia
1) Kuantitas
2) Tingkat kelahiran
3) Latar belakang kebudayaan dan pendidikan
4) Kemampuan, sikap
5) Minat
6) Struktur pekerjaan
12
b. Modal
1) Modal tetap (mesin, gedung, alat)
2) Bahan baku
3) Metode atau proses
4) Tata ruang tugas
5) Penanganan bahan baku penolong dan mesin
6) Perencanaan dan pengawasan produksi
7) Pemeliharaan melaui pencegahan
8) Teknologi yang memakai cara alternatif
c. Produksi
1) Kuantitas
2) Kualitas
3) Ruangan campuran
4) Spesialisasi produksi
d. Lingkungan organisasi
1) Organisasi dan perencanaan
2) Sistem dan manajemen
3) Pengawasan produksi
4) Kondisi kerja
5) Disiplin kerja
6) Iklim kerja
7) Kebijakan personalia
6. Produktivitas dalam keperawatan
Hanson dalam Swansburg dan Swansburg (1999), mendefinisikan
produktivitas adalah perbandingan antara jam pegawai yang dibutuhkan
dengan jam kerja pegawai yang diberikan dikalikan 100% sama dengan
persen produktivitas. Selanjutnya produktivitas dapat ditingkatkan
dengan mengurangi “jam kerja pegawai yang diberikan”, sementara
“jam kerja pegawai yang dibutuhkan” tetap atau meningkat. Data-data
13
ini menjadi informasi ketika dihubungkan pada sebuah tujuan yang
menunjukkan perbedaan, segala sarana keperawatan kesehatan terbatas.
Manajer keperawatan diharapkan dapat memotivasi perawatnya untuk
meningkatkan produktivitasnya. Selanjutnya produktivitas dalam
keperawatan dihubungkan dengan efisiensi, yaitu penggunaan alat
keperawatan klinis dalam pemberian asuhan keperawatan untuk
menghindarkan pemborosan dan efektifitas yaitu berkaitan dengan
kualitasnya.
Menurut
Loveridge
dan
Cumming
(1996),
produktivitas
bermanfaat terhadap tiga hal yaitu: 1) biaya untuk sumber daya manusia
di rumah sakit itu paling tinggi yaitu 60% atau lebih dari total anggaran
biaya rumah sakit, 2) produktivitas yang tinggi berarti memerlukan
semua pemanfaatan sumber daya manusia, sehingga menurunkan atau
menghemat biaya, 3) produktivitas membantu menjamin bahwa
organisasi telah berkompetensi dalam memproduksi pelayanan dengan
kualitas yang tinggi dan biaya yang rendah. Mars (1994), keperawatan
memerlukan biaya terbesar dari anggaran rumah sakit yaitu lebih dari
sepertiga anggaran pendapatan lembaga kesehatan. Berdasarkan hal
tersebut diatas penggunaan sumber-sumber yang ada secara efisien dan
efektif sangatlah penting.
Menurut Gillies (1994), penggunaan waktu produktivitas belum
berarti produktivitasnya tinggi, tetapi dengan diketahuinya waktu yang
digunakan, kita dapat mengukur waktu kerja yang produktif atau tidak
produktif. Rowland dan Rowland (1994), menganjurkan bahwa untuk
meningkatkan produktivitas kita perlu menilai situasi dimana kita saat
ini, apa tujuan yang ingin dicapai, bagaimana cara kita mencapai tujuan
dan sudah sejauh mana yang kita capai selama ini.
14
7. Uraian tugas tim asuhan keperawatan Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang
Tugas tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :
1) Menerima pasien baru
2) Menyusun rencana asuhan keperawatan
3) Melaksanakan tindakan keperawatan
4) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan
5) Melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan
6) Memelihara peralatan perawatan dan peralatan medis
7) Menciptakan hubungan kerja yang baik
8) Menyiapkan dan memberi penyuluhan pada pasien pulang
9) Meningkatkan
pengetahuan
dan
ketrampilan
dibidang
keperawatan antara lain melalui pertemuan ilimiah, inhouse
training dan exhouse training
10) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas
kasus dan upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan
B. PELATIHAN
1. Pengertian pelatihan
Humalik (2001), mendefinisikan pelatihan adalah suatu proses
yang meliputi serangkaian (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja
dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan
oleh tenaga professional kepelatihan dalam satuan waktu yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang
pekerjaan tertentu
guna meningkatkan efektifitas dan produkivitas
dalam suatu organisasi.
