20 Bab 3 Analisis Data Pada bab ini penulis akan meneliti bentuk

advertisement
Bab 3
Analisis Data
Pada bab ini penulis akan meneliti bentuk metafora yang terdapat dalam tiga haiku
yang bertemakan musim gugur karya M atsuo Basho dalam buku Classic Haiku yang
disusun kembali oleh Yuzuru M iura dan diterbitkan oleh Charles E. Tuttle Company
pada tahun 1997. M iura telah mengelompokkan haiku karya M atsuo Basho ke dalam
musim gugur, karena itu sebelum menganalisis haiku tersebut, penulis akan
menganalisis terlebih dahulu ikon – ikon musim gugur berdasarkan konsep musim gugur
dari seorang peneliti musim bernama Shito Naoko. Ikon – ikon inilah yang akan menjadi
denotatum bagi kata – kata dalam analisis haiku tersebut.
3.1 Analisis Ikon – Ikon Musim Gugur Berdasarkan Pendapat Shito Naoko
M enurut Shito (2005), musim gugur di Jepang dimulai dari bulan September hingga
memasuki akhir bulan Desember. Pada permulaan musim gugur di Jepang yaitu bulan
September, merupakan musim badai di mana hujan yang disertai angin serta kilat akan
sering terjadi. Dalam masa peralihan ini, malam hari berlangsung lebih panjang
dibandingkan dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap dari
biasanya. Pada musim gugur ini, di Jepang ada kebiasaan menikmati terangnya cahaya
bulan pada bulan September untuk berterima kasih atas hasil panen musim gugur.
Kemudian, Shito (2005) juga mengatakan bahwa setelah permulaan musim gugur
berlalu, pada bulan Oktober udara menjadi semakin dingin. Akan tetapi, selama musim
gugur di Jepang banyak hal unik yang dapat kita nikmati keindahannya. Kouyou, momiji,
atau dedaunan yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi warna merah dan kuning
20
yang indah menawan merupakan satu dari sekian banyak daya tarik musim gugur. Tidak
hanya itu, di Jepang, ada banyak perayaan yang menjadi ciri khas musim gugur.
M akanan tradisional hasil panen pun banyak disuguhkan ketika musim gugur. Karena
banyaknya perayaan seperti musim panen dan sebagainya, kegembiraan meningkat dan
menyebabkan orang Jepang bertambah nafsu makannya.
Selanjutnya, memasuki bulan November hawa dingin mulai terasa pagi dan sore.
Warna daun – daun pepohonan menjadi semakin cerah. Selain itu, bulan November juga
merupakan musim perpindahan burung. Dari negeri – negeri utara yang jauh dan lebih
dingin daripada Jepang berbagai jenis burung bermigrasi ke Jepang. Terakhir pada bulan
Desember, hawa dingin mulai menusuk dan binatang – binatang memasuki periode mati
suri (Shito, 2005). Sehingga dapat disimpulkan bahwa musim gugur di Jepang menurut
Shito (2005) berkaitan dengan :
1. Hari yang berawan dan lembab
2. M alam hari yang lebih panjang dari siang hari
3. Angin yang semakin sering berhembus
4. Suasana yang lebih dingin dari musim panas
5. M omiji dan daun berguguran
6. M igrasi burung ke tempat yang lebih hangat
7. M akanan khas musim gugur hasil panen
8. Kebiasaan yang khas di musim gugur
9. Perayaan yang berhubungan dengan panen, bulan dan sebagainya
Dan apabila digambarkan menjadi satu medan makna akan tampak seperti tabel di
bawah ini :
21
Tabel 3.1 Analisis Medan Makna Musim Gugur
Angin
Panen
Daun berguguran
Gelap
M usim Gugur
Lembab (hangat)
Dingin
M igrasi burung
Kebiasaan dan Perayaan
Oliver (2002 : 8 – 9) mengatakan musim gugur adalah saat daun – daun berguguran
karena pepohonan bersiap menghadapi musim dingin, dan ketika pepohonan tersebut
berguguran tentunya akan sangat dekat kaitannya dengan angin yang berhembus. Angin
adalah udara yang bergerak. Angin bertiup karena udara terus – menerus bergerak dari
daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. M enurut salah satu
teori, angin di dalam awan badai menyebabkan terjadinya kilat pada waktu hujan (Basset,
2006 : 34).
M enurut M arzuki (2005) ketika musim panas berlalu, dilanjutkan dengan musim
gugur, serta akhirnya memasuki musim dingin, kesempatan untuk melihat matahari
semakin hari semakin pendek. Kemudian, karena malam hari yang panjang, suasana pun
semakin dingin dan angin berhembus semakin kencang, walaupun terkadang saat malam
terasa hangat, akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan. Karena dingin ini
pula burung – burung mulai melakukan migrasi ke tempat yang lebih hangat.
22
M usim panen yang menjadi ciri khas musim gugur merupakan musim di mana
masyarakat Jepang juga melakukan perayaan atas hasil panennya. Salah satu makanan
khas musim gugur adalah buah kaki, yang di Indonesia disebut buah kesemek. Panen
buah tersebut sekitar bulan pertengahan atau akhir November (Ishizawa, 2000). Karena
banyaknya perayaan seperti musim panen, kegembiraan meningkat dan menyebabkan
orang Jepang bertambah nafsu makannnya. Kebiasan dan perayaan di suatu musim
tertentu di Jepang membuat makanan khasnya pun berubah – ubah sesuai musim dan
periode tertentu (Shito, 2005). Oleh karena itu, ketika kita membicarakan tentang musim
gugur di Jepang menurut Shito Naoko, ikon – ikon pada tabel tersebut yang menjadi
denotatum musim gugur.
3.2 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Pertama
Penulis akan meneliti haiku yang bertemakan musim gugur tersebut dengan
menganalisisnya perlarik, kata – perkata, frase, dan kalimat yang dihubungkan dengan
ikon – ikon yang menjadi denotatum musim gugur menurut Shito Naoko.
Haiku pertama adalah seperti di bawah ini :
いなづまや
inazuma ya
闇のかたゆく
yami no katayuku
五位の声
goi no koe
Terjemahan :
Kilat
M emecah kegelapan
Suara kowak malam abu
23
3.2.1 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Pertama Pada Larik Pertama
Melalui Medan Makna
Haiku pertama pada larik pertama berbunyi :
いなづまや
inazuma ya
Terjemahan :
Kilat
Untuk menganalisis larik pertama dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis
medan makna. M ula – mula penulis akan menggambarkannya melalui bagan, setelah itu
akan diterangkan hubungannya satu persatu.
