KIAT MEMILIKI KEPRIBADIAN KREATIF DALAM BEKERJA

advertisement
KIAT MEMILIKI KEPRIBADIAN KREATIF DALAM BEKERJA
Oleh : Andi Trinanda
Hampir disemua instansi dan organisasi sekarang ini sering dilakukan suatu program
pengembangan dan orientasi sumber daya manusia. Bentuknya macam-macam ada yang
namanya “personality development” dan leadership training”. “diklat pengembangan karyawan”,
“team building” dan “Outbond training” dan istilah-istlah apapun lainnya, baik dilakukan secara
on the job training maupun off the training. Gawean yang biasa dilakukan bagian personalia
atau Sumber Daya Manusia ini dilakukan tiada lain untuk memberikan motivasi dan semangat
kerja karyawan serta meningkatkan kembali etos kerja dan tanggung jawab individu maupun
team dalam komunitas kerja di instansi atau perusahaan. Paling tidak pasca acara tersebut
mudah-mudahan banyak diantara karyawan berfikir dan merenung “apa yang sudah saya
perbuat untuk organisasi/institusi – sejaumana apa apa yang dilakukan berdampak pada
eksistensi organisasi/institusi”. Apakah selama ini konsep komunalitas berintaraksi yang saya
lakukan sudah benar-benar memberikan kontribusi untuk kepentingan organisasi? Dan masih
banyak lagi barangkali pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul dan menghinggapi kepala
karyawan setelah mereka melakukan program-program tersebut. Sebab kedepan - itulah
indikator korelatif yang menentukan karyawan yang disebut produktif atau tidak, berkinerja baik
atau tidak dan sebagainya. Dan mudah-mudahan pula semua karyawan juga berharap bahwa
materi dalam program program pengembangan sumber daya manusia tersebut merupakan satu
dari sekian banyak sesie dari program panjang mengorientasikan sumber daya manusia pada
suatu proses menuju kompetensi konstruktif (baik technical skill, human skill maupun conceptual
skill) Dengan demikian karyawan merasakan menemukan format kongkrit upaya melakukan
proses pengembangan dirinya melalui implementasi job discription, job spesification, dan job
simplification dalam bekerja..
Tentu, kegiatan tersebut harus di support maksimal oleh organisasi secara manajerial,
mengingat sasaran penting dari kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan semangat kerja,
motivasi dan produktivitas serta orientasi karyawan tentang harapan dan cita-citanya dalam
bekerja.
Namun sebaik apapun program pengembangan karyawan yang dilakukan organisasi, tanpa
dibarengi dengan semangat ingin merubah diri dari karyawan itu sendiri, maka tentu program
tersebut akan sia-sia tanpa makna dan tentu beban psikologi organisasi juga akan semakin
berat. Oleh karena itu maka kita semua berharap karyawan bisa memiliki TOL (Totalitas,
Orientasi dan Loyalitas) sebagai elemen untuk memberdayakan diri sekaligus memberdayakan
organisasi. Tiga parameter standard karakter menilai output karyawan terhadap organisasi
itulah yang amat diyakini sebagai pemicu utama karyawan berkembang atau tidak dalam
organisasi/ lembaga.
Jika diurai sedemikian rupa, maka membentuk karakter yang memiliki semangat TOL tadi,
paling tidak dalam diri karyawan harus memiliki sifat-sifat kepribadian kreatif di bawah ini, yaitu :
-
Berfikir sekaligus bertindak
Seorang karyawan yang memiliki karakter positif buat dirinya maupun buat organisasi
adalah karyawan yang memiliki kapasitas dan kemampuan mengorganisasikan
pemikirannya menjadi suatu gagasan atau ide sekaligus mampu mengimplementasikan ide
dan gagasan tersebut secara kongkrit. Pepatah yang mengatakan diam itu emas, adalah
pepatah jadoel (jaman doloe) yang sudah tidak relevan lagi untuk didogmatiskan dalam
komunitas aktivitas kelembagaan dalam perspektif kekinian. Sekarang diam itu ditinggalkan
orang, tidak dilihat oleh pimpinan-termarjinalisasikan oleh lingkungan dan sebagainya. Yang
dibutuhkan oleh organisasi / lembaga adalah orang yang mampu mengkomunikasikan
sekaligus mempersepsikan ide dan gagasan pemikirannya secara baik kepada komunitas/
lingkungan organisasi apalagi kepada pimpinan. Namun demikian kemampuan
berkomunikasi saja tidak cukup tanpa diimbangi oleh kemampuan berinteraksi dan
bersosialisasi – terlebih-lebih mengaktualisasikan pemikirannya dan beradaptasi kepada
lingkungan atau komunitas budaya dan psikologi organisasi tersebut. Inilah sebenarnya
konsepsi human skill yang harus dimiliki oleh setiap karyawan.
-
Penuh Imajinasi
Penuh imajinasi disini maksudnya adalah seorang karyawan haruslah inovatif dalam
melakukan berbagai pekerjaan. Biasanya seorang karyawan yang inovatif, ia akan mampu
mengestimasi dan memberikan argumentasi logis terhadap apa yang dilakukannya. Dengan
demikian maka karyawan tersebut akan senantiasa selalu menakar substansi tentang apa
yang dikerjakannya. Karyawan yang banyak melakukan imajinasi dalam berfikir dan
melakukan pekerjaan, biasanya karyawan tersebut tidak akan terjebak pada rutinitas dan
mengalami problem under presure and under intruction oleh pimpinan. Karyawan tersebut
akan senantiasa kreatif dan memiliki jiwa petualangan alias tidak terkungkung pada
problematik rutinitas pekerjaan. Justru ketika karyawan merasa di under presure karena
volume dan tanggung jawab pekerjaan, disitulah momentum kesempatan atau investasi
besar bagi karyawan untuk menunjukkan yang terbaik kepada organisasi. Sebab tidak
semua karyawan diberikan beban atau volume yang sama mengenai pekerjaan dan
tanggung jawabnya.
