Analisis Pembiayaan Qardhul Hasan Sebagai Aplikasi Corporate

advertisement
Analisis Pembiayaan Qardhul Hasan Sebagai Aplikasi Corporate Social Responsibility
Entitas Lembaga Keuangan Syari’ah.
Ach. Baihaki
Evi Malia
FE Universitas Islam Madura
[email protected]
Abstract
Corporate social responsibility (CSR) is an organizational concept to respect their stake
holders concern. The application of CSR in Islamic banking should be interesting topic in
discussion. It caused, islamic banking operational system based on Islamic law (Sharia) also
has precious motive to realize social justice. CSR in Islamic banking will be easier to be
realized by supporting of mandatory in Islamic law to have responsibility to the other things,
like man, nature and environment. This research to find out application of social
responsibility in Islamic banking in Indonesia. This present research is qualitative reseasch
with interpretative approach. This research discuss and analysis CSR applicated by Islamic
banking that published financial report. Islamic financial institutions have practiced CSR by
using zakat and qardhul hasan fund based on their religion ideology. The result of this study
recommend that CSR of Islamic Bankings have to distribute their CSR by loan without
margin as qardhul hasan to their costumer especially micro industry to represent their
commitment in sustainability economic development. The apropriate program beside loan
without margin to realize this CSR such as entrepreneurship workshop, educational program,
religious activity and awareness of sustainibility economic development.
Keyword : Qordhul Hasan, CSR, Lembaga Keuangan Syari’ah
I.
Pendahuluan
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi yang salah satunya perusahaan memiliki berbagai bentuk
tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya
adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala
aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Corporate Social Responbility (CSR) adalah komitmen perseroan untukberperan serta
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan gunameningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baikbagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat padaumumnya (Pasal 1 butir 3 UU No.40/2007 tentang PT).
Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai wujud kontribusi nyata
perusahaan dalammewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen
dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh
pemangku kepentingannya.CSR juga seharusnya menjadi sarana untuk membina
kemitraan berkelanjutan dengan segenap pemangku kepentingan dalam mewujudkan
tujuan perusahaan serta menguatkan hubungan antar keduanya. Karena hubungan
kemitraan yang terus terbina akan melahirkan sebuah komitmen positif menuju
kontonyuitas pembangunan dan pengembangan yang berkesinambungan.
Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan
keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana
biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program
CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah
perusahaan yang berorientasi pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan
ekonomis memiliki komitmen moral untuk mendistribusi keuntungan-keuntungannya
membangun masyarakat lokal?.Karena seiring waktu, masyarakat tak sekedar menuntut
perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga
menuntut untuk bertanggung jawab sosial.
Dengan pemahaman tersebut, maka pada dasarnya CSR memiliki fungsi atau peran
strategis bagi perusahaan, yaitu sebagai bagian dari manajemen risiko khususnya dalam
membentuk pengaman sosial (social security). Selain itu melalui CSR perusahaan juga
dapat membangun reputasinya, seperti meningkatkan citra perusahaan maupun pemegang
sahamnya, posisi merek perusahaan, maupun bidang usaha perusahaan.Bahkan dalam
sebuah sistem informasi korporasi terpadu, CSR menjadi salah satu komponen utamanya
yang dapat menjadi media komunikasi perusahaan dengan pelanggannya (Rochaety, dkk,
2013:32).
Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa CSR berbeda dengan charity atau sumbangan
sosial. CSR harus dijalankan di atas suatu program dengan memperhatikan kebutuhan
dan keberlanjutan program dalam jangka panjang. Sementara sumbangan sosial lebih
bersifat sesaat dan berdampak sementara. Semangat CSR diharapkan dapat mampu
membantu menciptakan keseimbangan antara perusahaan, masyarakat dan lingkungan.
Pada dasarnya tanggung jawab sosial perusahaan ini diharapkan dapat kembali menjadi
budaya bagi bangsa Indonesia khususnya, dan masyarakat dunia dalam kebersamaan
mengatasi masalah sosial dan lingkungan.
Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR secara
berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab implementasi
program-program CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh
perusahaan dan seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Karena
tidak hanya bersifat sesaat dan terprogram, sehingga dengan semangat CSR tersebut
kontrol dan pengembangan program untuk selanjutnya akan lebih mudah dilakukan.
Dalam UU no 40 tahun 2007 dijelaskan, bahwa kegiatan CSR bukan semata-mata
kewajiban karena tuntutan regulasi, tetapi sebuah kesadaran yang melahirkan komitmen
berkelanjutan. Setiap perseroan terbatas yang melaksanakan kegiatan bisnis di Indonesia
sudah sepatutnya untuk melakukan kegiatan CSR. Bukan sebatas kegiatan artifisial guna
memenuhi kelayakan operasional perusahaan, namun diusung sebagai bagian kesertaan
dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Perbankan Syariah yang berbadan hukum perseroan terbatas di Indonesia sudah
seharusnya menjadi bagian dalam mengimplementasikan kegiatan CSR. Penerapan CSR
di perbankan syariah seharusnya menjadi sesuatu yang menarik untuk dilakukan
pembahasan, karena perbankan syariah yang operasionalnya berlandaskan
ketentuanagama juga memiliki tujuan yang mulia yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan
sosial. CSR dalam perbankan syari’ah akan lebih mudah diwujudkan dengan adanya
kewajiban akidah yang mendasari sistem operasionalnya, dimana ada beberapa
instrument operasional perbankan syari’ah yang menuntut adanya peran serta aktif setiap
manusia apalagi perusahaan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, terutama
masyarakat di sekitar tempat beroperasinya entitas tersebut.