Tabel 3.2 Analisis Medan Makna Inazuma (Kilat)
Angin
Hujan badai
M uatan listrik
Inazuma (Kilat)
Gelap
Lembab (hangat)
Dingin
Larik pertama dalam haiku pertama yang bertemakan musim gugur di atas, kata yang
digunakan adalah kata inazuma. Dalam 広辞苑 dijelaskan bahwa inazuma yang dalam
tulisan kanji Jepang 稲妻 adalah 空中電気の放電する時にひらめく火花 yang artinya
percikan bunga api yang dihasilkan ketika terjadi pelepasan muatan listrik di langit.
Dengan kata lain, menurut M atsuura (1994 : 334) arti kata inazuma adalah halilintar atau
24
kilat. Kilat dalam KBBI (2007 : 501) berarti cahaya yang berkelebat dengan cepat di
langit.
Kilat adalah suatu pelepasan muatan listrik yang kuat yang terjadi di antara awan –
awan badai atau di antara awan dan permukaan bumi (Basset, 2006 : 34 – 35). Lebih
lanjut, ia juga mengatakan bahwa kilat terbentuk ketika angin membawa udara lembab
yang hangat naik untuk membentuk awan badai, yang di dalamnya terjadi sebuah proses
yang disebut pemisahan muatan. Kilat biasa terjadi ketika hujan badai disertai guntur
dan terkadang terjadi pada badai salju, badai debu, letusan gunung berapi, serta pada
ledakan nuklir. Kilat tersebut berasal dari muatan listrik yang timbul dari aliran udara di
dalam awan. Kilat biasanya terjadi pada ketinggian sekitar 10 km dan menimbulkan lima
sampai sepuluh kilatan dalam satu menit, tetapi sebagian besar tidak terlihat karena
terjadi di dalam awan.
Hal pertama yang terlintas ketika menyebutkan kata kilat tentunya adalah hujan. Dari
hujan tersebut akan terlihat kaitannya dengan angin, dingin dan gelap, terutama pada
permulaan musim gugur. Sedangkan pelepasan muatan listrik merupakan proses yang
dihasilkan di bagian atas awan terjadi pada udara lembab yang hangat, dengan pengaruh
dan bantuan angin pula (Harris, 2006 : 10).
M eskipun kilat sangat mengerikan dan menimbulkan banyak kerugian, tetapi
mengandung berkah dan keberuntungan bagi kehidupan semua makhluk (Oliver, 2002 :
27). Barnhill (2004 : 271) mengatakan bahwa “inazuma : lightning. Also inabikari,
lightning flash. A symbol of impermanence” yang artinya inazuma : kilat dan juga
inabikari : halilintar adalah simbol dari ketidakabadian. M enurut Barnhill (2004 : 271)
tersebut, penyebutan kata inazuma dalam haiku memiliki interpretan ketidakabadian.
25
Kaitannya dengan musim gugur, menurut Shito (2005), bulan September saat
permulaan musim gugur di Jepang adalah bulan yang sama dengan saat terjadinya
musim badai. Sehingga pada saat itu, hujan yang disertai kilat akan sering terjadi. Proses
didukung dan dipercepat pula dengan banyaknya angin yang berhembus yang
menyebabkan udara terasa sangat dingin. Pada musim gugur malam hari berlangsung
lebih panjang dibandingkan dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih
gelap dari biasanya. Kemudian, karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin
dingin dan angin berhembus semakin kencang.
Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan inazuma (kilat), dapat dilihat
analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.3 Analisis Musim Gugur dan Inazuma (Kilat)
M usim Gugur
Inazuma (Kilat)
Angin
Angin
Panen
Hujan badai
Daun berguguran
M uatan listrik
Gelap
Gelap
Lembab (hangat)
Lembab (hangat)
Dingin
Dingin
M igrasi burung
Kebiasaan dan Perayaan
Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa inazuma dengan
musim gugur mempunyai banyak persamaan. Persamaan inazuma dengan musim gugur
26
terdapat pada kata angin, gelap, lembab (hangat), dan dingin. Dari persamaan tersebut
dapat dilihat bahwa inazuma berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu,
wajarlah jika Basho (1997 : 69) meletakkan kata inazuma dalam haiku – nya yang
bertemakan musim gugur.
3.2.2 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Pertama Pada Larik Kedua
Melalui Medan Makna
Haiku pertama pada larik kedua berbunyi :
闇のかたゆく
Yami no katayuku
Terjemahan :
M emecah kegelapan
Sama dengan larik yang pertama, untuk menganalisis larik kedua dari haiku ini,
penulis akan menggunakan analisis medan makna. M ula – mula penulis akan
menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu
persatu.
Tabel 3.4 Analisis Medan Makna Yami (Gelap)
Angin
Dingin
Yami (Gelap)
Tidak bercahaya
M alam
Larik kedua dalam haiku pertama yang bertemakan musim gugur di atas, kata yang
digunakan adalah kata yami. Dalam 広辞苑 dijelaskan bahwa yami yang dalam tulisan
27
kanji Jepang 闇 adalah 暗いこと、光のないこと、夜の暗いこと yang artinya hal –
hal yang berhubungan dengan gelap, tidak bercahaya, dan gelap malam. Dengan kata
lain, menurut M atsuura (1994 : 1168) arti kata yami adalah kegelapan atau gelap. Gelap
dalam KBBI (2007 : 301) berarti malam.
M enurut M arzuki (2005), letak garis peralihan matahari ketika bumi mengelilingi
matahari adalah terkadang matahari berada di bagian bumi sebelah utara, di tengah atau
di atas garis khatulistiwa, dan terkadang di bagian bumi sebelah selatan. Hal tersebut
dikatakan pula oleh Oliver (2002 : 8) bahwa bumi membuat sebuah jalur melalui ruang
angkasa untuk mengelilingi matahari. Jalur atau orbit ini memerlukan waktu satu tahun.
Karena posisi bumi miring, selama setahun masing – masing kutub secara bergantian
condong ke matahari. Sehingga menyebabkan terjadinya musim yang berbeda – beda,
termasuk di dalamnya adalah adanya musim gugur.
