perbandingan ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien

advertisement
PERBANDINGAN KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA
PASIEN DEWASA PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN
ATAS DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI
TAHUN 2008 DENGAN 2014
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
EKA SETIANISA
K100110008
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2015
PERBANDINGAN KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN
DEWASA PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS DI INSTALASI
RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2008 DENGAN 2014
THE COMPARISON OF APPROPRIATENESS OF ANTIBIOTIC USE IN ADULT
PATIENTS OF UPPER RESPIRATORY TRACT INFECTION AT Dr.
MOEWARDI REGIONAL GENERAL HOSPITAL OUTPATIENT
INSTALLATION IN 2008 AND 2014
Eka Setianisa* dan Nurul Mutmainah*#
*Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
#E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Infeksi saluran pernapasan atas terdiri dari beberapa jenis penyakit seperti common cold, rhinitis,
faringitis, tonsilitis, sinusitis, epiglotitis, dan otitis media. Pengobatan pasien infeksi saluran pernapasan
atas menggunakan terapi antibiotik. Pemberian antibiotik yang tepat menentukan keberhasilan terapi dan
menghindari terjadinya resistensi bakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan
ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas di RSUD
Dr. Moewardi tahun 2008 dengan tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bersifat
retrospektif. Pengambilan sampel diambil sebanyak 66 pasien dengan metode purpossive sampling.
Penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik berdasarkan parameter
tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis kemudian disesuaikan dengan standar terapi WHO tahun
2001 dan hasil persentase ketepatan penggunaan antibiotik tahun 2008 dengan 2014 dibandingkan. Hasil
penelitian menunjukkan antibiotik yang banyak digunakan yaitu Amoksisillin (37,87%), Ciprofloksasin
(75,25%), dan Cefadroksil (10,6%). Ketepatan penggunaan antibiotik pada tahun 2014 menunjukkan tepat
indikasi 86,36%, tepat pasien 100%, tepat obat 39,39%, dan tepat dosis sebesar 92,42%. Perbandingan
ketepatan penggunaan antibiotik tahun 2008 dengan 2014 menunjukkan adanya peningkatan. Berdasarkan
parameter tepat indikasi menunjukkan peningkatan sebesar 6,36%, parameter tepat pasien sebesar 20%,
parameter tepat obat sebesar 17,97%, dan pada parameter tepat dosis menunjukkan peningkatan persentase
yang cukup signifikan sebesar 75,28%.
Kata kunci: Perbandingan, infeksi saluran pernapasan atas, antibiotik, dewasa, RSUD Dr. Moewardi
ABSTRACT
Upper respiratory tract infection (URI) consists of several diseases such as common cold, rhinitis,
pharyngitis, tonsillitis, sinusitis, epiglottitis, and otitis media. Treatment of URI’s patients uses antibiotic
therapy. Giving the appropriate antibiotic determine the success of therapy and avoid bacterial resistance.
This study was aimed to compare the appropriateness of antibiotic use in URI’s adult patients at Dr.
Moewardi Regional General Hospital Outpatient Installation in 2008 and 2014. This study is a
retrospectively descriptive research design. Samples were taken from 66 patients by purposive sampling
method. This research was conducted by evaluating the appropriateness of antibiotics use based on several
parameters such as appropriateness of indication, patient, drug, dose and be adapted by standard therapies
from WHO in 2001 and the percentage of correct use of antibiotics in 2008 compared to 2014. The results
showed that major antibiotics used are amoxicillin (37.87%), ciprofloxacin (75.25%), and cefadroxil
(10.6%). The appropriateness of antibiotics use in 2014 showed the percentage of appropriateness of
indication was 86.36%, 100% for appropriateness of patient, 39.39% for appropriateness of drug, and
92.42% for appropriateness of dose. Comparison of the appropriateness of the use of antibiotics in 2008 to
2014 showed an increase. Based on precise indication parameter showed an increase of 6.36%, the exact
parameters of the patients showed an increase of 20%, the exact parameters of the drug showed a
percentage increase of 17.97%, and at the proper dose parameters showed a significant increase in the
percentage of 75.28 %.
Keywords: Comparison, upper respiratory tract infection, antibiotic, adult, Dr. Moewardi Regional
General Hospital.
1 PENDAHULUAN
Di tahun 2014 warga di Jawa Tengah mengalami musibah meletusnya gunung
Kelud yang ada di wilayah Jawa Timur. Letusan itu menghasilkan abu vulkanik yang
sangat banyak hingga sampai ke beberapa wilayah di Jawa Tengah, khususnya Surakarta.