Pangkahila (2000), mengemukakan bahwa “pelatihan adalah suatu
kegiatan untuk memperbaiki kemampuan seseorang karyawan dengan
cara meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan karyawan dalam
menjalankan suatu pekerjaan”. Gomes (2003), mengemukakan bahwa
“pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja
15
pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya,
atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya”. Ke
simpulkan pelatihan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan
kerja tertentu, terinci dan rutin.
Demikian program pelatihan perawat dalam rumah sakit sangat
penting artinya dalam rangka
memajukan rumah
sakit
yang
bersangkutan. Pada dasarnya pelatihan merupakan proses yang
berlanjut bukan hanya sesaat saja. Munculnya kondisi-kondisi baru
dapat mendorong pimpinan rumah sakit untuk memperhatikan dan
menyusun
program-progam
pelatihan
yang
kontinyu.
Peran pelatihan saat ini makin menonjol, dengan adanya
kecenderungan rumah sakit untuk menerima perawat yang belum
berpengalaman. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan,
untuk mendapatkan perawat yang sudah berpengalaman agak sulit,
karena mereka biasanya sudah bekerja pada rumah sakit lain.
Setiap rumah sakit yang menginginkan agar perawat yang dimiliki
bekerja secara efektif dan efisien, sama sekali tidak boleh meremehkan
masalah pelatihan. Memang ada beberapa perawat yang mampu
memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan kemampuan dirinya tanpa
campur tangan dari rumah sakit yang bersangkutan. Tetapi dalam
praktek jumlah perawat yang mampu memotivasi diri sendiri adalah
sangat kecil. Disamping itu kemungkinan pelatihan yang dilakukan oleh
pribadi-pribadi tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan rumah
sakit.
Pelatihan diharapkan dapat mengembangkan perawat bekerja
secara efektif dan efisien. Pelatihan dimaksudkan juga untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan baru atas sikap, tingkah
laku, ketrampilan sesuai dengan tuntutan perubahan. Misalnya
perubahan-perubahan metode kerja dan sebagainya.
16
Melaksanakan pelatihan bagi perawat memang memerlukan
pengorbanan yang tidak kecil, tetapi nantinya nilai hasil yang diperoleh
akan jauh lebih besar daripada pengorbanan tersebut. Hal ini
disebabkan dengan dilaksanakannya pelatihan diharapkan pekerjaan
akan dilakukan lebih cepat dan lebih baik, kerusakan dapat diperkecil,
pemborosan dapat ditekan, peralatan dapat digunakan secara lebih baik,
kecelakaan diperkecil dan sebagainya. Hal-hal ini semua merupakan
keuntungan rumah sakit yang diperoleh dengan melaksanakan
pelatihan.
Meskipun perawat telah menjalani orientasi yang komprehensif,
perawat tersebut jarang melaksanakan pekerjaan dengan memuaskan.
Perawat semestinya dilatih dalam bidang dan tugas tertentu. Begitu juga
perawat yang telah berpengalaman mungkin memerlukan pelatihan
untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan-kebiasaan kerja yang
buruk atau untuk mempelajari ketrampilan baru yang meningkatkan
prestasi kerja guna memenuhi tujuan rumah sakit.
Pelatihan mempunyai berbagai manfaat karier jangka panjang yang
membentu perawat untuk mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih
besar dari waktu yang akan datang. Program-program pelatihan tidak
hanya penting bagi individu, tetapi juga organisasi dan hubungan
manusiawi dalam kelompok kerja, mengurangi absensi dan rotasi serta
memperbaiki kepuasan kerja.
2. Tujuan pelatihan
Menurut Mangkunegara (2001), tujuan pelatihan adalah:
a. Meningkatkan penghayatan jiwa dan idiologi.
b. Meningkatkan produktivitas kerja.
c. Meningkatkan kualitas kerja.
d. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia.
e. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.
17
f. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara
maksimal.
g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
h. Menghindarkan keusangan (obsolescence).
i.
Meningkatkan perkembangan pegawai.
Menurut Humalik (2000), tujuan pelatihan dibagi menjadi dua
yaitu secara umum dan secara khusus. Secara umum pelatihan bertujuan
mempersiapkan dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun
fungsional, yang memiliki kemampuan dalam profesinya, kemampuan
melaksanakan loyalitas, kemampuan melaksanakan dedikasi, dan
kemampuan berdisiplin yang baik.