Bagi orang – orang yang tinggal di negara yang memiliki dua musim, seperti di
Indonesia, tidak ada efek berarti yang diakibatkan oleh letak di sebelah mana matahari
itu berada. Setiap hari matahari akan terbit dari timur, lalu pada tengah hari akan terasa
teriknya sinar matahari yang menandakan matahari sedang berada tepat di atas kepala,
serta pada sore hari di waktu dan menit yang hampir sama, matahari akan tenggelam di
sebelah barat. Dapat dikatakan pula dalam satu hari akan merasakan 12 jam siang dan 12
jam malam. Sedangkan bagi yang tinggal di negara yang memiliki empat musim,
kesempatan atau berapa lama dapat melihat matahari dalam satu hari itu berubah – ubah.
Ketika musim panas berlalu, dilanjutkan dengan musim gugur, serta akhirnya memasuki
musim dingin, kesempatan untuk melihat matahari semakin hari semakin pendek. Suhu
28
udara di luar juga semakin menurun yang ditandai dengan angin yang sering berhembus
(M arzuki, 2005).
Gelap itu berarti tidak bercahaya, yang berhubungan dengan malam. Pada malam
hari suasana akan lebih terasa dingin karena tidak adanya cahaya matahari serta
banyaknya angin yang berhembus. Pergantian malam dan siang terjadi secara alami
dikarenakan bumi berputar saat bumi beredar mengelilingi matahari (Oliver, 2002 : 9).
Kaitannya dengan musim gugur, telah dikatakan pula oleh Shito (2005) pada sub bab
sebelumnya. Dalam masa peralihan ini malam hari berlangsung lebih panjang
dibandingkan dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap dari
biasanya. Kemudian, karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin dan
angin berhembus semakin kencang.
Ketika musim gugur, meskipun suasana akan lebih gelap dan lebih dingin dari
biasanya karena malam hari yang lebih panjang, walaupun terkadang pada malam hari
terasa hangat, akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan. Hal tersebut terjadi
setelah musim badai pada permulaan musim gugur berlalu. Pada saat itu, bulan
bercahaya kemilau di malam hari dan suasana malam terasa hangat (Shito, 2005).
M usim gugur adalah saat daun – daun berguguran, dan ketika daun – daun tersebut
berguguran tentunya akan sangat dekat kaitannya dengan angin yang berhembus,
walaupun daun – daun tersebut berguguran karena tengah bersiap – siap menghadapi
musim dingin. Angin adalah udara yang bergerak. Angin bertiup karena udara terus –
menerus bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah
(Oliver, 2002 : 8 – 9).
Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan yami (gelap), dapat dilihat
analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut :
29
Tabel 3.5 Analisis Musim Gugur dan Yami (Gelap)
M usim Gugur
Yami (Gelap)
Angin
Angin
Dingin
Dingin
Daun berguguran
Tidak bercahaya
Gelap
M alam
Lembab (hangat)
Panen
M igrasi burung
Kebiasaan dan Perayaan
Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa yami dengan musim
gugur mempunyai banyak persamaan. Persamaan yami dengan musim gugur terdapat
pada keempat kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu pada kata angin,
dingin, tidak bercahaya dan malam. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa yami
berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu, wajarlah jika Basho (1997 : 69)
meletakkan kata yami dalam haiku – nya yang bertemakan musim gugur.
3.2.3 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Pertama Pada Larik Ketiga
Melalui Medan Makna
Haiku pertama pada larik ketiga berbunyi :
五位の声
goi no koe
30
Terjemahan :
Suara kowak malam abu
Untuk menganalisis larik ketiga dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis
medan makna. Sama dengan larik pertama dan kedua, mula – mula penulis akan
menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu
persatu.
Tabel 3.6 Analisis Medan Makna Goi (Kowak Malam Abu)
Angin
Dingin
M igrasi burung
Goi (Kowak M alam Abu)
M alam
Gelap
Lembab (hangat)
Larik ketiga dalam haiku pertama yang bertemakan musim gugur di atas, kata yang
digunakan adalah kata goi. M enurut Ivory dalam Animal Diversity Web (2002), kata goi
yang tertulis dalam haiku dengan kanji Jepang 五位 diartikan sebagai kowak malam abu
atau dengan nama ilmiah Nycticorax nycticorax, yang dalam bahasa Inggris disebut
black – crowned night heron yaitu kowak malam abu atau kowak malam kelabu dalam
Bahasa Indonesia.
Dijelaskan pula oleh Ivory dalam Animal Diversity Web (2002) bahwa kowak malam
abu dewasa mencapai ukuran 72 cm dan berat 800 gram. Berkepala besar dan bertubuh
kekar. Burung dewasa memiliki mahkota yang berwarna hitam kebiruan, leher dan dada
31
berwarna putih, punggung dan mantel hitam berkilau kehijauan atau kebiruan, serta
sayap dan ekor berwarna abu – abu. Pada musim berbiak sampai bertelur, burung ini
mempunyai dua bulu putih hiasan yang memanjang dari belakang kepalanya hingga
mencapai sayapnya. Burung muda mempunyai bulu berwarna coklat kusam dengan
bintik – bintik putih yang mencolok. Paruh agak panjang dan runcing, berwarna hitam.
Iris mata berwarna merah (kuning pada hewan muda), serta memiliki kaki berwarna
kuning, yang berubah menjadi kemerahan ketika musim berbiak.
Gambar 3.1 Goi / Nycticorax nycticorax (Kowak Malam Abu)
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kowak-malam_Abu
Kowak malam abu ditemukan di Amerika Utara dari Washington sampai Quebec,
Amerika Tengah dan M eksiko. Burung tersebut merupakan burung yang bermigrasi
mengikuti angin terutama di musim gugur sampai musim dingin, mulai dari Eropa ke
Jepang, Afrika, dan India. Ketika terbang di suasana yang dingin, kowak malam abu
mempunyai kebiasaan menarik kakinya untuk menghangatkan tubuhnya.
Selain itu, sesuai dengan namanya, kowak malam abu merupakan hewan yang
bersifat nokturnal, yaitu hewan yang aktif berburu mangsanya di malam hari. Pada siang
hari burung ini beristirahat, bertengger dalam kelompok, di dahan – dahan atau di sela –
sela dedaunan pohon yang rimbun, biasanya tidak jauh dari air.
