BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh
dikatakan dewasa dan tidak dapat disebut kanak-kanak, hal ini yang menyebabkan perilaku
remaja tidak stabil. Masa remaja ditandai dengan adanya perubahan fisik, yaitu
perkembangan tanda-tanda kelamin sekunder di mana adanya rasa aneh, ganjil serta
berbeda dengan orang lain akibatnya remaja selalu salah tingkah dan bingung terhadap
keadaan dirinya.
Selain adanya perubahan fisik, masa remaja juga ditandai dengan adanya
perkembangan mental yang maksimal, yaitu adanya perubahan peran dan ketergantungan
dengan orang tua menuju kemandirian. Remaja juga dituntut oleh lingkungan untuk
menunjukkan keremajaannya karena mereka bukan lagi kanak-kanak. Adanya kebutuhan
untuk belajar bertanggung jawab dan membangun hubungan dengan orang lain.
Salah satunya adalah merasa tertarik dengan lawan jenis dan menjalin hubungan
pacaran. Dalam proses ini, terdapat suatu gejala komunikasi tertentu akibat masa
perkembangannya, yakni adanya perilaku komunikasi verbal maupun nonverbal. Keadaan
tersebut dilihat sebagai suatu kultur atau kebiasaan remaja.
Dalam menjalani pacaran umumnya ditingkatan anak remaja SMA sering
melibatkan komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Menurut Pittenger, 1960
(DeVito, 1997 : 40), biasanya perilaku verbal dan nonverbal saling memperkuat dan
mendukung. Semua bagian dari sistem pesan biasanya bekerja bersama-sama untuk
mengkomunikasikan makna tertentu. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil
tersenyum. Seluruh tubuh baik secara verbal maupun nonverbal bekerja bersama-sama
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita. Sedangkan menurut periset nonverbal
Mehrabian dkk 1989 (DeVito, 1997 : 181), menemukan, bahwa dalam komunikasi
antarpribadi, 60 sampai 65% dari makna dikomunikasikan secara nonverbal lebih layak
dipercaya.
Remaja adalah istilah yang sering dipakai untuk menunjukkan suatu tahap di mana
seorang anak mengalami perubahan serta berkembang baik jiwa dan jasmani menuju pada
masa remaja, maka transisi ini berada pada batasan umur 12 sampai 22 tahun, (Gunarso &
Gunarsa, 2003 : 11-13). Waktu antara 12 sampai 22 tahun adalah masa perkembangan atau
masa peralihan dari kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Istilah ini juga menunjukkan
usia yang berkisar antara 16 sampai 20 tahun merupakan remaja yang berada pada jenjang
pendidikan SMA.
Oleh karena itu pada kalangan siswa SMA atau remaja di sekolah yang sedang
menjalani pacaran, juga membutuhkan komunikasi baik itu komunikasi verbal maupun
komunikasi nonverbal. Menurut data awal yang diperoleh bahwa, remaja SMA yang
sedang jalani pacaran dengan siswa satu sekolah, dalam berperilaku di lingkungan sekolah
terutama ketika waktu istirahat pelajaran, komunikasi yang dilakukan remaja SMA dalam
berpacaran lebih banyak menggunakan bahasa nonverbal atau gerakan tubuh.
Bagi mereka hal tersebut merupakan suatu tuntutan yang harus dilakukan untuk
dapat memahami setiap bahasa nonverbal yang dipakai oleh pacar mereka. Sehingga di
antara remaja putra dan remaja putri dapat saling mengerti terhadap pesan yang
disampaikan agar tidak membingungkan. Komunikasi verbal dapat dimengerti dan
dipahami oleh setiap orang kecuali bagi mereka yang tuna rungu karena tidak dapat
mendengar. Sedangkan komunikasi nonverbal itu sangat sulit dimengerti dan dipahami
oleh setiap orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memahami bentuk
komunikasi seperti ini.
Pada studi awal penulis, diketahui bahwa para siswa SMA Katolik Suria Atambua
ada yang sedang pacaran dengan teman satu sekolah. Ada remaja putra kelas III yang
memiliki pacar di kelas II, ada juga yang sama-sama satu kelas dengan pacarnya.