Dengan adanya program CSR diharapkan dampak akhirnya akan meningkatkan
keberhasilan bisnis perbankan syariah secara menyeluruh.Jika kegiatan tanggung jawab
sosial perbankan syariah terbukti mampu mendatangkan manfaat ekonomi yang jelas dan
signfikan bagi perbankan syariah sendiri, maka mestinya kegiatan CSR tidak dilakukan
setengah-setengah. Apalagi dengan perkembangan lembaga keuangan syari’ah yang
semakin tinggi, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas layanannya.Sehingga kegiatan
CSR perbankan syariah sudah seharusnya dikuatkan dalam orientasi pelaksanaannyadan
dilakukan dengan sungguh-sungguh serta berkesinambungan. Adapun perkembangan
jumlah perbankan syari’ah dari sisi jumlah adalah sebagai berikut:
Tabel 1: Jumlah kantor dan SDM Bank Syari’ah
Jenis
Bank
BUS
UUS
BPRS
2010
2012
2013
2014
Absolut Pertumbuhan Absolut Pertumbuhan Absolut Pertumbuhan Absolut Pertumbuhan
1215
262
286
100%
100%
100%
1745
517
401
BUS
15224
100%
UUS
1868
100%
BPRS
3172
100%
Sumber: Statistik OJK RI
24111
3108
4559
Jumlah Kantor
144%
1998
197%
590
140%
402
jumlah Karyawan
158%
26717
166%
11511
144%
4826
164%
225%
141%
2151
320
439
177%
122%
153%
175%
616%
152%
41393
4425
4704
272%
237%
148%
Dengan banyaknya jumlah kantor lembaga keuangan syari’ah tersebut, utamanya yang
telah berbadan hukum perseroan terbatas. Maka menjadi sebuah indikasi awal bahwa
corporate social responsibility yang harus dilakukan oleh perbankan syari’ah di
Indonesia merupakan suatu keniscayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sebagai pemangku kepentingannya. Selain itu lembaga keuangan syari’ah tersebut yang
memiliki suatu kelebihan dalam pertanggungjawaban sosialnya yang telah diwajibkan
agama islam sebagai landasan operasionalnya yang berupa zakat (bersifat wajib) dan
yang bersifat sukarela, seperti infaq dan shadaqah.
Sehingga penelitian tentang Pembiayaan qardhul hasan sebagai aplikasi corporate social
responsibility entitas lembaga keuangan syari’ah menjadi penting untuk dilakukan.
Adapun rumusan masalah yang menjadi fokus dari penelitian kali ini adalah
“Bagaimanakah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Bank Syari’ah di
Indonesia?” dengan tujuan untuk mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility
(CSR) pada industry perbankan syari’ah di Indonesia.
II.
Kajian Teori
2.1. Penelitian Terdahulu
Ada banyak sekali penelitian yang telah dilakukan terkait dengan qardhul hasan dan
penerapan CSR secara terpisah.Penelitian yang banyak dilakukan adalah seputar
CSR.Akan tetapi penelitian-penelitian terdahulu yang mengkaitkan antara penerapan CSR
dengan menggunakan menggunakan qardhul hasan masih merupakan sesuatu yang baru
dan belum banyak dilakukan penelitian.
Menne, dkk (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh pelaksanaan CSR pada kinerja
keuangan lembaga-lembaga keuangan islam di Indonesia yang menggunakan industri
perbankan sebagai objek analisisnya. Penelitian tersebut melakukan pengamatan dan
analisis atas kausalitas perusahaan yang melaksanakan CSR dengan instrumen zakat dan
qardh dengan menggunakan analisa regresi.Adapun hasil penelitiannya adalah terdapat
peningkatan kinerja keuangan bagi perusahaan yang melaksanakan CSR.
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian kali ini adalah fokus penelitian
yang tidak mencari hubungan kausalitas dan analisa kuantitatif. Akan tetapi penelitian
sekarang akan melakukan analisa kritis atas pelaksanaan CSR yang telah dilakukan oleh
lembaga keuangan syari’ah di Indonesia. Disamping itu ada alternatif yang akan
ditawarkan dalam tata laksana CSR yang bisa memanfaatkan instumen akad pada lembaga
keuangan syari’ah yang berupa qardhul hasan.
2.2. Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung jawab social perusahaan atau CSR (Corporate Social Responsibility) menurut
Wales adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya)
perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan,
pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
Sedangkan, Menurut Hackston dan Milne, tangggung jawab sosial perusahaan sering
disebut juga sebagai corporate social responsibility atau social disclosure, corporate
socialreporting, social reporting merupakan proses pengkomunikasian dampak sosialdan
lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khususyang
berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring,2005).
Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan adalah proses yang digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan
informasi berkaitan dengan kegiatan perusahaan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial
masyarakat dan lingkungan. Jenis pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory)
dan sukarela (voluntary). Setelah diberlakukannya undang-undang No.40 Pasal 74 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, di Indonesia perusahaan yang menjalankan usahanya
berkaitan atau di bidang sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Oleh karena itu perusahaan tersebut juga wajib melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial lingkungan.
Masnila (2010) mengatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang, yaitu dari tingkat pengungkapan, tema yang diungkapkan,
tipe pengungkapan , maupun lokasi atau tempat pengungkapan tersebut dilakukan dalam
laporan tahunan.Alasan yang mendorong praktik pengungkapan sosial dan lingkungan
menurut Deegan (dalam Chariri dan Ghozali, 2007) antara lain :
1. Mematuhi persyaratan yang ada dalam undang-undang.
2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi.
3. Mematuhi pelaporan dalam proses akuntabilitas.
4. Mematuhi persyaratan peminjaman.
5. Mematuhi harapan masyarakat.
6. Konsekuensi ancaman atas legitimasi perusahaan.
7. Mengelola kelompok stakeholder tertentu.
8. Menarik dana investasi.
9. Mematuhi persyaratan industri.
10. Memenangkan penghargaan pelaporan.
2.3. Qardul Hasan
Qardul hasan adalah salah satu instrument pembiayaan syari’ah yang tidak begitu populer
dibandingkan dengan jenis-jenis pembiayaan yang lain, seperti murabahah, rahn dan
ijarah. Bahkan dalam pengembangan pembiayaan berlandaskan qardul hasan hanya
diberikan oleh bank umum syari’ah hanya sebesar 3% dan oleh bank pembiayaan rakyat
syari’ah sebesar 2% sebagaimana pada tabel 1 dan tabel 2.Padahal qardul hasan sendiri
memiliki karakteristik yang bisa dikembangkan menjadi sebuah akad terpilih bukan hanya
alternatif.
