Bab 3 Analisis Data Pada bab ini penulis akan meneliti bentuk metafora yang terdapat dalam tiga haiku yang bertemakan musim gugur karya M atsuo Basho dalam buku Classic Haiku yang disusun kembali oleh Yuzuru M iura dan diterbitkan oleh Charles E. Tuttle Company pada tahun 1997. M iura telah mengelompokkan haiku karya M atsuo Basho ke dalam musim gugur, karena itu sebelum menganalisis haiku tersebut, penulis akan menganalisis terlebih dahulu ikon – ikon musim gugur berdasarkan konsep musim gugur dari seorang peneliti musim bernama Shito Naoko. Ikon – ikon inilah yang akan menjadi denotatum bagi kata – kata dalam analisis haiku tersebut. 3.1 Analisis Ikon – Ikon Musim Gugur Berdasarkan Pendapat Shito Naoko M enurut Shito (2005), musim gugur di Jepang dimulai dari bulan September hingga memasuki akhir bulan Desember. Pada permulaan musim gugur di Jepang yaitu bulan September, merupakan musim badai di mana hujan yang disertai angin serta kilat akan sering terjadi. Dalam masa peralihan ini, malam hari berlangsung lebih panjang dibandingkan dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap dari biasanya. Pada musim gugur ini, di Jepang ada kebiasaan menikmati terangnya cahaya bulan pada bulan September untuk berterima kasih atas hasil panen musim gugur. Kemudian, Shito (2005) juga mengatakan bahwa setelah permulaan musim gugur berlalu, pada bulan Oktober udara menjadi semakin dingin. Akan tetapi, selama musim gugur di Jepang banyak hal unik yang dapat kita nikmati keindahannya. Kouyou, momiji, atau dedaunan yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi warna merah dan kuning 20 yang indah menawan merupakan satu dari sekian banyak daya tarik musim gugur. Tidak hanya itu, di Jepang, ada banyak perayaan yang menjadi ciri khas musim gugur. M akanan tradisional hasil panen pun banyak disuguhkan ketika musim gugur. Karena banyaknya perayaan seperti musim panen dan sebagainya, kegembiraan meningkat dan menyebabkan orang Jepang bertambah nafsu makannya. Selanjutnya, memasuki bulan November hawa dingin mulai terasa pagi dan sore. Warna daun – daun pepohonan menjadi semakin cerah. Selain itu, bulan November juga merupakan musim perpindahan burung. Dari negeri – negeri utara yang jauh dan lebih dingin daripada Jepang berbagai jenis burung bermigrasi ke Jepang. Terakhir pada bulan Desember, hawa dingin mulai menusuk dan binatang – binatang memasuki periode mati suri (Shito, 2005). Sehingga dapat disimpulkan bahwa musim gugur di Jepang menurut Shito (2005) berkaitan dengan : 1. Hari yang berawan dan lembab 2. M alam hari yang lebih panjang dari siang hari 3. Angin yang semakin sering berhembus 4. Suasana yang lebih dingin dari musim panas 5. M omiji dan daun berguguran 6. M igrasi burung ke tempat yang lebih hangat 7. M akanan khas musim gugur hasil panen 8. Kebiasaan yang khas di musim gugur 9. Perayaan yang berhubungan dengan panen, bulan dan sebagainya Dan apabila digambarkan menjadi satu medan makna akan tampak seperti tabel di bawah ini : 21 Tabel 3.1 Analisis Medan Makna Musim Gugur Angin Panen Daun berguguran Gelap M usim Gugur Lembab (hangat) Dingin M igrasi burung Kebiasaan dan Perayaan Oliver (2002 : 8 – 9) mengatakan musim gugur adalah saat daun – daun berguguran karena pepohonan bersiap menghadapi musim dingin, dan ketika pepohonan tersebut berguguran tentunya akan sangat dekat kaitannya dengan angin yang berhembus. Angin adalah udara yang bergerak. Angin bertiup karena udara terus – menerus bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. M enurut salah satu teori, angin di dalam awan badai menyebabkan terjadinya kilat pada waktu hujan (Basset, 2006 : 34). M enurut M arzuki (2005) ketika musim panas berlalu, dilanjutkan dengan musim gugur, serta akhirnya memasuki musim dingin, kesempatan untuk melihat matahari semakin hari semakin pendek. Kemudian, karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin dan angin berhembus semakin kencang, walaupun terkadang saat malam terasa hangat, akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan. Karena dingin ini pula burung – burung mulai melakukan migrasi ke tempat yang lebih hangat. 22 M usim panen yang menjadi ciri khas musim gugur merupakan musim di mana masyarakat Jepang juga melakukan perayaan atas hasil panennya. Salah satu makanan khas musim gugur adalah buah kaki, yang di Indonesia disebut buah kesemek. Panen buah tersebut sekitar bulan pertengahan atau akhir November (Ishizawa, 2000). Karena banyaknya perayaan seperti musim panen, kegembiraan meningkat dan menyebabkan orang Jepang bertambah nafsu makannnya. Kebiasan dan perayaan di suatu musim tertentu di Jepang membuat makanan khasnya pun berubah – ubah sesuai musim dan periode tertentu (Shito, 2005). Oleh karena itu, ketika kita membicarakan tentang musim gugur di Jepang menurut Shito Naoko, ikon – ikon pada tabel tersebut yang menjadi denotatum musim gugur. 