Abu vulkanik yang sangat tebal menyebabkan saluran pernapasan terganggu apabila
dihirup oleh manusia. Infeksi saluran pernapasan atas menempati urutan pertama pada
tahun 1999 dan menjadi urutan kedua pada tahun 2000 dari 10 penyakit terbanyak rawat
jalan. Infeksi saluran pernapasan menjadi penyebab kematian umum terbanyak kedua
dengan persentase 12,7 % (Direktorat bina farmasi, 2007). Pada tahun 2013 prevalensi
ISPA pada semua umur di Jawa Tengah sekitar 28% (Riskesdas, 2013).
Infeksi menjadi masalah utama yang dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas
di Indonesia maupun dunia. Infeksi saluran pernapasan berdasarkan letaknya digolongkan
menjadi dua yaitu infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi saluran pernapasan bawah
(Somantri, 2008). Namun yang sering terjadi di kehidupan masyarakat Indonesia sehari hari yaitu infeksi saluran pernapasan atas yang terdiri dari infeksi pada telinga, hidung, dan
tenggorokan (THT) (Syamsudin dan Keban, 2013). Infeksi saluran pernapasan atas terdiri
dari otitis media, sinusitis, faringitis, laringitis, rhinitis, dan epiglotitis (DiPiro et al., 2008).
Infeksi saluran pernapasan atas apabila tidak segera diatasi dengan baik maka akan
berkembang dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah. Pada pasien infeksi
saluran pernapasan atas antibiotik merupakan obat pilihan utama, namun penggunaannya
harus sesuai pedoman dan indikasi (Patil dan Khairnar, 2013). Pemilihan dan penggunaan
terapi antibiotika yang tepat dan rasional akan menentukan keberhasilan pengobatan untuk
menghindari terjadinya resistensi bakteri (Worokarti, et al., 2005). Penggunaan antibiotik
yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya toksisitas, efek samping obat lebih tinggi,
efektifitas obat tersebut menjadi rendah, dan biaya pengobatan menjadi lebih tinggi.
Menurut Ismayati (2010) kasus infeksi saluran pernapasan atas di RSUD Dr.
Moewardi tahun 2008 sebanyak 70 kasus dan seluruhan menggunakan terapi antibiotik.
Hasil penelitian berdasarkan evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien dewasa
penderita infeksi saluran pernapasan atas di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi
tahun 2008 menunjukkan tepat indikasi (80%), tepat obat (21,43%), tepat dosis (17,14%),
dan tepat pasien (80%). Pada penelitian yang sudah dilakukan Ismayati (2010)
menunjukkan tingginya prevalensi penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran
pernapasan atas yang tidak sesuai dengan standar terapi, sehingga perlu dilakukan
2 penelitian tentang perbandingan ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien infeksi
saluran pernapasan atas pada tahun 2008 dengan 2014.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang disusun dengan metode
deskriptif yang bersifat retrospektif. Analisis dilakukan berdasarkan parameter tepat
indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis dengan cara membandingkan hasil
penelitian dengan standar terapi menurut WHO tahun 2001 kemudian hasil penelitian pada
tahun 2014 dibandingkan dengan 2008 berdasarkan persentase ketepatan penggunaan
antibiotik.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar pengumpulan data pasien yang
memuat identitas pasien (nama, jenis kelamin, dan usia), nomor rekam medik, diagnosa
penyakit, obat yang diberikan, standar terapi dari WHO Model Prescribing Informatorium
Drug Use In Bacterial Infection tahun 2001. Bahan penelitian yang digunakan yaitu data
rekam medis pasien di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi periode 1 Januari 2014 –
31 Desember 2014.
Jalannya Penelitian
Pengambilan data pasien yang terdiagnosa infeksi saluran pernapasan atas meliputi: nama
pasien, umur, jenis kelamin, diagnosa utama, nomor rekam medik, dan obat yang diberikan
(jenis antibiotik, frekuensi, dan dosis). Apabila pasien pernah menjalani rawat jalan lebih
dari 1 kali, maka data yang diambil adalah data terakhir.
Jika data sudah terkumpul dilakukan pengolahan data dan disesuaikan dengan standar
terapi yaitu WHO tahun 2001.
Data dianalisis dan dibandingkan dengan hasil ketepatan penggunaan antibiotik pada
pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas di RSUD Dr. Moewardi tahun
2008 dengan 2014 berdasarkan hasil persentase parameter ketepatan antibiotik.
Analisis Data
Analisis data diperoleh dari hasil rekam medik pasien infeksi saluran pernapasan
atas di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 kemudian di evaluasi berdasarkan parameter tepat
indikasi, tepat pasien, tepat obat, dan tepat dosis dan disesuaikan dengan standar terapi
WHO Model Prescribing Informatorium Drug Use In Bacterial Infection tahun 2001.