Qardh adalah memberikan (menghutangkan) harta kepada orang lain tanpa mengharapkan
imbalan untuk dikembalikan dengan pengganti yang sama dan dapat ditagih atau diminta
kembali kapan saja penghutang menghendaki. Akad qardh diperbolehkan dengan tujuan
meringankan (menolong) beban orang lain (Nor, 2007:100). Sehingga dengan ini maka
sebenarnya semangat untuk melahirkan sebuah kontrak ekonomi yang berbasis kerja sama
akan lebih mudah terwujud dan pengembangan ekonomi islam dengan tidak
meninggalkan cita-cita luhurnya akan lebih mudah dicapai.
Tabel 1: Pembiayaan BUS dan UUS
Per: April 2015 (dalam miliar rupiah)
Jenis
Jumlah Persentase
Pembiayaan
Akad
Mudharabah
14388
7%
Tabel 2: Pembiayaan BPRS
Per: April 2015 (dalam Jutaan rupiah)
Jenis
Jumlah Persentase
Pembiayaan
Akad
Mudharabah
133805
3%
Akad
Musyarakah
52672
Akad
Murabahah
117210
Akad Salam
0
Akad Istishna'
664
Akad Ijarah
11454
Akad Qardh
5138
Akad Lainnya
Total
201526
Sumber: Statistik OJK RI
26%
58%
0%
0.0033%
6%
3%
0%
100%
Akad
Musyarakah
582366
11%
Akad Murabahah 4212147
Akad Salam
16
Akad Istishna'
12059
Akad Ijarah
6614
Akad Qardh
108523
Akad Lainnya
270571
Total
5326101
79%
0.0003%
0.2264%
0.1242%
2%
5%
100%
Dalam hal pencatatan akuntansinya penyaluran dana qardhul hasan telah menjadi amanat
yang harus disajikan oleh lembaga keuangan syari’ah dalam bentuk laporan sumber dan
penggunaan dana qardhul hasan sebagaimana tercantum dalam PSAK Syari’ah 101.
Dengan adanya laporan keuangan tersebut mengindikasikan bahwa qardhul hasan
seharusnya menjadi suatu bagian penting dalam sebuah proses operasional lembaga
keuangan syari’ah. Karena qardhul hasan memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi
dibandingkan penyaluran dana zakat yang sebenarnya juga merupakan anjuran dalam
ajaran agama islam. Qardhul hasan menurut PSAK Syari’ah juga bersumber dari beberapa
hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Infak
Shadaqah
Denda
Hasil pengelolaan wakaf
Pendapatan tidak halal
Maka dengan sifat fleksibilitas penyaluran dana qardhul hasan tersebut dan variabilitas
jenis sumber dana qardhul hasan seharusnya menjadikan lembaga keuangan syari’ah bisa
memperkuat eksistensinya di kehidupan masyarakat dengan akad tersebut. Karena akad
tersebut pula sebenarnya bisa menunjukkan kepedulian lembaga keuangan syari’ah
terhadap kehidupan sosial dan keberlangsungan pembangunan ekonomi masyarakat di
sekitarnya dimana lembaga keuangan syari’ah tersebut beroperasi.
Qardhul hasan juga menjadi menarik dengan adanya perlakuan yang secara tersirat bahwa
dana tersebut sudah diikhlaskan sebagai dana sosial yang sebenarnya bisa disalurkan
dalam bentuk dana produktif. Disamping itu pembiayaan qardhul hasan juga menjadi
penciri yang akan membedakan sistem perekonomian islam dengan sistem perekonomian
lainnya. Karena dengan skema tersebut lembaga keuangan syari’ah tidak diperbolehkan
untuk mengenakan margin sebagaimana akad murabahan, bagi hasil sebagaimana
mudharabah dan musyarakah, atau fee (imbalan) sebagaimana akad-akad ijarah dan
semacamnya.Dalam akad qardhul hasan tersebut hanya boleh membebankan biaya yang
dinyatakan dalam satuan rupiah tertentu, bukan dalam bentuk persentase.
Lembaga keuangan syari’ah yang memiliki induk perusahaan yang tidak beroperasi secara
syari’ah juga memiliki kesempatan yang besar dalam ikut menyalurkan dana dari
pendapatan tidak halal tersebut kepada masyarakat. Sehingga dengan adanya kemitmen
yang baik untuk mewujudkan kesejahteraan bersama sesuai dengan tujuan ideologis
pengembangan ekonomi syari’ah dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia sebagaimana amanat konstitusi, maka lembaga keuangan syari’ah telah
memiliki skema yang cukup baik.
2.4. Lembaga Keuangan Syari’ah
Perkembangan sistem ekonomi syariah saat ini dimotori oleh kemunculan lembaga
keuangan, maka keberadaan lembaga keuangan haruslah terus dijaga.Lembaga keuangan
syari’ah yang berkembang dengan baik adalah lembaga intermediasi keuangan, baik yang
berbadan hukum koperasi ataupun yang berbadan hukum perseroan terbatas.Lembagalembaga keuangan tersebut dalam operasinya memiliki tanggung jawab sosial untuk turut
serta dalam pembangunan yang berkesinambungan sebagai imbas atas operasi untuk
menghasilkan labanya. Sehingga sebelum mengetahui lebih lanjut tentang kewajiban
pertanggungjawaban sosial yang dimilikinya, perlu diketahui jenis-jenis lembaga
keuangan yang berkembang yaitu:
1. Lembaga keuangan syari’ah berbasis intermediasi keuangan
lembaga keuangan syari’ah yang beroperasi dalam skema iniadalah koperasi, BMT,
Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah, Bank Umum Syari’ah, dan unit usaha syari’ah.