3.2 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Pertama Penulis akan meneliti haiku yang bertemakan musim gugur tersebut dengan menganalisisnya perlarik, kata – perkata, frase, dan kalimat yang dihubungkan dengan ikon – ikon yang menjadi denotatum musim gugur menurut Shito Naoko. Haiku pertama adalah seperti di bawah ini : いなづまや inazuma ya 闇のかたゆく yami no katayuku 五位の声 goi no koe Terjemahan : Kilat M emecah kegelapan Suara kowak malam abu 23 3.2.1 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Pertama Pada Larik Pertama Melalui Medan Makna Haiku pertama pada larik pertama berbunyi : いなづまや inazuma ya Terjemahan : Kilat Untuk menganalisis larik pertama dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis medan makna. M ula – mula penulis akan menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu persatu. Tabel 3.2 Analisis Medan Makna Inazuma (Kilat) Angin Hujan badai M uatan listrik Inazuma (Kilat) Gelap Lembab (hangat) Dingin Larik pertama dalam haiku pertama yang bertemakan musim gugur di atas, kata yang digunakan adalah kata inazuma. Dalam 広辞苑 dijelaskan bahwa inazuma yang dalam tulisan kanji Jepang 稲妻 adalah 空中電気の放電する時にひらめく火花 yang artinya percikan bunga api yang dihasilkan ketika terjadi pelepasan muatan listrik di langit. Dengan kata lain, menurut M atsuura (1994 : 334) arti kata inazuma adalah halilintar atau 24 kilat. Kilat dalam KBBI (2007 : 501) berarti cahaya yang berkelebat dengan cepat di langit. Kilat adalah suatu pelepasan muatan listrik yang kuat yang terjadi di antara awan – awan badai atau di antara awan dan permukaan bumi (Basset, 2006 : 34 – 35). Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa kilat terbentuk ketika angin membawa udara lembab yang hangat naik untuk membentuk awan badai, yang di dalamnya terjadi sebuah proses yang disebut pemisahan muatan. Kilat biasa terjadi ketika hujan badai disertai guntur dan terkadang terjadi pada badai salju, badai debu, letusan gunung berapi, serta pada ledakan nuklir. Kilat tersebut berasal dari muatan listrik yang timbul dari aliran udara di dalam awan. Kilat biasanya terjadi pada ketinggian sekitar 10 km dan menimbulkan lima sampai sepuluh kilatan dalam satu menit, tetapi sebagian besar tidak terlihat karena terjadi di dalam awan. Hal pertama yang terlintas ketika menyebutkan kata kilat tentunya adalah hujan. Dari hujan tersebut akan terlihat kaitannya dengan angin, dingin dan gelap, terutama pada permulaan musim gugur. Sedangkan pelepasan muatan listrik merupakan proses yang dihasilkan di bagian atas awan terjadi pada udara lembab yang hangat, dengan pengaruh dan bantuan angin pula (Harris, 2006 : 10). M eskipun kilat sangat mengerikan dan menimbulkan banyak kerugian, tetapi mengandung berkah dan keberuntungan bagi kehidupan semua makhluk (Oliver, 2002 : 27). Barnhill (2004 : 271) mengatakan bahwa “inazuma : lightning. Also inabikari, lightning flash. A symbol of impermanence” yang artinya inazuma : kilat dan juga inabikari : halilintar adalah simbol dari ketidakabadian. M enurut Barnhill (2004 : 271) tersebut, penyebutan kata inazuma dalam haiku memiliki interpretan ketidakabadian. 25 Kaitannya dengan musim gugur, menurut Shito (2005), bulan September saat permulaan musim gugur di Jepang adalah bulan yang sama dengan saat terjadinya musim badai. Sehingga pada saat itu, hujan yang disertai kilat akan sering terjadi. Proses didukung dan dipercepat pula dengan banyaknya angin yang berhembus yang menyebabkan udara terasa sangat dingin. Pada musim gugur malam hari berlangsung lebih panjang dibandingkan dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap dari biasanya. Kemudian, karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin dan angin berhembus semakin kencang. Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan inazuma (kilat), dapat dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.3 Analisis Musim Gugur dan Inazuma (Kilat) M usim Gugur Inazuma (Kilat) Angin Angin Panen Hujan badai Daun berguguran M uatan listrik Gelap Gelap Lembab (hangat) Lembab (hangat) Dingin Dingin M igrasi burung Kebiasaan dan Perayaan Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa inazuma dengan musim gugur mempunyai banyak persamaan. Persamaan inazuma dengan musim gugur 26 terdapat pada kata angin, gelap, lembab (hangat), dan dingin. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa inazuma berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu, wajarlah jika Basho (1997 : 69) meletakkan kata inazuma dalam haiku – nya yang bertemakan musim gugur. 3.2.2 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Pertama Pada Larik Kedua Melalui Medan Makna Haiku pertama pada larik kedua berbunyi : 闇のかたゆく Yami no katayuku Terjemahan : M emecah kegelapan Sama dengan larik yang pertama, untuk menganalisis larik kedua dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis medan makna. M ula – mula penulis akan menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu persatu. Tabel 3.4 Analisis Medan Makna Yami (Gelap) Angin Dingin Yami (Gelap) Tidak bercahaya M alam Larik kedua dalam haiku pertama yang bertemakan musim gugur di atas, kata yang digunakan adalah kata yami. Dalam 広辞苑 dijelaskan bahwa yami yang dalam tulisan 27 kanji Jepang 闇 adalah 暗いこと、光のないこと、夜の暗いこと yang artinya hal – hal yang berhubungan dengan gelap, tidak bercahaya, dan gelap malam. Dengan kata lain, menurut M atsuura (1994 : 1168) arti kata yami adalah kegelapan atau gelap. Gelap dalam KBBI (2007 : 301) berarti malam. M enurut M arzuki (2005), letak garis peralihan matahari ketika bumi mengelilingi matahari adalah terkadang matahari berada di bagian bumi sebelah utara, di tengah atau di atas garis khatulistiwa, dan terkadang di bagian bumi sebelah selatan. Hal tersebut dikatakan pula oleh Oliver (2002 : 8) bahwa bumi membuat sebuah jalur melalui ruang angkasa untuk mengelilingi matahari. Jalur atau orbit ini memerlukan waktu satu tahun. Karena posisi bumi miring, selama setahun masing – masing kutub secara bergantian condong ke matahari. Sehingga menyebabkan terjadinya musim yang berbeda – beda, termasuk di dalamnya adalah adanya musim gugur. Bagi orang – orang yang tinggal di negara yang memiliki dua musim, seperti di Indonesia, tidak ada efek berarti yang diakibatkan oleh letak di sebelah mana matahari itu berada. Setiap hari matahari akan terbit dari timur, lalu pada tengah hari akan terasa teriknya sinar matahari yang menandakan matahari