32
M engacu pada tulisan Ivory dalam Animal Diversity Web (2002) bahwa ciri khas
yang menonjol pada kowak malam abu terdapat pada dua kata, yang pertama yaitu
nokturnal. Sebagai hewan nokturnal, pencarian mangsa dilakukan di malam hari.
Walaupun dalam keadaan gelap, karena iris mata yang memang diciptakan khusus,
digunakan pada malam yang gelap pun tidak menyulitkannya untuk memburu
mangsanya.
Ciri khas yang kedua, yaitu migrasi yang berkaitan erat dengan suasana yang dingin.
Hewan melakukan migrasi karena mengikuti arus angin menghindari suasana dingin
untuk menghangatkan tubuhnya. Walaupun khusus pada kowak malam abu, dengan
menarik kakinya ketika terbang pun mampu menghangatakan tubuhnya (Ivory, 2002) .
Kaitannya dengan musim gugur adalah ketika musim gugur, suasana akan lebih
gelap dari biasanya karena malam hari lebih panjang. Hal tersebut membuat hewan
nokturnal, termasuk kowak malam abu dapat lebih lama mencari mangsanya. Selain itu,
karena keadaan alam yang lebih dingin, hal itu membuat burung – burung pun mulai
bermigrasi ke tempat yang lebih hangat, walaupun terkadang saat malam terasa hangat,
akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan. M igrasi burung – burung ini
dipengaruhi oleh arah angin, karena angin adalah udara yang bergerak. Angin bertiup
karena udara terus – menerus bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
yang bertekanan rendah (Oliver, 2002 : 8).
Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan goi (kowak malam abu),
dapat dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut :
33
Tabel 3.7 Analisis Musim Gugur dan Goi (Kowak Malam Abu)
M usim Gugur
Goi (Kowak M alam Abu)
Angin
Angin
Dingin
Dingin
Daun berguguran
Gelap
Gelap
M alam
Lembab (hangat)
Lembab (hangat)
M igrasi burung
M igrasi burung
Panen
Kebiasaan dan Perayaan
Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa goi dengan musim
gugur mempunyai banyak persamaan. Persamaan goi dengan musim gugur sama dengan
yami yang terdapat pada keenam kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu
pada kata angin, dingin, gelap, malam, lembab (hangat), dan migrasi burung. Dari
persamaan tersebut dapat dilihat bahwa goi berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh
karena itu, dengan persamaan tersebut, wajarlah jika Basho (1997 : 69) meletakkan kata
goi dalam haiku – nya yang bertemakan musim gugur.
3.3 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Kedua
Pada haiku yang kedua ini, penulis akan meneliti haiku yang bertemakan musim
gugur tersebut sama dengan haiku yang pertama, yaitu dengan menganalisisnya per larik,
kata – perkata, frase, dan kalimat yang dihubungkan dengan denotatum musim gugur.
34
Haiku kedua adalah seperti di bawah ini :
牛部屋に
ushi – beya ni
蚊の聲よはし
ka no koe yohashi
秋の風
aki no kaze
Terjemahan :
Di kandang sapi
Suara dengungan nyamuk
Angin musim gugur
Akan tetapi, analisis dalam haiku kedua ini terdapat sedikit perbedaan dengan haiku
yang pertama. Perbedaannya adalah analisis dimulai dari kata yang terletak pada larik
kedua.
Alasannya, karena arti dari dua kata pada haiku kedua larik yang pertama yaitu kata
ushi – beya yang dengan tulisan kanji Jepang 牛部屋 menurut M atsuura (1994 : 1144)
dengan mengartikannya secara terpisah yaitu arti dari kata ushi yang dalam tulisan kanji
Jepang 牛 berarti sapi atau lembu. Kemudian, arti dari kata beya yang berasal dari kata
heya yang dalam tulisan kanji Jepang 部屋 adalah kamar atau ruang (1994 : 272), yang
dalam hal ini dapat disebut sebagai kandang. M aka, jika digabungkan kata ushi – beya
dapat berarti kandang sapi. Kata tersebut merupakan kata yang tidak mengandung
perasaan tambahan. Sehingga kaitannya dengan musim gugur atau musim lainnya pun
memiliki denotatum yang sama dan tidak ada denotatum yang membedakan secara
khusus dengan musim lainnya. Oleh karena itu, analisis dimulai dari kata yang terletak
pada larik kedua.
35
3.3.1 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Kedua Pada Larik Kedua
Melalui Medan Makna
Haiku kedua pada larik kedua berbunyi :
蚊の聲よはし
ka no koe yowashi
Terjemahan :
Suara dengungan nyamuk
Sama dengan sub bab sebelumnya, untuk menganalisis larik kedua dari haiku ini,
penulis akan menggunakan analisis medan makna. M ula – mula penulis akan
menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu
persatu.
Tabel 3.8 Analisis Medan Makna Ka (Nyamuk)
Darah
Probosis panjang
M alam
Ka (Nyamuk)
Gelap
Lembab (hangat)
Dingin
Larik kedua dalam haiku kedua yang bertemakan musim gugur di atas, subjek yang
digunakan adalah ka. Dalam 広辞苑 dikatakan bahwa ka yang dalam tulisan kanji
Jepang 蚊 adalah 昆虫の総称 yang artinya sejenis serangga. M enurut M atsuura (1994 :
389) ka adalah nyamuk. Nyamuk dalam KBBI (2007 : 301) berarti serangga kecil
36
bersayap, yang betina memiliki sepasang sungut untuk menghisap darah, bertelur di air
yang tergenang.
M enurut seorang manajer Insect Identification Laboratory di Virginia Polytechnic
Institute and State University, Day (1996) mengatakan nyamuk adalah serangga yang
tergolong dalam order Diptera, mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan
enam kaki panjang. Berat nyamuk hanya 2 hingga 2,5 mg, tetapi nyamuk mampu
terbang antara 1,5 hingga 2,5 km/jam.
Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk
menembus kulit mamalia (terkadang burung, reptilia serta amfibi) menghisap darah.
Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur. Karena, diet nyamuk
terdiri dari madu serta jus buah yang tidak berprotein, kebanyakan nyamuk betina perlu
menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda
dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak untuk menghisap darah.