Kegiatan utama dari lembaga keuangan ini adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Muhammad (2009:69), menyatakan
lembaga intermediasi keuangan syari’ah dibuat untuk membantu pemilik potensi yang
kekurangan modal kerja.
2. Lembaga keuangan syari’ah berbasis finance
Lembaga keuangan syari’ah yang berbasis pembiayaan (finance) ini tidak menghimpun
dana dari masyarakat dalam kegiatan operasionalnya. Akan tetapi dalam kegiatan
usahanya akan tetap dilakukan dalam bentuk menyalurkan dana langsung kepada
masyarakat, baik dalam bentuk pembiayaan konsumtif ataupun produktif. Selain itu
lembaga yang juga banyak bermunculan adalah lembaga leasing yang berbasis syari’ah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan
dengan pembayaran angsuran (Salman, 2012:7).
3. Lembaga keuangan syari’ah berbasis asuransi
Asuransi muncul sebagai bentuk tanggung jawab sosial untuk saling tolong menolong
dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dalam kehidupan bermasyarakat ada semangat
bersama untuk saling menjamin antar masyarakat. Adapun perbedaan asuransi
konvensional dengan asuransi takaful adalah terletak pada proses pengelolaan premi yang
dibayarkan oleh anggota asuransi.
4.
Lembaga keuangan syari’ah berbasis pasar modal syari’ah
Pasar modal syari’ah juga telah menghiasi perkembangan dan dinamika perekonomian
syari’ah, dimana pasar modal sebagai salah satu wahana investasi harus juga mengikuti
perkembangan dinamika keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya dengan
tidak meninggalkan nilai-nilai luhur ajaran agamanya.
5.
Lembaga keuangan berbasis entitas nirlaba
Lembaga keuangan berbasis entitas nirlaba ini adalah lembaga keuangan yang
menghimpun dan menyalurkan dananya dengan prinsip syari’ah dan tidak dibentuk untuk
menghasilkan laba. Dalam hal ini lembaga keuangan yang menggunkan prinsip tata
kelola syari’ah diantaranya adalah Badan Amil Zakat, Masjid, Pesantren (tempat
pendidikan islam) dan lembaga-lembaga lain yang melakukan kegiatan nirlaba yang
berbasiskan ajaran islam.
III.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan Interpretif.
Menurut Neuman (1997: 62) terdapat tiga pendekatan dalam penelitian kulitatif, yaitu
positivisme, interpretif, dan kritikal. Pendekatan interpretif berangkat dari upaya untuk
mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada
perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretif diadopsi dari
orientasi praktis. Secara umum pendekatan interpretif merupakan sebuah sistem sosial
yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. (Neuman, 1997: 68).
Penelitian ini membahas dan mengkaji tentang CSR yang dilakukan oleh Bank Syari’ah
yang laporan keuangannya dipublikasikan.Data yang diperoleh akan dianalisis dan dikaji
sesuai dengan fokus penelitian yang ditetapkan.Sumber data yang dibutuhkan meliputi
data sekunder, yaitu dengan Metode library (documentary) research atau
documentaryanalysis. Oleh karenanya, penelitian ini mengharuskan peneliti melakukan
penelusuran balik dan pemahaman terhadap proses terbitnya sebuah dokumen (artifact),
dalam hal ini adalah annualreportsdari lembaga keuangan syari’ah yang
mempublikasikan laporannya di ojk.go.id.
Data yang digunakan adalah annual report beberapa Bank umum syari’ah yang laporan
keuangannya dipublikasikan di website otoritas jasa keuangan yang sampai tahun
2014.Terdapat 12 Bank umum syari’ah yang terdaftar di website resmi dari otoritas jasa
keuangan,bank-bank tersebut adalah BCA Syari’ah, Bank BNI Syari’ah, Bank BRI
Syari’ah, Bank Jabar Banten Syari’ah, Bank Maybank Syari’ah Indonesia, Bank
Muamalat Indonesia, Bank Panin Syari’ah tbk., Bank Bukopin Syari’ah, Bank Syari’ah
Mandiri, Bank Syari’ah Mega Indonesia, Bank Victoria Syari’ah, dan Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Syari’ah. Akan tetapi penulis hanya mengambil 5 bank untuk
mewakili, yaitu : Bank Bukopin Syari’ah, Bank BTPN Syari’ah, Bank BRI Syari’ah,
Bank Mega Syari’ah dan Bank Panin Syari’ah tbk.
Untuk melakukan analisis data, dilakukan rangkaian proses sebagaimana Miles dan
Huberman (Emzir, 2010) menyatakan bahwa terdapat tiga macam kegiatan analisis data
kualitatif, yaitu:
1. Reduksi Data
Proses reduksi yang dilakukan adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang
tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya
bila diperlukan.
2. Model Data (Data Display)
Display data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk : uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. Miles dan Huberman (1984)
menyatakan : “the most frequent form of display data for qualitative research data in the
pas has been narative tex” artinya : yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Selain dalam bentuk naratif,
display data dapat juga berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja).
3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas,
sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
IV.
Pembahasan
Perbankan syariah yang beroperasi sebagai lembaga intermediasi keuangan yang
menghimpun dananya dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat.
Sehingga dengan dengan hal tersebut sudah seharusnya, lembaga keuangan syari’ah
memiliki tanggung jawab sosial yang lebih tinggi untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat yang terlibat dalam sistem operasionalnya. Lembaga keuangan syariah yang
berbadan hukum perseroan terbatas juga seharusnya tunduk kepada aturan perundanganundangan yang mengatur adanya penerapan CSR yaitu UU No. 40 tahun 2007 tentang
PT.