sedang berada tepat di atas kepala, serta pada sore hari di waktu dan menit yang hampir sama, matahari akan tenggelam di sebelah barat. Dapat dikatakan pula dalam satu hari akan merasakan 12 jam siang dan 12 jam malam. Sedangkan bagi yang tinggal di negara yang memiliki empat musim, kesempatan atau berapa lama dapat melihat matahari dalam satu hari itu berubah – ubah. Ketika musim panas berlalu, dilanjutkan dengan musim gugur, serta akhirnya memasuki musim dingin, kesempatan untuk melihat matahari semakin hari semakin pendek. Suhu 28 udara di luar juga semakin menurun yang ditandai dengan angin yang sering berhembus (M arzuki, 2005). Gelap itu berarti tidak bercahaya, yang berhubungan dengan malam. Pada malam hari suasana akan lebih terasa dingin karena tidak adanya cahaya matahari serta banyaknya angin yang berhembus. Pergantian malam dan siang terjadi secara alami dikarenakan bumi berputar saat bumi beredar mengelilingi matahari (Oliver, 2002 : 9). Kaitannya dengan musim gugur, telah dikatakan pula oleh Shito (2005) pada sub bab sebelumnya. Dalam masa peralihan ini malam hari berlangsung lebih panjang dibandingkan dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap dari biasanya. Kemudian, karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin dan angin berhembus semakin kencang. Ketika musim gugur, meskipun suasana akan lebih gelap dan lebih dingin dari biasanya karena malam hari yang lebih panjang, walaupun terkadang pada malam hari terasa hangat, akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan. Hal tersebut terjadi setelah musim badai pada permulaan musim gugur berlalu. Pada saat itu, bulan bercahaya kemilau di malam hari dan suasana malam terasa hangat (Shito, 2005). M usim gugur adalah saat daun – daun berguguran, dan ketika daun – daun tersebut berguguran tentunya akan sangat dekat kaitannya dengan angin yang berhembus, walaupun daun – daun tersebut berguguran karena tengah bersiap – siap menghadapi musim dingin. Angin adalah udara yang bergerak. Angin bertiup karena udara terus – menerus bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah (Oliver, 2002 : 8 – 9). Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan yami (gelap), dapat dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut : 29 Tabel 3.5 Analisis Musim Gugur dan Yami (Gelap) M usim Gugur Yami (Gelap) Angin Angin Dingin Dingin Daun berguguran Tidak bercahaya Gelap M alam Lembab (hangat) Panen M igrasi burung Kebiasaan dan Perayaan Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa yami dengan musim gugur mempunyai banyak persamaan. Persamaan yami dengan musim gugur terdapat pada keempat kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu pada kata angin, dingin, tidak bercahaya dan malam. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa yami berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu, wajarlah jika Basho (1997 : 69) meletakkan kata yami dalam haiku – nya yang bertemakan musim gugur. 3.2.3 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Pertama Pada Larik Ketiga Melalui Medan Makna Haiku pertama pada larik ketiga berbunyi : 五位の声 goi no koe 30 Terjemahan : Suara kowak malam abu Untuk menganalisis larik ketiga dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis medan makna. Sama dengan larik pertama dan kedua, mula – mula penulis akan menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu persatu. Tabel 3.6 Analisis Medan Makna Goi (Kowak Malam Abu) Angin Dingin M igrasi burung Goi (Kowak M alam Abu) M alam Gelap Lembab (hangat) Larik ketiga dalam haiku pertama yang bertemakan musim gugur di atas, kata yang digunakan adalah kata goi. M enurut Ivory dalam Animal Diversity Web (2002), kata goi yang tertulis dalam haiku dengan kanji Jepang 五位 diartikan sebagai kowak malam abu atau dengan nama ilmiah Nycticorax nycticorax, yang dalam bahasa Inggris disebut black – crowned night heron yaitu kowak malam abu atau kowak malam kelabu dalam Bahasa Indonesia. Dijelaskan pula oleh Ivory dalam Animal Diversity Web (2002) bahwa kowak malam abu dewasa mencapai ukuran 72 cm dan berat 800 gram. Berkepala besar dan bertubuh kekar. Burung dewasa memiliki mahkota yang berwarna hitam kebiruan, leher dan dada 31 berwarna putih, punggung dan mantel hitam berkilau kehijauan atau kebiruan, serta sayap dan ekor berwarna abu – abu. Pada musim berbiak sampai bertelur, burung ini mempunyai dua bulu putih hiasan yang memanjang dari belakang kepalanya hingga mencapai sayapnya. Burung muda mempunyai bulu berwarna coklat kusam dengan bintik – bintik putih yang mencolok. Paruh agak panjang dan runcing, berwarna hitam. Iris mata berwarna merah (kuning pada hewan muda), serta memiliki kaki berwarna kuning, yang berubah menjadi kemerahan ketika musim berbiak. Gambar 3.1 Goi / Nycticorax nycticorax (Kowak Malam Abu) Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kowak-malam_Abu Kowak malam abu ditemukan di Amerika Utara dari Washington sampai Quebec, Amerika Tengah dan M eksiko. Burung tersebut merupakan burung yang bermigrasi mengikuti angin terutama di musim gugur sampai musim dingin, mulai dari Eropa ke Jepang, Afrika, dan India. Ketika terbang di suasana yang dingin, kowak malam abu mempunyai kebiasaan menarik kakinya untuk menghangatkan tubuhnya. Selain itu, sesuai dengan namanya, kowak malam abu merupakan hewan yang bersifat nokturnal, yaitu hewan yang aktif berburu mangsanya di malam hari. Pada siang hari burung ini beristirahat, bertengger dalam kelompok, di dahan – dahan atau di sela – sela dedaunan pohon yang rimbun, biasanya tidak jauh dari air. 32 M engacu pada tulisan Ivory dalam Animal Diversity Web (2002) bahwa ciri khas yang