Gambar 3.2 Ka (Nyamuk) : Nyamuk Betina (Kiri) dan Nyamuk Jantan (Kanan)
Sumber : http://creatures.ifas.ufl.edu/aquatic/crabhole4.htm
Nyamuk melalui empat tahap yang jelas dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva,
pupa, dan nyamuk dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies –
dan suhu. Sebagian spesies mempunyai siklus hidup sependek empat hari hingga satu
bulan. Larva nyamuk dikenal sebagai jentik dan didapati di berbagai tempat yang berisi
37
air. Jentik – jentik spesies ini hidup di air tergenang atau di dalam tumbuhan epifit.
Siklus hidup nyamuk dari telur, lalu berubah menjadi larva, pupa, dan nyamuk dewasa
dapat dilihat pada gambar siklus hidup nyamuk di bawah ini :
Gambar 3.3 S iklus Hidup Nyamuk
Sumber : http://uri.edu/research/eee/info.htm
Ditambahkan lagi dalam artikel Demam Ross River yang disusun oleh NSW
Department of Health (2000) bahwa nyamuk giat bekerja sekitar 1 – 3 jam setelah
matahari terbenam pada malam hari atau sekitar subuh yaitu ketika keadaan masih gelap.
Terlebih lagi pada musim panas dan musim gugur ketika suasana terasa lembab atau
ketika suasana terasa dingin.
Kaitannya dengan musim gugur, seperti yang telah dijelaskan pula oleh Shito (2005)
pada sub bab sebelumnya, bahwa pada musim gugur, malam hari berlangsung lebih
panjang dibandingkan dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap
dari biasanya. Disebutkan bahwa nyamuk betina membutuhkan darah untuk
pembentukan telur, dan untuk menghisap darah nyamuk betina tersebut menggunakan
probosis panjang yang terdapat pada tubuhnya (Day, 1996). M aka, dalam artikel Demam
38
Ross River menurut NSW Department of Health (2000) jam kerja nyamuk yang adalah
pada malam hari atau sekitar subuh ketika hari masih gelap, pada musim panas dan
musim gugur yaitu ketika suasana lembab atau suasana terasa dingin, nyamuk dapat
mencari mangsanya lebih lama untuk mempercepat pembentukan telur tersebut.
Kemudian, karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin dan angin
berhembus semakin kencang, walaupun terkadang pada malam hari terasa hangat, akibat
kelembaban udara yang naik secara perlahan. Hal tersebut terjadi setelah musim badai
pada permulaan musim gugur berlalu. Pada saat itu, bulan bercahaya kemilau di malam
hari dan suasana malam terasa hangat (Shito, 2005).
Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan ka (nyamuk), dapat dilihat
analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.9 Analisis Musim Gugur dan Ka (Nyamuk)
M usim Gugur
Ka (Nyamuk)
Angin
Darah
Dingin
Dingin
Daun berguguran
Gelap
Gelap
M alam
Lembab (hangat)
Lembab (hangat)
M igrasi burung
Probosis panjang
Panen
Kebiasaan dan Perayaan
39
Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa ka dengan musim
gugur mempunyai banyak persamaan. Persamaan ka dengan musim gugur terdapat pada
empat dari enam kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu pada kata dingin,
gelap, malam, dan lembab (hangat). Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa ka
berkaitan erat dengan musim gugur. Ditambah lagi penyebutan kata musim gugur pada
jam kerja ka ketika mencari mangsanya. Oleh karena itu, dengan persamaan tersebut,
wajarlah jika Basho (1997 : 72) meletakkan kata ka dalam haiku – nya yang bertemakan
musim gugur.
3.3.2 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Kedua Pada Larik Ketiga
Melalui Medan Makna
Haiku kedua pada larik ketiga berbunyi :
秋の風
aki no kaze
Terjemahan :
Angin musim gugur
M asih sama dengan larik yang kedua, untuk menganalisis larik ketiga dari haiku ini,
penulis akan menggunakan analisis medan makna. M ula – mula penulis akan
menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu
persatu.
Tabel mengenai analisis medan makna dari frase aki no kaze dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
40
Tabel 3.10 Analisis Medan Makna Aki no Kaze (Angin Musim Gugur)
Angin
Tenaga listrik
Dingin
Aki no Kaze
(Angin Musim Gugur)
Cuaca
Lembab (hangat)
Sirkulasi udara
Larik ketiga dalam haiku kedua yang bertemakan musim gugur di atas, kata yang
digunakan adalah kaze. Dalam 広辞苑 dijelaskan bahwa kaze yang dalam tulisan kanji
Jepang 風 adalah 空気のながれ yang artinya udara yang bergerak. Dengan kata lain,
menurut M atsuura (1994 : 456) arti kata kaze adalah angin. Angin dalam KBBI (2007 :
42) berarti gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan
rendah.
M enurut Oliver (2002 : 24) angin adalah udara yang bergerak. Angin bertiup karena
udara terus – menerus bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan suhu di antara dua daerah tersebut,
semakin cepat angin bertiup. Angin tertentu juga dapat menyebabkan cuaca yang
berubah – ubah dan justru terkadang merugikan. Akan tetapi, dengan energi angin
tersebut manusia dapat memanfaatkan untuk membuat tenaga listrik bagi keperluan
sehari – hari.
Selain itu, angin juga menciptakan jenis sirkulasi udara yang disebut konveksi.
Fenomena tersebut terjadi ketika bumi memanaskan udara yang mengelilinginya dan
41
seketika udara panas naik. Kemudian, udara yang yang lebih dingin dipanaskan dan naik,
dan udara panas tersebut digantikan oleh udara dingin (Basset, 2006 : 46).
Dalam haiku kedua pada larik ketiga ini arti dari frase aki no kaze atau akikaze
adalah angin musim gugur. M enurut Barnhill (2004 : 177), mengatakan bahwa “aki no
kaze ; akikaze : autumn wind. Usually refers to the biting wind that connotes loneliness
as well as cold” artinya aki no kaze ; akikaze : angin musim gugur, biasanya menunjuk
kepada angin yang sangat menusuk, yang dikonotasikan dengan kesepian seperti halnya
sedingin angin yang menusuk. Dengan pernyataan Barnhill (2004 : 177) tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa angin pada musim gugur lebih dingin daripada angin biasa,
meskipun tidak sedingin angin pada musim dingin, dan kesepian merupakan interpretan
dari frase angin musim gugur.