CSR memang merupakan sebuah konsep baru yang berkembang sejak pertengahan kedua
abad 20 yang pada awal kemunculan isu ini masih ditolak untuk membahas dan
menganalisis hubungan antara bisnis-masyarakat (Gariga dan mele dalam menne, dkk:
2016). Akan tetapi dalam hal tanggung jawab sosial, ajaran islam telah mewajibkan
kepada seluruh penganut ajarannya untuk membayar zakat yang bersifat mengikat dan
wajib serta melakukan kegiatan sukarela dalam pengentasan kesenjangan kesejahteraan
masyarakat yang bisa berupa infaq, shadaqah. Konsep tanggung jawab sosial merupakan
kewajiban yang harus dilakukan sebagai tanggung jawab manusia dengan segala bentuk
aktivitasnya di muka bumi sebagai khalifah (QS. Al Baqarah:30).
Baihaki (2015) menyatakan bahwa akuntansi syari’ah telah memiliki instrument akad
yang baik yang berupa kewajiban untuk laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta
laporan sumber dan penggunaan dana Qardul Hasan yang sebenarnya telah terlebih
dahulu menjadi cirri khas ekonomi islam yang jika dibandingkan dengan konsep
Corporate Social Responsibility (CSR) yang baru-baru ini muncul. Bahkan dengan
menggunakan dana zakat yang harus dikeluarkan dari harta yang dimiliki oleh sebuah
entitas menjadikannya lebih efektif untuk mendekatkan perusahaan kepada masyarakat.
Jika hal tersebut terwujud, maka kesetiaan masyarakat terhadap produk tersebut menjadi
lebih baik. Sebagai ilustrasi awal jumlah dana zakat yang disalurkan oleh Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) adalah sebagaimana tersaji pada tabel 3:
Tabel 3:
Badan Amil Zakat Nasional
Laporan Penerimaan dan Penyaluran Dana Zakat
2012
Penerimaan sampai akhir tahun
Penyaluran dana sampai akhir
tahun
Sumber, BAZNAS
2013
50,220,719,886.92 59,019,259,845.87
38,513,551,378.00 44,363,070,093.00
Berdasarkan data tersebut jumlah dana yang terhimpun dari masyarakat masihlah kecil,
jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat Indonesia. Karena memang kebudayaan
masyarakt Indonesia yang biasa mengelola pembagian zakatnya sendiri. Sehingga dengan
adanya budaya tersebut, maka sangat memungkinkan untuk menjadikan pembiayaan
qardhul hasan sebagai bagian dari program CSR perusahaan dan mengubah pola
penyaluran infaq, shadaqah dan dana sosial lain dari yang berbasis hibah menuju berbasis
produktif dan pemberdayaan.
Dalam pelaksanaan CSRnya, perbankan syari’ah dapat menggunakan dana yang berasal
dari keuntungan perusahaan, zakat para karyawan dan sumbangan sosial (dari karyawan).
Ketiga sumber dana ini dapat dikombinasikan sedemikian rupa dalam menciptakan
kegiatan CSR yang lebih efektif. Beberapa perusahaan ada yang menambahinya dengan
dana promosi perusahaan.Untuk dapat mendukung program peningkatan kesejahteraan
masyarakat, selayaknya CSR perbankan syariah lebih menitikberatkan pada upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat yang memiliki orientasi perwujudan kemandirian ekonomi.
Pilihan ini diambil untuk menyelaraskan kegiatan CSR dengan fungsi utama perbankan
syariah sebagai salah satu instrumen ekonomi di tengah masyarakat.
Beberapa program CSR yang bisa dilakukan oleh perbankan syariah adalah :
pengembangan kewirausahaan, pemberian bantuan modal usaha bagi pengusaha mikro,
bimbingan atau pendampingan usaha, pengembangan dan fasilitasi program dana
bergulir, pembentukan jaringan kelompok usaha (sentra usaha), pembentukan wahana
pemasaran bersama serta pengembangan dan penguatan lembaga keuangan mikro
syariah.Manfaat yang dirasakan dengan adanya program CSR perbankan syariah adalah
meningkatnya citra bank syariah di tengah masyarakat sebagai alternatif instrumen
mengurangi kesenjangan kesejahteraandan memperkuat promosi serta meningkatkan
loyalitas nasabahnya.
Sebagai gambaran awal untuk memahami komitmen perbankan syari’ah di Indonesia
dalam mengelola dana kebajikannya bisa diperhatikan tabel 4 yang membahas tentang
sumber dan penyaluran dana qardhul hasan di Indonesia. Pada tabel tersebut terdapat
penghimpunan dana yang dilakukan oleh beberapa bank umum syari’ah di Indonesia
yang secara total dalam satu periode mencapai nilai Rp 74.671.769.402,- dan yang
disalurkan hanya sebesar Rp 6.898.498.845. apalabila dana yang terkumpul tersebut
disalurkan untuk memberdayakan masyarakat yang minus modal kerja dan surplus
potensi dengan tanpa membebani pihak-pihak tersebut dengan balas jasa atas penggunaan
modal kerja bank tersebut. Maka akan semakin banyak bermunculan potensi masyarakat,
karena dana qardhul hasan tersebut telah dialokasikan khusus untuk kegiatan-kegiatan
sosial kemasyarakatan.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tabel 4:
Daftar Sumber dan penyaluran dana qardhul hasan Bank Umum Syari’ah di
Indonesia
Jumlah Dana
Jumlah Penyaluran
Nama Bank
Qardhul Hasan
Dana Qardhul Hasan
Bank Victoria Syari'ah
296,927,238
98,550,000
Bank Syari'ah Bukopin
844,498,353
494,715,374
Maybank Syari'ah
Indonesia
376,000,000
BTPN Syari'ah
210,000,000
48,000,000
BRI Syari'ah
3,019,000,000
2,714,000,000
Bank Panin Syari'ah
439,871,000
35,450,000
Bank Mega Syari'ah
763,053,000
138,400,000
BCA Syari'ah
1,455,800,706
210,228,425
Bank Syari'ah Mandiri
66,364,619,105
2,260,155,047
BNI Syari'ah
902,000,000
899,000,000
74,671,769,402
6,898,498,846
4.1. Deskripsi Penyaluran Dana CSR Perbankan Syari’ah di Indonesia
a. Bank Bukopin
Bank Bukopin melaksanakan komitmen tanggung jawab sosialnya dengan membaginya
menjadi dua program yaitu:
a. Program berkelanjutan yang memiliki tujuan jangka panjang dan merupakan program
berkelanjutan. Adapun program bank tersebut difokuskan pada dua bidang yaitu
pendidikan dan pemberdayaan ekonomi mikro.