Hasil persentase analisis ketepatan penggunaan antibiotik yang diperoleh tahun 2014
kemudian dibandingkan dengan hasil persentase ketepatan penggunaan antibiotik pasien
infeksi saluran pernapasan atas pada tahun 2008.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Pada tahun 2014, pasien dengan kasus ISPA yang menjalani rawat jalan di RSUD
Dr. Moewardi menduduki peringkat ke- 19 sedangkan pasien kasus ISPA pada tahun 2008
ada pada peringkat ke- 5. Berdasarkan catatan rekam medis ISPA rawat jalan di RSUD Dr.
Moewardi sepanjang tahun 2014 yaitu sebanyak 2170 dan pada tahun 2008 sebanyak 9867
kasus. Berdasarkan angka kejadian infeksi saluran pernapasan atas di instalasi rawat jalan
RSUD Dr. Moewardi tahun 2008 dengan 2014 mengalami penurunan yang tajam. Data
antara pasien infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi saluran pernapasan bawah
digabung menjadi satu, sehingga data diambil berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi.
Karena waktu dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk menganalisis seluruh data
pasien infeksi saluran pernapasan yaitu sebanyak 2170 pasien, maka setelah saya
menganalisis sebanyak 270 pasien dan mendapatkan sampel sebanyak 66 pasien infeksi
saluran pernapasan atas yang masuk dalam kriteria inklusi.
B. Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien yang diambil pada pasien dewasa rawat jalan di RSUD Dr.
Moewardi yaitu jenis kelamin, umur, jenis infeksi saluran pernapasan atas, dan penyakit
penyerta.
1.
Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Umur
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, hasil catatan rekam medis sepanjang tahun
2014 menunjukkan bahwa jumlah pasien perempuan lebih besar daripada laki – laki, yaitu
sebanyak 40 pasien perempuan dan 26 pasien laki – laki sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Ismayati (2010) pasien infeksi saluran pernapasan atas dewasa di instalasi
rawat jalan RSUD Dr. Moewardi sepanjang tahun 2008 sebanyak 36 pasien perempuan
dan 34 pasien laki – laki.
Dilihat dari karakteristik umur, pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan
atas di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 yaitu usia 18 – 65 tahun.
Menurut Hurlock (2001) usia dewasa digolongkan menjadi 2 yaitu golongan dewasa awal
usia 18 – 40 tahun dan golongan dewasa madya 41 – 65 tahun. Pada pasien golongan
dewasa awal yaitu usia 18 – 40 tahun terdapat 13 kasus (19,7%), pada pasien golongan
dewasa madya yaitu usia 41 – 65 tahun terdapat 53 kasus (80,3%) ini menunjukkan bahwa
pasien dewasa madya lebih banyak daripada dewasa awal. Gambaran persentase
karakteristik berdasarkan jenis kelamin dan umur dapa dilihat pada tabel 1.
4 2.
Karakteristik Jenis Infeksi Saluran Pernapasan Atas
ISPA berdasarkan letaknya dibagi menjadi dua golongan yaitu infeksi saluran
pernapasan atas dan infeksi saluran pernapasan bawah (Somantri, 2008). Sebagian besar
diagnosa penyakit ISPA dalam catatan rekam medis tidak diklasifikasikan, sehingga
didapatkan 66 sampel kasus jenis penyakit infeksi saluran pernapasan atas. Jenis infeksi
saluran pernapasan atas di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 digolongkan menjadi
bermacam – macam jenis penyakit.
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa faringitis merupakan jenis infeksi saluran
pernapasan atas yang paling banyak diderita pasien dewasa rawat jalan di RSUD Dr.
Moewardi tahun 2014 yaitu sebanyak 23 kasus (34,84%) dan pasien dengan diagnosis
paling rendah yaitu kasus rhinosinusitis dan epiglotitis sebanyak 1 kasus (1,52%). Kasus
faringitis banyak diderita pasien karena disebabkan oleh bakteri Streptococcus
(S.pyogenes) grup A yang menyebabkan timbulnya gejala nyeri tenggorokan, demam,
mual, muntah, sakit kepala dan lain-lain (Syamsudin dan Keban, 2013).
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ismayati (2010) menunjukkan
bahwa jenis infeksi saluran pernapasan atas pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan
RSUD Dr. Moewardi yang paling banyak yaitu sinusitis sebanyak 16 kasus (22,86%) dan
jenis infeksi saluran pernapasan atas yang paling sedikit diderita oleh pasien yaitu laringitis
dan epiglotitis sebanyak 1 kasus (1,43%).