Secara khusus pelatihan bertujuan:
a. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja yang memiliki
ketrampilan
produktif
dalam
rangka
pelaksanaan
program
organisasi dilapangan.
b. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenaga kerjaan
yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus untuk
meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri,
profesional, beretos kerja yang tinggi dan produktif.
c. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat,
minat, nilai, dan pengalaman, masing-masing (individual).
d. Mendidik, melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi
yang tinggi dengan kebutuhan pembangunan.
Pogram-program pelatihan tidak hanya penting bagi individu.
Penting juga untuk organisasi dan hubungan manusia dalam kelompok
kerja dan masyarakat konsumen. Program-program pelatihan dirancang
untuk meningkatkan prestasi kerja,
memperbaiki kepuasan kerja.
mengurangi absensi, serta
18
3. Jenis - jenis pelatihan
Pimpinan haruslah dapat memilih atau berusaha menentukan jenis
pelaksanaan pelatihan yang terbaik diantara yang ada. Menurut Susanto
(2000), dalam karyanya yang berjudul pendidikan untuk pencerdasan
menyatakan pendidikan dan pelatihan dapat digolongkan menjadi 4
(empat) macam, yaitu:
a. Pendidikan dan pelatihan dasar
Merupakan pendidikan yang disyaratkan sebagaimana seseorang
masuk sebelum kerja atau dalam korp personalia dalam roda
organisasi. Pendidikan ini selain didapat dari sekolah umum, juga
kadang-kadang perusahaan mengadakan pendidikan dasar yang
memerlukan keahlian tertentu.
b. Pendidikan dan pelatihan tambahan
Pendidikan ini dimaksudkan agar tenaga kerja selalu mendapatkan
pendidikan tambahan dan selalu mengikuti perkembangan dalam
lingkungan pekerjaan.
c. Pendidikan dan pelatihan penyegaran
Pendidikan
ini
dimaksudkan
untuk
menyegarkan
kembali
pengertian-pengertian, pengetahuan-pengetahuan yang telah silam
terutama yang ada hubungannya dengan pelaksanaan tugas.
Pendidikan dan pelatihan penyegaran ini bisa berupa ceramah,
simposium dan sebagainya.
d. Pelatihan dalam perusahaan
Pelatihan ini terkenal dengan nama training within industry yang
meliputi:
1) Pelatihan industri kerja (job instruction training) yaitu melatih
cara yang tepat dalam memberikan intruksi, baik tenaga baru
atau tenaga lama.
19
2) Pelatihan cara kerja (job method training) yaitu melatih cara
kerja yang tepat dan menyempurnakan cara kerja yang lebih
baik.
3) Pelatihan hubungan kerja (job relation training) yaitu melatih
cara-cara hubungan kerja antara tenaga kerja dengan pengawas
atau pimpinan maupun antar tenaga kerja itu sendiri sehingga
tercipta perpaduan kerja.
Definisi tersebut diatas dapat disimpulkan apabila rumah sakit
menetapkan suatu program pelatihan harus memperhatikan perawat
yang akan mengikuti program pelatihan. Jenis pelatihan apa yang sesuai
kebutuhan rumah sakit. Sehingga program tersebut sesuai dan berhasil
secara optimal.
4. Manfaat pelatihan
Robinson dalam Marzuki (1992), mengemukakan pendapatnya
tentang manfaat pelatihan sebagai berikut:
a. Pelatihan sebagai alat untuk memperbaiki kemampuan individu atau
kelompok dalam harapan untuk memeperbaiki performa organisasi.
b. Ketrampilan tertentu diajarkan agar karyawan dapat melaksanakan
tugas – tugas sesuai standar yang diinginkan.
c. Pelatihan dapat memperbaiki sikap – sikap terhadap pekerjaan,
pimpinan atau karyawan.
d. Manfaat lain dari pada pelatihan adalah memperbaiki standar
keselamatan.
5. Metode pelatihan
Metode-metode latihan menurut Sikula dalam Hasibuan (2001),
a. On the job
Para peserta latihan bekerja ditempat untuk belajar dan meniru suatu
pekerjaan dibawah bimbingan seorang pengawas.