b. Basic program yang disesuaikan dengan kebutuhan, seperti bantuan korban bencana
alam, kesehatan, pendidikan, religi/ sosial, dan ekonomi.
Adapun dana bank bukopin syari’ah tersebut memang bersumber dari dana qardhul
hasan. Adapun kegiatan yang berkesinambungan dalam hal pendidikan adalah
pengenalan dunia perbankan syari’ah kepada peserta didik.Sementara kegiatan bantuan
yang bersifat hibah lebih banyak diwujudkan dalam kegiatan ramadhan.Pengungkapan
dari program-program CSR telah dilakukan dengan baik.
b. Bank BTPN Syari’ah
Bank BTPN syari’ah juga telah melaksanakan program CSRnya dengan memanfaatkan
dana zakat dan qardhul hasan yang dimilikinya dengan beberapa kegiatan yang
difokuskan pada kesehatan, pengembangan usaha dan komunitas yang diwujudkan dalam
tiga pilar daya. Tiga pilar daya tersebut adalah daya sehat sejahtera, daya tumbuh usaha
dan daya tumbuh komunitas.Adapun penerima manfaat pilar daya tersebut sampai tahun
2014 adalah sebanyak 1.099.114 yang programnya dilaporkan dengan baik dalam laporan
tahunan bank tersebut.
Program CSR bank BTPN syari’ah tersebut lebih banyak berbentuk program,
sebagaimana dilaporkan adalah pelatihan tenaga kesehatan dan kesadaran akan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat lewat pengembangan usaha. Pola pembinaan
berkesinambungan berbasis pelatihan, membuktikan bahwa CSR bank BTPN telah
diformulasikan dengan baik dan tidak hanya berbasis hibah.
c. BRI Syari’ah
BRI Syari’ah sebagai anak perusahaan dari BRI telah melakukan CSR yang terprogram
dengan baik yang meliputi beberapa bidang pendidikan, kesehatan, sarana publik dan
lingkungan hidup, santunan untuk musibah dan bencana, dakwah dengan bantuan sarana
ibadah dan pemberdayaan ekonomi. Bahkan BRI Syari’ah telah bekerja sama dengan
BAZNAS dalam penyaluran dana zakat produktif karyawannya.
BRI Syari’ah juga mengungkapkan persentase besaran dana yang dialokasikan untuk
kegiatan CSR selama tahun 2014 yang menjadi kewajibannya. Dibidang pendidikan
menyerap 9%, kesehatan 8%, sarana publik dan lingkungan hidup sebesar 5%, santunan
untuk musibah dan bencana 47%, dakwah dengan bantuan sarana ibadah 19%, dan
pemberdayaan ekonomi sebesar 11%. Wujud publikasi ini mengindikasikan adanya
pertanggungjawaban yang baik atas penggunaan dana kebajikan yang dikelolanya.
d. Bank Panin Syari’ah
Bank panin syari’ah sebagai bank syari’ah yang telah go public telah melakukan dan
melaporkan kegiatan tanggung jawab sosialnya yang tahun 2014 merupakan kegiatan
perdana CSRnya. Dalam kegiatan perdana tersebut yang menjadi prioritas programnya
adalah kenyamanan belajar dan beribadah di sekolah.Atas tema tersebut program yang
diangkat adalah paging system untuk mendukung kenyamanan beribadah di sekolah.
Sedangkan untuk kenyamanan kegiatan belajar diputuskan untuk memberikan bantuan
gordyn.Bahkan untuk program-program selanjutnya direncanakan untuk pelatihan
pemberdayaan kepada kaum dhuafa, kepedulian terhadap lingkungan dan sosialisasi di
bidang syari’ah bagi peserta didik. Dalam hal sumber dana dialokasikan dari zakat
perseroan yang dimilikinya.
e. Bank Mega Syari’ah
Bank Mega Syari’ah telah melakukan program tanggung jawab sosial dengan bekerja
sama dengan organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan.Bank mega syari’ah telah
melakukan kegiatan yang terprogram dan juga bantuan-bantuan yang bersifat sosial
dengan melibatkan mitra dalam kegiatannya.Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan
untuk pendidikan dan pengembangan masyarakat. Dana yang digunakan untuk
melakukan kegiatan tanggung jawab sosial tersebut menggunakan dana-dana zakat
korporasi dan dana kebajikan yang didapatkan oleh perusahaan.
4.2 Analisis SWOT Qardhul Hasan sebagai aplikasi CSR
Maka untuk analisa lebih lanjut atas pembiayaan qardhul hasan yang bisa menjadi
alternatif CSR bagi perbankan syari’ah perlu dilakukan analisa SWOT sebagai berikut:
1. Kekuatan
CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pemangku
kepentingannya dan sebagai kepedulian atas pembangunan yang berkesinambungan telah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kewajiban lembaga keuangan syari’ah yang
beroperasi berdasarkan prinsip nilai-nilai islam. CSR telah didukung oleh aturan islam
sebelum adanya tuntutan kesadaran akan tanggung jawab sosial suatu perusahaan dan
kewajiban sesuai dengan aturan perundang-undangan perseroan terbatas. Sumber dana
untuk kegiatan tanggung jawab sosial dalam ketentuan syari’ah telah ada sebelumnya
dalam ketentuan syari’ah dalam bentuk zakat yang mengikat perusahaan dan infaq serta
shadaqah yang akan menunjukkan bukti kesungguhan perusahaan dalam
keberlangsungan pembangunan.