Tabel 1. Karakteristik Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Atas Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi tahun
2014
Persentase(%)
Keterangan
Jumlah
N=66
Umur Pasien (tahun)
18 – 40
13
19,7
41 – 65
53
80,3
Jenis Kelamin
Laki - laki
26
39,4
Perempuan
40
60,6
Diagnosa jenis infeksi saluran pernapasan atas
Faringitis
23
34,85
Sinusitis
14
21,21
Otitis Media Akut
10
15,15
Tonsilitis
6
9,09
Otitis Media Supuratif
5
7,57
Kronis
Common Cold
4
6,06
Rhinitis Alergi
2
3,03
Epiglotitis
1
1,52
Rhinosinusitis
1
1,52
Penyakit Penyerta
Hipertensi
6
9,09
DM
2
3,03
SVT
1
1,52
Febris Gastritis erosif
1
1,52
Bisitopenia
1
1,52
Asma
1
1,52
Hiperuresemi
1
1,52
Caries Dentis
1
1,52
Alergi Amoksisillin
1
1,52
HHD
1
1,52
5 3.
Karakteristik Penyakit Penyerta
Infeksi saluran pernapasan atas tergolong penyakit yang ringan sehingga dalam
catatan rekam medis dokter juga mendiagnosa beberapa pasien dengan penyakit penyerta.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dari 66 pasien dengan kasus infeksi saluran
pernapasan atas didapatkan hasil 50 pasien (75,75%) didiagnosa dengan infeksi saluran
pernapasan atas tanpa adanya penyakit penyerta, 16 pasien (24,24%) masing – masing
menderita infeksi saluran pernapasan atas diikuti dengan penyakit penyerta seperti
hipertensi, DM (Diabetes Mellitus), dan sisanya masing- masing hanya 1 pasien (1,52%)
menderita infeksi saluran pernapasan atas diikuti penyakit SVT, Febris Gastritis erosif,
Bisitopenia, HHD, Asma, Hiperuresemi, Caries dentis, dan Alergi Amoksisillin.
C. Karakteristik Terapi Obat
Karakteristik obat pada pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas di
instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 yaitu meliputi penggunaan antibiotik
dan obat lain yang diberikan pada pasien.
Tabel 2. Karakteristik terapi obat pada pasien dewasa infeksi saluran pernapasan atas di instalasi rawat jalan RSUD Dr.
Moewardi tahun 2014
Persentase (%)
Kelas Terapi
Nama Obat
Jumlah
N = 66
Antibiotik
Amoxicillin
25
37,87
Ciprofloxacin
17
25,75
Amoxyclav
7
10,6
Cefadroxyl
7
10,6
Levofloxacin
4
6,06
Erytromisin
2
3,03
Azytromisin
2
3,03
Roksitromisin
1
1,52
Cotrimoksazole
1
1,52
Analgetik
Paracetamol
19
28,78
Asam Mefenamat
7
10,6
Ulsafet
1
1,52
Cataflam
1
1,52
Mukolitik & Ekspektoran
Ambroxol
7
10,6
GG
5
7,57
OBH
2
3,03
Sudafed
1
1,52
Pseudoefedrin
Rhinofed
9
13,63
Trifed
3
4,54
Antiinflamasi
Na. Diclofenac
2
3,03
Antihipertensi
Amdixal
3
4,54
Tanflex
2
3,03
HCT
2
3,03
Vitamin
Sohobion
7
10,6
Neurodex
3
4,54
Vit C
2
3,03
Vit B1
2
3,03
Antialergi
Dextem plus
1
1,52
Centrizine
1
1,52
Antiseptik & Desinfektan
Betadine kumur
1
1,52
Kortikosteroid
Dexamethasone
3
4,54
Metilprednisolon
2
3,03
Lameson
1
1,52
Antirematik
Allopurinol
1
1,52
Obat saluran cerna
Ranitidin
5
7,57
Simetidin
1
1,52
Antasida
1
1,52
Diuretik
Spironolakton
1
1,52
Dekongestan
Intunal
2
3,03
Antitusif
Codein
5
7,57
Antidiabetik
Metformin
2
3,03
Glibenklamid
2
3,03
6 Tabel 2 menunjukkan bahwa antibiotik yang paling banyak diresepkan pada pasien
dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 yaitu
Amoksisillin sebanyak 25 pasien (37,87%) dan antibiotik yang paling sedikit diresepkan
pada 66 pasien infeksi saluran pernapasan atas di instalasi rawat jalan yaitu antibiotik
cotrimoksazole dan roksitromisin sebanyak 1 pasien (1,52%). Sedangkan pada penelitian
Ismayati (2010) sepanjang tahun 2008 antibiotik yang sering digunakan pada 70 pasien
yaitu Ciprofloksasin sebanyak 30 pasien (42,86%) dan antibiotik yang paling sedikit
digunakan yaitu levofloxacin pada 1 pasien (1,42%).