20
b. Vestibule
Vestibule adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau
bengkel yang biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan
industri untuk memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru.
c. Demonstration and example
Demonstration and example adalah metode latihan yang dilakukan
dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara
mengerjakan
sesuatu pekerjaan
melalui
contoh-contoh atau
percobaan yang didemonstrasikan.
d. Simulation
Simulasi merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip
mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan
tiruan saja. Simulasi merupakan suatu teknik untuk mencontoh
semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya dari pekerjaan yang
akan dijumpainya.
e. Apprenticeship
Metode ini adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian
pertukangan sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat
mempelajari segala aspek dari pekerjaannya.
f. Classroom methods
Merupakan pertemuan dalam kelas meliputi:
1) lecture (ceramah atau kuliah)
2) confence (rapat)
3) programmed instruction (program instruksi)
4) metode studi kasus
5) role playing
6) metode diskusi
7) metode seminar
21
Metode pendidikan menurut Sikula dalam Hasibuan (2001), adalah
sebagai berikut:
a. Training Methods
Training Methods merupakan metode latihan didalam kelas yang
juga dapat digunakan sebagai metode pendidikan, karena manajer
adalah juga karyawan.
b. Under study
Under study adalah teknik pengembangan yang dilakukan dengan
praktek langsung bagi seseorang yang dipersiapkan untuk
menggantikan jabatan atasannya.
c. Job rotation and planned progression
Job rotation adalah teknik pengembangan yang dilakukan dengan
cara memindahkan peserta dari suatu jabatan kejabatan lainnya
secara periodik untuk menambah keahlian dan kecakapannya pada
setiap jabatan.
Planned progression adalah teknik pengembangan yang dilakukan
dengan cara memindahkan peserta dari suatu jabatan ke jabatan
lainnya
secara
periodik
untuk
menambah
keahlian
dan
kecakapannya pada setiap jabatan. Tetapi dalam setiap pemindahan
tidak diikuti dengan kenaikan pangkat dan gaji, tetapi tugas dan
tanggung jawabnya semakin besar.
d. Coaching and counseling
Coaching adalah suatu metode pendidikan dengan cara atasan
mengajarkan keahlian dan ketrampilan kerja kepada bawahannya.
Counseling adalah suatu cara pendidikan dengan melakukan diskusi
antara pekerja dan manajer mengenai hal-hal yang sifatnya pribadi,
seperti keinginannya, ketakutannya dan aspirasinya.
e. Junior broad of executive or multiple management
Merupakan suatu komite penasihat tetap yang terdiri dari caloncalon manajer yang ikut memikirkan atau memecahkan masalahmasalah perusahaan untuk kemudian direkomendasikan kepada
22
manajer lini (top management). Komite ini hanya berperan sebagai
staf.
f. Committee assigmant
Komite yang dibentuk untuk menyelidiki, mempertimbangkan,
menganalisis, dan melaporkan suatu masalah kepada pemimpin.
g. Bussines games
Bussines games (permainan bisnis) adalah pengembangan yang
dilakukan dengan diadu untuk bersaing memecahkan masalah
tertentu.
h. Sensivity traning
Sensivity traning dimaksudkan untuk membantu para karyawan agar
lebih mengerti tentang diri sendiri, menciptakan pengertian yang
lebih mendalam diantara karyawan, dan mengembangkan keahlian
setiap karyawan yang spesifik.
i. Other development method
Metode ini digunakan untuk tujuan pendidikan terhadap manajer.
Sedangkan menurut Bernandin & Russell dalam Gomes (2003),
menyatakan bahwa metode-metode pelatihan dikelompokkan menjadi
dua kategori, yaitu:
a. Informational methods
Informational methods biasanya menggunakan pendekatan satu
arah, melalui mana informasi-informasi disampaikan kepada para
peserta oleh para pelatih.
b. Experiental methods
Experiental
methods
adalah
metode
yang
mengutamakan
komunikasi yang luwes, fleksibel, dan lebih dinamis, baik dengan
instruktur, dengan sesama peserta, dan langsung mempergunakan
alat-alat yang tersedia guna menambah ketrampilannya.
23
Sedangkan menurut Humalik (2000), metode pelatihan terdiri dari:
a. Public vocantional training
Latihan ini bertujuan memberikan pelatihan pada calon tenaga keja
yang akan dipekerjakan diperusahaan.
b. Appreating training
Bertujuan untuk memenuhi urusan pegawai baru yang tetap dan
serba bisa.
c. Vestrible training
Latihan diselenggarakan dalam suatu ruangan khusus diluar tempat
kerja yang meniru kondisi kerja sesungguhnya.
d. On the job training
Bertujuan memberikan kecakapan yang diperlukan dalam pekerjaan
tertentu.
e. Pre employment training (pelatihan sebelum penempatan)
Bertujuan mempersiapkan tenaga kerja sebelum ditempatkan pada
suatu organisasi untuk memberikan latar belakang intelektual,
mengembangkan seni berfikir dan menggunakan akal.
f. Induction training
Bertujuan melengkapi tenaga baru dengan keterangan yang
diperlukan agar memiliki pengetahuan dalam organisasi tersebut.
g. Supervisory training
Bertujuan mengembangkan ketrampilan sebagai pegawai.
h. Under study training
Bertujuan menyiapkan tenaga kerja yang cakap dalam jenis
pekerjaan tertentu dengan cara bekerja langsung memberikan
pelayanan sebagai seorang asisten.
i.