Kaitannya dengan musim gugur, seperti pernyataan Shito (2005) pada analisis ikon –
ikon musim gugur sebelumnya, pada musim gugur malam hari berlangsung lebih
panjang dibandingkan dengan siang hari, yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap
dari biasanya. Kemudian karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin
dan angin berhembus semakin kencang, walaupun terkadang saat malam terasa hangat,
akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan. Hal inilah yang menyebabkan angin
pada musim gugur lebih dingin daripada angin biasa.
M usim gugur adalah saat daun – daun berguguran sebagai persiapan pepohonan
memasuki musim dingin, dan ketika daun – daun tersebut berguguran tentunya akan
sangat dekat kaitannya dengan angin yang berhembus. Angin adalah udara yang
bergerak. Angin bertiup karena udara terus – menerus bergerak dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah (Oliver, 2002 : 8).
42
Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan aki no kaze (angin musim
gugur), dapat dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.11 Analisis Musim Gugur dan Aki no Kaze (Angin Musim Gugur)
M usim Gugur
Aki no Kaze (Angin M usim Gugur)
Angin
Angin
Dingin
Dingin
Daun berguguran
Tenaga listrik
Gelap
Cuaca
Lembab (hangat)
Lembab (hangat)
M igrasi burung
Sirkulasi udara
Panen
Kebiasaan dan Perayaan
Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa aki no kaze dengan
musim gugur mempunyai beberapa persamaan. Persamaan aki no kaze dengan musim
gugur terdapat pada tiga dari enam kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu
pada kata angin, dingin, dan lembab (hangat). Ditambahkan lagi penyebutan frase
musim gugur dalam frase aki no kaze yang lebih menekankan persamaan di antara dua
frase. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa aki no kaze berkaitan erat dengan
musim gugur. Oleh karena itu, wajarlah jika Basho (1997 : 72) meletakkan frase aki no
kaze dalam haiku – nya yang bertemakan musim gugur.
43
3.4 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Ketiga
Pada haiku yang ketiga ini, seperti halnya pada haiku yang pertama dan kedua,
penulis akan meneliti haiku yang bertemakan musim gugur yang ketiga ini dengan
menganalisisnya perlarik, kata – perkata, frase, dan kalimat yang dihubungkan dengan
denotatum musim gugur menurut pendapat Shito Naoko.
Haiku ketiga adalah seperti di bawah ini :
あらうみや
ara – umi ya
佐渡に横ふ
sado ni yokotau
天の川
ama no gawa
Terjemahan :
Laut berbabai
Di seberang pulau Sado
Galaksi bimasakti
3.4.1 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Ketiga Pada Larik Pertama
Melalui Medan Makna
Haiku ketiga pada larik pertama berbunyi :
あらうみや
ara – umi ya
Terjemahan :
Laut berbabai
44
Untuk menganalisis larik pertama dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis
medan makna. M ula – mula penulis akan menggambarkannya melalui bagan, setelah itu
akan diterangkan hubungannya satu persatu.
Tabel 3.12 Analisis Medan Makna Umi (Laut)
Angin
Energi
Dingin
Umi (Laut)
Ombak
Lembab (hangat)
Gravitasi
Larik pertama dalam haiku ketiga yang bertemakan musim gugur di atas, subjek
yang digunakan adalah umi. Dalam 広辞苑 dijelaskan bahwa umi yang dalam tulisan
kanji Jepang 海 adalah 地球上の陸地以外の部分で、塩水をたたえた所 yang artinya
bagian bumi di luar daratan, yang merupakan tempat kumpulan air asin. Dengan kata
lain, menurut M atsuura (1994 : 28) arti kata umi adalah lautan. Laut dalam KBBI (2007 :
570) berarti kumpulan air asin (dalam jumlah banyak dan luas) yang menggenangi dan
membagi daratan atas benua atau pulau – pulau.
M enurut Gunawan (2008) laut memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan
energi. Energi yang berasal dari laut ada tiga macam yaitu energi ombak, energi pasang
surut, dan hasil konversi energi panas laut. Sebagai catatan, angin juga terkadang
dikategorikan sebagai bentuk energi yang berasal dari laut.
45
Ombak dan arus dihasilkan oleh angin yang bertiup dan perubahan suhu serta musim
di permukaan laut. Semakin kencang angin berhembus, semakin besar pula ombak yang
dihasilkan. Sesungguhnya ombak merupakan sumber energi yang cukup besar, tetapi
untuk memanfaatkan energi yang terkandung tidaklah
mudah. Terlebih
lagi
mengubahnya menjadi listrik dalam jumlah yang memadai. Inilah sebabnya jumlah
pembangkit listrik tenaga ombak yang ada di dunia sangat sedikit (Gunawan, 2008).
Ditambahkan lagi, menurut Wijaya (2008) air laut selalu mengalami perubahan
pasang dan surut terhadap pantai di daratan. Hal ini disebabkan oleh gaya tarik menarik
atau
gaya gravitasi benda –
benda astronomis
yaitu bulan,
matahari dan
benda astronomis yang lain terhadap bumi. Pasang terbesar terjadi pada saat bulan baru
dan terjadi lagi pada saat bulan purnama di malam hari akibat gravitasi bulan dan
matahari bekerja secara bersamaan. Hal itu mampu menyedot sebagian besar air laut di
bumi ke titik atau belahan yang dekat dengan kedua benda – benda astronomis tersebut.
Sedangkan, pada daerah lain yang jauh dari gravitasi matahari dan bulan akan terjadi
pasang surut terendah.
Kaitannya dengan musim gugur, seperti yang dikatakan Shito (2005) pada sub bab
sebelumnya, pada musim gugur malam hari berlangsung lebih panjang dibandingkan
dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap dari biasanya. Kemudian,
karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin dan angin berhembus
semakin kencang. Angin yang berhembus kencang ini mempengaruhi ombak dan arus
laut.
Pada musim gugur ini, menurut Shito (2005), di Jepang ada kebiasaan menikmati
terangnya cahaya bulan pada bulan September untuk berterima kasih atas hasil panen
musim gugur. Bulan purnama di musim gugur ini merupakan salah satu saat terjadinya
46
pasang terbesar. Hal tersebut terjadi pada saat bulan baru dan terjadi lagi pada saat bulan
purnama di malam hari akibat gravitasi bulan dan matahari bekerja secara bersamaan.
Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan umi (laut), dapat dilihat
analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.13 Analisis Musim Gugur dan Umi (Laut)
M usim Gugur
Umi (Laut)
Angin
Angin
Dingin
Dingin
Daun berguguran
Energi
Gelap
Ombak
Lembab (hangat)
Lembab (hangat)
M igrasi burung
Gravitasi
Panen
Kebiasaan dan Perayaan
Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa umi dengan musim
gugur mempunyai beberapa persamaan. Persamaan umi dengan musim gugur sama
dengan frase aki no kaze terdapat pada tiga dari enam kata yang menjadi analisis medan
maknanya, yaitu pada kata angin, dingin, dan lembab (hangat). Dari persamaan tersebut
dapat dilihat bahwa umi berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu, wajarlah
jika Basho (1997 : 84) meletakkan frase aki no kaze dalam haiku – nya yang bertemakan
musim gugur.
47
3.4.2 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Ketiga Pada Larik Kedua
Melalui Medan Makna
Haiku ketiga pada larik kedua berbunyi :
佐渡に横ふ
sado ni yokotau
Terjemahan :
Di seberang Pulau Sado
Untuk menganalisis larik kedua dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis
medan makna. M ula – mula penulis akan menggambarkannya melalui bagan, setelah itu
akan diterangkan hubungannya satu persatu.
Tabel 3.14 Analisis Medan Makna Sado (Pulau S ado)
Panen
Kebiasaan makan
Tempat pengasingan
Sado (Pulau Sado)
M igrasi burung
Objek wisata
Dingin
Larik kedua dalam haiku ketiga yang bertemakan musim gugur di atas, kata yang
digunakan adalah kata sado. Sado merupakan pulau yang terletak di perfektur Niigata,
sekitar 60 mil dari Laut Jepang. Disebutkan pula bahwa pada zaman dahulu Pulau Sado
memiliki sejarah yang sangat kelam yaitu merupakan tempat pengasingan atau tempat
pembuangan bagi orang – orang terkenal. Letaknya yang mengharuskan menyeberangi
Laut Jepang, menjadikan sado sebagai pulau terpencil yang jarang dikunjungi orang.
48
Dari sejarahnya tersebut Pulau Sado dikenal sebagai Island of Exile yang artinya adalah
pulau pengasingan (Barnhill, 2004 : 210).
Letak Pulau Sado di Jepang dalam peta adalah seperti berikut :
Gambar 3.4 Letak Pulau S ado di Jepang
Sumber : http://offyonder.com/2001/japan/sado/index.shtml
Dengan melihat letak Pulau Sado di atas, untuk lebih jelasnya perbesaran pada peta
Pulau Sado dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 3.5 Perbesaran Peta Pulau Sado
Sumber : http://offyonder.com/2001/japan/sado/index.shtml
Keadaan Pulau Sado zaman dahulu dan sekarang sangat berbeda. Sekarang, Pulau
Sado memajukan tempatnya sebagai objek wisata. Dengan berkembangnya Pulau Sado
sebagai tempat wisata, pada zaman sekarang Pulau Sado juga mengembangkan produk
49
lokalnya yang terkenal, terutama makanan seperti beras atau nasi, yang biasanya
produksinya meningkat pada musim gugur bersamaan dengan musim panen tiba. Hal
tersebut diikuti dengan nafsu makan yang meningkat, yang menyebabkan penjualan
beras atau nasi pada musim gugur juga meningkat drastis. Produk beras atau nasi dari
Pulau Sado tersebut sangat terkenal sampai kedaerah lain di luar Pulau Sado karena
merupakan nasi yang terbuat dari bahan organik, sehingga menghasilkan nasi tanpa
bahan kimia dan bercita rasa tinggi (James, 2007).
Selain itu, makanan khas Pulau Sado yang juga terkenal adalah buah kaki (James,
2007). Seperti yang telah disebutkan pula pada sub bab sebelumnya, buah kaki adalah
salah satu makanan khas musim gugur, yang di Indonesia disebut buah kesemek. Panen
buah tersebut sekitar bulan pertengahan atau akhir November, yang tidak lain adalah
pada saat musim gugur (Ishizawa, 2000).
Hal lain yang menonjol dari Pulau Sado adalah adanya Sado Japanese Crested Ibis
Conservation Center, tempat di mana pusat penangkaran toki atau Japanese crested ibis
atau burung ibis Jepang berada. Toki yang dengan tulisan kanji Jepang 鴇 adalah burung
yang satu – satunya dari genus Nipponia, karena memang berasal dari Jepang,
khususnya Pulau Sado. Burung ibis Jepang ini memiliki kulit kemerahan sepanjang
tubuhnya, terdapat bulu yang panjang sekitar kepala sampai lehernya, dan memiliki
paruh melengkung berwarna hitam yang pada bagian ujungnya berwarna merah.
M erupakan burung yang sangat dilindungi karena hampir punah, dan biasa ditemui
sekitar persawahan di daerah pegunungan atau sepanjang sungai kecil, di tempatnya
mencari makanan yang berupa mamalia kecil di tanah yang basah atau serangga di
rerumputan (Deborah, 2007).
50
Gambar 3.6 Burung Ibis Jepang
Sumber : http://www.env.go.jp/en/wpaper/1995/eae240000000040.html
Ditambahkan lagi oleh Barnhill (2004 : 12) yang mengatakan, “Sado recalls the
sadness of noble people who were exiled there” artinya Pulau Sado mengingatkan
kesedihan orang – orang terkenal yang diasingkan dan dibuang ke sana. Dari pernyataan
tersebut, Barnhill (2004 : 12) menganggap bahwa penyebutan kata sado dalam haiku
ketiga ini memiliki interpretan kesedihan.
Kaitannya dengan musim gugur adalah Pulau Sado terkenal dengan hasil panennya,
terutama nasi dan buah kaki, yang menyebabkan kebiasaan makan orang bertambah jika
berada di pulau ini pada saat musim gugur (James, 2007). Kemudian, terdapatnya
burung ibis Jepang menyebabkan Pulau Sado tidak lepas dari aktivitas burung yang
bermigrasi ketika pergantian musim berlangsung, yang dimulai pada musim gugur
(Deborah, 2007). Letaknya yang terpencil di dekat Laut Jepang menyebabkan suasana di
Pulau Sado lebih gelap dan dingin, menjadikannya tempat pengasingan pada zaman
dahulu yang memiliki interpretan kesedihan (Barnhill, 2004).