Instrumen akad syari’ah juga mendukung adanya penyaluran dana kebajikan yang
terkumpul tersebut ke dalam program yang berkesinambungan. Karena dalam konsep
operasional perbankan syari’ah dan lembaga keuangan syari’ah lainnya terdapat
pembiayaan qardhul hasan yang tidak berbentuk hibah, akan tetapi tidak menuntuk
adanya bagi hasil, margin dan fee (imbalan). Sehingga dengan adanya pembiayaan
tersebut akan menjadikan lembaga keuangan syari’ah lebih lebih berkarakter dan
membedakannya dengan lembaga keuangan konvensional.
Dalam hal besaran jumlah dana yang bisa digunakan untuk kegiatan CSR di lembaga
keuangan syari’ah lebih besar dibandingkan dengan lewajiban lembaga keuangan
konvensional. Dalam kewajiban dana CSR menurut peraturan peundang-undangan, hanya
dipersyaratkan 1% dari total laba. Sedangkan dalam korporasi syari’ah harus
menyisihkan 2,5% untuk zakat, baik korporasi maupun karyawan. Selain dana zakat juga
ada dana yang bersifat suka rela yang berupa infaq, shadaqah dan hibah. Sehingga
variabilitas sumber dana menjadi lebih banyak dibandingkan lembaga keuangan
konvensional.
Masyarakat Indonesia juga pada dasarnya adalah masyarakat dengan kebudayaan yang
saling tolong menolong dalam kehidupan sosialnya.Qardhul hasan juga merupakan
pembiayaan yang prinsip dasarnya adalah memberikan pinjaman dengan maksud untuk
membantu pihak-pihak yang membutuhkan tanpa adanya tujuan utama untuk
mendapatkan balas jasa. Sehingga adanya pembiayaan qardhul hasan juga akan menjaga
eksistensi nilai kebudayaan dalam kehidupan berbangsa bagi masyarakat Indonesia.
2. Kelemahan
Lebih banyak lembaga keuangan syari’ah menyalurkan dana CSRnya masih berupa
bantuan dari pada pemberdayaan. Meskipun bantuan tersebut bersifat kesinambungan
untuk tujuan jangka panjang, akan tetapi lembaga keuangan syari’ah yang bersifat
lembaga intermediasi keuangan seharusnya menyalurkan dana CSRnya tersebut dalam
bentuk pinjaman yang bersifat memberdayakan. Pinjaman tersebut telah ada dalam
instumen lembaga keuangan syari’ah yang berupa pembiayaan qardhul hasan.
CSR lembaga keuangan syari’ah juga masih susah untuk diwujudkan untuk pembiayaan
yang bersifat pemberdayaan, karena sumber dana untuk CSR tersebut masih berasal dari
dua sumber dana yang berbeda yaitu dari dana zakat dan dana qardhul hasan. Dana zakat
penyalurannya bersifat mengikat kepada pihak-pihak yang telah ditentukan dalam aturan
syari’ah. Sehingga sudah seharusnya dana tersebut disalurkan dalam bentuk bantuan.
Akan tetapi dari pengumpulan danaqardhul hasan sendiri seharusnya bisa disalurkan
dalam bentuk dana pemberdayaan yang bersifat produktif.
3. Peluang
Pembiayaan qardhul hasan seharusnya menjadi alternatif penyaluran dana CSR bagi
lembaga keuangan syari’ah. Karena dengan akad tersebut, selain bisa meningkatkan
karakteristik lembaga keuangan syari’ah. Qardhul hasan juga akan meningkatkan
kepercayaan nasabah dan calon nasabah untuk lebih percaya bahwa lembaga keuangan
syari’ah berbeda dengan lembaga keuangan konvensional dan akan menghapuskan kesan
bahwa lembaga keuangan syari’ah adalah lembaga keuangan konvensional yang
diislamkan.
Qardhul hasan juga akan memberikan efek pemberdayaan lebih baik dibandingkan
hibah. Karena kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih kurang memperhatikan
program pemberdayaan yang bersifat hibah. Sehingga ketika pertanggungjawaban atas
hibah tersebut selesai, maka programnya akan selesai. Akan sangat berbeda dengan
pemberdayaan yang bersifat dana bergulir, tanggung jawab akan pengelolaan dananya
akan menjadi lebih baik.
4. Tantangan
Tantangan terbesar dalam penyaluran dana CSR lembaga keuangan syari’ah dalam
bentuk pembiayaan qardhul hasan adalah kesungguhan lembaga keuangan syari’ah untuk
menyalurkan dananya dalam skema tersebut. Karena sumber pendapatan lembaga
keuangan syari’ah yang berasal dari penyaluran dananya yang dihimpun dari
masyarakat.Sehingga dengan adanya komitmen untuk menyalurkan dananya dalam
bentuk pembiayaan qardhul hasanakan menciptakan kecenderungan lembaga keuangan
syari’ah tidak bisa menghasilkan laba.
Padahal dalam penyaluran dana tersebut akan menjadi bukti kesungguhan untuk
mewujudkan tujuan dibentuknya lembaga keuangan syari’ah yaitu mewujudkan keadilan
sosial. Kesungguhan untuk membagi skema pembiayaan menjadi berbasis balas jasa dan
yang bersifat sosial. Sehingga dalam perlakuan akuntansinya diperlukan standar yang
lebih terperinci untuk memudahkan tata kelola dana qardhul hasan tersebut. Karena
setelah perubahan standar akuntansi dari PSAK 59 ke PSAK khusus syari’ah belum ada
standar yang khusus untuk mengatur pembiayaan qardhul hasan sebagaimana akad
pembiayaan yang lain. Padahal akad qardhul hasan merupakan akad yang bisa mewakili
semangat pemberdayaan ummat.