Antibiotik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terapi antibiotik empirik,
karena jenis bakteri penyebab penyakit belum diketahui jenisnya sehingga pemberian
antibiotik didasarkan oleh gejala dan keluhan yang diderita pasien. Antibiotik golongan
penisilin yaitu amoksisillin banyak diresepkan oleh dokter pada pasien rawat jalan
penderita infeksi saluran pernapasan karena amoksisillin termasuk antibiotika spektrum
luas sehingga banyak digunakan sebagai terapi pada berbagai infeksi dan amoksisillin juga
lebih efektif pada bakteri gram positif daripada gram negatif (Kaur et al., 2011). Faringitis
menggunakan amoksisillin sebagai terapi antibiotik pilihan utama (Shulman et al., 2012)
dan amoksisillin juga digunakan sebagai antibiotik pilihan utama pada terapi OMA
(Zoorob et al., 2012).
D.
Evaluasi Penggunaan Antibiotik
Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik pada infeksi saluran pernapasan atas di
RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 berdasarkan tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, dan
tepat pasien. Ketepatan penggunaan antibiotik dilakukan dengan cara membandingkan
penggunaan antibiotik pada pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas
dengan standar terapi dari WHO Model Prescribing Informatorium Drug Use In Bacterial
Infection tahun 2001.
1.
Tepat Indikasi
Tepat indikasi dalam penelitian ini yaitu antibiotik yang diberikan pada pasien
sesuai dengan indikasi penyakit infeksi saluran pernapasan atas. Pasien diindikasikan
mengalami infeksi saluran pernapasan atas dilihat dari diagnosa yang diberikan oleh dokter
dengan melihat keluhan, tanda, dan gejala yang dialami oleh pasien.
Berdasarkan catatan rekam medis dapat dilihat keluhan utama yang dialami oleh
pasien infeksi saluran pernapasan atas yang paling sering yaitu demam, batuk, pilek, nyeri
saat menelan, sakit kepala, dan lain sebagainya.
Pada penelitian yang telah dilakukan, diambil sampel sebanyak 66 pasien dewasa
penderita infeksi saluran pernapasan atas yang telah dianalisis berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 diketahui 11 pasien
7 (16,67%) tidak memenuhi kategori tepat indikasi dan 55 pasien (83,33)% memenuhi
karakteristik tepat indikasi. Ketidaktepatan pasien disebabkan oleh pemberian antibiotik
yang tidak direkomendasikan sebagai terapi pengobatan (Australian Goverment, 2012),
namun hanya beberapa kasus saja yang tidak memenuhi parameter tepat indikasi seperti
otitis media supuratif, common cold, dan rhinitis alergi yang menerima pemberian terapi
antibiotik.
Tabel 3. Penggunaan antibiotik berdasarkan tepat indikasi pada pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas di
instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014
Antibiotik yang
Diagnosa
No Kasus
Terapi sesuai standar
Ketepatan
diberikan
1
Ciprofloksasin
29
Levofloxacin
58
Otitis Media Supuratif Kronis
Tanpa Antibiotik
TTI
36
Amoksisillin
47
18
Amoksisillin
22
Common Cold
Tanpa Antibiotik
TTI
44
Azytromicin
63
23
Cefadroxil
Tanpa Antibiotik
Rhinitis Alergi
57
Amoksisillin
TTI
Jumlah Tidak Tepat Indikasi
11
Persentase Tidak Tepat Indikasi (%) N=66
16,67%
Keterangan : TTI : Tidak Tepat Indikasi
2.
Tepat Pasien
Tepat pasien yaitu antibiotik yang diberikan sesuai dengan kondisi fisiologis dan
patologis pasien dan standar terapi WHO Model Prescribing Informatorium Drug Use In
Bacterial Infection tahun 2001.
Tabel 4. Penggunaan antibiotik kategori tepat pasien pada pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas di instalasi
rawat jalan RSUD Dr. Moewardi tahun 2014
Persentase(%)
No.
Ketidaktepatan Pasien
Frekuensi
N=66
1.
Tepat Pasien
66
100 %
2.