menonjol pada kowak malam abu terdapat pada dua kata, yang pertama yaitu nokturnal. Sebagai hewan nokturnal, pencarian mangsa dilakukan di malam hari. Walaupun dalam keadaan gelap, karena iris mata yang memang diciptakan khusus, digunakan pada malam yang gelap pun tidak menyulitkannya untuk memburu mangsanya. Ciri khas yang kedua, yaitu migrasi yang berkaitan erat dengan suasana yang dingin. Hewan melakukan migrasi karena mengikuti arus angin menghindari suasana dingin untuk menghangatkan tubuhnya. Walaupun khusus pada kowak malam abu, dengan menarik kakinya ketika terbang pun mampu menghangatakan tubuhnya (Ivory, 2002) . Kaitannya dengan musim gugur adalah ketika musim gugur, suasana akan lebih gelap dari biasanya karena malam hari lebih panjang. Hal tersebut membuat hewan nokturnal, termasuk kowak malam abu dapat lebih lama mencari mangsanya. Selain itu, karena keadaan alam yang lebih dingin, hal itu membuat burung – burung pun mulai bermigrasi ke tempat yang lebih hangat, walaupun terkadang saat malam terasa hangat, akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan. M igrasi burung – burung ini dipengaruhi oleh arah angin, karena angin adalah udara yang bergerak. Angin bertiup karena udara terus – menerus bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah (Oliver, 2002 : 8). Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan goi (kowak malam abu), dapat dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut : 33 Tabel 3.7 Analisis Musim Gugur dan Goi (Kowak Malam Abu) M usim Gugur Goi (Kowak M alam Abu) Angin Angin Dingin Dingin Daun berguguran Gelap Gelap M alam Lembab (hangat) Lembab (hangat) M igrasi burung M igrasi burung Panen Kebiasaan dan Perayaan Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa goi dengan musim gugur mempunyai banyak persamaan. Persamaan goi dengan musim gugur sama dengan yami yang terdapat pada keenam kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu pada kata angin, dingin, gelap, malam, lembab (hangat), dan migrasi burung. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa goi berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu, dengan persamaan tersebut, wajarlah jika Basho (1997 : 69) meletakkan kata goi dalam haiku – nya yang bertemakan musim gugur. 3.3 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Kedua Pada haiku yang kedua ini, penulis akan meneliti haiku yang bertemakan musim gugur tersebut sama dengan haiku yang pertama, yaitu dengan menganalisisnya per larik, kata – perkata, frase, dan kalimat yang dihubungkan dengan denotatum musim gugur. 34 Haiku kedua adalah seperti di bawah ini : 牛部屋に ushi – beya ni 蚊の聲よはし ka no koe yohashi 秋の風 aki no kaze Terjemahan : Di kandang sapi Suara dengungan nyamuk Angin musim gugur Akan tetapi, analisis dalam haiku kedua ini terdapat sedikit perbedaan dengan haiku yang pertama. Perbedaannya adalah analisis dimulai dari kata yang terletak pada larik kedua. Alasannya, karena arti dari dua kata pada haiku kedua larik yang pertama yaitu kata ushi – beya yang dengan tulisan kanji Jepang 牛部屋 menurut M atsuura (1994 : 1144) dengan mengartikannya secara terpisah yaitu arti dari kata ushi yang dalam tulisan kanji Jepang 牛 berarti sapi atau lembu. Kemudian, arti dari kata beya yang berasal dari kata heya yang dalam tulisan kanji Jepang 部屋 adalah kamar atau ruang (1994 : 272), yang dalam hal ini dapat disebut sebagai kandang. M aka, jika digabungkan kata ushi – beya dapat berarti kandang sapi. Kata tersebut merupakan kata yang tidak mengandung perasaan tambahan. Sehingga kaitannya dengan musim gugur atau musim lainnya pun memiliki denotatum yang sama dan tidak ada denotatum yang membedakan secara khusus dengan musim lainnya. Oleh karena itu, analisis dimulai dari kata yang terletak pada larik kedua. 35 3.3.1 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Kedua Pada Larik Kedua Melalui Medan Makna Haiku kedua pada larik kedua berbunyi : 蚊の聲よはし ka no koe yowashi Terjemahan : Suara dengungan nyamuk Sama dengan sub bab sebelumnya, untuk menganalisis larik kedua dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis medan makna. M ula – mula penulis akan menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu persatu. Tabel 3.8 Analisis Medan Makna Ka (Nyamuk) Darah Probosis panjang M alam Ka (Nyamuk) Gelap Lembab (hangat) Dingin Larik kedua dalam haiku kedua yang bertemakan musim gugur di atas, subjek yang digunakan adalah ka. Dalam 広辞苑 dikatakan bahwa ka yang dalam tulisan kanji Jepang 蚊 adalah 昆虫の総称 yang artinya sejenis serangga. M enurut M atsuura (1994 : 389) ka adalah nyamuk. Nyamuk dalam KBBI (2007 : 301) berarti serangga kecil 36 bersayap, yang betina memiliki sepasang sungut untuk menghisap darah, bertelur di air yang tergenang. M enurut seorang manajer Insect Identification Laboratory di Virginia Polytechnic Institute and State University, Day (1996) mengatakan nyamuk adalah serangga yang tergolong dalam order Diptera, mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang. Berat nyamuk hanya 2 hingga 2,5 mg, tetapi nyamuk mampu terbang antara 1,5 hingga 2,5 km/jam. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (terkadang burung, reptilia serta amfibi) menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur. Karena, diet nyamuk terdiri dari madu serta jus buah yang tidak berprotein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak untuk menghisap darah. Gambar 3.2 Ka (Nyamuk) : Nyamuk Betina (Kiri) dan Nyamuk Jantan (Kanan) Sumber : http://creatures.ifas.ufl.edu/aquatic/crabhole4.htm Nyamuk melalui empat tahap yang jelas dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies – dan suhu. Sebagian spesies mempunyai siklus hidup sependek empat hari hingga satu bulan. Larva nyamuk dikenal sebagai jentik dan didapati di berbagai tempat yang berisi 37 air. Jentik – jentik spesies ini hidup di air tergenang atau di dalam tumbuhan epifit. Siklus hidup nyamuk dari telur, lalu berubah menjadi larva, pupa, dan nyamuk dewasa dapat dilihat pada gambar siklus hidup nyamuk di bawah ini : Gambar 3.3 S iklus Hidup Nyamuk Sumber : http://uri.edu/research/eee/info.htm Ditambahkan lagi dalam artikel Demam Ross River yang disusun oleh NSW Department of Health (2000) bahwa nyamuk giat bekerja sekitar 1 – 3 jam setelah matahari terbenam pada malam hari atau sekitar subuh yaitu ketika keadaan masih gelap. Terlebih lagi pada musim panas dan musim gugur ketika suasana terasa lembab atau ketika suasana terasa dingin. Kaitannya dengan musim gugur, seperti yang telah dijelaskan pula oleh Shito (2005) pada sub bab sebelumnya, bahwa pada musim gugur, malam hari berlangsung lebih panjang dibandingkan dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap dari biasanya. Disebutkan bahwa nyamuk betina membutuhkan darah untuk pembentukan telur, dan untuk menghisap darah nyamuk betina tersebut menggunakan probosis panjang yang terdapat pada tubuhnya (Day, 1996). M aka, dalam artikel Demam 38 Ross River menurut NSW Department of Health (2000) jam kerja nyamuk yang adalah pada malam hari atau sekitar subuh ketika hari masih gelap, pada musim panas dan musim gugur yaitu ketika suasana lembab atau suasana terasa dingin, nyamuk dapat mencari mangsanya lebih lama untuk mempercepat pembentukan telur tersebut. Kemudian, karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin dan angin berhembus semakin kencang, walaupun terkadang pada malam hari terasa hangat, akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan. Hal tersebut terjadi setelah musim badai pada permulaan musim gugur berlalu. Pada saat itu, bulan bercahaya kemilau di malam hari dan suasana malam terasa hangat (Shito, 2005). Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan ka (nyamuk), dapat dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.9 Analisis Musim Gugur dan Ka (Nyamuk) M usim Gugur Ka (Nyamuk) Angin Darah Dingin Dingin Daun berguguran Gelap Gelap M alam Lembab (hangat) Lembab (hangat) M igrasi burung Probosis panjang Panen Kebiasaan dan Perayaan 39 Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa ka dengan musim gugur mempunyai banyak persamaan. Persamaan ka dengan musim gugur terdapat pada empat dari enam kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu pada kata dingin, gelap, malam, dan lembab (hangat). Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa ka berkaitan erat dengan musim gugur. Ditambah lagi penyebutan kata musim gugur pada jam kerja ka ketika mencari mangsanya. Oleh karena itu, dengan persamaan tersebut, wajarlah jika Basho (1997 : 72) meletakkan kata ka dalam haiku – nya yang bertemakan musim gugur. 3.3.2 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Kedua Pada Larik Ketiga Melalui Medan Makna Haiku kedua pada larik ketiga berbunyi : 秋の風 aki no kaze Terjemahan : Angin musim gugur M asih sama dengan larik yang kedua, untuk menganalisis larik ketiga dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis medan makna. M ula – mula penulis akan menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu persatu. Tabel mengenai analisis medan makna dari frase aki no kaze dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 40 Tabel 3.10 Analisis Medan Makna Aki no Kaze (Angin Musim Gugur) Angin Tenaga listrik Dingin Aki no Kaze (Angin Musim Gugur) Cuaca Lembab (hangat) Sirkulasi udara Larik ketiga dalam haiku kedua yang bertemakan musim gugur di atas, kata yang digunakan adalah kaze. Dalam 広辞苑 dijelaskan bahwa kaze yang dalam tulisan kanji Jepang 風 adalah 空気のながれ yang artinya udara yang bergerak. Dengan kata lain, menurut M atsuura (1994 : 456) arti kata kaze adalah angin. Angin dalam KBBI (2007 : 42) berarti gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. M enurut Oliver (2002 : 24) angin adalah udara yang bergerak. Angin bertiup karena udara terus – menerus bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan suhu di antara dua daerah tersebut, semakin cepat angin bertiup. Angin tertentu juga dapat menyebabkan cuaca yang berubah – ubah dan justru terkadang merugikan. Akan tetapi, dengan energi angin tersebut manusia dapat memanfaatkan untuk membuat tenaga listrik bagi keperluan sehari – hari. Selain itu, angin juga menciptakan jenis sirkulasi udara yang disebut konveksi. Fenomena tersebut terjadi ketika bumi memanaskan udara yang mengelilinginya dan 41 seketika udara panas naik. Kemudian, udara yang yang lebih dingin dipanaskan dan naik, dan udara panas tersebut digantikan oleh udara dingin (Basset, 2006 : 46). Dalam haiku kedua pada larik ketiga ini arti dari frase aki no kaze atau akikaze adalah angin musim gugur. M enurut Barnhill (2004 : 177), mengatakan bahwa “aki no kaze ; akikaze : autumn wind. Usually refers to the biting wind that connotes loneliness as well as cold” artinya aki no kaze ; akikaze : angin musim gugur, biasanya menunjuk kepada angin yang sangat menusuk, yang dikonotasikan dengan kesepian seperti halnya sedingin angin yang menusuk. Dengan pernyataan Barnhill (2004 : 177) tersebut, maka dapat dikatakan bahwa angin pada musim gugur lebih dingin daripada angin biasa, meskipun tidak sedingin angin pada musim dingin, dan kesepian merupakan interpretan dari frase angin musim gugur. Kaitannya dengan musim gugur, seperti pernyataan Shito (2005) pada analisis ikon – ikon musim gugur sebelumnya, pada musim gugur malam hari berlangsung lebih panjang dibandingkan dengan siang hari, yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap dari biasanya. Kemudian karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin dan angin berhembus semakin kencang, walaupun terkadang saat malam terasa hangat, akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan. Hal inilah yang menyebabkan angin pada musim gugur lebih dingin daripada angin biasa. M usim gugur adalah saat daun – daun berguguran sebagai persiapan pepohonan memasuki musim dingin, dan ketika daun – daun tersebut berguguran tentunya akan sangat dekat kaitannya dengan angin yang berhembus. Angin adalah udara yang bergerak. Angin bertiup karena udara terus – menerus bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah (Oliver, 2002 : 8). 