Hal ini dapat dihubungkan dengan pernyataan Shito (2005) mengenai musim gugur
pada sub bab sebelumnya. Karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin
dingin dan angin berhembus semakin kencang, walaupun terkadang saat malam terasa
51
hangat, akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan. Karena alasan tersebut,
pada saat ini pula migrasi burung ke tempat yang lebih hangat dimulai. Selain itu,
banyaknya perayaan seperti musim panen, kegembiraan meningkat dan menyebabkan
orang Jepang bertambah nafsu makannya.
Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan sado (Pulau Sado), dapat
dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.15 Analisis Musim Gugur dan Sado (Pulau S ado)
M usim Gugur
Sado (Pulau Sado)
Angin
Tempat pengasingan
Dingin
Dingin
Panen
Panen
Kebiasaan dan Perayaan
Kebiasaan makan
Lembab (hangat)
Objek wisata
M igrasi burung
M igrasi burung
Daun Berguguran
Gelap
Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa sado dengan musim
gugur mempunyai beberapa persamaan. Persamaan sado dengan musim gugur terdapat
pada empat dari enam kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu pada kata,
dingin, panen, kebiasaan makan, dan migrasi burung. Dari persamaan tersebut dapat
dilihat bahwa sado berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu, wajarlah jika
52
Basho (1997 : 84) meletakkan kata sado, yang tidak lain adalah Pulau Sado dalam haiku
– nya yang bertemakan musim gugur.
3.4.3 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Ketiga Pada Larik Ketiga
Melalui Medan Makna
Haiku ketiga pada larik ketiga berbunyi :
天の川
ama no gawa
Terjemahan :
Galaksi bimasakti
Untuk menganalisis larik ketiga dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis
medan makna. Sama dengan larik sebelumnya, mula – mula penulis akan
menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu
persatu.
Tabel 3.16 Analisis Medan Makna Ama no Gawa (Galaksi Bimasakti)
Luas
Gelap
Ama no Gawa
Lembab (hangat)
(Galaksi Bimasakti)
Bintang dan Planet
Unsur gas
Dingin
Larik ketiga dalam haiku ketiga yang bertemakan musim gugur di atas, frase yang
digunakan adalah ama no gawa. Dalam frase tersebut, terdapat dua kata yaitu ama dan
53
gawa yang dipisahkan oleh partikel no. M enurut Nelson (2002 : 16) kata ama dengan
tulisan kanji Jepang 天 artinya langit, sedangkan pada kamus yang sama menurut Nelson
(2002 : 1447) kata gawa yang berasal dari kata kawa dengan tulisan kanji Jepang 川
artinya sungai.
Dalam konteks haiku ini frase sungai langit yang dimaksud adalah ketika malam hari
langit bertaburan bintang yang terlihat seperti sungai langit jika melihat ke pusat galaksi.
Galaksi yang dimaksud adalah tempat bumi berada yaitu galaksi bimasakti, yang dalam
Bahasa Inggris disebut The Milky Way. Galaksi tempat bintang dan planet berada
dikonotasikan dengan sungai yang dimaksud dalam Bahasa Jepang ama no gawa
tersebut (David, 2007).
M enurut Gül (2007 : 16 – 17 ) galaksi adalah ruang terbesar di alam semesta. Ruang
langit berdimensi luar biasa ini terdiri dari miliaran bintang. Galaksi berkumpul dan
membentuk kelompok galaksi. Jumlah seluruh galaksi di alam semesta ini tidak bisa
diperkirakan. Galaksi berputar pada porosnya dengan pelan selama 225 miliar tahun.
Seperti bintang, galaksi terbentuk dari kumpulan volume gas. Unsur – unsur yang
membentuk galaksi akan meluas dan menipis, kemudian membentuk awan hidrogen.
Bumi dan sistem tata suryanya berada dalam galaksi yang disebut bimasakti yang telah
berumur 13 juta tahun.
Gambar dari galaksi bimasakti dapat dilihat pada gambar berikut :
54
Gambar 3.7 Ama no Gawa (Bimasakti)
Sumber : http://www.wwu.edu/depts/skywise/a101_milkyway.html
Secara singkatnya, galaksi merupakan ruang yang luas tempat bintang dan planet
berada. Oleh karena itu, udara yang dirasakan sangat dingin dan suasana sangat gelap.
Akan tetapi, unsur gas yang terbentuk terkadang mampu membuat keadaan lebih lembab
dan hangat (Gül, 2007).
Kaitannya dengan musim gugur, seperti pernyataan Shito (2005) terletak pada kata
gelap. Karena pada musim gugur malam hari berlangsung lebih panjang dibandingkan
dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap dari biasanya. Hal ini
yang mengkaitkannya dengan musim gugur. Kemudian karena malam hari yang panjang,
suasana pun semakin dingin dan angin berhembus semakin kencang, walaupun
terkadang saat malam terasa hangat, akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan,
sama dengan hangat yang dihasilkan unsur gas pada galaksi bimasakti.
Selain itu, musim gugur adalah saat daun – daun berguguran, dan ketika daun – daun
tersebut berguguran tentunya akan sangat dekat kaitannya dengan angin yang berhembus.
Angin adalah udara yang bergerak. Angin bertiup karena udara terus – menerus bergerak
dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah (Oliver, 2002 : 8).
55
Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan ama no gawa (galaksi
bimasakti), dapat dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.17 Analisis Musim Gugur dan Ama no Gawa (Galaksi Bimasakti)
M usim Gugur
Ama no Gawa (Galaksi Bimasakti)
Angin
Luas
Dingin
Dingin
Lembab (hangat)
Lembab (hangat)
Gelap
Gelap
Panen
Unsur gas
M igrasi burung
Bintang dan Planet
Daun Berguguran
Kebiasaan dan Perayaan
Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa ama no gawa
dengan musim gugur mempunyai beberapa persamaan. Persamaan ama no gawa dengan
musim gugur terdapat pada tiga dari enam kata yang menjadi analisis medan maknanya,
yaitu pada kata, dingin, lembab (hangat), dan gelap. Dari persamaan tersebut dapat
dilihat bahwa ama no gawa berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu,
wajarlah jika Basho (1997 : 84) meletakkan frase ama no gawa dalam haiku – nya yang
bertemakan musim gugur.
56
Download