-
Bersifat Ingin Tahu
Karyawan yang memiliki kepribadian kreatif adalah karyawan yang senantiasa selalu
mencari informasi aktual terhadap perkembangan organisasi – termasuk masalah-masalah
yang dihadapi oleh organisasi setiap saat. Walaupun organisasi atau lembaga tidak meminta
pandangan karyawan tersebut terhadap dinamika dan problem yang dihadapi oleh
organisasi, namun bagi karyawan, concern dan memiliki paradigma bergaining dalam
melihat perspektif perkembangan organisasi, justru akan membuat karyawan semakin loyal
terhadap organisasi. Ciri khusus yang melekat dalam diri karyawan tersebut adalah
biasanya karyawan tersebut reaktif dan kritis, bukan hanya terhadap kebijakan-kebijakan
yang ditelurkan lembaga, namun biasanya begitu responsif terhadap dinamika dan problem
yang dihadapi lembaga. Justru seharusnya lembaga harus melihat positif potensi karyawan
yang seperti itu. Inilah sebenarnya embrio sikap loyal karyawan terhadap organisasi atau
lembaga. Maka oleh karena itu lembaga sebenarnya hanya perlu menyediakan sarana bagi
upaya mengakomodasikan sifat kreatif karyawan tersebut ditempat atau wadah yang
produktif.
-
Berani mengambil resiko
Karyawan yang memiliki sifat kepribadian kreatif salah satunya adalah berani mengambil
resiko. Setiap aktivitas, apapun bentuknya pasti memiliki resiko. Diam saja mengandung
resiko, apalagi melakukan sesuatu. Karyawan yang kreatif adalah karyawan yang berani
mengambil resiko atas pekerjaanya. Resiko disini adalah pilihan logis ketika pekerjaan
tersebut memiliki konsekwensi-konsekwensi yang dapat mempengaruhi bukan cuma
pribadinya namun penilaian personal oleh organisasi terlebih-lebih oleh pimpinan kepada
karyawan tersebut. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan karyawan yang berani
mengambil resiko adalah ketika dalam aktivitas pekerjaannya sehari-hari, setiap karyawan
tidak terjebak pada ketentuan baku instruksi pimpinan. Namun karyawan melakukannya
melalui improvisasi-improvisasi dengan tujuan mempermudah, memberikan nilai efisiensi
dan efektifitas pekerjaan. Hal ini penting karena yang menguasai detail medan lapangan
adalah karyawan itu sendiri. Bukan pimpinan. Dengan demikian karyawan tidak akan
mengalami stagnasi, takut salah, dan akhirnya bersikap kaku (tidak luwes) dalam
mengintepretasikan kebijakan pimpinan yang pada akhirnya menimbulkan konflik diantara
karyawan dan pihak-pihak yang berkaitan dengan pekerjaan karyawan tersebut. Cuma yang
perlu diingat barangkali resiko yang diambil haruslah tetap mengacu kepada pedoman baku
tentang aturan dan prosedur yang ditempuh oleh lembaga. Berani mengambil resiko bukan
berarti menabrak rambu-rambu dan aturan main, itu intinya.
-
Suka tugas-tugas majemuk dan senang pengalaman baru
Karyawan yang memiliki kepribadian kreatif adalah karyawan yang senantiasa melakukan
proses pembelajaran dan pemanfaatan dari setiap tugas yang diberikan oleh organisasi
kepada karyawan. Setiap tugas jika diintepretasikan sebagai suatu upaya mendorong
tumbuhnya proses pendewasaan diri, maka akan disikapi positif oleh karyawan dengan
melakukan misalnya bertanya kepada orang lain yang lebih mengerti, melakukan studi
komparatif dan terus melakukan evaluasi diri terhadap hasil yang dicapai. Tugas-tugas
majemuk maksudnya adalah tugas yang diberikan oleh pimpinan diluar tugas-tugas rutin
kesehariannya bekerja. Ciri umum yang biasanya dapat dilihat dari sikap karyawan yang
memiliki sifat seperti ini adalah karyawan tersebut senantiasa “enjoy aja” dan menikmati
tanggung jawabnya, tidak kelihatan depresi apalagi terbebani dengan tugas-tugasnya.
Sebab karyawan tersebut berpandangan bahwa semua tugas-tugas tersebut adalah
investasi buat dirinya dikemudian hari.
Kelima sifat tersebut diatas adalah hanya sedikit dari ciri yang melekat dari kepribadian kreatif
seorang karyawan. Paling tidak eksistensi karyawan ketika memahami karakteristik
kepribadiannya di tengah komunitas organisasi/ institusi tempat ia bekerja, ia dengan sedirinya
akan berkeyakinan apakah “saya sebenarnya sudah atau belum memberikan kontribusi kepada
organisasi”. Jika kita merasa sudah memberikan “sesuatu” kepada lembaga apakah kehadiran
atau keberadaan saya “dirasakan” atau “diakui” oleh organisasi ?. Jangan-jangan kita sebagai
karyawan, baru hanya merasakan kita hanya menggugurkan kewajiban saja, bekerja …dapat
gaji, selesai atau hanya menjadi kelompok penggembira saja yang eksistensinya tidak
diperhitungkan oleh komunitas tempat kita bekerja.. wallahualam.
Download