Tidak Tepat Pasien
0
0%
Total
66
100%
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada 66 pasien dewasa penderita infeksi
saluran pernapasan atas di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi tahun 2014
menunjukkan seluruh pasien yaitu sebanyak 66 pasien (100%) memenuhi karakteristik
tepat pasien. Kriteria tepat pasien dilihat berdasarkan kondisi pasien, adanya adanya
penyakit lain seperti DM, hipertensi, HHD, SVT, asma, bisitopenia, febris gastritis erosif,
hiperuresemi, caries dentis, dan alergi amoksisilin yang diderita oleh beberapa pasien
dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas menunjukkan tidak ada pemberian terapi
antibiotik yang memperparah atau memperburuk kondisi pasien dan tidak ada pasien yang
memiliki fungsi ginjal atau fungsi hati yang rusak sehingga antibiotik yang diberikan pada
pasien tidak menimbulkan efek samping dan toksisitas pada pasien. Pada penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya pada tahun 2008 dengan jumlah sampel yang sama yaitu 70
pasien, sebanyak 56 pasien (80%) memenuhi kategori tepat pasien. Ini menunjukkan
8 adanya peningkatan pada ketepatan pemberian antibiotik berdasarkan parameter tepat
pasien. Ketidaktepatan pasien dianalisis berdasarkan ada tidaknya alergi pada antibiotik
tertentu, ada tidaknya antibiotik yang menyebabkan gangguan fungsi ginjal, hati, dan organ
lainnya.
3.
Tepat Obat
Tepat obat yaitu antibiotik yang diberikan sesuai dengan standar terapi WHO
Model Prescribing Informatorium Drug Use In Bacterial Infection tahun 2001.
Tabel 5. Penggunaan antibiotik berdasarkan parameter tepat obat pada pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan
atas di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi tahun 2014
Antibiotik yang
Antibiotik sesuai
Persentase
Diagnosis
No. Kasus
Jumlah
Ketepatan
digunakan
standar terapi WHO
(%) N=66
Common cold
Amoksisillin
18, 22
Tanpa Antibiotik
4
6,06
TTO
Azetromycin
44, 63
Rhinitis Alergi
Cefadroxil
23
Tanpa Antibiotik
2
3,03
TTO
Amoksisillin
57
2, 13, 20, 26,
9
13,63
Faringitis
Amoksisillin
Benzhatine
30, 34, 38,
benzylpenicillin
49, 50
Phenoxymethyl
TO
penicillin
Amoksisillin
Erytromisin
46
1
1,52
Erytromisin
8, 27, 30, 44,
62
5
7,57
Ciprofloksasin
Amoksiklav
5
1
1,52
TTO
Levofloxacin
40
1
1,52
6, 15, 17, 25,
55, 65
6
9,1
Cefadroxil
Sinusitis
Amoksisillin
Amoksisillin
Amoksiklav
Sulfamethoxazole +
trimethoprim
Amoksiklav
Ciprofloksasin
Levofloxacin
Roksitromisin
Erytromisin
Tonsilitis
Amoksisillin
Ciprofloksasin
Amoksiklav
Cotrimokxazole
Epiglotitis
OMA
OMSK
Rhinosinusitis
Jumlah TTO
Jumlah TO
Jumlah
Keterangan:
TO: Tepat obat
TTO: Tidak tepat obat
Ciprofloksasin
Amoksisillin
Amoksiklav
Ciprofloksasin
Amoksisillin
Ciprofloksasin
Levofloxacin
Ciprofloksasin
Benzhatine
benzylpenicillin
Phenoxymethyl
penicillin
Amoksisillin
Chloramfenicole
Ceftriaxone
Amoksisillin
Amoksiklav
Sulfamethoxazole +
trimethoprim
Tanpa Antibiotik
Cefuroxime
Cefaclor
Doxycyclin
9 dan 66
2
3,03
TO
3, 37, 42
12, 14, 32,
41, 52 61
24
10
60
3
4,54
6
1
1
1
9,09
1,52
1,52
1,52
28, 39, 51
3
4,54
TO
56
64
11
1
1
1
1,52
1,52
1,52
TTO
21
7, 31, 33, 45,
54, 59
1
6
1,52
9,1
48, 53
16, 19,
36, 47
1
29, 58
4
2
2
2
1
2
1
3,03
3,03
3,03
1,52
3,03
1,52
40
26
66
60,60%
39,40%
100%
TTO
TTO
TO
TTO
TTO
TTO
9 Terapi antibiotik pada pasien infeksi saluran pernapasan atas dewasa pada penderita
infeksi saluran pernapasan atas yang memenuhi parameter tepat obat sebesar 27 pasien
(40,90%) dan yang tidak tepat obat sebesar 39 pasien (59,10%) pada 66 pasien. Hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan Ismayati (2010) sepanjang tahun 2008
menunjukkan 15 pasien (21,43%) memenuhi parameter tepat obat sedangkan 55 pasien
(78,57%) tidak memenuhi parameter tepat obat. Ini menunjukkan bahwa adanya
peningkatan ketepatan obat pada pemberian antibiotik pasien dewasa penderita infeksi
saluran pernapasan atas di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi tahun 2014. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.