Berdasarkan informasi dan analisa yang telah dilakukan, maka ada beberapa hal yang
perlu dijadikan referensi atas penggunaan pembiayaan qardhul hasan sebagai aplikasi
corporate social responsibility bagi lembaga keuangan syari’ah, yaitu sebagai berikut:
V.
1. Lembagakeuangan syari’ah telah melakukan program CSR dengan memanfaatkan
dana zakat (baik korporasi atau karyawannya) dan dana qardhul hasan yang
dihimpunnya.
2. Penyaluran dana CSR yang dilakukan oleh perbankan syari’ah masih lebih banyak
yang bersifat bantuan, meskipun bantuan tersebut sebenarnya berdimensi jangka
panjang, misalnya terhadap kesadaran masyarakat yang menerima bantuan tersebut
untuk melakukan transaksi keuangan dengan menggunakan lembaga keuangan
syari’ah.
3. Penyaluran dana CSR dalam bentuk pembinaan masih sangat kecil proporsinya.
Sehingga kadang kala belum bisa menunjukkan kepada masyarakat tentang eksistensi
perbedaan antara lembaga keuangan syari’ah dengan konvensional.
4. Perlunya komitmen yang kuat dari lembaga keuangan syari’ah untuk bersedia
menyalurkan dana CSRnya dalam bentuk pembiayaan qardhul hasan, karena akan
mengurangi permintaan pembiayaan dalam bentuk akad yang lain yang berbasis
margin, fee dan bagi hasil.
Kesimpulan
1. CSR adalah suatu komitmen bersama dari seluruh Stakeholder Bank Syariah
(pemegang saham, manajemen, karyawan, nasabah bahkan pemerintah) untuk
bersama-sama bertanggungjawab terhadap masalah-masalah sosial. CSR dan
tanggungjawab Bank Syariah dibuktikan dengan adanya keterlibatan langsung dan
kontinuitas Bank Syariah dalam setiap kegiatan CSR yang dilakukannya. Jika Bank
Syariah ingin tetap mempertahankan eksistensinya dalam dunia perbankan nasional,
selain mengejar keuntungan (profit) Bank Syariah juga harus memperhatikan dan
terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah (miskin)
khususnya dilingkungan disekitarnya. Strategi pelaksanaan CSR yang paling baik bagi
Bank Syariah adalah fokus pada kegiatan fungsi bisnisnya tanpa mengabaikan fungsi
sosialnya. Namun yang terpentingdalam pelaksaan kegiatan CSR Bank Syariah adalah
tidak terjebak kepada hanya kegiatan amal (philanthropy) saja. Rekomendasi CSR
yang harusnya dilaksanakan oleh perbankan syari’ah melalui penelitian ini yaitu
dengan menyalurkan pinjaman tanpa margin (Qardhul Hasan) kepada para pedagang
atau pengusaha kecil dan juga melakukan pembinaan secara kontinuitas dengan
memberikan pelatihan kewirausahaan terhadap pedagang (pengusaha) kecil tersebut.
2. Lembaga keuangan syari’ah telah melakukan kegiatan CSR dengan memanfaatkan
dana zakat dan qardhulhasan, walaupun belum ada standar akuntansi secara khusus
tentang qardhul hasan yang bisa menjadi landasan pelaksanaan operasionalnya.
3. Diperlukan komitmen yang kuat untuk menggunakan danaqardhul hasan tersebut
untuk CSR yang berbasis pembiayaan. Akan tetapi hal tersebut akan mengurangi
sebagian skema sumber pendapatan perbankan syari’ah.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaki, Ach. 2015. Analisis penerapan akuntansi syari’ah pada entitas non lembaga
keuangan syari’ah. Equilibrium Vol. 4 (1 Juli 2015). 15-32.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Analisis Data. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada.
Ghozali dan Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang. UNDIP.
Rochaety, Eti, Faizal Ridwan Z, Tupi Setyowati. 2013. Sistem Informasi Manajemen.Edisi
2.Jakarta: Mitra Wacana Media.
Menne, Firman, Lanita Winata, Mohammad Hossain. 2016. The influence of CSR Practices
On Financial Performance: Evidence From Islamic Financial Institutions in Indonesia.
Journal of Modern Accounting and Auditing, Vol. 12, No. 2, February, 2016, hal: 7790.
Miles, B.B., dan A.M. Huberman. 1984. Analisa data Kulaitatif. Jakarta. UI Press
Neuman, W.L. 1997. Social Research Method Qualitatif and Quantitatif Approaches. 3rd
edition. Boston Pearson education.
Nor, HM Dumairi, H.Sufandi, Moh. Ma’mun Aly, Shofiyul Muhibbin, Tajul Arifin Billah,
Abdul Wahid Rahbini, Ach. Cholil, Saiful Anwar. 2007. Ekonomi Syariah Versi Salaf.
Pasuruan: Pustaka Sidogiri.
Salman, Kautsar Riza. 2012. Akuntansi Perbankan Syari’ah Berbasis PSAK Syari’ah. Jakarta:
Akademia Permata.
Sembiring, Eddy. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. SNA
VIII. Solo.
Undang-undang no. 40 Pasal 74 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
QS. Al Baqarah:30
http://pusat.baznas.go.id/wp-content/uploads/downloads/2015/06/laporan-desember-2014.pdf
(diakses tanggal 3 November 2015)
http://www.ojk.go.id/data-statistik-perbankan-syariah (diakses tanggal 5 Oktober 2015)
http://www.ojk.go.id/id/Apps.aspx?code=14 diakses 22 februari 2016.
Download