BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak dan dewasa adalah fase pencarian identitas diri bagi remaja. Pada fase ini, remaja mengalami banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, diantaranya biologis, kognitif, dan psikososial. Seiring dengan perubahan tersebut, pada usia remaja terbentuk pola konsumsi (Rosandi, 2004) yang kemudian dapat berkembang menjadi perilaku konsumtif. Menurut para sosiolog dan psikolog sosial, remaja adalah konformis, terutama dalam hal pakaian dan penampilan dalam kelompok mereka (Rosandi 2004) sehingga remaja cenderung untuk berperilaku konsumtif agar mereka dapat berpenampilan seperti kelompoknya. Agustina (2005) menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Orang akan cenderung memilih produk, jasa, atau aktivitas tertentu karena produk, jasa, dan aktivitas tersebut diasosiasikan dengan gaya hidup tertentu. Misalnya orangorang yang berorientasi pada karir akan memilih pakaian, buku, majalah, komputer, dan barang-barang lainnya yang berbeda dengan mereka yang berorientasi pada keluarga. Rosandi (2004) membagi masa remaja menjadi beberapa tahap yaitu: a. Remaja awal (early adolescent) pada usia 11-14 tahun. Remaja awal biasanya berada pada tingkat SMP, perubahan yang terjadi pada masa ini sangat cepat, baik pertumbuhan fisik dan kapasitas intelektual. Pada masa ini 1 tugas perkembangannya lebih dipengaruhi oleh perubahan fisik dan mental yang cepat, yaitu adaptasi dan penerimaan keadaan tubuh yang berubah. b. Remaja pertengahan (middle adolescent) pada usia 15-18 tahun, biasanya duduk di bangku SMU. Pada masa ini remaja secara fisik menjadi percaya diri dan mendapatkan kebebasan secara psikologi dari orang tua, memperluas pergaulan dengan teman sebaya dan mulai mengembangkan persahabatan dan keterkaitan dengan lawan jenis. c. Remaja akhir (late adolescent) pada usia 18-21 tahun. Umumnya terjadi pada akhir SMU sampai individu mencapai kematangan fisik, emosi dan kesadaran akan keadaan sosialnya, memiliki identitas personal dalam relasinya dengan orang lain, mengetahui peran sosial, sistem nilai dan tujuan dalam hidupnya. Perilaku konsumtif adalah suatu perilaku dimana tidak ada lagi pertimbangan rasional dalam menggunakan konsumsi untuk kebutuhan semata, bukan kebutuhan (Prawono, 2005). Menurut Rosandi (2004) perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Dalam hal ini, manusia lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan, dan cenderung dikuasai oleh hasrat keduniawian dan kesenangan material semata. Bagi remaja, perilaku seperti itu merupakan ekspresi perasaan ingin diakui atau diterima oleh lingkungan sosialnya atau merupakan pantulan gengsi agar tidak disepelekan oleh pihak lain terutama oleh teman sebaya. Perilaku konsumtif 2 yang akhir-akhir ini populer antara lain menggunakan pakaian bermerek dan menggunakan handphone dengan model terbaru (Yuanita, 2003). Faktor lingkungan memberikan peranan sangat besar terhadap pembentukan perilaku konsumtif remaja. Masyarakat lebih senang belanja barang bermerek meskipun kualitasnya terkadang tidak lebih baik daripada barang dengan merek yang tidak begitu terkenal. Kecenderungan demikian terbangun karena terkait citra diri, bahwa dengan mengenakan pakaian bermerek maka statusnya akan terangkat (Rosandi, 2004). Remaja ingin diakui keberadaannya oleh lingkungan sekitarnya dengan menjadi bagian dari lingkungan sosialnya. Usaha untuk menjadi bagian dari lingkungan tersebut menjadi kebutuhan untuk diterima dan menjadi sebaya dengan orang lain yang sebaya. Remaja berperilaku konsumtif dengan berusaha mengikuti trend yang sedang in. Kondisi seperti ini tidak menandakan kemampuan daya beli remaja perkotaan yang tinggi, akan tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk memenuhi kebutuhan sesaat remaja sehingga dapat mengangkat prestige dirinya. Istilah ”metroseksual” yaitu pria yang menjaga penampilan, senang berdandan, melakukan perawatan rambut, wajah, dan tubuh banyak diberikan pada pria masa sekarang. Kecenderungan ini juga telah merambah pada sebagian remaja pria dimana mereka sering menjaga penampilan, membeli produk-produk perawatan wajah dan tubuh. Menurut Rosandi (2004) remaja wanita membelanjakan uangnya lebih banyak untuk keperluan penampilan seperti pakaian, kosmetik, aksesoris, dan sepatu. Kondisi pasar yang lebih banyak ditujukan untuk wanita dan 3 kecenderungan wanita lebih mudah dipengaruhi mendorong wanita lebih konsumtif daripada pria. Semakin tingginya perilaku konsumtif kalangan remaja di wilayah perkotaan juga disebabkan oleh semakin banyaknya mall. Perilaku konsumtif remaja tersebut sering dikaitkan dengan dengan mall. Bagi remaja, mall telah menjadi sebuah tempat dimana remaja dapat memenuhi berbagai kebutuhan mereka dengan bersosialisasi, menikmati berbagai hiburan, atau hanya menikmati pemandangan dalam mall. 1.2 Perumusan Masalah Remaja yang suka berada di mall seringkali diberi berbagai label negatif. Mereka dianggap konsumtif, kurang peduli pada masalah-masalah sosial, hanya mementingkan masalah penampilan bukan prestasi, dan hedonis. Karena label negatif tersebut hanya membangun citra buruk mengenai remaja di mata masyarakat dan belum terbukti kebenarannya, maka penelitian mengenai gaya hidup remaja perlu dilakukan. Penelitian ini akan memfokuskan gaya hidup remaja, yang melihat bagaimana mereka menghabiskan waktunya, minat mereka terhadap sekelilingnya, dan opini mereka terhadap diri dan lingkungan. Secara lebih spesifik, peneliti akan meneliti gaya hidup remaja yang memiliki keterlibatan tinggi terhadap Shopping Mall karena mereka menganggap Shopping Mall sebagai sesuatu yang penting, relevan, berarti, dan sesuai dengan nilai-nilai, minat, dan kebutuhan diri mereka. Berdasarkan latar belakang tersebut maka terdapat beberapa perumusan masalah yaitu: 4 1. Bagaimanakah karakteristik remaja dengan gaya hidup shopping mall? 2. Bagaimanakah gaya hidup shopping mall pada remaja? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik remaja dengan gaya hidup shopping mall. 2. Mengidentifikasi gaya hidup shopping mall pada remaja. 5