Tidak tepat obat disebabkan karena antibiotik yang diberikan tidak sesuai dengan
standar terapi WHO Model Prescribing Informatorium Drug Use In Bacterial Infection
tahun 2001, namun RSUD Dr. Moewardi mempunyai standar terapi sendiri dalam
pemberian antibiotik pada pasien rawat jalan.
4.
Tepat Dosis
Tepat dosis adalah ketepatan jumlah dosis dan frekuensi yang diberikan pada
pasien agar keberhasilan terapi dapat tercapai. Frekuensi pemberian antibiotik dipilih yang
paling mudah untuk diikuti pasien dan disesuaikan dengan standar terapi WHO Model
Prescribing Informatorium Drug Use In Bacterial Infection tahun 2001.
Tabel 6. Ketidaktepatan dosis pada pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas di instalasi rawat jalan RSUD Dr.
Moewardi tahun 2014
No.
Antibiotik
Dosis yang diberikan
Dosis Sesuai Standar
Tepat Dosis
Tepat
Hasil
Kasus
pada pasien
Terapi WHO
Frekuensi
Dosis
8
56
15
46
60
Ciprofloxacin
3x1
Dosis
Frekuensi
500 mg
2x1
500 mg
3x1
500 mg
500 mg
3x1
500 mg
Erytromisin
500 mg
3x1
500 mg
Jumlah Tidak Tepat Dosis
Persentase Tidak Tepat Dosis (%) N=66
2x1
4x1
4x1
Cefadroxyl
500 mg
Frekuensi
√
√
√
√
√
-
Frekuensi
Kurang
Frekuensi
Lebih
5
7,57 %
Keterangan :
(√ ) : tepat dosis
( - ) : tidak tepat dosis
Karakteristik tepat dosis pada antibiotik dianalisis berdasarkan tepat dosis dan tepat
frekuensi. Pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas yang menjalani rawat
jalan di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 menunjukkan 66 pasien (100%) memenuhi
analisis tepat dosis, sedangkan 61 pasien (92,42%) memenuhi analisis tepat frekuensi dan 5
pasien (7,57%) tidak tepat frekuensi. Setelah dianalisis menggunakan standar terapi WHO
tahun 2001 dan berdasarkan parameter tepat dosis dan tepat frekuensi terdapat 61 pasien
(92,42%) yang memenuhi parameter tepat dosis. Pada catatan rekam medis tidak tertulis
10 lama pemberian atau jumlah obat yang diberikan pada pasien sehingga tidak dapat
mengevaluasi lama pemberian dan jumlah obat yang diberikan.
Menurut Ismayati (2010), pasien dewasa yang memenuhi kategori tepat dosis dan
frekuensi pada tahun 2008 di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi sebanyak 12
pasien (17,14%) sedangkan pada tahun 2014 menunjukkan adanya peningkatan ketepatan
pemberian dosis antibiotik yaitu 61 pasien (92,42%).
E. Perbandingan Ketepatan Penggunaan Antibiotik Tahun 2008 dengan 2014
Perbandingan ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien dewasa penderita
infeksi saluran pernapasan atas di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi tahun 2008
dengan 2014 menggunakan statistik uji komparatif paired sample test untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan dalam ketepatan penggunaan antibiotik.
Tabel 7. Perbandingan ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas di
instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Tahun 2008 dengan 2014
Ketepatan
Tepat Indikasi
Persentase (%)
2008
2014
80%
86,36%,
Peningkatan Ketepatan
Penggunaan Antibiotik
6,36%
Keterangan
Ada Peningkatan Tepat Indikasi
80%
100%
20%
Tepat Obat
21,43%
39,40%,
17,97%
Ada Peningkatan Tepat Obat
Tepat Dosis
17,14%
92,42%
75,28%
Ada Peningkatan Tepat Dosis
Tepat Pasien
Ada Peningkatan Tepat Pasien
Tabel 7 menjelaskan bahwa perbandingan ketepatan penggunaan antibiotik pada
pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas di instalasi rawat jalan RSUD Dr.
Moewardi tahun 2008 dengan 2014 dengan parameter tepat indikasi, tepat pasien, tepat
obat, dan tepat dosis. Berdasarkan parameter tepat indikasi menunjukkan adanya kenaikan
persentase dari tahun 2008 dengan 2014 yaitu sebesar 6,36%, parameter tepat pasien
menunjukkan adanya kenaikan sebesar 20%, parameter tepat obat menunjukkan adanya
kenaikan persentase sebesar 17,97%, dan pada parameter tepat dosis menunjukkan
kenaikan persentase yang cukup signifikan sebesar 75,28%.