Magang system (system magang)
Bertujuan menyiapkan tenaga yang terdidik dan terlatih dengan cara
menempatkan tenaga yang sedang disiapkan sebagai tenaga kerja
selama waktu tertentu
24
6. Macam – macam pelatihan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang
a.
Inhouse Training
Inhouse training adalah pelatihan yang dilaksanakan di dalam
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Seperti pelatihan
tranfusi darah, pelatihan pemasangan infus, pelatihan resusitasi
bayi, pelatihan bantuan hidup dasar.
b.
Exhouse Training
Exhouse training adalah pelatihan yang dilaksanakan di dalam
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Seperti pelatihan
teknik kamar bedah di RSUP Dr. Kariadi Semarang, pelatihan ICU
- ICCU di RSUP Dr. Kariadi Semarang, pelatihan PICU – NICU di
RSUP Dr. Kariadi Semarang.
C. HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang dilakukan oleh Anwar dalam Junaidi (2003),
dengan judul “hubungan pendidikan dan pelatihan kerja dengan
produktivitas kerja karyawan di perusahaan keramik soekardi Malang”
menghasilkan korelasi antara variabel pendidikan dan pelatihan kerja
dengan karyawan sebesar 0,573. Nilai korelasi tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara pendidikan dan
pelatihan kerja dengan produktivitas kerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurwanto (2002), dengan judul
“pentingnya pelatihan terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi
pada P.G. Kebon Agung Malang”. Jenis pelatihan yang digunakan bersifat
deskriptif yang menganalisa hubungan antara variabel serta menguji
hipotesa yang sebelumnya telah dirumuskan. Sedangkan untuk metode
analisa data menggunakan rumus korelasi product moment dan pearson.
Disebutkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan
pelatihan yang belum maksimal guna meningkatkan prestasi kerja
karyawan. Hal ini disebabkan program latihan kurang dilaksanakan secara
25
berkesinambungan dan tingkat kemampuan karyawan masih rendah.
Berdasarkan perhitungan korelasi positif sebesar 0,86 yang berarti ada
hubungan antara pelatihan dan prestasi kerja karyawan, sedangkan thitung
sebesar 7,07 diperoleh dari tarif kepercayaan 95% level signifikan = 5%
dan df = 18. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien setelah
diuji dengan thitung menunjukkan ditolaknya hipotesa nol (Ho) dan
menerima hipotesa alternatif (Ha) maka dengan demikian antara pelatihan
dengan prestasi kerja karyawan terdapat hubungan dengan dilaksanakan
yang efekti akan dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan.
26
D. KERANGKA TEORI
Berdasarkan teori diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Faktor – faktor yang
mempengaruhi produktivitas
kerja perawat:
- Pendidikan
-
Pelatihan
- kemampuan
- Sikap
- Situasi dan keadaan
Produktivitas kerja
lingkungan
- Motivasi
- Upah
- Tingkat pendidikan
- Perjanjian kerja
- Penerapan teknologi
Skema 1.2 Kerangka Teori
Sumber : dimodifikas Hasibuan (2001) dan Hariandja (2002).
Keterangan : -
tidak diteliti
Diteliti
27
E. KERANGKA KONSEP
Pelatihan
Produktivitas perawat
Skema 2.2 Kerangka Konsep
F. VARIABEL PENELITIAN
Penelitian tentang peranan pelatihan terhadap produktivitas kerja
perawat pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, variabelvariabel yang digunakan dibedakan berdasarkan hubungan kausal sebagai
beriktu:
1. Variabel independent (variabel bebas)
Variabel independent (variabel bebas) adalah tipe variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Indrantoro, 1999).
Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan pelatihan.
2. Variabel dependent (variabel terikat)
Variabel dependent (variabel terikat) adalah tipe variabel yang
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independent / variabel bebas
(Indrantoro, 1999). Adapun variabel terikat (dependent)
yang
digunakan oleh peneliti adalah produktivitas kerja perawat.
G. HIPOTESIS
Ada
peranan
pelatihan
keperawatan
terhadap
peningkatan
produktivitas kerja perawat pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.
Download