Berdasarkan pengamatan sementara, perilaku komunikasi nonverbal yang ditunjukkan oleh
para siswa tersebut seperti cara berpakaian, potongan rambut, cara berjalan di depan
pacarnya dan perlakuan terhadap pacar sedikit berbeda dengan teman-teman siswa lainnya,
saat di dalam kelas maupun di luar kelas.
Sering terlihat antara mereka di dalam lingkungan SMA Katolik Suria Atambua,
para siswa tersebut cenderung berkomunikasi dengan perilaku yang ditunjukkan melalui
gerakan tubuh mulai dari ekspresi wajah, kontak mata, gerakan tangan, kepala, kaki,
penampilan dan postur, serta berdiam diri.
Meskipun mereka sedang berinteraksi atau duduk berkumpul dengan teman-teman
siswa lainnya, mereka dapat berkomunikasi dan membagi perhatian dengan pacarnya
melalui perilaku nonverbal. Ada juga beberapa siswa yang terlihat mengambil tempat
sendiri bersama pacarnya untuk berkomunikasi. Karena itu, perilaku komunikasi nonverbal
siswa SMA dalam pacaran sangat menarik untuk diteliti, karena masih sangat kurang orang
yang mengetahui tentang perilaku komunikasi nonverbal dalam hal ini komunikasi antara
dua orang remaja SMA yang sedang pacaran di sekolah.
Perilaku komunikasi nonverbal terbagai atas tiga jenis yaitu Kinesik, Prosemik,
Paralinguistik. Penulis membatasinya dengan menyoroti komunikasi nonverbal kinesik.
Dalam komunikasi nonverbal kinesik terdapat beberapa unsur yang dapat dilihat, seperti
ekspresi wajah atau emosi yang ditunjukkan oleh wajah siswa-siswi yang sedang pacaran,
kontak mata atau cara pandang mata yang ditampilkan remaja untuk menarik umpan balik
dari pacarnya.
Kemudian unsur gerakan tangan, seperti perabaan terhadap teman sebaya, sopan
santun, menunjukkan persahabatan, keintiman cinta, dan daya tarik seksual. Seringkali juga
kepala dijadikan sebagai pesan komunikasi, seperti gerakan vertikal atau menganggukkan
kepala untuk menyatakan persetujuan atau tidak setuju. Kaki juga turut menentukan cara
dan sikap waktu berdiri maupun duduk berdekatan antara kedua siswa-siswi tersebut.
Selain itu dalam komunikasi nonverbal kinesik terdapat juga unsur penampilan dan
postur atau cara berpakaian yang merupakan sebuah bahasa. Dalam menjalani pacaran di
antara anak remaja seringkali penampilan dan postur tubuh dilibatkan untuk mendukung
penampilan yang prima, menampilkan keindahan dan sensualitas. Unsur yang terakhir
yaitu sikap berdiam diri atau keheningan yang merupakan pesan nonverbal dalam situasi
pacaran di antara anak remaja.
Melihat fenomena tersebut, sehingga penulis berniat melakukan suatu penelitian
dengan judul, “Perilaku Komunikasi Nonverbal Kinesik Siswa SMA Dalam Pacaran
(Studi Deskriptif Pada Siswa SMA Katolik Suria Atambua Kabupaten Belu).”
1.2
Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini adalah ”Bagaimana Perilaku Komunikasi Nonverbal Kinesik Siswa SMA
Katolik Suria Atambua Kabupaten Belu Dalam Pacaran?”
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitan
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui perilaku
komunikasi nonverbal kinesik siswa dalam pacaran pada SMA Katolik Suria
Atambua Kabupaten Belu.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Penelitan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pengetahuan
tentang perilaku komunikasi nonverbal kinesik siswa dalam pacaran pada SMA
Katolik Suria Atambua Kabupaten Belu.
1.4
Kegunaan Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini dibedakan atas aspek teoritis dan aspek praktis.
Kegunaan teoritis berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan sedangkan kegunaan
praktis berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dari berbagai pihak yang membutuhkan.
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Dari aspek teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi akademis bagi pengembangan ilmu komunikasi pada umumnya dan
komunikasi nonverbal kinesik pada khususnya :

Bagi almamater, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam
melengkapi kepustakaan ilmu sosial di lingkungan FISIP Unwira Kupang dan
khususnya kepustakaan Ilmu Komunikasi.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan teori ilmu
komunikasi terutama komunikasi nonverbal kinesik.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang
membutuhkan :

Bagi masyarakat khususnya orang tua, guru dan pelajar SMA, hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang perilaku komunikasi
nonverbal kinesik siswa SMA dalam pacaran.

Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan tinggi pada
Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Unwira Kupang.
1.5
Kerangka Pikiran, Asumsi dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pikiran
Kerangka pikiran ini adalah penalaran yang dikembangkan dalam
memecahkan
masalah
penelitian
ini.
Kerangka
pikiran
pada
dasarnya
menggambarkan jalan pikiran rasional dan pelaksanaan penelitian tentang, Perilaku
Komunikasi Nonverbal Kinesik Siswa SMA Dalam Pacaran (Studi Deskriptif Pada
Siswa SMA Katolik Suria Atambua Kabupaten Belu).
Pacaran antara sesama siswa SMA satu sekolah biasanya menuntut
perhatian di antara mereka dalam menjalaninya. Komunikasi yang lancar tentunya
turut menjadi salah satu faktor sebuah hubungan pacaran. Perilaku nonverbal
dengan berbagai bentuknya, telah memberikan suasana tersendiri dalam
membangun hubungan antarpribadi (pacaran) pada remaja.
Perilaku para siswa SMA Katolik Suria Atambua dalam menjalani pacaran
di sekolah, salah satu caranya dengan menggunakan komunikasi nonverbal. Dengan
demikian feed back di antara mereka selalu menggunakan komunikasi nonverbal.
Jadi di sini keduanya harus mampu menggunakan komunikasi nonverbal selain
komunikasi verbal yang digunakan.
Dalam komunikasi nonverbal ada tiga kategori penggunaan isyarat
nonverbal yakni kinesik, prosemik dan paralinguistik. Tetapi pada penelitian ini,
peneliti lebih fokus pada komunikasi nonverbal kinesik (gerakan tubuh) dengan
unsur-unsurnya: ekspresi wajah, kontak mata, gerakan tangan, kepala, kaki,
penampilan dan postur, serta berdiam diri.
Melalui pesan nonverbal, para siswa SMA Katolik Suria Atambua yang
sedang melakukan pacaran mampu menyampaikan ungkapan cinta mereka dengan
cepat dan dapat dimengerti oleh mereka. Para siswa bisa merasa lebih diperhatikan
oleh pacarnya karena perilaku yang ditunjukkan mereka memiliki ciri khas
tersendiri atau berbeda dengan siswa yang bukan pacarnya.
Dari uraian tersebut, maka kerangka pikiran dari penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.1
Bagan Kerangka Pikiran
Siswa
Laki-Laki
Perilaku Komunikasi
Nonverbal Kinesik Siswa SMU
Dalam Pacaran
 Ekspresi Wajah
 Kontak Mata
 Gerakan Tangan
 Gerakan Kepala
 Gerakan Kaki
 Penampilan dan Postur
 Berdiam Diri
Siswi
Perempuan
Feed Back
1.5.2 Asumsi
Asumsi penelitian merupakan proposisi-proposisi anteseden dan dalam
penalaran yang tersirat dalam kerangka pemikiran yang dijadikan sebagai pegangan
peneliti untuk sampai pada kesimpulan penelitian.
Adapun asumsi yang dipegang oleh peneliti sebelum melakukan penelitian
yaitu, para siswa SMA yang sedang pacaran memperlihatkan perilaku komunikasi
nonverbal kinesik.
1.5.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan pendapat atau kesimpulan sementara terhadap hasil
penelitian yang akan dilakukan. Dengan kata lain, suatu pendapat yang kita
gunakan untuk menangkap kenyataan kebenaran dari sesuatu hal yang belum
terbukti kebenarannya, (Sudarto, 1997 : 53-55).
Jadi hipotesis yang dapat peneliti rumuskan pada penelitian ini adalah:
Perilaku komunikasi nonverbal kinesik siswa SMA Katolik Suria Atambua
Kabupaten Belu dalam pacaran dijalani dengan menggunakan ekspresi wajah,
kontak mata, gerakan tangan, kepala, kaki, penampilan dan postur, dan berdiam
diri, pada lingkungan sekolah.
Download