Peningkatan ketepatan penggunaan antibiotik berdasarkan parameter tepat indikasi,
tepat pasien, tepat obat, dan tepat dosis pada tahun 2008 dengan 2014 disebabkan karena
subyek penelitian atau pasien antara tahun 2008 dengan 2014 berbeda, antibiotik
diresepkan oleh dokter yang berbeda, dan antibiotik yang diberikan tidak sesuai dengan
standar terapi WHO Model Prescribing Informatorium Drug Use In Bacterial Infection
tahun 2001, namun RSUD Dr. Moewardi mempunyai standar terapi sendiri dalam
pemberian penggunaan antibiotik pada pasien rawat jalan.
11 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan ketepatan penggunaan antibiotik pada
pasien dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas di instalasi rawat jalan RSUD Dr.
Moewardi tahun 2008 dengan 2014 dapat disimpulkan bahwa dari 66 pasien dewasa
penderita infeksi saluran pernapasan atas pada tahun 2014 ditemukan tepat indikasi sebesar
86,36%, tepat pasien sebesar 100%, tepat obat sebesar 39,40%, dan tepat dosis sebesar
92,42%. Adanya peningkatan persentase ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien
dewasa penderita infeksi saluran pernapasan atas di instalasi rawat jalan RSUD Dr.
Moewardi tahun 2008 dengan 2014 berdasarkan parameter tepat indikasi sebesar 6,36%,
parameter tepat pasien 20%, parameter tepat obat sebesar 17,97%, dan pada parameter
tepat dosis menunjukkan peningkatan persentase yang cukup signifikan sebesar 75,28%.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang bersifat prospektif agar farmasis dapat
melakukan monitoring kepada pasien dan mampu mengetahui alasan dokter dalam
pemberian antibiotik. Perlunya peningkatan peran farmasis dalam pemberian antibiotik
pada pasien infeksi saluran pernapasan atas agar dapat meningkatkan kualitas pengobatan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada RSUD Dr. Moewardi dan Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang telah banyak membantu demi kelancaran terlaksananya
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Australian Goverment Department of Health and Ageing, 2012, Clinical Guidance Clinical
e-Audit: Management of spesific respiratory tract infections, 7, Australian, Australian
Goverment Department of Health and Ageing.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Michael Posey, L.,
2008, Pharmacotherapy, The McGraw-Hill Companies, United States of America.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2007, Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan, Jakarta, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
12 Ismayati, S.D, 2010, Evaluasi Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi, Skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kaur, S.P., Rao, R. & Nanda, S., 2011, Amoxicillin : A Broad Spectrum Antibiotic.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(3).
Patil, L. dan Khairnar, A., 2013, Ninety Percent Drug Utilization in Patients of Upper
Respiratory Tract Infection. International Research Journal of Pharmacy, 4(6),
pp.189–193.
Riskesdas, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Sensakovie J.W., & Smith L.G., 2002, Oral antibiotik treatment of infectious disease. Med.
Clin. North Am. 84:115-123.
Shulman, S.T. et al., 2012, Clinical practice guideline for the diagnosis and management of
group A streptococcal pharyngitis: 2012 update by the Infectious Diseases Society of
America. Clinical infectious diseases : an official publication of the Infectious
Diseases Society of America, 55(10), pp.e86–102.
Somantri, I., 2008, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan 2nd ed., Jakarta: Salemba Medika.
Syamsudin & Keban, S.A., 2013, Buku Ajar Farmakoterapi Gangguan Saluran
Pernapasan, Jakarta: Salemba medika.
WHO, 2001, WHO Model Prescribing Information Drug Use In Bacterial Infection, World
Health Organization, Geneva, p. 14-17, 92-94, 117-118.
Worokarti, et al., 2005, Peran Farmasis Dalam Pengelolaan Penderita Penyakit Infeksi
Untuk Mencegah Timbulnya Resistensi Antimikroba. In : Naskah Lengkap
Simposium Penyakit Infeksi dan Problema Resistensi Antimikroba, Halaman 55-69,
Surabaya, AMRIN Study Group and Infectious Disease Center dan FKUA RSU Dr.
Soetomo.
Zoorob, R., Sidani, M.A. dan Fremont, R.D., 2012, Antibiotic Use in Acute Upper
Respiratory Tract Infections. 8 American Family Physician, 86(9), pp.817–822.
13 
Download