42 Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan aki no kaze (angin musim gugur), dapat dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.11 Analisis Musim Gugur dan Aki no Kaze (Angin Musim Gugur) M usim Gugur Aki no Kaze (Angin M usim Gugur) Angin Angin Dingin Dingin Daun berguguran Tenaga listrik Gelap Cuaca Lembab (hangat) Lembab (hangat) M igrasi burung Sirkulasi udara Panen Kebiasaan dan Perayaan Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa aki no kaze dengan musim gugur mempunyai beberapa persamaan. Persamaan aki no kaze dengan musim gugur terdapat pada tiga dari enam kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu pada kata angin, dingin, dan lembab (hangat). Ditambahkan lagi penyebutan frase musim gugur dalam frase aki no kaze yang lebih menekankan persamaan di antara dua frase. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa aki no kaze berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu, wajarlah jika Basho (1997 : 72) meletakkan frase aki no kaze dalam haiku – nya yang bertemakan musim gugur. 43 3.4 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Ketiga Pada haiku yang ketiga ini, seperti halnya pada haiku yang pertama dan kedua, penulis akan meneliti haiku yang bertemakan musim gugur yang ketiga ini dengan menganalisisnya perlarik, kata – perkata, frase, dan kalimat yang dihubungkan dengan denotatum musim gugur menurut pendapat Shito Naoko. Haiku ketiga adalah seperti di bawah ini : あらうみや ara – umi ya 佐渡に横ふ sado ni yokotau 天の川 ama no gawa Terjemahan : Laut berbabai Di seberang pulau Sado Galaksi bimasakti 3.4.1 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Ketiga Pada Larik Pertama Melalui Medan Makna Haiku ketiga pada larik pertama berbunyi : あらうみや ara – umi ya Terjemahan : Laut berbabai 44 Untuk menganalisis larik pertama dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis medan makna. M ula – mula penulis akan menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu persatu. Tabel 3.12 Analisis Medan Makna Umi (Laut) Angin Energi Dingin Umi (Laut) Ombak Lembab (hangat) Gravitasi Larik pertama dalam haiku ketiga yang bertemakan musim gugur di atas, subjek yang digunakan adalah umi. Dalam 広辞苑 dijelaskan bahwa umi yang dalam tulisan kanji Jepang 海 adalah 地球上の陸地以外の部分で、塩水をたたえた所 yang artinya bagian bumi di luar daratan, yang merupakan tempat kumpulan air asin. Dengan kata lain, menurut M atsuura (1994 : 28) arti kata umi adalah lautan. Laut dalam KBBI (2007 : 570) berarti kumpulan air asin (dalam jumlah banyak dan luas) yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau – pulau. M enurut Gunawan (2008) laut memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan energi. Energi yang berasal dari laut ada tiga macam yaitu energi ombak, energi pasang surut, dan hasil konversi energi panas laut. Sebagai catatan, angin juga terkadang dikategorikan sebagai bentuk energi yang berasal dari laut. 45 Ombak dan arus dihasilkan oleh angin yang bertiup dan perubahan suhu serta musim di permukaan laut. Semakin kencang angin berhembus, semakin besar pula ombak yang dihasilkan. Sesungguhnya ombak merupakan sumber energi yang cukup besar, tetapi untuk memanfaatkan energi yang terkandung tidaklah mudah. Terlebih lagi mengubahnya menjadi listrik dalam jumlah yang memadai. Inilah sebabnya jumlah pembangkit listrik tenaga ombak yang ada di dunia sangat sedikit (Gunawan, 2008). Ditambahkan lagi, menurut Wijaya (2008) air laut selalu mengalami perubahan pasang dan surut terhadap pantai di daratan. Hal ini disebabkan oleh gaya tarik menarik atau gaya gravitasi benda – benda astronomis yaitu bulan, matahari dan benda astronomis yang lain terhadap bumi. Pasang terbesar terjadi pada saat bulan baru dan terjadi lagi pada saat bulan purnama di malam hari akibat gravitasi bulan dan matahari bekerja secara bersamaan. Hal itu mampu menyedot sebagian besar air laut di bumi ke titik atau belahan yang dekat dengan kedua benda – benda astronomis tersebut. Sedangkan, pada daerah lain yang jauh dari gravitasi matahari dan bulan akan terjadi pasang surut terendah. Kaitannya dengan musim gugur, seperti yang dikatakan Shito (2005) pada sub bab sebelumnya, pada musim gugur malam hari berlangsung lebih panjang dibandingkan dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap dari biasanya. Kemudian, karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin dan angin berhembus semakin kencang. Angin yang berhembus kencang ini mempengaruhi ombak dan arus laut. Pada musim gugur ini, menurut Shito (2005), di Jepang ada kebiasaan menikmati terangnya cahaya bulan pada bulan September untuk berterima kasih atas hasil panen musim gugur. Bulan purnama di musim gugur ini merupakan salah satu saat terjadinya 46 pasang terbesar. Hal tersebut terjadi pada saat bulan baru dan terjadi lagi pada saat bulan purnama di malam hari akibat gravitasi bulan dan matahari bekerja secara bersamaan. Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan umi (laut), dapat dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.13 Analisis Musim Gugur dan Umi (Laut) M usim Gugur Umi (Laut) Angin Angin Dingin Dingin Daun berguguran Energi Gelap Ombak Lembab (hangat) Lembab (hangat) M igrasi burung Gravitasi Panen Kebiasaan dan Perayaan Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa umi dengan musim gugur mempunyai beberapa persamaan. Persamaan umi dengan musim gugur sama dengan frase aki no kaze terdapat pada tiga dari enam kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu pada kata angin, dingin, dan lembab (hangat). Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa umi berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu, wajarlah jika Basho (1997 : 84) meletakkan frase aki no kaze dalam haiku – nya yang bertemakan musim gugur. 47 3.4.2 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Ketiga Pada Larik Kedua Melalui Medan Makna Haiku ketiga pada larik kedua berbunyi : 佐渡に横ふ sado ni yokotau Terjemahan : Di seberang Pulau Sado Untuk menganalisis larik kedua dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis medan makna. M ula – mula penulis akan menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu persatu. Tabel 3.14 Analisis Medan Makna Sado (Pulau S ado) Panen Kebiasaan makan Tempat pengasingan Sado (Pulau Sado) M igrasi burung Objek wisata Dingin Larik kedua dalam haiku ketiga yang bertemakan musim gugur di atas, kata yang digunakan adalah kata sado. Sado merupakan pulau yang terletak di perfektur Niigata, sekitar 60 mil dari Laut Jepang. Disebutkan pula bahwa pada zaman dahulu Pulau Sado memiliki sejarah yang sangat kelam yaitu merupakan tempat pengasingan atau tempat pembuangan bagi orang – orang terkenal. Letaknya yang mengharuskan menyeberangi Laut Jepang, menjadikan sado sebagai pulau terpencil yang jarang dikunjungi orang. 48 Dari sejarahnya tersebut Pulau Sado dikenal sebagai Island of Exile yang artinya adalah pulau pengasingan (Barnhill, 2004 : 210). Letak Pulau Sado di Jepang dalam peta adalah seperti berikut : Gambar 3.4 Letak Pulau S ado di Jepang Sumber : http://offyonder.com/2001/japan/sado/index.shtml Dengan melihat letak Pulau Sado di atas, untuk lebih jelasnya perbesaran pada peta Pulau Sado dapat dilihat dalam gambar berikut : Gambar 3.5 Perbesaran Peta Pulau Sado Sumber : http://offyonder.com/2001/japan/sado/index.shtml Keadaan Pulau Sado zaman dahulu dan sekarang sangat berbeda. Sekarang, Pulau Sado memajukan tempatnya sebagai objek wisata. Dengan berkembangnya Pulau Sado sebagai tempat wisata, pada zaman sekarang Pulau Sado juga mengembangkan produk 49 lokalnya yang terkenal, terutama makanan seperti beras atau nasi, yang biasanya produksinya meningkat pada musim gugur bersamaan dengan musim panen tiba. Hal tersebut diikuti dengan nafsu makan yang meningkat, yang menyebabkan penjualan beras atau nasi pada musim gugur juga meningkat drastis. Produk beras atau nasi dari Pulau Sado tersebut sangat terkenal sampai kedaerah lain di luar Pulau Sado karena merupakan nasi yang terbuat dari bahan organik, sehingga menghasilkan nasi tanpa bahan kimia dan bercita rasa tinggi (James, 2007). Selain itu, makanan khas Pulau Sado yang juga terkenal adalah buah kaki (James, 2007). Seperti yang telah disebutkan pula pada sub bab sebelumnya, buah kaki adalah salah satu makanan khas musim gugur, yang di Indonesia disebut buah kesemek. Panen buah tersebut sekitar bulan pertengahan atau akhir November, yang tidak lain adalah pada saat musim gugur (Ishizawa, 2000). Hal lain yang menonjol dari Pulau Sado adalah adanya Sado Japanese Crested Ibis Conservation Center, tempat di mana pusat penangkaran toki atau Japanese crested ibis atau burung ibis Jepang berada. Toki yang dengan tulisan kanji Jepang 鴇 adalah burung yang satu – satunya dari genus Nipponia, karena memang berasal dari Jepang, khususnya Pulau Sado. Burung ibis Jepang ini memiliki kulit kemerahan sepanjang tubuhnya, terdapat bulu yang panjang sekitar kepala sampai lehernya, dan memiliki paruh melengkung berwarna hitam yang pada bagian ujungnya berwarna merah. M erupakan burung yang sangat dilindungi karena hampir punah, dan biasa ditemui sekitar persawahan di daerah pegunungan atau sepanjang sungai kecil, di tempatnya mencari makanan yang berupa mamalia kecil di tanah yang basah atau serangga di rerumputan (Deborah, 2007). 50 Gambar 3.6 Burung Ibis Jepang Sumber : http://www.env.go.jp/en/wpaper/1995/eae240000000040.html Ditambahkan lagi oleh Barnhill (2004 : 12) yang mengatakan, “Sado recalls the sadness of noble people who were exiled there” artinya Pulau Sado mengingatkan kesedihan orang – orang terkenal yang diasingkan dan dibuang ke sana. Dari pernyataan tersebut, Barnhill (2004 : 12) menganggap bahwa penyebutan kata sado dalam haiku ketiga ini memiliki interpretan kesedihan. Kaitannya dengan musim gugur adalah Pulau Sado terkenal dengan hasil panennya, terutama nasi dan buah kaki, yang menyebabkan kebiasaan makan orang bertambah jika berada di pulau ini pada saat musim gugur (James, 2007). Kemudian, terdapatnya burung ibis Jepang menyebabkan Pulau Sado tidak lepas dari aktivitas burung yang bermigrasi ketika pergantian musim berlangsung, yang dimulai pada musim gugur (Deborah, 2007). Letaknya yang terpencil di dekat Laut Jepang menyebabkan suasana di Pulau Sado lebih gelap dan dingin, menjadikannya tempat pengasingan pada zaman dahulu yang memiliki interpretan kesedihan (Barnhill, 2004). Hal ini dapat dihubungkan dengan pernyataan Shito (2005) mengenai musim gugur pada sub bab sebelumnya. Karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin dan angin berhembus semakin kencang, walaupun terkadang saat malam terasa 51 hangat, akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan. Karena alasan tersebut, pada saat ini pula migrasi burung ke tempat yang lebih hangat dimulai. Selain itu, banyaknya perayaan seperti musim panen, kegembiraan meningkat dan menyebabkan orang Jepang bertambah nafsu makannya. Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan sado (Pulau Sado), dapat dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.15 Analisis Musim Gugur dan Sado (Pulau S ado) M usim Gugur Sado (Pulau Sado) Angin Tempat pengasingan Dingin Dingin Panen Panen Kebiasaan dan Perayaan Kebiasaan makan Lembab (hangat) Objek wisata M igrasi burung M igrasi burung Daun Berguguran Gelap Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa sado dengan musim gugur mempunyai beberapa persamaan. Persamaan sado dengan musim gugur terdapat pada empat dari enam kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu pada kata, dingin, panen, kebiasaan makan, dan migrasi burung. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa sado berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu, wajarlah jika 52 Basho (1997 : 84) meletakkan kata sado, yang tidak lain adalah Pulau Sado dalam haiku – nya yang bertemakan musim gugur. 3.4.3 Analisis Haiku Bertemakan Musim Gugur yang Ketiga Pada Larik Ketiga Melalui Medan Makna Haiku ketiga pada larik ketiga berbunyi : 天の川 ama no gawa Terjemahan : Galaksi bimasakti Untuk menganalisis larik ketiga dari haiku ini, penulis akan menggunakan analisis medan makna. Sama dengan larik sebelumnya, mula – mula penulis akan menggambarkannya melalui bagan, setelah itu akan diterangkan hubungannya satu persatu. Tabel 3.16 Analisis Medan Makna Ama no Gawa (Galaksi Bimasakti) Luas Gelap Ama no Gawa Lembab (hangat) (Galaksi Bimasakti) Bintang dan Planet Unsur gas Dingin Larik ketiga dalam haiku ketiga yang bertemakan musim gugur di atas, frase yang digunakan adalah ama no gawa. Dalam frase tersebut, terdapat dua kata yaitu ama dan 53 gawa yang dipisahkan oleh partikel no. M enurut Nelson (2002 : 16) kata ama dengan tulisan kanji Jepang 天 artinya langit, sedangkan pada kamus yang sama menurut Nelson (2002 : 1447) kata gawa yang berasal dari kata kawa dengan tulisan kanji Jepang 川 artinya sungai. Dalam konteks haiku ini frase sungai langit yang dimaksud adalah ketika malam hari langit bertaburan bintang yang terlihat seperti sungai langit jika melihat ke pusat galaksi. Galaksi yang dimaksud adalah tempat bumi berada yaitu galaksi bimasakti, yang dalam Bahasa Inggris disebut The Milky Way. Galaksi tempat bintang dan planet berada dikonotasikan dengan sungai yang dimaksud dalam Bahasa Jepang ama no gawa tersebut (David, 2007). M enurut Gül (2007 : 16 – 17 ) galaksi adalah ruang terbesar di alam semesta. Ruang langit berdimensi luar biasa ini terdiri dari miliaran bintang. Galaksi berkumpul dan membentuk kelompok galaksi. Jumlah seluruh galaksi di alam semesta ini tidak bisa diperkirakan. Galaksi berputar pada porosnya dengan pelan selama 225 miliar tahun. Seperti bintang, galaksi terbentuk dari kumpulan volume gas. Unsur – unsur yang membentuk galaksi akan meluas dan menipis, kemudian membentuk awan hidrogen. Bumi dan sistem tata suryanya berada dalam galaksi yang disebut bimasakti yang telah berumur 13 juta tahun. Gambar dari galaksi bimasakti dapat dilihat pada gambar berikut : 54 Gambar 3.7 Ama no Gawa (Bimasakti) Sumber : http://www.wwu.edu/depts/skywise/a101_milkyway.html Secara singkatnya, galaksi merupakan ruang yang luas tempat bintang dan planet berada. Oleh karena itu, udara yang dirasakan sangat dingin dan suasana sangat gelap. Akan tetapi, unsur gas yang terbentuk terkadang mampu membuat keadaan lebih lembab dan hangat (Gül, 2007). Kaitannya dengan musim gugur, seperti pernyataan Shito (2005) terletak pada kata gelap. Karena pada musim gugur malam hari berlangsung lebih panjang dibandingkan dengan siang hari yang menyebabkan keadaan alam lebih gelap dari biasanya. Hal ini yang mengkaitkannya dengan musim gugur. Kemudian karena malam hari yang panjang, suasana pun semakin dingin dan angin berhembus semakin kencang, walaupun terkadang saat malam terasa hangat, akibat kelembaban udara yang naik secara perlahan, sama dengan hangat yang dihasilkan unsur gas pada galaksi bimasakti. Selain itu, musim gugur adalah saat daun – daun berguguran, dan ketika daun – daun tersebut berguguran tentunya akan sangat dekat kaitannya dengan angin yang berhembus. Angin adalah udara yang bergerak. Angin bertiup karena udara terus – menerus bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah (Oliver, 2002 : 8). 55 Dari dua komponen kata di atas yaitu musim gugur dan ama no gawa (galaksi bimasakti), dapat dilihat analisis hubungannya dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.17 Analisis Musim Gugur dan Ama no Gawa (Galaksi Bimasakti) M usim Gugur Ama no Gawa (Galaksi Bimasakti) Angin Luas Dingin Dingin Lembab (hangat) Lembab (hangat) Gelap Gelap Panen Unsur gas M igrasi burung Bintang dan Planet Daun Berguguran Kebiasaan dan Perayaan Dengan penjelasan di atas, tabel tersebut memperlihatkan bahwa ama no gawa dengan musim gugur mempunyai beberapa persamaan. Persamaan ama no gawa dengan musim gugur terdapat pada tiga dari enam kata yang menjadi analisis medan maknanya, yaitu pada kata, dingin, lembab (hangat), dan gelap. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa ama no gawa berkaitan erat dengan musim gugur. Oleh karena itu, wajarlah jika Basho (1997 : 84) meletakkan frase ama no gawa dalam haiku – nya yang bertemakan musim gugur. 56